Pages

Saturday 20 April 2013

Menhan : Leopard Dan Marder Mulai Datang Bertahap Oktober 2013


JAKARTA : Kementerian Pertahanan menyatakan tidak lama lagi senjata baru TNI Angkatan Darat yakni tank tempur utama Leopard dan tank tempur menengah Marder tiba di Indonesia. Sesuai rencana, kedua tank asal pabrikan Rheinmettal, Jerman ini tiba secara berangsur mulai Oktober 2013.
"Tank Leopard dan Marder yang datang bukan cuma contoh saja, tapi sudah yang produksi," kata Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin saat ditemui kemarin malam di Hotel Sultan, Jakarta, Kamis, 18 April 2013.

Sjafrie melanjutkan, rencananya pengiriman kedua tank akan rampung akhir tahun 2014. Jumlah tank yang akan dikirim Jerman sebanyak 153 unit. Yakni tank Leopard Ri sebanyak 61 unit, tank Leopard 2A4 sebanyak 42 unit, dan tank Marder sebanyak 50 unit. Pembelian tank ini disebut tidak melebihi pagu anggaran sebesar US$ 280 juta.

Pembelian tank ini juga dilengkapi dengan kesepakatan transfer teknologi yang diteken November 2012 lalu. PT Pindad dan Bengkel Pusat Angkatan Darat akan mendapatkan kerja sama pelatihan untuk perbaikan ringan hingga berat.

Kehadiran 153 unit tank ini diharapkan bisa menambah kekuatan TNI AD. Saat ini Indonesia belum juga punya tank kelas berat yang mumpuni. Selama ini TNI AD mengandalkan tank tempur ringan seperti Scorpion buatan Inggris, tank AMX-13 dan AMX-10p. Ketiga jenis tank ringan itu terbilang uzur, sebab diproduksi sejak tahun 1940-1950an.
Sumber : Tempo

Skuadron Sukhoi Ditargetkan Tahun Ini Lengkap


JAKARTA : Dalam rangka pencapaian modernisasi peralatan Alutsista TNI Angkatan Udara akan mengejar target untuk melengkapi pesawat tempur jenis Sukhoi di Skadron Udara 11 Wing 5 Lanud Sultan Hasanuddin sebanyak 16 Unit di Tahun 2013.
 
“Sesuai dengan perencanaan semestinya tahun 2014, akan tetapi khusus skadron 11 yang alutsistanya pesawat tempur Sukhoi kita akan dorong di tahun 2013 sudah lengkap. Jadi  kesimpulan persiapan bahwa di dalam 2014 ini kita akan lengkap skadron 16 unit dan sudah mengudara semua, “ Ungkap Wakil Menteri Pertahanan RI Sjafrie Sjamsoeddi, Kamis (18/4) saat meninjau Skadron Udara 11 Wing 5 Lanud Sultan Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan.
Dijelaskan  Wamenhan, dengan datangnya 2 unit pesawat Sukhoi jenis MU SU-30 MK2 pada bulan Februari lalu, saat ini TNI AU sudah memiliki 12 unit pesawat jet tempur Sukhoi tipe Su-27 SKM dan Su-30 MK2 buatan industri pesawat terbang Rusia,  Konsomolsk-Na Amure Aircraft Production Associattion (KNAPO). Sisanya masih menunggu kedatangan 4 unit pesawat dari 6 unit yang terakhir di pesan oleh Indonesia dari Pabrikan Rusia. Diharapkan sisanya bisa kembali datang pada bulan Juni 2013, sehingga Skadron 11 ini sudah dilengkapi dengan 16 unit pesawat. 
 
Wamenhan mengatakan, perjalanan moderanisasi Alutsista TNI AU sudah on the track, tinggal sekarang akan mengejar  jadwalnya. Tentunya perencanaan ini harus didukung dengan administrasi keuangan dari negara. Kemhan memiliki tugas untuk menuntaskan sampai dengan perjalaann Kabinet Indonesia Bersatu selesai pada tahun 2014 maka organisasi peralatan militer juga harus selesai karena itu bagian dari pertanggungjawaban pemerintah
Lebih lanjut Wamenhan menjelaskan rencana kelengkapan unit pesawat di Skadron 11 ini juga harus sejalan dengan adanya dukungan konstruksi sistem yang bisa mengcover seluruh pesawat. Selain itu juga dengan adanya keperluan fasilitas mesin simulator untuk bisa melatih efisiensi dan juga bisa melatih tekhnis non taktis dari para pilot penerbang tempur. Sehingga nantinya tidak perlu lagi mengirimkan pilot penerbang tempur keluar negeri untuk melatih skill tekhnis mereka.
“Alat simulator itu harus ada dipangkalan ini, itu akan kita jadikan paket bahwa kita punya satu skadron harus ada simulator agar bisa mengimbangi latihan penerbang.” jelas Wamenhan.
Disampaikan  Wamenhan, mengenai pengadaan unit latih simulator ini akan direncanakan di tahun 2014. Tetapi jika simulator ini belum sampai, untuk sementara waktu para pilot penerbang akan di kirimkan ke negara yang memiliki fasilitas simulator salah satunya negara china karena sudah merupakan bagian dari kerjasama pertahanan Indonesia dengan Tiongkok.
Transfer Technology 
Ketika menanggapi  Alih Teknologi Pesawat Tempur Sukhoi dengan pihak Rusia, Wamenhan mengakatan untuk sementara waktu didalam rencana strategis belum sampai mengalihkan teknologi untuk membuat pesawat. Dengan arti lain targetnya baru sampai alih teknologi pemeliharaan pesawat (Maintanance Facility Center).
“ Untuk alih teknologi pesawat itu tidak mudah jadi sementara kita dengan pihak Rusia akan membangun Joint Facilities Center. Karena di dalam satu skadron harus dipenuhi untuk fasilitas tersebut supaya tidak mengirimkan kembali ke luar negeri,” Kata Wamenhan.
Pada saat meninjau Skadron 11 Wamenhan juga mengingatkan untuk selalu sama-sama memperhatikan di dalam penggunaan anggaran pertahanan. Seiring dengan hal itu faktor ketertiban dan Akuntabilitas menjadi sangat penting untuk menghindari kekhawatiran akan terjadinya keborosan dan kebocoran di dalam penggunaan anggaran pertahanan.
" Perlu sama-sama kita perhatikan juga adalah tertib di dalam penggunaan anggaran pertahanan, jadi semua berpikir akuntabel dan tidak salah didalam penggunaan anggaran pertahanan karena sangat ketat dibandingkan dengan sasarannya.“Jika kita tidak tertib didalam penggunanannya itu dikhawatirkan akan terjadi istilah “BOBO” atau Boros dan bocor. Dan itulah komitmen kita untuk mengerjakannya untuk mencegah keborosan dan kebocoran tersebut,” tegas Wamenhan.
Kunjungan Wamenhan ke Skadron Udara 11 Wing 5 Lanud Sultan Hasanuddin kali ini dalam rangka High Level Committee (HLC) untuk mengendalikan dan mengawasi perkembangan dari persiapan modernisasi peralatan Alutsista TNI untuk pencapaian 2014.
Saat meninjau Skadron Sukhoi Wamenhan didampingi oleh Komandan Lanud (Pangkalan TNI AU) Sultan Hasanuddin Marsekal Pertama TNI Barhim, dan Komandan Skadron Udara 11 Wing 5 Lanud Sultan Hasanuddin Letkol Pnb (Penerbang) Dedy S Salam .
 
Sumber : DMC

PAL Garap 16 KCR 60 Pesanan TNI AL


SURABAYA : Sinergi antara industri galangan kapal dengan industri pertahanan nasional makin kuat. Hingga sepuluh tahun ke depan, kebutuhan kapal industri pertahanan khususnya kapal cepat rudal (KCR) 60 meter mencapai 16 kapal. Saat ini tiga kapal di antaranya sudah menjalin kontrak kerja sama dengan PT PAL.

Dirut PT PAL M Firmansyah Arifin mengatakan, pembangunan KCR tersebut mengacu pada perjanjian surat jual beli kedua pihak, yakni untuk W273, 274, 275. "Kapal pertama kami serahkan akhir Desember tahun ini, kapal kedua Maret 2014 dan kapal ketiga pada medio Juni 2014," urainya saat memantau proses pembangunan dasar kapal (keel laying) di pabrik PT PAL di Surabaya, Kamis (18/4).
       
