Pages

Friday 13 July 2012

Rusia siap melanjutkan kerja sama militer dengan Indonesia


akarta - Rusia menyatakan siap melanjutkan kerja sama militer dengan Indonesia. Wakil Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Sergey G. Tolchenov mengatakan pihaknya sedang mempersiapkan perjanjian (open agreement) untuk menjadi dasar hukum melanjutkan kerjasama militer. "Tahun ini atau tahun depan kami merencanakan pertukaran prajurit, termasuk di tingkat Kementerian Pertahanan untuk mempelajari tentang roket dan sistem navigasi," kata Tolchenov saat bertandang ke kantor Tempo, Selasa, 10 Juli 2012. Ia mengatakan kerja sama militer dengan Indonesia sudah berlangsung sejak tahun lalu. Beberapa kapal tempur Rusia mampir di Makassar dan Surabaya untuk menggelar latihan bersama dan latihan khusus untuk menghadapi teroris. Selain itu mereka juga mengadakan latihan navigasi laut dan transmisi radio. "Kami harap kerja sama ini akan terus berlanjut karena hubungan baik sudah kita bina bahkan sejak tahun 1950," kata Sergey. Hal tersebut diakui oleh Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan, Brigadir Jenderal Hartind Asrin. Menurut Hartind pembicaraan tersebut baru dimulai, namun belum sampai tahap penandatangan perjanjian. "Sudah ada arah pembicaraan ke sana, namun baru di tahap political will," kata Hartind saat dihubungi Rabu, 11 Juli 2012. Kementerian Pertahanan berharap kerja sama dengan Rusia bisa dilakukan dalam bidang penerbangan, terutama di bidang navigasi dan perawatan. "Karena kita kan menggunakan pesawat Rusia (Sukhoi), jadi kerjasamanya pun harus sesuai dengan kebutuhan alutsista kita," katanya. Sementara itu latihan bersama angkatan perang negeri di utara benua Eropa itu dipandang belum mendesak. Indonesia lebih mengutamakan latihan bersama angkatan perang negara tetangga karena terkait penjagaan keamanan regional. "Kalau dengan negara yang (jaraknya) jauh hanya untuk menjaga hubungan baik saja," kata Hartind. Menurut dia, Rusia bukanlah satu-satunya negara yang berminat menjalin kerja sama militer dengan Indonesia. Australia, Amerika, Serikat, China, dan Kanada pun berminat pada Indonesia. "Indonesia ini ibarat gadis cantik yang sedang diperebutkan," katanya. Pasalnya perekonomian Indonesia yang tetap berkembang di tengah krisis membuat negara asing berminat bekerja sama dengan Indonesia. Pertumbuhan ekonomi sebesar 6,3 persen pada semester pertama 2012 disinyalir membuat RI semakin menarik. "Ekonomi kita diperkirakan masuk peringkat sepuluh besar dunia pada 2015, jadi banyak yang mendekati," katanya. Kinerja ekonomi, kata Hartind, berdampak langsung pada hubungan militer dengan negara lain. Sumber : TEMPO

SBY berjanji modernisasi alutista

 
Presiden SBY
REPUBLIKA.CO.ID, MAGELANG -- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menegaskan akan tetap melakukan pengembangan dan modernisasi alutsista. Ia berjanji pengembangannya akan dilakukan secara berkesinambungan.
"Apakah kebijakan kita untuk mengembangkan alutsista akan terus berlanjut? Ya, akan terus berlanjut," katanya, Rabu malam (11/7).
Hal tersebut disampaikannya saat memberikan pembekalan kepada para Calon Perwira Remaja di gedung A.H Nasution, Kompleks Akademi Militer, Magelang, Jawa Tengah.
Ia mengatakan Indonesia sudah lama tidak memodernisasi dan pembangunan kekuatan yang seharusnya dimiliki setiap negara. Menurutnya, hal tersebut bukan merupakan kesalahan masa lalu, tetapi lebih karena faktor ekonomi Indonesia yang belum mampu melakukan modernisasi.
"Bukan karena kesalahan masa lalu, tapi karena ekonomi kita belum mampu. Karena krisis membuat kita harus lebih mengutamakan kesejahteraan rakyat," katanya.
Sekarang dinilainya sebagai saat yang tepat untuk melakukan modernisasi alutsista tak lain untuk menjaga kedaulatan dan keutuhan NKRI. Indonesia, lanjutnya, memerlukan minimum essensiaal force yang bisa menjalankan tugas operasional di masa damai dan perang.
Menurutnya, dalam lima tahun belakangan, sudah terjadi banyak perubahan untuk alutsista tanah air. Ia pun meminta agar jajaran pimpinan TNI-Polri dan menteri terkait tetap menjalankan program yang dirancang dengan tetap melihat batas kemampuan negara untuk itu.
"Apa kita mau tentara kita kurang modern? Bahkan dari negara tetangga saja kita kalah. Tentara kita harus kuat, bukan untuk berperang tapi menjaga keutuhan dan kedaulatan," katanya.
sumber : REPUBLIKA

Rusia Siapkan Open Agreement dengan Indonesia

TEMPO.CO, Jakarta - Rusia menyatakan siap melanjutkan kerja sama militer dengan Indonesia. Wakil Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Sergey G. Tolchenov mengatakan pihaknya sedang mempersiapkan perjanjian (open agreement) untuk menjadi dasar hukum melanjutkan kerjasama militer.

"Tahun ini atau tahun depan kami merencanakan pertukaran prajurit, termasuk di tingkat Kementerian Pertahanan untuk mempelajari tentang roket dan sistem navigasi," kata Tolchenov saat bertandang ke kantor Tempo, Selasa, 10 Juli 2012.

Ia mengatakan kerja sama militer dengan Indonesia sudah berlangsung sejak tahun lalu. Beberapa kapal tempur Rusia mampir di Makassar dan Surabaya untuk menggelar latihan bersama dan latihan khusus untuk menghadapi teroris. Selain itu mereka juga mengadakan latihan navigasi laut dan transmisi radio. "Kami harap kerja sama ini akan terus berlanjut karena hubungan baik sudah kita bina bahkan sejak tahun 1950," kata Sergey.

Hal tersebut diakui oleh Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan, Brigadir Jenderal Hartind Asrin. Menurut Hartind pembicaraan tersebut baru dimulai, namun belum sampai tahap penandatangan perjanjian. "Sudah ada arah pembicaraan ke sana, namun baru di tahap political will," kata Hartind saat dihubungi Rabu, 11 Juli 2012.

Kementerian Pertahanan berharap kerja sama dengan Rusia bisa dilakukan dalam bidang penerbangan, terutama di bidang navigasi dan perawatan. "Karena kita kan menggunakan pesawat Rusia (Sukhoi), jadi kerjasamanya pun harus sesuai dengan kebutuhan alutsista kita," katanya.

Sementara itu latihan bersama angkatan perang negeri di utara benua Eropa itu dipandang belum mendesak. Indonesia lebih mengutamakan latihan bersama angkatan perang negara tetangga karena terkait penjagaan keamanan regional. "Kalau dengan negara yang (jaraknya) jauh hanya untuk menjaga hubungan baik saja," kata Hartind.

Menurut dia, Rusia bukanlah satu-satunya negara yang berminat menjalin kerja sama militer dengan Indonesia. Australia, Amerika, Serikat, China, dan Kanada pun berminat pada Indonesia. "Indonesia ini ibarat gadis cantik yang sedang diperebutkan," katanya.

Pasalnya perekonomian Indonesia yang tetap berkembang di tengah krisis membuat negara asing berminat bekerja sama dengan Indonesia. Pertumbuhan ekonomi sebesar 6,3 persen pada semester pertama 2012 disinyalir membuat RI semakin menarik. "Ekonomi kita diperkirakan masuk peringkat sepuluh besar dunia pada 2015, jadi banyak yang mendekati," katanya. Kinerja ekonomi, kata Hartind, berdampak langsung pada hubungan militer dengan negara lain.
sumber : Tempo

Kapal Perusak USS Benfold Latihan Bersama KRI Hasan Basri dan KRI Uling


Seorang kru kapal perang Amerika USS Benfold DDG65 berjalan menuju bagian depan saat kapal berlabuh di perairan Benoa, Bali, Kamis (12/7). Kedatangan kapal perang jenis perusak dengan panjang 154 meter dan berat 8900 ton ini membawa sekitar 280 personil dan 35 Perwira bersandar di perairan Benoa, yang mana nantinya seluruh personil USS Benfold akan menggelar latihan bersama dengan TNI AL dan sekaligus berlibur di Bali selama 4-5 hari. (Foto: ANTARA/Satya Bati/Koz/12)

12 Juli 2012, Denpasar: Kapal perang milik Angkatan Laut Amerika Serikat, USS Benfold, akan melakukan latihan bersama dengan dua KRI milik TNI-AL di perairan Bali.

Komandan Pangkalan TNI AL (Lanal) Denpasar, Kolonel Laut (P) I Wayan Suarjaya, mengatakan hal itu saat menerima kedatangan awak dari kapal USS Benfold yang mendarat di Pelabuhan Benoa, Kamis.

"Materi latihan bersama tersebut mencakup manuver taktis, sistem komunikasi serta prosedur penyelamatan lainnya," ujarnya.

Dia menjelaskan, dua kapal milik TNI-AL yang dilibatkan dalam latihan tersebut adalah KRI Hasan Basri dan KRI Uling berserta personelnya. Suarjaya berharap latihan itu dapat menambah pengalaman bagi para personel TNI-AL serta meningkatkan kemampuan sehingga semakin berkualitas.

Sementara itu Kapten Kapal USS Benfold Adrian Jansen mengatakan, keberadaan pihaknya di sini merupakan bagian dari rangkaian kunjungan ke kawasan Asia Tenggara.

"Selama di Indonesia kami hanya menjadwalkan berkunjung ke Bali saja. Kami rencananya akan berada di sini selama empat hari," katanya.

