Pages

Friday 14 November 2014

Rheinmetall Wiesel: Ditawarkan Sejak Puluhan Tahun Untuk TNI

IMG_20141106_134933
Di sela-sela keriuhan Indo Defence 2014, tepatnya di booth Rheinmetall terselip sosok ranpur unik dengan warna loreng gelap. Ranpur ini masuk golongan beroda rantai (tank), namun ukurannya super mini alias imut, bahkan lebih kecil ketimbang ukuran tank ringan (light tank) yang populer di TNI AD, seperti AMX-13 dan Alvis Scorpion. Ranpur inilah yang disebut sebagai Si Musang (Wiesel), ranpur besutan Rheinmetall, Jerman.


Rheinmetall sendiri sudah sangat kampiun sebagai pemasok alutsista TNI AD dan TNI AL, mulai dari yang terbaru MBT Leopard 2A4, MBT Leopard 2A4 Revolution, IFV Marder 1A3, sampai kanon Penangkis Serangan Udara Twin Gun 20 mm untuk Arhanud TNI AD juga disabet oleh manufaktur asal Negeri Bavaria ini.

Kembali tentang Wiesel, bila merujuk dari sejarahnya, jelas ini bukan ranpur anyar. Wiesel dirancang sejak tahun 70-an dan mulai memperkuat AD Jerman pada akhir tahun 1980. Dengan bobot pada varian standar 2,7 ton, menjadikan Wiesel masuk kategori light air transportable armoured fighting vehicle, artinya jenis ranpur lapis baja ringan yang dipersiapkan untuk mobilitas taktis lewat udara. Dengan ukuran yang kecil serta berat yang ringan, pesawat angkut berat C-130 Hercules bisa membawa 2 unit Wiesel dalam sekali sortir. Helikopter sekelas SA330 Puma pun dapat menggotong Wiesel lewat kabel sling.
Wiesel saat uji coba di Indonesia.
Wiesel saat uji coba di Indonesia.

Wiesel diangkut dengan sling oleh Super Puma Pelita Air Service.
Wiesel diangkut dengan sling oleh Puma Pelita Air Service.

Wiesel saat diangkut dengan truk TNI.
Wiesel 1 saat diangkut dengan truk di Indonesia.

Nah, yang cukup menarik lagi, Wiesel sejatinya sudah lama diperkenalkan untuk Indonesia. Di sekitaran tahun 1989-1990, Wiesel bahkan kerap di iklankan di sebuah majalah Militer era 80-an. Saat itu, Wiesel masih diproduksi oleh Krupp Mak. Dan nyatanya Wiesel pun sudah pernah di uji coba pada kontur medan di Indonesia. Dan di Indo Defence 2014 lalu, Wiesel untuk pertama kalinya dimunculkan ke publik Tanah Air. Bukan lagi Wiesel yang datang tahun 80-an, di Indo Defence 2014 yang ditampilkan adalah Wiesel 2. Wiesel 2 punya ukuran yang lebih panjang, ditandai dengan jumlah roda hingga 5 di setiap sisi, plus mesin yang juga lebih kuat. Yang masih menjadi minor adalah lapisan proteksinya, yang hanya sanggup menahan proyektil kaliber 5,56 mm dan 7,62 mm, maka ketika dihantam proyektil 12,7 mm dan RPG, bisa dipastikan Wiesel bakal berantakan.
Dari konfigurasinya, Wiesel 2 mengusung jenis mesin diesel Volkswagen 1.9 dengan lima silinder turbo direct injection dan intercooler. Kekuatan mesinnya sanggup menghasilkan 109 hp, sementara transmisinya mengadopsi jenis automatic. Di jalan on road, Wiesel 2 mampu dipacu hingga kecepatan 85 Km per jam. Sementara jangkauan operasinya maksimum 200 Km. Bila dibandingkan dengan Wiesel 1, maka Wiesel 2 sudah dilengkapi tambahan lapisan proteksi, sistem pendingin kompartemen, dan proyteksi anti Nubika untuk awaknya.
wiesel2_02LAND_Wiesel-2_from_CH-53_lg
Varian paling populer dengan kanon Rheinmetall 20mm.
Varian paling populer di Wiesel 1 dengan kanon Rheinmetall 20mm.

Varian kanon pada Wiesel 1 dipercaya untuk misi pasukan PBB.
Varian kanon pada Wiesel 1 dipercaya untuk misi pasukan PBB.

Wiesel 2 dalam varian ambulans tempur.
Wiesel 2 dalam varian ambulans tempur.

Unruk dimensi, Wiesel 2 punya panjang 4,78 meter, lebar 1,87 meter, dan tinggi 2,17 meter. Awaknya antara 2 atau 3, bergantung pada varian yang digunakan. Melihat konfigurasinya, Wiesel jelas tidak punya kemampuan amfibi, paling banter Wiesel sanggup berjalan di air dengan kedalaman 0,5 meter dan melalui lebar parit tidak lebih dari 1,2 meter.

Varian Wiesel
Dengan desainnya yang kompak, Wiesel menjadi mudah untuk diadopsi dalam beberapa varian. Seperti di Indo Defence 2014, Rheinmetall mendatangkan varian Lightweight Armoured Mortar 120 mm. Lain dari itu ada varian Air Defence Command Post, ambulans, dan Defence Weapon Carrier dengan peluncur rudal Stinger. Namun identitas Wiesel yang paling populer yakni lewat varian fire support dengan kanon Rheinmetall MK Rh20, kemudian ada pula varian yang membawa rudal anti tank HOT dan TOW. Wiesel juga sempat di adopsi sebagai platform radar mobile, salah satunya mengadopsi RATAC-S besutan Alcatel. Radar untuk peran penyesuaian target sasaran artileri ini dapat beroperasi stand alone dengan jangkauan 40 Km.