Dia mengatakan, sebagai industri galangan kapal, kendala utama pada pasokan peralatan dan komponen kapal. Selama industri dalam negeri belum mampu menyuplai peralatan dan komponen yang diperlukan, maka industri galangan kapal tetap bergantung ke impor. "Tapi dengan keterbatasan itu, kami berusaha untuk menyelesaikan proyek ini sesegera mungkin. Karena dengan demikian kami masih terus dipercaya untuk memenuhi kebutuhan kapal TNI-AL," ucapnya.


Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Marsetio mengatakan, kebutuhan kapal TNI makin besar. Sebab untuk mempertahankan kedaulatan, perlu memiliki angkatan laut yang kuat. Disebutkan, dalam concept map hingga 2024, kebutuhan KCR 60 meter mencapai 16 kapal dan KCR 40 meter 16 kapal. Sehingga total kebutuhan 32 kapal.


"Nah ini sekaligus memajukan industri perkapalan nasional dan tantangan bagi PT PAL ke depan. Melalui momentum ini kami berharap PT PAL makin meningkatkan kinerja sebagai leading sector kapal perang skala dunia," tutur dia.


Marsetio mengatakan, kendati baru menandatangani kontrak kerja sama untuk pembangunan KCR tiga unit, tapi ke depan pihaknya akan tetap mempercayakan pembangunan tiga belas kapal sisanya pada perusahaan pelat merah tersebut. "Total, 16 KCR 60 meter kami akan dibuat oleh PT PAL," tandas dia. Sedangkan, untuk KCR 40 meter akan dipercayakan pada industri galangan kapal nasional melalui mekanisme lelang.


Disebutkan dana yang dianggarkan untuk membeli satu KCR mencapai Rp 500 miliar. Marsetio mengakui, pembangunan satu kapal tidak dapat mengandalkan komponen dalam negeri sepenuhnya. Menurutnya itu wajar, di berbagai negara pun memang rakitan dari berbagai negara seperti Jerman, Jepang dan Inggris. "Tapi kami harapkan semua industri dan peralatan dalam negeri dipakai secara maksimal, misalnya kerja sama teknologi dengan PT LAN Industri (Persero), lalu pelat dari Krakatau Steel, interior dengan PT INKA. Jadi, semua industri dalam negeri diberdayakan," tegasnya.


Selain KCR, lanjut Marsetio, pihaknya sudah memesan kapal selam pada PT PAL yang bekerja sama dengan Korea Selatan. Dua kapal selam akan dibangun di Korea dan sisanya satu kapal di galangan milik PT PAL. Sedangkan untuk membangun itu, PT PAL mengirim karyawannya ke Korea.
Sumber : JPNN

Keel Laying Kapal Cepat Rudal (KCR-60 METER) TNI AL


 
 
SURABAYA : PT PAL INDONESIA (PERSERO) kembali menggelar acara Keel Laying Kapal Cepat Rudal (KCR) 60 M hull No. M000274 yang merupakan kapal kedua dari 3 (tiga) kapal sejenis pesanan TNI-AL. Direncanakan Kasal beserta jajaran berkenan hadir untuk menyaksikan acara tersebut.
Pembangunan KCR 60 M ini berdasarkan Surat Perjanjian Jual Beli Nomor : KTR/1056/02-48/XII/2011/Disadal No. Pembangunan M000273, W000274 dan W000275 antara PT PAL INDONESIA (PERSERO) dan TNI-AL yang diwakili oleh DINAS PENGADAAN MABESAL, di bangun atas dasar kelas BKI.

Dijadwalkan kapal ke-2 ini akan diserahkan pada medio Maret 2014, sedangkan kapal yang ke-1, direncanakan akan diserahkan pada akhir Desember 2013, sedangkan kapal ke-3 akan diserahkan pada medio Juni 2014.

Adapun ukuran Utama Kapal Cepat Rudal 60 Meter (KCR-60M) :
- Panjang keseluruhan (LOA) : 59.80 M
- Panjang garis air (LWL) : 54.82 M
- Lebar (B) : 8.10 M
- Tinggi pada tengah kapal (T) : 4.85 M
- Sarat muatan penuh (Dd) : 2.60 M
- Berat muatan penuh (Displacement) : 460 Ton

Sistem Persenjataan
1. 1 X Meriam Utama 57 mm
2. 2 X Senjata 20 mm
3. 2 X 2 Peluncur rudal anti kapal permukaan (SSM)
4. 2 X Decoy Launcher

Olah Gerak
KCR 60M mempunyai kemampuan olah gerak yang tinggi, lincah dalam posisi tembak dan mampu melaksanakan penghindaran dari serangan balasan lawan.

Ketahanan Berlayar

1. Ketahanan dilaut : 9 hari
2. Jarak jelajah : 2.400 nm pada kecepatan 20 knot
3. Akomodasi : 43 orang

Kelaikan Kapal
KCR 60m dirancang dengan mempertimbangkan kriteria kelaikan laut sbb :
1. Stabilitas kapal memenuhi kriteria standar IMO A (749)
2. Tugas patroli hingga sea state 3
3. Kemampuan pengoperasian senjata hingga sea state 4

Diharapkan dengan even ini, semakin memperkokoh komitmen PT PAL INDONESIA (PERSERO) serta wujud nyata untuk terus berperan aktif dalam pemenuhan alutsista negara, menuju kemandirian bangsa pada ALUTSISTA khususnya bidang kemaritiman.

Sumber : BUMN

Friday 19 April 2013

CN 235 MPA Berpeluncur Rudal Harpoon

 
CN 235 MPA
CN 235 MPA

PT. Dirgantara Indonesia telah  melakukan uji terbang CN-235 MPA pesanan TNI-AL pada Jumat 5 April 2013 lalu. Uji terbang dilangsungkan dengan rute dari Bandung hingga Kawasan Pangandaran dengan waktu tempuh 1,5 jam. Uji terbang berlangsung sukses dan pesawat mendarat dengan selamat.
Berbeda dengan CN-235, pesawat patroli pesanan TNI-AL ini menggunakan desain winglet pada ujung sayap. Winglet dipercaya mampu mengefisienkan gaya hambat, yang juga penghematan bahan bakar. Dengan penghematan bahan bakar ini, CN 235 MPA bisa lebih lama di udara sehingga cocok untuk operasi maritim.
Dari foto-foto terlihat radar pesawat akan ditempatkan pada perut pesawat, seperti konfigurasi CN-235 milik Coast Guard Korsel. Selain itu terdapat pula bubble window pada bagian belakang pesawat. Jendela gembung ini berfungsi sebagai tempat awak pesawat melakukan pengamatan secara visual. Namun isi serta peralatan yang dipasang kedalam tubuh CN-235 ini belum diketahui secara pasti.
CN 235 MPA (arc.web.id)
CN 235 MPA (arc.web.id)

CN 235 MPA produksi PT DI merupakan pesawat medium-range twin-engined yang bisa dipasang: Radar  Seaspray 4000 dari BAE Systems, Radar AN/APS-134 produksi Raytheon atau Ocean Master 100 buatan Thales.
Menurut airforce-technology.com , perusahaan elektronik pesawat dan defence system Thales, telah menandatangani MoU  dengan PT DI pada Mei 2000 untuk menyuplai piranti AMASCOS yakni, Airborne Maritime Situation Control System, termasuk juga Ocean Master search radar produksi Thales dan EADS. MoU itu juga meliputi pengadaan piranti: Elettronica ALR 733 radar warning receiver, The Chlio thermal imager buatan Thales Optronique, Gemini navigation computer  dari Thales  Avionics  serta  AN/ASQ-508 magnetic anomaly detection (MAD) system dari CAE.
Lebih jauh lagi, CN 235 MPA ini akan dilengkapi tiga hardpoints di bawah masing-masing sayapnya yang mampu membawa Rudal Anti kapal Harpoon. Menurut airforce-technology.com CN 235 MPA Indonesia  mampu membawa dua torpedo mk46 atau exocet M-39 air-launch anti-ship missiles.  Hardpoint sisanya kemungkinan ditujukan untuk mengangkut rudal anti pesawat, sebagai pertahanan diri.
Departemen Pertahanan memesan 24 CN 235 ke PT DI, termasuk 6 pesawat untuk maritime reconnaissance TNI AL serta tiga untuk TNI AU.