Sumber: Antara Bali

Komandan Marinir Korsel Berkunjung ke Markas Marinir


 12 Juli 2012, Jakarta: Komandan Korps Marinir Mayjen TNI (Mar) M. Alfan Baharudin (kanan) berjabat Tangan dengan Komandan Marinir Republik Korea, Lee Ho Yeon (kiri) saat disambut secara Militer di Bhumi Marinir Cilandak, Jakarta, Kamis (12/7). Kunjungan tersebut dalam rangka mempererat hubungan kerjasama Marinir kedua negara, terutama Korps Marinir TNI Angkatan laut dengan Republic Of Korea Marine yang sudah terjalin baik selama ini. (Foto: ANTARA/Reno Esnir/Koz/nz/12)

Komandan Korps Marinir Mayjen TNI (Mar) M. Alfan Baharudin (kiri) Komandan Marinir Republik Korea, Lee Ho Yeon (kanan) saat mencoba kendaraan tempur tank Ampibi di Bhumi Marinir Cilandak, Jakarta, Kamis (12/7).  (Foto: ANTARA/Reno Esnir/Koz/nz/12)

ELSAM: Pembelian Leopard Keliru


MBT Leopard 2A6 milik Bundeswehr. (Foto: Bundeswehr/Winkler)

12 Juli 2012, Jakarta: Koalisi Masyarakat Sipil untuk Reformasi Sektor Keamanan menilai rencana pembelian tank Leopard, keliru dan tidak tepat. Sebab, pembelian itu tidak sesuai dengan kebijakan pembangunan postur pertahanan negara.

"Dalam postur pertahanan 2007, pembelian tank Leopard tidak termasuk dalam kebijakan pembangunan postur pertahanan," tegas peneliti hukum dan HAM Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (Elsam) Wahyudi Djafar dalam jumpa pers di Sekretariat Imparsial, Senin (9/7/2012).

Dia mengemukakan, kebijakan dan buku postur pertahanan negara yang dibuat adalah bentuk perencanaan kementerian pertahanan hingga 2029. Sikap inkonsisten pemerintah ini menunjukkan carut marutnya pengadaan alutsista di Indonesia.

Pemerintah dan parlemen seharusnya memiliki perencanaan yang jelas dan diikuti dengan skala prioritas dalam pengadaan alutsista. Hal yang semestinya menjadi perhatian dibandingkan alutsita adalah kesejahteraan prajurit TNI yang cukup memprihatinkan. Diakui memang penguatan alat utama sistem persenjataan menjadi kebutuhan bagi TNI.

"Pembelian alutsista harus didasarkan atas kebutuhan obyektif pertahanan Indonesia, bukan atas kebutuhan politis. Apalagi jika ditunjukkan untuk mencari keuntungan segelintir kelompok dan elite di pemerintahan," jelas Wahyudi.

Menurut dia, pembelian tank Leopard dan menempatkannya di wilayah perbatasan, salah satunya di Papua, dikhawatirkan akan menjadi alat untuk menekan rakyat dengan cara-cara represif. Apalagi kondisi Papua saat ini sedang bergejolak sehingga bahaya sekali jika pembelian tank Leopad ini digunakan untuk menghadapi rakyat karena akan berpotensi pada pelanggaran HAM.

"Akan lebih baik jika pemerintah menambah kekuatan TNI AD dengan jenis medium dan light tank atau membeli helikopter," tuturnya. Terkait hal ini pula, koalisi yang terdiri dari Imparsial, Kontras, Elsam, LBH Jakarta, HRWG, IDSPS, Lespersi dan Ridep Institute, mendesak Kanselir Jerman Anggela Merkel yang akan berkunjung ke Indonesia untuk meninjau kembali rencana penjualan 100 MBT Leopard.

Sumber: ELSAM

Hatta Rajasa; Indonesia Harus Mandiri dalam Alutsista


Leopard 2 milik Bundeswehr. (Foto: Bundeswehr/Winkler)

11 Juli 2012, Jakarta: Indonesia perlu mengambil langkah untuk menjamin kemandirian industri nasional dalam menyediakan alutsista. Hal itu diungkapkan Menko Perekonomian Hatta Rajasa menjawab pertanyaan wartawan seputar pembelian 100 tank Leopard dari Jerman sebagai ganti pembelian tank serupa dari Belanda yang tidak jadi. "Sesuai dengan instruksi Presiden, strategi kami adalah semua yang bisa dibuat di Indonesia harus dibuat di Indonesia kecuali yang tidak bisa," katanya di Jakarta, Rabu (11/07).

Menurutnya dari komponen yang tidak bisa itu, dibolehkan untuk membuatnya di negara produsen dengan catatan ada perjanjian transfer teknologi dengan perusahaan dalam negeri.

Namun Hatta menjelaskan, pembicaraan teknis mengenai hal itu dilakukan oleh pihak yang terkait. "Saat ini saya kira Presiden tidak akan bicara mengenai hal itu," katanya merujuk kunjungan resmi Kanselir Jerman, Angela Merkel, yang sedang berlangsung saat ini.

Sumber: Jurnas

Paskhas Latihan Perang di Lanud Palembang


Prajurit pasukan khas TNI AU melakukan pendaratan dengan terjun payung pada penutupan Latihan Trisula Perkasa di Baseops Lanud Palembang, Selasa (10/7). Latihan yang merupakan puncak perkaskhas trisula perkasa ini melibatkan kurang lebih satu hingga tiga pesawat heli dari skadron 7 bogor, satu pesawat tempur Hawk dari Pekanbaru, satu pesawat Hercules dari skadron udara 31 Jakarta, dan skadron udara 32 Malang. (Foto: ANTARA/ Feny Selly/ss/ama/12)

11 Juli 2012, Palembang: Suasana Landasan Udara (Lanud) Palembang, kemarin mendadak mencekam. Dentuman suara rudal dan senjata bersahutan membuat situasi tak terkendali sehingga menyebabkan keberangkatan pesawat dari Bandara Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II Palembang tertunda sementara (expect delay).

Situasi makin memanas saat rombongan prajurit Paskhas TNI AU diberondong peluru dan rudal jarak pendek oleh musuh dari negara asing yang sudah lebih dulu menguasai Lanud Palembang. Paskhas TNI AU langsung menurunkan ratusan penerjun tim Bravo dengan menggunakan pesawat Hercules untuk melakukan penyerangan balik ke Lanud Palembang. Ratusan prajurit Paskhas yang diterjunkan berhasil memukul mundur lawan seusai menguasai sebagian pangkalan. Namun sebelumnya prajurit Paskhas mendapatkan perlawanan sengit. Baku tembak tak dapat dihindarkan.

Sejurus kemudian ratusan prajurit Paskhas merangsek ke depan areal landasan udara untuk menyudutkan musuh yang terjebak di pangkalan. Tak lebih dari satu jam pasukan elite TNI AU ini akhirnya berhasil melumpuhkan dan menaklukan lawan. Begitulah sedikit skenario yang digelar Korps Paskhas TNI AU yang melibatkan 700 prajurit Paskhas. Khusus simulasi ini TNI AU membawa dua pesawat tempur dari skuadron 12, tiga pesawat Hercules dari Squadron 31 dan 32 (Jakarta dan Malang) serta helikopter dari Squadron 6 Bogor serta 8 rudal jarak pendek atau QW 3.

“Seperti sungguhan. Ledakannya begitu menakutkan. Apalagi desingan pelurunya,” ujar Ade Rassat,tamu undangan acara tersebut. Komandan Korpaskhas Marsekal Muda TNI Amarullah mengungkapkan kegiatan rutin yang dilakukan TNI AU itu sengaja digelar untuk meningkatkan profesionalitas prajurit Paskhas. “Setelah ini kami berencana melakukan simulasi lagi yang tak kalah berat yakni Angkasa Yuda untuk meningkatkan kemampuan prajurit TNI AU yang akan dilakukan pada 42 Lanud di Indonesia,” ungkapnya kemarin.

Mengenai kelengkapan peralatan perang yang dimiliki TNI AU saat ini Amarullah menyatakan sudah memadai. Namun demikian pihaknya berharap perlengkapan yang dimiliki saat ini tetap dilakukan penyesuaian karena perubahan teknologi yang kian pesat. Sementara itu, Komandan Lanud Palembang, Letkol Pnb, Adam Suharto mengatakan dalam acara ini pihaknya hanya dilibatkan sebagai tuan rumah. Dia berharap kegiatan ini mebuat masyarakat Palembang mengetahui tugas dan fungsi pasukan elit dilingkungan TNI AU meski sebatas simulasi.

Selain aksi perebutan Lanud Palembang, ratusan tamu yang hadir dalam puncak puncak Trisula Perkasa juga disuguhi atraksi menarik berupa aksi penyelamatan korban yang dilakukan tim SAR.

Sumber: SINDO

Wamenhan Teputi Menperindag Republik Ceko Jajaki Kerjasama Industri Pertahanan


9 Juli 2012, Jakarta: Jakarta, DMC – Wakil Menteri Pertahanan RI, Sjafrie Sjamsoeddin, Senin ( 9/7) menerima kunjungan Deputi Menteri Industri dan Perdagangan Czech Republic, Milan Hovorka di Kantor Kementerian Pertahanan RI, Jakarta.

Maksud kunjungan Deputi Menteri Industri dan Perdagangan Republik Ceko ke Indonesia merupakan rangkaian kunjungan audiensi kebeberapa industri di negara-negara Asia. Kaitan kedatangannya ke Kemhan RI tersebut selain sebagai partner kerja untuk membicarakan hubungan pertemanan antara kedua negara, juga untuk melakukan studi banding mengenai perspektif bidang industri pertahanan dan keamanan.

Selain itu Deputi mengharapkan kedatangannya kali ini dapat menyatukan semua sinergi dan mutualisme simpati yang positif melalui perdagangan dan invenstasi khususnya pengembangan kerjasama bidang industri pertahanan antara Indonesia dan Republik Ceko. Deputi juga sangat berharap dalam waktu dekat dapat menjalin peluang kerjasama dan mengimplentasi perjanjian tersebut kearah yang lebih konkrit.

Pada kesempatan pertemuan tersebut Wamenhan menjelaskan gambaran kaitan antara sektor Pertahanan dengan sektor ekonomi. Disampaikan oleh Wamenhan dalam hal ini Pemerintah Indonesia memiliki kebijakan umum mengenai Pertahanan yang mendukung sektor ekonomi.

