Pages

Friday 19 July 2013

Komisi I Mau Pastikan Pesawat Sukhoi Baru Sudah Bersenjata




TNI AU tinggal menunggu dua unit lagi untuk melengkapi Skuadron II Wing 5 Lanud Sultan Hasanuddin Makassar. Tapi, Komisi I ingin memastikan pesawat Sukhoi yang didatangkan dari Rusia itu sudah bersenjata. Sebab, apa gunanya pesawat tempur tanpa senjata.

Kalau tidak tidak ada pelurunya, sama saja itu pesawat tidak banyak memberi efek penggentar lawan. Begitu kan?
 

Jakarta – Empat unit pesawat Sukhoi pesanan TNI Angkatan Udara telah datang dari Rusia, Februari lalu. Kedatangan pesawat tempur itu menggenapkan satu skuadron yang sudah masuk dalam rencana strategis modernisasi alutsista TNI AU hingga 2014 mendatang.

Ketua Komisi I DPR Mahfudz Siddiq berencana meninjau fisik dan kelengkapan pesawat tersebut. Pihaknya ingin memastikan bahwa pesawat sudah dilengkapi paket persenjataannya. Sebab, pesawat Sukhoi yang sebelumnya datang tanpa kelengkapan peluru.

"Kalau ada senjatanya, ini akan benar-benar bisa memberi efek penggentar lawan. Kalau tidak tidak ada pelurunya, sama saja itu pesawat tidak banyak memberi efek penggentar lawan. Begitu kan?" ujar Mahfudz Siddiq, Minggu (26/5).

Untuk memodernisasi alutsista, TNI AU berupaya melengkapi pesawat tempur jenis Sukhoi di Skuadron Udara II Wing 5 Lanud Sultan Hasanuddin Makassar sebanyak 16 unit di tahun 2013. Kini skuadron tersebut sudah memiliki 14 unit pesawat jet tempur Sukhoi tipe Su-27 SKM dan Su-30 MK2 buatan industri pesawat terbang Rusia, Konsomolks-Na Amure Aircraft Production Association (KNAPO).

Berdasarkan target pada 2013, TNI AU kini tinggal menunggu dua unit pesawat dari enam unit terakhir yang dipesan oleh Indonesia dari pabrikan Rusia. Dua unit pesawat tersebut diharapkan sudah tiba di Tanah Air pada Juni mendatang.

"Sesuai dengan perencanaan semestinya tahun 2014 baru lengkap. Namun, khusus skadron 11 yang alutsistanya pesawat tempur Sukhoi kita akan dorong di tahun 2013 sudah lengkap. Jadi ini persiapan bahwa pada 2014 pesawat sudah lengkap 16 unit dan siap mengudara semua," ujar Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddi, Kamis (18/5) saat meninjau Skadron Udara 11 Wing 5 Lanud Sultan Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan.

Keahlian Tempur Suku Dayak dalam Tubuh TNI



Perang modern, melibatkan berbagai mesin tempur yang semakin lama semakin canggih. Bahkan penggunaan robot pembunuh seperti drone, telah mulai diaplikasikan oleh Amerika Serikat di wilayah perbatasan Pakistan. Akan tetapi secanggih dan sekuat apapun, mesin perang. Adakalanya, tidak bisa dipaksakan penggunaannya pada kondisi dan tempat tertentu, sehingga akan mulai bergantung kemampuan tempur individu para prajurit yang diterjunkan dimedan perang. Terutama wilayah hutan, yang akan menjadi perebutan penting untuk menguasai suatu wilayah. Karena menyangkut suplai logistik dan kebutuhan perang lainnya. Itulah sebabnya eksistensi pasukan Gurkha yang mempunyai kemampuan tempur alami, dari pegunungan Himalaya Nepal, terus dikukuhkan keberadaannya oleh Inggris, berikut negara anggota persemakmuran lainnya seperti Malaysia, Singapura, Brunai Darussalam dan lain-lain. Bisa dibilang, mereka tentara bayaran untuk negara-negara persemakmuran. Sedangkan Inggris, sebagai pemegang "hak paten" atas pasukan ini. Menggaji mereka, layaknya tentara Inggris lainnya. 

Jika kita amati, TNI tidak pernah berhenti, untuk terus meningkatkat kemampuan tempur baik dari sisi ALUTSISTA, maupun kemampuan individu prajurit yang ada didalamnya. Salah satunya adalah Yonif Raider bersumpit. Sejarah membuktikan, para suku dayak, berhasil menebar ketakutan bagi penjajah Belanda dengan senjata diam dan mematikan ini.

 
Penggunaan SUMPIT oleh Yonif Raider
“Senjata sumpit ini memang hebat dan tidak kalah dengan senjata api, pistol ataupun senapan. Oleh karenanya, satuan ini menjadi tertarik mengadopsinya menjadi salah satu peralatan tempur prajurit dan mengkombinasikannya dengan senjata organik militer mereka, Untuk dipergunakan bagi kepentingan tugas.”

