Pages

Saturday 18 July 2015

Senapan Runduk Andalan Korps Marinir di Kaliber 5,55 mm

image64
Heckler & Koch (H&K) G3/SG-1 dan Galil Galatz dikenal sebagai senapan runduk (sniper) yang digunakan TNI yang berasal dari rancangan senapan serbu (assault rifle). Tapi selain dua nama besar tersebut, masih ada senapan sniper lain yang juga berasal dari keluarga senapan serbu. Yang dimaksud adalah SIG 550 Sniper, salah satu senapan runduk yang dipakai unit infanteri Korps Marinir TNI AL.


SIG 550 Sniper atau kerap dikenal dengan label SIG SG550-1, merupakan produksi manufaktur asal Swiss, Schweizerische Industrie Gesellschaft (SIG) (kini Swiss Arms AG). Tidak seperti H&K G3/SG-1 dan Galil Galatz yang mengusung kaliber 7,62 mm, SIG 550 justru menggunakan kaliber 5,56 x 45 mm. SIG 550 bukan barang baru dalam inventaris Marinir TNI AL, dan dirunut dari sejarahnya, SIG 550 mulai diperkenalkan pada tahun 1989.

sg_550_sniperimage61SG550sniper
Dari segi rancangan, SIG 550 Sniper berasal dari platform series SIG 550 yang kondang digunakan angkatan bersenjata Swiss, meski awalnya SIG 550 Sniper justru dipakai satuan elit di kepolisian Swiss. Militer Swiss sebelumnya telah melakukan beragam pengujian yang ketat untuk memastikan presisi dan kehandalan SIG 550, hingga akhirnya diputuskan resmi diadopsi untuk kebutuhan organik.

Sebagai keturunan dari senapan serbu yang sudah eksis, SIG 550 Sniper punya basis receiver yang serupa SIG 550 series, hanya karena dibuat untuk misi khusus, senjata sniper ini punya laras lebih lanjang yang tak dilengkapi flash hider, teleskop pembidik, pistol grip yang ergonomis, bipod pada ujung laras, dan area popor yang dapat disesuaikan untuk kenyamanan dalam menahan hentakan. SIG 550 punya keuggulan dalam hal akurasi, ini didasarkan pada laras heavy hammer-forged precision yang menghasilkan efek tolak balik rendah. Sistem gas-operated loading-nya menggunakan skema rotating bolt.


Briefcase SIG 550 dengan paket senjata lengkap.
Briefcase SIG 550 dengan paket senjata lengkap.
Bagian popor yang dapat disesuaikan.
Bagian popor yang dapat disesuaikan.

Dengan kapasitas magasin isi 5, 20, dan 30 peluru, SIG 550 beroperasi dengan mode semi otomatis, meski begitu, siklus kecepatan tembak bisa di setting mendekati kecepatan mode otomatis. Untuk memudahkan kontrol sisa amunisi, magasin dibuat dari bahan plastik yang transparan. Dengan kaliber yang familiar dengan senapan serbu standar (5,56 mm), ini menandakan bahwa SIG 55o mengarah sebagai bagian integral bagi sniper di dalam struktur regu, bukan untuk sniper murni.
550snipSIGSG550501px-550sniper
Dalam hal operasional, karena digunakan oleh pasukan berkualifikasi amfibi, urusan pemeliharan dan pembersihan senjata harus dibuat sederhana. Dan memang SIG 550 dapat dibongkar dan dipasang kembali dengan mudah tanpa bantuan alat apa pun.

Untuk dudukan teleskop di atas receiver, SIG 550 menggunakan mounting rails dengan standar NATO STANAG 2324, sehingga SIG 550 cocok dipasangkan dengan beragam tipe teleskop. Beberepa tipe teleskop yang biasa dipasang pada SIG 550 seperti Kahles ZFM 10x yang dilengkapi built in bullet drop compensator. Tipe teleskop lain ada Carl Zeiss, Hensoldt, dan Kern optics, dengan pembesaran hingga 10x.

Dari ulasan diatas, SIG 550 Sniper dapat melibas sasaran secara efektif hingga jarak 400 meter, dengan kecepatan lesat proyektil 940 meter per detik. Dengan pola rotating bolt, secara teori kecepatan tembak SIG 550 bisa mencapai 700 peluru per menit.

SIG 550 Sniper nyatanya juga kondang sebagai lakon di beberapa film action, sebut saja pernah digunakan oleh karakter The Professor dalam film Bourne Identity, dan yang paling baru, SIG 550 tampil dalam film Taken 3 yang dibintangi aktor Liam Neeson. Di Taken 3, SIG 550 digunakan oleh karakter antagonis, Oleg Malankov. (Haryo Adjie)

600px-Taken3_307
SIG 550 dalam film Taken 3
Spesifikasi SIG 550 Sniper
– Negara asal: Swiss
– Manufaktur: Swiss Arms AG (d/h SIG)
– Kaliber: 5,56 x 45 mm
– Berat: 7,02 kg
– Panjang: 1.130 mm (popor terbuka)/ 905 mm (popor terlipat)
– Panjang laras: 650 mm
– Magasin: 5/20 dan 30 peluru
– Jarak tembak efektif: 100 – 400 meter

(indomiliter )

MISTERI SUKHOI

 Indonesian Air Force (TNI AU) Sukhoi Su-27 Flanker aircraft flies into Darwin to participate in Exercise Pitch Black 2012.   Mid Caption Exercise Pitch Black is a major multi-national biennial exercise hosted by the Royal Australian Air Force, involving Offensive Counter Air and Offensive Air Support missions being flown at training ranges across the Northern Territory. Exercise Pitch Black 12 will be held from 27 July to 17 August 2012, and involve 2200 personnel and up to 94 aircraft from Australia, Indonesia, Singapore, Thailand, New Zealand and the United States.

Dari Tribunnews Surya Online tertanggal Selasa, 28 September 2010 07:15 ada berita berjudul “Indonesia Targetkan Beli 180 Sukhoi” yang mengutip pernyataan Menhan saat itu yaitu Bapak Poernomo.

Selain itu dari Aviation Week & Space Technology tanggal Jan 23, 2012 berjudul “Contracts Continue For Military Aircraft Engine Programs”. Tertulis :

NPO Saturn’s military engine division produces the AL-31 and AL-55 for military trainers and fighters. Saturn’s biggest customer is Sukhoi, whose Su-27 series fighters will account for 789 engines produced over the next 10 years. The AL-31F powers the Su-27, Su-30, Su-33 and Su-34, while the newer thrust-vectoring 117S powers the Su-35. Sales of the Su-27 series have been strong, with India buying 272 Su-30s. Indonesia has voiced interest in the acquisition of 180 Sukhoi fighters by 2024. Algeria and Vietnam have also purchased the Su-30, with deliveries pending, while Venezuela has shown interest in the Su-35.

Ada kutipan. Indonesia has voiced interest in the acquisition of 180 Sukhoi fighters by 2024, artinya Indonesia sudah menyatakan minatnya untuk memiliki 180 Sukhoi sampai dengan tahun 2024. Jadi dari tahun 2010 sudah ada rencana untuk menambah armada pesawat tempur Sukhoi secara bertahap tahun demi tahun sehingga akan sampai jumlahnya menjadi 180 pesawat tempur Sukhoi pada tahun 2024.

Nah, saya, Tukang Ngitung PhD., ingin mencoba mencocokkan apakah pernyataan di atas benar ataukah Pak Poernomo mabuk kecubung hehehe.

Saya mengumpulkan data, berita, clue, komentar, dan seperti seorang hakim di Pengadilan akan menjalankan asas PRADUGA TAK BERSALAH.

TAK BERSALAH = BENAR.
PRADUGA TAK BERSALAH = PRADUGA BENAR.

Jadi saya menganggap semua clue, data, komentar seolah-olah sebagai hal yang benar, baik yang pesimis maupun yang optimis. Faktor Optimis adalah Faktor Penambah. Dan Faktor Pesimis adalah Faktor Pengurang.

Faktor Penambah
Misalnya pada bulan Mei 2015 pada artikel Mengapa Indonesia Membutuhkan Su-35 ada komentar dari Bung SAYARET pada May 14, 2015 at 1:30 pm sebagai berikut :

E-Combat Aircraft – SU-35SI SUPER FLANKER (ROSOBORONEXPORT (SUKHOI) – RUSIA) : (74 units) (SOME DELIVERED) (including Full ToT of AAM, EW sistem, AESA radar, IRST).
B-Combat Aircraft – SU-34 FULLBACK (ROSOBORONEXPORT (SUKHOI) – RUSIA) : (66 units) (SOME DELIVERED) (including upgrade package on EW, radar, ASW sensors, and long range “tactical missiles”).

A-Combat Aircraft – SU-27SMK / SU-30MK2 FLANKER (ROSOBORONEXPORT (SUKHOI) – RUSIA) : (xx units) (ALL DELIVERED)

Dari komentar di atas tercantum:

Su-35SI direncanakan 74 unit.
Su-34 direncanakan 66 unit.
74 + 66 = 140 Jadi Total sementara 140 unit.

Lalu berikutnya ada SU-27SMK / SU-30MK2 …. (xx units), kita akan mencari berapa kira-kira angka yang disembunyikan oleh xx tersebut.

Dari apa yang sudah kita ketahui bersama bahwa ada campuran Sukhoi Su27 varian dan Su30 varian yang membentuk 1 skuadron dengan jumlah genap 16 unit.

Lalu masih ingatkah Anda tentang List dari Aviationweek yang saya munculkan di artikel Proyeksi Militer Indonesia 2009 – 2003 tanggal 25 Juni 2015 di JKGR ? Supaya ingat, list ini saya tampilkan lagi.
image003Ada tertulis Su30 Flanker jumlah total yang akan diakuisi lagi adalah 28 pesawat. Mari kita jumlahkan yang 16 Sukhoi campuran tadi dengan angka 28 pesawat seperti yang terdapat di daftar di atas.

16 + 28 = 44
Jika xx adalah 44 maka
74 + 66 + 44 = 184 pesawat Sukhoi
Lho, katanya 180 Sukhoi ? Ini kok 184 ? Nggak cocok tuh ! Dasar halusinasi, mabuk kecubung, tukang ngelem aibon !!!

Tenang, kan masih ada faktor pengurang.

Faktor Pengurang

Gripen-Indonesia says:
January 28, 2015 at 8:03 am
Apa yang dituliskan @bangjo ada benarnya.
Saya sudah menanyakan berulang-kali di formil2, tapi tidak ada jawaban yang pasti.
Dimanakan TS-2701, -2702, -3001, dan -3002?
Keempat Sukhoi dari batch pertama.

Foto terakhir mereka (yg saya dapat) hanya dari tahun 2008, setelah itu, mereka tidak pernah muncul dimana2.

Lihat saja foto2 dari parade Sukhoi untuk hari kemerdekaan bbrp tahun terakhir! Mereka tidak pernah hadir!

Saya harap ada yang dapat memberikan informasi yang lebih jelas.

