Pages

Friday 30 November 2012

Pangkolinlamil Luncurkan Crew Boat Produksi Lokal


Pangkolinlamil Laksda TNI S.M. Darojatim saat meluncurkan Crew Boat di Galangan PT. Tesco Indomaritim. (Foto: Kolinlamil)

29 November 2012, Jakarta: Panglima Komando Lintas Laut Militer (Pangkolinlamil) Laksda TNI S.M. Darojatim secara resmi meluncurkan crew boat Kolinlamil bertempat di Perusahaan Galangan Kapal, PT. Tesco Indomaritim, Babelan, Kab. Bekasi, Jawa Barat, Kamis (29/11).

Peluncuran crew boat ini diawali dengan acara pemotongan tumpeng oleh Pangkolinlamil, yang menandai secara resmi peluncuran crew boat tersebut untuk dioperasikan. Hadir dalam acara tersebut Direktur Utama PT. Tesco Indomaritim Dr. Jamin Basuki, pejabat PT. Tesco Indomaritim, serta segenap pejabat teras Kolinlamil.

Sebelum crew boat diluncurkan di air, dilaksanakan tradisi pemecahan kendi ke badan kapal yang dilakukan oleh Dansatlinlamil Jakarta Kolonel Laut (P) Tri Satriya Wijaya, dengan disaksikan Pangkolinlamil, dan para pejabat yang hadir.

Crew boat yang baru diluncurkan tersebut akan dioperasikan untuk kapal antar jemput bagi anak buah kapal, dari mako Kolinlamil ke KRI yang tengah lego jangkar di Teluk Jakarta. Crew boat tersebut merupakan kapal kedua yang diproduksi PT. Tesco Indomaritim untuk Kolinlamil, dengan spesifikasi teknis; panjang 16 meter, lebar 4,5 meter, diawaki empat orang, dan dapat mengangkut 50 penumpang. Kapal tersebut dapat melaju dengan kecepatan maximum 12 knot.

Sumber: Kolinlamil

Latgab TNI 2012 Ditutup di Dermaga Ujung Surabaya


Sejumlah prajurit Korps Marinir lengkap dengan kesenjataan mereka mengikuti upacara penutupan Latihan Gabungan TNI di Dermaga Koarmatim Ujung, Surabaya, Jumat, (30/11). Latgab TNI tahun 2012 yang diikuti 11.693 prajurit TNI itu melaksanakan manuver lapangan di daerah Sangatta, Kalimantan Timur. (Foto: ANTARA/Kuwadi/HO/Koz/Spt/12)

30 November 2012, Surabaya: Pelaksanaan Latihan Gabungan TNI tahun 2012, merupakan salah satu upaya awal untuk menjawab dan mengetahui sampai di mana tingkat kemampuan dan batas kemampuan Brigade Gabungan TNI, bila dihadapkan dengan trend tantangan dan ancaman dimaksud.

Kesemuanya itu menuntut besarnya daya tanggap serta ketajaman evaluasi juga kecermatan dari seluruh perwira hingga unsur satuan terkecil terhadap hal-hal penting dan perlu penyempurnaan serta perbaikan di segala sisi, demikian amanat Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono, S.E. yang dibacakan Kepala Staf Umum (Kasum) TNI Marsekal Madya TNI Daryatmo, S.IP. pada saat upacara penutupan Latihan Gabungan (Latgab) TNI Tingkat Brigade TA. 2012, di Dermaga Ujung Surabaya, Jumat (30/11/2012).

Lebih lanjut Panglima TNI mengatakan, mencermati perkembangan ancaman dalam konteks perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, terdapat kecenderungan beberapa negara mengembangkan kemampuan militer tingkat brigade gabungan, karena dinilai memiliki kemampuan taktis dan strategis, serta mobilitas dan daya tempur yang efektif dan efisien, guna menghadapi karakteristik ancaman modern di ruang globalisasi, yang cenderung mengeliminasi batas negara dalam konteks global village.

Di sisi lain, kata Laksamana TNI Agus Suhartono, S.E., penguatan kemampuan militer tingkat brigade gabungan memiliki dimensi politis dalam konteks kerjasama internasional, guna penanganan keamanan bersama di tingkat regional. Dalam kaitan tersebut, sebagai upaya peningkatan kemampuan satuan TNI, konsep Latgab TNI harus terus diintensifkan dan dikembangkan melalui skenario operasi militer dari berbagai trouble spots, yang diasumsikan terjadi di berbagai wilayah Indonesia. “Tentunya intensifikasi tersebut harus dilaksanakan secara bertahap dan bertingkat, baik di lingkup manajemen tempur, taktik dan strategi, maupun penguatan unsur-unsur bantuan lainnya, seperti unsur intelijen, logistik dan lain-lain, tegas Panglima TNI.



“Memperhatikan kepentingan tersebut, evaluasi dan konsolidasi terhadap pelaksanaan latihan ini menjadi hal yang urgen dan esensial, guna mendapatkan perspektif yang lebih luas dalam rangka penyempurnaan bagi beberapa aspek terkait, baik doktrin, strategi, taktik, teknik dan prosedur, serta aspek psikologis dan litbang, yang sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kemampuan inter-operability brigade gabungan TNI dalam skenario operasi militer”, ujar Panglima TNI.

Ditegaskan Laksamana TNI Agus Suhartono, S.E. bahwa disamping itu, upaya penyempurnaan tersebut juga bertujuan untuk memperoleh besaran yang proporsional dan efektif, baik pada aspek personel, alutsista, maupun dukungan administrasi logistik lainnya guna mendukung konsep pembangunan Minimum Essential Force-MEF, khususnya pada tataran penggunaan kekuatan, baik dalam konteks kepentingan OMP maupun OMSP.

Pelaksanaan latihan lapangan Latgab TNI Tingkat Brigade tahun 2012 dengan sandi Wibawa Yudha, berlangsung sejak 26 Oktober s/d 30 November 2012 di Sangatta dan Tarakan Kalimantan Timur. Turut hadir dalam upacara penutupan Latgab TNI TA. 2012, Pejabat Teras Mabes TNI, Mabes Angkatan, Direktur Latihan Gabungan TNI Mayjen TNI Djumadi, Panglima Komando Gabungan Latgab TNI Mayjen TNI Setyo Sularso.

Sebelum dilaksanakan upacara penutupan Latgab TNI Tingkat Brigade, dilaksanakan kaji ulang yang diikuti oleh para pelaku dan penyelenggara. Kaji ulang ini merupakan evaluasi dalam rangka penyempurnaan bagi beberapa aspek terkait, baik doktrin, strategi, taktik, teknik dan prosedur, serta aspek psikologis dan litbang, yang sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kemampuan Kampanye Militer. Pada kaji ulang ini disampaikan oleh Direktur Latihan Gabungan TNI Mayjen TNI Djumadi, Panglima Komando Gabungan Latgab TNI Mayjen TNI Setyo Sularso, Ketua Tim Penilai Laksma TNI RM. Haraharap, Ketua Wasit dan Pengendali Brigjen Hinsa Siburian.

Dalam kegiatan kaji ulang tersebut mendapat pengarahan dari Kasum TNI Marsdya TNI Daryatmo mewakili Panglima TNI. Kasum TNI mengatakan, perlunya beberapa penyempurnaan baik aspek pengorganisasian, piranti lunak, operasional dan material. “jaga terus soliditas dan solidaritas TNI demi tegaknya keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia”, tegas Kasum TNI.

Sumber: TNI AU

ARINC Retrofit Hercules TNI AU di Bandung


(Foto; ARINC)

30 November 2012, Bandung: Kementerian Pertahanan Republik Indonesia menyerahkan pesawat C-130H A-1303 Hercules kepada ARINC, LLC USA, untuk pelaksanaan Retrofit bertempat di Hangar Satuan Pemeliharaan 15 Depohar 10 Lanud Husein Sastranegara, Bandung, Kamis (29/11).