Meski usianya sudah cukup lama, Wiesel hingga kini hanya dioperasikan oleh AD Jerman dan AS. AD Jerman pun hanya punya 343 varian Wiesel 1 dan 179 varian Wiesel 2. Sementara AS membeli 7 unit untuk bahan uji coba wahana tempur tanpa awak. Meski kurang laris dipasaran, namun Wiesel sudah kenyang diajak ke medan tempur, sebut saja dalam misi pasukan PBB UNOSOM di Somalia, IFOR, SFOR, termasuk Sang Musang pun ikut diajak memburu Taliban di Afghanistan.

Wiesel 2 varian mortir 120mm.
Wiesel 2 varian mortir 120mm.
Wiesel membawa rudal anti tank TOW
Wiesel 1 membawa rudal anti tank TOW
Wiesel 2 menggotong peluncur rudal Stinger.
Wiesel 2 menggotong peluncur rudal Stinger.
Varian pengusung radar.
Varian pengusung radar.

Terkait dengan hadirnya Wiesel 2 di Indo Defence 2014, beberapa asumsi bermunculan, yang jelas pihak pabrikan ingin produknya dapat terjual. Tapi disisi lain, bukan perkara mudah untuk Wiesel bisa melenggang sebagai arsenal TNI, meski diusung Rheinmetall dengan paket Leopard/Marder, toh TNI punya komitmen untuk mendukung dalam pengembangan medium tank yang dilakukan PT Pindad. Tapi kembali lagi, segala sesuatunya bisa berlaku dinamis, boleh jadi tawaran ToT (Transfer of Technology) yang menggiurkan bukan tak mungkin dapat merubah keputusan di hari-hari terakhir. (INDOMILITER.COM)

Jurnal Lapan 2009 – 2014


by Telik Sandi

image
Lapan baru baru ini mengeluarkan rangkuman kegiatan riset yang telah dilakukan dalam beberapa tahun ke belakang. Laporan hasil kerja, penelitian serta pengembangan oleh ilmuwan ilmuwan dan para ahli ahli Lapan dikeluarkan dalam bentuk jurnal, untuk hasil penelitian industri militer pertahanan dan untuk kepentingan sipil, baik dari teknologi roket, pesawat, satelit, drone/uav dan lain-lain yang telah mampu dihasilkan oleh tenaga ahli dari Lapan. Hasilnya Karyawan ini termasuk kerjasama dengan lembaga peneliti dari dalam negeri, swasta, instansi pemerintah, TNI, Kementerian Pertahanan atau pun dari luar negeri.

Hal ini sejalan dengan berakhirnya tahun anggaran 2009-2014, diharapkan untuk periode 2015-2019 Lapan makin maju dengan hasil hasil riset dan pengembangannya yang terbaru. Semoga kemandirian bangsa indonesia semakin cepat tercapai.

Berikut rangkuman yang bisa dikumpulkan:
image
image
image
image
image
image
image
image
image
image
image

(JKGR)

Riset Roket Kendali RKN 200 Indonesia

 
 ROKET RKN 200 INI PANJANGNYA  3.5 METER MERUPAKAN  JENIS ROKET KENDALI DAN  100 PERSEN PROTOTIPE HASIL KARYA LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL LAPAN  DI MASA MENDATANG  ROKET INI AKAN DIGUNAKAN SEBAGAI RUDAL PENGENDALI PERSENJATAAN KEDIRGANTAARAN OLEH DEPARTEMEN PERTAHANAN RI  RKN 200 INI MERUPAKAN ROKET KENDALI KELAS MENENGAH YANG MEMILIK JARAH JELAJAH 12 KILOMETER
ROKET RKN 200 INI PANJANGNYA 3.5 METER MERUPAKAN JENIS ROKET KENDALI DAN 100 PERSEN PROTOTIPE HASIL KARYA LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL LAPAN DI MASA MENDATANG ROKET INI AKAN DIGUNAKAN SEBAGAI RUDAL PENGENDALI PERSENJATAAN KEDIRGANTAARAN OLEH DEPARTEMEN PERTAHANAN RI
RKN 200 INI MERUPAKAN ROKET KENDALI KELAS MENENGAH YANG MEMILIK JARAH JELAJAH 12 KILOMETER

Bberbeda dengan roket balistik, jenis roket kendali dilengkapi “mata dan otak” di dalamnya, sehingga bisa diarahkan ke target lain. Mata pada roket kendali disebut seeker atau pencari target dengan teknologi infra merah. Sedangkan, otaknya atau controller berisikan program-program (on board computer). Sementara actuator berfungsi menggerakkan roket. Jeni roket ini dilengkapi pula beragam sensor sehingga dapat terbaca kondisi dan kerja roket saat itu.

Sistem kendali roket ada jenis otonomous atau sistem kontrolnya berdiri sendiri, sehingga saat diluncurkan roket sudah memiliki peta kerja sendiri. Atau, roket kendali yang masih perlu memerlukan bantuan perintah kerja dari darat.