Jalo says:
January 28, 2015 at 8:54 am
Ada masalah di airframe dan mesinnya….
Mari ke hanggar di Maros, lagi terpakir sekarat gitu barangnya…

Nah, sekarang mari kita ambil yang 4 Sukhoi batch pertama yang dibilang rusak itu sebagai faktor pengurang. Jadi akan didapat :

184 – 4 = 180. Ya, ada tepat 180 Sukhoi yang diperkirakan akan mengawal langit nusantara pada tahun 2024.

Terima kasih Mbak Nora, Bung Sayaret, Bung Gripen-Indonesia, Bung Jalo. Tanpa data dan clue dari kalian, saya tidak akan mungkin memecahkan misteri 180 Sukhoi ini. Hurra percoyo yen ora ono potone (Tidak percaya kalau tidak ada fotonya) ?.

Coba dinalar mengapa Rosoboronexport Rusia pada Indo Defence 2014 hanya menyertakan selebaran saja dan model kecil dari Sukhoi ? Kok mereka tidak segempar EF Typhoon dan JAS Gripen dalam menawarkan produknya ?.

Yang di atas itu baru Sukhoi saja lho, belum F16, dan pesawat tempur lainnya, pesawat angkut dan lain-lain.

Hehehehe silakan hoek-hoek ya…Tukang Ngitung lagi halusinasi …hihihihi
Ayo Mari Kita Berhitung ! ada seri 3 nya lho …
Dari Tukang Ngitung, PhD.
(JKGR)

Pengganti KRI OWA dan Nasib KFX -Leaks

 
KRI OWA 354 (Antara)
KRI OWA 354 (Antara)

Beberapa frigate akan diganti termasuk KRI OWA si kandang Yakhont. Dalam briefing terkhir Menhan dengan presiden, penggantian frigate adalah termasuk di dalamnya, juga penganti Parchim class yang menua!.

Dalam matra laut presiden meminta menunggu sampai PKR Sigma class yang modulnya sedang dikerjakan PT.PAL selesai, untuk kemudian pesanan kapal ditambah sampai 2025, sesuai jumlah yang dibutuhkan.

Saat ini tim dari PT. PAL dan BPPT sedang blusukan mencari galangan yang siap mendampingi PT.PAL memproduksi PKR tersebut.

Sebuah sumber di kalangan Istana menyebutkan pekembangan alutsista laut Indonesi dipantau Republik Rakyat Tiongkok, karena Tiongkok pernah menawarkan Jiangkai frigate kepada Indonesia (melalui seorang menteri. Tawaran disampaikan saat presiden menceritakan kunjungannya ke Batam).

Bahkan Tiongkok siap menduplikat galangan Jinkei class di Banjarmasin, atau Bitung. Semua dengan biaya Bank of China. Menurut sumber tersebut saat mendapat tawaran itu Presiden Jokowi says: Dilihat dulu. jangan asal kredat kredit”.

Mengenai proyek KFX Korea Selatan – Indonesia. Radar AESA memang kecil kemungkinan teknologinya ditransfer, mengingat nilai tawarnya sangat tinggi sekali. Hal ini juga yang membuat beberapa pengambil keputusan melirik pesawat buatan SAAB.

Bahkan dalam pertemuan terakhir presiden dan menhan, di dalam daftar yang dibawa Menhan, nama pesawat buatan SAAB tersebut muncul menjadi alternatif penganti F16 A/B. (JKGR)

Alutsista Indonesia 2015 dan Proyeksi ke Depan

 
HQ-16 SAM Air Defense
HQ-16 SAM Air Defense

JKGR: Angkatan Darat Myanmar baru saja mendapatkan sistem pertahanan udara HQ-12. Bagaimana dengan Indonesia. Dulukan bahkan sudah ada pihak TNI yang meninjau HQ-16 ke Tiongkok ?

Kunto: dari TNI AU ada QW 2 juga bung.bila tidak ada penambahan chinook dan blackhawk barangkali satuan artileri kita sudah menerima HQ 9 dari Cina.yang menarik adalah HQ 16 untuk Kosekhanudnas I&IV yang sampai sekarang belum diterima kedatanganya padahal sudah ada serah terima dari kemenhan pada awal 2014.

JKGR: TNI AL sedang membentuk skadron helicopter anti kapal selam. Bagaimana Anda melihat proyeksi kekuatan Angkatan Laut, untuk elemen pemukul ?


Kunto: untuk ASW memang akan dikirim sampai tahun 2017 mengisi ROOn 100, bila ini selesai akan dilanjutkan dengan mengaktifkan kembali ROON 500 elang laut. Beberapa kandidat yang sudah memasukan penawaran antara lain SU 34, SU 33, TU 22M2I (dalam penawaran hanya 3 biji), Rafale marine, Hian H6 dari china (ditawarkan saat kunjungan Jokowi ke China. Dari info yang beredar mereka tidak hanya mau kasih ToT tapi siap memberikan pabriknya kalau presiden Jokowi mau, asal tidak menjual teknologinya dan bila menjual harus ada fee untuk pihak China, termasuk bila itu untuk angkatan bersenjata Indonesia sendiri) F 18.  Bila skadron ini terbentuk kendalanya adalah pangkalan utama lengkap selain Juanda.

JKGR: Kunjungan USS Rushmore ke Manado beberapa waktu lalu, mengingatkan kita dengan kunjungan senator AS John McCain di akhir tahun 2014, yang berniat mendorong peningkatan kerja sama Indonesia AS. Bagaimana sebenarnya sikap AS saat ini ?

Kunto: Kedatangan senator John McCain semata untuk mencari dukungan Indonesia atas posisi America di pentas Asia menghadapi China. Amerika sempat menawarkan kapal patroli cepatnya ke Indonesia dan karena Indonesia menampik kapal tersebut pada akhirnya dihibahkan ke Vietnam.
Indonesia pernah ditawarkan untuk menerima hibah berbayar seperti kapal USS Rushmore yaitu USS Germantown tapi sekali lagi Indonesia menampik karena kita sudah bisa bikin KRI Banjarmasin yang fungsinya sama. Indonesia menginginkan kapal sekelas USS Simpson, tentu tidak dikabulkan, karena akan membuat Indonesia trigger happy, berkelahi dengan selatan yang mana diangap merusak perimbangan kekuatan Asia Tengara.

JKGR: Dulu Jenderal Moeldoko mendorong pembelian SU-35. Bagaimana dengan Panglima TNI yang baru, Jenderal Gatot Nurmantyo ?

Kunto : Jenderal Gatot Nurmantyo adalah jenderal TNI AD yang mendukung dibelinya SU 35. Pak Gatot juga paham efek deterence yang dimiliki SU 35. Saya termasuk yang percaya tidak ada air mata di mabes AU.

JKGR: Banyak Warjager yang berpendapat, setelah Indonesia berhasil membuat frigate PKR, ada baiknya masuk ke kelas Kapal Destroyer, tentu sistem elektronik dan sistem senjatanya berbeda. Kebutuhan ini untuk mengimbangi Destroyer Hobart Class yang diluncurkan Australia Bagaimana pendapat Anda ?

Kunto: Soal heavy frigate memang dilematis, karena semua negara pembuat heavy fregate tidak ada yang mau skema ToT. Hanya Spanyol yang mau-ini yang membuat pindah dari KDX korea ke F2000, meski yang di ToT adalah beberapa komponen yang cuma 7% dari keseluruhan. Yang cukup mengejutkan dalam kunjungan Menhan mendampingi Presiden ke Jepang terungkap informasi, kita ditawarkan untuk membeli Akizuki bahkan Kawasaki p-. Tadi siang dalam acara santai di Aula Kemenhan, seorang pejabat Kemenhan bercerita tentang ini. Jepang juga menawarkan combat management battle and comunication system. Semoga ada yang nyantol ya Bung.

(JKGR)

Prajurit TNI AL dalam Pertempuran Teluk Sibolga

 
image002
Ilustrasi pertempuran laut

Salah satu bunyi Perjanjian Linggarjati (15 November 1946 -disahkan 25 Maret 1947) yang disepakati Indonesia dan Belanda, adalah negeri kincir angin itu bersedia mengakui secara de jure, Pulau Sumatera, Jawa dan Madura sebagai wilayah kedaulatan Republik Indonesia.

Sayangnya, Belanda baik di darat, laut dan udara masih kerap melakukan tindakan provokatif. Salah satunya yang terjadi di Teluk Sibolga, Sumatera Utara, 9 Mei 1947.

Diawali upaya Belanda yang memang ingin melemahkan ekonomi Indonesia dengan blokade laut, sebuah kapal Torpedo Jaeger (pemburu torpedo) Hr.MS Banckert JT-1 milik Koninklijke Marine (AL Belanda) diperintahkan berpatroli di pesisir barat Sumatera, 6-19 Mei 1947.

Sibolga adalah sebuah Kota Tua yang berada di tepi laut. Kota ini terletak tidak terlalu jauh dari Kota Barus yang konon ceritanya merupakan pintu masuk penyebar agama islam pertma di Sumatera Utara.

Dewasa ini, Sibolga lebih dikenal sebagai kota parawista yang menawarkan wisata pantai dan pulau-pulau indah. Salah satu yang terkenal adalah Pulau Mursala yang terkenal dengan air terjun mursalanya. Sebuah Air terjun yang airnya langsung jatuh ke laut. Hanya ada beberapa air terjun yang airnya langsung jatuh ke laut di dunia.

Citra Satelit Air Terjun Mursala (google earth)
Citra Satelit Air Terjun Mursala.

Sibolga Masa Sebelum Kemerdekaan, tumbuh sebagai kota dan bandar pelabuhan ekspor-impor yang memainkan peranan penting di percaturan ekonomi internasional. Oleh sebab itu, Sibolga juga menjadi wilayah yang multi-etnis, terjalain kerukunan antar etnis yang erat.

Namun Jaman keemasan Sibolga sebagai bandar pelabuhan berakhir ketika bala-tentara Kekaisaran Jepang menduduki Indonesia. Pada masa Pendudukan Jepang (1942-1945) Sibolga berada di bawah kendali Tentara AD ke-25 yang berkedudukan di Bukittinggi.

Bagi Jepang Sibolga memiliki nilai strategis di bidang sosial ekonomi dan militer, karena posisi geografisnya menghadap ke Teluk Sibolga yang langsung menuju ke Samudera Hindia. Jepang kemudian membangun sejumlah benteng pertahanan dan bunker untuk mengantisipasi kemungkinan serangan Sekutu dari Australia dan Asia Selatan.

Sementara itu di bidang sumber daya manusia, Jepang memperkuat militernya dengan merekrut pemuda-pemuda pribumi yang tergabung dalam beberapa badan semi kemiliteran.

Angkatan Laut Kekaisaran Jepang (Nihon Kaigun) membentuk organisasi Kaigun Heiho (Prajurit Pembantu AL). Untuk tujuan tersebut, AL Jepang mendirikan sekolah-sekolah pembantu AL dan pelayaran serta galangan-galangan kapal.