Pada penyerahan pesawat Kemhan RI diwakili oleh Kepala Badan Sarana Pertahanan (Ka Baranahan) Mayor Jendral TNI Ediwan Prabowo. Dalam sambutannya Ka Baranahan menyampaikan bahwa Keman RI telah menandatangani kontrak dengan ARINC pada tanggal 8 Desember 2008 untuk melaksanakan retrofit 5 pesawat C-130H milik TNI Angkatan Udara. Kemhan yakin bahwa ARINC akan dapat menyelesaikan kontrak tepat waktu.

Lebih lanjut disampaikan bahwa untuk menandai keberhasilan pelaksanaan tugas, kesempatan ini sebagai wujud rasa syukur kehadirat yang Kuasa dimana sampai saat ini Tentara Nasional Indonesia telah mampu dan berhasil melaksanakan tugasnya dalam Operasi Militer Perang maupun Operasi Militer Selain Perang. Demikian pula telah tercatat dalam sejarah Indonesia bahwa TNI telah banyak berkiprah dalam menjaga kedaulatan RI serta pelaksanaan operasi penanggulangan bencana. Oleh karena itu kehadiran pesawat C-130 Hercules yang lebih modern setelah dilaksanakan retrofit diharapkan mampu menghadapi tantangan yang lebih kompleks dimasa yang akan datang.

Penyerahan pesawat ditandai dengan penandatanganan berita acara penyerahan pesawat oleh Ka Baranahan dan Mr. Larry D. Lamb dari ARINC, LCC USA. Penandatanganan disaksikan oleh Komandan Koharmatau Marsda TNI Sumarno, Kadisaeroau Marsma TNI Hasan Londang dan Kadiskomlekau Marsma M Yunus.

Sumber: Dispenau

Legislator: TNI Miliki Simulator Perang


Simulator pesawat tempur produksi dalam negeri. (Foto: Berita HanKam)

30 November 2012, Jakarta: Baru-baru ini beredar kabar adanya simulator perang yang dimiliki aparat keamanan TNI. Komisi I DPR mengakui kebenaran kabar tersebut. Sehingga, selain Kepolisian yang memiliki simulator SIM, aparat keamanan TNI juga ternyata memiliki simulator perang.

Wakil Ketua Komisi I DPR (membidangi pertahanan), Agus Gumiwang Kartasasmita, mengakui bahwa aparat TNI memiliki simulator perang. Menurut Agus, simulator perang itu sudah ada sejak lama. "Simulator perang itu ada," ujarnya di Gedung Parlemen Jakarta, Jumat (30/11).

Namun, ketika ditanya waktu pengadaan simulator perang itu, Agus malah berdalih bahwa dirinya tidak mengetahui secara pasti terkait pengadaan alat latihan perang TNI tersebut. "Tapi saya tidak tahu kapan pengadaannya. Kemungkinan saya sedang keluar dan tidak ikut rapat," kilah politisi Partai Golkar itu.

Sebelumnya, beredar kabar angin yang meresahkan dan mengagetkan masyarakat yakni adanya simulator perang yang dimiliki TNI. Namun, kabar tersebut masih simpang siur adanya.

Sumber: Republika  & BeritaHankam  

Thursday 29 November 2012

Tahun 2012, PT Pindad Terima Order Rp 2 Triliun


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi3d9SCj7ZgtzkUCZ4Hg7esiVcPPOD_RFikAuWLD1-lm19fhzIoCutNOz7OnDDFlQ8oku1HqytZ6KwBYyUWS0itRDgfGL6D5EjScCcyPWOUWcj6g13eK3AdgGxPmOdBLCgoove6bgaHI6U/s1600/SS2-V5.jpg
SS2 V5 Pindad
(Foto Binbin 1979)
 
Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) Letnan Jenderal (Purn) Sjafrie Sjamsoeddin mengatakan kerjasama dengan PT Pindad guna penyediaan kebutuhan peralatan militer Indonesia terus berjalan tiap tahunnya. Hasil produksi alat militer itu digunakan tiga angkatan yakni TNI Angkatan Darat (AD), Angkatan Udara (AU), dan Angkatan Laut (AL).

Sebelum ke PT Dirgantara Indonesia (DI), Sjafrie sempat meninjau produksi peralatan militer di PT Pindad, Jalan Gatot Subroto, Kota Bandung, Kamis (29/11/2012).

"PT Pindad itu pada dasarnya untuk kebutuhan Angkatan Darat (AD). Tapi juga PT Pindad memenuhi kebutuhan amunisi. Amunisi itu dihunakan untuk tiga angkatan," ucap Sjafrie saat melakukan inspeksi ke hanggar CN 235 dan hanggar helikopter di PT DI.

Sjafrie mengatakan PT Pindad tiap tahun menerima order membuat peralatan militer dari pesanan Kemenhan untuk keperluan TNI AD, AU, dan AL.

Berapa order tahun ini? "Tiap tahun ada order. Mereka (PT Pindad) dalam 2012 ini menerima order 2 triliun rupiah," singkat Sjafrie.


Sumber :
Detik

Latma Indopura XVII 2012 Laksanakan MOT



UNTUK meningkatkan kemampuan tempur penerbang tempur TNI AU dan Republic of Singapore Air Force (RSAF). dilaksanakan latihan Mission Oriented Training (MOT) di wilayah Sumbawa Nusa Tenggara Barat (NTB). Kamis (29/11).

Latihan tersebut merupakan rangkaian dari Latihan Bersama udara bersama antar TNI AU dan RSAF dengan sandi “Indopura XVII/12” yang dilaksanakan selama dua minggu di Bandara Internasional Lombok (BIL).


MOT merupakan latihan gabungan TNI AU dan RSAF dalam menyerang sasaran darat dengan taktik low level/terbang rendah dan mendapat hadangan dari pesawat lawan sehingga terjadi pertempuran udara (Dog Fight).

MOT juga merupakan akumulasi dari rangkaian latihan sebelumnya diantaranya Tactic Intercep (TI), Decimilar Air Combined Tactic (DACT) yaitu penyerangan sasaran dengan pesawat yang berbeda, Air to Ground (ATG) serangan udara ke darat, Air to Air (ATA) serangan dari udara keudara, maupun pengeboman. (red)

Keteranga gambar: Pesawat Hawk 109/209 TNI AU dan pesawat F-5 Tiger Republic of Singapore Air Force (RSAF) saat melaksanakan  latihan Combined Formation Flight/terbang formasi bersama di wilayah Lombok  dan Sumbawa selama dua minggu. Kamis (29/11).

 majalahpotretindonesia

CMOV Dukung Latma Indopura


 
COMMUNICATION Monitoring and Observation Vehicle (CMOV) adalah alat yang  berfungsi untuk pengendalian dan monitor pergerakan pesawat-pesawat TNI AU dan Royal of Singapore Air Force (RSAF) dalam Latihan Bersama (Latma) Elang Indopura dan Camar Indopura yang dilaksanakan di wilayah Lombok sejak tanggal 19-30 November.

CMOV dalam Latma Indopura maupun Camar Indopura berfungsi  memantau dan menggedalikan pesawat-pesawat agar tidak keluar dari area latihan yang telah disepakati oleh kedua angkatan udara, sehingga tidak mengganggu penerbangan sipil/komersial yang berada disekitar Bali, Lombok dan Sumbawa.

CMOV diawaki oleh empat personel teknisi dari Kohanudnas yang terdiri seorang perwira yang menjadi Dantim, teknisi radio, teknisi SBM (Stasion Bumi Menengah), dan teknisi computer.

CMOV juga dapat memantau pergerakan pesawat-pesawat yang berada di wilayah udara NKRI dengan sistem radar yang terintegrasi antar radar militer dan radar sipil.