Sistem kendali tersebut dapat dipasang di moncong roket (canard) yang bisa sangat responsif dengan berbagai bentuk yaitu delta, trapezium, atau square.Atau, dipasang di sirip belakang (tail control).

image
ROKET JENIS ROKET KENDALI DOUBLE STAGE INI BERBOBOT 130 KILO TERDIRI DUA BAGIAN HULU ROKET DAN BADAN PENGGERAK ROKET YANG MEMILIKI KELEBIHAN POSISION STEINER RUDAL PENCARI TARGET YANG DI KENDALIKAN DARI JARAK JAUH

Sedangkan, daya dorong di bagian ekor (sistem motor) dibagi dua bagian yaitu, buster dan sustainer. Buster berfungsi hanya untuk mendorong roket terbang sampai kecepatan tertentu, kemudian dilanjutkan sustainer untuk mempertahankan laju roket.

image
Sustainer roket menggunakan propelan dengan pembakarnya cigarette burning dengan daya bakarnya cukup lama, dan menghasilkan tenaga yang tidak terlampau besar. Keunggulan menggunakan sustainer, roket lebih mudah dikendalikan karena terbangnya tidak terlalu kencang, dan waktu terbangnya cukup lama.

Roket kendali dapat diluncurkan dari berbagai arah tergantung kebutuhan, diantaranya diluncurkan dari udara ke permukaan (air to surface), permukaan ke permukaan (surface to surface), atau dari udara ke darat (air to ground). Sedangkan, daya jangkau bisa jarak pendek (sort range), menengah (medium range), atau jauh (long range), dengan kisaran radius 5- 1000 km.

image 
Kelebihan roket kendali, tidak hanya untuk target tidak bergerak (point target atau area target), tapi juga diarahkan pada target bergerak, seperti pesawat tempur dan kapal musuh.

Sebelum diluncurkan, dilakukan serangkaian uji coba di darat. Dalam uji coba ini, simulasi dilakukan menggunakan software khusus. Parameter-parameter roket yang akan diluncurkan dimasukkan dalam komputer, termasuk sistem kontrolnya juga menggunakan software tersebut. Sehingga arah kendali roket akan terlihat dalam layar komputer.

Juga dilakukan uji terowongan angin dengan memasang roket di dalamnya. Kemudian sistem kontrol dinyalakan untuk melihat arah gerak roket, baik kendali sirip, perputaran hingga kestabilan konfigurasi sistem . Tentu saja, kecepatan angin yang dipasang harus mendekati kecepatan roket. (JKGR)

Kemenlu Bantah Pencaplokan Desa di Nunukan

 
Desa perbatasan Indonesia Malaysia
Desa perbatasan Indonesia Malaysia

Jakarta – Tiga desa di Kecamatan Lumbis Ogong, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, dikabarkan diklaim sebagai bagian dari Kerajaan Malaysia.Namun, kebenaran kabar tersebut dibantah Direktur Jenderal Pemerintahan Umum Kementerian Dalam Negeri Agus Mulyana.
Ia mengatakan, eksodus warga yang terjadi di tiga desa di Nunukan, Kalimantan Utara, karena persoalan batas wilayah antara Indonesia dengan Malaysia. Menurut Agus, saat ini kecamatan Lumbis Ogong yang berada di perbatasan dua negara belum pernah dibicarakan oleh Indonesia dan Malaysia.
“Tidak benar bahwa tiga desa
 di Kabupaten Nunukan, yaitu Desa Simantipal, Desa Sinapad dan Desa Sinokod di Kecamatan Lumbis Ogong, diklaim oleh Kerajaan Malaysia,” kata Agus, dalam pernyataan tertulisnya, Jumat (14/11/2014).
Namun, Agus mengakui, Desa Simantipal dan Desa Sinapad berada dalam wilayah perbatasan kedua negara. Hingga kekinian, kedua negara masih membahas penegasan kedua desa tersebut masuk wilayah Indonesia atau Malaysia.

“Batas negara di kawasan Desa Sinapad dan Desa Simantipal, memang belum dipastikan dan ditegaskan. Itu dikarenakan tim dari pihak negara tetangga masih menangani dan memastikan batas negara yang ada di kawasan lain di wilayah Borneo/Kalimantan,” papar Agus. (TribunNews.com).

J-31 China Ancaman Nyata Jet Tempur AS

 
image
J-31 China melakukan uji penerbangan

J-31 pesawat tempur kedua Gen 5 Siluman China yang dirancang oleh Shenyang Aircraft Corporation mampu mengalahkan semua pesawat tempur Gen 4 AS dalam pertempuran udara, ungkap pilot tempur AS yang dikutip oleh surat kabar Want Daily.
Dengan penampilan mirip dengan F-22 dan F-35 AS, pesawat tempur J-31 dikembangkan sebagian berdasarkan teknologi AS yang dicuri oleh mata-mata China, klaim pilot itu. Dia memberi pandangannya bahwa semua pesawat tempur AS generasi keempat termasuk AV-8, F-15 dan F / A-18 tidak akan mampu untuk bertarung head to head dengan J-31 di pertempuran udara. Pesawat itu akan menjadi pesawat tempur yang sempurna untuk Tentara Pembebasan Rakyat untuk melaksanakan akses strategis di Pasifik Barat, katanya.

Pesawat tempur China juga akan menjadi pesaing berat bagi pasar ekspor F-35 ke luar negeri, prediksi pilot AS tersebut. J-31 mungkin tidak secanggih F-35, tetapi jauh lebih murah dari segi harga. J-31 yang dipamerkan selama Zhuhai Airshow 2014, mungkin sinyal dari Cina yang sedang mencoba menarik perhatian para pembeli potensial, kata pilot. Ini tentu akan sangat menarik bagi negara-negara berkembang, tambahnya.

