Pages

Friday 3 April 2015

Kontak Tembak Terjadi di Poso, 1 Teroris Dikabarkan Tewas

Kontak Tembak Terjadi di Poso, 1 Teroris Dikabarkan Tewas  
Densus 88

Jakarta - Kontak senjata terjadi di wilayah pegunungan Poso, Sulawesi Tengah, antara kelompok teroris pimpinan Santoso dengan tim Satuan Tugas Antiteror Densus 88. 1 orang terduga teroris dikabarkan tewas.

Seorang perwira menengah di lingkungan Densus 88 mengatakan, peristiwa kontak senjata terjadi, Jumat (3/4/2015), di pegunungan Poso, sekitar pukul 14.00 WIB. Selain Densus 88, turut pula tim gabungan Polda Sulteng dalam upaya penyergapan tersebut.

"Tim Satgas Antiteror telah mengikuti kelompok teroris tersebut selama sebulan terakhir, sampai akhirnya siang tadi terjadi kontak dengan kelompolk teroris MIT (Mujahiddin Indonesia Timur)," kata perwira menengah yang enggan disebutkan namanya itu.

Selain korban tewas, dikabarkan beberapa orang dari kelompok teror mengalami luka tembak. "Saat ini kontak senjata masih berlangsung di pegunungan Poso," ujarnya.

Selain itu, aparat menyita beberapa pucuk senapan dan pistol pabrikan dan rakitan.

Sementara itu, Kapolda Sulawesi Tengah Brigjen Idham Azis belum bisa dikonfirmasi terkait peristiwa tersebut. (Detik)

KRI Rigel 933 di Sebelah Utara Aljazair


Mediterranean Sea - Dalam pelayarannya menuju Indonesia untuk memperkuat armada TNI AL, KRI Rigel 933 saat ini telah mencapai perairan Mediterranean Sea sebelah utara Aljazair.

Saat berita ini dinaikkan posisi kapal canggih Hydro Oceanography Multi Purpose Research Vessel buatan galangan OCEA Les Sables d'Olonne, Prancis, tersebut menurut satelit ada pada koordinat 36.55252 latitude/-0.6305116 longitude dengan kecepatan 1.3 knot dan haluan 78 derajat mengarah ke Port Said (Mesir).

Dari Port Said, selanjutnya KRI Rigel 933 akan menuju Jeddah (Arab Saudi), Cochin (India), kemudian masuk Indonesia melalui Sabang dan berakhir di Jakarta.

Sebelumnya KRI Rigel 933 singgah di Pelabuhan Malaga, Spanyol, selama 3 hari (31 Maret-2 April 2015). Kamis, 2 April, tepat pukul 12.21 waktu setempat kapal ini angkat sauh meninggalkan Malaga.

Dalam persinggahannya di Malaga, KRI Rigel 933 disambut oleh Komandan Angkatan Laut Kerajaan Spanyol di Malaga, Kolonel Laut Pablo A. Lewicki Carazo, Kuasa Usaha Ad Interim (KUAI) KBRI Madrid Minister Counsellor Erie Bawono, dan Atase Pertahanan RI di Madrid Kolonel Laut (E) Agus Adriyanto, S.T., MM.

Nama KRI Rigel 933 diresmikan oleh Menhan Jenderal TNI (Purn) Ryamizard Ryacudu 11 Maret lalu. Rigel adalah nama bintang paling terang dari gugus bintang Orion. Kapal ini menurut keterangan pers KBRI Madrid saat ini tercanggih di Asia Tenggara.

Dalam perjalanannya dari Prancis menuju Indonesia, operasi pelayaran kapal KRI Rigel 933 ini dipimpin oleh Komandan Kapal Mayor Laut (P) Muhamad Wirda Prayogo, S.T.

Total rute pelayaran KRI Rigel 933 dari Les Sables d'Olonne, Prancis, sampai Jakarta diperkirakan akan ditempuh dalam rentang waktu Maret-April.(Detik)

China akan hadapi seluruh anggota ASEAN bila caplok Natuna

China akan hadapi seluruh anggota ASEAN bila caplok Natuna

Asad Said Ali.

Beberapa waktu lalu sempat mencuat kembali konflik soal Laut China Selatan. Indonesia merupakan salah satu negara yang terancam dirugikan karena aksi China menggambar garis putus-putus sembilan titik wilayah baru di Kepulauan Natuna, Provinsi Kepulauan Riau.

Jika dilihat sekilas, perairan kaya gas itu terkesan masuk wilayah kedaulatan China. Menurut Kementerian Luar Negeri, klaim China melanggar Zona Ekonomi Eksklusif milik RI. Klaim China itu juga mengundang reaksi keras dari Presiden Joko Widodo.

Andai benar China mencaplok Natuna, apa yang akan terjadi? Berikut ini pendapat Mantan Wakil Kepala BIN Asad Said Ali dalam kesempatan wawancara khusus dengan Arbi Sumandoyo dari merdeka.com, Kamis (03/04).

Soal campur tangan asing, negara mana yang perlu diwaspadai oleh Pemerintah Indonesia?

Jadi sekarang ini, aktor politik bukannya negara. Sekarang misalnya Amerika, kalau Indonesia bersatu, makmur, kan dia untung. Australia sama saja begitu. Cuma persoalannya kadang-kadang konflik antar perusahaan, ada persaingan, nah di situ. Itu kadang-kadang menjadi persoalan sendiri, misalnya tambang emas di Banyuwangi, itu sebenarnya konflik antar negara. Akhirnya enggak jadi dan akhirnya yang muncul perusahaan nasional dan dua kekuatan yang berantem. Seperti itu.

Misalnya perusahaan A dengan B, perusahaan B mendorong untuk mendemo perusahaan A. Taruh lah Newmont, yang nyuruh lawannya Newmont. Yang nyuruh, yang mana saya tidak mengerti. Kira-kira begitu. Jadi itu namanya perang asimetris, yang perang bukannya negara, tapi kalau negaranya sudah jelas kok, Amerika enggak bisa. Kecuali kepentingan mereka terganggu, kepentingan kita terganggu.

Menurut saya kalau mereka (Amerika) bikin isu di luar itu, itu untuk bargaining dia. Kepentingan dia semaksimal mungkin dipenuhi dong, tapi kalau memecah benar, ngitungnya luar biasa. Ngitungnya berkali-kali. Untung enggak kalau memecah papua dengan pasar kita yang 250 juta jiwa. Mana yang lebih untung. Kita juga dengan jumlah penduduk banyak. Pasar dunia di sinikan. Amerika punya, Australia punya, jadi enggak bisa. Saya tidak pernah takut itu, yang saya takutkan itu tadi aktor-aktor non-goverment itu tadi.

Artinya negara asing sangat sulit intervensi Indonesia?

Ngitungnya panjang dia. Yang paling banyak itu, untuk kepentingan masing-masing. Kepentingan politik berkuasa, isunya ini. Kepentingan politik, partainya ini berkuasa, isunya ini. Misalnya pembunuhan orang Papua oleh TNI, langsung satu negara Australia dan Amerika langsung statement dulu-duluan, itu kan supaya pembunuhan ini tidak dilakukan oleh oposisi di sana. Itu sebenarnya yang terjadi. Nah kalau dari segi itu, saya tidak yakin mereka ingin memecah. Timor-timur kasusnya lain, itu kesepakatan mereka kampanye harus besar gitu lho. Karena kita jangan agresi, kira-kira begitu lah.

Ada yang mengatakan itu juga karena kepentingan minyak di Timor-timur?

Ya sekarang kan Xanana lebih senang ke Indonesia kan, jadi bukan karena minyak itu sebenarnya. Ada kepentingan lain lebih besar, tidak boleh agresi. Seperti kita dulu sama Malaysia lah, diingetin kamu tidak boleh agresi lagi. Itu kan berbahaya, kalau kita lebih besar dan kuat mereka tidak ingin kalau kita kuat bisa terjadi agresi lagi.

Mereka menjadikan kekuatan kita sebagai financing, padahal saya pikir ya siapapun Indonesia tidak mau menjadi agresor karena dalam sejarahnya tidak pernah. Timor-timur memang provokasi asing waktu kita masuk itu, kondisinya kosong kekuasaan. Ada provokasi. Kalau tahap-tahap terakhir, waktu itu belum ada rencana Indonesia menyerbu sana. Hanya pilihan sulit terpaksa itu, karena tidak ada dan yang muncul komunis, di belahan sana ada Angola. Sejak muncul itu kan menjadi kekhawatiran, jadi bukan sesuatu yang by design. Menurut saya gitu.

Jadi pola-pola konflik di Indonesia berubah, bukan ditunggangi negara asing tapi justru kepentingan perusahaan asing?

Iya lah. Dengan perusahaan melakukan kepentingan kelompok di luar itu tadi. Kan ada politik juga kan. Untuk masalah dalam negeri. Kadang-kadang juga untuk kepentingan pemberitaan, misalnya soal HAM. Suatu saat di bawah tahun 2010, tiba-tiba menjelang 17 Agustus ada pos TNI di perbatasan Papua diserang. Diserang dengan senjata panah kan mati, ya kan? Hanya didorong supaya diprovokasi, kelompok OPM katakan lah, bersenjata itu menyerang pos TNI. Hanya supaya ada berita. Pegiat HAM di sana dapat dana. Kuitansinya saya ada, siapa yang mesan saya tahu.

Kalau melihat pola seperti itu bukan kah ingin memecah belah Indonesia?

Ya otomatis terganggu lah. Intinya kita (Indonesia) enggak boleh cepat kaya, cepat hebat, gitu aja lah. Kalau mau memecah belah negeri ini, ada 250 juta penduduknya, bukan main-main. Dulu kan rumornya menjelang reformasi Indonesia akan dipecah menjadi 12 kan, tapi mana, enggak ada. Indonesia enggak bisa dipecah. Wong kita kesadaran sebagai bangsa ada sebelum Indonesia merdeka.
Dari konsep politiknya saja baru lahir menjelang kemerdekaan. Kesadaran sebagai bangsa sudah ada. Karena apa? Waktu zaman portugis dulu, itu dari Makassar, Aceh membantu ikut menyerang, walaupun tidak satu kerajaan. Jadi kesadaran sebagai bangsa sudah ada dari dulu. Tapi konsep politiknya lahir setelah gerakan kebangsaan.

Anda masih melihat Indonesia jadi primadona bagi bangsa asing?

Woo..,jelas lah. Kekayaannya luar biasa, marketnya luar biasa dan Indonesia kan luar biasa. Kekayaan Indonesia luar biasa, emas, tambang-tambang nikel, di luar masih banyak kan yang belum di eksplorasi. Bulan Januari kemarin saya lihat turis yang paling banyak datang ke sini dari China daratan. Itu kan artinya kita menjadi kekuatan ekonomi, setelah itu menjadi kemakmuran. Salah satu pusat kemakmuran dunia. Semakin makmur kita, banyak yang datang.

Saya positive thinking ya di situ. Bahwa Indonesia makmur lebih dihargai daripada tidak makmur. Contoh begini, Amerika berkepentingan juga. Coba lihat, dia kan musuhnya China, artinya dia ingin kita mampu, katakanlah dijadikan temen agar bisa bersaing dengan China. Dia ingin kita kuat. Di samping ingin dapat pasaran dari produk mereka. Kita kan besar. Maupun impor dari kita juga besar juga.

Tapi jangan sampai Indonesia itu berpihak kepada Amerika full. Makanya pembicaraan kita kan bagus, ya ke RRC, ke Jepang, ke Amerika. Jadi kita mengikuti konsep dahulu, non blok. Makanya ini kan Pak Jokowi sekarang mengadakan peringatan Konferensi Asia Afrika, ingin menunjukkan jika kita tidak berihak, tetapi berpartisipasi untuk dunia yang positif, lebih aktif, begitu ya. Intinya kita bersahabat dengan siapapun dan yang kedua Indonesia seperti dulu mampu ikut berperan dalam membangun perdamaian terutama di kawasan Asia-Afrika ini.

Kemarin China mengklaim Natuna masuk wilayahnya?

Dari dulu, itu garis patah-patah. Garis patah-patah kan bukan garis lurus, tapi kan tidak sampai Pulau Natuna. Itu kan sejarah.

Tapi pernyataan Presiden Jokowi keras terhadap China?