Sumber  jakartagerter

Agus Harimurti: Untuk Disegani, TNI Butuh Dukungan Dana

dok. Agus Harimurti
Untuk negara yang luas seperti Indonesia, masih butuh anggaran lebih besar untuk memodernisasi senjata TNI
KEPALA Operasi Infanteri 17 Brigade Airbone Kostrad TNI AD, Mayor Infantri Agus Harimurti Yudhoyono, mengingatkan perlunya peningkatan kapasitas dan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) untuk menyongsong era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau ASEAN Economic Community (AEC).

Menurut putra sulung Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini, pembangunan SDM ini juga penting dilakukan terhadap personel Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang bertugas menjaga pertahanan dan keamanan di seluruh Indonesia.

Agus mengatakan, ada banyak potensi konflik yang muncul di kawasan Asia Tenggara. Potensi konflik itu harus diatasi agar Indonesia siap memasuki era Pasar Tunggal ASEAN pada akhir 2015 mendatang.

“Sengketa perbatasan, perebutan sumber daya alam, perebutan Selat Malaka salah satu selat terpenting di dunia yang harus dijaga keamanannya. Illegal logging, human trafficking, bencana alam, dan terorisme harus dicegah antar negara ASEAN,” kata Agus dalam presentasinya pada acara Indonesian Young Leaders Forum 2013 yang diselenggarakan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), di Jakarta, Kamis (18/4).

Potensi konflik itu, bisa ditanggulangi dengan kualitas prajurit yang unggul dan professional (smart power). Pendekatan yang dilakukan pun dilakukan secara soft power, banyak kawan tanpa musuh.

“Kami ingin Indonesia disegani, tapi tidak cukup dengan itu, aspek hard power, kekuatan moneter tidak bisa ditiadakan,” katanya.

Agus mengatakan, pertahanan masih butuh dukungan dana dari pemerintah. Anggaran untuk Kementerian Pertahanan tahun 2013 sebesar Rp77,7 trilun atau 0,8 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Jumlah itu masih di bawah Malaysia dengan rasio 1,6 persen dari PDB, dan Singapura 3,6 persen dari PDB.

“Untuk negara yang luas seperti Indonesia, masih butuh anggaran lebih besar untuk memodernisasi senjata kami,” ujar Agus.

Ia menambahkan, jika Masyarakat Ekonomi ASEAN diterapkan, maka pergerakan barang dan jasa di ASEAN tidak lagi ada batasan. Karena itu, masyarakat Indonesia harus menjadi kompetitor yang unggul agar tidak tergilas dengan kompetitor, sesama negara ASEAN. Pembangunan human capital melalui pendidikan dan pelatihan secara terus menerus, akan mampu melahirkan SDM yang kompetitif.

Selain itu, Agus juga mengingatkan pentingnya empat pilar strategi pembangunan ekonomi, pro-growth, pro-job, pro-poor, dan pro-environment, “Dan tentu tanpa stabilitas keamanan tidak mungkin dapat membangun ekonomi yang berkelanjutan. Ini jadi sebuah keharusan,” ujar Agus.

Dalam Indonesian Young Leaders Forum 2013, HIPMI mengambil tema Bersama Menjaga Stabilitas Nasional dalam Menyambut ASEAN Economic Community 2015. Sejumlah pemimpin dan calon pemimpin negara diundang untuk berbagi ide mengenai persiapan Indonesia menyongsong era pasar bebas ASEAN. Acara dibuka oleh Presiden SBY, dan diisi dengan sejumlah forum beberapa pembicara diantaranya, Jusuf Kalla, Prabowo Subianto, Mayor Infantri Agus Harimurti Yudhoyono, Puan Maharani Soekarno Putri, Anindya Bakrie, Hary Tanoesoedibyo, dan Sandiaga Uno.