Inisiatif Jepang tersebut mendapat reaksi positif dari para pemuda dan tokoh-tokoh nasionalis Indonesia. Ratusan pemuda yang berminat menjadi pelaut dan marinir mendatangi pusat-pusat perekrutan AL pada tahun 1943.

Para pemuda Indonesia yang menjadi anggota Kaigun Heiho umumnya tidak mengetahui situasi peperangan di Pasifik, karena Jepang melakukan sensor ketat terhadap pemberitaan di media massa.

Pihak Jepang sesungguhnya tengah “keteteran” menghadapi tekanan militer Sekutu yang kian hebat sejak tahun 1943. Perang Pasifik mencapai klimaksnya ketika Sekutu menjatuhkan bom atom di dua kota industri utama Jepang, Hiroshima dan Nagasaki, yang memaksa Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu.

Tanda tanya mulai menggayuti para anggota Kaigun Heiho di Sibolga ketika melihat kesibukan luar-biasa bala tentara Jepang di barak-baraknya, yang menandakan sesuatu yang besar tengah terjadi.

Keheranan kian mengental ketika persenjataan mereka dan senjata-senjata di kapal atau pangkalan mulai dilucuti. Jawaban yang jelas baru muncul tanggal 12 Agustus 1945, ketika seluruh anggota Kaigun Heiho dikumpulkan oleh perwira AL Jepang dan diberikan informasi bahwa perang telah selesai dan mereka diperbolehkan pulang ke kampung masing-masing.

Setelah “apel perpisahan” tersebut, salah seorang anggota Kaigun Heiho, yaitu Oswald Siahaan, dipanggil menghadap komandan batalyonnya (perwira Jepang) yang berpesan: “Kami kalah, kalian jangan kalah lawan Sekutu, senjata ada, kami tinggalkan di gudang”.

Setelah itu, seluruh personil AL Jepang meninggalkan Sibolga dengan kapal-kapalnya. Para mantan anggota Kaigun Heiho Sibolga, kemudian membongkar gudang senjata AL Jepang pada tanggal 13 Agustus 1945.

Apa yang dikatakan oleh komandan Jepang ternyata benar, di gudang masih tersimpan sejumlah besar senjata dan amunisi. Keesokan harinya, tanggal 14 Agustus pukul 21.30, seluruh senjata dan sekitar 16 peti amunisi diboyong ke Sibolga Julu.

Semua itu menjadi modal awal para pejuang bahari dalam membentuk organisasi kemiliteran ketika Proklamasi Kemerdekaan dikumandangkan.
Hr.MS Banckert JT-1 milik Koninklijke Marine
Hr.MS Banckert JT-1 milik Koninklijke Marine

Pangkalan ALRI di Sibolga terbentuk saat berlangsung proses kapitulasi dan repatriasi bala tentara Jepang ke tanah-airnya.

Sekutu mengeluarkan perintah agar Jepang menjaga status-quo di Indonesia sementara menunggu kedatangan pasukan Sekutu untuk mengambil-alih kekuasaan.

Kevakuman pemerintahan ini dimanfaatkan bangsa Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945 di Pegangsaan Timur 56 Jakarta. Bangsa Indonesia secara spontan segera membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR) pada tanggal 22 Agustus 1945 dan badan kelaskaran, yang tugasnya mengambil-alih fasilitas pemerintahan, militer dan senjata dari Jepang.

Akibatnya, tak jarang terjadi bentrokan fisik dengan militer Jepang. Berita Proklamasi 17 Agustus sesungguhnya telah diketahui oleh masyarakat Sibolga melalui radio dan berita selengkapnya mengenai langkah-langkah awal yang harus diambil pasca Proklamasi diterima tanggal 22 Agustus 1945.

Instruksi mengenai upaya pemulihan dan pengambil-alihan situasi keamanan di Sibolga diterima dari utusan BKR Pusat Jakarta, yaitu Hadely Hasibuan. Setelah berkonsolidasi, para mantan anggota jawatan pelayaran, Gyugun-Heiho, KNIL dan sebagainya, pada bulan Oktober 1945 membentuk BKR Laut Sibolga.

BKR Laut Sibolga pada tanggal 15 November 1945 berubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Laut sebagai tindak-lanjut Maklumat No. X tanggal 5 Oktober 1945 mengenai pembentukan TKR sebagai organisasi militer. Selanjutnya pada tanggal 25 Januari 1946 TKR Laut kembali berubah menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI) Laut.

Pada tanggal 5 Mei 1946 TRI Laut diresmikan oleh pemerintah menjadi Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) Pangkalan Sibolga.Memasuki bulan Maret 1947, dilakukan reorganisasi ALRI Pangkalan Sibolga menjadi ALRI Pangkalan Besar Sibolga yang membawahi Pangkalan A Sibolga.

Pangkalan A merupakan kesatuan setingkat batalyon yang bertanggungjawab atas keamanan di sekitar Pelabuhan Sibolga. Belanda yang membonceng pasukan Sekutu (Inggris), bermaksud mengembalikan kekuasaan Hindia-Belanda, telah memancing perlawanan dari pihak Indonesia.
Para anggota TKR, laskar dan badan perjuangan menggelar sejumlah penyergapan serta penyerangan terhadap pasukan Sekutu. Di Sumatera Utara, daerah perjuangan tersebut, dikenal sebagai Medan Area. Pertempuran Medan Area terus berlanjut hingga penyerahan tongkat komando keamanan dari Sekutu kepada Belanda tanggal 15 November 1946, dan setelah itu para pejuang harus berhadapan langsung dengan kekuatan militer Belanda.

Pertempuran Laut Teluk Sibolga terjadi setelah Belanda menerima peralihan kendali keamanan di Indonesia dari Sekutu (Inggris). Belanda kemudian membentuk Pemerintahan Sipil Hindia-Belanda (NICA/ Netherlands Indie Civil Administration).

NICA menempuh dua jalur kebijakan di Indonesia, yaitu diplomatik dan militer. Di jalur diplomatik, NICA menggelar perundingan Linggarjati (10-15 November 1946), dimana salah satu klausulnya Belanda mengakui wilayah kedaulatan Indonesia yang meliputi Pulau Jawa, Sumatera dan Madura.
Walau secara de jure Belanda telah mengakui kedaulatan Indonesia, namun faktanya kekuatan militernya masih bertahan di Jawa, Sumatera dan Madura, serta sering melakukan tindakan provokasi.

Tidak hanya itu, di beberapa daerah Belanda kerap melakukan aksi intervensi di wilayah Republik Indonesia, yang antara lain terjadi di perairan Teluk Sibolga. Sementara itu di sisi lain, di pihak Indonesia pun banyak kalangan yang tidak menyetujui hasil Perjanjian Linggarjati yang dinilai sebagai pengingkaran terhadap bentuk Negara Kesatuan RI, yang telah disepakati meliputi seluruh wilayah ex-Hindia-Belanda.

Sikap pro-kontra yang terjadi di kedua belah pihak, Indonesia dan Belanda, pada akhirnya berbuntut agresi militer pada bulan Juli 1947 yang dilancarkan oleh militer Belanda.

Insiden pelanggaran wilayah kedaulatan RI di perairan Teluk Sibolga oleh kapal perang AL Kerajaan Belanda, sesungguhnya dilandasi oleh kebijakan Belanda untuk melemahkan kekuatan sosial, politik, ekonomi dan militer Indonesia.

Untuk itulah, Belanda melakukan blokade di laut, darat dan udara, serta mengintimidasi dan menghalangi berbagai arus lalu-lintas perekonomian yang menuju atau bertolak dari Indonesia ke luar-negeri.

Belanda menerapkan peraturan bahwa semua kegiatan lalu-lintas perekonomian harus mendapat izinnya dan melalui fasilitas pelabuhan di daerah yang diduduki Belanda.

Ketegangan antara Indonesia dengan Belanda kian memuncak ketika sebuah kapal perang AL Belanda jenis penghancur bertorpedo ( JT/ jaeger torpedo) Hr.Ms. Banckert JT-1 berpatroli di sepanjang pantai barat Sumatera untuk mengontrol lalu-lintas pelayaran disana antara tanggal 6 sampai 19 Mei 1947.

Dengan alasan bahwa hukum laut yang berlaku saat itu, adalah hukum laut teritorial Kolonial Hindia-Belanda, Hr.Ms. Banckert bermaksud melakukan kegiatan pemeriksaan terhadap semua kapal yang akan bongkar-muat di Pelabuhan Sibolga. Kapal perang Belanda tersebut, kemudian memasuki perairan Teluk Sibolga pada tanggal 9 Mei 1947 untuk melakukan pemeriksaan terhadap kapal dagang Singapura MTS Sembilan. Banckert berniat menarik kapal dagang itu ke Pelabuhan Padang (yang dikuasai Belanda).

Ternyata pada saat itu, di MTS Sembilan terdapat 2 personil ALRI yang tengah bertugas melakukan pengamanan di kapal, yang kemudian dipaksa turun dan dikembalikan ke Pelabuhan Sibolga dengan motor boat Belanda. Pelanggaran perairan tersebut diprotes keras oleh Residen Tapanuli Dr. F.L. Tobing melalui surat yang disampaikan oleh tim utusan (sejumlah perwira TKR) kepada Komandan Kapal Hr.Ms. Banckert, Mayor G. Kondys.

Isi surat tersebut meminta dengan tegas, kapal perang Belanda agar meninggalkan perairan Sibolga karena melanggar hasil Perjanjian Linggarjati. Protes tersebut awalnya, ditanggapi positif oleh Banckert yang meninggalkan perairan Teluk Sibolga pada tanggal 10 Mei. Namun rupanya itu hanya merupakan taktik pengelabuan Belanda saja untuk mengecoh perhatian pihak Indonesia, yang saat itu telah bersiap-siaga penuh di sekitar Pelabuhan Sibolga.

Pukul 13.30 di hari yang sama, kapal perang Belanda tersebut kembali memasuki perairan Sibolga, masih dengan alasan yang sama, yaitu hendak menyeret kapal MTS Sembilan karena tidak memiliki izin dari Pemerintah Belanda (NICA).

Kehadiran Banckert –yang semula dikira menghormati protes Residen Tapanuli- terpantau oleh Pos ALRI yang berkedudukan di Bukit Ketapang, yang menghadap langsung ke Teluk Sibolga, dan segera melaporkannya ke Markas ALRI Pangkalan A Sibolga.

Saat yang bersamaan, secara kebetulan di Pangkalan A tengah dilakukan upacara peresmian Pangkalan Besar dan Pangkalan A ALRI Sibolga oleh Residen Tapanuli yang dihadiri sejumlah perwira TRI dan badan perjuangan.

Berita tersebut kontan mengejutkan, namun karena telah diantisipasi sebelumnya, maka Pangkalan A segera memerintahkan seluruh pasukan untuk bersiaga penuh. Beberapa penembak mahir ALRI segera menempati posnya di Bukit Ketapang, yang hanya berjarak 1,5 mil dari posisi kapal MTS Sembilan, sedangkan perwira ALRI dan tim negosiator yang ditugaskan untuk berunding dengan pihak Belanda segera meluncur menggunakan motor-boat ke MTS Sembilan.