Sebagai satuan tempur yang memang dalam kehidupan kesehariannya bergaul dengan senjata mematikan untuk membunuh musuh, maka Yonif 600/Raider yang bermarkas di Kalimantan ini terinspirasi oleh senjata yang biasa dipergunakan oleh Suku Dayak di pedalaman Kalimantan. Senjata Sumpit yang biasa diguakan oleh Suku Dayak ini untuk berburu binatang, dengan menggunakan anak sumpil yang ujungnya diberi racun dari ramuan getah tumbuh-tumbuhan dan bisa binatang buas, dapat menimbulkan efek kematian yang relatif singkat pada sasaran yang disumpitnya.


Realisasinya, pada Pebruari 2003 satuan ini membentuk “Tim Sumpit”, yang
personelnya diambil dari para prajurit batalyon keturunan asli Dayak. Sebulan kemudian,Yonif 600/Raider mendatangkan pelatih dari tokoh Dayak Pedalaman yang terkenal dengan sumpit beracunnya untuk melatih 25 orang prajurit tentang cara penggunaan sumpit dan pembuatan racun yang dipakai untuk anak sumpit.

Memang, sebelum masuk menjadi tentara, kedelapan puluh lima orang prajurit itu sudah terbiasa menggunakan sumpit dalam kehidupan sehari-harinya untuk berburu hewan di hutan. Namun didalam penggunaan ramuan yang dipakai untuk anak sumpit berbeda-beda, karena mereka berasal dari bermacam-macam Suku Dayak. Agar terdapat kesamaan dalam penggunaan ramuan racun anak sumpit, yang menghasilkan racun yang sangat bagus, mematikan dan ccpat rcaksinya, makamercka dibimbing sclama tiga bulan oleh para tokoh Suku Dayak pedalaman Kalimantan itu. Selain itu, mereka juga mendapat pelatihan tentang bagaimana cara membawa dan teknik menggunakan senjata sumpit di medan pertempuran, mengingat mereka juga harus tetap membawa perlengkapan perorangan, termasuk ransel dan sejata api.


Setelah latihan selesai, lalu keduapuluhlima orang prajurit itu disebar kekompi-kompi dan pada setiap seminggu sekali mereka memberikan pelatihan kepada rekan-rekannya yang lain, agar seluruh anggola Yonif 600/ Raider mampu menggunakan sumpit.

Inisiatif dan upaya keras untuk menjadikan Sumpit sebagai senjata prajurit ini ternyata tidaklah sia-sia. Terbukti saat Yonif 600/ Raider bertugas ke Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) 2004¬2005, personel Tim Sumpit yang disebar ke dalam tiap-tiap tim, dengan pembagian di setiap tim terdapat tiga hingga empat orang prajurit berkemampuan menggunakan senjata Sumpit, berhasil membunuh empat orang. pemberontak GAM, sekaligus menyila empat pucuk senjata AK-47 yang mereka pakai.

Ceritanya, pada Pebruari 2004 saat “Tim Anas-1 Kipan A Yonif 600/Raider yang dipirnpin Lettu Inf Mulyadi melaksanakan penyergapan di Kampung Blang Sukun, Pidie. Ketika itu, tim dibagi menjadi empat kelompok, salah sulu tim dipimpin Oleh Kopda Impung Upai, salah satu personel “Tim Sumpit, yang jabatan sehari-harinya di satuan adalah sebagai Tamtama Penembak SMR (Senapan Mesin Ringan). Sebelum kelompok lain masuk kedudukan, Kelompok-4 yang dipinpin Kopda Impung Upai, putra asli Dayak kelahiran Datah Bilang, Tenggarong 6 .luli 1977  ini adalah kelompok yang pertama kali masuk kedudukan. Saat akan masuk, terlihat satu orang pos tinjau GAM lengkap dengan senjata AK 47 sedang berjaga-jaga. Agar gerakan tetap rahasia dan kehadiran pasukan tidak diketahui musuh, Kopda Impung Upai lalu melumpuhkan pos tinjau tersebut dengan menggunakan sumpit. Anak sumpit tepat mengenai leher bagian belakang anggota GAM itu. Tidak lebih dari 10 detik, orang itu roboh dengan tidak menimbulkan suara berisik . Senjata lain mereka ambil. Dengan tewasnya pos tinjau GAM tersebut, kelompok lain dari pasukan Yonif 600/Raider dapat masuk kedudukan dengan aman tanpa diketahui GAM dan penyergapanpun dapat dilaksanakan dengan sukses tanpa ada korban dari pihak kawan.

Raider menggunakan sumpit sebagai senjata mematikan untuk menghadapi musuh di dalam penugasan inilah, yang merupakan ciri khas Yonif 600/Raider dan membedakan satuan kami dengan satuan raider lainnya di Indonesia” Danyonif 600/Raider letkol Inf R. Haryono. Penggunaan sumpit memang sangat cocok untuk pasukan raider, yang salah satu semboyannya adalah “senyap dalam bergerak”. Selain untuk menjaga kerahasiaan gerak pasukan,juga untuk “bunuh senyap”. Keberadaan senjata sumpit terasa tepat menggantikan fungsi senjata berperedam, yang Iebih diperuntukkan bagi aksi pertempuran kota atau Pertempuran .larak Dekat (PJD) dan tidak dipergunakan untuk medan-medan penugasan berupa hutan.