Itu klaim politiknya tidak ada, beda dengan Vietnam dan Taiwan. Pak Jokowi ingin dapat jaminan bahwa Natuna tidak masuk peta mereka. Dan oleh China tentunya akan diambangkan. Tapi menurut saya potensi untuk itu tidak akan terjadi karena kalau sampai dimasukkan dalam Peta, China akan menghadapi seluruh negara anggota ASEAN. Ya kepentingan strategis kan akan memecah ASEAN. Dia dengan Filipina, dengan Vietnam, Malaysia, Brunei tapi dengan kita tidak. Itu kepentingan kita saya kira bagaimana laut China selatan yang stabil supaya lalu lintas dunia ini berjalan dan di sana ada Amerika, dunia menjaga itu semua.

Isu tersebut mulai hangat tahun 1970-an, pas berakhirnya perang Vietnam. Isu sempat tenggelam ketika muncul Al-Qaeda. Ketika Al-Qaeda meredup, isu Laut China menguat lagi. Akhirnya muncul lagi isu seperti itu. Jadi saya pikir, Indonesia diharapkan sebagai kekuatan balancing power. Kita bisa menjembatani China sama Amerika. Jepang dianggapnya musuh China kan, Indonesia berperan. Kamu lihat orang Korea Selatan berapa perusahaannya di sini. Dia menganggap orang Indonesia sebagai mitra.

Jepang juga tidak akan berani. Indonesia tidak akan remuk, apalagi Malaysia ingin kita kuat. Ingin kita menjadi partner yang baik. Enggak akan berani dia.

Artinya ini ada yang ingin membenturkan Indonesia dengan China?

Ya jelas. Orang yang tidak setuju dengan China pasti begitu. Kalau saya melihat kepentingan kita dengan China itu besar.

Ini soal krisis dunia, misalnya masalah konflik Crimea, Yaman, Suriah dan lainnya, posisi Indonesia seperti apa. Sebab kelihatannya poros kekuatan dua kutub sudah muncul, Russia dan Amerika?

Inikan setelah Uni Soviet jatuh menjadi 15 negara. Amerika dan Barat kemudian berusaha menarik Ukraina. Itu kan negeri terbesar kedua setelah Rusia tapi berbatasan langsung. Mereka bisa menarik itu ke dalam NATO, tapi Rusia tidak mau begitu, terutama Crimea. Crimea itu kan pulau hangat, mau diambil, Rusia lalu mempertahankan itu dong.
Menurut saya Barat memang terlalu serakah ingin menghancurkan Rusia seperti itu. Ya kalau saya jadi Putin sikap saya sama seperti itu lah. Kan gitu, meskipun kita tidak mendukung separatisme tapi secara strategi itu siapapun yang jadi presidennya akan seperti itu. Karena dia kuat secara persenjataan dan mereka tidak bisa diabaikan.

Ini juga ada kaitannya dengan apa sih Amerika maunya? Irak dihancurkan, Taliban dihancurkan. Sekarang Amerika juga bingung ketika Sadam dihancurkan karena Irak menjadi tidak keruan, bisa menjadi pusat teroris di dunia. Jadi saya pikir, bagaimana tidak muncul trouble area baru di berbagai belahan dunia ini.
Yang diperebutkan apa sih sebenarnya? Cuma minyak. Energi di samping mineral di Asia tengah. Ingin menguasai itu. Saya waktu ke Afghanistan ketemu para perunding, Amerika minta sekian pangkalan. Inggris meminta sekian pangkalan. Tujuannya untuk itu. Jadi konflik di Irak, Afghanistan ujung-ujungnya adalah menguasai minyak. Kalau negeri kita enggak kuat bisa seperti itu.

Lalu posisi Indonesia seharusnya memihak mana?

Kita jadi stabilising power. Misalnya konflik Timur Tengah, kemudian konflik Yaman. Di Yaman ini kan Iran. Iran, Rusia memang berkepentingan, ramai. Karena Amerika inginnya Syria jatuh kan. Yaitu namanya permainan juga. Bagian dari itu tidak bisa terlepas semua. Kita bagaimana? Kita fokusnya kan di sini dari dulu. Inikan sudah ditandai dari dulu, ada pasukan kita di Afrika, kita menjadi peace making dari itu. Peranannya ke depan kalau kita bisa membantu masalah Timur Tengah kan bagus. Kita penengahnya.

Persoalannya kan tinggal kapan. Kalau negeri kita tenang, kita bisa memainkan banyak hal dan diminta berperan. Contohnya begini, kami yang NU, sekarang saja sudah ada NU di Afghanistan. Dia ingin mencontoh peran ulama di sini bisa menyelesaikan masalah di Afghanistan. Kalau ormas saja diminta peranannya berarti kan negara juga dibutuhkan. Suatu saat Indonesia akan bisa memainkan peranan.

Dimana posisi kita sebagai stabilising faktor dan sebagai balancing faktor. Lincah kesana, kemari tidak memihak.

Menurut Anda saat ini Indonesia dalam posisi kuat?

Saya kira kuat. Kuat secara politik. Secara ekonomi kan kita dibutuhkan, persoalannya kan posisi kita yang kuat ini bagaimana menjadi bermanfaat untuk rakyat kecil. Kita kan kelemahannya kesenjangan ekonomi. Dulu zaman Pak Harto, Ekspor 1 tahun Rp 5 miliar dolar. Sekarang sudah berapa, sebulan 15 miliar dolar. Itu suatu kekuatan dan tergantung nanti asal kita masih mempertahankan jati diri bangsa seperti musyawarah, gotong royong, punya kepribadian.

Hal itu merupakan topik-topik yang dibutuhkan kita untuk melepaskan diri dari bayang-bayang pengaruh negara-negara besar. Sebaiknya kita muncul sebagai kekuatan mandiri. Berdaulat di bidang politik, kemudian ekonomi dan berkepribadian dalam bidang kebudayaan.

Misalkan benar terjadi perang dan Indonesia terseret, bagaimana kesiapan kekuatan TNI?

Kalau kita sih tidak ingin menjadi progresif. Orang boleh nyerang kita, tapi bisa nyerang enggak bisa kembali, kan gitu. Berapa ribu pasukan buat menguasai Indonesia, kita sepuluh kan bisa mengatasi. Kamu misalnya ke Kalimantan, diterjunkan 100 batalyon pun musuh tidak akan mampu. Bisa masuk tidak bisa keluar. Jadi konsep perang itu, konsep perang dalam artian kaya dulu lagi perang yang simetris sudah tidak ada, tapi yang asimetris tadi, gangguan itu lho.

Kalau kamu bicara Papua, tempat lain yang rawan itu asimetris dengan perang melalui media. Perang melalui NGO, perang melalui opini dan diplomasi statement. Perangnya ya begitu itu. Makanya NGO-NGO ini jangan sampai ada di Indonesia menjadi kaki tangan asing. Tidak sadar mereka ada. (Merdeka)

Poros Maritim Dunia Harus Didukung Peran Strategis TNI AL

Poros Maritim Dunia Harus Didukung Peran Strategis TNI AL

Pencapaian visi presiden poros maritim dunia dianggap perlu didukung dengan peran strategis TNI AL. Hal itu diungkapkan oleh staf Asrena Kasal Letkol Laut (P) Salim saat dihubungi Jurnal Maritim beberapa hari lalu.

“Kekuatan TNI Angkatan Laut mungkin tidak akan menyelesaikan semua permasalahan, akan tetapi perlindungan terhadap kepentingan Nasional Indonesia dan penegakkan kedaulatan di laut serta pencapaian poros maritim dunia dipastikan tidak akan terwujud tanpa penguatan TNI Angkatan Laut,” ujar Salim.

Menurut Salim yang saat ini tengah menghadiri Maritime Security Desktop Exercise (MSDE) di Yogyakarta, alasan dari penguatan itu sudah sesuai dengan tugas TNI ALsesuai UU No 34 tahun 2004 tentang TNI, yang kemudian harus diturunkan ke dalam tataran strategis.

Dalam pasal 9 yang undang-undang itu, berisi antara lain mengenai tugas pkok TNI AL dalam pertahanan negara yaitu melaksanakan tugas TNI matra laut bidang pertahanan, penegakan hukum dan menjaga wilayah keamanan laut yurisdiksi nasional, melaksanakan tugas diplomasi AL, melakukan pembangunan kekuatan matra laut, dan melaksanakan pemberdayaan wilayah pertahanan laut.

Sambungnya, untuk mendukung itu maka sudah seharusnya penguatan TNI AL menjadi prioritas yang berdampak pada adanya Sea Power atau Maritime Power.

“Postur pertahanan merupakan wujud kemampuan dan kekuatan serta gelar Hankamneg yang diharapkan dapat mendukung pelaksanaan strategi dalam mencapai sasaran dan tujuannya. Maka dalam pelaksanaan itu, TNI AL perlu ada suatu strategi yang akan diturunkan menjadi satu doktrin,” tambahnya.

Peningkatan kekuatan militer seluruh matra tentu dirasa penting untuk mencapai kemampuan pertahanan yang memadai. Namun berdasarkan visi Jokowi di bidang maritim, sudah seharusnya matra laut menjadi perhatian khusus.

“Dalam menopang itu, langkah strategis dari lima tugas TNI AL itu memliki ends, means, dan ways-nya tersendiri,” pungkasnya. (JMOL)

Angkatan Darat Brunei Minta Dukungan TNI

Angkatan Darat Brunei Minta Dukungan TNI
Kepala Staf Umum (Kasum) TNI Marsdya TNI Dede Rusamsi, menerima kunjungan kehormatan Brigjen Pengiran Dato Paduka Aminan Bin Pengiran Haji Mahmud, Pemerintah Tentara Darat Diraja Brunei (PTDDB)/Kasad Brunei, di Mabes TNI Cilangkap, Kamis (2/4).


Jakarta, Kepala Staf Umum (Kasum) TNI Marsdya TNI Dede Rusamsi, mewakili Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko, menerima kunjungan kehormatan Brigjen Pengiran Dato Paduka Aminan Bin Pengiran Haji Mahmud, Pemerintah Tentara Darat Diraja Brunei (PTDDB)/Kasad Brunei, di Mabes TNI Cilangkap, Kamis (2/4).

Dalam kesempatan tersebut, Kasum TNI menyampaikan ucapan terima kasih atas kunjungannya. Dia juga mengucapkan selamat atas pengangkatan Brigjen Pengiran Dato Paduka Aminan Bin Pengiran Haji Mahmud sebagai Kasad Brunei, sejak Desember 2014.

Kasum TNI juga menyampaikan ucapan selamat atas keberhasilan TDDB dalam mengikuti lomba tembak pada ASEAN Armies Rifle Meet (AARM) dan Brunei International Skill Arms Meet (BISAM) ke-11. Kompetisi tersebut telah digelar pada Februari 2015 di Brunei dan meraih juara 2 dan 3 dari 18 kontingen.

“Kami berharap TNI tetap mendukung pengiriman pelatih tembak dan tenaga psikolog kepada Tentara Darat Diraja Brunei (TDDB),” kata Aminan, menanggapi Kasum TNI.

Kerja sama di bidang pertahanan antara Pemerintah Indonesia dengan Brunei telah ditandatangani pada 10 April 2003 lalu. Selain itu, kedua belah pihak memiliki pertemuan bilateral dua tahunan.

Agenda tersebut yaitu Forum Brunesia High Level Committee (HLC), antara TNI dengan Angkatan Bersenjata Diraja Brunei (ABDB). Pada Juni 2015 mendatang, ABDB akan menjadi tuan rumah.
Turut hadir mendampingi Kasum TNI antara lain, Asops Panglima TNI Mayjen Indra Hidayat, Waasintel Panglima TNI Brigjen TNI Joni Supriyanto dan Ses Puskersin Kol Czi Gamal. (Jurnal Maritim)

senjata MP5 Kopassus yang macet

Operasi Woyla dan kisah senjata MP5 Kopassus yang macet
Pasukan elite RI. 


Hari ini tepat 34 tahun operasi pembebasan sandera DC-9 Woyla digelar. Pasukan Komando Pasukan Sandi Yudha menyerbu masuk ke kabin pesawat yang dibajak di Bandara Don Muang, Bangkok. Aksi heroik mereka menyelamatkan puluhan penumpang.