Keterangan gambar: Communication Monitoring and Observation Vehicle (CMOV) milik Kohanudnas yang turut memamtau pergerakan pesawat TNI AU dan Royal of Singapore Air Force (RSAF) dalam Latihan Bersama (Latma) Elang Indopura dan Camar Indopura  yang dilaksanakan di wilayah Lombok saat berada di Bandara Internasional Lombok (BIL).

Strategi Kemhan Cari Anggaran Beli Senjata


Kementerian Pertahanan (Kemhan) sudah memiliki solusi untuk skema pembiayaan industri pertahanan nasional dalam modernisasi Alat Utama Sistem Kesenjataan (Alutsista) TNI. Sebelumnya Kemhan selalu dihadapkan dengan beberapa hambatan seperti kontrak, pembiayaan, produksi, dan pengawasan.

"Sekarang kita sudah punya solusinya untuk melakukan terobosan, mengakselerasi proses pencapaian target," kata Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) Letnan Jenderal (Purn) Sjafrie Sjamsoeddin, disela-sela kunjungan pesanan pesawat di PT Dirgantara Indonesia (DI), Bandung, Kamis (29/11).

Salah satunya kata Purnawirawan TNI itu adalah Bappenas akan mengumpulkan Kementerian Keuangan dan Dirjen Perencanaan Kementerian Pertahanan untuk membicarakan skema pembiayaan proyek Alutsista dengan cara tahun jamak atau multiyears.
Produksi Pesawat CN 235 PT DI
Pembiayaan tahun jamak menurut dia dinilai tepat. Cara seperti ini juga memungkinkan produsen dari BUMN seperti PT DI dan Pindad tidak akan terkena sanksi. Sebab pembuatan pesawat atau senjata tidak bisa dilakukan satu atau dua bulan.

"Misal kontrak bulan November membuat Helikopter harus selesai bulan Desember. Itu kan tidak mungkin," katanya.

Lainnya soal penyempurnaan dari sisi produksi, dan pengawasan yang harus bisa mengakar hingga alur birokrasi. Langkah ini harus dilakukan untuk mencapai target.

"Dari segi pengawasan, skema pengawasan BPKP segera membuat laporan proyek mana yang sanggup dan tidak sanggup yang bisa mengakibatkan kerugian negara," katanya.

Diharapkannya, target modernisasi 2014 bisa tercapai. Melalui Tugas high level comitte yang berisi Kementerian Keuangan, Kementerian Pertahanan, BPKP dan TNI ini juga bisa menjadikan terobosan tapi tidak melanggar aturan


Sumber : Merdeka

Wamenhan Tinjau PT PINDAD dan PT DI




29 November 2012, Bandung: Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) Sjafrie Sjamsoeddin selaku Ketua High Level Committee (HLC) didampingi Tim HLC mengadakan kunjungan kerja ke PT. Pindad (Persero), Kamis (29/11) di Bandung. Kunjungan Wamenhan beserta Tim HLC ke PT. Pindad diterima langsung oleh Dirut PT. Pindad Adik A. Soedarsono.

Kunjungan Wamenhan kali ini adalah dalam rangka meninjau perkembangan modernisasi alutsista. Pada kunjungannya Wamenhan mengatakan kerjasama dengan PT Pindad guna penyediaan kebutuhan peralatan militer Indonesia terus berjalan tiap tahunnya. Hasil produksi alat militer itu digunakan tiga angkatan yakni TNI Angkatan Darat (AD), Angkatan Udara (AU), dan Angkatan Laut (AL).

Wamenhan menyempatkan diri meninjau produksi peralatan militer di PT Pindad, lebih lanjut Wamenhan menjelaskan, PT. Pindad pada dasarnya memproduksi peralatan militer terutama untuk kebutuhan Angkatan Darat (AD) termasuk memenuhi kebutuhan amunisi yang juga digunakan untuk tiga angkatan.

Wamenhan juga menambahkan PT. Pindad tiap tahun menerima order membuat peralatan militer dari pesanan Kemhan untuk keperluan TNI AD, AU, dan AL.

Selain meninjau proses pembuatan Senapan SS-2 dan melihat secara langsung pembuatan Panser Anoa Wamenhan juga melakukan uji coba mengemudikan sendiri Panser buatan PT. Pindad tersebut.

Seusai melakukan kunjungan di PT. Pindad, Wamenhan melanjutkan rangkaian kunjungannya ke PT.wamenhan-kunjungan-ke-pt-di Dirgantara Indonesia (DI), Bandung. Kedatangan Wamenhan beserta rombongan ini disambut Direktur Utama PT DI Budi Santoso beserta pejabat PT DI lainnya.

Dalam kunjungan tersebut, Wamenhan mengatakan ini kunjungan pemerintah yang disebut High Level Committee (HLC) untuk inspeksi kesiapan produksi dari PT DI. Dalam melakukan kunjungan ke PT DI, Wamenhan beserta rombongan mengamati sejumlah pesawat di hanggar CN 235 dan hanggar helikopter serta meninjau sejumlah pesawat yang dipesan Kemhan. Pada kesempatan tersebut Wamenhan juga mengamati tiga pesawat CN 235 tipe MPA atau Maritime Patrol untuk kebutuhan TNI Angkatan Laut yang memasuki proses finishing atau sudah selesai 85 persen.

Wamenhan juga menyempatkan diri melakukan peninjauan ke hanggar helikopter. Di tempat ini ada sejumlah helikopter jenis Super Puma NAS 332 dan NBELL 412, ada 2 (dua) unit Super Puma yang dikerjakan untuk TNI AU dan satu Helikopter NBELL untuk TNI AD.

Dijelaskan Wamenhan, inspeksi ini dalam rangka mendukung modernisasi Alutsista target strategi 2010 – 2014. Jadi yang dilakukan High Level Committee (HLC) saat ini adalah mengecek sesuai dengan skema pembiayaan industri pertahanan nasional dalam memodernisasi Alutsista.

Turut dalam rombongan Wamenhan antara lain Dirjen Renhan Kemhan Marsda TNI Sunaryo, Kabaranahan Kemhan Mayjen TNI Ediwan Prabowo dan Dirjen Anggaran Kemkeu Drs Herry Purnomo.

Sumber: DMC

Wednesday 28 November 2012

AS Didesak Tingkatkan Hubungan Militer dengan Indonesia



Seorang pejabat senior Amerika mengatakan pemerintah AS seharusnya mengembangkan hubungan
militernya dengan Indonesia.Tentara AS merayakan Hari Bersyukur di Kabul, Afghanistan. (Reuters/Omar Sobhani)

voaindonesia

"Laut China Selatan Bisa Jadi Palestinanya Asia"


Sekjen ASEAN Surin Pitsuwan (Foto: Dok.ASEAN) 
Sekjen ASEAN Surin Pitsuwan (Foto: Dok.ASEAN)
JAKARTA – Sekretaris Jenderal Asosiasi Negara Negara Asia Tenggara (ASEAN) Surin Pitsuwan menyatakan, konflik di Laut China Selatan bisa menjadi seperti konflik di Palestina. Pitsuwan khawatir konflik tersebut nantinya akan membuat kawasan Asia menjadi tidak stabil.

“Kita harus menyadari bahwa konflik yang terjadi di Laut China Selatan bisa saja menjadi konflik berkepanjangan seperti di Palestina, jika semua pihak yang terlibat tidak dapat meredakan ketegangan yang ada," ujar Pitsuwan seperti dikutip Financial Times, Rabu (28/11/2012).

Pitsuwan merasa saat ini kawasan Asia sedang berada dalam suatu krisis politik yang diakibatkan oleh klaim China terhadap Kepulauan Spratly di Laut China Selatan. Klaim China tersebut dipersengketakan oleh negara-negara Asia lainnya seperti Taiwan, Vietnam, Filipina, Malaysia dan Brunei. Negara-negara anggota ASEAN itu merasa kumpulan pulau karang di Laut China Selatan itu merupakan bagian dari wilayahnya.