Sumber  Jurnas.com

Bangkitnya Kembali Pabrik Pesawat RI

Budi Santoso Dirut PT Dirgantara Indonesia
 
Sebuah pesawat CN 235 Maritime Patrol (MPA) pesanan TNI Angkatan Laut terparkir di hanggar PT Dirgantara Indonesia (PTDI). Berkelir hijau, pesawat itu baru saja lulus uji coba terbang selama satu jam di langit Jawa Barat awal April 2013 lalu. Para teknisi PTDI berkerubung di pesawat seharga US21,5 juta per buahnya itu. Burung besi produksi PTDI bekerjasama Airbus Military itu hendak diperkuat dengan radar pengintai lautan, dan kamera beresolusi tinggi.
“Radar itu dapat melihat hingga 200 meter di bawah permukaan laut,” kata mantan Kepala Humas PTDI, Rakhendi Priatna yang menemani VIVAnews berkeliling di pabrik pembuatan pesawat PTDI, di lahan seluas 80 hektar, awal April 2013 lalu.
Di belakang CN 235 MPA, tampak antri dua pesawat lainnya.  Semua menunggu kelihaian tangan para teknisi. PTDI memang saat ini tengah kebanjiran berbagai pesanan pesawat, khususnya CN 235. Pada 2012, PTDI berhasil membuat empat unit CN 235, dua unit NC 212, dua unit Super Puma, satu unit CN 195 dan 12 unit Bell 412.
Setelah terpuruk dihajar badai krisis moneter 1997,  perusahaan itu kini mencoba bangkit. Hanggar yang dulu sempat sepi, kini ramai dengan beragam pekerjaan.  Order mengalir, dan rezeki pun tumpah. Setelah merugi sembilan tahun, baru pada 2012 perusahaan menangguk laba.
Terakhir, rapor keuangannya biru pada 2002, dengan laba bersih Rp11,26 miliar. Setelah itu, kantong PTDI pun kempis.   Hutangnya seawan, dan nyaris kolaps. Sekitar 16 ribu karyawan dipecat, dan hanya  tersisa 4.000.  Para insinyur terbaik pun hengkang ke berbagai pabrik pesawat dunia.
Lebih tragis lagi, perusahaan perakit pesawat itu sampai terpaksa membuat panci agar bisa bertahan hidup. “Sepanjang 2003 hingga 2007 PTDI ini tak pernah tutup buku. Sehingga kami harus mulai tutup buku 2003-2007,” kenang Direktur Utama PTDI, Budi Santoso.
Budi bukanlah orang baru di PTDI. Ia bergabung sejak 1987, saat masih bernama IPTN. Pada 1998 lalu, ia pindah menjadi Direktur Utama PT Pindad, dan berhasil. Pada 2007 lalu, doktor ilmu robotika dari Katholieke Universiteit Leuven, Belgia, ini diminta pemerintah membenahi PTDI.
Saat ia baru memimpin, Budi dicegat oleh banyak persoalan. Ribuan bekas karyawan berdemonstrasi menuntut pesangon. Dan soal itu terus menguras energinya. Ditambah beban hutang, khususnya hutang kepada pemerintah yang mencapai Rp3,8 triliun. Kas  keuangan PTDI kandas saat itu.
Dia lalu membereskannya tahap demi tahap. Pada 2009, semua urusan masa lalu itu kelar. Setelah diaudit BPK, instansi pajak, dan berbagai lembaga, utang ke pemerintah itu pun beres. “Kami minta utang kepada pemerintah dikonversi menjadi modal. Duitnya sih tidak ada, hanya di atas kertas. Tapi ia tidak menjadi beban keuangan PTDI,” katanya.
Tangan dingin Budi Santoso perlahan menuai hasil. Pada 2012 lalu,  perusahaan membukukan laba bersih sekitar Rp40 miliar, dengan pendapatan Rp2,68 triliun. Pendapatan terbesar disumbang oleh pembuatan pesawat sebesar Rp2,3 triliun, manufaktur komponen Rp236 miliar, jasa teknisi dan alutsista Rp65 miliar, dan dari perawatan pesawat Rp104 miliar.
Tiga  langkah
Beresnya utang masa lalu itu, kata Budi Santoso, menjadi titik balik PTDI. Pada akhir 2011, mendapatkan kucuran dana Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp2,06 triliun. Direksi tidak menyia-nyiakan dana itu, dan langsung memakainya untuk modernisasi mesin, hanggar dan sumber daya manusia.
Direktur Niaga dan Restrukturisasi, Budiman Saleh menjelaskan PTDI telah mengalokasikan Rp270 miliar membeli berbagai mesin produksi serta membenahi dan membangun hanggar baru senilai Rp140 miliar. Nantinya, PTDI akan mempunyai dua hanggar perakitan pesawat.
Satu hanggar baru tersebut baru akan beroperasi pada Semester I 2014, dan mampu merakit pesawat besar seperti CN 295. (Lihat Bagian 3: Agar di Langit Kita Jaya)
Tiga langkah restrukturisasi pun  dilakukan. Pertama, pada fase darurat, selama 2011-2012, dibenahi kondisi internal. Kedua, adalah tahap stabilisasi pada 2012-2013. Pada fase ini perusahaan melakukan berbagai investasi dan revitalisasi. Terakhir, diharapkan pada 2015 ke atas, PTDI diharapkan lepas dari ketergantungan pada pemerintah.
“Saat ini kami sedang dalam tahap fase kedua. Kita lakukan pencarian pendanaan untuk permodalan, pemetaan pasar dan persiapan produk baru seperti N 219,” kata Budiman.
Saat ini, untuk bergerak perusahaan memang tergantung pada rezeki dari pemerintah. Misalnya, PTDI meraup kontrak hingga Rp7 triliun hingga tiga tahun mendatang, sebagian besar dari Kementerian Pertahanan. Tapi setelah itu, PTDI diminta untuk mandiri.
“Kami perlu hidup. Bisnis pesawat terbang bukan sesuatu yang instan,” kata Budi Santoso.
Bantuan itu, kata Budi, penting. Ia seperti efek bola salju. Konsumen melihat perusahaan mulai bangkit, dan tanpa diundang, mereka datang ke pabrik dan melakukan kerjasama. “Lima tahun lalu, saat saya pertama kali menjadi Direktur Utama, hal ini tidak pernah saya bayangkan,” katanya.
Menggandeng Airbus
Salah satu kunci keberhasilan PTDI adalah belajar dari kesalahan masa lalu. Sewaktu masih bernama IPTN, perusahaan ini “jor-joran” mengembangkan berbagai macam pernik pesawat walaupun tidak ekonomis.  Insinyur mereka waktu itu sangat menguasai teknologi, tapi tidak mengerti ilmu marketing.
“Ternyata, mengerti teknologi saja tidak cukup. Bagian lain adalah menguasai pasar, kami tidak pernah pelajari hal tersebut,” kata Budi.
Jalan lain mendongkrak kembali perusahaan yang  “pingsan” sejak krisis 1997 lalu adalah usaha  menggandeng industri penerbangan lain yang telah berkibar, yaitu Airbus dan Boeing. “Dua-duanya kami jajaki,” ujar Budi.
Namun, yang terdekat adalah EADS, perusahaan yang termasuk grupnya Airbus. Secara sejarah, PTDI lebih dekat, meskipun dulu mereka pernah punya hubungan dengan Boeing.
Cara ini, kata Budi, lebih efektif. Soalnya, membuat pasar baru membutuhkan waktu hingga puluhan tahun. PTDI tidak mungkin menanti selama itu, bisa keburu mati. Cara PTDI mirip seperti yang dilakukan Lenovo dan IBM. “Lenovo dahulu menggunakan merek IBM hingga orang-orang sadar IBM itu Lenovo. Sekarang Lenovo tidak memakai nama IBM namun tetap laku,” katanya.
Cara ini mulai membuahkan hasil. PTDI kini menerapkan standar administrasi hingga membuat pesawat, yang sesuai standar Airbus, baik EADS Airbus dan Airbus Military, membantu dari teknik hingga non teknik. Per tahun, PTDI mendapatkan kontrak Rp180-200 miliar. Dengan bekal inilah, PTDI bertekad membuat pesawat asli Indonesia.
Selain dengan EADS, PTDI juga menjalin kerjasama dengan Eurocopter Family yang juga dibawah EADS untuk membuat body helikopter MK II, yaitu tailboom dan fuselage senilai Rp5 miliar. Selain itu PTDI juga menjadi subkontrak CTRM dan Korean Air senilai Rp10 miliar.
Berbagai pesanan inilah yang membuat para karyawan PTDI bergairah. Saat ini, pabrik PTDI berjalan dua shift. Pada shift malam mereka akan mengejar produksi jika terjadi masalah di dua shift sebelumnya. Saking penuhnya order, PTDI tidak berani mengambil pekerjaan lagi. Kapasitas produksi perusahan itu sudah penuh.
“Maka, kalau ada yang bilang kami menganggur, itu salah. Dengan modernisasi saat ini, PTDI 2-3 kali lebih produktif dari yang lama,” katanya.
Jet tempur
Mesin-mesin buatan Jerman, Italia dan Taiwan terbaru sejak 2012 lalu telah hadir di pabrik PTDI. Mesin CNC (Computerized Numerical Control), di antaranya Quaser MV 18C, Haas VF6-50, Haas VR 11 B Deckel Maho DMU 100 mB, dan mesin Gantry Jobs LINX30 serta Gantry Matec 30 P membuat semangat baru bagi para teknisi. Urusan produksi menjadi lebih cepat.
Meski begitu, kapasitasnya belum setara dengan pabrik besar seperti Airbus. Untuk membuat sebuah pesawat dari nol hingga bisa terbang PTDI membutuhkan waktu 8-12 bulan. Sementara Airbus dan Boeing, rata-rata hanya butuh dua pekan. Dengan mesin baru, waktu produksi diharapkan bisa diringkas menjadi dua bulan.
Bermodal mesin itu pula, perusahaan yakin dapat meraup laba lebih besar. Pada 2013 ini PTDI menargetkan pendapatan sebesar Rp3 triliun,  dengan target laba bersih Rp60 miliar. Pada 2012 laba tercatat Rp40 miliar. Perusahaan kini mulai percaya diri, misalnya meminjam dana ke Bank sebagai modal kerja.
Secara potensial, PTDI masih bisa mengembangkan CN-235 menjadi CN-234 Next Generation.  CN-235 adalah proyek bersama antara PTDI dengan CASA. PTDI diberikan kebebasan oleh CASA untuk memberikan berbagai inovasi pada CN-235. Salah satunya menambahkan wing tips untuk menambah kestabilan pesawat.
Selain itu, C-212 versi improvement, harganya lebih murah, dan kapasitasnya juga bertambah. “Kami juga menargetkan pusat perawatan PTDI dapat merawat Airbus A320 di Indonesia,” ujar Budi.
Agar makin tokcer di masa depan, perusahaan itu akan merekrut generasi muda. Penerimaan besar-besaran insinyur PTDI terjadi pada 1982-1986. Setelah itu, tidak ada lagi. Kini sekitar 45 persen sumber daya ahli di perusahaan itu, khususnya para engineer, telah memasuki masa pensiun.
Kini, pegawai baru direkrut secara bertahap. “Yang pensiun, akan kami pertahankan 1-2 orang sebagai pelatih engineer baru. Cara ini kami gunakan mengatasi lost generation di PTDI,” kata Budiman.
Sebagai bahan latihan bagi para insinyur muda, PTDI menyiapkan N 219. Pesawat berkapasitas 19 orang ini akan dijadikan model agar para insiyur muda mengetahui satu siklus pembuatan pesawat.
Dari produk N 219 inilah, tenaga ahli muda itu dapat mengembangkan beragam jenis pesawat. Bukan tak mungkin suatu saat mereka menciptakan pesawat jet komersial seperti N2130 yang mati suri. Atau pesawat tempur IF-X/K-FX, kolaborasi PTDI dengan Korea Selatan.
Proyek terakhir itu kini memang tidak jelas nasibnya. Sebab, Korea Selatan memotong anggaran riset, serta pemerintah Turki mengundurkan diri dari program itu. (np)


Sumber VIVA.co.id

Lihat Keseriusan Personel TNI Latihan Strategi dan Taktik di Cilodong

Lihat Keseriusan Personel TNI Latihan Strategi dan Taktik di Cilodong - CCM_0375_(1).jpg

Laksamana TNI Agus Suhartono, S.E., didampingi Kasal Laksamana TNI DR. Marsetio, Kasau Marsekal TNI I.B. Putu Dunia, Kasum TNI Marsdya TNI Daryatmo, S.IP selaku Direktur Latihan Gabungan (Dirlatgab) TNI tahun 2013 dan Wakasad Letjen TNI Moeldoko, menyaksikan langsung jalannya kegiatan Olah Yudha Kampanye Militer “Wibawa Yudha II” melalui Tactical Floor Game (TFG), di Markas Komando Divisi Infanteri 1 Kostrad Cilodong, Jawa Barat, Jumat (19/4/2013). Demikian rilis yang dikirim ke redaksi Tribunnews.com.