Banyak kisah menarik dalam peristiwa tersebut. Salah satunya soal senjata MP5 para personel Kopasandha yang sempat macet. Jika tidak ketahuan, hampir saja operasi ini berakhir dengan kegagalan total yang mungkin akan membuat seluruh pasukan penyerbu dan sandera kehilangan nyawa.

Sintong Panjaitan menceritakan peristiwa tersebut dalam buku biografinya, Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando. Buku ini ditulis Hendro Subroto dan diterbitkan Penerbit Buku Kompas tahun 2009.

30 Maret 1981, sebelum berangkat ke Bangkok, pasukan Kopasandha (kini Kopassus TNI AD) dikumpulkan di Kantor Asintel Hankam di Tebet. Mayjen Benny Moerdani memberikan rompi antipeluru yang nantinya akan digunakan sebagaian personel.

Benny kemudian mengambil pistol dan menembak rompi itu dari jarak dekat untuk membuktikan peluru tak bisa menembus rompi.

Kemudian, di bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Benny melihat pasukan antiteror menggunakan senjata M16A1. Benny memanggil Sintong yang saat itu berpangkat Letnan Kolonel.

"Tong, kamu jangan pakai senjata itu. Kalau M16 kamu tembakkan di dalam pesawat, bisa meledak pesawat itu nanti," kata Benny.

Senapan M16A1 memang bukan senapan ideal untuk pertempuran jarak dekat. Selama itu senjata tersebut lebih banyak digunakan untuk pertempuran konvensional.

Benny lalu memberikan senapan serbu H&K MP5 SD-2 kaliber 9 mm. Senjata ini mematikan untuk manusia, tapi tak menimbulkan kerusakan berarti jika mengenai dinding senjata. Karena itu cocok digunakan untuk misi-misi pembebasan sandera dan antiteror.

Sintong sudah pernah menggunakan senjata itu ketika berkunjung ke pusat pelatihan pasukan GSG di Jerman Barat. Namun selain dia, tak satu pun anak buahnya pernah menggunakan MP5.

"Aduh Pak, senjata ini tidak bisa kami pakai," kata Sintong.

"Kalau kamu sudah biasa memegang senjata, semua senjata kan sama. Buka kunci, tarik garis lurus dari fisir menuju penjera ke sasaran, sama saja," balas Benny.

Sintong meminta izin pada Benny untuk mencoba dulu senjata itu. Namun Benny sudah tak sabar. Dia sedikit marah dan memerintahkan seluruh anak buah Sintong segera masuk pesawat menuju Bangkok. Saat itu situasi tegang. Tim antiteror berlomba dengan waktu untuk segera berangkat dan membebaskan sandera.

"Kau takut?" sindir Benny di dalam pesawat.
Sintong menjawab. "Saya ingin berhasil, Pak. Tapi kalau Bapak memerintahkan untuk berangkat, tentu saya akan berangkat."

Bukan apa-apa, Sintong ingin mencoba senjata itu lebih dulu. Dia punya kenangan buruk saat diberi senjata AR-15. Ternyata saat digunakan untuk memberantas PKI, semua senapan baru itu macet. Sintong tak mau peristiwa itu terulang.
Benny diam saja. Tiba-tiba Benny menuju kokpit pesawat DC-10 tersebut. Dia berbicara dengan pilot untuk menunda keberangkatan.

"Hei Batak, turun kau. Bawa anak buahmu!" bentak Benny.

Sintong dan anak buahnya diberi kesempatan untuk mencoba senapan tersebut. Mereka berdiri berjajar dan menembak target kertas yang ditempel.

Namun apa yang terjadi. Pakh! Pakh! Pakh! tak ada peluru yang meledak. Semuanya macet.

Dengan gugup Sintong melapor pada Benny. "Pak, macet semua. Pelurunya..."

Dalam biografinya, Benny Moerdani menceritakan peluru macet tersebut sangat mengejutkan. Untung pasukan belum berangkat, bagaimana pula jika pasukan harus menghadapi teroris dengan peluru majal yang tak mau meletus.

Kenapa peluru tersebut macet? Ada beberapa dugaan. Tapi mungkin karena peluru kaliber 9 mm buatan Jerman itu tak cocok disimpan terlalu lama di tempat dengan kelembaban yang tinggi.

Benny segera memerintahkan anak buahnya untuk mengambil stok peluru baru di markasnya.

Kembali anak buah Sintong mencoba menembakannya. Ternyata setelah peluru diganti, semua senjata berfungsi dengan sempurna.

Dengan senapan inilah para personel baret merah itu kemudian menyerbu masuk kabin DC-9 Woyla. Mereka membebaskan semua sandera dan menewaskan lima pembajak.

Kelak Kopassus menamakan pasukan antiterornya dengan nama Sat-81 Gultor. Angka 81 ini diambil dari tahun terjadinya peristiwa Woyla.(Merdeka)

KRI Karimata-960 Asah Kemampuan di Tengah Laut


      
Jakarta,01 April 2015,--- Salah satu kapal perang di jajaran Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil) yakni KRI Karimata-960 yang dikomandani Mayor Laut (P) Zul Fahmi S.E.,  melaksanakan uji kemampuan tempur para anak buah kapalnya selama melaksanakan pelayaran di Perairan Karimun Jawa menuju Jakarta usai mendukung pergeseran material, dan pasukan dari Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI Angkatan Darat (TNI AD) dalam rangka Operasi Ekspedisi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ke wilayah Timur, Rabu (01/04/2015).
            Menurut Komandan KRI Karimata-960, bahwa latihan yang dilaksanakan ini sejalan dengan penekanan Panglima Kolinlamil Laksamana Muda TNI Aan Kurnia, S.Sos dalam rangka terwujudnya kemampuan, kesiapsiagaan, pemahaman dan keterampilan serta profesionalisme prajurit dan pengawak unsur KRI Kolinlamil. Sehingga guna mencapai hal tesebut dibutuhkan suatu latihan yang digelar secara rutin dan berkesinambungan yang diharapkan akan meningkatkan kualitas kemampuan tempur serta  ketanggapsegeraan dalam melaksanakan manuver kapal.
            Lebih lanjut dikatakan Komandan KRI Karimata-960, selama pelayaran menuju Jakarta, Prajurit KRI Karimata-960 dituntut untuk terus mengasah kemampuannya dengan melaksanakan serial latihan meliputi latihan peran orang jatuh di laut, latihan menembak senjata pistol maupun senjata laras panjang berupa AK-47 dan dilanjutkan peran penanggulangan bahaya kebakaran di tengah laut serta peran penyelamatan orang jatuh di laut ataupun Search and Rescue (SAR), yang kesemuanya bertujuan untuk  meningkatkan profesionalisme prajurit KRI KMT-960.(kolinlamil)

FBI Konfirmasi Tewasnya Pelaku Bom Bali

FBI Konfirmasi Tewasnya Pelaku Bom Bali Serangan polisi untuk memburu Marwan berubah menjadi tragedi karena tidak dirundingkan dengan MILF. 
 
Jakarta Biro Investigasi Federal Amerika Serikat, atau FBI pada Rabu (1/4) mengkonfirmasi bahwa Zulkifli bin Hir, yang dijuluki sebagai salah satu "teroris paling dicari" dan dalang di balik bom Bali telah tewas dalam serangan di Filipina pada bulan Januari lalu.

Diberitakan Reuters, sumber yang dekat dengan penyelidikan menyatakan bahwa FBI dapat mengkonfirmasi kematian Zulkifli atau dikenal juga dengan Marwan, melalui analisis DNA dari sejumlah jarinya yang dipotong oleh pihak berwenang Filipina. 

Potongan jari Marwan diambil ketika pasukan Filipina bentrok dengan Front Pembebasan Islam Moro (MILF) dan sempalannya, Pejuang Kebebasan Islami Bangsa Moro (BIFF) di provinsi Mindanao yang menewaskan 44 petugas polisi pada Januari lalu. Serangan itu mengakhiri gencatan senjata yang telah berlangsung selama tiga tahun.

Potongan jari tersebut kemudian diangkut ke AS untuk dicocokkan dengan sampel DNA salah satu saudara kandung Marwan. Hasil penyelidikan menunjukkan kedua DNA tersebut cocok.

Sebelumnya, Departemen Luar Negeri AS sempay menawarkan uang sebesar US$5 juta untuk menangkap Marwan, yang merupakan anggota kelompok militan Jemaah Islamiyah yang berafiliasi dengan al-Qaidah di Malaysia. Marwan juga diduga bertanggung jawab atas serangkaian serangan bom di Filipina dan bom Bali tahun 2002 silam.

Pejabat kontra-terorisme Filipina mengatakan Marwan melarikan diri ke pulau Mindanao tahun 2000, ketika pemerintah Malaysia menindak militan Islam setelah mengungkap sebuah organisasi al-Qaidah di Singapura, Malaysia dan Indonesia.

Tiga tahun lalu, militer Filipina melaporkan Marwan tewas dalam serangan udara. Namun, secara tak terduga Marwan muncul kembali pada tahun lalu di Mindanao, di bawah perlindungan BIFF.

Januari lalu,  polisi mengkonfirmasi kehadiran Marwan di Desa Pedsandawan dan militer langsung membuat rencana penyerangan untuk memburu Marwan, yang diberi kode operasi ‘Exodus’, melibatkan ratusan anggota polisi.

Serangan polisi untuk memburu Marwan itu, berubah menjadi tragedi. Saat melakukan penyerangan ke BIFF, polisi tidak melakukan koordinasi terlebih dahulu dengan MILF yang berada dalam perjanjian gencatan senjata dengan pemerintah. Pertempuran, akhirnya terjadi antara polisi, BIFF dan MILF.


Dalam sebuah pernyataan, David Bowdich, asisten direktur yang bertanggung jawab di kantor FBI di Los Angeles menyatakan bahwa pihaknya telah menghapuskan Marwan dari daftar "teroris paling dicari" dan mengucapkan terima kasih kepada polisi Filipina.

"Sekali lagi, FBI mengungkapkan belasungkawa yang tulus kepada petugas Angkatan Aksi Khusus Filipina yang kehilangan nyawa mereka ketika mencoba untuk menangkap buronan yang berbahaya ini dengan gagah berani," bunyi pernyataan dari Bowdich.(CNN)

Manuver 3 Sukhoi di Langit Ambon Hebohkan Warga

KOMPAS.com/SRI LESTARI Pesawat Sukhoi saat di Base Ops lanud Ngurah Rai

AMBON,  — Manuver tiga jet tempur Sukhoi milik TNI AU di atas langit Kota Ambon, Kamis (2/4/2015) siang, menghebohkan warga. Suara deru pesawat yang terdengar sangat keras membuat warga di Kota Ambon kaget dan keluar berhamburan dari rumah-rumah mereka.

Mereka melihat ke langit dan mencoba mencari tahu apa yang melintas. Tiga jet tempur buatan Rusia itu meliuk-liuk rendah sejak pukul 10.30 WIT. Jarak yang relatif dekat membuat warga bisa menyaksikan manuver ketiga pesawat dengan sangat jelas.

Dalam manuver itu, pesawat beberapa kali juga terbang dengan gaya memutar di udara dan terbang dengan posisi miring. "Seperti ada perang, kami kaget dan keluar rumah. Kami kira ada apa, tahunya ada pesawat tempur yang bermanuver," kata Idris, warga Ruko Batu Merah.

Warga lainnya, Ayu, menuturkan, deru pesawat yang begitu kencang membuat atap rumahnya bergoyang. Dia pun sempat mengira ada pesawat yang mengalami kecelakaan dan hendak terjatuh.

"Tadi beta kira ada pesawat yang jatuh karena bunyinya besar sekali. Warga di sini juga keluar semua," kata dia sambil tertawa.

Berdasarkan infomasi yang dihimpun Kompas.com, selain bermanuver di atas langit Ambon, tiga jet tempur itu juga melakukan manuver yang sama di atas langit Kota Masohi, Kabupaten Maluku Tengah, Kota Piru di Pulau Seram, dan sejumlah daerah lainnya di Maluku.