Sehubungan dengan hal tersebut saat ini Indonesia tengah melakukan beberapa upaya untuk memodernisasi kekuatan pertahanan, salah satunya melalui peningkatan industri pertahanan dalam negeri serta mengembangkan kerjasama industri pertahanan dari luar negeri.

Diungkapkan Wamenhan, terkait kerjasama yang diadakan dengan Republik Ceko, bulan lalu DPR RI telah meratifikasi perjanjian kerjasama pertahanan antara Indonesia dengan Republik Ceko, dan saat ini tengah menunggu persetujuan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Lebih lanjut Wamenhan menuturkan, Pemerintah Indonesia memiliki suatu Komisi yang berada langsung dibawah presiden untuk mengelola proses pengadaan Alutsista dan non Alutsista. Komisi ini didalamnya terdapat 4 menteri, Menhan, Menteri Industri, Menteri BUMN, dan Menristek serta komponen user atau pengguna yaitu Panglima, Kepala Staf Angkatan dan Kapolri.

Komisi ini membuat kebijakan yang mengarah kepada usaha untuk mendukung seluruh kebutuhan perlengkapan dari angkatan bersenjata serta meningkatkan komunitas industri pertahanan alutsista dan nonalutsista yang ada didalam negeri.

Meski demikian Wamenhan mengatakan Kemhan RI masih dapat memfasilitasi dan mengakomodir penawaran-penawaran kerjasama pertahanan yang datang dari luar negeri. Namun, menurut Wamenhan ketika menjalin kerjasama dengan beberapa negara lain Indonesia melalui Kemhan RI mengundang mereka untuk bekerjasama dengan dasar skema Produksi bersama dan skema pengembangan bersama pada salah satu produk yang akan dapat dikembangkan.

“ Kita akan memfasilitasi dan mengakomodasi segala penawaran kerjasama indsutri pertahanan dari luar negeri,” Ungkap Wamenhan.

Saat menerima kunjungan Milan Hovorka, Wamenhan didampingi Dirjen Strategi Pertahanan, Mayjen TNI Puguh Santoso, Direktur Tekhnik Industri (Dirtekind), Brigjen TNI. Agus Soeyarso, dan Kapuskom Publik Kemhan, Brigjen TNI Hartind Asrin.

Sumber: DMC

Enam Anggota Kopassus Jadi Penembak Terbaik pada Latma Sharp Knife II/2012


10 Juli 2012, Jakarta: Prajurit TNI dari Kopassus dengan Special Force China melakukan latihan bersama Sharp Knife ke dua. Dalam latihan tersebut, juga digelar lomba menembak reaksi cepat perorangan yang juaranya diambil dari masing-masing negara.

Hasilnya, enam orang prajurit TNI menjadi penembak terbaik. Melalui keterangan persnya kepada wartawan, Selasa (10/7/2012), Kepala Penerangan Sharp Knife ke-2 TA. 2012 China, Lettu Inf Imam Mahmud mengungkapkan, latihan kali ini dilakukan dua pasukan khusus tersebut untuk saling berlaga demi mencapai hasil yang maksimal.

"Dari hasil perlombaan tersebut, keluar 6 (enam) orang sebagai penembak pistol terbaik dari Kopassus TNI AD, yaitu : Serka Muhammad Nun, Serka Safril, Sertu Lantik Ikhsan, Serda Balubun, Praka Mulyadi dan Prada Rohman Sidik," ujarnya.

Ia mengungkapkan, kemenangan enam orang prajurit Kopassus dalam latihan menembak pistol ini, menunjukkan prajurit TNI senantiasa menunjukkan profesionalitas dan kemampuan yang prima. Hal tersebut mampu membawa nama harum Indonesia di mata internasional.

"Meskipun latihan ini hanya merupakan kerjasama bilateral antara Indonesia dan China, namun pengalaman yang di dapat sungguh bermakna guna terus meningkatkan kemampuan dan profesionalitas TNI di masa yang akan datang," lanjutnya.

Menurut Imam, latihan bersama yang bersandikan Sharp Knife ini merupakan jalinan kerjasama kedua angkatan bersenjata untuk lebih saling mengenal dan mempererat hubungan antarkedua pasukan khusus terutama untuk mengantisipasi berbagai masalah bersama.

"Terutama untuk penanggulangan teror. dan langkah bersama dalam penanganan ancaman terorisme, kejahatan lintas negara, penyelundupan senjata, pelintas batas ilegal yang merugikan negara," lanjutnya.

Latihan Bersama Sharp Knife ke-2 Tahun 2012 ini, akan akan berlangsung sampai dengan 15 Juli 2012. Acara tersebut di buka secara resmi oleh Komandan Jenderal Kopassus Mayjen TNI Wisnu Bawa Tenaya bersama Kepala Staf Kodam Jinan (China) Mayjen Ma Qiu Xing di Pangkalan Latihan Terpadu Jinan China.

Sumber: KOMPAS

Pro-Kontra Hibah C-130H Hercules di Kalangan Legislator


Upacara penandatanganan MoU hibah empat C-130H Hercules dari Pemerintah Australia ke Indonesia, yang dihadiri seorang anggota DPR RI. (Foto: RAAF)

10 Juli 2012, Jakarta: Wakil Komisi I DPR, Ramadhan Pohan, menolak tudingan penerimaan hibah C-130 Hercules melanggar UU Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara (UU Keuangan Negara). Sebab, menurutnya, penerimaan hibah itu sudah dialokasikan dari tahun lalu.

"Sejak tanggal 19 agustus 2011 sudah ada wacananya," ujarnya di Senayan Jakarta, Selasa (10/7). Dikatakannya, alokasi dana itu sebesar Rp 64,4 trilyun untuk biaya perawatan, perbaikan, dan pengangkutan akomodasi pesawat.

"Biaya alokasi ini masuk dalam empat prioritas yang diajukan Komisi I DPR," tambahnya. Selain itu, hibah Hercules ini kata dia juga dapat berfungsi untuk mobilisasi bantuan bencana yang sudah sesuai dengan prosedur.

Penetapan alokasi ini, jelas Ramadhan, telah mendapat persetujuan dari anggota Komisi I DPR. Adapun penolakan itu hanya pada fraksi PDIP, namun tidak mencerminkan suara Komisi I secara keseluruhan.

Dia menjelaskan, alokasi anggaran yang dicanangkan saat ini bukanlah biaya pasti. Sebab, lanjutnya, biaya perawatan tiap pesawat akan berbeda. "Anggaran maksimal untuk tiap pesawat berbeda," jelas Ramadhan.

Sementara soal dugaan pembiayaan yang mahal atas C-130 Hercules ini, anggota fraksi Demokrat ini mengelak. Menurutnya, biaya pesawat berdasarkan audit engineering. "Kita tidak bisa sok tahu mengatakan mahal, karena biaya pesawat harus berdasarkan audit engineering terlebih dulu," katanya.

Legislator Partai Golkar: Hibah Hercules tidak Sah

Anggota Komisi I DPR RI yang membidangi Pertahanan, Luar Negeri, Intelijen, Informasi dan Komunikasi, Paskalis Kossay, mengatakan, proses hibah pesawat-pesawat Hercules dari Australia tidak melibatkan Legislatif.

"Karenanya, kami menganggap itu tidak sah, karena tidak melalui kesepakatan dengan DPR RI," tandasnya kepada ANTARA di Jakarta, Senin malam.

Ia mengatakan itu, menanggapi penandatanganan hibah empat unit pesawat militer Hercules antara Pemerintah Australia dengan Pemerintah Republik Indonesia (RI).

Bagi Paskalis Kossay dkk, cara-cara seperti ini jelas bertentangan dengan undang-undang.

"Makanya saya ingin mengingatkan Pemerintah, bahwa proses hibah itu tidak sah, karena itu tadi, tidak melalui kesepakatan dengan DPR RI," tegasnya lagi. Paskalis Kossay yang juga Koordinator Nasional (Kornas) Kaukus Papua di Parlemen Indonesia mengharapkan, agar jangan ada pihak mau menang sendiri dalam setiap kali ada perjanjian kerjasama menyangkut pengadaan alat utama sistem persenjataan (Alutsista) kita.

"Ini preseden buruk jika tidak ada langkah perbaikan," demikian Paskalis Kossay.

Sumber: Republika/ANTARA News

TNI Paling Paham Kebutuhan Alutsista Dibandingkan LSM


MBT Leopard 2A6 milik Bundeswehr. (Foto: Bundeswehr/Mandt)

10 Juli 2012, Jakarta: Kementerian Pertahanan (Kemhan) Indonesia menolak anggapan pembelian sejumlah alat utama sistem persenjataan (Alutsista) tidak sesuai kebutuhan, seperti Main Battle Tank (MBT) Leopard dari Jerman.

Menurut Kasubdit Pendayagunaan Industri Direktorat Teknologi dan Industri Pertahanan Kemhan, Kolonel Gita Amperiawan, pihaknya tidak akan melakukan pembelian jika tak sesuai seperti yang dibutuhkan. "Yang paling paham bahwa alat persenjataan itu dibutuhkan atau tidak ya TNI, bukan orang lain," kata dia kepada Republika saat ditemui di kantornya, Selasa (10/7).

Kendati demikian, dia menegaskan bahwa pembelian sejumlah alutsista akan menambah kemampuan Indonesia untuk bisa mandiri dalam hal pengadaan dan perawatan. Sebab, pembelian tersebut dilakukan pihaknya dengan menggunakan metode Transfer of Technology (ToT).

Metode tersebut, jelas Gita, digunakan Indonesia untuk mentransfer teknologi alutsita asal negara lain untuk bisa diproduksi industri pertahanan lokal, seperti PT Pindad, PT PAL, dan Dirgantara Indonesia. Bahkan, pihaknya telah menargetkan tahun untuk industri lokal tersebut mampu memproduksi dan merawat sendiri alutsista yang dibutuhkan.

Semisal pembuatan tank yang ditarget sampai tahun 2014. Sementara untuk jenis pesawat, ditargetkan sampai dengan 2022. "Harapannya setelah itu kita bisa swasembada," kata Gita.