Minggu ini Pemerintah China kembali meningkatkan ketegangan yang ada dalam isu Laut China Selatan dengan mengklaim wilayah Kepulauan Spratly dalam paspor yang dikeluarkan Negara Tirai Bambu itu. Tindakan China langsung diprotes oleh Vietnam dan Filipina, Vietnam bahkan memutuskan untuk tidak mengakui paspor tersebut.

Sebelumnya dalam kesempatan yang berbeda, angkatan laut China sempat terlibat insiden dengan angkatan laut Vietnam dan Filipina di perairan Laut China Selatan. Konflik Laut China selatan juga menimbulkan friksi diantara negara-negara anggota ASEAN.

Kamboja yang merupakan sekutu dari China di ASEAN selalu menghambat upaya diplomatis yang diajukan Vietnam dan Filipina tentang isu Laut China Selatan di ASEAN. “Saya tidak menyalahkan Kamboja, Kalian harus melihat ini dari sisi pandang Kamboja," jelas Pitsuwan.

Menurut Pitsuwan konflik akan mereda apabila china bersedia untuk mngikuti sebuah Code of Conduct yang akan mengikat setiap negara yang terkait untuk menyelesaikan persengketaan atas Laut China Selatan dengan jalan damai.(faj)
 

KRI Kambani-971 Jalani Proses Docking



kolinlamil-sub
JAKARTA-(DM) : Usai dalam melaksanakan tugas operasi angkutan laut militer, KRI Tanjung Kambani-971 salah satu dari kapal perang yang berada di jajaran Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil) melaksanakan  perawatan dan pemeliharaan badan kapal (bakap) di dermaga Mako Kolinlamil, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu (28/11).

Dikatakan Komandan kapal Letkol Laut (P) Dadang Somantri perawatan bakap KRI Tanjung Kambani-971 kali ini diantaranya pengecatan bakap yang dimulai dari pengetokan bagian-bagian yang mengalami karat dan keropos serta dilanjutkan dengan pengecatan bagian haluan, lambung kanan, lambung kiri kapal sampai dengan buritan.

Lebih lanjut dikatakan bahwa pelaksanaan pengecatan ini merupakan kegiatan perawatan secara rutin dan berkala terhadap bakap sebagai salah satu sarana menjaga dan merawat KRI dalam kesiapannya untuk melaksanakan tugas operasi selanjutnya.

Pelaksanaan pengecatan ini dilaksanakan oleh seluruh prajurit kapal perang dari semua departemen  serta dilaksanakan secara serempak usai apel pagi di bawah pengawasan Perwira Pelaksana (Palaksa) Letkol Laut  (P) Bayu Alisyahbana.

Sementara itu dalam sejarahnya KRI Tanjung Kambani-971 sebelumnya bernama kapal Dong Yang No. 6 dibuat di Galangan Kapal Sanuki Dosen Co Ltd Jepang dan diluncurkan pada bulan Maret 1982 sebagai kapal sipil pengangkut penumpang.
Pada tahun 2000 kapal ini dimodifikasi menjadi kapal bantu angkut personel dan masuk jajaran kapal perang Republik Indonesia. Modifikasi kapal dilaksanakan di Galangan Kapal Dae Sun Shipbuilding & Engineering Ci. Ltd Pusan Korea Selatan selama kurang lebih 6 bulan mulai tanggal 1 Mei sampai dengan 9 November 2000. 

Dalam modifikasi ini ditambahkan sebuah hHelipad tanpa hanggar, beberapa senjata ringan kaliber 20 mm dan 35 mm, serta perubahan beberapa fungsi ruangan untuk menampung lebih banyak pasukan. KRI Tanjung Kambani secara resmi masuk di jajaran Kapal Perang Republik Indonesia terhitung mulai tanggal 10 Nopember 2000 dengan suatu upacara peresmian xang dilakukan di dermaga Dae Sun Shipbuilding & Engineering C0. Ltd. Pusan oleh Mayor Jenderal (Purn) Abdul Ghani Duta, Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk Republik Korea.

KRI Tanjung Kambani memiliki panjang 114,50 meter dan lebar 19,80 meter dan kedalaman 6,00 meter. Kapal pengangkut personel berbobot mati 7.138,9 ton itu memiliki kecepatan maksimum 13 knots dengan jumlah ABK sesuai DSPP (Daftar Stsunan Peralatan dan Personil) 119 orang. Sedangkan kemampuan angkut secara ideal KRI Tanjung Kambani adalah berkapasitas tempat tidur 460 orang, Hellycopter 6,8 ton, cargo 20,83 ton dengan endurance 15 hari. Dalam kondisi tertentu, Tanjung Kambani dapat mengangkut 1500 orang, cargo 23,6 ton dengan endurance dalam waktu yang sama. Sedang muat ruang kendaraan yang dimiliki KRI Tanjung Kambani dapat mengangkut truk jenis Reo sebanyak 38 unit, jenis truk ringan 45 unit, jenis HIACE 65 unit dan sedan 60 unit.

Sumber : Poskota

Militer Anoa dan Terrex Bertemu di Cipatat



Militer Anoa dan Terrex Bertemu di Cipatat
KOMPAS/DIDIT PUTRA ERLANGGA RAHARDJOChief of Army SAF, Mayor Jenderal Ravinder Singh, bersama Kepala Staf Angkatan Darat, Jenderal Pramono Edhie Wibowo, usai penutupan latihan bersama di Pusat Pendidikan Infanteri Cipatat, Rabu (28/11/2012).


BANDUNG BARAT:(DM)- Ada yang berbeda dalam latihan bersama antara prajurit Indonesia dan Singapura ke-24 yang digelar di Pusat Pendidikan Infanteri Cipatat, Kabupaten Bandung Barat. Kesatuan dari dua negara membawa kendaraan tempurnya, Anoa dari Indonesia dan Terrex dari Singapura.


Hal itu dikemukakan Kepala Staf Angkatan Darat TNI, Jenderal Pramono Edhie Wibowo, usai menutup latihan bersama, Rabu (28/11/2012). Latihan bersama diselenggarakan selama delapan hari sejak 21 November.

"Masing-masing menyadari kekuatan dan kelemahan dari masing-masing kendaraan," ujar Pramono.
Mayor Jenderal Ravinder Singh, Chief of Army SAF, mengatakan, dibutuhkan waktu 11 jam untuk memindahkan kendaraan tempur dari Singapura ke Cipatat. Dia juga menjelaskan bahwa Terrex memiliki kriteria yang berbeda dibandingkan Anoa.

Penggunaan kendaraan tempur dalam latihan bersama dirintis sejak tahun ini. Dalam latihan bersama sebelumnya, pengerahan kendaraan tempur belum pernah dilakukan. 

Bandar Antariksa Akan Didirikan di Morotai




 MOROTAI:(DM)-  Dalam rangka HUT Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) ke-49, lembaga penelitian yang berdiri di bawah Kemenegristek ini mendeklarasikan Ekspedisi Kedirgantaraan Morotai. 
Dalam ekspedisi ke Morotai, Maluklu Utara ini, mereka akan memastikan satu dari beberapa lokasi yang dinilai cocok untuk mendirikan bandar antariksa untuk meluncurkan Roket Peluncur Satelit yang disusun bertingkat dengan roket diameter 320 mm, 420 mm dan 550 mm. 

Demikian siaran Humas Lapan, Selasa (27/11) siang tadi usai Seminar Nasional Kedirgantaraan yang dihadiri Menegristek Prof Dr H. I Gusti Muhammad Hatta di Puspitek, Serpong, Banten.

      Sejauh ini Lapan telah memiliki fasilitas peluncuran roket di Pameungpeuk, Garut, Jawa Barat, namun stasiun ini tidak memadai untuk peluncuran roket diameter besar yang kini sedang mereka tuntaskan. Roket dimaksud memiliki diameter 550 mm, disiapkan sebagai roket pendorong utama RPS untuk melontarkan satelit nano yang kelak juga akan dibuat sendiri.