Manuver tiga jet tempur itu merupakan latihan yang digelar TNI AU di Maluku. Hingga berita ini dipublikasikan, tiga jet tempur itu sesekali masih terlihat berputar-putar di langit Maluku. (
KOMPAS.com)

TNI akan Buat Komando Gabungan Khusus Antiteror dari 3 Matra

 TNI akan Buat Komando Gabungan Khusus Antiteror dari 3 Matra
Jakarta - Perkembangan aksi teror belakangan ini membuat TNI semakin meningkatkan persiapan dalam fungsi menyelamatkan negara. KSAL Laksamana Ade Supandi mengungkapkan bahwa TNI kini sedang merencanakan membentuk Komando Gabungan Khusus Antiteror dari 3 matra.

"Yang lalu memang ada pembicaraan untuk yang namanya Komando Gabungan khusus antiteror. Ini sedang direncanakan di Mabes TNI sehingga dalam penggunaan kekuatan antiteror TNI, baik itu AD, AL, AU di atas perintah Panglima TNI," ungkap Ade di Markas Marinir, Cilandak, Jaksel, Kamis (2/4/2015).

Komando Khusus ini, kata KSAL, dapat mempercepat operasi antiteror yang memerlukan bantuan TNI. Namun pergerakannya harus melihat perkembangan situasi teror itu sendiri, apakah masih dalam ranah kepolisian atau sudah masuk ranah TNI.

"Berdasarkan assesment situasi dan kebutuhan untuk mengintegrasikan dalam bentuk Komando gabungan ini adalah untuk mempercepat kalau terjadi kebutuhan mendesak. Jadi tidak terlalu lama manggil-manggil lagi tapi sudah dipersiapkan," kata Ade.

"Kita punya Denjaka (Detasemen Jala Mangkara) sebagai pasukan khusus AL, kewajiban saya adalah menyiapkan mereka untuk memiliki kemampuan antiteror. Dalam pelaksanaan kekuatan mereka itu dari Panglima TNI," sambungnya.

Mengenai kriteria aksi teror sejauh mana yang perlu melibatkan unsur TNI disebut Ade masih belum terlalu jelas. Pada tugas pokok TNI di UU No 34 tahun 2004 tentang TNI, salah satunya adalah tentang keselamatan negara. Inilah yang masih belum dirinci sehingga dalam melaksanakan tugas antiteror, Polri dan TNI belum mampu bersinergi dengan baik.

"Intelijen kita bisa menilai, ini (aksi teror) masih di kepolisian, ini harus tindakan TNI karena di UU No 34 ada. Tugas TNI satu menjaga kedaulatan, integritas wilayah, tiga keselamatan bangsa. Ini yang belum kita elaborasi sebenarnya seperti apa sih tugas pokok TNI dalam rangka menyelamatkan bangsa ini," Ade menjelaskan.

Meski begitu, disebut Ade bukan berarti TNI tidak siap dalam menghadapi aksi teror. Walaupun tidak bergerak secara fisik, intelijen TNI terus bekerja dalam kasus-kasus terorisme.

"Kegiatan TNI kan tidak berhenti kalau ada kejadian, intelijen kita kan juga jalan dalam hal ini di masa damai sampai dengan kalau terjadinya eskalasi meningkat, intelijen TNI akan tentukan. Melaporkan ke Panglima TNI informasi-informasi perkembangan situasi," tutur Ade.

"Tapi diharapkan masyarakat sendiri sebagai filter ya, kedua menjaga keamanan yang kondusif di lingkungan masyarakat," tutupnya.

Belum lama ini TNI menggelar latihan gabungan di Gunung Biru, Poso, Sulsel. Latihan Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) itu disebut sebagai upaya menunjukkan kekuatan personel TNI kepada kelompok tertentu, sekaligus menangkal gerakan ISIS di Indonesia.

Seperti diketahui, Gunung Biru, Poso, kerap dijadikan lokasi pelatihan kelompok teroris Santoso. "Latihan membawa pesan Show of Forces terhadap kelompok tertentu, bahwa tidak ada tempat bagi ISIS di Indonesia serta akan berdampak baik secara nasional maupun internasional," terang Panglima Jenderal Moeldoko seperti tertulis dalam rilisnya.

Meski begitu, disebut Ade bukan berarti TNI tidak siap dalam menghadapi aksi teror. Walaupun tidak bergerak secara fisik, intelijen TNI terus bekerja dalam kasus-kasus terorisme.

"Kegiatan TNI kan tidak berhenti kalau ada kejadian, intelijen kita kan juga jalan dalam hal ini di masa damai sampai dengan kalau terjadinya eskalasi meningkat, intelijen TNI akan tentukan. Melaporkan ke Panglima TNI informasi-informasi perkembangan situasi," tutur Ade.

"Tapi diharapkan masyarakat sendiri sebagai filter ya, kedua menjaga keamanan yang kondusif di lingkungan masyarakat," tutupnya.

Belum lama ini TNI menggelar latihan gabungan di Gunung Biru, Poso, Sulsel. Latihan Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) itu disebut sebagai upaya menunjukkan kekuatan personel TNI kepada kelompok tertentu, sekaligus menangkal gerakan ISIS di Indonesia.

Seperti diketahui, Gunung Biru, Poso, kerap dijadikan lokasi pelatihan kelompok teroris Santoso. "Latihan membawa pesan Show of Forces terhadap kelompok tertentu, bahwa tidak ada tempat bagi ISIS di Indonesia serta akan berdampak baik secara nasional maupun internasional," terang Panglima Jenderal Moeldoko seperti tertulis dalam rilisnya.


(Detik)

KSAL: Marinir Perlu Tambahan Alutsista

 Evaluasi Latihan di Poso, KSAL: Marinir Perlu Tambahan Alutsista
Jakarta - Korps Marinir turut serta dalam latihan gabungan TNI di Poso, Sulawesi Tengah. Dianggap kekuatan prajurit Marinir sudah baik, Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana Ade Supandi menilai pasukan baret ungu tersebut justru memerlukan tambahan alutsista.

Dalam latihan yang digelar di Poso, marinir ikut tergabung dalam Pasukan Pendaratan (Pasrat) Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) TNI. Marinir bertugas pada aspek penyerangan dari kapal dan juga dari darat.

"Dalam PPRC memang kekuataannya kecil, kita butuh kecepatannya saja. Tidak banyak kapal, hanya 3 kapal KRI. 1 jenis LPD, korvet 2," ujar Ade usai acara pengangkatannya sebagai Warga Kehormatan Korps Marinir di Markas Marinir, Cilandak, Jaksel, Kamis (2/4/2015).

Pada kegiatan PPRC itu, kata Ade, Marinir melakukan operasi penembakan dari laut dengan meriam yang ada di kapal. Marinir juga melakukan tembakan arteleri medan (armed) dengan roket RM 70-grad.

"Tapi meriam yang ada di situ 76 mm kecil, diharapkan kita punya yang kalibernya minimal 120 mm seperti yang dimiliki KRI (kelas) Fatahillah. Aspek pendaratan Pasrat (pasukan pendaratan) juga dilaksanakan dengan baik," kata Ade.

"Bantuan tembakan armed (arteleri medan) Marinir yang dari roket juga bagus. Kemarin kita melaksanakan tembakan 120 butir peluru dan berlangsung baik dan lancar," sambungnya.

KSAL pun mengevaluasi setiap kesatuannya usai latihan di Poso dilakukan. Ia pun berencana ingin menambah beberapa alutsista bagi Marinir, terutama amunisi roket yang kebanyakan habis untuk latihan.

"Penambahan tank BMT-3F dan roket, amunisinya kita tambah. Karena keseringan dipakai demo itu, nantinya kita harus punya cadangan amunisi. Kalau sewaktu-waktu membutuhkan," tutup mantan Kasum TNI itu. (Detik)

Operasi Woyla, 3 Menit paling menegangkan dalam sejarah Kopassus

Operasi Woyla, 3 Menit paling menegangkan dalam sejarah Kopassus

Merdeka.com - "Komando! Komado! Semua tiarap! Tiarap!"

Teriakan itu mengejutkan semua orang di dalam kabin pesawat DC-9. Jam menunjukkan pukul 02.45 waktu Bangkok. Secara cepat tim penyergap antiteror menerobos masuk pesawat.

Tembakan senapan serbu semiotomatis terdengar menyalak beberapa kali. Drama penyanderaan pesawat Garuda DC-9 Woyla di Bandara Don Muang, Thailand itu berakhir dalam waktu tiga menit.

Aksi pembebasan sandera Garuda Woyla melambungkan nama pasukan khusus Indonesia. Hari ini tepat 34 tahun peristiwa itu berlangsung.

Drama penyanderaan pesawat Garuda GA-206 'Woyla' rute Jakarta-Medan itu dimulai Sabtu 28 Maret 1981. Setelah transit di Palembang, tiba-tiba seorang pria berpistol memasuki ruangan kokpit.

Kapten Pilot Herman Rante dipaksa mengalihkan penerbangan ke Colombo, Srilanka. Namun Herman menjelaskan bahan bakar pesawat tak cukup. Akhirnya pesawat mendarat di Penang, lalu kemudian menuju Bandara Don Muang, Bangkok.

Pihak intelijen Indonesia menyebut kelima orang pembajak berasal dari kelompok Komando Jihad. Mereka adalah Zulfikar T Djohan Mirza, Sofyan Effendy, Wendy Mohammad Zein, Mahrizal dan Mulyono.

Pembajak menuntut pemerintah Indonesia membebaskan 80 anggota Komando Jihad yang dipenjara karena beberapa kasus. Antara lain penyerangan Mapolsek Pasir Kaliki, Teror Warman di Raja Paloh dan aksi lainnya sepanjang 1978-1980. Selain itu, mereka juga meminta uang USD 1,5 juta.

Presiden Soeharto menjawab tuntutan itu dengan aksi militer. Asintel Panglima ABRI Mayjen Benny Moerdani menjelaskan keberhasilan operasi militer adalah 50:50.

Masalahnya saat itu seluruh kekuatan ABRI sedang menggelar latihan gabungan di Ambon. Begitu juga dengan para prajurit Kopasandha. Para pasukan yang sudah melakukan latihan antiteror malah sedang mengikuti Latgab di Ambon.

Perwira paling senior di Markas Baret Merah itu tinggal Letkol Sintong Panjaitan. Perwira menengah tersebut tak ikut ke Ambon karena kakinya patah saat mengikuti latihan terjun payung. Untuk berjalan saja, Sintong harus dibantu tongkat.

Kini dia yang harus memimpin operasi pembebasan sandera itu. Uniknya, Sintong akhirnya memaksakan diri berjalan tanpa tongkat begitu Komandan Kopasandha Brigjen Yogie S Memet memerintahkannya memimpin operasi.

"Masak komandan memimpin operasi militer pakai tongkat," kata Sintong.

Dalam waktu singkat Sintong memilih pasukan yang tersedia di Mako Kopasandha. Seluruh prajurit baret merah yang kelak bernama Kopassus ini bersemangat mengikuti operasi tersebut.

Sintong sadar. Waktu melatih pasukan ini cuma beberapa hari. Selama tim berlatih di Hanggar Garuda, pemerintah Indonesia terus melobi Kerajaan Thailand agar diperbolehkan menggelar operasi militer.

Tanggal 30 Maret 1981 pasukan bertolak ke Bangkok. Sambil menunggu jam 'J' mereka terus berlatih.

Akhirnya lampu hijau diberikan pemerintah Thailand. Pasukan Komando Indonesia diberi izin melakukan operasi militer di Bandara Don Muang. Disepakati waktu penyerangan adalah jam 03.00.

Namun diputuskan waktu penyerangan dimajukan. Dengan sigap para prajurit itu melakukan tugasnya. Lima orang pembajak ditembak mati. Tak ada satu pun sandera yang terluka.

Namun Kapten Pilot Herman Rante dan seorang anggota Kopasandha, Capa Ahmad Kirang juga tertembak. Mereka meninggal beberapa hari kemudian saat dalam perawatan.

Seluruh pasukan antiteror mendapat Bintang Sakti. Sebuah penghargaan tertinggi dalam dunia militer Indonesia. Mereka juga mendapat kenaikan pangkat luar biasa satu tingkat.