Sumber: Republika

Presiden: Pembelian Leopard Untuk Menjaga Kedaulatan dan Pertahanan Nasional


Presiden SBY dan Kanselir Merkel menggelar konferensi pers bersama di Istana Merdeka, Selasa (10/7) sore. (Foto: cahyo/presidensby.info)

10 Juli 2012, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan tidak perlu ada yang dirisaukan terkait rencana pemerintah membeli tank Leopard produksi Jerman, karena peruntukkannya memang diperlukan untuk menjaga kedaulatan dan pertahanan nasional.

"Saya pastikan semua itu terbuka dan transparan, kami tidak pernah menggunakan tank tempur untuk menembaki rakyat kami. Dan itu harapan kami dengan harapan peacefull, dan sebuah negara memerlukan minimum essential force," kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam keterangan pers di Istana Merdeka Jakarta, Selasa sore, usai melakukan pertemuan bilateral dengan Kanselir Jerman Angela Merkel.

Kepala Negara mengatakan kerjasama pertahanan Indonesia dengan Jerman memiliki dimensi yang luas, selain pelatihan, saling mengunjungi, dan kerjasama bidang industri pertahanan, juga dilakukan pembelian peralatan pertahanan yang belum bisa diproduksi di dalam negeri.

"Di ASEAN tidak ada lagi hostility tetapi terus terang 20 tahun Indonesia tidak memodernisasi senjata kami sehingga negara kami tertignggal padahal Indonesia negara besar dan ekonomi besar di Asia saat ini," kata Presiden.

Kerjasama pertahanan merupakan salah satu sektor kerjasama yang disepekati oleh Indonesia dan Jerman yang dituangkan dalam Deklarasi Jakarta sebagai upaya peningkatan kerjasama ke level kerjasama komprehensif. Kerjasama pertahanan meliputi pelatihan militer, penelitian dan pengembangan, pelatihan bagi tanggap bencana, logistik militer, pelatihan kesehatan militer dan juga pelatihan misi pemeliharaan perdamaian.

Sebelumnya, Kementerian Pertahanan (Kemhan) memastikan membeli Tank Berat (Main Battle Tank) Leopard dari Jerman sebanyak 100 unit dalam rangka modernisasi alat utama sistem senjata TNI Angkatan Darat, padahal sebelumnya berencana untuk membeli Tank Leopard dari Belanda.

"Kita telah putuskan membeli Tank Leopard dari Jerman dengan pertimbangan memperoleh kepastian waktu dan target dari volume peralatan militer yang kita perlukan," kata Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin kepada wartawan di Kantor Kemhan, Jakarta, Senin (2/7).

Rencana pembelian MBT Leopard dari Belanda, kata Wamenhan, dihentikan dan difokuskan kepada proses pengadaan pembelian tank yang berasal dari Jerman, sehingga dapat berjalan lancar.

Ia menjelaskan bahwa pertimbangan pembelian Man Battle Tank Leopard dari Belanda tidak diteruskan karena adalah faktor kepastian dari waktu yang diperlukan, namun pihak Belanda tidak berikan suatu jawaban.

Sjafrie menjelaskan bahwa alokasi anggaran untuk pembelian 100 unit Tank Leopard sebesar 280 juta dollar Amerika Serikat, dengan sistem pinjaman luar negeri, dimana proses pengadaan melalui `grand book` maupun `blue book` baik dari Bappenas maupun Kementerian Keuangan.

Saat ini, lanjut dia, proses dilakukan secara akselerasi dan pararel sehingga dalam waktu satu minggu akan segera memperoleh kepastian-kepastian dari aspek pengadaan dan pembiayaan.

Tentu saja diikuti oleh aspek pengawasan yang dilaksanakan oleh tim pencegahan dan penyimpangan pengadaan barang dan jasa dengan melibatkan BPKP, LKTP, dan Itjen Kemhan, serta Mabes TNI dan Angkatan, kata Sjafrie.

"Jumlah yang diinginkan dalam pengadaan tank ini sekitar 100 unit. Kita inginkan 15 unit sudah di berada Indonesia pada Oktober 2012 nanti," ujarnya.

Sumber: ANTARA News

Bandung Air Show 2012 Digelar September Mendatang

Danlanud Husein Sastranegara, Umar Sugeng Hariyono, memberikan keterangan pers tentang Bandung Air Show (BAS) 2012, di Bandung, Jabar, Senin (9/7). Bandung Air Show merupakan pameran dan atraksi kedirgantaraan nasional terbesar di Indonesia (Aerobic Pesawat Udara, Static Show, Dynamic Show, Fly Pass) guna mengangkat kembali sejarah dan potensi kedirgantaraan, dan akan digelar pada 27-30 September 2012. (Foto: ANTARA/Fahrul Jayadiputra/ss/ama/12)

10 Juli 2012, Bandung: Pameran penerbangan Bandung Air Show 2012 siap digelar pada 27–30 September di Lapangan Udara (Lanud) Husein Sastranegara, Kota Bandung.Panitia menjanjikan kemasan berbeda dari acara yang sama dua tahun lalu.

Salah satu hal baru di Bandung Air Show tahun ini adalah tampilnya Tim Pegasus dan Jupiter Aerobatic Team. Tim Pegasus akan melakukan demo udara menggunakan pesawat helikopter jenis EC-120B Colibri buatan Prancis. Sementara Jupiter Aerobatic Team siap membentuk formasi di langit Kota Bandung dengan pesawat KT-1B Wong Bee. Pesawat tersebut merupakan produk Korea Selatan yang digunakan sebagai pesawat latih dasar.

”Di Bandung Air Show 2012, kami menyuguhkan berbagai hal baru. Antara lain hadirnya Jupiter Aerobatic Team yang berpangkal di Yogyakarta, mereka sudah terkenal di Asia Tenggara. Ada juga Tim Pegasus yang akan melakukan demo terbang helikopter, mereka berasal dari Skadron 7 Pangkalan TNI AU Suryadarma,Kalijati, Subang,” kata Komandan Lanud Husein Sastranegara Kolonel (Pnb) Umar Sugeng Haryono yang juga ketua penyelenggara acara tersebut, di Wisma Muladi, Lanud Husein Sastranegara, Jalan Pajajaran, Kota Bandung, kemarin.

Selain kedua tim tersebut, puluhan pesawat lainnya juga siap menggelar demo terbang. Sementara sekitar 40 unit pesawat akan dipajang untuk dipamerkan pada pengunjung. Bandung Air Show pun menyediakan 300 stan berisi produk penerbangan, baik dari BUMN maupun BUMD. ”Ada 21 pesawat static show (dipamerkan), dan 30 hingga 40 pesawat dynamic show (demo terbang). Tentu ada pula suguhan kuliner dan hiburan yang menunjukkan identitas kedaerahan Bandung Air Show,” tutur Umar.


Suguhan dirgantara luar negeri juga dihadirkan. Antara lain klub aero sport dari Filipina, Thailand, Malaysia, dan beberapa negara lain. Konsep acara yang lebih meriah, Umar yakin pengunjung Bandung Air Show tahun ini meningkat dari gelaran dua tahun lalu. Bandung Air Show 2010 dikunjungi sekitar 40.000 orang. Kali ini pihaknya menargetkan lebih dari 50.000 pengunjung.

”Konsep pameran dirgantara kali ini lebih matang, kami siapkan sejak Oktober (2011) lalu. Dan tentunya lebih meriah, kami berdayakan klub aero sport dalam dan luar negeri. Termasuk potensi-potensi penerbangan yang ada di kalangan pelajar dan mahasiswa. Beberapa SMK dan perguruan tinggi di Bandung siap unjuk kemampuan di pameran ini,” kata Umar.

Meski berbagai acara ditampilkan, dia menjamin aktivitas penerbangan komersial di Bandar Udara (Bandara) Husein Sastranegara tidak terganggu. Umar mengatakan, Bandung Air Show bisa memberi tambahan semangat untuk kemajuan dunia penerbangan Indonesia. Terlebih, visi yang diusung adalah bangkitnya Kota Bandung sebagai kota dirgantara, baik secara nasional maupun internasional.

Karena itu, dia pun berharap pameran ini bisa lebih sering digelar. ”Pemkot Bandung mengagendakan acara ini setiap dua tahun dan ini akan rutin digelar. Kami harap nantinya bisa meningkat jadi satu tahun sekali,”kata Umar. Sementara sebagai event organizer mengatakan, pihaknya menjamin kenyamanan pengunjung pameran.

Menghindari penumpukan pembeli di lokasi acara, tiket Bandung Air Show 2012 ditargetkan habis dua pekan sebelum pameran. Selain itu,kantung-kantung parkir juga ditata secara sistematis. Sehingga meski terjadi,kemacetan tidak akan terlalu parah.

Sumber: SINDO

Monday 9 July 2012

Sukhoi Siap Transfer Teknologi Penerbangan ke Indonesia


Moskow Musibah Sukhoi SuperJet 100 di Gunung Salak Bogor tidak menghalangi kerjasama RI-Rusia dalam bidang kedirgantaraan. Sebuah rencana kerja sama yang mencakup alih teknologinya dari Rusia ke industri penerbangan Indonesia sedang disusun.

Demikian intisari pertemuan Dubes RI untuk Rusia dan Belarusia, Djauhari Oratmangun, dengan President of JSC United Aircraft Corporation Mikhail Pogosyan di Moskow, Jumat (6/7/2012) waktu setempat. JSC United Aircraft Corporation merupakan holding company yang membawahi industri Sukhoi tempur dan komersial. Pertemuan pertama ini d

Pertemuan dalam format makan siang bersama dengan menu khas Rusia ini, intinya adalah saling mengenal sambil menggali hal-hal yang dapat dikerjasamakan di masa depan. Kedua pihak hanya sedikit menyinggung 'tragedi Sukhoi' dalam perspektif di balik kejadian tersebut harus mampu dimunculkan hal-hal yang positif di masa datang.

"Ada masanya kita melihat ke depan," kata Dubes Djauhari.