Kelemahan utama dari J-31 dan J-20 adalah China masih belum dapat merancang mesin yang cukup kuat dan dapat diandalkan. Sampai saat ini China masih bergantung pada pembelian mesin dari Rusia. Namun desain baru pesawat China kini menggantikan ketergantungan akan mesin ini, meskipun hal tersebut masih dirahasiakan, katanya.
image
image
China berencana untuk mengekspor jet siluman generasi kelima J-31. Jelas ini akan menjadi pesaing penting bagi pesawat tempur siluman dari Amerika F-35 yang secara fisik keduanya sangat mirip meski beda dalam hal mesin. Jika F-35 menggunakan mesin tunggal, J-31 menggunakan mesin ganda yang secara teori lebih kuat dan lebih aman di udara.

Kabar bahwa China akan menjual J-31 kepada pembeli internasional muncul di ajang Aviation Industry Corporation of China (AVIC) Exhibition Hall. Versi yang akan diekspor secara resmi dipamerkan dengan nama FC-31. Hanya saja, anehnya China menyebut dalam plakatnya pesawat ini sebagai 4th Generation Multi-Purpose Medium Fighter. Atau pesawat tempur medium multiperan generasi keempat?

Jet tempur untuk China menggunakan kode “J”. Sementara “FC” untuk ekspor, Dan ini adalah pertama kalinya J-31 telah disebut sebagai FC-31 itu. Tetapi kenapa generasi keempat? Apakah memang spesifikasinya diturunkan menjadi tidak siluman untuk pesawat yang dijual. Atau J-31 memang belum generasi kelima? Tetapi sejauh ini China dan banyak pihak menyebut J-31 sebagai pesawat generasi kelima dengan ciri kemampuan siluman atau tidak terdeteksi radar.
Bagaimana,Indonesia tertarik? bisa dipertimbangkan untuk mengisi satu skuadron pada renstra 2 (2015-2019). Pesawat ini bisa menjadi duet yg maut bersama SU-35 Rusia. (JKGR)

Tindakan Tegas untuk Kasus Warga Perbatasan

 
Menteri Pertahanan (Menhan) RI Jenderal TNI (Purn) Ryamizard Ryacudu didampingi Panglima TNI Jenderal TNI Dr. Moeldoko, Kasad Jenderal TNI Gatot Nurmantiyo, Kasal Laksamana TNI Dr. Marsetio, dan Kasau Marsekal TNI IB Putu Dunia memberikan pengarahan kepada 311 Perwira Tinggi (Pati) TNI se-wilayah Garnisun I Jakarta, di Aula Gatot Subroto Mabes TNI Cilangkap Jakarta, Kamis (13/11/2014) (Puspen TNI).
Menteri Pertahanan (Menhan) RI Jenderal TNI (Purn) Ryamizard Ryacudu didampingi Panglima TNI Jenderal TNI Dr. Moeldoko, Kasad Jenderal TNI Gatot Nurmantiyo, Kasal Laksamana TNI Dr. Marsetio, dan Kasau Marsekal TNI IB Putu Dunia memberikan pengarahan kepada 311 Perwira Tinggi (Pati) TNI se-wilayah Garnisun I Jakarta, di Aula Gatot Subroto Mabes TNI Cilangkap Jakarta, Kamis (13/11/2014) (Puspen TNI).
Jakarta – Panglima TNI Jenderal Moeldoko mengaku bakal menindak tegas perihal maraknya Warga Negara Indonesia (WNI) yang tinggal di wilayah perbatasan pindah kewarganegaraan. Namun demikian, TNI tetap akan mengupayakan penyelesaian konflik perbatasan ini secara diplomatik, dengan melancarkan protes keras kepada Kementerian Luar Negeri.

Jenderal Moeldoko mengaku tak segan jika ada wilayah Indonesia yang ingin direbut. “Upaya diplomatik kita upayakan terus, upaya yang paling soft, upaya diplomatik. Kita akan protes keras, Kita selalu sampaikan ke Kemlu kita berikan protes itu (keras),” kata Moeldoko kepada wartawan di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Kamis (13/11/2014) kemarin.

Lebih lanjut Moeldoko menyebutkan, pihaknya sudah berkali-kali melancarkan protes keras itu melalui Kementerian Luar Negeri. Agar mengedepankan pembicaraan diplomatik antarnegara supaya wilayah perbatasan tidak lagi dilanggar.

“Kita selalu sampaikan ke Kemlu kita berikan protes itu (keras). Kalau ada pelanggaran maka upaya diplomatik kita kedepankan,” kata dia, “tapi perlu ditekankan kita tidak sedang bermusuhan dengan (negara) tetangga,” tambah dia.

Selain itu, TNI juga sudah mengantisipasi pelanggaran di wilayah perbatasan dengan memperkuat alat pendeteksi di setiap perbatasan Indonesia dengan negara lain. (TribunNews.com).

SAAB Mencuri Perhatian TNI dan Kemenham

 
image
Menhan dan KSAL memandangi mock up Gripen SAAB, Swedia 

Jakarta – Indo defence 2014 telah berakhir, sebuah event yang diselenggarakan setahun sekali oleh Kementerian pertahanan RI. Banyak negara terlibat untuk sekedar melihat atau pun ikut mencoba peruntungan dengan menjajakan barang dagangannya. Sebut saja Inggris dengan Eurotyphon, Perancis dengan Rafaele, Rusia dengan Sukhoi family dan Amerika Serikat tentu saja tidak ketinggalan.