Kelak Kopassus menamakan pasukan antiterornya dengan nama Sat-81 Gultor. Angka 81 ini diambil dari tahun terjadinya peristiwa Woyla.(Merdeka)

7 Personel Polisi yang Dikirim ke Yaman Punya Berbagai Keahlian

Anton Charliyan
Anton Charliyan (Antara)

Jakarta - Kepala Divisi Humas Polri Brigjen Anton Charliyan menilai tujuh personel Polri yang akan berangkat ke Yaman memiliki berbagai keahlian. Menurutnya, mereka ke Yaman dalam rangka menjalankan tugas suci.

"Kami kirimkan mereka (tujuh personel Polisi) yang memiliki berbagai keahlian sehingga bisa menjalankan tugas sesuai keahliannya di Yaman," kata Brigjen Anton dalam konferensi pers di Kantor Divisi Humas Polri, Jakarta Selatan, Rabu (1/4).

Ketujuh personel polisi nantinya akan bergabung dengan Tim Percepatan Evakuasi WNI dari Yaman yang dibentuk oleh Kementerian Luar Negeri (Kemlu) untuk menyelamtkan warga Indonesia di Yaman.

Ketujuhnya terdiri dari lima polisi pria dan dua polisi wanita. Tim dipimpin Ketua Satgas Kombes Khrisna Murti dengan anggota AKBP Topik Ismail, Kompol Abdul Aziz, Kompol Iksan, Iptu Dede Runanto. Serta dua polwan, AKBP Lisda dan Kompol Elia Susanti.

Ketujuhnya merupakan gabungan personel dari Satuan Mabes Polri, seperti Divhubinter, Baharkam Polri, Badan Intelijen dan Keamanan, Lemdikpol serta Tim Dokter Kepolisian.
Brigjen Anton mengungkapkan, mereka ke sana dalam rangka misi perdamaian dan tugas suci. Karenanya, dia meminta seluruh warga Indonesia mendoakan agar ketujuh personel ini bisa menjalankan tugasnya dengan baik.

"Saya mohon seluruh rakyat Indonesia mendoakan mereka akan bisa menjalankan tugas dengan baik. Juga warga Indonesia di Yaman juga dalam kondisi yang baik," katanya.

Sementara Kepala Biro Misi Internasional Divisi Hubungan Internasional Polri, Brigjen Widyo menjelaskan, tujuh personel polisi tersebut dilengkapi oleh berbagai perlengkapan untuk keselamatan diri.

"Personel ini sudah memiliki kompetensi. Kami lengkapi dengan perlengkapan keselamatan diri untuk mencegah antisipasi gangguan keamanan tim yang akan berangkat," kata Brigjen Widyo.
Sebagaimana diketahui, kelompok Al Houthi telah berhasil menggulingkan kekuasaan pemerintah yang sah di Ibu Kota Sana'a sehingga memaksa Presiden Yaman Abduh Rabbuh Mansur Al Hadi mengalihkan pemerintahan ke kota Aden di Yaman Selatan.

Situasi keamanan di negara tersebut semakin mengkhawatirkan dan mengancam keselamatan WNI ketika koalisi negara-negara Arab pimpinan Arab Saudi melakukan serangan udara terhadap basis-basis kelompok Al Houthi. (Berita Satu)

Kanada Minta Dukungan Indonesia Untuk Menjadi Anggota ADMM Plus

Jakarta, Pemerintah Kanada berharap MoU hubungan kerjasama pertahanan dengan Indonesia dapat segera ditandatangani sehingga dapat memperluas kerjasama pertahanan dari yang telah ada selama ini. Area kerjasama pertahanan yang ingin dijajaki selain pendidikan dan pelatihan adalah pengadaan alutsista. Pemerintah Kanada juga mengharapkan dukungan Indonesia untuk meningkatkan kerjasama dengan ASEAN terutama menjadi anggota ADMM plus.

Hal itu diungkapkan Duta Besar Kanada untuk Indonesia HE Mr Donald Bobiash saat bertemu Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu, Selasa (31/3), di Kantor Kemhan, Jakarta. Menanggapi hal itu, Menhan Ryamizard berharap dapat melakukan pertemuan bilateral dengan Menhan Kanada saat kedua Menhan menghadiri Shangri-La Dialogue pada akhir bulan Mei mendatang di Singapura.

Pemerintah Kanada berharap peningkatan kerjasama pertahanan di bidang pengadaan alutsista, dan institusi yang membidangi mengenai alutsista di Kanada akan datang ke Indonesia beberapa bulan mendatang dan berharap dapat menghasilkan MoU Government to Government dengan Kemhan mengenai pengadaan Alutsista. MoU G to G dengan Institusi resmi pemeritah Kanada di bidang pengadaan alutsista ini pembiayaan dan performance alutsista menjadi lebih terjamin. Selama ini TNI telah menggunakan helikopter buatan Kanada yaitu M-Bell.

Mengenai kerjasama pertahanan di bidang pengadaan alutsista, Menhan menegaskan bahwa saat ini fokus pengadaan alutsista TNI adalah untuk menghadapi ancaman tak nyata yaitu terorisme, bencana alam, perang siber, dan wabah penyakit. Sehingga pengadaan alutsista disesuaikan dengan bentuk ancaman tersebut.

Saat ini kerjasama pertahanan antara RI dan Kanada yang telah dilakukan adalah kerjasama pendidikan dan pelatihan yang diiikuti oleh Prajurit TNI yang sejak tahun 2008 sudah lebih dari 300 personel yang telah melakukan pendidikan dan pelatihan di Kanada. Dubes Kanada untuk Indonesia juga menjelaskan bahwa Kanada dan Indonesia sama-sama berpartisipasi dalam pengiriman Pasukan Penjaga Perdamaian PBB. Dirinya juga sempat bertemu dengan Pasukan Penjaga Perdamaian TNI yang berada di Sudan lima tahun yang lalu.(Kemenhan)

Tim Paska Kopassus Sambangi Pulau Terluar yang Berbatasan dengan Australia

Tim Paska Kopassus Sambangi Pulau Terluar yang Berbatasan dengan Australia
Jakarta - Tim Pasukan Katak (Paska) Kopassus menjalani penjelajahan ke Pulau terluar bagian selatan Indonesia, Pulau Ndana. Tim 2 Paska tersebut sedang melakukan survei pemetaan wilayah bersama Tim Agraria dari Provinsi NTT dan Pemerintah Daerah Rote.

"Pulau Ndana adalah pulau terluar bagian selatan berbatasan langsung dengan Australia," ungkap Komandan Satuan-81 Kopassus Kolonel Inf Thevi Zebua meneruskan laporkan Tim Paska, Selasa (31/3/2015).

Dari laporan tersebut, diketahui bahwa Pulau Ndana hanya dihuni oleh 10 Anggota Batalyon Infanteri (Yonif) 744 ditambah dengan 23 personel Marinir dan 2 orang pos Angkatan Laut. Para personel TNI ini pun lantas bahu membahu bekerja bakti membersihkan Pulau Ndana.

"Mereka sedang melaksanakan kegiatan penjelajahan bergabung dengan Tim Ekspedisi NKRI di Wilayah Provinsi NTT. Mereka menjelajah pulau-pulau teerluar. Sebagian (pulau) sudah ada penghuninya, tapi kalau menemukan yang baru juga akan dilaporkan," kata Thevi.

Ekspedisi NKRI sendiri merupakan lanjutan dari ekspedisi-ekspedisi yang digelar jajaran TNI sejak beberapa tahun lalu. Tahun 2012 bernama Ekspedisi Bukit Barisan yang digelar di wilayah Sumatera, 2013 di Kalimantan dengan nama Ekspedisi Khatulistiwa, kemudian Ekspedisi NKRI Koridor Sulawesi dan Ekspedisi NKRI Koridor Maluku dan Maluku Utara. Lalu pada tahun 2015 adalah Ekspedisi NKRI Kepulauan Nusa Tenggara yang digelar pada 5 Februari-6 Juni 2015.

Berbagai kegiatan dilakukan pada Ekspedisi ini. Materi penjelajahan mulai dari penelitian flora dan fauna, geologi, potensi bencana, serta sosial budaya. Para personel yang terlibat dalam ekspedisi juga melakukan kegiatan-kegiatan pengabdiaan masyarakat. (Detik)

TNI/Polri buru pelaku tindak kekerasan bersenjata

TNI/Polri buru pelaku tindak kekerasan bersenjata
Kasus Penembakan OTK Kapolda Aceh Irjen Pol. Husein Hamidi (kiri) bersama Pangdam Iskandar Muda Mayjen TNI Agus Kriswanto (kanan) menjawab pertanyaan wartawan terkait kasus penembakan oleh Orang Tak Dikenal (OTK) di kabupaten Aceh Utara usai mengikuti upacara bersama di Banda Aceh, Aceh, Selasa (17/3).
Kekerasan bersenjata yang terjadi di Aceh selama ini dilakukan oleh tiga kelompok dan saat ini kelompok tersebut terus diburu,"
Banda Aceh  - Aparat Kepolisian dan TNI di Provinsi Aceh terus memburu kelompok pelaku tindak kekerasan dengan menggunakan senjata api di provinsi setempat.

"Kekerasan bersenjata yang terjadi di Aceh selama ini dilakukan oleh tiga kelompok dan saat ini kelompok tersebut terus diburu," kata Kapolda Aceh Irjen Pol M Husein Hamidi usai mengikuti pertemuan dengan Komisi I DPR Aceh di Banda Aceh, Rabu.

Ia menjelaskan kelompok bersenjata yang kerap melakukan tindak kekerasan di provinsi berpenduduk sekitar 4,5 juta jiwa itu dilatarbelakangi masalah ekonomi yakni melakukan pemerasan, penculikan dengan meminta tebusan, serta membuka lahan dan memasarkan ganja.

"Kami menduga kelompok pembunuh dua anggota TNI Kodim 0103 Aceh Utara itu dulunya melakukan kejatahan di Aceh Timur dan kini bergerak ke Aceh Utara," katanya.

Menurut dia, bergesernya kelompok yang awalnya di Aceh Timur itu kemungkinan di kawasan tersebut ada kelompok lainnya yang mungkin bersaing di sana atau bagaimana, sehingga bergeser lokasi.

"Selama ini, Polisi/TNI gencar membasmi ladang ganja dan barangkali mereka merasa terganggu. Termasuk yang di Pidie (kasus tewasnya Bripda Said Muhammad Reza) karena dia melakukan penangkapan ganja kering kan gitu, semacam transaksi ganja, sehingga dilakukan penangkapan dan dilakukan perlawanan," katanya.

Ia mengatakan pihaknya terus melakukan pengejaran terhadap pelaku tindak kekerasan yang saat ini sudah masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) dari institusi tersebut.

Ia menambahkan saat ini personil Polisi dan TNI masih ada di lapangan untuk melakukan memburu dan mengejar pelaku kekerasai di provinsi ujung paling barat Indonesia itu.

Dalam pertemuan dengan Komisi I DPR Aceh itu turut hadir Panglima Kodam (Pangdam) Iskandar Muda Mayjen TNI Agus Kriswanto, Sekda Aceh Dermawan, Ketua DPRA Tgk Muharuddin, Ketua Komisi I Abdullah Saleh dan anggota DPR komisi tersebut.

Sementara itu Pangdam Iskandar Muda Mayjen TNI Agus Kriswanto menyatakan pihaknya juga terus memburu pelaku penembak dua anggota TNI Kodim 0103 Aceh Utara dan dalam tugas tersebut pihaknya masih berada dibawah kendali Polda Aceh.(ANTARA News)

Panglima TNI Tinjau Latihan PPRC di Poso

5-1 6-2 

Panglima TNI Jenderal TNI Dr. Moeldoko didampingi Kasad Jenderal TNI Gatot Nurmantyo, Kasal Laksamana TNI Ade Supandi, S.E., para pejabat Mabes TNI dan Angkatan meninjau secara langsung serta melihat video conference pelaksanaan latihan puncak Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) TNI di Komando Pengendalian PPRC, Bandara Kasiguncu, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, Selasa (31/3/2015).
 
Dalam skenario latihan PPRC TNI 2015, dunia tengah menghadapi ancaman teror, yang diawali dengan hadirnya suatu negara Tero yang ingin menguasai Asia Tengara, yaitu Thailand, Filipina, dan Indonesia yang menjadi basisnya adalah di Gunung Biru Poso, Pesisir.   Pegunungan Biru itu telah dikuasai oleh negara Tero, oleh karena itu pegunungan itu dikepung selama satu hari oleh pasukan dari ribuan personel TNI gabungan Angkatan Darat, Laut dan Udara, untuk mengambil alih wilayah ini akan dibombardir terlebih dahulu pasukan Marinir dan lintas udara.
 