Di dalam hal ini, Sukhoi berpendapat bahwa kerja sama kedirgantaraan yang mencakup transfer of technology merupakan sesuatu yang sangat dimungkinkan. "Sukhoi dapat berkolaborasi dengan industri penerbangan di Indonesia untuk memproduksi suku cadang, baik Sukhoi tempur maupun komersial," ujar Mikhail Pogosyan.

Sukhoi juga sangat terbuka untuk mendidik anak-anak terbaik Indonesia untuk studi bidang penerbangan. Rusia memiliki dua universitas terbaik di bidang ini, yakni di kota Moskow dan Kazan. Sukhoi dalam hal ini bisa saja memberikan beasiswa.

Selain itu, Mikhail juga menyatakan ingin memberikan kuliah kedirgantaraan di universitas di Indonesia dalam sebuah kunjungannya di Indonesia kelak. Maklum, selain sebagai presiden direktur, Mikhail juga merupakan seorang penerbang dan sangat mengerti tentang industri penerbangan.

Pertemuan yang diselingi canda tersebut juga sempat membahas aneka makanan khas Rusia seperti kaviar dan Vodka. Kedua belah pihak sepakat untuk membangun sebuah komunikasi yang intensif dalam rangka kerjasama yang menguntungkan di masa depan.

sumber : DETIK.COM

Dana Perbaikan Hercules Hibah Sedang Dihitung, Anggaran CN-295 Masih Diberi Bintang


8 Juli 2012, Jakarta: Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro menegaskan pihaknya belum bisa memberikan kalkulasi dana yang dibutuhkan untuk perbaikan pesawat Hercules yang dihibahkan dari Australia.

Ia mengatakan nota kesepahaman baru ditandatangani sehingga detail hibah dan perbaikan belum bisa diketahui secara pasti.

“Kan penandatanganan MoU saja baru kemarin, kita belum tahu apa yang diperlukan. Kita belum tahu C-130H itu apa yang diperlukan supaya bisa sesuai dengan 21 Hercules TNI yang kita punya sekarang,” kata akhir pekan lalu.

Ia mengatakan tim inspeksi dari Kemhan masih di Australia untuk melihat keempat pesawat tersebut. Termasuk biaya yang diperkirakan akan dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia untuk perbaikan. Setelah itu, tim melaporkan ke TNI Angkatan Udara hingga Kemhan. Barulah, dana tersebut diajukan ke DPR untuk disetujui.

“Makanya sabar dulu, minum pil sabar, tunggu tim kita datang, ya to? Biar dia lapor dulu ke kita. Nanti kita nanti kita olah lagi, nanti kita akan bilang ini kemahalan apa bagaimaan, baru kita jukan ke DPR,” katanya.

Perihal kelayakan pesawat tersebut, Purnomo mengaku sempat ragu dengan jam terbang. Ia mengaku sempat bertanya ke TNI AU untuk meyakinkan. Tetapi, dikatakan jam terbang pesawat tersebut bisa untuk 10-15 tahun ke depan. Artinya, masa terbangnya masih panjang. “Karena itu, kita ambil,” katanya. Sebelumnya, Komisi I DPR menilai hibah empat pesawat Hercules C-130 memerlukan biaya perbaikan sedikitnya 60 juta dollar AS.

Tanda Bintang pada Anggaran Pembelian CN295 

Pengadaan pesawat pengganti Fokker 27 yang mengalami kecelakaan 21 Juni lalu tak semulus yang dibayangkan. Sebab, dana negara yang akan digunakan untuk membeli pesawat baru CN-295 dari Airbus Military Spanyol belum bisa dicairkan. Dana itu masih tertahan dengan tanda bintang dari Komisi 1 DPR.

Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan Brigjen TNI Hartind Asrin mengakui adanya tanda bintang dalam usul anggaran yang merupakan pagu (jatah) dari Kementerian Keuangan itu. ’’Tapi, kita berharap, tanda itu tidak memengaruhi proses di lapangan. Semoga pengadaannya lancar sampai akhir,’’ katanya kemarin.

Mantan Atase Pertahanan KBRI Malaysia itu menjelaskan, kontrak pembelian CN-295 ditandatangani di Singapura pada 15 Februari 2012. Saat itu Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro bersama sejumlah anggota Komisi 1 DPR meneken kontrak dengan pihak Spanyol yang diwakili President and CEO dari Airbus Military Domingo Urena Raso.

Harga pembelian sembilan unit pesawat tersebut USD 325 juta. Harga itu juga mencakup penyediaan suku cadang dan pelatihan dengan skema pembayaran menggunakan kredit ekspor (KE).

’’Penandatanganan itu juga dihadiri sebagian bapak-bapak dari anggota DPR. Jadi, ini memang sudah kontrak resmi dan on going,’’ kata alumnus Akabri 1983 itu.

Dia menambahkan, selambat-lambatnya pada akhir 2012 dua unit pesawat sudah bisa datang dan dioperasikan. ’’Kita optimistis karena pengerjaan pesawat ini juga bersama PTDI,’’ katanya.

Kepala Dinas Penerangan Mabes TNI-AU Marsekal Pertama Azman Yunus menjelaskan, TNI-AU sebagai pengguna hanya pasrah dalam proses pengadaan pesawat pengganti Fokker 27 itu. ’’Kami yakin, proses pembahasan dengan DPR akan lancar. Apalagi, Bapak Presiden juga sudah perintahkan agar Fokker tak digunakan dulu. Jadi, kami menunggu,’’ ungkapnya.

Saat ini investigasi penyebab kecelakaan pesawat Fokker 27 belum selesai. ’’Untuk hasil yang sangat akurat dibutuhkan tiga bulan, ini masih satu bulan. Jadi belum bisa disimpulkan,’’ katanya.

Direktur Lembaga Studi Pertahanan dan Strategi Indonesia Rizal Darmaputra MSi menilai, pemberian tanda bintang di mata anggaran pengganti Fokker 27 seharusnya dicabut. ’’Tidak perlu ada polemik. Apalagi seperti kasus gedung KPK yang juga terhalang tanda bintang,’’ katanya saat dihubungi kemarin.

Alumnus IDSS Jenewa, Swiss, itu menambahkan, pesawat CN-295 ideal untuk dioperasikan di Indonesia. ’’Bisa terbang dengan landasan pendek dan cocok dengan kualitas pangkalan udara kita,’’ katanya.

Sumber: Republika/JPPN

Dua Perwira TNI AL Gugur dalam Latihan SAR Kapal Selam


Proses pengangkatan jenazah perwira TNI AL yang gugur dalam latihan evakuasi awak kapal selam KRT Cakra 401 di perairan Pasir Putih Situbondo, Sabtu (7/7/2012). Dua perwira TNI AL meninggal dunia dalam peristiwa itu. (Foto: SURYA/Izi Hartono)

8 Juli 2012, Situbondo: Tragedi Situbondo terulang. Setelah enam Marinir gugur akibat tank amfibi yang dikendarai tenggelam di Pantai Banongan pada 2008 lalu, kemarin, latihan Search and Rescue (SAR) kapal selam diwarnai kecelakaan.

Dua perwira Satuan Kapal Selam TNI AL gugur dalam latihan di perairan Pasir Putih, Situbondo. Kedua perwira yang meninggal tersebut Komandan Satuan Kapal Selam Kolonel Laut (P) Jefri S Sangel dan Mayor Laut (T) Eko Idang Prabowo.

Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut (Kadispenal) Laksamana Pertama TNI Untung Suropati, yang dihubungi melalui telepon membenarkan gugurnya kedua perwira tersebut. Tadi malam kedua korban dibawa menuju rumah duka masing-masing.

Menurut Untung, kedua perwira TNI AL tersebut mengalami kecelakaan dalam latihan SAR kapal selam di perairan Pantai Pasir Putih, Kabupaten Situbondo. ”Itu latihan hari kedua. Hari pertama sukses. Hari kedua ini pun pada latihan pertama pagi oke, baru pada latihan kedua ada masalah,” kata Untung kemarin.

Menurut dia, pada latihan itu kapal selam berhenti di dasar laut, kemudian para prajurit keluar dari dalam melalui conning tower. Dalam pelatihan seperti ini, ada banyak faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan. Di antaranya faktor spesifikasi kapal, kemampuan manusianya, serta kondisi alam di bawah laut seperti gelombang dan arus.

Kedua prajurit yang celaka langsung ditangani tim medis di atas ponton yang ditambatkan tak jauh dari pantai.”Ini bagian dari prosedur pelatihan,” ungkapnya. Musibah yang menimpa kedua perwira terjadi pukul 10.39 WIB kemarin.

Dalam simulasi latihan,kapal selam KRI Cakra 401 dilaporkan karam sehingga tak bisa muncul ke permukaan. Karena beberapa personel terjebak di dalam kapal, tim SAR Satuan Dinas Penyelamatan Bawah Air (Dislambair) diterjunkan mencari posisi kapal hingga akhirnya ditemukan.

Latihan operasi penyelamatan lantas digelar di depan para petinggi Komando Armada RI KawasanTimur (Armatim). Kedua perwira, Kolonel Jefri dan Mayor Eko, turut dalam latihan operasi penyelamatan. Musibah terjadi saat keduanya melakukan proses pembebasan personel dari KRI Cakra 401 di dasar laut. Diduga karena terlalu lama di bawah air atau terlalu cepat naik ke permukaan, kedua korban mengalami dekompresi, yakni terakumulasinya nitrogen di dalam tubuh saat berada di kedalaman air.

Ketegangan terjadi saat kedua perwira terlambat muncul ke permukaan. Akibatnya perut dan mulut mereka kemasukan air. Kondisi ini sontak membuat petugas penyelamat di permukaan air panik. Sambil melambaikan tangan, seorang penyelamat berteriak, ”Darurat!” ke arah tim medis dan perahu penyelamat. Namun respon belum juga muncul karena beberapa petugas medis menyangka kejadian tersebut bagian dari skenario latihan. Mau tidak mau teriakan darurat diulang hingga berkali-kali.