Namun ada satu negara yang mencuri perhatian Kemenham dan TNI. Negara itu adalah Swedia dengan SAAB yang mampu mencuri perhatian sejenak pejabat TNI AU /KSAU dan Kemenham, dimana SAAB membawa produk pesawat tempur Gripen dan kapal siluman laut drone bonefish. Dan tentu saja KRI Klewang II yang sedang dalam proses Under Construction” di PT.Lundin, Banyuwangi.

Walaupun Eurotypon telah menandatangani MoU / kerja sama pemasaran dengan PT.DI, namun sang user sesungguhnya lah yang akan menentukan pesawat mana yang menjadi penganti F-5 tiger TNI AU. Artinya kandidat pesawat tempur masih berpeluang untuk dipilih. Sebut saja SU-35, Typhoon, F16-Block 52 dan Gripen semakin nyata.

Untuk pesawat Gripen, KSAU Marsekal Ida Bagus Putu Dunia bahkan mencoba secara langsung cokpit simulator Gripen di saksikan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu. Berikut photo-photo hasil blusukannya (by: Telik Sandi).
image
Mock up KRI Klewang II (all photos: Telik Sandi)
image
Trimaran Bonefish (all photos: Telik Sandi)
image
image
KSAU Marsekal Madya TNI Ida Bagus Putu Dunia mencoba simulator Gripen (all photos: Telik Sandi)
image
image
image
image
Desain KRI Klewang II (Photo: Telik Sandi)

(JKGR)

PT Dahana Siapkan Bom untuk Sukhoi

 
Bom P-100 PT Dahana untuk Sukhoi (photo: ARC.web.id)
Bom P-100 PT Dahana untuk Sukhoi 

Subang – PT Dahana tengah memproduksi bom untuk melengkapi persenjataan pesawat tempur jenis Sukhoi milik Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara. “Untuk sementara, kami produksi 600 bom,” kata Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu saat ditemui Tempo di pabrik bahan peledak di Cibogo, Subang, Jawa Barat, Jumat, 14 November 2014.

Menurut dia, bom sebanyak itu diproduksi hanya untuk memenuhi kebutuhan latihan. “Kalau buat persiapan perang, ya, kurang. Kecuali ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dua skuadron Sukhoi buatan Rusia,” ujarnya. Bom buatan Dahana memang belum dipersiapkan untuk kepentingan ekspor. “Kepentingan dalam negeri dulu, baru ekspor.”

Direktur Utama PT Dahana Ferry Sampurno mengatakan bom produksi perusahan pelat merah itu kini sudah masuk tahap uji coba. “Tes sedang dilakukan TNI AU di Lumajang,” ujar Ferry.
Menurut dia, uji coba selanjutnya dilakukan pada 15 Desember 2014 di Madiun dan Makassar, langsung di pesawat Sukhoi. Massa satu unit bom buatan para putra bangsa itu 40 kilogram TNT. “Daya ledak 400 gram bom ini bisa menghancurkan satu rumah tipe 45,” kata Ferry. (TEMPO.CO).

Mengintip Pesaing sang Badak

Sebagai kendaraan tempur bersenjata kanon kaliber besar, Badak muncul di tengah persaingan keras kendaraan tempur sejenis, dan juga problem klasik menciutnya perekonomian yang berujung berkurangnya anggaran pertahanan
Panser kanon di banyak Negara memang masih cukup diminati sebagai FSV (Fire Support Vehicle) alias kendaraan bantuan tembakan untuk infantri. Bedanya, panser kanon modern di Negara maju sudah meninggalkan kanon 90mm Low Pressure yang masih diandalkan oleh Badak. Berikut ARC ketengahkan satu panser kanon andalan Belgia, SIBMAS yang merupakan buah cinta anggota ARC yang baru saja masuk, Weka Ning Mahardhika yang sudah bertobat dari Formil Kaskus.
Keluarga kendaraan beroda (6X6) SIBMAS yang kebetulan memiliki penampilan fisik yang serupa dengan kendaraan tempur infantri (6X6) Ratel dari Afrika Selatan, merupakan hasil rancangan dari BN constructions Ferroviaires et Mettaliques di tahun 1975. Bentuknya khas, dengan kompartemen pengemudi menyerupai kokpit sehingga bidang pandangnya amat luas dan tak terhalang. Kabin penumpang mampu menahan impak hantaman peluru 7,62x51mm NATO, sama seperti Badak.
Prototipe pertama diselesaikan pada tahun 1976 dan kendaraan demo diselesaikan pada pertengahan 1979, yang mendapatkan perbaikan pada sistem penglihatan bagi pengemudi dan mesin yang lebih bertenaga MAN D-2566 berdaya 320hp. Dalam produksinya, SIBMAS banyak menggunakan komponen standar MAN yang antara lain mencakup mesin, transmisi dan suspensi. Pada tahun 1981, Malaysia memesan 196 SIBMAS yang dikirimkan antara tahun 1983 – 1985 dalam dua versi: 162 Amoured Fire Support Vehicle 90 (AFSV – 90) dengan kubah CM 90 dari CMI Defence, dimana kubah tersebut dioperasikan oleh 2 orang kru dan dilengkapi dengan meriam Cockerill 90 mm Mk III Low Pressure (sama dengan yang terpasang pada panser kanon Badak) serta sistem kendali penembakan OIP LRS-2; dan 24 ARV yang dilengkapi alat kerek dengan kapasitas tarik 20.000 Kg dan alat derek dengan kapasitas angkat 10.500 Kg. Alat kerek (crane) dapat digunakan untuk melakukan penggantian powerpack SIBMAS hanya dalam waktu 30 menit, tanpa perlu ditarik pulang ke depot.