Roket dan setelit ini, kelak jika berhasil diluncurkan dari negeri sendiri, akan menjadi puncak keunggulan teknologi Lapan yang mengharumkan nama bangsa Indonesia. Sejauh ini Lapan sesungguhnya sudah berhasil membuat satelit sendiri, namun karena belum memiliki kemampuan untuk mengirimnya sendiri ke ruang angkasa, satelit-satelit itu diluncurkan dari India.

      Di Morotai, Lapan setidaknya sudah memetakan lima sampai enam lokasi yang dinilai memenuhi persyaratan. Morotai dinilai memenuhi persyaratan ekonomis dan keamanan karena masih berada dekat garis ekuatorial dan langsung menghadap ke lautan lepas, yakni Samudera Pasifik. Sebelum ini mereka sempat melirik Biak di Papua dan Enggano di Sumatera Barat.

Namun keduanya terpaksa ditinggalkan karena ada beberapa hal yang dianggap tak mendukung. Ekspedisi Morotai akan dimulai pada Tahun Anggaran 2013 dan bandar antariksa diharapkan selesai berdiri pada 2025. Pada 1964 Indonesia sempat tercatat sebagai negara kedua di Asia Afrika yan g mempu meluncurkan roket buatan sendiri, namun prestasi tersebut kemudian disusul oleh sejumlah negara. (adr) 
Sumber : angkasa

Demi NKRI, Indonesia Harus Punya Kekuatan Maritim Yang Tangguh


  Staf Ahli Menteri Pertahanan Susanto Zuhdi (kiri) menerima cenderamata dari Rektor Universitas Paramadina Anies Baswedan di sela seminar nasional bertema ”Strategi Pengelolaan Wilayah Perbatasan Maritim Indonesia” di Kampus Universitas Paramadina, Jakarta, kemarin.
JAKARTA-(DM) : Indonesia harus membangun kekuatan maritim yang tangguh. Selain sebagian besar wilayah berupa lautan, potensi sumber daya kelautan juga sangat besar. Staf Ahli Menteri Pertahanan Susanto Zuhdi mengatakan, sinergi yang baik dari elemen bangsa untuk menjaga wilayah laut diperlukan. ”Ancaman di laut bukan hanya dari pihak militer asing,namun juga dari sipil,” tuturnya dalam seminar maritim di Jakarta kemarin.

Dalam upaya memperkuat wilayah perbatasan, termasuk masyarakat pesisir,Kementerian Pertahanan melakukan berbagai program pembangunan yang sekaligus mendorong laju kesejahteraan masyarakat perbatasan. Beberapa program pembangunan perbatasan yakni mengenai instalasi sumber air. 
 
Rektor Universitas Paramadina Anies Baswedan menilai, sudah lama Indonesia tidak lagi menjadi bangsa maritim yang tangguh.Padahal,potensi dari maritim Indonesia sangat kaya.

Menurut dia, kekayaan alam di laut bisa untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. ”Sudah saatnya Indonesia kembali mengembangkan potensi-potensi maritim yang tersimpan sebagai arah pembangunan negara,”sebutnya.

Sementara itu,Direktur Eksekutif Indonesia Maritime Institute (IMI) Y Paonganan mengatakan, perlu terus menerus dikampanyekan pentingnya Indonesia menjadi negara maritim yang tangguh dan berdaulat. Untuk mendukung tercapainya hal itu, pihaknya mengampanyekan masalah ini ke kampuskampus di Indonesia.

Pihaknya bersama Universitas Paramadina juga menggagas pembentukan Pusat Studi Strategis Maritim di Universitas Paramadina untuk melakukan kajian-kajian perbatasan maritim. Program ini diharapkan bisa mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat di perbatasan.

Sebelumnya dalam wisuda Unhan, Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Prof Emeritus Dorodjatun Kuntjorojakti menuturkan, dibandingkan negara kepulauan lainnya, posisi geografis Indonesia berpotensi menjadi penghambat yang mutlak bagi lalu lintas laut global. Sekitar 40% pelayaran dunia harus melalui perairan Indonesia.

Tiga alur laut kepulauan Indonesia (ALKI) yang bisa dilalui pelayaran internasional, lanjut dia, merupakan jalur yang sangat strategis.”Indonesia memiliki national interestdi semua bidang kehidupan,” katanya. Di antara national interest itu,lanjut dia,terdapat vital interest yakni national interest yang berpotensi memicu perang. 

Sumber : Sindo

Amankan Selat Malaka Dan Natuna TNI AL Kerahkan 8 KRI



JAKARTA-(DM) : Komandan Gugus Keamanan Laut Komando Armada RI Kawasan Barat (Armabar) mengerahkan delapan kapal perang dalam operasi keamanan laut di perairan Selat Malaka dan Natuna. Operasi bernama Alur Pari-12 dan Taring Pari-12 ini dipimpin Komandan Guskamla Koarmabar, Kolonel Laut (P) Arusukmono Indra Sucahyo.

Kepala Dinas Penerangan Koarmabar, Letkol Laut (KH) Agus Cahyono di Jakarta, Senin (26/11), mengatakan, operasi Alur Pari digelar digelar intensif dan berkelanjutan guna mengamankan alur laut perairan Indonesia khsusnya di perairan Natuna hingga perairan Pulau Bangka Belitung. "Wilayah perairan ini merupakan jalur lalu lintas pelayaran kapal -kapal niaga maupun para pengguna laut lainnya," jelas dia.

Sedangkan Taring Pari-12, lanjut dia, salah satu Operasi yang digelar di perairan Selat Malaka hingga perairan Sabang. Tugasnya, mengemban fungsi dan peran TNI AL dalam menegakan kedaulatan dan hukum di laut khususnya wilayah barat Indonesia.

Delapan KRI yang dilibatkan, yakni patroli cepat FPB 57 , patroli cepat 40 antara lain KRI Pati Unus-384, KRI Welang-808, KRI Sigurot-864, KRI Silea-858 dan KRI Clurit-641, serta KRI Tenggiri-865. Selain itu, dua KRI jenis Kapal Cepat Rudal KRI Clurit-641, KRI Welang-808.

Dibagian lain, TNI Angkatan Udara dan Royal Singapore Air Force (RSAF) menggelar latihan bersama formasi penyerangan ke darat di wilayah Lombok dan Sumbawa, Senin (26/11). Latihan bersama Combined Formation Flight (CFF) sesi dari Latihan Bersama Indopura XVII/2012.


Sumber : SuaraKarya

Anoa Dan Terrex Saling Intip Kemampuan



 
BANDUNG-(DM) : Ajang latihan bersama mempunyai arti penting. Selain sebagai ajang membangun kepercayaan, dalam latihan bersama juga dilakukan uji taktik, strategi hingga kemampuan alutsista. 

Artinya, dalam ajang Latma inilah angkatan bersenjata bisa mengintip kemampuan persenjataan rekannya. Demikian juga yang terjadi dalam Latma Safkar Indopura 24/2012 di Cipatat Bandung Jawa Barat, antara TNI AD dengan AD Singapura. 
 
Dalam kesempatan ini, masing-masing angkatan bersenjata menyuguhkan alutsista andalan mereka. Singapura dengan panser Terrex sementara Indonesia punya Panser Anoa.

Dari sejumlah kegiatan lapangan, dilaporkan kemampuan Anoa tidaklah bisa dianggap remeh. Secara mobilitas, Anoa bahkan mengungguli Terrex. Body yang lebih kecil dan ringan, membuat Anoa lebih lincah bergerak di ruangan sempit. Namun demikian, secara perangkat elektronis, Terrex jelas lebih unggul. Lihat saja kokpit Terrex yang dipenuhi peralatan elektronika ini.
Namun demikian, ini bukanlah ajang menang-kalah. Dengan membandingkan langsung, pihak TNI-AD maupun para insinyur di Pindad bisa mendapat masukan mengenai pengembangan Anoa. Jadi bukan tidak mungkin, kedepannya panser Anoa mendapat sentuhan elektronis setaraf Terrex.
  
