Dua personel TNI menyisir lokasi ledakan di Markas Kopasaka, Pondok Dayung, Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (5/2). Ledakan yang diduga berasal dari gudang amunisi tersebut belum diketahui jumlah korban dan enyebab kejadian itu.
... personel Komando Pasukan Katak TNI AL memiliki kemampuan renang tempur, peledakan bawah air, penjinakan peledak bawah air, hingga sabotase bawah air... "
Gudang
senjata itu selama ini diperuntukkan bagi Komando Pasukan Katak TNI AL
kawasan barat. Satuan pasukan elit TNI AL ini memiliki kemampuan setara
dengan satuan elit sejenis di dunia, di antaranya Navy SEAL dari Amerika
Serikat.
Komando Pasukan Katak TNI AL berdiri
pada 1962 sejalan pengumandangan Komando Trikora dari Presiden Soekarno
untuk merebut kembali Irian Barat dari kekuasaan Belanda. Dalam
perjalanan sejarahnya, satuan pasukan elit dengan kemampuan trimatra dan
peledakan/sabotase bawah laut ini terdiri dari dua grup, yaitu untuk
kawasan barat dan kawasan timur, di Dermaga Ujung, Komando Armada
Indonesia Kawasan Timur TNI AL.
Mengapa
Komando Pasukan Katak TNI AL untuk kawasan barat ini bermarkas di Pondok
Dayung? Tidak lepas dari peran sejarah eksistensi Angkatan Laut Belanda
pada masa penjajahan mereka di Indonesia. Pondok Dayung merupakan
"pulau" kecil yang strategis letaknya.
Dilihat
dari udara, dia "memagari" jalur pelayaran utama dari Pelabuhan
Tanjungpriok, terutama jalur pelayaran (kini) ke Medan, Makassar, dan
Surabaya; tiga kota maritim pokok Indonesia selain Jakarta. Untuk bisa
ke Pondok Dayung, pengunjung harus melewati Pintu I, III, atau Pintu IX
pelabuhan terbesar itu.
Dari Jalan Pelni,
pengunjung bisa mengarah ke kiri dan akan sampai di "terminal"
penyeberangan menuju Pondok Dayung. Pulau kecil itu bisa jelas dilihat
memakai mata telanjang karena jaraknya sekitar 200 meter saja,
dipisahkan jalur pelayaran penting yang juga menjadi lokasi galangan
kapal di sisi baratnya.
Untuk menginjakkan
kaki ke Pondok Dayung di mana Komando Pasukan Katak TNI AL kawasan barat
bermarkas, tidak bisa tidak, harus memakai kapal penyeberangan selama
sekitar 15 menit saja. Di dermaga penyeberangan inilah aktivitas
pekerjaan personel militer dan sipil terkait terjadi.
Pekerja
sipil yang dipekerjakan untuk berbagai aktivitas perawatan dan
pemeliharaan bangunan dan fasilitas lain juga berangkat dan pulang kerja
dari dermaga itu. Ada juga fasilitas pemeliharaan dan perawatan TNI AL
di Pondok Dayung itu.
Begitu sampai, pos dan
gerbang penjagaan Komando Pasukan Katak TNI AL kawasan barat itu akan
"menyambut" pengunjung. Perlu ijin khusus untuk bisa bertamu ke sana
bagi kalangan sipil, dan mereka harus menunjukkan identitas jelas pun
keperluannya.
Mengarah ke utara pulau itu,
terdapat sejenis suar kecil dan sampai di situ saja kalangan sipil bisa
melihat-lihat secara bebas, karena kompleks militer berbangunan warisan
penjajahan Belanda yang masih sangat terawat itu sangat dijaga
keamanannya.
Gudang senjata itu sendiri tidak
pernah diungkap secara sejas keberadaannya kepada umum. Begitupun jenis,
tipe, dan jumlah persenjaraan dan amunisi yang disimpan di dalamnya.
Yang jelas, personel Komando Pasukan Katak TNI AL memiliki kemampuan
renang tempur, peledakan bawah air, penjinakan peledak bawah air, hingga
sabotase bawah air.
Misalnya, mereka harus
mampu memasang ranjau laut langsung ke titik yang ditentukan di badan
kapal sasaran. Mereka juga harus mampu bertempur di bawah air dan
mengoperasikan alat transportasi bawah air bermesin.
Sumber
di TNI AL menyatakan, pola rekrutmen dan latihan mereka tidak lazim
diketahui umum. "Yang jelas, mereka harus mampu mengoperasikan berbagai
jenis senjata, misalnya Heckler & Koch MP5K dan punya kemampuan
intelijen," kata sumber itu.
Latihan
meledakkan bahan peledak hasil "racikan" ataupun paket pabrikan, kerap
mereka lakukan di lokasi yang telah ditentukan; baik di atas permukaan
laut ataupun bawah permukaan laut. Beberapa jenis bahan peledak yang
lazim dipergunakan adalah TNT dan C4 serupa pasta.
Antara