Pada pertengahan 1980, pabrik kubah dan meriam CMI mengambil alih BN constructions Ferroviaires et Mettaliques. Saat ini perusahaan tersebut tidak lagi memasarkan keluarga (6X6) SIBMAS dan memfokuskan pada pengembangan, produksi dan penjualan kubah kendaraan tempur lapis baja.

Fitur
Posisi pengemudi SIBMAS ada di bagian paling depan kendaraan dengan sebuah pintu palka yang membuka ke arah kanan pengemudi, tepat di atasnya. Pada sisi depan dan sisi samping kiri dan kanan pengemudi terdapat kaca anti peluru yang memberikan daya pandang yang baik setiap saat. Apabila diperlukan, terdapat pelat baja yang dikaitkan di bagian bawah untuk menutup kaca anti peluru tersebut.

Kompartemen penumpang terletak di belakang kubah dan mesin dengan enam prajurit duduk saling membelakangi di bagian tengah dan tiga lainnya di lorong di antara kompartemen penumpang dan pintu belakang. Sebuah palka kecil dan tiga buah palka besar ditempatkan di atas kompartemen penumpang, terdapat lubang penembakan dan bidang lihat di bagian ini yang memungkinkan prajurit menggunakan senjata mereka dari dalam kendaraan secara aman.
SIBMAS juga memiliki kemampuan amfibi, dimana penggerak utamanya ketika berada di dalam air adalah dengan menggunakan ban dengan kecepatan gerak maksimum 4 kpj. Untuk versi yang digunakan oleh Kor Armor Diraja Angkatan Darat Malaysia, menggunakan propeler yang memungkinkan SIBMAS bergerak hingga kecepatan 11 kpj di dalam air.
 

SIBMAS LCTS 90
Menyambut perkembangan yang ada di dunia kemiliteran, CMI mengadakan pembaruan pada SIBMAS untuk membuatnya kompetitif di pasaran. Kubah CSE90LP dicopot, digantikan dengan kubah baru 90mm LCTS L48. Berbeda dengan meriam 90mm Mk III, kubah baru ini menggunakan meriam 90mm Medium Pressure yang merupakan turunan dari meriam Cockerill Mk8. Selain melontarkan proyektil biasa, meriam 90mm LCTS juga didesain mampu meluncurkan GLATGM (Gun Launched ATGM) Falarick yang dibuat berdasarkan kerja bareng dengan Ukraina.
CMI meyakini bahwa meriam 90mm LCTS mereka, dengan didukung teknik metalurgi modern dan pemilihan baja yang sangat baik kualitasnya di pabrik mereka, akan mampu menyamai performance meriam 105mm generasi awal. Meriam ini dilengkapi dengan muzzle brake dengan satu lubang untuk mendukung penembakan munisi APFSDS. Meriam 90mm ini dilapisi dengan thermal sleeve untuk mengurangi pemuaian sehingga laras tidak mudah bengkok setelah penembakan secara kontinyu. Sama seperti meriam Mk3, meriam Mk8 dapat digunakan untuk tembakan lintas lengkung yang mencapai jarak maksimal 8km apabila ditembakkan dari elevasi 20o.

Berbeda dengan kubah CSE90LP yang masih harus diisikan secara manual, kubah LCTS 90 sudah menggunakan sistem autoloader, ini tentu meringankan pekerjaan komandan dan juru tembak yang bisa fokus mengejar sasaran. Seluruh peluru disimpan di bustle yang terpisahkan oleh firewall dari kompartemen awak. Amunisi diisikan pada bustle dari luar tank, dengan membuka pintu baja pada sisi belakang bustle. Satu sistem sabuk rantai akan membawa amunisi dari bustle ke arah kamar peluru.

Biarpun kanon 90mm Medium Pressure dapat dipercaya untuk menggasak tank-tank generasi 1960an, tak dipungkiri bahwa penggunanya tidak bisa memilih lawan di medan pertempuran, alias mungkin saja bertemu MBT mutakhir. Untuk menghadapi ancaman semacam ini, CMI dan pabrikan GKSTB Ukraina bekerjasama menciptakan rudal berpemandu laser Falarick (tongkat sakti dalam mitologi Irlandia). Teknologi yang digunakan sama seperti pada ATGM yang diluncurkan dari laras meriam macam 9M119M, yaitu sinar laser yang disorotkan dari kendaraan penembak ke arah sasaran, dan rudal tinggal mengikuti.
Rudal Falarick sendiri dibuat untuk dapat ditembakkan dari laras 90mm ataupun 105mm. Memiliki panjang 1 meter dan bobot 20kg, Falarick saat terbang distabilkan oleh sirip-sirip dan rudder alumunium yang terpasang di belakang (total 8 buah). Pada saat masuk di laras, sirip ini akan terlipat dan akan terbuka begitu keluar dari laras. Pada saat diujicoba, Falarick yang ditembakkan dari dari jarak 3,9km dapat mengenai sasaran standar NATO dengan menempuh waktu selama 14 detik. Dengan hululedak HEAT ganda, Falarick dikatakan mampu menembus pelat baja RHA setebal 500mm, ini setara dengan ketebalan glacis T-72M1. Kelemahannya, sama seperti GLATGM era Soviet, kendaraan benar-benar harus dibuat dalam keadaan diam. Sedikit pergerakan akan mengakibatkan rudal berbelok atau malah kehilangan panduan laser.
Untuk kubah, LCTS90 menerapkan format yang sama seperti CSE90LP, komandan duduk di kiri dan penembak di kanan. Penembak memiliki kamera bidik dengan kamera termal terstabilisasi. Bedanya, di atas blok kamera bidik dipasang kotak pemandu laser untuk sistem rudal Falarick. Sementara untuk komandan disiapkan sistem kamera panoramik yang independen, sehingga komandan dapat bertindak sebagai pemburu. Sistem kendali penembakannya sudah mengadopsi komputer balistik dan sensor seperti tekanan udara, kecepatan angin, kelembapan, suhu udara, dan tentu saja laser rangefinder, kurang lebih sama seperti yang dipergunakan pada MBT modern. (Weka & Aryo) (ARC)