 
 
Sekedar informasi tambahan, Latma Safkar Indopura berlangsung mulai tanggal 21 hingga 28 november. Sedangkan pasukan dan personel pendukung yang dilibatkan dalam latihan bersama ini sejumlah 1.150 personel terdiri dari TNI AD 700 personel dan AD Singapura 450 personel.


Sumber : ARC

Lapan Tawarkan Kerjasama Ke Korsel Dalam Pembangunan Bandar Antariksa



 
SERPONG-(DM) : Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) siap menjajaki kerjasama dengan negara lain dalam pembangunan bandar antariksa (spaceport). Rencananya, bandar antariksa itu akan terwujud pada 2025 mendatang.

"Korea Selatan akan kami tawarkan kerjasama, karena negara ini tidak punya bandar antariksa," kata Kepala LAPAN, Bambang S Tedja, di Puspitek Serpong, Tangerang Selatan, Selasa 27 November 2012.

Ia mengatakan posisi Indonesia yang berada di garis ekuator yang sering dilalui orbit satelit memberikan keuntungan tersendiri. "Korea Selatan itu mau luncurkan satelit tidak bisa, karena melewati Jepang dan diprotes Jepang," ujarnya.

Adapun kerjasama yang dimaksud adalah pembangunan infrastruktur bandar antariksa, maupun yang lainnya. Meski membuka peluang kerjasama, Bambang memastikan bahwa kepemilikan bandar antariksa sepenuhnya tetap menjadi milik Indonesia, tidak jatuh ke tangan asing.

"Tetap milik kita, dia (Korea Selatan) statusnya hanya simpan satelit di bandar kita, dia juga harus izin ke Kemenristek," tegasnya.

Ia menggambarkan bahwa pihak yang nantinya menjalin kerjasama dalam pembangunan bandar antariksa, akan mendapat fasilitas tertentu. Tapi tidak dijelaskan secara detail mengenai fasilitas yang dimaksud.

"Ada perjanjian dan kewajiban tertentu, tapi masing-masing untung. Bagian penting bandar tetap punya kita," kata Bambang.

Pihak negara lain yang bekerjasama, tambahnya, hanya sebatas membawa fasilitas integrasi untuk peluncuran satelit di bandar. "Itu saja yang punya mereka," ucapnya.

Instalasi yang terdapat di bandar antariksa menurutnya masih didatangkan dari luar negeri. Pihak LAPAN hanya mengintegrasi komponen bandar antariksa.

Ia juga menegaskan bahwa institusi yang berhak untuk mengelola bandar antariksa adalah LAPAN. Untuk kerjasama dengan pihak swasta, LAPAN juga membuka peluang namun dalam regulasi keantariksaan di Indonesia, institusi negara atau swasta yang akan menjalin kerjasama harus memenuhi persyaratan ketat.

"Peluncuran satelit atau roket itu kan punya resiko tinggi, apalagi jika melewati negara lain. Untuk itu salah satunya syarat asuransi sangat penting," katanya.

Pembangunan bandar antariksa nasional di Pulau Morotai tahap awal, LAPAN menggelontorkan dana awal Rp 25 miliar. 

Sumber : Vivanews

Kemhan Dan TNI Membangun Kekuatan Pertahanan Cyber



JAKARTA-(DM) : Semakin meningkatnya teknologi cyber saat ini, telah diiringi juga dengan meningkatnya kerawanan terjadinya cybercrime dan juga cyber attack atau cyberwar baik secara kualitas maupun kuantitas. Dalam rangka mencapai harapan mampu mengatasi dan menanggulangi semua serangan cyber yang masuk ke wilayah negara Indonesia, Kemhan dan TNI telah memiliki inisiatif untuk membangun kekuatan pertahanan cyber dalam ranah militer yang terus dikembangkan hingga saat ini.
 
Demikian dikatakan Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin dalam keynote speechnya pada acara Seminar Nasional Keamanan Infrastruktur Internet tentang “Trend Ancaman Infrastruktur Internet 2012”, Selasa (27/11) di Bandung, Jawa Barat. Dalam keynote speech tersebut, Wamenhan mengambil tema “Ancaman dunia cyber terhadap pertahanan negara dan kedaulatan negara”.

Lebih lanjut Wamenhan mengatakan, respon dan inisiatif yang telah dilakukan dari sisi pertahanan negara telah menuju kepada kemajuan yang signifikan. Hal itu dimulai dengan adanya inisiatif awal untuk melaksanakan suatu kajian yang bersifat strategis dimana sebelumnya diawali oleh kegiatan Focused Group Discussion dalam konteks National Cyber Security di Universitas Pertahanan pada tahun 2011.

Sebelumnya pada tahun 2010, Kemhan juga telah memulai program penanggulangan terhadap cyber attack dan setelah melaksanakan SDR 2011 dan 2012, Kemhan membentuk suatu Tim Kerja Pusat Operasi Dunia Maya (Cyber Defence Operation Centre).

Diejelaskan Wamenhan, Tim ini telah bekerja dan mulai menyusun rencana untuk pembentukan Cyber Operation Center (COC) -Kemhan. Inisiatif ini memiliki dua tujuan utama, yaitu keamanan dan perlindungan internal (Kemhan) maupun keamanan dan perlindungan eksternal (Nasional).

Untuk internal yaitu sebagai tempat yang difungsikan dalam proses perencanaan, koordinasi, integrasi dan sinkronisasi serta pengawasan terhadap cyber untuk meningkatkan sistem pertahanan cyber di lingkungan Kemhan. Sedangkan untuk nasional bertujuan untuk membangun sistem pertahanan semesta yang emlibatkan seluruh warga negara, wilayah dan sumber daya nasional lainnya untuk menegakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan segenap bangsa dari ancaman cyber.

Lebih lanjut menurut Wamenhan, saat ini upaya penerapan keamanan cyber di Indonesia sudah mulai menuju kepada langkah – langkah yang terkoordinasi. Hal ini dapat dilihat dengan adanya beberapa inisiatif dalam rangka membentuk sebuah lembaga organisasi yang menangani serangan cyber. Beberapa inisiatif dari instansi/lembaga pemerintah, instansi pendidikan, badan usaha bahkan private company yaitu melakukan upaya dalam mengantisipasi serangan cyber.

Ditegaskan Wamenhan, ancaman cyber termasuk dalam ancaman asimetris yang penanganannya membutuhkan pendekatan komprehensif. Karena sifatnya yang multidimensional, membuat cyber security tidak dan bukan merupakan urusan satu kementerian saja, tetapi juga menjadi urusan berbagai kementerian lainnya. “Oleh karena itu, diperlukan sebuah kebijakan cyber security atau cyber defence yang dalam implementasinya membutuhkan badan koordinasi”, tambah Wamenhan.

Seminar tahunan ini diselenggarakan oleh Indonesia Security Incident Response Team on Internet Infrastruktur (ID-SIRTII) bekerjasama dengan Kementerian Pertahanan dan Federasi Teknologi Informasi Indonesia (FTII) serta didukung oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika.

Semanar ini berlangsung selama sehari dan dibuka oleh Menkominfo Tifatul Sembiring. Seminar diikuti kurang lebih 200 peserta yang berasal dari perwakilan instansi pemerintah, ISP dan kalangan praktisi Teknologi Informasi.

Sumber : DMC

Monday 26 November 2012

Menakar Alutsista Indonesia


BANDUNG-(DM) : Indonesia merupakan negara kepulauan yang besar dengan jumlah penduduk yang banyak serta kondisi geopolitik berada di dua persimpangan samudra yaitu Samudra Hindia dan Samudra Pasifik serta dua benua, yakni benua Asia dan Australia. Negara lain akan menghargai kedaulatan Indonesia jika pertahanan kita kuat.