Kegiatan tersebut dalam rangka menguji rencana Kampanye Militer Panglima Komando Gabungan (Pangkogab) Latihan Gabungan (Latgab) TNI 2013 beserta jajarannya dihadapan Direktur Latihan, menguji rencana Kampanye Militer tanda berakhirnya latihan posko Latgab TNI.

Dalam Latihan Gabungan TNI tahun ini, di skenariokan bahwa pasukan bersenjata Aliansi  Sonora secara terbuka mengerahkan kekuatan darat, laut dan udaranya dengan poros manuver dari pangkalan ajunya di P. Namit menuju P. Tarakan, Sangatta dan Bima dengan komposisi dan disposisi sebagai kekuatan Laut yang terdiri dari 1 PKR, 1 KCR, 1 AT dan 1 BCM serta didukung dengan kekuatan Udara yang terdiri dari 1 Pesawat Intai B 737, Pesawat Angkut dengan jenis 4 Pesawat PC 7 MK2, 2 Pesawat Cessna, 1 Pesawat C 130 serta dilengkapi dengan 2 Pesawat UAV Eagle ARV, yang dipersiapkan untuk memberikan dukungan kepada kekuatan Aliansi Sonora yang sudah berada di Tarakan, Sangatta, dan Bima.

Kekuatan Darat Aliansi Sonora yang terdiri dari 1 Brigade (+) diperkuat, Batalyon Armed 76, Kompi Kavaleri Tank dan Baterai Arhanud saat ini telah link up dengan Gerakan Sumpit Merdeka serta didukung oleh kekuatan udara dengan komposisi 1 Pesawat CN-235, 2 Heli Angkut S61A-4, UAV Alutsista Udara dan Black Hawk, berusaha untuk terus merebut dan menguasai sebagian wilayah Sanggata, Tarakan sambil bertahan di kedudukannya untuk menunggu bantuan perkuatan dari Pangkalan aju Aliansi Sonora sebelum melanjutkan gerakan selanjutnya.

Melihat kondisi yang demikian, TNI segera tanggap dan langsung melakukan segala manuvernya untuk memulihkan kembali situasi keamanan NKRI, khususnya di wilayah Asembagus, Situbondo, Jawa Timur, di Bima NTB, dan di Sangatta, Kalimantan Timur.

Komando Gabungan TNI melaksanakan Kampanye Militer meliputi Operasi Khusus, Operasi Udara, Operasi Laut Gabungan, Operasi Amfibi, Operasi Linud, Operasi Ratmin & Operasi Darat Gabungan untuk menghancurkan kekuatan Aliansi Sonora dan Gerakan Sumpit Merdeka (GSM) serta Gerakan Nusa Merdeka (GNM) mulai hari “H” jam “J" selama 20 hari di Mandala Operasi Kalimantan Timur & Nusa Tenggara Barat dalam rangka mengembalikan kedaulatan NKRI beralih ke operasi selanjutnya atas perintah.

Sumber Tribun

TNI Gempur Gerakan Sumpit Merdeka


TNI Gempur Gerakan Sumpit MerdekaAGUS SUSANTOPanglima TNI Laksamana Agus Suhartono 
 
JAKARTA, Pasukan TNI dari matra Laut, Udara dan Darat menggempur Gerakan Sumpit Merdeka dan aliansi negara Sonora, dalam latihan tempur di Sangatta, Kalimantan Timur dan Selat Makassar.
Panglima TNI Laksamana (TNI) Agus Suhartono dalam peninjauan Olah Yudha atau simulasi Posko Peperangan di Markas Divisi I Kostrad, Cilodong, Jawa Barat, Jumat (19/4/2013), menyaksikan skenario serangan asing pasukan bersenjata Aliansi  Sonora secara terbuka mengerahkan kekuatan darat, laut, dan udaranya dengan poros manuver dari pangkalan ajunya di Pulau Namit menuju Pulau Tarakan, lalu ke Sangatta di Kalimantan Timur dan Bima, Nusa Tenggara Barat.
Pusat Penerangan (Puspen) TNI menjelaskan, TNI segera tanggap dan langsung melakukan segala manuvernya untuk memulihkan kembali situasi keamanan NKRI, khususnya di wilayah Asembagus, Situbondo, Jawa Timur, di Bima NTB, dan di Sangatta, Kalimantan Timur.
Komando Gabungan TNI melaksanakan kampanye militer meliputi Operasi Khusus, Operasi Udara, Operasi Laut Gabungan, Operasi Amfibi, Operasi Linud, Operasi Ratmin, dan Operasi Darat Gabungan, untuk menghancurkan kekuatan Aliansi Sonora dan Gerakan Sumpit Merdeka (GSM) serta Gerakan Nusa Merdeka (GNM).
Panglima TNI Laksamana (TNI) Agus Suhartono, didampingi KSAL Laksamana (TNI) Marsetio, KSAU Marsekal (TNI) IB Putu Dunia, Kasum (TNI) Marsdya (TNI) Daryatmo selaku Direktur Latihan Gabungan (Dirldalam Olah Latgab) TNI tahun 2013, Wakil KSADLetjen (TNI) Moeldoko, menyaksikan langsung jalannya kegiatan Olah Yudha kampanye militer Wibawa Yudha II melalui Tactical Floor Game (TFG).
Kegiatan itu dilakukan dalam rangka menguji rencana Kampanye Militer Panglima Komando Gabungan (Pangkogab) Latihan Gabungan (Latgab) TNI 2013 pada bulan Mei 2013.

Sumber Kompas

TNI AU Kejar Target Tahun 2013 Lengkapi Skadron Sukhoi


180413_wamenhan_ke_skadron_11_shukoi_mkasarJakarta,  – Dalam rangka pencapaian modernisasi peralatan Alutsista TNI Angkatan Udara akan mengejar target untuk melengkapi pesawat tempur jenis Sukhoi di Skadron Udara 11 Wing 5 Lanud Sultan Hasanuddin sebanyak 16 Unit di Tahun 2013.
“Sesuai dengan perencanaan semestinya tahun 2014, akan tetapi khusus skadron 11 yang alutsistanya pesawat tempur Sukhoi kita akan dorong di tahun 2013 sudah lengkap. Jadi  kesimpulan persiapan bahwa di dalam 2014 ini kita akan lengkap skadron 16 unit dan sudah mengudara semua, “ Ungkap Wakil Menteri Pertahanan RI Sjafrie Sjamsoeddi, Kamis (18/4) saat meninjau Skadron Udara 11 Wing 5 Lanud Sultan Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan.