Delegasi Indonesia terdiri atas: Kapten Jetro Hutagalung, Letnan Sabar Hutagalung, Letnan Banggas Lumban Tobing, Letnan Muda Sapiun Tanjung dan Letnan I Oswald Siahaan (Dan Kie II ALRI Pangkalan A merangkap pimpinan motor-boat), sedangkan sebagai awak kapal adalah Kopral ALRI Galung Silitonga dan Kopral ALRI Lambok Simatupang.

Namun, karena posisi Belanda lebih dekat dan lebih dahulu menurunkan motor-boat berisi pasukan Mariniers dan Pelaut bersenjata lengkap, telah mendahului on-board di MTS Sembilan.

Sementara itu, di Banckert juga telah dipersiapkan sebuah motor-boat yang dipimpin seorang perwira untuk melindungi pasukan mereka di kapal niaga Singapura itu. Setelah kedua belah pihak bertemu di MTS Sembilan dan perundingan baru saja akan dimulai, Banckert kembali menurunkan sebuah motor-boat bersenjata.

Naluri militer Letnan I Oswald Siahaan seketika bergetar, karena tindakan Belanda itu mengancam keamanan delegasi Indonesia. Seketika itu, ia memerintahkan seluruh delegasi agar segera turun ke motor-boat dan selekasnya kembali ke pelabuhan.
…komandan motor-boat Belanda mengeluarkan perintah: “vuur (tembak)!”…
Dalam perjalanan, ternyata kedua motor-boat Belanda mengejar motor-boat ALRI dan berusaha menjepitnya. Motor-boat ALRI berhasil keluar dari jepitan musuh, namun tiba-tiba, komandan motor-boat Belanda mengeluarkan perintah: “vuur (tembak)!” yang langsung diikuti tembakan gencar dari mitraliur 20 mm dan Oerlikon ke arah motor-boat ALRI.

Melihat hal tersebut, satuan penembak mahir ALRI pimpinan Letnan Muda Ari Poloan dibantu Seksi II Kompi II yang berkedudukan di Bukit Ketapang, kontan melepaskan tembakan perlindungan dengan gencar ke kapal-kapal Belanda.

Pasukan Polisi Tentara Laut yang berkedudukan di pelabuhan juga turut membantu. Setelah kontak senjata selama setengah jam, akhirnya kedua kapal Belanda bergerak kembali ke Banckert.
Akibat peristiwa tersebut, Kopral Galung Silitonga gugur dan Kopral Lambok Simatupang terluka, sedangkan di pihak Belanda seorang sersan penembak terluka parah, sementara seluruh delegasi perunding selamat.

Peristiwa kontak senjata tanggal 10 Mei tersebut, kemudian disikapi dengan menghimpun seluruh kekuatan perjuangan di Tapanuli agar bersatu untuk mempertahankan Pelabuhan Sibolga, pelabuhan samudera satu-satunya di Sumatera Utara yang masih dikuasai RI.

Strategi pertahanan segera disusun, termasuk menempatkan baterai-baterai meriam anti tank dan kaliber 20 mm. Kekhawatiran Indonesia terbukti, karena pada tanggal 11 Mei sore Hr.Ms. Banckert kembali memasuki perairan Teluk Sibolga.

Melalui perantara nahkoda kapal Pincalang yang ditahannya, Komandan Kapal Belanda mengirim pesan agar pihak Indonesia menyerahkan awak kapal MTS Sembilan yang berada di Sibolga. Pihak Indonesia menjawabnya dengan ultimatum, yang isinya :

” Sesuai dengan naskah perjanjian linggarjati bahwa negara Republik Indoensia sudah diakui oleh Belanda, dan PBB secara de facto maka kedua belah pihak kerajaan Belanda dan Republik Indoensia supaya saling hormat – menghormati, tidak boleh melanggar teritorial kedua belah pihak. Karena teluk Sibolga adalah hak teritorial ri diminta agar kapal perang HRMS. Banckert jt – 1 segera meninggalkan teluk Sibolga dalam tempo 1 x 24 jam. Bila tidak diindahkan konsekuensinya akan diambil tindakan dengan gempuran senjata, dengan batas waktu sebelum jam 10 wib tanggal 12 mei 1947”.

Ultimatum tersebut tidak diindahkan Banckert hingga batas waktu yaitu pukul 10.00 tanggal 12 Mei. Tembakan pertama dilepaskan oleh unit meriam Pesindo (Pemoeda Sosialis Indonesia) yang diikuti tembakan gencar lainnya ke arah Banckert.

Akhirnya, berkobarlah pertempuran sengit di Teluk Sibolga. Dalam pertempuran tanggal 12 Mei itu, 4 anggota TRI (2 diantaranya anggota ALRI) gugur yaitu Lettu Oswald Siahaan dan Kopral ALRI Zulkifli Tanjung dan 2 terluka berat, sementara di pihak Belanda diperkirakan 5 personilnya terluka parah.

Peristiwa Pertempuran Laut Teluk Sibolga ini menunjukkan semangat perjuangan Bangsa Indonesia terkhusus masyarakat Sibolga di mata Belanda maupun dunia Internsional bahwa Negara Republik Indonesia itu memang ada dan perlu diakui eksistensinya oleh dunia Internasional.

Namun, sebagai dampak dari pertempuran ini adalah semakin berkurangnya frekuensi kunjungan kapal – kapal dagang dari Singapura yang tentunya berpengaruh terhadap perekonomian daerah setempat.

Belanda yang berusaha untuk menjajah kembali dengan membonceng sekutu di perairan Sibolga tetapi hal tersebut mendapat perlawanan dari para pejuang termasuk Lettu ALRI Oswald Siahaan yang memanfaatkan senjata dan amonisi dari tentara Jepang, karena pihak Belanda telah melanggaran wilayah RI setelah kekalahan Jepang terhadap Sekutu yang tersirat di perjanjian Linggarjati maka terjadilah pertempuran sejak tanggal 24 Desember 1948 selama lima hari, sehingga ALRI Sumatera Timur Selatan dengan ALRI Tapanuli ditetapkan berpangkalan di Sibolga.

Adanya perlawanan dari para pejuang Republik Indonesia dan tekanan Internasional memaksa Belanda untuk duduk di meja perundingan, kemudian PBB membentuk Komisi PBB untuk Indonesia atau UNCI (United Nation Commission for Indonesia) pada tanggal 28 Januari 1949 dicapai kesepakatan gencatan senjata sebagai hasil perundingan Roem-Roijen di Den Haag Belanda.

Pada tanggal 23 Agustus 1949 hasil Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, disepakati adanya pengakuan Kedaulatan RI oleh Kerajaan Belanda serta membentuk Indonesia Serikat. Dengan diakuinya kedaulatan Indonesia maka dibentuklah Angkatan Perang Republik Indonesia.

Pengakuan Kedaulatan Indonesia ditandatangani di Den Haag pada tanggal 23 Agustus 1949, kemudian seluruh kekuatan perjuangan ALRI Tapanuli di kumpulkan di Sibolga, Pada tanggal 27 Desember 1949 diadakan penyerahan Marine Basis sektor Sibolga di Baros dari Koninklijke Marine (KM) kepada ALRIS.

Setelah masa penyerahan Marine Basis sektor Sibolga, selanjutnya adalah masa konsolidasi pembentukan kekuatan setelah mengalami masa perjuangan pra kemerdekaan dan perang kemerdekaan (revolusi fisik) yaitu adanya agresi militer sekutu, sehingga sejak saat itulah perkembangan kekuatan pangkalan di Sibolga mulai diadakan penataan dan penyusunan baik dibidang Organisasi maupun administrasinya, perkembangan terus terjadi untuk memperbaiki administrasi Pangkalan.

Perkembangan organisasi pangkalan Sibolga terus terjadi baik secara fisik maupun administrasi sehingga terjadi perubahan nama menjadi Sional Sibolga tahun 1985, kemudian berubah kembali menjadi Lanal Sibolga tipe B tahun 1999, dan Akhirnya berdasarkan Surat Keputusan Kepala Staf TNI-AL Nomor : kep/11/VIII/2004 tanggal 26 Agustus 2004 berganti nama menjadi Pangkalan TNI AL Sibolga tipe C Kedudukan secara administratif dibawah Lantamal II.

Pangkalan Angkatan Laut Sibolga sejak zaman Jepang dan Belanda mempunyai peranan amat penting, karena pangkalan Sibolga merupakan Pangkalan Angkatan Laut terbesar di pantai Barat Sumatera, hingga saat ini hal tersebut tidak diragukan.

Setelah membaca dari penelusuran sejarah tersebut pembentukan Pangkalan di Sibolga dimulai ketika direbut pertama kali dari kekuasaan tentara Jepang dan diserahkan pada tanggal 5 Mei 1946, kemudian pangkalan tersebut berusaha dikuasai Belanda hingga akhirnya diserahkan Pangkalan Sibolga dari Koninklijke Marine (Angkatan Laut Kerajaan Belanda) kepada Pemerintah Republik Indonesia dalam hal ini Angkatan Laut Republik Indonesia pada tanggal 27 Desember 1949.

Untuk mengenang pertempuran yang heroik itu, maka dibangunlah sebuah monumen Oswald Siahaan.Untuk mengenang semua jasa para leluhur pejuang bangsa. Yang menarik, monemen ini sekarang sudah dilebgkapi satu unit tank PT-76 dan Meriam Howitzer yang diserahkan Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL), Laksamana Marsetio sebagai hadiah dari Panglima TNI untuk melengkapi Monumen Oswald Siahaan. Keduanya terpajang gagah seakan mengawal monumen sebagai sejarah adanya pertempuran di wilayah laut Teluk Tapian Nauli Kabupaten Tapanuli Tengah.
image009
Monumen Oswald Siahaan kini dilengkapi Tank PT-76 dan Meriam Howitzer

Menurut Danlanal Sibolga Letkol (P) Laut Ivan Gatot Prijanto Tank dan Meriam ini masih aktif namun tidak begitu maksimal lagi untuk dioperasikan. Monumen ini berdiri pada tahun 1996, berada di kawasan perumahan TNI AL terletak di Jalan Sibolga – Barus KM 4, Dusun Panakkalan, Desa Tapian Nauli I, Kecamatan Tapian Nauli. Secara administratif sudah masuk wilayah Tapanuli Tengah namun pemeliharaannya menjadi tanggung jawab dari Lanal Sibolga.