Nah, sekarang bagaimanakah kondisi pertahanan serta alat utama sistem senjata (alutsista) kita ? apakah sudah cukup kuat “menakuti” bangsa lain ? Mari kita simak masing-masing kekuatan, khususnya kekuatan alutsista trimatra Tentara Nasional Indonesia (TNI) yakni Angkatan Darat (AD), Angkatan Laut (AL) dan Angkatan Udara (AU).

 
 
Pemerhati isu pertahanan dan alutsista TNI, Jagarin Pane mengatakan perkembangan pengadaan alutsista TNI mulai tahun 2012 ini bisa disebut masuk musim panen raya sampai tahun 2014. 

Tahun ini saja kita sudah menerima empat pesawat coin (counter insurgency) Super Tucano buatan Brazil dari yang kita pesan satu skuadron (16 unit).

Kita juga sudah menerima 2 KCR (Kapal Cepat Rudal) dari enam yang dipesan buatan galangan kapal dalam negeri di Batam. Tank berat Leopard juga sudah diambang pintu dengan pesanan 100 unit bersama dengan 50 uni tank medium Marder buatan Jerman.


“Kita juga sedang menunggu kedatangan MLRS (Multi Launcer Rocket System) Astross II dari Brazil untuk kebutuhan dua batalyon, satu unit kendaraan peluncurnya dipamerkan di ajang Indo Defence di Jakarta. 

Demikian juga dengan howitzer Caesar buatan Perancis untuk kebutuhan dua batalyon artileri sedang dinantikan kedatangannya bersama rudal Mistral untuk satu batalyon. 


Pokoknya banyak sekali pengadaan alutsista hingga tahun 2014 untuk ketiga matra TNI ini”, ungkap Jagarin kepada “PR” ketika dihubungi beberapa waktu lalu.
 
Jika ditanya mana yang terkuat diantara ketiga matra saat ini, ia mengatakan yang paling kuat adalah Angkatan Darat baik dari sisi jumlah pasukan maupun alutsista. TNI AD punya lebih dari 1000 tank dan panser belum termasuk artileri dan rudal anti serangan udara. 

“Akan tetapi tank yang dimiliki hanya berkategori tank ringan dari jenis Scorpion buatan Inggris dan AMX13 buatan Perancis. Itu sebabnya sesuai perkembangan situasi kawasan yang dinamis kita butuh Main Battle Tank (MBT) dan Medium Tank”, ungkap Jagarin menjelaskan.
 
 
 Sementara itu, lanjut dia, untuk TNI AL punya kekuatan armada dengan lebih dari 140 KRI terbagi dalam dua armada, yaitu armada Barat dan Timur. 

Yang membanggakan tentu kekuatan pemukul KRI sudah dilengkapi dengan rudal anti kapal Yakhont buatan Rusia berjarak tembak 300 km, rudal C802 dan C705 buatan Cina. 


Uji coba rudal Yakhont yang dilakukan di mulut perairan Ambalat Oktober 2012 lalu pada seri latihan Armada Jaya mampu menenggelamkan KRI LST yang sudah pensiun dengan sekali tembak.
 
 
“Satuan pemukul TNI AL yang lain adalah Korps Marinir yang punya kemampuan serang pantai. Ini yang tidak dimiliki oleh Malaysia dan Singapura.  Korps Marinir memiliki persenjataan yang berbeda generasi mulai dari tank amfibi PT 76, BTR50, AMX10P, BTR80A, RM Grad sampai yang terbaru BMP3F”, ungkap Jagarin lagi.

Untuk TNI AU Jagarin menilai kondisi alutsista yang paling lemah diantara dua matra TNI lainnya. Saat ini TNI AU hanya memiliki kekuatan 10 F16, 10 Sukhoi, 12 F5E, 32Hawk 100/200, 4 Super Tucano. Menurut dia kekuatan itu jelas sangat tidak memadai untuk
mengawal dirgantara RI yang seluas Eropa ini.
 
 
 Namun dengan kedatangan 24 F16 blok 52, 6 Sukhoi, 16 Super Tucano dan 16 T50 setidaknya sesak nafas yang menjadi kendala mengawal kedaulatan udara RI bisa agak lega. 

Tentu saja tidak berhenti sampai disitu. Mestinya dalam MEF (Minimum Essential Force) tahap II tahun 2015-2019 kita harus memiliki minimal 32 jet tempur kelas berat Sukhoi, 48 jet tempur ringan F16 dan paling tidak punya juga minimal 24 unit dari jenis Typhoon atau Rafale” ucap Jagarin lagi.

Melihat kondisi alutsista trimatra TNI upaya untuk menambah persenjataan tentu menjadi sebuah keniscayaan bagi negara besar seperti Indonesia. Negara kita baru saja memproduksi UU Industri Pertahanan sebagai payung hukum untuk mengembangkan industri pertahanan dan keamanan (hankam) dalam negeri.
 
 
“Sebenarnya sebelum UU itu jadi, Kementerian Pertahanan sudah melakukan langkah maju yang berani dengan kerjasama ToT (Transfer of Technology) dengan Korea Selatan dalam pengadaan tiga kapal selam jenis Chang Bogo. 

Saat ini PT PAL dan Daewoo sedang menyeleksi tenaga ahli dari berbagai disiplin ilmu untuk mendapatkan 200 tenaga ahli yang akan dikirim ke Korsel. Dua kapal selam dibangun di Korsel dan satu unit di PT PAL Surabaya. Dengan Cina kita juga sedang melakukan kerjasama alih teknologi rudal C705. 
 
Jika sekolah rudal ini berhasil, dikombinasi dengan kemampuan LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional) yang sudah mampu menguji roket berjarak tembak 300 km, bisa dipastikan akan terjadi kemajuan yang luar biasa dalam teknologi rudal kita dua hingga tiga tahun ke depan” ungkap Jagarin lagi.

Lebih lanjut ia menambahkan dalam pembuatan kapal perusak kawal rudal yang dikenal sebagai proyek PKR10514 dengan Damen Schelde Belanda saat ini pun dilakukan dengan transfer teknologi. “PT PAL yang saat ini sudah mendapat order membuat enam kapal cepat rudal ukuran 60 meter untuk TNI AL, jika berhasil mendapatkan teknologi PKR 10514 akan menjadi perusahaan pembuat kapal perang yang disegani di Asia Tenggara “, tutur Jagarin.

Posisi di Asia Tenggara
 
Jika demikian bagaimana sebenarnya posisi Indonesia di Asia Tenggara saat ini ? dulu kita dikenal sebagai “Macan Asia”, apakah gelar itu masih pantas diberikan kepada Indonesia ?

Jagarin mengatakan modernisasi alutsista TNI sebenarnya untuk mengejar ketertinggalannya yang cukup jauh dibanding dengan tetangganya. Malaysia sudah jauh hari punya MBT PT91 buatan Polandia, Singapura sudah punya MBT Leopard. Sampai hari ini TNI AD hanya punya tank ringan Scorpion. “Lha, Scorpion jika diadu dengan PT91 di Kalimantan, kan sama saja dengan menandingkan kambing dengan sapi, beda kelas. Jadi penambahan kekuatan persenjataan kita adalah sebuah keniscayaan dan fardu kifayah. 


Dulu di zaman Dwikora kekuatan militer RI adalah yang terkuat di Asia Tenggara sehingga dianggap sebagai kekuatan Macan Asia. Dengan modernisasi alutsista ini diharapkan Indonesia akan menjadi salah satu kekuatan yang diperhitungkan di Asia sesuai arahan Presiden SBY di hadapan petinggi Kemenhan dan Mabes TNI blan puasa yang lalu”, ujarnya menjelaskan.