Dijelaskan  Wamenhan, dengan datangnya 2 unit pesawat Sukhoi jenis MU SU-30 MK2 pada bulan Februari lalu, saat ini TNI AU sudah memiliki 12 unit pesawat jet tempur Sukhoi tipe Su-27 SKM dan Su-30 MK2 buatan industri pesawat terbang Rusia,  Konsomolsk-Na Amure Aircraft Production Associattion (KNAPO). Sisanya masih menunggu kedatangan 4 unit pesawat dari 6 unit yang terakhir di pesan oleh Indonesia dari Pabrikan Rusia. Diharapkan sisanya bisa kembali datang pada bulan Juni 2013, sehingga Skadron 11 ini sudah dilengkapi dengan 16 unit pesawat.
Wamenhan mengatakan, perjalanan moderanisasi Alutsista TNI AU sudah on the track, tinggal sekarang akan mengejar  jadwalnya. Tentunya perencanaan ini harus didukung dengan administrasi keuangan dari negara. Kemhan memiliki tugas untuk menuntaskan sampai dengan perjalaann Kabinet Indonesia Bersatu selesai pada tahun 2014 maka organisasi peralatan militer juga harus selesai karena itu bagian dari pertanggungjawaban pemerintah
Lebih lanjut Wamenhan menjelaskan rencana kelengkapan unit pesawat di Skadron 11 ini juga harus sejalan dengan adanya dukungan konstruksi sistem yang bisa mengcover seluruh pesawat. Selain itu juga dengan adanya keperluan fasilitas mesin simulator untuk bisa melatih efisiensi dan juga bisa melatih tekhnis non taktis dari para pilot penerbang tempur. Sehingga nantinya tidak perlu lagi mengirimkan pilot penerbang tempur keluar negeri untuk melatih skill tekhnis mereka.
“Alat simulator itu harus ada dipangkalan ini, itu akan kita jadikan paket bahwa kita punya satu skadron harus ada simulator agar bisa mengimbangi latihan penerbang.” jelas Wamenhan.
Disampaikan  Wamenhan, mengenai pengadaan unit latih simulator ini akan direncanakan di tahun 2014. Tetapi jika simulator ini belum sampai, untuk sementara waktu para pilot penerbang akan di kirimkan ke negara yang memiliki fasilitas simulator salah satunya negara china karena sudah merupakan bagian dari kerjasama pertahanan Indonesia dengan Tiongkok.
Transfer Technology
180413_wamenhan_ke_skadron_11_shukoi_mkasar_2Ketika menanggapi  Alih Teknologi Pesawat Tempur Sukhoi dengan pihak Rusia, Wamenhan mengakatan untuk sementara waktu didalam rencana strategis belum sampai mengalihkan teknologi untuk membuat pesawat. Dengan arti lain targetnya baru sampai alih teknologi pemeliharaan pesawat (Maintanance Facility Center).
“ Untuk alih teknologi pesawat itu tidak mudah jadi sementara kita dengan pihak Rusia akan membangun Joint Facilities Center. Karena di dalam satu skadron harus dipenuhi untuk fasilitas tersebut supaya tidak mengirimkan kembali ke luar negeri,” Kata Wamenhan.
Pada saat meninjau Skadron 11 Wamenhan juga mengingatkan untuk selalu sama-sama memperhatikan di dalam penggunaan anggaran pertahanan. Seiring dengan hal itu faktor ketertiban dan Akuntabilitas menjadi sangat penting untuk menghindari kekhawatiran akan terjadinya keborosan dan kebocoran di dalam penggunaan anggaran pertahanan.
" Perlu sama-sama kita perhatikan juga adalah tertib di dalam penggunaan anggaran pertahanan, jadi semua berpikir akuntabel dan tidak salah didalam penggunaan anggaran pertahanan karena sangat ketat dibandingkan dengan sasarannya.“Jika kita tidak tertib didalam penggunanannya itu dikhawatirkan akan terjadi istilah “BOBO” atau Boros dan bocor. Dan itulah komitmen kita untuk mengerjakannya untuk mencegah keborosan dan kebocoran tersebut,” tegas Wamenhan.
Kunjungan Wamenhan ke Skadron Udara 11 Wing 5 Lanud Sultan Hasanuddin kali ini dalam rangka High Level Committee (HLC) untuk mengendalikan dan mengawasi perkembangan dari persiapan modernisasi peralatan Alutsista TNI untuk pencapaian 2014.
Saat meninjau Skadron Sukhoi Wamenhan didampingi oleh Komandan Lanud (Pangkalan TNI AU) Sultan Hasanuddin Marsekal Pertama TNI Barhim, dan Komandan Skadron Udara 11 Wing 5 Lanud Sultan Hasanuddin Letkol Pnb (Penerbang) Dedy S Salam .

Sumber DMC

Ancaman Harus Diantisipasi Sejak Dini


Ancaman Harus Diantisipasi Sejak DiniISTIMEWA

Ancaman Harus Diantisipasi Sejak Dini
ISTIMEWA

JAKARTA - Beberapa ancaman potensial seperti konflik perbatasan, ancaman agresi militer asing, gerakan separatis yang dibantu agen-agen asing dengan berbagai cover atas kepentingan nasional, serta ancaman lepasnya suatu daerah dari wilayah NKRI harus segera diantisipasi dan diwaspadai sejak dini. Ancaman yang terjadi di satu titik akan memicu ancaman di titik lain.

"Ancaman di satu titik merupakan momentum bagi pihak musuh untuk melakukan hal yang sama. Itu dilakukan dengan harapan bahwa konsentrasi pasukan Indonesia akan terpecah-pecah," kata Kepala Staf TNI AL (Kasal), Laksamana TNI Marsetio ketika memberikan pembekalan 170 Perwira Siswa (Pasis) Pendidikan Reguler angkatan ke-51 Sekolah Staf dan Komando Angkatan Laut (Seskoal) Jakarta, Kamis (18/4).

Menurut Kasal, belajar dari hal tersebut maka ancaman terhadap Indonesia akan datang dari beberapa trouble spot. Untuk itu, perlu diantisipasi oleh TNI AL. Tidak hanya mengantisipasi dua trouble spot, tetapi harus mampu lebih dari dua trouble spot.

Beberapa kegiatan latihan gabungan yang telah dilaksanakan selama ini, kata Kasal, adalah Latihan Gabungan Terpadu Penanggulangan Bencana Alam, Latihan Gabungan Pasus TNI Trimatra, Latihan Gabungan TNI Tingkat Divisi dan Penembakan Senjata Strategis, Latihan Hanudnas Perkasa, Latmako Koarmabar dan Koarmatim, Latgultor TNI – Polri Waspada Nusa, Latihan PPRC TNI, Latihan Hanudnas Tutuka XXXVII, Latgabma Malindo Darsasa, Cobra Gold Exercise serta Shanti Prayas Exercise.

"Kegiatan-kegiatan itu diharapkan menjadi sarana peningkatan kemampuan sumber daya manusia (SDM) prajurit TNI dan pengawak alutsista berteknologi tinggi yang memiliki kualifikasi dan kompetensi sesuai standar mutu yang diharapkan," jelas Kasal.

Menyinggung tentang peningkatan SDM, Kasal berjanji akan memberikan kesempatan kepada Perwira TNI AL untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi di dalam maupun luar negeri. TNI AL juga akan meningkatkan profesionalisme prajurit matra laut melalui kegiatan latihan secara bertahap, bertingkat dan berlanjut termasuk latihan-latihan dalam tugas operasim.

"Kami juga ingin memberikan pengalaman penugasan dan peningkatan wawasan kepada personel, utamanya strata perwira melalui tour of area (TOA) maupun tour of duty (TOD) sebagai variasi dalam penugasan," jelasnya. nsf/P-3

MARINIR LIBATKAN 2000 PRAJURITNYA DALAM LATGAB TNI 2013




Komandan Korps Marinir (Dankormar) Mayor Jenderal TNI (Mar) A. Faridz Washington menghadiri pembukaan Latgab TNI 2013 yang di buka oleh Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Senin (15/4).
Dalam pembukaan Latgab TNI 2013 Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono memerintahkan para prajurit TNI mengeluarkan kemampuan terhebatnya dalam latihan gabungan  (Latgab) TNI 2013, latihan gabungan ini bertujuan untuk membuat pertahanan indonesia semakin tangguh.
Latgab TNI sebagai media mengukur dan menguji latihan satuan yang telah dilaksanakan serta mewujudkan kesiapsiagaan, Negara RI memiliki luas daratan 1,9 juta Km persegi dan luas perairan 3,3 juta Km persegi. Guna menjaga wilayah RI yang luas maka TNI harus memiliki posisi strategis dan kemampuan yang handal untuk menjaga kesatuan NKRI.
Strategi militer nasional memilki peran sangat penting dalam mempertahankan eksistensi bangsa dan Negara sebagai implikasi dari posisi strategis yang dimilki Indonesia, Panglima memerintahkan latihan tahun ini sesuai dengan skenario dan menghasilkan kinerja yang optimal dan berharap Latgab tahun ini tidak ada kecelakaan atau zero accident.
 
“Laksanakan latihan dengan penuh kesungguhan dan disiplin, taati dan ikuti ramalan operasi gladi sehingga latihan ini dapat berjalan sesuai skenario gladi guna mendapat hasil yang optimal”, tegasnya.
Sedikitnya 2000 prajurit Korps Marinir TNI AL dibawah pimpinan Komandan Pasukan Pendarat (Danpasrat) Brigadir Jenderal TNI (Mar) Siswoyo HS dan peralatan perang berupa 17 unit BMP-3F, 30 unit BTR-50, 7 unit LVT-7A1, 6 unit KAPAK-61, 2 unit BVP-2,dan 4 unit Howitzer 105 mm serta 2 unit RM 70 Grad, dilibatkan dalam Latihan Gabungan TNI 2013 ini.