Selain monumen, nama Oswald Siahaan juga di abadikan sebagai nama kapal perang perusak kawal berpeluru kendali Ahmad Yani Class. Kapal bekas frigat Belanda ini dibangun tahun 1964. Dan kapal inilah yang berhasil meluuncurkan Rudal Yakhont asal Rusia dalam sebuah latihan militer.
image012
KRI Oswald Siahaan-354 Tenbakan Rudal Yakhont April 2011 di Perairan Selat Sunda
KRI Teluk Sibolga-536
Owesome Picture KRI Teluk Sibolga-536

Lalu ada KRI Teluk Sibolga-536 yang penamaanya di ambil dari nama teluk Siboga. Kapal perang ini pernah datang ke Teluk Sibolga kemudian merpat di Lanal Sibolga untuk mengantarkan Tank PT-76 dan Meriam Howitzer yang akan di pajang di Monumen Oswald Siahaan.ini adalah kapal perang jenis kapal pendarat kelas Teluk Gilimanuk yang dibangun tahun 1977 dan dibeli oleh indnesia dalam paket pembelian kapal perang bekas Jerman Timur pada tahun 1993.

(JKGR)

KCR 60 IV dalam Pengerjaan

 
Kapal Cepat Rudal, KCR 60 M yang ke empat, memasuki tahap akhir pengerjaan bagian badan kapal.  Kapal buatan Pindad ini
KCR 60 keempat dalam pengerjaan

Kapal Cepat Rudal, KCR 60 M yang keempat, memasuki tahap akhir pengerjaan bagian badan kapal. Kapal buatan PT PAL ini merupakan kapal pemukul reaksi cepat yang dalam pelaksanaan tugasnya mengutamakan unsur pendadakan, mengemban misi menyerang secara cepat, menghancurkan target sekali pukul dan menghindar dari serangan lawan dalam waktu singkat pula.

Kapal berukuran panjang 60 meter, lebar 8,10 meter, dan berat 460 ton ini memiliki sistem pendorong handal yang mampu berlayar dan bermanuver dengan kecepatan 28 knot.

TNI berencana melengkapi semua KCR-60 dengan rudal C-705 yang akan dikerjakan oleh Indonesia dan China.

Photo: Nufix
Defence.pk

Pro Kontra Rencana Penenggelaman Tank Tua TNI AD

Lapis baja tua tni Alvis Saracen produk tahun 1960-an (photo: ipenk)
Lapis baja tua tni Alvis Saracen produk tahun 1960-an

Jakarta – Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Darat Brigadir Jenderal Wuryanto menjelaskan tank bekas Perang Dunia II yang kabarnya akan disulap menjadi rumpon dan ditempatkan di perairan Kepulauan Seribu untuk menambah daya tarik wisata, masih sebatas wacana.

“Itu baru wacana saja. Itu pun dari bupati (Kepulauan Seribu), di kita sendiri, Angkatan Darat, belum kedengeran soal itu,” kata Wuryanto kepada Suara.com, Kamis (16/7/2015).

Saat ini, kata Wuryanto, TNI AD belum memutuskan soal itu, apalagi menyangkut soal penggunaan alat utama sistem pertahanan.

“Itu prosesnya sangat panjang. Apalagi terkait proses untuk menghapus aset, apalagi alutsista itu, akan sangat panjang,” katanya.

Ketika ditanya berapa lama proses menghapus alutsista bekas, Wuryanto mengatakan tidak bisa ditentukan waktunya.

“Ukuran bukan berapa lama. Pasti lama. Kan dari prosedur pengajuan dulu dari pengguna atau pemegang, sampai ke tingkat Angkata Darat ke TNI,” kata dia.

Untuk menetapkan penghapusan alutsista, kata Wuryanto, juga membutuhkan sangat banyak pertimbangan.

“Jadi tidak bisa secara spontan,” kata dia.

Informasi rencana menaruh tank bekas di Kepulauan Seribu semula disampaikan oleh pelaksana tugas Bupati Kepulauan Seribu Budi Utomo kepada Suara.com. Budi mengatakan beberapa hari lalu, tim dari Kopassus sudah cek ke lokasi yang akan dijadikan tempat tank.

Ketika ditanya mengenai sudah ada tim Kopassus yang mengecek lokasi, Wuryanto mengatakan bisa saja anggota Kopassus tersebut hanya diundang untuk datang.

“Mungkin Kopassus diundang untuk melihat, mungkin saja. Yang jelas dari Angkatan Darat belum ada keputusan,” kata Wuryanto.

Sebelumnya diberitakan, lokasi yang akan ditaruh tank bekas berada di dekat Pulau Pramuka dan Pulau Karya. Tank tersebut nanti dijadikan rumpon atau rumah buatan untuk ikan. Tujuannya untuk menambah nilai keindahan wisata bawah laut.

“Pulaunya mungkin dekat-dekat Pulau Pramuka atau dekat Pulau Karya yang akan ditaruh tank Leopard untuk spot diving,” ujar Budi kepada Suara.com.

Lokasi yang akan dijadikan arena bagi pecinta diving itu, kata Budi, sudah diperiksa oleh tim dari Kopassus.

Tim tersebut berhasil menemukan tiga spot di bawah laut yang dinilai cocok untuk menaruh tank bersejarah.

“Sudah dicek waktu itu spotnya ada tiga titik, cuma kemarin terkahir tiga hari yang lalu, beliau komandan Kopassus sudah cek, dia bilang titiknya terlalu dalam,” kata Budi.

Setelah melihat keadaan bawah laut, kata Budi, tim Kopassus minta agar tank mereka diletakkan di kedalaman 10 meter.

Jadi, katanya, yang bisa menikmati tank bukan hanya penyelam, melainkan juga orang yang naik kapal.

“Dia mintanya yang kedalamannya sekitar 10 meter, jadi jika kalau air lagi bening kelihatan dari kapal. Tapi tiga titik itu ada memenuhi syarat,” kata Budi.

Dalam kunjungan kerja ke Kepulauan Seribu, Jumat (10/7/2015), Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat berharap warga setempat membantu menjadikan daerah mereka menjadi destinasi wisata.

“Khusus warga Kepulauan Seribu ke depan, diharapkan bisa menjadikan wilayahnya sebagai daerah tujuan wisata, dengan begitu apabila ada masyarakat yang ke sini bisa meningkatkan (perekonomian) dan kesejahteraan warga Kepulauan Seribu,” ujar Djarot di hadapan warga Pulau Harapan.

Agar wisatawan senang datang ke Kepulauan Seribu, Djarot berharap warga menyambut mereka dengan ramah.

“Persiapkan diri kita, warga Kepulauan Seribu yang bisa menerima tamu dengan baik, dan ramah, dan kita memberikan suasana yang nyaman bagi masyarakat yang datang,” ujarnya.
Yang lebih penting lagi, Ahok mengajak warga Kepulauan Seribu untuk menjaga kebersihan lingkungan dengan tak membuang sampah sembarangan.

“Kalau kita pengin orang datang ke Pulau Seribu, harusnya Pulau Seribu jernih-jernih lautnya, bebas dari sampah. Makanya kita betul-betul dijaga dalam membuang sampah, ini kalau bisa bebas dari sampah pulaunya di Kepulauan Seribu biar bagus dan nyaman,” katanya.

Suara.com

Jumlah Pasukan Katak Ditambah

 
image
Surabaya – Jumlah Satuan Komando Pasukan Katak (Kopaska) TNI AL bakal ditambah, dari dua menjadi tiga satuan.

Penambahan ini mengikuti rencana pengembangan jumlah Armada Kawasan RI, dari dua menjadi tiga armada. Rencana penambahan Satuan Kopaska disampaikan Komandan Satkopaska Koarmatim Kolonel Laut (E) Yudhi Bramantyo seusai menyematkan brevet Manusia Katak pada mantan siswa pendidikan brevet Kopaska, saat penutupan pendidikan brevet Kopaska Angkatan XXXVIII, di Lapangan Laut Maluku, Komando Pengembangan Pendidikan Angkatan Laut (Kobangdikal), Bumimoro, Surabaya, kemarin.

“Kopaska yang semula dua satuan, akan ditambah menjadi tiga satuan, sesuai keberadaan armada yang akan dikembangkan menjadi tiga,” kata Yudhi Bramantyo, kemarin. Menurut dia, tiap armada, baik barat, timur, dan pusat, akan memiliki masing-masing Satkopaska. Tiap Armada ada satu satuan. Kopaska diperlukan negara seperti Indonesia yang merupakan negara kepulauan.
image
Penambahan Satuan Kopaska ini terus dimatangkan seiring pengembangan armada yang terangkum dalam Armada Nusantara. Komandan Kobangdikal Laksamana Muda TNI Ary Atmaja mengatakan, Kopaska merupakan pasukan yang direkrut secara khusus dan dididik, dilatih secara khusus.

Dimana, prajurit Kopaska menggunakan peralatan khusus untuk melaksanakan tugas- tugas yang tidak bisa dilaksanakan pasukan reguler, khususnya dalam melaksanakan peperangan laut khusus, Naval Special Warfare.
image
Pendidikan Kopaska, kata Ary, mempunyai tujuan dan sasaran, yaitu membentuk prajurit berkualifikasi Komando Pasukan Katak yang memiliki kecakapan dan kemampuan untuk melaksanakan tugas beraspek empat media, yakni media darat, udara, permukaan laut dan bawah laut.
image
Diketahui, pada penyematan brevet kemarin ditampilkan sejumlah demonstrasi, di antaranya pembebasan sandera dari kelompok teroris. Dengan kesigapan dan keahliannya, Pasukan Katak berhasil melumpuhkan kelompok teroris tersebut.
Sindonews.com

Proyek Jet Tempur KFX Menemui Jalan Buntu.

 
Model jet tempur KFX jika sudah jadi
Model jet tempur KFX jika sudah jadi

Seoul – Proyek Fighter Experimental Korea (KF-X) dari Angkatan Udara ROK bisa menemui jalan buntu tanpa transfer teknologi kunci dari Amerika Serikat. Namun, Defense Acquisition Program Administration (DAPA) mengklaim hal itu tidak akan terjadi, karena mereka memiliki pilihan transfer teknologi dari negara ketiga.

“Bidang paling lemah dari proyek KF-X adalah kebijakan lisensi ekspor dari AS,” kata Choi Jong-kun, Profesor ilmu politik dan diplomasi di Universitas Yonsei, pada 14 Juli 2015. Dia nmenambahkan, “Jika Korea harus melakukannya sendiri karena kurangnya transfer teknologi, proyek ini tidak akan dapat diselesaikan sesuai jadwal. ”

DAPA menandatangani perjanjian offset pada Oktober tahun lalu dengan Lockheed Martin yang harus memberikan teknologi kunci untuk proyek tersebut. Saat ini, prosedur perizinan ekspor tersebut sedang dibahas pemerintah AS. Dikatakan bahwa pemerintah AS tidak bersedia untuk memberikan empat teknologi kunci, termasuk radar aktif AESA.

DAPA mengatakan bahwa mereka mengejar /memenuhi jadwal yang telah ditentukan dengan terus berbicara dengan AS dan bekerja sama dengan negara ketiga, hanya jika persoalan transfer teknologi dengan AS, bermasalah.

Menurut profesor tersebut, AS mungkin akan terus menyimpan teknologi kunci tersebut untuk dirinya sendiri, karena kehadiran Indonesia, sebuah negara Islam, dalam proyek tersebut. “Jika Indonesia menarik diri dari proyek negara ini, masalah bisa muncul dalam bentuk beban anggaran dan pengurangan skala proyek,” lanjutnya.