Khusus dengan Malaysia dimana Indonesia sering mengalami konflik, Jagarin berani menyatakan bahwa kekuatan militer Indonesia saat ini secra umum tetap lebih kuat dari Malaysia. “Hanya di AU kekuatan mereka lebih ‘bergigi’ dengan memiliki 18 Sukhoi, 12 Mig29, 8 Hornet, 12 F5E. Untuk AL kita yang terkuat dengan lebih dari 140 KRI bandingkan dengan Malaysia hanya memiliki 58 KD. Mereka tidak punya pasukan Marinir berkualifikasi serbu, kita punya dua divisi pasukan Marinir berkemampuan serang pantai”, katanya lagi.
 
 
  Yang lebih membanggakan, lanjut Jagarin, tentu skill individu prajurit kita lebih tahan uji dan mahir. Terbukti dalam setiap uji tanding di kejuaraan menembak regional berbagai senjata perseorangan, Indonesia selalu tampil menjadi nomor satu. 

Negara-negara ASEAN dan Australia angkat topi dengan kemampuan individu prajurit TNI. “Dengan Marinir AS pun terbukti dalam uji ketahanan fisik dan mental di hutan Jawa Timur beberapa waktu lalu bersama Marinir AS, personel Marinir AS kalah uji nyali dan uji fisik dengan Marinir Indonesia”, ungkapnya.

Apalagi, lanjut Jagarin, kehadiran 45 negara dan 500 produsen alutsista dunia di ajang Indo Defence membuktikan bahwa dunia sedang melirik Indonesia dengan anggaran alutsista yang luar biasa yakni Rp 100 trilyun dan diharapkan menjadi Rp 150 trilyun pada tahun 2014 nanti. “Prinsip yang dibangun Kemenhan, kan sudah jelas kalau belum mampu bisa beli dari luar tapi syaratnya berbagi teknologi. Kita meyakini kebijakan Kemenhan yang melakukan transaksi pengadaan alutsista sudah berada di jalan yang benar. Pengadaan MBT Leopard dilakukan G to G ( government to government) sehingga mampu menghapus beban jasa broker”, katanya menjelaskan.

Semua industri hankam dalam negeri saat ini bergerak dan mekar dengan berbagai order alutsista dari Kemenhan. Lihat saja PT Pindad dan PT Dirgantara Indonesia (PT DI). Industri dirgantara PT DI yang sempat dinyatakan bangkrut, saat ini sedang berupaya merekrut tenaga ahli untuk menyinari kembali industri kebanggaan RI itu. “Demikian juga dengan PT PAL, semuanya sedang menggeliat dan menampilkan kesibukannya tak terkecuali industri swasta nasional kita”, tutur Jagarin.

Pesawat TNI AU diberi pemberat antisipasi cuaca

... menambat atau memberi pemberat terhadap pesawat-pesawat terbang TNI AU itu... " 
Personel Skuadron Udara TNI AU VIP 17 menambat roda-roda pesawat terbang Boeing B-747-400 di apron Pangkalan Udara Utama TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta, Senin. Ini sebagian dari langkah antisipasi perubahan cuaca yang bisa membahayakan keselamatan dan keamanan material ataupun personel militer. (Dinas Penerangan Pangkalan Udara Utama TNI AU Halim Perdanakusuma)
Jakarta ( DM) - Cuaca ekstrim juga berpengaruh pada TNI AU. Kecepatan angin yang melebihi batas aman dan arahnya yang berubah-ubah membahayakan keselamatan dan keamanan pesawat-pesawat terbang TNI AU di Pangkalan Udara Utama TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta.

Belakangan kecepatan udara melebihi 30 kilometer perjam di landas parkir (apron). Mengantisipasi fenomena alam ini, Komandan Pangkalan Udara Utama TNI AU Halim Perdanakusuma, Marsekal Pertama TNI Adang Supriyadi, mengingatkan seluruh komandan skadron udara di sana untuk menambat atau memberi pemberat terhadap pesawat-pesawat terbang TNI AU itu.

Kedua cara itu, yang dilakukan hari ini, menambat dan menambah pemberat, harus dilakukan walau terhadap pesawat berukuran besar, yaitu Boeing B-737-400 dari Skuadron Udara VIP 17. Bobot pesawat ini sebetulnya cukup berat, di atas 20.000 kilogram dalam keadaan kosong; namun mencegah lebih baik daripada menanggulangi.

Unit Meteorologi Basis Operasi Pangkalan Udara Utama TNI AU Halim Perdanakusuma juga mencatat kecepatan angin yang cukup membahayakan, sampai 50 kilometer perjam di atas landas pacu ataupun landas parkir dan sekitarnya.

Personel diingatkan agar berhati-hati saat beraktivitas di luar ruangan, mulai dari saat dalam kendaraan yang melintas ataupun sekedar berjalan kaki saja. Inidikator utama yang dijadikan patokan adalah cross-wind component.

Bisa atau tidak satu pesawat terbang lepas landas dan mendarat di banyak bandar udara ataupun pangkalan udara militer, ditentukan juga dari hasil indikasi instrumen cuaca dan meteorologi itu. Ada batas maksimal yang tidak boleh dilanggar agar keselamatan penerbangan bisa dijamin sesuai prosedur baku yang ketat.  (*)

Mainan Baru di Tahun 2013...?


 
Menyambut tahun 2013, Kementrian Pertahanan Republik Indonesia sudah menyusun sejumlah perencanaan. Rencana yang tertuang dalam Rencana Kerja Kementrian 2013 ini masih menitik beratkan kepada percepatan MEF tahap 1 serta Peningkatan Industri dalam negeri. 


Sesuai surat Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan Menteri Keuangan, di tahun 2013 pagu indikatif pertahanan negara ditetapkan sebesar Rp 76,53 triliun. 
Besaran ini setara dengan 0,89% PDB atau 14,14% dari pagu indikatif nasional, atau 60,43% dari kebutuhan pembangunan Postur Pertahanan Negara Tahun 2010-2014. Sementara program dan prioritas Kementrian Pertahanan terdiri atas 17 program dan 44 kegiatan dengan kebutuhan anggaran semula sebesar Rp 25.719,41 miliar menjadi Rp 28.014,32 miliar. 

Sasaran Pembangunan Pertahanan Negara Tahun 2013 antara lain terwujudnya postur dan struktur Pertahanan rata-rata sebesar 30% dari kekuatan pokok minimum (minimum essential force), terbangunnya 14 pos pertahanan baru di wilayah perbatasan darat dan terbangunnya 1 pos pertahanan baru di pulau terdepan (terluar) beserta penggelaran prajuritnya, serta terdayagunakannya industri pertahanan nasional bagi kelengkapan Alutsista TNI sebesar 16,73% akuisisi Alutsista TNI tahun 2013. 
Beberapa program lainnya di tahun 2013 adalah, Pengadaan 2 unit Helikopter NAS-332C1 VVIP senilai Rp460 Milyar, Up grading (falcon star) F-16 sebanyak 10 unit senilai Rp 270 Milyar, Pembangunan platform KCR 60M Lanjutan senilai Rp 169,78 Milyar serta Pengadaan Heli Angkut Bell-412 Tahap II lanjutan Rp 88,93 Milyar. Ada juga pengadaan kapal bantu minyak cair, pembangunan Universitas Pertahanan, Pengadaan tambahan Anoa bagi brigade mekanis, serta perlengkapan satuan armed. 
Disisi lain, Redaksi ARC juga mendapat bocoran mengenai alutsista yang akan dibeli di tahun 2013. Diantaranya, Korps Marinir akan kebagian Ranpur Amfibi jenis baru dari eropa timur. Selain itu paket Upgrade 10 F-16A/B TNI AU setara MLU juga akan segera dilakukan. Beberapa jenis senapan serbu juga akan memasuki gudang-gudang senjata Pasukan Khusus TNI. Sementara, Sukhoi TNI-AU juga akan semakin tajam dengan datangnya persenjataan presisi. Apa saja mainan terbaru TNI..? Tunggu tanggal mainnya.

ARC