Pasukan Marinir telah bergerak dari KRI Hasanudin menuju ke arah pantai untuk merebut kembali wilayah yang telah dikuasai oleh terorisme. Kemudian, pasukan meminta bantuan untuk membombardir wilayah Gunung Biru.  Dua unit RM-70 Grade Marinir menembakan 20 roket ke arah sasaran untuk memberikan keleluasaan bagi pasukan penerjun dari Linud 502 Kostrad guna melakukan operasi penyerbuan.   Tak hanya itu, KRI Hasanudin juga melancarkan serangan dengan meluncurkan 12 roket ke Teluk Poso yang telah dikuasai oleh negara Tero.
 
Berselang beberapa menit, empat unit pesawat tempur F-16 melakukan serangan udara dengan meluncurkan granat ke sasaran yang telah dikuasai oleh kelompok terorisme. Setelah itu, sepuluh unit pesawat angkut Hercules C-130 menerjunkan 500 penerjun untuk melakukan serangan darat ke sasaran yang sudah mulai dikuasai oleh TNI.   Tak berlangsung lama, dua unit Heli Serang MI-35 dan Heli Bell 412 diterjunkan untuk membantu dalam merebut kembali wilayah yang telah dikuasai oleh negara Tero.   Akhirnya pasukan PPRC TNI berhasil menguasai kembali Gunung Biru.
 
Menurut Panglima TNI, skenario latihan ini berawal dari operasi Intelejen yang memberikan gambaran tentang Poso.  Dari data intelejen tersebut, selanjutnya kita melakukan perencanaan operasi tempur, yang dilanjutkan dengan operasi teritorial. Latihan PPRC TNI untuk mengantisipasi munculnya kelompok radikalisme di Indonesia. Saya mensinyalir di Poso, seolah-olah kelompok radikal itu nyaman di sana. Saya khawatir orang-orang yang pergi ke Irak dan Suriah, akan pulang dan bermarkas di Poso”, kata Jenderal TNI Moeldoko.
 
Jenderal TNI Moeldoko juga mengungkapkan bahwa, latihan PPRC TNI sengaja digelar berkaitan dengan isu terorisme yang sedang diantisipasi oleh pemerintah, khususnya setelah beberapa warga negara Indonesia diketahui bergabung dengan kelompok radikal Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).  “ISIS adalah sebuah ancaman yang harus dikelola dengan baik oleh semua instansi negara karena jika tidak ditangani dengan tepat, paham ISIS dapat menjadi ancaman faktual yang merusak nasionalisme”, tegas Panglima TNI.
 
Setelah operasi tempur selesai, TNI melakukan operasi teritorial dengan melakukan rehabilitasi baik secara fisik maupun non fisik. Berupa pembangunan rumah dan pengembalian kepercayaan masyarakat tentang wawasan kebangsaan.
 
Latihan PPRC di Poso mengambil tema PPRC TNI melaksanakan Operasi Militer untuk Perang (OMP) dengan melaksanakan penindakan awal untuk menghancurkan agresor guna merebut kembali Poso Sulteng dalam rangka mempertahankan keutuhan dan kedaulatan NKRI.
 
Adapun tujuan Latihan PPRC TNI, antara lain, melatih keterampilan unsur pimpinan dan pembantu pimpinan dalam menyusun konsep operasi melalui prosedur hubungan komandan dan staf;  menguji konsep operasi sebagai hasil dari proses pengambilan keputusan Komandan PPRC TNI dan staf dalam rangka mengantisipasi dan merespon kemungkinan kontijensi di wilayah tertentu.   Selain itu, menguji kemampuan dan keterampilan satuan PPRC TNI dalam melaksanakan tindakan awal terhadap kontijensi yang timbul di wilayah sesuai Rencana Operasi yang disusun. (TNI AD)

TNI tunggu perintah Presiden, selamatkan WNI di Yaman

TNI tunggu perintah Presiden, selamatkan WNI di Yaman
Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko
 
Poso - Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko menyatakan masih menunggu perintah Presiden Joko Widodo melalui Menteri Luar Negeri Retno L.P. Marsudi untuk menyelamatkan Warga Negara Indonesia (WNI) yang terjebak di Yaman yang sedang didera konflik bersenjata.

"Saya sudah sampaikan kepada Menlu bahwa TNI Angkatan Udara telah disiagakan penuh. Menit ini juga bila diminta untuk berangkat ke Yaman, kita siap. Kita tunggu perintah dari Presiden Jokowi melalui Menlu," kata Panglima TNI usai acara Bakti Sosial di sela-sela Latihan Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) TNI 2015 di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, Selasa.

Menurut dia, penyelamatan WNI yang terjebak di Yaman sesuai rencana yang telah disusun bahwa WNI yang terjebak di Yaman akan dikeluarkan menggunakan pesawat TNI Angkatan Udara, kemudian akan dijemput dengan menggunakan bus ke pangkalan udara atau ke tempat yang aman, baru kemudian diterbangkan dengan pesawat sipil ke Indonesia.

"Tugas kita menyelamatkan WNI yang ada di Yaman untuk segera diamankan. Baru nanti, menggunakan penerbangan sipil ke Indonesia," tuturnya.

Pemerintah Republik Indonesia bertekad dan terus mengupayakan berbagai cara untuk menyelamatkan WNI yang masih terjebak di Yaman.

"Saya baru bicara dengan Menlu tentang bagaimana mengeluarkan (WNI dari Yaman)," kata Wakil Presiden Jusuf Kalla kemarin.

Menurut Jusuf Kalla, hal yang dibicarakan termasuk melewati jalur apa pemerintah dapat mengeluarkan WNI dari Yaman, baik itu melewati udara, darat, maupun laut, dan kemudian mungkin dikeluarkan melewati Arab Saudi, Oman atau Dubai di negara Uni Emirat Arab. (Antara)

Heli Operation Insertion Digelar di Baluran

Fast rope dilakukan prajurit Taifib Korps Marinir TNI AL.
 
Prajurit Taifib Korps Marinir TNI AL dan prajurit US Marsoc yang terlibat dalam latihan bersama Lantern Iron 15-5524 menggelar latihan heli operation insertion di Pusat Latihan Tempur Korps Marinir Baluran, Karangtekok, Situbondo, Jawa Timur.

Dalam latihan tersebut juga melibatkan satu buah heli Bell 412 milik Skuadron 400 Wing Udara-1 Puspenerbal yang di piloti Lettu Laut (P) V. Oktomiawan dan Copilot Lettu Laut (P) Tri Yudha.

Pelaku dibagi menjadi empat tim, tiga tim melaksanakan fast rope dan menembak barikade, sedangkan satu tim melaksanakan menembak sniper dan menembak senjata otomatis.

Mayor Marinir Freddy Ardianzah selaku Komandan Satgas Latihan mengatakan, latihan helo operation insertion merupakan latihan yang menggabungkan beberapa materi yang telah diberikan prajurit US Marsoc kepada prajurit Taifib Korps Marinir. Adapun materinya yaitu fast rope, menembak barikade, menembak sniper dan menembak senjata otomatis.

Tujuan dilaksanakannya heli operation insertion, lanjutnya, untuk mengetahui sejauh mana prajurit Taifib Korps Marinir menyerap materi latihan yang telah diberikan US Marsoc selama berlangsungnya latihan Lantern Iron 15-5524 di Puslatpur Baluran Karangtekok.

Usai pelaksanaan latihan, Kapten USMC Samuel Edward Moore menyampaikan rasa puasnya melihat prajurit Taifib Korps Marinir dapat mempraktekkan semua materi yang telah diberikan selama ini, meskipun masih ada beberapa hal yang perlu ditingkatkan lagi, yaitu masalah manuver dan komunikasi saat melaksanakan menembak barikade.(Suara Surabaya)

Satu Flight F-16 Lanud Iwj Berangkat Latihan PPRC Di Poso


Komandan Lanud Iswahjudi, Marsekal Pertama TNI Donny Eramawan T., M.D.S., mengantar keberangkatan dengan memberikan ucapan selamat kepada penerbang tempur Skadron Udara 3 Lanud Iswahjudi, Minggu (28/3/15). (foto: Pen Lanud Iswahjudi).
Komandan Lanud Iswahjudi Marsekal Pertama TNI Donny Eramawan T., M.D.S., beserta Kadispers Lanud Iwj Letkol Pnb Irwan Pramuda, melepas keberangkatan unsur tempur satu flight pesawat F-16 Fighting Falcon, dalam rangka latihan PPRC, menuju pangkalan aju Lanud Hassanudin Makasar, Minggu (29/3).
Dalam melaksa
nakan misi latihan Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC), yang dilaksanakan di Poso, dalam rangka menguji kesiapsiagaan operasional satuan, dipimpin langsung oleh Komandan Skadron Udara 3 Lanud Iswahjudi Mayor Pnb Anjar Legowo.

Dalam latihan tersebut Lanud Iswahjudi memberangkatkan empat pesawat F-16 Fighting Falcon, beserta 60 personel Skadron Udara 3, serta didukung oleh tiga pesawat angkut C-130 Hercules TNI Angkatan Udara. (TNI AU)

RI Butuh Alat Canggih Ini untuk Berantas Pencurian Ikan

RI Butuh Alat Canggih Ini untuk Berantas Pencurian Ikan
Jakarta -Pemerintah Indonesia seharusnya membangun sebuah sistem yang canggih untuk memberantas praktik illegal fishing atau pencurian ikan. Saat ini sistem kontrol gerak kapal tangkap ikan di wilayah laut Indonesia masih dilakukan secara sederhana melalui alat yang dinamakan Vessel Monitoring System (VMS).

Penggunaan alat VMS diwajibkan bagi kapal berkapasitas di bawah 30 Gross Ton (GT). Sementara bagi kapal di atas 300 GT diwajibkan memasang peralatan AIS atau Automatic Identification System. Sayangnya kedua peralatan ini masih bersifat manual dan mudah dimatikan oleh nakhoda kapal.

Kasubid Pengelolaan Sistem da IT Badan Keamanan Laut (Bakamla) Letkol Maritim Arief Meidyanto mengungkapkan pemerintah Indonesia harus mengembangkan teknologi modern untuk sistem operasional kapal tangkap ikan di dalam negeri.

"Kita belum memiliki apa yang dinamakan satelit radar. Untuk memperkuat IT Bakamla, kita butuh itu. Selain itu kita butuh yang namanya radar OTH (Over The Horizon)," kata Arief saat ditemui di Gedung Mina Bahari III, Jalan Medan Merdeka Timur, Jakarta, Senin (30/03/2015).

Radar OTH mampu mendeteksi keberadaan seluruh jenis kapal yang beroperasi di laut. Teknologi ini bahkan sudah digunakan negara-negara maju, namun harga radar OTH cukup mahal.

"Rusia, Inggris, Amerika Serikat, Italia hingga Australia mereka sudah punya. Negara-negara di ASEAN belum punya," katanya.

Alat ini tentu mempermudah petugas pengawas laut dalam mengawasi gerak-gerik kapal di laut. Selain alat ini, sebuah software canggih Google Monitoring System yang dibuat produsen asal AS Google juga diperlukan pemerintah untuk memberantas illegal fishing. Hal ini yang akan dicoba Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti.