Jung Suk-yee
15 Juli 2015
businesskorea.co.kr

Menengangkan, Pesawat Pengebom TNI AU Dikejar Jet Inggris

 
TU-16 Badger
TU-16 Badger

Indonesia menjadi satu-satunya kekuatan di aksawasan Asia yang memiliki pesawat pembom canggih. Sejak memiliki Tu-16, TNI AU mulai menebar ancaman ke negara-negara tetangga, termasuk Inggris yang saat itu menjaga Malaysia.

Saat berlangsungnya Operasi Dwikora, ketangguhan Tu-16 benar-benar diuji. Pesawat ini kerap kali berhadapan dengan pesawat tempur Inggris di udara.

Ceritanya bermula saat TNI AU memerintahkan Marsekal Muda (Pur) Syah Alam Damanik diperintahkan untuk terbak menuju Kuala Lumpur. Damanik terbang dengan ko-pilot Sartomo, navigator Gani dan Ketut dalam misi kampanye Dwikora.

Rupanya, rencana ini sudah bocor ke tangan Inggris, mereka berhasil menyadap percakapan yang berlangsung di Lanud Polonia, Medan dari Butterworth, Penang.

“Jadi mereka tahu kalau kita akan meluncur,” kenang Damanik, demikian dikutip dari website resmi TNI AU mengutip Majalah Angkasa.

Sesuai perintah yang diberikan, pesawat terbang menuju Kuala Lumpur. Tidak lama, awak pesawat sudah melihat Penang dari jarak dua mil. Belum sempat bernapas lega, salah satu awak melapor dua pesawat Javelin Inggris sudah terbang landas, Damanik memilih menghindarinya dengan berbelok.
“Celaka, begitu belok, enggak tahunya mereka sudah di kanan-kiri sayap. Cepat sekali mereka sampai, pikir Damanik.

Tak hanya membuntuti, kedua Javelin itu juga berusaha menggiring sekaligus memaksa Tu-16 mendarat di Malaysia atau Singapura. Suasana di dalam pesawat begitu tegang, bahkan Anggota Wara (wanita AURI) yang ikut dalam misi, ketakutan. Wajah mereka pucat pasi.

“Saya perintahkan semua awak siaga. Pokoknya, begitu melihat ada semburan api dari sayap mereka (menembak-Red), kalian langsung balas,” ungkap Damanik. Dengan perintah itu, Damanik berharap bisa menjatuhkan satu ada dua pesawaat tersebut.
tu-16
Di tengah kondisi yang penuh ketegangan, Damanik terus berpikir cepat agar lepas dari jet Inggris. Dengan mendadak, Tu-16 dibuatnya menukik. “Tapi, Javelin-Javelin masih saja nempel. Bahkan sampai pesawat saya bergetar cukup keras, karena kecepatannya melebihi batas (di atas Mach 1).”

Dalam kondisi high speed itu, sekali lagi Damanik menunjukkan kehebatannya. Ketinggian pesawat ditambahnya secara mendadak. Pilot Javelin yang tidak menduga manuver itu, kebablasan. Sambil bersembunyi di balik awan yang menggumpal, Damanik membuat heading ke Medan.

Keberhasilan ini membuat seluruh awak berteriak girang, kecuali di penembak bagian ekor. Mereka berteriak karena terjadi tekanan G yang besar hingga mengakibatkan radar Tu-16 ngadat. Meski begitu, pesawat ini berhasil mendarat kembali di Polonia, Medan. Merdeka.com

Thursday 16 July 2015

Dana Perawatan Alutsista

 
SU 30 MK (photo: Jeff)
SU 30 MK (photo: Jeff)

Jakarta – Dalam rencana strategis (renstra) kedua TNI, satu di antaranya adalah untuk perawatan dan perbaikan alutsista yakni sebesar Rp 120,6 triliun. Sebanyak Rp 93,9 triliun sendiri akan dialokasikan untuk TNI AU.

“Memang mahal. Memelihara pesawat terbang itu paling mahal. Kalau angkatan darat, tank di pinggir jalan nih bannya kempis, (bisa) tambal ban. Kalau udara nggak bisa,” ungkap Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu di Mabesad, Jl Veteran, Jakpus, Rabu (15/7/2015).

Dari dana renstra perawatan dan perbaikan alutsista yang disusun TNI, sebanyak Rp 17,4 T disiapkan untuk AL, sementara AD mendapatkan dana yang paling sedikit yakni Rp 9,3 T. Itu, kata Ryamizard, bukan soal pilih kasih melainkan karena biaya pemeliharan alutsista di AD memang membutuhkan dana yang lebih sedikit dibanding 2 matra lainnya.

“Menggerakkan prajurit cukup kasih air menaral saja. Tapi kalau laut dan udara ini harus BBM. Mahal itu,” tutur Ryamizard.

Walau biaya pertahanan untuk negara memerlukan biaya besar, Ryamizard sadar bahwa pemerintah tidak bisa langsung merealisasikannya. Adalah wajar menurut Ryamizard jika pemerintah mencairkan dana sesuai skala prioritas.

“Harus dihitung karena kalau TNI dan Kemhan nggak minta dan minta terus. Pemerintah kan masih ada pembangunan lain,” kata Ryamizard.

“Dari dulu TNI tidak memaksakan. Rakyat dululah. Rakyat lapar masa kita mau berlomba-lomba untuk beli alutsista. Kecuali kalau rakyat sudah senang, baru boleh. Prinsipnya itu,” sambung mantan KSAD tersebut.

Hanya yang jelas, disebutkan Ryamizard, pemerintah sudah memutuskan untuk tidak lagi membeli alutsista bekas dari negara lain. Ia yakin dengan kondisi dan renstra kedua TNI, kekuatan pertahanan negara sudah cukup untuk saat ini.

“Yang lama diganti barang-barangnya. Laut ada (alutsista) yang usianya 40 tahun, udara ada yang 30 tahun. Tapi sudah kuat kita ini,” ucap Ryamizard.

Saat ini Kemhan sendiri sedang mengkaji untuk mencari pesawat angkut pengganti Hercules. Sudah ada beberapa pesawat yang dipertimbangkan oleh Ryamizard.

“Kami lihat yang besar tapi bisa mendarat di lapangan pendek. Itu yang kami cari. Ada banyak pilihan, A400 salah satunya,” pungkas jenderal (purn) bintang 4 itu.

Detik.com

Ukraina Tawarkan ToT 60 % Radar “S-300″

  80K6M (Radarnya S300 versi Ukraina)

80K6M (Radarnya S300 versi Ukraina)

Jakarta – Meskipun situasi dalam negeri Ukraina sedang mengalami masalah atau konflik namun tidak mengganggu hubungan antara Indonesia dan Ukraina yang telah berjalan dengan baik.

Project antara kedua negara tetap berjalan dengan baik, Ujar Dubes Ukraina untuk Indonesia Mr. H.E. Volodymyr Pakhil saat melakukan kunjungan kepada Menhan Ryanizard Ryacudu, Jumat (10/7), di kantor Kemhan Jakarta.

Dalam kesempatan ini Dubes Ukraina mengatakan bahwa hubungan di bidang pertahanan dengan Indonesia telah berjalan dengan baik dan belum ditemukan masalah yang berarti selama ini. Untuk itu seperti disampaikan Dubes Ukraina bahwa pemerintahnya menyampaikan keinginannya untuk memperluas kerjasama dengan Indonesia.

Dubes Ukraina meyakinkan bahwa Ukraina adalah negara bersahabat dan partner yang dapat dipercaya di bidang pertahanan.

Saat ini di Kemhan terdapat draft memorandum kerjasama di bidang pertahanan yang sedang dilakukan pembahasan. Untuk itu Dubes Ukraina memomohon dukungan Menhan agar dilakukan pembahasan lebih lanjut dalam waktu dekat.

Disampaikan juga bahwa perwakilan delegasi Indonesia beberapa kali melakukan kunjungan ke Ukraina untuk melanjutkan project-project yang sedang berjalan. Kerjasama yang telah berjalan diantaranya produksi bersama dengan PT Pindad di Bandung.

Ukraina menyatakan kesiapannya untuk merlakukan transfer teknlogi dalam memproduksi radar secara bersama-sama dimana 60 persen diantaranya dapat diproduksi di Indonesia.

Untuk kedepannya Ukraina dapat memberikan teknologi tentang radar secara penuh.

Disela-sela kunjungannya kepada Menhan, atas nama pemerintah dan rakyat Ukaina, Dubes menyampaikan bela sungkawa yang mendalam atas musibah jatuhnya pesawat Hercules milik TNI AU.

Menanggapi hal tersebut, Menhan menyampaikan ucapan terima kasih kepada pemerintah Ukaina untuk simpatinya atas musibah jatuhnya pesawat Hercules TNI AU.

Sementara itu di bidang pertahanan, Menhan menyetujui kerjasama yang telah dijalin kedua negara dan langkah-langkah yang telah dijalankan serta keinginan Ukraina untuk menjalin hubungan yang lebih erat dengan Indonesia. Semoga kedepannya hubungan kedua negara semakin baik.
image
MR-1 UHF Band Radar
image
KOLCHUGA-M
image
image
80K6M (Radarnya S300 versi Ukraina)
image
dmc.kemhan.go.id

KSAL Tinjau Simulator Kapal Selam TNI

 ksal-mengamati-simulator-kapal-selam-2
KSAL Laksamana TNI Ade Supandi (kedua kanan) mengamati simulator kapal selam Submarine Control Simulator (SCS) usai peresmian gedung Submarine Training Center (STC) di komplek Komando dan Latihan (Kolat) Koarmatim, Ujung, Surabaya, Senin (13/7). Simulator kapal selam tersebut merupakan sarana untuk meningkatkan profesionalisme anak buah kapal (ABK) kapal selam guna mewujudkan TNI AL yang handal, kuat, dan disegani. SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ
ksal-mengamati-simulator-kapal-selam-3
ksal-mengamati-simulator-kapal-selam-4
Sejumlah anak buah kapal (ABK) mengoperasikan mesin simulator kapal selam Submarine Control Simulator (SCS) usai peresmian gedung Submarine Training Center (STC) di komplek Komando dan Latihan (Kolat) Koarmatim, Ujung, Surabaya, Senin (13/7). Simulator kapal selam tersebut merupakan sarana untuk meningkatkan profesionalisme anak buah kapal (ABK) kapal selam guna mewujudkan TNI AL yang handal, kuat, dan disegani. SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ



Tribunnews.com

Target Pencapaian Pembangunan Kapal Selam Indonesia


Apa saja target yang diinstal pada kapal selam Chang Bogo Indonesia yan dibuat oleh Korea Selatan:
Able to deploy sea mines
8 Torpedo tube launcher
Able to launch missile
Weapon control system : kongsberg MSI MK2.
Flank Array Sonar.
Radar & ESM : Indra (Spain).
Integrated Navigation System : SAGEM (France).
Optronic & Periskop : Cassidian (Germany).
Sonar : L3 Elac Nautic (Germany).
2 units life rafts with capacity for 25 personnel each for 6 days.
Compatible with Deep Submergence Rescue Vehicle (DSRV).

