kedua anggota polisi itu disergap kelompok sipil bersenjata.
(Abdy Mary)
Wakapolda
Sulteng, Komisaris Besar Polisi Albert Rodja, mengakui aksi penyergapan
yang membuat dua anggota Brimob Bharada Samsu Alam dan Bripda Bahar
tertembak itu terkait dengan aksi peledakan bom di kantor Radar Sulteng,
Radar TV Palu dan aksi bom di Poros Desa Pantangolemba Poso Pesisir.
"Soal
keterkaitan itu memang kami mensinyalirnya seperti itu. Namun kami
masih menyelidikinya," kata Rudolf yang ditemui di RS Bhayangkara, Palu,
Senin malam.
Menurut
Rudolf, kedua anggota polisi itu disergap kelompok sipil bersenjata
saat melakukan patroli rutin di wilayah pegunungan kilometer delapan dan
sembilan Poso Pesisir.
Senin
pagi, anggota kepolisian yang terdiri dari satu peleton Brimob Polres
Poso dan Densus 88 melakukan penyisiran di pegunungan kilometer delapan
dan sembilan Dusun Mauro Kawende Kecamatan Poso Pesisir Utara.
Saat
tiba di perkebunan warga di Desa Kilo, tiba-tiba polisi dihadang warga
sipil bersenjata. Akibatnya dua anggota polisi dari Brimob Polres Poso
kena tembak.
"Saat
itu memang anggota kami sedang melakukan penyisiran. Karena kami
mensinyalir para kelompok radikal itu bersembunyi di sekitar wilayah
itu," ujarnya.
Hingga
Senin malam, situasi di wilayah Poso Pesisir Utara masih kondusif.
Polisi masih melakukan pengejaran terhadap para sipil bersenjata di
wilayah pegunungan di kilometer sembilan, Poso Pesisir Utara.
Polisi
sendiri mengintensifkan penyisiran hingga malam tadi guna mempersempit
ruang gerak para kelompok radikal bersenjata tersebut.