"Mereka lupa kita bisa melihat yang tidak bisa dilihat AIS yang tidak bisa dilihat VMS. Teknologi sudah luar biasa apa yang terjadi di Indonesia itu dilihat oleh dunia, tidak ada hal yang bisa kita sembunyikan lagi. Google saat ini sedang membuat satu software yang sangat luar biasa dan mereka sudah monitor seluruh pergerakan apapun yang di laut, baik itu pakai VMS atau tidak," jelas Susi.(Detik)

TNI LAKSANAKAN LATIHAN UMUM DI PULAU SAMPODAN TENGAH


 
 
Unsur Pasrat PPRC TNI  yang on board di KRI Surabaya-591 melaksanakan Latum (latihan umum) di Pulau Sampodan Tengah, Kendari, Sulawesi Tenggara, Sabtu (28/3/2015).
Kegiatan yang dipimpin langsung oleh Komandan Pasukan Pendarat (Pasrat) Mayor Marinir Bakti Dasasasi Penanggungan, S.E, yang sehari-hari menjabat sebagai Komandan Batalyon Infanteri-3 Marinir.
Komandan Pasrat PPRC TNI 2015 Mayor Marinir Bakti Dasasasi Penanggungan, S.E didamping Pasi Ops Mayor Marinir Eko Budi Prasetyo mengatakan, latihan umum tersebut dilaksanakan dalam rangka mempersiapkan seluruh alutsista dan seluruh unsur Pasrat dalam pendaratan amphibi.
Kagiatan yang dilaksanakan, lanjutnya, debarkasi 17 buah perahu karet beserta 48 personel, uji Jaring Komunikasi, pemanasan kendaraan tempur dan drill teknis pendaratan khusus (Ratsus). Kemudian untuk Peleton Taifib (16 pers) melaksanakan terjun tempur dilanjutkan penyelidikan di pantai Ratsus dan sasaran Pasrat di Poso, Sulawesi Tangah.
Komandan Pasrat PPRC TNI berharap dengan dilaksanakan Latum tersebut seluruh personel dan material benar - benar siap akan tugas pokoknya dalam pendaratan amphibi maupun pendaratan khusus, selanjutnya orang pertama di Pasrat PPRC TNI 2015  berpesan kepada seluruh personel agar selalu menyiapkan fisik dan mental untuk melaksanakan pendaratan amphibi dan selalu mengutamakan faktor keamanan (zero accident).(TNI AL)

Kodam Iskandar Muda diperkuat kapal cepat komando

Kodam Iskandar Muda diperkuat kapal cepat komando
Pangdam Iskandar Muda Mayjen TNI Agus Kriswanto (kanan) bersama perwira TNI-AD lainnya memecahkan kendi saat peluncuran Kapal Motor Cepat Komando (KMCK) di Pelabuhan Ulee Lheue, Banda Aceh, Selasa (31/3).
 
Banda Aceh  - Komando Daerah Militer Iskandar Muda (Kodam IM) kini diperkuat dengan kapal cepat komando yang akan mendukung pergerakan pasukan di wilayah perairan Aceh.

Serah terima kapal komando tersebut berlangsung secara seremoni di Markas Pembekalan Angkutan Angkatan Darat Kodam IM di Ulee Lheue, Banda Aceh, Selasa.

Kapal tersebut diserahterimakan kepada Direktur Pembekalan Angkutan Angkatan Darat Brigjen TNI Pasenga Talilah kepada Panglima Kodam IM Mayjen TNI Agus Kriswanto.

Direktur Pembekalan Angkutan Angkatan Darat Brigjen TNI Pasenga Talilah mengatakan pengadaan kapal motor cepat komando kepada Kodam Iskandar Muda merupakan upaya TNI mengembangkan alat utama sistem persenjataan.

"Kapal motor cepat komando ini diberikan untuk mendukung angkutan air, seperti pergerakan pasukan dari satu wilayah ke wilayah lain. Kapal ini juga untuk memperkuat tugas TNI menjaga kedaulatan bangsa dan negara," kata dia.

Ia mengatakan, kapal motor cepat komando tersebut memiliki panjang 17 meter, lebar empat meter, dan tinggi dua meter. Kapal menggunakan mesin water jet yang memiliki kecepatan 25 knot dengan daya jelajah 250 neutikal mil.

Sementara itu, Panglima Kodam Iskandar Muda Mayjen TNI Agus Kriswanto mengatakan, kapal motor cepat tersebut merupakan yang terbaru dan tercanggih yang dimiliki Kodam Iskandar Muda.

"Kapal ini mendukung tugas teritorial Kodam Iskandar Muda. Dengan adanya kapal ini, akan mempercepat pergeseran pasukan di wilayah perairan Aceh," ungkap Mayjen TNI Agus Kriswanto. (ANTARA News)

Tim Jupiter Latihan Perdana setelah Insiden di Malaysia, Begini Aksinya

Tim Jupiter Latihan Perdana setelah Insiden di Malaysia, Begini Aksinya
Yogyakarta - Tim Jupiter kembali beraksi di langit Yogyakarta siang ini. Mereka berlatih secara full team untuk pertama kalinya sejak insiden di Malaysia.

"Ini pertama kali latihan secara full team sejak peristiwa di Malaysia," ujar Kepala Penerangan dan Perpustakaan (Kapentak) Lanud Adisutjipto Mayor Sus Hamdi Londong di kantornya di Yogyakarta, Selasa (31/3/2015).

Pesawat Jupiter take off pada pukul 09.00 WIB, sebanyak 8 formasi ‎diperagakan dalam latihan kali ini. Sedangkan sebenarnya tim ini memiliki 16 formasi terbang.

"Latihan sekarang 8 formasi saja. Menyesuaikan jadwal penerbangan komersil dan sekolah penerbangan," ujar Londong.

Latihan ini juga menjadi persiapan untuk tampil pada acara peringatan HUT ke-69 TNI AU yang akan digelar pada 9 April di Jakarta.

Pesawat take off berurutan Jupiter 1, Jupiter 2, Jupiter 3, Jupiter 4, Jupiter 5, disusul Jupiter 6. Pesawat Jupiter 7 dan Jupiter 8 lah yang kini menggantikan Jupiter 5 dan Jupiter 6 yang mengalami insiden di Malaysia.

Keenam pesawat tampak terbang berdekatan satu sama lain, menukik secara vertikal, lalu menghujam ke bawah dan kembali terbang secara horisontal dalam hitungan beberapa detik. Memukau.

Latihan atraksi hari ini dilaksanakan selama sekitar 20 menit. Cuaca cerah mendukung latihan ini.

Anggota Tim Jupiter mengalami kecelakaan di Langkawi, Malaysia, Minggu (15/3/2015) lalu. Saat itu, mereka melakukan geladi resik untuk Eksibisi Maritim dan Kedirgantaraan Langkawi 2015. Dalam insiden itu, pilot selamat dengan menggunakan kursi pelontar. Tim Jupiter batal beratraksi di langit Langkawi.(Detik)

Satu batalyon reaksi cepat TNI siaga di Poso

Satu batalyon reaksi cepat TNI siaga di Poso
Prajurit Kostrad membawa perlengkapan tempur mereka saat gelar pasukan dalam rangka latihan Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) TNI di Taxi Way, Skadron 32 Lanud Abdul Rahman Saleh, Malang, Jawa Timur, Kamis (19/3/2015). 
 
Poso  - Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko mengataka, satu batalyon Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) TNI akan disiagakan untuk memberikan rasa aman bagi masyarakat yang ada di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah.

"Saya sudah lapor kepada Presiden Joko Widodo bila memang diperlukan, ada pasukan PPRC yang tinggal di sini untuk melanjutkan operasi dengan aparat kepolisian. Presiden pun menyetujui," kata Panglima TNI usai menghadiri acara Bakti Sosial di sela-sela latihan PPRC TNI 2015, di Kelurahan Tabalu, Kabupaten Poso, Sulteng, Selasa.

"Kita lihat nanti. Bila diperlukan, satu batalyon akan disiagakan untuk melakukan pengamanan bersama kepolisian," kata Moeldoko.

Menurut dia, latihan PPRC TNI yang diselenggarakan di Poso untuk menekan berkembangnya paham radikalisme di Indonesia, khususnya di Poso.

"TNI dan pemerintah tak pernah memberikan tempat kepada paham radikal di Indonesia, termasuk ISIS untuk berkembang di Indonesia. Kita lihat di Poso ada potensi berkembangnya paham tersebut. Oleh karena itu, kita tentukan pilihan di Poso untuk melakukan latihan PPRC," jelasnya.

Dalam kesempatan itu, Panglima TNI mengaku prihatin dengan masih adanya kecemasan dan ketakutan dari masyarakat mengenai situasi keamanan di Poso, yang rawan terjadinya konflik horizontal.

"Saya prihatin dengan pernyataan tokoh masyarakat, dimana masih ada kecemasan dari masyarakat tentang situasi keamanan. TNI ingin melihat situasi dalam negeri dalam keadaan baik, kondusif dan aman. Kita hidup di negara yang sudah cukup lama merdeka, sesungguhnya tak perlu ada lagi perasaan itu," jelas Panglima TNI.

Panglima TNI pun mengingatkan, bahwa Indonesia merupakan negara yang kaya dengan sumber daya alamnya, namun bila tak bisa dikelola maka akan terjebak dalam kondisi yang terjadi pada negara lain, seperti Afrika Selatan dan Timur Tengah.(ANTARA News)

Pemerintah Evakuasi 220 WNI di Yaman Tahap Pertama

Juru bicara Kementerian Luar Negeri, Arrmanatha Nasir.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri, Arrmanatha Nasir. (Kemlu)

Jakarta - Saat ini pemerintah mengevakuasi warga negara Indonesia (WNI) dari Yaman. Berdasarkan data terbaru hari ini, Selasa (31/3), sebanyak 220 WNI sudah berada di kota yang relatif masih aman di Yaman, Al Hudaydah, dan akan segera dievakuasi ke Kota Jizan, Arab Saudi. Ada dua opsi pemindahan dari Al Hudaydah ke Jizan, yaitu memakai pesawat TNI Angkatan Udara (AU) atau menempuh jalur darat sejauh 600 - 700 kilometer (km).

Juru bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu), Arrmanatha Nasir mengatakan, jumlah WNI yang akan dievakuasi sangat dinamis atau bisa berubah dari menit ke menit.

Pada Senin (30/3), Menteri Luar Negeri (menlu), Retno Marsudi mengatakan, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Sanaa akan mengevakuasi 90 WNI dari Sanaa menuju ke Kota Al Hudaydah, namun angka itu bertambah menjadi 190 orang. Setibanya 190 WNI tersebut di Al Hudaydah, ternyata sudah ada 30 WNI yang menunggu di situ, sehingga total WNI yang akan dievakuasi mencapai 220 orang.

“Proses evakuasi untuk WNI kita di Yaman, utamanya akan mengeluarkan mereka ke wilayah terdekat, seperti Salalah di Oman dan Jizan di Arab Saudi. Prinsipnya, evakuasi harus aman, cepat, dan efisien,” kata Arrmanatha, Jakarta, Selasa (31/3).

Menurut Arrmanatha, pemerintah sudah mengirimkan satu pesawat TNI AU jenis Boeing 737 untuk evakuasi WNI. Pesawat itu termasuk jenis pesawat untuk penerbangan jarak dekat, dengan kapasitas sekitar 120 - 200 penumpang.

Saat ini, di Yaman masih ada 4.159 WNI, yang terdiri dari 2.626 mahasiswa, 1.488 pekerja profesional bidang minyak dan gas, dan 45 orang staf KBRI dan keluarganya.

Arrmanatha mengatakan, evakusi WNI akan terus dilakukan, terutama untuk menggeser WNI dari Ibu Kota Yaman, Sanaa, ke kota lain yang lebih aman. Dia menjelaskan, Kota Jizan, yang merupakan kota perbatasan Arab dan Yaman, tidak memiliki bandara internasional. Oleh karena itu, KBRI di Yaman masih mencari cara untuk menerbangkan 220 WNI itu menuju Indonesia.

“Pertama, kita keluarkan WNI dari daerah tidak aman ke daerah aman. Dari situ, mereka akan kita keluarkan dari Yaman, yang penting keluar dulu dari Yaman. Lalu kita cari tempat transit untuk nantinya bisa membawa mereka pulang ke Indonesia,” ujarnya.

Arrmanatha mengatakan, pesawat TNI AU juga membawa tim evakuasi gabungan dari TNI AU, Kemlu, dan kepolisian.

Mekanismenya adalah para WNI di Yaman, yang akan diminta berkumpul di beberapa safe house (rumah perlindungan) di Yaman. Selanjutnya, mereka akan dikumpulkan di satu titik untuk dijemput oleh tim evakuasi.

“Jadi tim evakuasi akan bolak balik, keluar masuk dari titik berkumpulnya WNI, untuk menjemput mereka keluar Yaman,” katanya.