DSME Type 209-1400 (photos : Jane's, Militaryphotos)
DSME Type 209-1400 (photos : Jane’s, Militaryphotos)

Di dalam rencana pemenuhan alutsista yang mengacu kepada MEF, di tahun 2013 dalam sidang KKIP Kepala Staf TNI Angkatan Laut pada waktu itu telah mengungkapkan kebutuhan TNI AL, yaitu sebanyak 12 unit Kapal Selam untuk menjamin pengamanan wilayah NKRI. Dan sudah pula kita ketahui bahwa TNI Angkatan Laut kemudian memilih Kapal Selam dari Korea Selatan, yang dinamai DSME209/1400. Dalam kontrak pembelian, disebutkan Indonesia membeli 3 unit, di mana 1 unit terakhir rencananya akan dibuat di Galangan Kapal Nasional, PT. PAL Surabaya.

DSME209/1400 yang dipesan oleh TNI AL melalui Kementrian Pertahanan tersebut dari segi fisik bangunan kapalnya, adalah merupakan pengembangan serta perkawinan desain antara jenis 209/1200 Changbogo milik Korea Selatan dengan jenis 209/1300 Cakra milik Indonesia.

Dengan pengembangan dan perkawinan dua desain 209 ini menghasilkan varian 209 dengan bobot 1400 ton dengan berbagai kelebihan dan kecanggihan komponen-komponen pendukung yang terintegrasi di dalamnya. Selain mengembangkan jenis 209 mulai 1200 s.d. 1500 ton, galangan kapal DSME juga diketahui sedang memulai mengembangkan turunan dari desain 209 dengan bobot 3000 ton.
image
Kapal selam ini merupakan pesanan khusus dari Korean Navy untuk memperkuat skuadron kapal selam negara Korea yang mana sekarang ini baru terdiri dari beberapa kelas Midget, U209/1200 dan U214/1800. Proyek desain kapal selam berbobot 3000 ton ini sudah dimulai awal tahun 2015 dan rencana pembangunannya akan dimulai pada tahun 2016.

Kapal selam pesanan pemerintah Indonesia, meski merupakan turunan dari tipe U-209 buatan Jerman, TNI AL meminta spesifikasi yang tinggi terhadap kapal selam DSME209. Diantaranya adalah, memiliki kesenyapan yang tinggi, mampu menghindari deteksi, mampu menyelam hingga 250 meter, memiliki teknologi yang canggih serta memiliki kecepatan yang mampu dipacu hingga 21 knot ketika menyelam.

Disebutkan juga bahwa kapal selam DSME209 harus mampu beroperasi terus menerus selama lebih kurang 50 hari. Desain Kapal Selam Baru DSME 3000 ton Pesanan ROK-Navy selama proses pembangunan kapal selam di Korea, TNI AL telah mengirimkan 7 (tujuh) orang personel yang masing-masing memiliki kemampuan dan pengetahuan khusus tentang kapal selam jenis 209 secara profesional.

Dalam satuan tugas kapal selam tersebut Komandan Satgas bertanggungjawab kepada keseluruhan proses pembangunan dengan dibantu oleh personel lainnya. Pembagian tugas secara khusus dalam satuan tugas ini terdiri dari:

1. Pengawas Platform yang mencakup bidang permesinan, badan kapal, outfitting, painting, baterai dan pendorongan serta kelistrikan kapal selam.

2. Pengawas Sewaco yang mencakup bidang sensor, navigasi, komunikasi, senjata dan sistem kendali senjata kapal selam.

3. Perwira Diklat yang bertugas mengatur serta mengendalikan kegiatan pendidikan dan pelatihan bagi awak kapal selam.

4. Perwira Administrasi dan Logistik yang bertugas mengatur dan mengendalikan proses administrasi kontrak serta sistem logistik komponen-komponen kapal selam.

5. Kesekretariatan yang bertugas mengendalikan kegiatan ketatausahaan dan administrasi personel dalam satuan tugas kapal selam.
image
Secara umum kapal selam DSME209/1400 memilki beberapa kelebihan dari sisi teknologinya. State of the art technology yang dimiliki oleh kapal selam ini meliputi Latest combat system, Enhanced operating system, Non-hull penetrating mast and Comfortable accommodation. Dan sebagai elemen terpenting dalam kapal selam, baterai buatan Korea digunakan sebagai sumber tenaga utamanya.

Jenis baterai kapal selam buatan Korea ini digunakan pada semua kapal selam Korea. Salah satu poin yang mengejutkan adalah mengenai Persenjataan dan Sistem kendali senjatanya. Selain dipersenjatai 8 buah tabung peluncur Torpedo untuk torpedo berukuran 533 mm Blackshark juga mampu untuk men-deploy ranjau laut, Ia juga memiliki desain yang mampu untuk meluncurkan rudal

Sistem kendali senjata MSI Mk2 buatan Kongsberg dipilih oleh TNI AL sebagai komponen yang mengendalikan dan mengatur sistem peperangan serta penembakan torpedo, ditambah lagi beberapa sensor dan peralatan elektronika yang canggih dan terkini juga ikut di dalam. Bila di kapal selam Cakra kita belum memiliki Flank Array Sonar, maka di kapal selam baru nantinya sistem ini akan dipasang dan digunakan.

Banyak sekali keunggulan serta kelebihan sistem dan peralatan yang digunakan dalam kapal selam baru ini dibanding kapal selam Indonesia yang ada sekarang. Radar serta ESM dari Indra-Spanyol, Integrated Navigation System dari SAGEM-Prancis, Optronic dan Periskop dari Cassidian-Jerman, sistem Sonar dari L3 Elac Nautic-Jerman menjadi pilihan TNI AL di dalam desain kapal selam barunya.

Prosedur keamanan dan keselamatan kapal selam dan personel juga menjadi prioritas dalam desain DSME209/1400. Dua unit Life rafts dengan kapasitas 25 personel dengan bekal darurat selama 6 hari akan terpasang di kapal selam ini. Untuk pakaian keselamatan dan pelindungan dari dekompresi selama proses evakuasi dipilih jenis MK-X buatan Inggris sebanyak 48 buah.
image
Yang paling berbeda dibanding dengan kapal selam Cakra adalah bentuk pintu baterai dibuat sesuai dengan aturan NAVSEA 0994-LP-013-9010 pada mulut pintunya. Dengan begitu bisa lakukan proses evakuasi menggunakan Deep Submergence Rescue Vehicle (DSRV).

Untuk mewujudkan kemandirian industri pertahanan, di dalam kontrak pembelian ini juga termaktub tentang skenario Transfer of Tecnology (ToT) dan juga On the Job Training(OJT) di galangan kapal DSME korea. Dua kegiatan ini diperuntukkan bagi personel PT PAL untuk lebih dapat mendalami serta menyerap semua ilmu baik desain maupun proses produksi kapal selam.

Dari sisi sumber daya manusia, pada periode desain, PT PAL telah mengirimkan SDM yang mempunyai kualifikasi untuk desain kapal sebanyak 20 personel profesionalnya. Selanjutnya mengirimkan pula personel yang tergabung dalam team OJT sebanyak 186 personel yang dikirimkan secara bertahap dimulai sejak bulan November 2013 hingga bulan Februari 2017.

Menilik proses pembangunan kapal selam DSME209/1400 sampai dengan Januari 2015 ini, telah sampai dalam tahap pemotongan plat untuk kapal selam ketiga. Diharapkan pada tahun 2017, dua unit kapal selam baru DSME209/1400 sudah dapat beroperasi diperairan indonesia. Sedangkan untuk kapal selam ketiga jika dilihat dari skenario kontrak pembelian,

maka akan dapat dioperasikan sekitar awal tahun 2019. Kita harapkan kehadiran kapal selam DSME209/1400 dapat memperkuat kemampuan tempur angkatan laut kita. (cakrawala-dispenal.org)

Pelantikan Pangkostrad Jadi KSAD

ksad baruJakarta – Pangkostrad Letjen TNI Mulyono telah dipilih Presiden Joko Widodo untuk menjadi Kepala Staf Angkatan Darat. Siang ini Mulyono resmi dilantik oleh Jokowi di Istana.

Acara yang digelar di dalam Istana Negara ini dihadiri juga oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla, Jakarta, Rabu (15/7/2015). Termasuk juga Ketua DPR Setya Novanto dan Ketua DPD Irman Gusman.

Acara pelantikan ini juga dihadiri oleh Panglima TNI yang baru Jend Gatot Nurmantyo serta jajarannya, Kapolri Jend Badrodin Haiti dan petinggi Polri lainnya hingga sebagian jajaran Kabinet Kerja yang kompak mengenakan kemeja hitam.

Letjen Mulyono (54) yang mulai menjabat sebagai Pangkostrad sejak 5 September 2014 itu merupakan lulusan Akabri angkatan 1983. Pria kelahiran Boyolali, 12 Januari 1961 tersebut pernah menjabat Wakil Dankodiklat TNI AD pada 2012-2013 dan Pangdam Jaya pada tahun 2014. (Detik.com)

Jika Proyek Chang Bogo Gagal, apa yang dilkakukan Pemerintah?


Kapal selam Chang Bogo
Kapal selam Chang Bogo

Proyek konstruksi kapal selam fotokopi di galangan DSME untuk kekuatan laut Indonesia tidak berjalan sesuai harapan pihak Indonesia.

Perkembangan demikian sebenarnya tidak mengejutkan, sebab dari awal sudah disadari bahwa Seoul tak berpengalaman banyak dalam urusan konstruksi kapal selam. Hanya saja pemahaman demikian kalah oleh kubu yang bermimpi indah tentang alih teknologi kapal selam.

Dihadapkan pada kondisi yang tak menggembirakan bagi Indonesia itu, Jakarta harus mempunyai exit strategy. Mengapa demikian?

Silakan hitung berapa investasi yang sudah ditanam oleh Indonesia untuk mewujudkan iming-iming alih teknologi kapal selam.

Untuk gambaran sederhana, lihat saja dana yang telah dikucurkan oleh pemerintah Indonesia untuk membangun fasilitas kapal selam di PT PAL Indonesia. Kalau saat ini masuk ke area galangan BUMN itu, tak jauh dari pintu masuk utama akan terlihat kegiatan pembangunan fasilitas kapal selam sedang berjalan.

Andaikata rencana konstruksi kapal selam di PT PAL Indonesia berdasarkan kerjasama dengan DSME gagal, lalu apa yang harus dilakukan oleh Indonesia? Sudah adakah exit strategy?

Secara jujur jawabannya belum ada, karena mayoritas pihak terkait tak menyiap skenario terburuk soal kerjasama konstruksi kapal selam tersebut.

Di antara exit strategy yang dapat dipertimbangkan adalah kembali ke jalan yang lurus dalam urusan kapal selam alias merangkul kembali TKMS.