Jaga Wilayah Laut RI, TNI Tak Butuh Bantuan Navy Seal

Pemerintah AS sempat menawarkan bantuan untuk mengawasi pencurian ikan

Prajurit TNI AL Lantamal III saat kapal patroli keamanan laut di Tanjung Priok, Jakarta
Prajurit TNI AL Lantamal III saat kapal patroli keamanan laut di Tanjung Priok, Jakarta 
Tentara Nasional Indonesia (TNI) menegaskan tidak membutuhkan bantuan Angkatan Laut (Navy Seal) Amerika Serikat untuk pengawasan dan pengamanan laut Indonesia.
Hal ini menanggapi tawaran Pemerintah Amerika untuk menjaga wilayah laut RI dari aksi pencurian ikan ilegal atau illegal fishing.

"TNI tidak ada kerjasama dengan Navy Seal untuk pengamanan laut Indonesia. Wilayah laut RI kita sendiri yang amankan," kata Fuad dalam perbincangan dengan VIVAnews, Jumat 14 November 2014.

Menurut Fuad, hubungan TNI dengan angkatan laut negeri Paman Sam itu hanya sebatas kerjasama latihan dan pendidikan kemiliteran saja. Sedangkan untuk pengamanan kedaulatan NKRI, itu merupakan tanggung jawab TNI sepenuhnya, tidak bisa melibatkan pihak asing.

"Kita kerjasasama dengan mereka (navy seal) hanya latihan saja," jelasnya.

Sementara itu, untuk pengamanan wilayah perbatasan RI dengan negara tetangga, TNI bekerjasama dengan Singapura dan Malaysia. Menurut Fuad, kerjasama ini hanya sebatas mengamankan titik batas negara masing-masing.

Sebagaimana diketahui beberapa waktu lalu, Pemerintah Amerika Serikat melalui Duta Besarnya di Jakarta, Robert Blake, menyampaikan, bahwa pihaknya menawarkan bantuan kerjasama pengawasan laut kepada Pemerintah Indonesia.

Tawaran kerjasama itu untuk meminimalisir praktik illegal fishing di laut Indonesia dengan mengirimkan angkatan laut AS.

Dubes AS mengaku sudah bertemu Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti dan akan membicarakan masalah itu lebih lanjut. (VIVAnews )

Sejarah PDL Loreng Brimob: Seragam Tentara AS hingga Merebut dari Belanda

 

 
 
Jakarta - Korps Brigade Mobil (Brimob) Polri memakai lagi seragam loreng dengan 3 alasan, yakni historis alias sejarah, fungsi dalam medan operasi yang spesifik serta Kepolisian internasional menggunakan seragam serupa. Bagaimana sejarah PDL loreng di Brimob?

Mabes Polri telah menyusun 'Naskah Pengaturan Penggunaan Pakaian Dinas Lapangan di Lingkungan Korps Brimob' yang diterbitkan Tim Perumus dari Mabes Polri pada November 2013 lalu, sebagaimana dikutip dari situs http://www.tsc-jatim.com/. TSC alias Teratai Shooting Club adalah komunitas olahraga menembak di bawah binaan Brimob Polda Jatim.

Disebutkan dalam 'Naskah Pengaturan' itu disebutkan sejarah seragam motof loreng atau disebut 'Camouflage' itu, yang memang digunakan semua angkatan bersenjata di era Presiden Soekarno, bukan cuma Brimob Polri.

Ada yang menarik, seragam itu ternyata bersumber dari seragam pasukan Perang Dunia II AS, USMC M1942 alias Marinir AS, hibah dan pampasan perang dari tentara NICA Belanda hingga beli dari US Army atau AD AS. AD AS disebutkan tak jadi memakai seragam motif lorengnya saat bertempur di Eropa karena motif lorengnya mirip dengan seragam tentara NAZI.

Untuk pampasan perang, diceritakan para pejuang sampai bertempur dengan tangan kosong merebut seragam loreng itu. "Dari para sesepuh TNI maupun Polri yang sempat berlaga dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia, beliau menyebutkan bahwa secara hand to hand combat merebut seragam loreng milik NICA untuk digunakan sebagai pakaian dinas lapangan sehari-hari," demikian dituliskan dalam 'Naskah Pengaturan' halaman 19.

Berikut kronologi sejarah pemakaian PDL loreng menurut 'Naskah Pengaturan':


5 Oktober 1954

Seragam loreng motif macan tutul pertama kali digunakan secara resmi oleh RPKAD (Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat, sekarang Kopassus TNI AD-red). RPKAD memakainya dalam defile, dengan model one pieces alias atasan dan bawahan menyatu.