Teriakan itu membuat petugas medis dan tim evakuasi kapal ponton sadar bahwa terjadi kecelakaan sungguhan terhadap awak kapal selam. Saat itu juga tubuh korban dievakuasi menuju kapal ponton untuk diberi pertolongan.

Kolonel Jefri dievakuasi terlebih dulu. Berikutnya tubuh Mayor Eko Idang diangkat ke geladak kapal ponton. Saat proses evakuasi ini, kedua perwira tersebut dalam kondisi pingsan. Dari mulut keduanya keluar busa. Kondisi Mayor Eko lebih parah, dari hidung, telinga, dan mulutnya keluar darah.

Sejumlah perwira TNI AL berusaha membantu mengeluarkan air. Perut Jefri dan Eko juga ditekan beberapa kali. Namun upaya itu belum membuahkan hasil. Petugas medis lantas memberi pertolongan oksigen, napas buatan, hingga alat pacu jantung. Lebih dari setengah jam upaya pertolongan diberikan, namun belum juga membawa hasil. Kedua korban belum juga sadar. Sejumlah penolong mulai khawatir, ”Allahu Akbar,” teriak para penolong berkali-kali.

Pangarmatim Laksamana Muda TNI Agung Pramono, para petinggi TNI AL, dan beberapa undangan yang menyaksikan latihan terdiam, termenung. Mereka berdoa untuk keselamatan kedua korban.Tak berselang lama kedua korban lantas dimasukkan ke dalam tabung (chamber), alat untuk menetralisasi suhu dan kondisi tubuh. Sayang hingga kurang lebih satu jam kedua perwira tersebut belum juga sadar. “Mereka akan dikeluarkan kalau sudah siuman. Selama masih dalam keadaan pingsan mereka masih tetap berada di dalam,” kata seorang petugas.

Situasi genting tersebut memaksa simulasi penyelamatan personel kapal selam dihentikan. Dua korban kemudian dibawa ambulans menuju rumah sakit dan diterbangkan ke RSAL dr Ramelan, Surabaya, dengan helikopter. Kabar terakhir, sesuai keterangan Kadispenal Laksamana Pertama TNI Untung Suropati, kedua perwira tersebut gugur dalam latihan.

Pangarmatim : Latihan SAR Kapal Selam Wahana Pengukur Kemampuan
 

Kapal selam KRI Cakra 401 melakukan simulasi di perairan Pasir Putih, Situbondo, Jawa Timur, Sabtu (7/7). KRI Cakra yang memiliki berat selam 1,395 ton, dimensi 59,5 meter x 6,3 meter x 5,5 meter dan ditenagai oleh mesin diesel elektrik, 4 diesel, kecepatan 21,5 knot, diawaki 34 pelaut. (Foto: ANTARA/HO/Seno S./ss/ama/12)

Latihan Search and Rescue (SAR) kapal selam merupakan wahana untuk mengetahui sejauh mana tingkat kemampuan unsur – unsur Koarmatim dalam melaksanakan tugas pencarian dan penyelamatan kapal selam yang mengalami kedaruratan di laut. Demikian ditegaskan oleh Panglima Komando Armada RI Kawasan Timur (Pangarmatim) Laksda TNI Agung Pramono SH. M.Hum dalam amanat tertulisnya yang dibacakan oleh Kasarmatim Laksma TNI Darwanto SH. MAP pada upacara Gelar Pasukan Latsar Kapal Selam Tahun 2012, di dermaga Madura, Koarmatim, Ujung, Surabaya. Rabu (4/7).

Lebih lanjut menurut Pangarmatim sasaran yang ingin dicapai dalam latihan ini adalah untuk meningkatkan kemampuan personel dalam menyusun rencana operasi serta prosedur pencarian dan penyelamatan kapal selam, menguji kemampuan seluruh personel kapal selam dalam melaksankan penyelamatan diri (Free Escape), mengukur kesiapan sarana dan prasarana pencarian dan penyelamatan kapal selam serta menguji buku petunjuk pelaksanaan tentang SAR Kapal Selam.

Masih menurut Pangarmatim latihan ini bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan kemampuan unsur operasional Koarmatim dalam melaksanakan tugas pencarian dan penyelamatan terhadap kapal selam yang mengalami kedaruratan di laut, tegas Pangarmatim.

Unsur-unsur peserta latihan yang terlibat, yaitu 1 kapal selam, 3 kapal atas air, 2 tim Dislambair, 1 ponton Lumba-lumba, 1 tim Satkopaska serta 2 tim Kesehatan dari Lakesla dan RSAL dr. Ramelan Surabaya. Sedangkan dari unsur tugas udara, yaitu 1 pesawat Cassa dan 1 Heli BO-105.

Pada gelar pasukan ini seluruh unsur – unsur yang terlibat dalam latihan mengikuti upacara termasuk unsur pendukung latihan. Upacara ini diikuti oleh Perwira, Bintara dan Tamtama dan dihadiri oleh para Asisten, Kasatker, Komandan Satuan dan Komandan Unsur.

Sumber: SINDO/Dispenarmatim

Komisi I Berkunjung ke Industri Pertahanan Spanyol

Fregat Alvaro de Bazán F-101 produksi Navantia. Komisi I DPR RI dijadwalkan berkunjung ke Navantia. (Foto: Navantia)

6 Juli 2012, London: Sebanyak 14 anggota DPR RI dari Komisi I mengadakan lawatan ke Spanyol untuk menggali informasi secara umum mengenai konsep dan sistem dalam industri pertahanan di Spanyol.

Konselor KBRI Madrid, Theodorus Satrio Nugroho kepada ANTARA London, Jumat mengatakan, kunjungan delegasi yang dipimpin oleh Hari Akhmadi itu terkait dengan pembahasan RUU Industri Pertahanan.

Selama kunjungan kerja dari tanggal 2 Juli-5 Juli 2012 itu delegasi Indonesia mengadakan tukar pendapat dengan Kementerian Pertahanan Spanyol yang diterima Wakil Menteri, Pedro Arguelles Salaveria.

Selain itu delegasi berkunjung ke perusahaan yang bergerak di bidang telekomunikasi dan radar Indra, perusahaan BUMN di bidang perkapalan militer Navantia, dan perusahaan pembuat alutsista General Dynamic.

Selain itu dilakukan juga pertemuan dengan Ketua Komisi Luar Negeri Parlemen Spanyol, dan kunjungan ke Airbus Military baik di Madrid maupun di Sevilla.

Sementara itu Dubes RI untuk Spanyol, Adiyatwidi Adiwoso menilai Spanyol memberikan perhatian yang besar terhadap Indonesia.

Ia berharap selain berbagai informasi penting untuk pembahasan RUU Industri Pertahanan, kunjungan kali ini juga akan mempermulus rencana pembelian dan kerja sama untuk pesawat C-295 antara Airbus Military dengan PT Dirgantara Indonesia.

RUU Industri Pertahanan Segera Tuntas Masa Persidangan I Mendatang

Pembahasan RUU tentang Industri Pertahanan sudah mencapai 80 persen Daftar Inventaris Masalah (DIM) tuntas dan diperkirakan akan segera selesai pada masa Persidangan I mendatang.

“Setidaknya 80% dari total DIM dalam RUU tentang Industri Pertahanan yang sudah selesai dirumuskan dalam Tim Perumus dari sejumlah 478 DIM,” ujar Wakil Ketua Komisi I DPR RI Ramadhan Pohan dalam laporannya saat Rapat Badan Musyawarah di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (5/7).

Pembahasan RUU tentang Industri Pertahanan, menurut Ramadhan sudah memasuki tahap pembahasan dalam Tim Perumus (Timus) dimana secara umum telah tercapai kesepakatan konsepsi utama antara Komisi I DPR RI dengan Pemerintah. Serta Komisi I DPR telah terus menerus secara intensif melakukan Rapat Kerja, Rapat Panitia Kerja (Panja) maupun Rapat Tim Perumus (Timus).

“Komisi I DPR RI menargetkan untuk dapat disahkan dalam rapat paripurna DPR RI dalam masa persidangan I Tahun Sidang 2012-2013,” katanya.

Sumber: ANTARA News/DPR

Menhan: Lebih Baik Terima Hibah Hercules, Daripada Beli Baru


6 Juli 2012, Jakarta: Keputusan Pemerintah Indonesia dalam hal ini Kementerian Pertahanan untuk menerima hibah empat unit pesawat Hercules C-130/H daripada membeli baru dikarenakan alasan keterbatasan anggaran. Menurut Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, harga pesawat tersebut sangat mahal.

“Ambil Hercules baru sekarang mahal sekali. Dan seri H sekarang sudah nggak ada, AS sekarang memproduksi seri J, dan harganya mahal sekali, bisa empat kali lipatnya,” kata Menhan Purnomo Yusgiantoro di Jakarta, Jumat (6/7).

Menurutnya, meskipun pesawat yang akan dihibahkan tersebut pesawat bekas operasional, namun kemampuannya masih bagus. “Kalau dilihat dari jam terbang masih bisa terbang sekitar 15-20 tahun. Justru ini jadi salah satu pertimbangan kami ambil karena kami tidak sembarangan ambil. Kami juga lihat kondisi untuk bisa terbang lagi, jam terbang sampai berapa lama, avionik, dan strukturnya,”jelas Menhan.

Namun begitu, papar Menhan, kemampuan pesawat tersebut harus disesuaikan dengan kebutuhan TNI AU. Karenanya, Kemhan mengirimkan tim inspeksi untuk menghitung kebutuhan TNI AU dan estimasi anggaran yang diperlukan. Selanjutnya, tim inspeksi akan meaparkan temuannya pada tim teknis TNI AU.

“Mungkin tim inspeksi menyatakan perlu tapi tim teknis tidak, baru kemudian dilaporkan pada kami. Setelah digedok baru kami ajukan anggarannya,”ujarnya.

Tim inspeksi ini merupakan tim gabungan yang terdiri dari TNI AU, Mabes TNI, dan Kemhan. Tim tersebut telah berada di Australia untuk mengecek kondisi pesawat pada 2 Juli lalu.

Estimasi Anggaran Perbaikan Hercules Hibah Tunggu Hasil Tim Inspeksi

Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menyatakan, estimasi anggaran untuk perbaikan empat unit pesawat Hercules C-130/H yang akan dihibahkan dari Australia baru dapat diperoleh setelah tim inspeksi kembali dari Australia.