Dengan merangkul TKMS, fasilitas kapal selam yang telah dibangun di PT PAL Indonesia tak akan sia-sia alias jadi monumen hidup kegagalan kerjasama dengan Negeri Ginseng. Tentu saja dalam merangkul TKMS tak ada makan siang gratis, termasuk alih teknologi gratis dari Jerman.
Damnthetorpedo-3.blogspot.com

SCAR, Senjata Serbu Rancangan Kopassus


 
Senapan GPAR Seri II.
Senapan GPAR Seri II.

Jakarta – Guna memenuhi kebutuhan senjata, PT Pindad telah mampu membuat dan memproduksi sendiri senapan untuk digunakan anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) dalam menjalankan tugasnya. Meski demikian, sebagian besar produksinya tersebut masih memiliki sejumlah kekurangan saat digunakan.

Kekurangan itu dirasakan hampir semua prajurit TNI, di antaranya kekuatan konstruksi senapan, kurang fleksibelnya senapan saat menembak, dan tidak kompatibel dengan perangkat-perangkat pendukung lainnya. Kejadian itu berlangsung karena minimnya komunikasi antara TNI sebagai pengguna dengan PT Pindad selaku produsen.
image
Agar Indonesia tidak serta merta membeli produk-produk asing, seorang perwira Komando Pasukan Khusus (Kopassus) terdorong untuk merancang sendiri senapan khusus yang diperuntukkan bagi pasukan elite. Keinginan tersebut timbul saat Kopassus berhadapan dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM), di mana kelompok tersebut memiliki sejumlah senjata yang dapat menandingi TNI.

“Saya sebagai perwira staf yang bertugas membantu komandan dan memberikan saran pada pimpinan dalam mengambil keputusan. Menurut saya senapan yang cocok bagi satuan khusus adalah senapan yang memiliki spesifikasi SCAR (Special Combat Assault Rifle),” ujar Letda Ade Kusnadi seperti dikutip dari Majalah Baret Merah, Selasa (14/7).
image
Ade menambahkan, senapan jenis SCAR sangat cocok digunakan bagi pasukan elite, sebab senapan ini memilik banyak kelebihan, yakni bobot yang ringan, serta rail pikatini yang kompatibel dengan asesoris senapan. Bahannya yang anti korosi juga membuatnya mudah berganti laras, ditambah berganti kaliber dari 5,56 mm menjadi 7.62 mm.

Atas pandangan itu, dia sempat mendesain senapan dengan kode GPAR (Senapan Serbu Serbaguna) seri I. Namun karena masih memiliki sejumlah kekurangan, dia kembali menciptakan GPAR Sei II yang diklaim memiliki kelebihan dari segi konsep, filosofi maupun fungsi senapan itu sendiri.
“Senapan ini dapat ditembakkan secara satu per satu maupun otomatis dengan sistem gas operated yang terbukti cocok untuk kondisi wilayah Indonesia.”
image
GPAR Seri II ini dirancangnya selama tiga bulan dengan mengambil SCAR buatan FN Belgia. Senapan buatannya mengadopsi kaliber 9 m, namun belum mengadopsi laras dan magasen SS produksi pindad.

Walau masih berupa prototipe, senapan rancangan Letda Ade Kusnadi layak diacungi jempol. Bukti seorang prajurit Kopassus tak cuma bisa menembakkan senjata, tetapi juga merancang sebuah senapan serbu. Merdeka.com

Wednesday 15 July 2015

pasukan elite pengawal Soekarno

mengenang-resimen-tjakrabirawa-pasukan-elite-pengawal-soekarno
“Kepada semua anggauta Tjakrabirawa!”
Tahukah kamu untuk apa Tjakrabirawa diadakan?
Setialah kepada tugasmu!
Aku melimpahkan kepercayaan penuh kepadamu!
Presiden/Panglima Tertinggimu
Soekarno
Jakarta 5 Oktober 1962

Itulah pesan Presiden Soekarno kepada segenap anggota Resimen Tjakrabirawa. Pasukan elite yang baru dibentuk 6 Juni 1962. Tepat di hari ulang tahun Bung Karno ke-61. Tjakrabirawa dibentuk khusus untuk mengawal keselamatan Soekarno dan keluarganya.

Personelnya dipilih dari pasukan terbaik empat angkatan. Angkatan Darat mengirimkan Batalyon Banteng Raiders, Angkatan Laut mengirim Korps Komando Operasi (KKO), Angkatan Udara mengirim Pasukan Gerak Tjepat (PGT) dan Polisi mengirim Resimen Pelopor.

Seluruh anggotanya wajib punya kemampuan terjun payung dan pernah memiliki pengalaman perang gerilya. Soekarno sendiri yang memilih nama Tjakrabirawa, dari senjata sakti milik Batara Kresna. Semboyannya ‘Dirgayu Satyawira’ berarti pasukan setia berumur panjang. Soekarno juga yang mendesain baju dan perlengkapan pasukan pengawalnya.

Pembentukan Tjakrabirawa dinilai perlu oleh menteri pertahanan saat itu Jenderal Nasution.

Sebabnya percobaan pembunuhan pada Presiden Soekarno terus terjadi. Mulai dari serangan pesawat oleh Daniel Maukar, penggranatan di Makassar dan Cikini, hingga penembakan saat Salat Idul Adha di istana.

Awalnya Soekarno menolak. Dia merasa pengawalan Detasemen Kawal Pribadi (DKP) yang berkekuatan belasan polisi istimewa ini sudah cukup. Namun para pimpinan tentara berhasil mendesak Soekarno untuk membentuk sebuah pasukan elite pengawal presiden.

“Pada hari kelahiranku di tahun 1962, dibentuklah pasukan Tjakrabirawa. Satu pasukan khusus dengan kekuatan 3.000 orang yang berasal dari keempat angkatan bersenjata. Tugas pasukan Tjakrabirawa adalah melindungi presiden,” kata Soekarno dalam biografinya yang ditulis Cindy Adams.

Menurut Soekarno , tugas Tjakrabirawa tak cuma mengawal. Ada juga yang menyediakan grup band dan menghibur dirinya. Mereka juga bertugas mencicipi makanan sebelum disantap oleh Soekarno .
Diakuinya juga, Tjakrabirawa menjaganya rapat. Mereka selalu mengamankan gerak-gerik Soekarno . Awalnya Soekarno merasa kagok juga, tapi dia lalu terbiasa.

“Satu-satunya yang yang tidak dapat dijaga oleh Tjakrabirawa adalah kesehatanku. Aku punya satu ginjal yang membatu,” canda Soekarno .

Ajudan senior presiden, Kolonel Sabur menjadi komandan pertama Resimen Tjakrabirawa. Pangkatnya dinaikkan menjadi brigadir jenderal. Sementara Kolonel Maulwi Saelan menjadi wakilnya.

Wakil Komandan Tjakrabirawa Kolonel (Purn) Maulwi Saelan yang ditemui merdeka.com menjelaskan Soekarno sangat dekat dengan para pengawalnya. Soekarno hapal dengan anggota Tjakrabirawa yang biasa bertugas di sampingnya.

“Bung Karno itu sangat egaliter. Saya pernah berdebat dengannya, sampai mukanya merah padam karena marah. Beliau lalu masuk kamar. Beberapa saat kemudian beliau panggil saya. Saya tegang, wah mau dipecat saya, pikir saya. Ternyata Bung Karno bilang, Saelan, kamu yang benar. Luar biasa beliau mau mengakui dirinya salah, padahal berdebat dengan bawahan,” puji Saelan.

Sayang, tak seperti harapan Soekarno , Tjakrabirawa tak berumur panjang. Sebagian kecil pasukan elite ini kemudian terlibat penculikan para jenderal dalam peristiwa G30S. Tak semua terlibat, hanya sekitar 60 orang di bawah pimpinan Letkol Untung yang mengikuti aksi itu. Namun semua terkena imbasnya.

Umur resimen Tjakrabirawa hanya seumur jagung. Dibubarkan jenderal Soeharto di senjakala kekuasaan Soekarno yang makin meredup. Seperti kata pepatah, karena nila setitik hancur susu sebelanga.

Usai pembubaran Tjakrabirawa, arah dan kisah sejarah Indonesia memulai babak baru. Mulai dari pembantaian para pelaku penculikan hingga orang-orang yang dianggap komunis. Babak baru sejarah Indonesia yang harus melalui stempel Orde Baru.

Ini alasan Kopassus pilih SS-2 Pindad daripada M-16 A2 dari AS

Para prajurit Kopassus TNI AD menjadi juara umum di gelaran ASEAN Armies Riffle Meet (AARM). Mereka menyabet 29 emas, jauh meninggalkan kontingen militer negara lain.
Dalam perlombaan ini, Kopassus selalu menggunakan SS-2 V1 HB atau SS-2 V2 HB. Sementara lawan rata-rata menggunakan senapan buatan luar negeri.

“Hampir sebagian besar negara menggunakan senjata buatan Amerika seperti M16 A2 HB dan M16 A3 HB, terutama negara kaya seperti Thailand, Singapura, Filipina dan Brunei Darusalam yang memiliki anggaran besar untuk persenjataan yang memungkinkan latihan lebih banyak,” kata Komandan Kontingen AARM 24/2014 Mayor Faisol Izudin.

Namun Kopassus tetap menggunakan senapan PT Pindad. Mereka percaya terhadap produk dalam negeri.

Kreativitas para prajurit TNI dalam menyiasati aneka kekurangan pun patut diacungi jempol. Prinsip mereka, tentara harus bisa mengatasi semua kondisi. Jangan menunggu kondisi ideal untuk bertindak.

“Itu pula yang kami lakukan sejak latihan. Dalam persenjataan, misalnya pisir (alat bidik) yang terlalu besar kami akali dengan lem besi untuk memperkecil lubangnya,” kata Mayor Faisal menuliskan pengalamannya dalam Majalah Baret Merah edisi Ulang Tahun Kopassus ke-63.

Begitu juga dengan amunisi PT Pindad yang diproduksi massal. Perbedaan bobot per butir kadang cukup besar. Ada yang 12,39 gram atau 12,49 gram. Namun masalah ini pun tak perlu dianggap repot.

“Kami manfaatkan timbangan emas yang teliti hingga per gram untuk menimbang satu per satu peluru yang akan kami gunakan. Dengan demikian, peluru bisa dikelompokkan per bobot yang cenderung lebih ringan atau lebih berat. Atlet bisa mendapatkan kelompok peluru dengan bobot yang lebih mereka sukai atau kuasai untuk membidik sasaran di lapangan.”

Terbukti kreativitas, latihan keras, dan perjuangan anggota Kopassus tak sia-sia. Mereka menyikat habis semua medali dan menjadi juara umum.

Perolehan medali 29 emas, 13 perak dan perunggu. Jauh mengungguli Thailand di posisi kedua yang mendapat 8 emas, 14 perak dan 7 perunggu. Sementara tentara Malaysia malah cuma kebagian 2 perak.

Kini mereka tengah mempersiapkan diri untuk berlaga di Thailand dalam rangka AARM 2015. Semoga hasilnya tetap yang terbaik. (Dwe)