Sumber Marinir

Kisah pasukan Kopassus tak tergiur satu peti uang rampasan


Komando Pasukan Khusus (Kopassus) merayakan hari jadi 16 April. Hampir semua operasi militer diikuti korps baret merah tersebut. Banyak serpihan cerita menarik di setiap palagan
 operasi.
12 Maret 1958, satu kompi pasukan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) ditugaskan merebut Pekanbaru, Riau. Saat itu Sumatera telah bergolak. Sebagian daerah yang tak puas pada pemerintah Jakarta mendirikan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI).
Maka Jakarta membalas aksi PRRI dengan operasi militer. Mereka mengirimkan pasukan untuk menguasai Sumatera dari para kolonel pembangkang.
Kompi A RPKAD dipimpin Lettu Benny Moerdani. Mereka diberangkatkan dari Pangkal Pinang dengan pesawat Dakota untuk terjun di daerah landasan udara Simpang Tiga. Tugas mereka merebut landasan itu agar pesawat Angkatan Udara bisa segera mendarat membawa perbekalan dan pasukan tambahan.
Walau memimpin pasukan terjun, Benny Moerdani belum pernah terjun payung sebelumnya. Ketika RPKAD mengadakan latihan terjun, Benny sedang sakit.
Tapi Benny tak takut, dia hanya berpesan kalau ragu-ragu agar didorong saja keluar dari pesawat. Soal penerjunan pertama ini ditulis Julius Pour dalam buku Benny Tragedi Seorang Loyalis yang diterbitkan KAta.
Informasi intelijen menyebutkan Simpang Tiga dan Pekanbaru dijaga 800 tentara PRRI. Tentunya risiko penerjunan besar sekali, mendarat tepat di jantung musuh.
Benny dan pasukan terjun serta mendarat mulus. Walau tak pernah terjun, Benny bisa mendarat dengan baik.
Para pemberontak tak mengira pasukan dari Jakarta telah mendarat. Begitu melihat RPKAD yang datang, mereka ambil langkah seribu. Sama sekali tak berani melakukan perlawanan. Pasukan PRRI begitu saja meninggalkan peralatan perang dan bantuan dari Amerika Serikat yang baru dikumpulkan di landasan.
Saat itulah Letnan II Dading Kalbuadi, rekan Benny, menendang sebuah peti kayu. Perwira muda RPKAD itu terkejut setengah mati melihat isinya.
"Wah duit, Ben! Uang, gimana ini?" kata Dading.
"Sudahlah jangan kau hiraukan. Tinggalkan saja, nanti kamu mati," kata Benny.
Selain uang, pasukan baret merah itu dikejutkan dengan persenjataan para pemberontak yang ditinggalkan. Jumlahnya melimpah. Semuanya senjata modern, bahkan ada bazooka. TNI sama sekali belum memiliki senjata-senjata secanggih itu.
Walau menerima bantuan senjata dari asing, rupanya PRRI tak punya semangat juang yang tinggi. Setelah Pekanbaru, berikutnya TNI bisa merebut Padang, Jambi, Medan, Jambi dan daerah-daerah yang dikuasai pemberontak.
Seorang bintara pensiunan baret merah, Peltu Nadi (86) berkisah soal perebutan Sumatera pada merdeka.com. Dia membenarkan memang perlawanan PRRI tak begitu berat.
"Mereka punya senjata lebih canggih, tapi semangat bertempur lemah. Apalagi kalau sudah mendengar harus berhadapan dengan RPKAD. Sengaja juga dibuat kabar RPKAD yang diterjunkan satu batalyon. Padahal satu kompi pun tak ada. darimana jumlah satu batalyon? Jika dikumpulkan juga paling-paling cuma dua kompi," kenang Nadi sambil tertawa.
Benny Moerdani kelak menjadi Panglima ABRI dengan pangkat jenderal bintang empat. Dia menjadi salah satu tokoh legendaris ABRI di masa orde baru.

Sumber Merdeka

TNI Siap Hancurkan Negara Sonora


 











Jakarta - Tentara Nasional Indonesia (TNI) siap menghancurkan musuh yang telah menguasai dan mengklaim wilayah Sangatta, Kalimantan Timur, menjadi sebuah negara berdiri sendiri dengan nama “Negara Sonora”.
Headline
Kesiapan TNI semakin nampak ketika Komandan Pasmar 1 selaku Komandan Pasukan Pendarat (Pasrat) Brigjen TNI (Mar) Siswoyo Hari Santoso memaparkan kesiapan pasukan dengan segala jenis endaraan tempur dan persenjataannya, dihadapan Panglima Komando Gabungan Latihan (Pangkogablat) Latgab TNI 2013 Letjen TNI M. Munir, dan sejumlah pejabat tinggi TNI lainnya, selanjutnya paparan tersebut diteruskan kepada Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono, S.E., di Markas Komando (Mako) Divisi Infanteri 1 (Divif 1) Kostrad, Cilodong, Jawa Barat, Kamis (18/4/2013).

Drama perang-perangan tersebut merupakan salah satu bagian dari babak geladi posko dalam skenario Latihan Gabungan (Latgab) TNI Tingkat Divisi tahun 2013. Geladi Posko yang merupakan tahap perencanaan dalam Latgab terbesar ini berlangsung mulai 15 hingga 19 April 2013 mendatang. Sementara geladi lapang yang terdiri dari latihan perang darat, perang laut, maupun perang udara, akan berlangsung di Situbondo, Jawa Timur, di Sangatta, Kalimantan Timur, dan di Nusa Tenggara Barat (NTB). Untuk latihan perang udara dan laut akan dihelat di sejumlah wilayah udara dan perairan Indonesia, awal April 2013.

Seperti diberitakan sebelumnya, beberapa hari yang lalu, sedikitnya 2000 prajurit Korps Marinir TNI AL yang tergabung dalam Pasrat 13 melakukan pendaratan amfibi di pantai Banongan, Asembagus, Situbondo, yang merupakan latihan parsial menjelang Latgab TNI tahun 2013.

Dalam pendaratan amfibi yang dipimpin Komandan Pasrat Kolonel Marinir Markos tersebut, selain melibatkan 2000 prajuritnya, Korps Marinir TNI AL juga menurunkan material tempurnya dalam latihan tersebut, diantaranya 4 unit LVT-7, 15 unit BMP-3F, 25 unit BTR-50, 4 unit Kapa K-61, 2 unit Kapa PTS, 2 unit Roket RM 70 Grad, 2 unit BVP-2 dan 4 unit How 105 mm serta 16 perahu karet beserta motor tempelnya. Seluruh personel dan material tempur Korps Marinir TNI AL tersebut melaksanakan latihan Parsial Latgab TNI tahun 2013 dengan menggunakan KRI Makassar-590, KRI Banjarmasin-592, KRI Teluk Sibolga-544, KRI Teluk Mandar-514, KRI Teluk Cendrawasih-534, KRI Teluk Banten-516 dan KRI Teluk Cirebon-543.

Latihan pendaratan amfibi diawali dengan taklimat dari Pangkogasgabfib: Daratkan Pasukan Pendarat kemudian dilanjutkan dengan bantuan tembakan kapal, setelah itu meluncurlah 4 unit LVT-7 yang merupakan kendaraan tempur VVIP pada gelombang pertama pendaratan, kemudian diikuti gelombang dua pendaratan yaitu 15 unit BMP-3F, di gelombang tiga pendaratan yaitu 13 unit BTR-50, dilanjutkan 12 unit BTR-50 sebagai gelombang keempat, pada gelombang lima 6 unit Kapa-61, 4 diantaranya membawa senjata Howitzer 105 mm dan pada gelombang terakhir 2 buah LCU dengan membawa roket multi laras RM 70 Grad.

Setelah semua personel dan material tempur sudah mendarat, dilanjutkan dengan penembakan Howitzer 105 mm dan roket RM 70 Grad dari pantai Banongan dengan sasaran berada di daerah latihan Puslatpur Korps Marinir Baluran dengan jarak 20 km.

Usai menyaksikan pendaratan amfibi dan penembakan senjata Artileri, Pangarmatim, Komandan Korps Marinir, dan rombongan, juga meninjau latihan di titik tinjau T.12, selanjutnya bersama Pangkoopsau II Marsda TNI Agus Supriatna, menyaksikan penembakan yang dilakukan pesawat Sukhoi, F-16 dan Super Tucano. [rok]

Sumber Nasional

Prajurit Koarmatim Latihan Bahaya Senjata Nubika


Menghadapi ancaman bahaya senjata Nuklir Biologi dan Kimia (Nubika), Koarmatim mengerahkan puluhan prajurit untuk berlatih Penyelamatan Kapal Nuklir Biologi dan Kimia (Peknubika), bertempat di Puspeknubika Pusdiktek Kobangdikal, Surabaya, Kamis (18/04).