Tim ini akan melaporkan apa saja yang harus di-up-grade untuk menyesuaikan dengan kebutuhan TNI AU sebagai pengguna. “Sekarang kami kirim tim inspeksi, dan tim itu akan melaporkan apa saja yang harus di-up-grade.

Kami ingin sewaktu datang ke Indonesia sudah 100 persen serviceable, siap terbang. Sekarang juga sudah bisa terbang, tapi kan mesti disesuaikan dengan keinginan TNI AU,” kata Menhan Purnomo Yusgiantoro usai menghadiri serah terima jabatan Kalakhar Bakorkamla di Jakarta, Jumat (6/7).

Menhan pun membantah angka US$60 juta yang belakangan disebut-disebut sebagai jumlah yang harus dikeluarkan Indonesia untuk memperbaiki pesawat tersebut. Menurutnya, angka tersebut adalah angka lama yang kemungkinannya akan berubah saat ini.

Namun begitu, Menhan pun membantah nilai anggaran yang harus dikeluarkan akan lebih besar. “Belum tentu. Tergantung tim inspeksi yang sekarang ini ada di Australia. Jadi lebih baik kita tunggu tim inspeksi kembali dari Australia melaporkan berapa biaya yang diperlukan untuk melakukan perbaikan itu,” kata Menhan menjelaskan.

Menurut Dia, dari empat unit pesawat yang akan dihibahkan Australia, hanya satu yang masih dapat langsung diterbangkan. Sedangkan tiga sisanya unserviceable, perlu perbaikan untuk dapat kembali terbang. “Tapi perbaikan nggak cuma agar bisa terbang. Macam-macam yang harus dicek lagi dan disesuaikan dengan kebutuhan TNI AU,” kata Menhan.

Sumber: Jurnas

Hibah Empat C-130H Hercules Australia


7 Juni 2012, Jakarta: Sekretaris Jenderal Kemhan Marsekal Madya TNI Eris Herryanto dan Panglima Angkatan Bersenjatan Australia Jenderal David Hurley menandatangani Memorandum of Understanding (MoM) penyerahan empat pesawat angkut militer C-130H Hercules bekas pakai Royal Australia Air Force (RAAF), Senin (2/7) di Pangkalan RAAF Darwin.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Perdana Menteri Australia Julia Gillard mencapai kesepakatan hibah empat C-130H Hercules senilai 30 juta dolar dan tiga kapal cepat, saat digelar Asia-Pacific Summit di Denpasar, Bali, November 2011.

C-130H akan meningkatkan kemampuan Indonesia dalam penangganan bencana dan bantuan kemanusian. Kapal cepat ditujukan mengatasi penyeludupan manusia ke Australia.

37 Squadron mengoperasikan 12 C-130H dan 12 C-130J Hercules. Menurut data ADF Serials, dua C-130H Hercules diparkir tanpa mesin di Richmond sejak 2009.

RAAF berencana pensiunkan dini armada C-130H Hercules pada 2013, diharapkan menghemat anggaran pemerintah 250 juta dolar untuk biaya perawatan dan operasional. Armada C-130H Hercules diterima RAAF pada 1978 dan diperkirakan bukukan 3200 jam terbang pada 2011-2012.

Program ini mendapat kritikan keras dari Serikat Buruh Australia, keputusan mempensiunkan dini C-130H Hercules diklaim mengancam 250 pekerja Qantas Defence Services di Pangkalan Udara Richmond.

QDS merupakan anak perusahaan Qantas Airways Limited, memperkerjakan 500 karyawan. QDS merawat pesawat C-130H Hercules, P-3 Orion, Boeing B-737-700IGW, Bombardier Challenger CL604, BAE Hawk 127, EADS Casa KC-30A MRTT dan helikopter Sikorsky S-701-9 Black Hawk.

Indonesia harus mengeluarkan 60 juta dolar untuk perbaikan empat C-130H Hercules hibah. Pesawat ini akan diperbaiki di Australia sebelum diterbangkan ke Indonesia. Perbaikan tidak dapat dilakukan di Indonesia, karena hibah berupa airframe C-130H Hercules.

Australia juga menawarkan enam C-130H siap operasional ke Indonesia senilai 90 juta dolar.Tawaran ini ditampik Indonesia, karena pesawat harus diremajakan setelah pemakaian empat tahun. Sehingga total pembelian enam C-130H menjadi 180 juta dolar.

Hibah pesawat menguntungkan pemerintah Australia dalam penghematan anggaran, tetapi tetap menyediakan lapangan pekerjaan bagi warga negaranya. Pesawat yang terancam menjadi rongsokan atau menjadi monumen, masih dapat bernilai ekonomis tinggi dengan program hibah.

Hibah solusi tercepat dan murah dalam memenuhi program kerja pemerintah. India membeli enam C-130J Hercules senilai 1,2 milyar dolar pada 2008. Pesawat pertama tiba di India pada 2010 dan seluruhnya diterima pada 2011. Saat ini TNI AU mengoperasikan 21 unit C-130 Hercules dari berbagai tipe.

Pemerintah berencana memiliki 30 unit C-130 Hercules hingga TNI dapat mengelar kekuatan 2 batalion dengan spot berbeda.

sunber : Berita Hankan

Ahli LIPI: Tolak Hibah Hercules Bekas, Beli Baru


C-130H Hercules. (Foto: Australia DoD)

6 Juli 2012, Jakarta: Staff Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan LIPI Jaleswari Pramodhawardani mengatakan pemerintah lebih baik membeli pesawat hercules yang baru daripada menerima hibah. Sebab, pemberian hibah itu justru merugikan pemerintah.

"Kalau saya menilainya pemerintah harusnya membeli saja, jangan menerima hibah tersebut,"ujarnya dalam talk show DPD RI di Jakarta, Jumat (6/7).

Sebab, kata dia hibah pesawat itu justru akan menelan banyak anggaran. Bayangkan saja, untuk membawanya ke Indonesia saja diperlukan biaya yang tidak sedikit juga anggaran perbaikannya.

Sehingga, pemberian hibah ini menurutnya harus dipelajari benar-benar oleh pemerintah dan harus hati-hati. Karena ini, jelas Jelaswari bukan hanya persoalan anggaran tapi, juga pemerintah harus menilai kondisi dan kegunaan pesawat itu sendiri.

"Pemberian hibah itu juga membuat anggaran membengkak dan harus berhati-hati soal apa dan bagaimana kondisinya,"jelasnya.

Terlebih, Jelaswari juga menilai pemerintah dalam hal ini DPR harus mengkaitkan hibah pesawat ini apakah bisa memajukan pembangunan Indonesia atau tidak.

Dia juga menjelaskan, bahwa pemerintah terkesan kurang tegas dalam menolak hibah tersebut. Padahal, seharusnya kata dia, kita harus tegas dalam memutuskan dengan melihat keadaan alutsista, tapi pengawasan berlapis juga penting, karena ini menyangkut urusan negara.

"Kita harus tegas memutuskan, apakah kita menerima hibah atau membeli,"jelasnya.

Sumber: Republika

Uji Coba Ranpur 4x4 Produksi PINDAD


6 Juni 2012, Jakarta: Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin, Kamis (5/7) melakukan uji coba kendaraan tempur Recon Vehicle 4x4 produksi PT. Pindad (Persero) di kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta. Dalam uji coba ini, Wamenhan mencoba secara langsung mengemudikan kendaraan tersebut satu putaran di halaman depan kantor Kemhan. Hadir dalam uji coba ini Direktur Utama PT. Pindad (Persero) Adik A. Soedarsono. Selain Recon Vihicle 4x4, PT. Pindad juga menampilkan kendaraan tipe Armoured Personnel Carrier (APC) yaitu Jungle Warfare BRIMOB 4 x 4. (Foto: DMC)

 sumber : berita hankam

Alasan Belum Mengetahui Detil Pesawat, Parlemen Belum Menyetujui Anggaran CN 295


C295 Angkatan Udara Polandia. (Photo: Airbus Military)

6 Juli 2012, Jakarta: Anggaran pengadaan pesawat pengganti Fokker, CN 295, sampai saat ini masih diberi tanda bintang oleh Komisi I Dewan Perwakilan rakyat. Wakil Ketua Komisi I DPR TB Hasanuddin mengatakan tanda bintang tersebut belum dicabut karena pihaknya belum menerima detail pembelian pesawat. "Kami belum menerima merek, asal, dan spesifikasi pesawat," katanya saat dihubungi, Kamis, 5 Juli 2012.

Ia mengatakan pemberian bintang ini sama sekali tak bermasalah. Pasalnya anggaran pengadaan alutsista dalam pengajuan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara memang tak memuat detail barang. Anggaran alutsista, kata dia, biasanya hanya berbunyi ''pengadaan pengganti Fokker'' diikuti kebutuhan anggaran. "Kalau disebutkan detail termasuk mereknya, repot. Nanti broker bisa duduk-duduk di depan DPR," katanya.

Saat ini pihaknya masih menunggu detail pesawat pengganti Fokker. Setelah surat diberikan secara resmi, maka tanda bintang akan dicabut dan anggaran dapat dicairkan. "Ini hanya urusan surat menyurat, kalau sudah dipenuhi anggaran langsung cair," katanya. Komisi I, kata dia, baru meminta surat berisi detail pesawat dalam rapat kemarin.

Proses seperti ini, kata dia, sudah berlangsung sejak lama di Komisi I DPR dan Kementerian Pertahanan. Pasalnya pengadaan senjata cukup rumit. "Diskusi antara Kementerian Pertahanan, TNI, dan Angkatan Udara saja cukup panjang. Belum lagi tender. Kalau sudah ada yang pas nanti baru diajukan secara detail ke DPR," katanya.

Sementara itu Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan, Harfind Asrin, mengatakan proses pengadaan pesawat CN 295 berlangsung lancar. "Paling lambat dua pesawat sudah diterima Desember mendatang. Tapi kalau bisa lebih cepat lebih baik," katanya saat dihubungi Kamis.