Dia menambahkan, pemerintah Indonesia terus berkomunikasi dengan koalisi liga Arab, agar tidak melakukan serangan ke koordinat tertentu, yang merupakan tempat berkumpulnya WNI. Diantaranya, KBRI Sanaa, Wisma Indonesia di Sanaa, dan safe house.

“Kita sampaikan juga, ada rencana pesawat TNI AU untuk keluarkan WNI kita. Jangan sampai mereka jadi korban salah sasaran tembak,” kata Arrmanatha.(Berita Satu)

TNI belum rencanakan operasi militer di Poso

TNI belum rencanakan operasi militer di Poso
Dokumentasi Batalion Lintas Udara 700/Radider memantapkan strategi saat akan melakukan penyergapan teroris di Kantor Pertamina Region VII, Sulawesi di Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (26/11). Saat ini latihan gabungan TNI berpokok uji doktrin pertempuran gabungan Pasukan Pemukul Reaksi Cepat dilaksanakan di Poso, Sulawesi Tengah.
... jika kelak ada operasi, pasukan sudah memiliki gambaran tentang cuaca, medan dan musuh...
Palu, Sulawesi Tengah  - Panglima TNI, Jenderal TNI Moeldoko, mengaku belum merencanakan operasi militer di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, untuk mengejar dan menangkap kelompok teroris di daerah itu.

Gerombolan yang dia maksud adalah kawanan Santoso yang kin bersembunyi di hutan-hutan setempat. TNI dipastikan mengejar dan memberangus gerombolan itu sebagai bentuk kehadiran negara menjaga keamanan masyarakat. 

Jika gerombolan ini dibiarkan, Moeldoko katakan, bisa membuat gerombolan ekstrim lain --di antaranya NIIS/ISIS-- tumbuh subur di sana. Jadi sebelum terlanjur besar, diberangus terlebih dahulu.

Moeldoko kepada wartawan di Palu, Senin, mengatakan, saat ini TNI gabungan sedang melakukan latihan perang oleh Pasukan Pemukul Reaksi Cepat dengan organ utama Divisi II Komando Strategis Cadangan TNI AD, di kawasan hutan dan laut di Poso.

Dia mengatakan latihan berkekuatan 3.200 personel gabungan TNI AL, TNI AU, dan TNI AD itu dilakukan di daerah yang punya potensi ancaman keamanan sehingga pasukan TNI lebih mengenal daerah apabila suatu saat melakukan operasi.

"Jadi, jika kelak ada operasi, pasukan sudah memiliki gambaran tentang cuaca, medan dan musuh," katanya.

Latihan perang semacam itu kegiatan rutin tahunan TNI yang di daerah yang dipilih. Saat ini perburuan kelompok Santoso di Kabupaten Poso masih oleh Kepolisian Indonesia sebagai penegak hukum.

Selama 2015, polisi berhasil menangkap 10 orang yang diduga kuat merupakan jaringan kelompok Santoso yang saat ini bersembunyi di hutan.

Santoso dan kelompoknya diduga kuat telah melakukan serangkaian teror kepada petugas negara dan warga di Kabupaten Poso dan beberapa daerah di Sulawesi Tengah. Kelompok Santoso ditetapkan sebagai buronan berbahaya oleh Kepolisian Indonesia sejak tiga tahun silam namun hingga kini belum tertangkap.

Moeldoko menegaskan latihan perang yang melibatkan sekitar 3.200 personel tersebut bukanlah untuk mengejar kelompok teroris.

"Tapi kalau ketemu Santoso dan anak buahnya ya kita minta untuk menyerah atau ditembak," katanya. (ANTARA News)

Monday 30 March 2015

Mengenang Keberhasilan Operasi Woyla

Mengenang Keberhasilan Operasi Woyla - 1 
 Latihan Gabungan Satuan Gultor TNI di Madiun 
 
Jakarta - Tepat 34 tahun yang lalu di hari dan tanggal yang sama, operasi Woyla dilakukan oleh Kopassus. Saat itu hari Sabtu, 28 Maret 1981 adalah tonggak sejarah keberhasilan personel Kopassus membebaskan sandera pembajakan pesawat oleh teroris pertama yang dilakukan di Thailand.

Seperti dilansir dari berbagai sumber, kala itu 5 orang teroris yang dipimpin oleh Imran bin Muhammad membajak pesawat Garuda Indonesia jurusan Jakarta-Medan. Mereka yang mengidentifikasi diri sebagai anggota kelompok Islam ekstremis Komando Jihad naik dari Bandara Palembang saat pesawat transit.

Para pembajak yang menyamar sebagai penumpang lalu menyuruh pilot pesawat DC-9 Woyla itu, Kapten Pilot Herman Rante dan Kopilot Hedhy Djuantoro, untuk terbang menuju Kolombo, Sri Langka. Namun karena bahan bakar terbatas, pesawat lalu transit di Bandara Penang, Malaysia, untuk isi bahan bakar.

"Tuntutan mereka agar temen-temannya dibebaskan," cerita Komandan Penanggulangan Teror Kopassus, Satuan 81 Kolonel Inf Thevi Zebua di Mako Kopassus, Cijantung, Jakarta Timur, Sabtu (28/3/2015).

Sebelum pembajakan terjadi, beberapa anggota Komando Jihad memang ditahan pasca Peristiwa Cicendo di Bandung, Jawa Barat. Saat itu 14 orang dari kelompok radikal tersebut membunuh 4 personel polisi di Kosekta 65 pada 11 Maret 1981 dinihari.

Total ada 48 penumpang di dalam pesawat yang dibajak ditambah 5 kru, termasuk 3 pramugari. Mereka membacakan tuntutannya yakni: 80 anggota Komando Jihad yang menjadi tahanan politik dibebaskan, uang senilai USD 1,5 juta, orang Israel dikeluarkan dari Indonesia, dan Adam Malik dicopot sebagai wakil presiden.

Teroris juga meminta pesawat Woyla terbang ke Timur Tengah mengantar mereka beserta tahanan yang dibebaskan. Mereka mengaku telah memasang bom dan akan meledakan diri bersama pesawat berserta penumpang jika tuntutannya tidak dikabulkan.

Sehari setelah tersiarnya kabar pembajakan, pembebasan sandera dilakukan oleh Komado Pasukan Sandi Yudha (Kopassandha) yang merupakan nama Kopassus saat itu. Operasi dikomandoi oleh mantan Panglima TNI Jenderal Benny Moerdani yang saat itu menjabat sebagai Kepala Pusat Intelijen Strategis. Setelah mendapat perintah untuk menyiapkan pasukan, Benny langsung menghubungi Asrama Kopasandha yang diterima oleh sang asisten operasi, Letkol Sintong Panjaitan.

"Waktu itu zamannya pak Benny Moerdani. Pilot Garuda melaporkan adanya pembajakan pesawat oleh teroris," kata Thevi.

Saat peristiwa tersebut terjadi, Indonesia belum memiliki pengalaman dalam menangani terorisme pembajakan pesawat. Setelah melakukan pelatihan dengan meminjam pesawat Garuda, pada Minggu, 29 Maret 1981 malam, 35 anggota Kopassandha bertolak ke Bandara Don Muang, Thailand, tempat pesawat yang dibajak terakhir mendarat.

Operasi pembebasan sandera itu sempat menuai protes dari Amerika Serikat (AS). Dubes AS kala itu, Edward Masters menghubungi Benny Moerdani dan meminta agar operasi militer tersebut dibatalkan terlebih dahulu dan menunggu bantuan. Benny dengan tegas menolaknya. AS khawatir karena ada warga negaranya yang berada di dalam pesawat yang dibajak itu.

"Maaf pak, tapi ini sepenuhnya adalah permasalahan yang dihadapi Indonesia. Ini pesawat udara Indonesia," tutur Benny menjawab permintaan AS seperti ditirukan Thevi. Ia juga menegaskan bahwa Indonesia berhak mengambil segala langkah untuk meringkus para pembajak tanpa perlu meminta izin dari negara lain.

Pemimpin CIA di Thailand juga waktu itu menawarkan untuk memberi pinjaman rompi anti peluru namun ditolak karena pasukan Kopassandha telah membawa perlengkapan sendiri. Pesawat Garuda DC-10 yang membawa pasukan Kopassandha mendarat di Bandara Don Muang setelah mendapat clearance dari Thailand dengan menyamar sebagai pesawat Garuda yang baru terbang dari Eropa.

Pasukan tak bisa langsung menyergap para teroris dan menyelamatkan sandera, sebab pemerintah Thailand tak langsung memberikan izin. Akhirnya clearance diberikan usai Benny bertemu dengan Perdana Menteri Thailand saat itu, Prem Tinsulanonda. Meski deadlock sempat terjadi dalam perundingan, Indonesia bersikeras menyelesaikan sendiri pembajakan yang terjadi.

Sintong yang pada saat itu sedang terluka di bagian kakinya, memutuskan terjun ke lapangan untuk membantu anak buahnya melakukan operasi pembebasan sandera. Ia bahkan membuang tongkat penyangga kakinya. Sebelum operasi dilakukan, pasukan kembali melakukan latihan di mana seorang pilot Garuda berkontribusi memberi informasi mengenai bagian-bagian pesawat.

Salah seorang penumpang yang menjadi sandera, WN Inggris, berhasil keluar melalui pintu darurat dengan selamat karena para pembajak sudah mulai lelah. Sementara itu seorang WN Amerika yang juga berusaha menyelamatkan diri tertembak teroris dan tersungkur di aspal. Pembajak pun marah besar.

Selasa, 31 Maret 1981 dinihari, pasukan yang terbagi menjadi 3 tim mulai mendekati pesawat yang dibajak. Mereka berbaring di lantai mobil, bersama Benny yang tiba-tiba masuk dan ikut dalam operasi. Sintong pun kaget karena hal tersebut di luar skenario sebelumnya.

Di tengah deretan pasukan berseragam berbaret merah, Benny mengenakan pakaian preman dengan tangan memegang pistol. Sintong pun sempat memerintahkan anak buahnya agar mengeluarkan perwira tinggi 3 bintang itu demi keamanannya. Namun tak ada yang berani.

Dari kesaksian penumpang, serbuan dimulai dalam kegelapan malam di mana pasukan mendobrak semua pintu kabin pesawat dari luar. Baku tembak pun riuh terdengar dan membangunkan para penumpang yang sedang terlelap.

Salah satu anggota pasukan bernama Achmad Kirang dan Kapten Pilot Herman Rante tertembak dalam operasi pembebasan sandera ini. Setelah beberapa hari mendapat perawatan medis, nyawa keduanya tak dapat diselamatkan. Mereka pun dimakamkan di TMP Kalibata.

"Pak Achmad pangkatnya saat itu Peltu. Tapi karena dia gugur dalam tugas, dapat Bintang Sakti langsung jadi Perwira, kenaikan pangkat luar bisa 2 tingkat, anumerta," jelas Thevi

Drama penyanderaan tersebut akhirnya dapat diakhiri setelah 60 jam berlangsung. Di bawah pimpinan Sintong, pasukan Grup 1 Para-Komado Kopassandha berhasil menyelamatkan seluruh penumpang. Tiga orang pembajak tewas seketika, 2 lainnya meninggal beberapa saat usai ditembak. Namun pimpinan teroris, Imran bin Muhammad Zein selamat dan ditangkap. Ia pun lantas dihukum mati.

Usai penyerbuan singkat itu, Benny lalu menghubungi Kepala Bakin (sekarang BIN) Jenderal Yoga Sugomo melalui kokpit pesawat. Ia menginformasikan bahwa operasi telah selesai dijalankan. Sejumlah negara pun memberikan apreasiasi tinggi terhadap keberhasilan Indonesia tersebut.

"Sekarang kalau direfleksikan, untuk generasi penerus harus mempersiapkan segala sesuatu dalam menghadapi aksi teror," tukas Thevi.

Sementara Asintel Kopassus, Kolonel Inf Rafael G Baay menyatakan Operasi Wolya merupakan sejarah keberhasilan yang membuat pasukan Indonesia tak lagi dipandang sebelah mata oleh negara-negara maju.

"Itu yang menempatkan kita jadi nomor 3 terbaik di dunia. Belum lagi operasi-operasi lainnya seperti di Papua tahun 1997. Itu bagian dari tugas kita," ucap Rafael di lokasi yang sama.(Detik)