Pemakaian seragam oleh RPKAD tidak terlepas dari penyerahan semua aset perang dari Belanda pasca peristiwa pemberontakan PRRI dan Permesta.

"Pada massa itu campur tangan peranan Amerika Serikat sangat kentara sehingga untuk menutup malu Amerika kala itu memberikan program ganti rugi yang digelar lewat USAID, semua satuan TNI dan Polri di kala itu di bawah kepemimpinan Soekarno, menggunakan loreng macan tutul," demikian seperti dituliskan.

Tahun 1961, Menjelang Operasi Mandala

Disebutkan bahwa satuan-satuan TNI-Polri mulai meninggalkan motif loreng 'macan tutul' dan menggantinya sesuai kekhasan masing-masing satuan, seperti RPKAD, KKO (Korps Komando Operasi, sekarang Marinir-red), PGT (Pasukan Gerak Cepat, sekarang Paskhas TNI AU-red) dan Menpor (Resimen Pelopor, cikal bakal Gegana-red).

Di tahun ini secara resmi Menpor menggunakan seragam loreng Pelopor yang secara terbuka diperlihatkan dalam latihan Rimba Laut di Pelabuhan Ratu Sukabumi.

"Pakaian dinas lapangan khas Korps Brimob kedua yang kemudian dikenal sebagai loreng Pelopor adalah asli milik pasukan Resimen Pelopor saat akan ditugaskan pada Operasi Mandala dalam kampanye Trikora," demikian disebutkan.

Tahun 1963-1968

Seragam loreng 'macan tutul' mulai memudar. Namun ada beberapa satuan yang memakainya, seperti yang dikenakan Mayjen Soeharto di Lubang Buaya pasca tragedi Gestapu.

Tahun 1969-1970

Penggunaan loreng motif garis mengalir khas Menpor mulai meredup karena Menpor dilikuidasi untuk restukturisasi internal Kepolisian. Pasca likudidasi, Menpor diperlakukan sebagai Brigade Mobil di bawah komando Mabes Polri. Seragam loreng khas Menpor juga diganti PDL warna hijau rimba khas Brimob.

Tahun 1974-1976

Menpor bertransformasi menjadi Gegana di tahun 1974. Pemakaian motif loreng khas Menpor semakin hilang dengan adanya kontroversi tragedi Minggu Palma oleh Batalyon Teratai tahun 1976 di Timor Timur.

Sebelum Oktober 1983

Ada 10 seragam loreng kesatuan/angkatan yang dipakai ABRI (sekarang TNI-Polri,red) yakni Kostrad (1 jenis), Marinir (2 jenis), Brimob (2 jenis), Kopasgat (2 jenis), Kodam Jaya (1 jenis), Kodam Kalbar (1 jenis), Kodam Irian Jaya (1 jenis), Loreng Kavaleri (2 jenis), Loreng Pomad Para (1 jenis) dan Loreng Kopassandha (1 jenis).

5 Oktober 1989 Saat HUT ABRI

Menhankam/Pangab yang dijabat Jenderal TNI LB Moerdani menghentikan pemakaian 10 seragam loreng dari berbagai kesatuan. Alasannya, menghemat biaya dan meningkatkan disiplin.

Sebagai ganti 10 seragam loreng kesatuan itu, hanya dipakai 1 motif saja, yakni, loreng DPM (Disruptive Pattern Material) Inggris.

Tahun 1996
Satu per satu personel Brimob mulai menjahit kembali PDL dengan mengambil motif Loreng Menpor, untuk kemudian oleh personel Brimob, diberikan nama generik sebagai "Loreng Pelopor".

5 Oktober 1998


Secara resmi penggunaan seragam motif Loreng Pelopor digunakan kembali secara terbuka oleh Korps Brimob Polri dari Batalyon B Resimen I Korps Brimob Polri, pimpinan AKB Gatot Mangkurat saat upacara peringatan hari ABRI yang digelar di Lanud TNI AU Halim Perdanakusumah.

November 2013

Mabes Polri mengeluarkan 'Naskah Pengaturan Penggunaan Pakaian Dinas Lapangan di Lingkungan Korps Brimob' yang merekomendasikan memakai kembali seragam loreng dengan 3 alasan yakni:

1. Berdasarkan pertimbangan historis merupakan bagian dari sejarah perjuangan Korps Brimob yang perlu dipertahankan.

2. Adanya kebutuhan penugasan khususnya medan operasi yang sangat spesifik menghadapi gangguan kamtibmas berkadar tinggi.

3. Kepatutan penggunaan seragam bermotif loreng, sebagaimana digunakan oleh beberapa lembaga penegak hukum dan Kepolisian secara internasional.

September 2014 


Sedangkan merujuk dari situs brimobpoldakaltim.com, PDL loreng digunakan sesuai dengan surat Keputusan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia nomor: Kep/748/IX/2014 tentang Penggunaan Pakaian Dinas Lapangan (PDL) Loreng bagi personel Korps Brimob Polri.

14 November 2014

Kapolri Jenderal Pol Sutarman meresmikan pemakaian seragam loreng untuk Brimob saat memperingati HUT ke-69 Brimob, di Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, Jumat (14/11/2014) ini.

"Berdasarkan keputusan Kapolri, penggunaan pakaian dinas lapangan PDL bermotif loreng secara resmi digunakan kembali yang selama ini tak dilaksanakan," ujar Sutarman saat menyampaikan amanat Inspektur Upacara di Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, Jumat (14/11/2014).  (Detik.com)