Imam mengatakan, pesawat CN-295 merupakan pengganti 6 unit pesawat angkut jenis Fokker-27 yang dimiliki TNI AU.Dalam pembelian pesawat CN-295, TNI AU melakukan kerja sama dengan PT Dirgantara Indonesia dan Airbus.

Sumber: TEMPO

TB Hasanuddin: Mendesak Pemerintah Menolak Hibah Hercules Australia


C-130H Hercules A97-009. 36 Squadron dan 37 Squadron Royal Australia Air Force (RAAF), dua skuadron yang mengoperasikan C-130 Hercules. 36 Sqd mengoperasikan 12 C-130H Hercules diterima 1978 dan 37 Sqd mengoperasikan 12 C-130J Hercules diterima 1999. Kedua skuadron kemudian dimeger pada 17 November 2006. 36 Sqd menyerahkan 12 C-130H ke 37 Sqd, selanjutnya mengoperasikan 5 C-17 Globemaster. (Foto: Australia DoD)

6 Juli 2012, Jakarta: Wakil Ketua Komisi I DPR, Tubagus Hasanuddin mendesak agar pemerintah menolak hibah empat unit pesawat Hercules C 130 dari Australia. Menurut informasi empat pesawat yang dihibahkan itu tidak laik terbang.

Bahkan, pemerintah perlu melakukan perbaikan dengan biaya sekitar 60 juta dolar AS, atau 15 juta dolar AS per unit.

''Aneh memang, karena dalam waktu yang sama Australia juga menawarkan enam buah pesawat sejenis dan dalam kondisi siap operasional seharga 90 juta dolar AS atau 15 juta dolar AS per unit,'' tut dia, Jumat (6/7).

Artinya, tambah dia, harga jual dan harga hibah sama. Malah, dengan uang 150 juta dolar AS sebaiknya pemerintah membeli lima unit Hercules baru.

Dengan pertimbangan, kondisi pesawat yang baru dapat melakukan penghematan dari biaya pemeliharaan. Serta usia pakai (jam terbang) yang lebih banyak dan lebih aman digunakan.

Sebelumnya dalam kunjungannya ke Australia, Presiden SBY menerima empat pesawat hibah berjenis Hercules C 130. Hingga kini hibah itu belum mendapat restu DPR.

''Sesuai pasal 23 ayat (1) UU Nomor 17/2003 tentang keuangan negara, disebutkan hibah atau menerima hibah dari pemerintah/lembaga asing harus dengan persetujuan DPR,'' pungkas politisi PDIP itu.

Indonesia Terima Banyak Hibah Alutsista Rongsokan

Wakil Ketua Komisi I DPR RI TB Hasanuddin mensinyalir banyak hibah alutsista yang diterima Indonesia berupa 'barang rongsokan'. Politisi dari PDIP ini mengatakan selain hibah pesawat Hercules C-103 dari pemerintah Australia baru-baru ini, sebelumnya banyak hibah yang tidak laik pakai.

''Menurut informasi Indonesia juga ditawari belasan pesawat F5 yang sudah di-grounded dari Korea Selatan. Hibah-hibah seperti ini sangat tidak efisien dan ujung-ujungnya hanya akan menjadi beban untuk TNI,'' ujar Tubagus.

Sebagai contoh, ia menyebutkan puluhan kapal tempur yang diterima dari bekas angkatan laut Jerman Timur yang kini hanya menjadi beban. Padahal seharusnya, pemerintah fokus untuk memperkuat kekuatan Angkatan Laut.

''Padahal biaya membawa dari Jerman dan kemudian memeliharanya juga sangat besar. Makanya, pemerintah harus menghentikan pembelian rongsokan dengan uang rakyat,'' terang Tubagus.

Tubagus menegaskan menolak hibah empat pesawat Hercules dari Australia karena menurutnya empat pesawa itu tidak laik pakai. Indonesia justru harus mengeluarkan banyak dana untuk memperbaikinya.

Sumber: Republika

Satuan Kapal Cepat Koarmatim Latihan Taktik Serangan


5 Juli 2012, Surabaya: Satuan Kapal Cepat Koarmatim (Satkat Koarmatim) mempertahankan dan meningkatkan profesionalisme prajuritnya dengan menggelar latihan taktik serangan Kapal Cepat Rudal (KCR). Latihan olah dan ketangkasan prajurit ini dilaksanakan sejak tanggal 2 -5 Juli 2012, bertempat di Markas Satkat Koarmatim dan Emulator Puslat Kaprang Kolat Armatim, Ujung, Surabaya.

Latihan taktik serangan Kapal Cepat Rudal pada peperangan Anti Kapal Permukaan yang diselenggarakan oleh Satkat Koarmatim ini, bertujuan untuk mempertahankan, memelihara dan meningkatkan keterampilan dan profesionalisme prajurit Satkat Koarmatim. Kegiatan ini diikuti oleh 204 orang prajurit dari satuan kapal tersebut.

Latihan tersebut, dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu tahap Klasikal dan tahap Tactical Game.

Untuk tahap Klasikal, dilaksanakan di Satkat Koarmatim sedangkan untuk tahap Tactical Game dilaksanakan di Pusat Latihan Kapal Perang (Puslat Kaprang) Komando Latihan Armada RI Kawasan Timur (Kolatarmatim).

Komandan Satkat Koarmatim Kolonel Laut (P) Syufenri,M.Si mengatakan, bahwa sasaran dari latihan ini diharapkan prajurit unsur- unsur Satkat Koarmatim memiliki kemampuan melaksanakan prosedur taktik serangan kapal cepat rudal dan prosedur peperangan anti kapal permukaan sesuai dengan referensi dan fungsi asasi KCR.

Lebih lanjut Komandan Satkat Koarmatim mengatakan, bahwa profesionalisme prajurit akan terjaga bila terus diasah melalui latihan yang bertingkat dan berlanjut serta pengalaman di dalam penugasan.

“Latihan ini terangkai dengan latihan berikutnya, yaitu latihan Taktik Serangan Kapal Cepat Torpedo yang akan dilaksanakan minggu ke 2 bulan Juli sesuai dengan jenis kapal yang ada di Satkat Koarmatim, yaitu Kapal Cepat Rudal dan Kapal Cepat Torpedo,”tegas Komandan Satkat Koarmatim.

Sumber: Dispenarmatim

IMPARSIAL: Pembelian 100 MBT Leopard Tidak Tepat


MBT Leopard. (Foto: KMW)

5 Juli 2012, Jakarta: Pemerintah Indonesia berencana membeli 100 unit Main Battle Tank (MBT) Leopard sebagai bagian dari upaya membangun kekuatan pertahanan Indonesia. Pengadaan MBT Leopard ini telah direncanakan sejak akhir tahun lalu dan awalnya akan dilakukan dari Belanda akan tetapi menimbulkan pro dan kontra termasuk di internal Belanda sendiri. Akhirnya kementerian pertahanan merencanakan membeli tank Leopard dari Jerman.

IMPARSIAL (the Indonesian Human Rights Monitor) menilai bahwa membangun kekuatan pertahanan Indonesia dengan memodernisasi alat utama sistem persenjataan merupakan sebuah kebutuhan. Meski demikian, penting dicatat bahwa pengadaan armada tempur bagi penguatan pertahanan Indonesia harus diletakkan sebagai kelanjutan dari kebijakan dan strategi pertahanan, doktrin, kapasitas dukungan anggaran, dengan tetap mempertimbangkan kondisi geografis Indonesia dan harus dilakukan secara transparan serta akuntabel.

IMPARSIAL (the Indonesian Human Rights Monitor) memandang bahwa langkah pemerintah (Kemhan) untuk pembelian 100 MBT Leopard adalah tidak tepat. Lebih dari itu, sudah banyak penilaian dari berbagai kalangan baik itu DPR, purnawirawan TNI, pengamat militer serta kelompok masyarakat sipil yang menilai bahwa pembelian tank Leopard tidak urgent dan banyak kendala operasional yang harus dihadapi jika nanti di gunakan di Indonesia, baik itu kendala geografis, kendala infrastruktur dan doktrin serta komponen pendukung lainnya yang belum siap.

Di tengah terbatasnya anggaran negara dan fakta krisis ekonomi global maka menjadi penting untuk DPR dan pemerintah untuk berhati-hati dan lebih cermat lagi dalam pengalokasian anggaran untuk pertahanan. Membuat skala prioritas yang bertahap dan berjenjang dalam melakukan modernisasi alutsista menjadi keharusan yang perlu dibentuk oleh DPR dan pemerintah. Sehingga pembelian alutsista benar-benar di dasarkan atas kebutuhan obyektif pertahanan Indonesia dan bukan di dasarkan atas kebutuhan politis apalagi jika ditujukkan untuk mencari keuntungan segelintir kelompok dan elit di pemerintahan. Apalagi transparansi dan akuntabilitas di sektor pertahanan masih belum baik dan masih patut dipertanyakan.

Penguatan matra darat memang tetap harus dilakukan. Namun pemerintah harus mencermati kondisi geografis, infrastruktur, strategi dan doktrin pertahanan Indonesia. Akan lebih baik jika pemerintah menambah kekuatan kavaleri TNI dengan jenis medium dan light tank. Terlebih lagi ini sejalan dengan keinginan industri pertahanan di dalam negeri yang juga akan mengembangkan pembuatan tank jenis medium dan ringan bekerja sama dengan beberapa negara lain. Penambahan tank jenis medium dan ringan akan jauh lebih efektif dan bermanfaat ketimbang 100 MBT yang kemungkinan besar akan sulit dioperasikan di Indonesia.

Oleh karena itu, IMPARSIAL (the Indonesian Human Rights Monitor) mendesak kepada pemerintah terutama Kementerian Pertahanan dan juga Mabes TNI untuk mendengarkan aspirasi publik. DPR selaku reprersentasi rakyat diharapkan untuk tetap konsisiten menolak rencana pembelian 100 MBT Leopard dan menekankan kepada pemerintah untuk memprioritaskan pengadaan armada tempur yang selaras dengan kebutuhan obyektif pertahanan Indonesia.

Sumber: Imparsial