Latihan penyelamatan kapal ini dipimpin langsung oleh Komandan Puspeknubika Kolonel Laut (T) Catur Sudarsono diikuti sekitar 60 peserta dari jajaran Koarmatim mulai dari Satkor, Satsel, Satfib, Satkat, Satran, Satrol, Satban, Kolat, Dislambair serta Denmako Koarmatim.

“Kegiatan ini dibuka oleh Komandan Puspeknubika ditandai dengan penyematan tanda peserta latihan terhadap perwakilan peserta. Rencananya latihan tersebut akan berlangsung selama satu minggu mulai tanggal 18 sampai dengan 25 April 2013,” kata Kepala Dinas Penerangan Koarmatim, Letkol Laut (KH) Yayan Sugiana dalam siaran pers yang diterima Jurnal Nasional, Kamis.

Tujuan dilaksanakan latihan tersebut adalah untuk meningkatkan profesionalitas prajurit Koarmatim dengan ilmu tentang cara penyelamatan kapal dari kebakaran dan kebocoran. Selain itu juga untuk menambah pengetahuan tentang bahaya senjata Nuklir Biologi dan Kimia, yang akhir-akhir ini diperlombakan oleh negara-negara di kawasan Asia Pasifik

Sumber  Jurnas.com

Batal Beli Apache, Indonesia Beli Heli Buatan PTDI


Batal Beli Apache, Indonesia Beli Heli Buatan PTDI

Helikopter Apache. military-today.com
Jakarta - Komisi Pertahanan DPR menyatakan Indonesia batal membeli delapan unit helikopter serbu canggih dari Amerika Serikat, Apache Longbow. DPR beralasan harga Apache terlalu mahal.

"Bukannya tidak mendukung TNI, tapi kami memprioritaskan anggaran," kata Wakil Ketua Komisi I DPR, Tubagus Hasanuddin, saat dihubungi Tempo, Kamis, 18 April 2013.

Untuk pembelian alat sistem pertahanan Angkatan Darat, dia menambahkan, diprioritaskan tank tempur utama Leopard. "Lagi pula tank ini kan baru, diprioritaskan."

Batalnya pembelian Apache bukan berarti Indonesia tak jadi membeli helikopter serbu. Indonesia kini mengalihkan pandangan kepada 16 helikopter Bell buatan PT Dirgantara Indonesia (PT DI).

Menurut Hasanuddin, ini karena harga Bell lebih murah ketimbang Apache. "Memang Bell tidak sehebat Apache, tapi kita belum mendesak untuk beli Apache," kata dia.

Saat ditanya apakah pembelian Apache dibatalkan karena ada kontrak dengan PT DI, politikus dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan itu menjawab tidak. Dia bersikeras masalah utamanya adalah harga yang kemahalan.

"Lagi pula kalau beli produk PT DI, kita ikut mengembangkan industri pertahanan dalam negeri," ujarnya.

Pemerintah Amerika Serikat pernah menawarkan untuk menjual delapan helikopter AH-64 D Longbow Apache kepada Indonesia. Produk tempur bikinan Boeing ini memang sudah termasyhur di dunia lantaran sukses dalam banyak misi Angkatan Darat Amerika Serikat.

Sumber TEMPO.CO

Wamenhan Terima Dubes India Bahas Implementasi Peningkatan Kerjasama Pertahanan



wamen_dubes_india_17_april_2013-jadi
Jakarta :-
 Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin, Rabu (17/4), menerima kunjungan  Duta Besar India untuk Indonesia HE Gurjit Singh di Kantor Kemhan, Jakarta. Kedatangannya menemui Wamenhan ini adalah untuk membicarakan kemajuan hubungan kerjasama pertahanan antara kedua negara dan upaya untuk meningkatkannya, hal ini merupakan tindak lanjut dari kunjungan Menhan India menemui Menhan RI pada Oktober tahun lalu. Wamenhan dalam pertemuan ini menjelaskan, dalam rangka peningkatan kerjasama pertahanan kedua negara Indonesia ingin melakukan transfer teknologi dengan industri pertahanan India karena saat ini industri pertahanan India telah sampai pada taraf advance. Sedangkan dalam hal kerjasama militer, Wamenhan berharap kedua negara dapat  bekerjasama dalam bidang peningkatan capacity building personelnya.
Dalam pertemuan ini Dubes India untuk Indonesia juga, menyatakan bahwa dalam upaya peningkatan kerjasama pertahanan kedua negara, India menyadari saat ini Indonesia sedang berupaya meningkatkan kemampuan alutsista dan industri pertahanan dalam negerinya. Karena itu India menawarkan joint production dan alih teknologi dari beberapa alutsista yang diproduksinya.
Selain itu.  disadari pentingnya kerjasama dalam pengamanan perdagangan di perairan yang sangat penting saat ini, dirinya juga menyambut baik rencana diadakannya pembicaraan trilateral antara Indonesia, Australia dan India mengenai Samudra India.

Sumber DMC

Pesawat Tanpa Awak Tiba Akhir 2013



Pesawat Tanpa Awak Tiba Akhir 2013
Kompas/Agustinus HandokoKomandan Lanud Supadio Kolonel Pnb Novyan Samyoga menjelaskan tanggung jawab dan wilayah tugasnya,
SUNGAI RAYA : Pangkalan Udara (Lanud) Supadio mendapat tambahan kekuatan satu skuadron pesawat tanpa awak, yang diharapkan tiba pada akhir tahun ini. Pesawat itu akan menjalankan tugas pemantauan wilayah, termasuk kawasan perbatasan Indonesia dan Malaysia di Kalimantan Barat.
Komandan Lanud Supadio Kolonel Pnb Novyan Samyoga menjelaskan, pesawat tanpa awak itu akan membantu skuadron pesawat tempur Hawk yang juga berpangkalan di Supadio.
"Rencananya, pesawat tanpa awak akan tiba di Supadio sebelum akhir tahun 2013 atau paling lambat tahun 2014," kata Novyan, Kamis (18/4/2013).
Pesawat tanpa awak akan bekerja lebih efisien sehingga Skuadron Hawk akan fokus pada patroli udara. Menurut Novyan, ini adalah rencana strategis Indonesia untuk meningkatkan kekuatan pertahanan udara. Terlebih lagi, Kalimantan Barat berbatasan di darat dengan Malaysia dan berbatasan di laut dengan beberapa negara.

Sumber KOMPAS.com

Banyak Bintang Bertaburan di Mako Kostrad Cilodong


BANYAK bintang bertaburan di Markas Komando (Mako) Divisi Infanteri 1 (Divif 1) Kostrad, Cilodong, Jawa Barat, Rabu (17/4/2013). Bintang yang dimaksud adalah pangkat Perwira Tinggi (Pati) TNI, baik dari TNI Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara. Pasalnya, para Pati TNI itu hadir di Mako Divif 1 Kosrad dalam rangka mengikuti Latihan Posko Latgab TNI 2013.
Para Pati TNI tersebut, antara lain adalah Kepala Staf Umum (Kasum) TNI Marsdya TNI Daryatmo, S.IP., bertindak sebagai Direktur Latihan Gabungan (Dirlatgab) TNI tahun 2013, Pangkostrad selaku Panglima Komando Gabungan Latihan (Pangkogablat) Letjen TNI M. Munir, dan sejumlah Pati TNI lainnya.

Menurut Komandan Satuan Tugas Penerangan (Dansatgaspen) Latgab TNI 2013 Kolonel Adm Bejo Suprapto, S.T., kehadiran para Pati TNI tersebut merupakan bagian dari wujud keseriusan para pemimpin terhadap anggotanya yang sedang melaksanakan latihan.
Sementara itu, tujuan dari Latihan Gabungan (Latgab) TNI tahun 2013 ini untuk meningkatkan dan menguji profesionalisme prajurit di masing-masing matra (AD, AL, dan AU) mulai dari tahap perencanaan sampai dengan tahap pengakhiran, serta prosedur dan mekanisme operasi gabungan TNI.
Latihan Posko ini merupakan bagian dari Latgab TNI tahun 2013 yang telah dibuka secara resmi dengan upacara militer yang dipimpin oleh Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono, S.E., dua hari lalu di Taxi Way, Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, yang dihadiri seluruh Kepala Staf Angkatan dan para Panglima Komando Utama tiap Angkatan (AD, AL dan AU).
Authentikasi: Wadansatgaspen Latgab TNI 2013, Letkol Laut (KH) Drs. Edys Riyanto, M.Si