Dengan mempelajari kesuksesan penggunaan sumpit di medan tugas, maka sampai sekarang Yonif 600/Raider tetap memelihara kemampuan personelnya dalam menggunakan sumpit dan menjadikan penggunaan sumpit sebagai kualipikasi seluruh personel Yonif 600/Raider, sekaligus melakukan regenerasi personel Tim Sumpit dengan merekrut para prajuril batalyon yang berasal dari etnis Dayak. Suku Dayak mengenal berbagai macam senjata yang biasa digunakan untuk berburu dan berperang pada zaman dahulu atau untuk kegunaan sehari-hari, seperti di ladang. Misalnya sumpitan (sipet), mandau, lonjo (tombak), perisai (telawang), dan taji.

Senjata sumpit berupa buluh dari batang kayu bulat sepanjang 1,9 meter hingga 2,1 meter. Sumpit harus terbuat dari kayu keras seperti kayu ulin, tampang, lanan, berangbungkan, rasak, atau kayu plepek. Diameter sumpit dua hingga tiga sentimeter yang berlubang di bagian tengahnya, dengan diameter lubang sekitar satu sentimeter. Lubang ini untuk memasukkan anak sumpit atau damek. Secara tradisional, kalau ingin tepat sasaran dan kuat bernapas, panjang sumpit harus sesuai dengan tinggi badan orang yang menggunakannya, Bagian yang paling penting dari sumpitan, selain batang sumpit, yaitu pelurunya atau anak sumpitnya yang disebut damek. Ujung anak sumpit runcing, sedang bagian pangkal belakang ada semacam gabus dan sejenis dahan pohon agar anak sumpit melayang saat menuju sasaran.Racun damek oleh etnis Dayak Lundayeh disebut parir. Racun yang sangat mematikan ini merupakan campuran dari berbagai getah pohon, ramuan tumbuhan serta bisa binatang seperti ular dan kalajengking. Selain beracun, kelebihan yang dimiliki senjata ini dibandingkan dengan senjata khas Dayak lainnya, yakni kemampuan mengenai sasaran dalam jarak yang relatif jauh. Jarak efektif bisa mencapai puluhan meter, tergantung kemampuan si penyumpit. Selain itu, senjata ini juga tidak menimbulkan bunyi. Unsur senyap ini sangat penting saat mengincar musuh maupun binatang buruan yang sedang lengah.
majalah Defender

Pesawat Super Tucano Bermasalah

Super Tucano TNI AU (photo:Rafael-Cruz.)
Super Tucano TNI AU (photo:Rafael-Cruz.)

TNI AU dinilai kecolongan dalam membuat kontrak pembelian satu skuadron pesawat tempur ringan Super Tucano EMB-314/A-29 buatan Brasil.  Hal ini karena Embraer Defense System, tidak menyediakan kemudahan soal perawatan dalam suku cadang. “Tidak ada garansi klaim dalam pembelian pesawat ini,” kata sumber Tempo di TNI AU.

Menurut sumber tersebut, garansi seharusnya diberikan kemudahaan bagi TNI AU dalam memperoleh jasa pemeliharaan dalam pembelian suku cadang pesawat tempur. Pesawat membutuhkan perawatan berkala yang diukur berdasarkan lamanya jam terbang dan selama perawatan, beberapa komponen harus diganti.
Wahasil, sejak beberapa bulan lalu, dua dari empat pesawat harus masuk hangar perawatan berkala. Sayangnya, suku cadang yang diganti tidak bias dikirim ke Indonesia. TNI AU pun terpaksa mengirim komponen ke Brasil untuk diperbaiki di negara itu.

“Sekarang hanya dua pesawat Super Tucanon yang siaga,” ujarnya. TNI AU sendiri, tidak memiliki anggaran pengiriman komponen. Akibatnya, TNI AU terpaksa merogoh kocek sendiri untuk mengirim komponen ke pabrik pembuatan. Ia membandingkan pembelian Sukhoi buatan Rusia beberapa tahun lalu yang memberikan garansi perawatan. Ketika itu, Sukhoi memberikan jaminan suku cadang rutin selama satu tahun.

Kepala Badan Sarana Pertahanan Kementerian Pertahanan, Laksamana Muda Rachmad Lubis, mengatakan TNI AU sudah mengantongo garansi dari Embraer. Hanya saja, mekanisme pelaksanaan belum memudahkan TNI AU. “Minggu lalu kontrak sudah diamandemen, garansi sudah oke.”
Ihwal pengiriman komponen ke Brasil, Rachmad mengatakan, sudah sesuai dengan prosedur. Di negara pembuatnya, komponen dianalisis untuk diperbaiki.

Super Tucano TNI AU (photo:viva.co.id)
Super Tucano TNI AU (photo:viva.co.id)

Super Tucano merupakan jenis pesawat tempur ringan yang lincah dalam bermanuver, sebagai pengganti OV-10 Bronco buatan Amerika. Super Tucano memiliki kemampuan menyerang musuh dengan presisi tinggi. Dalam latihan gabungan di Asembagus, Situbondo, pesawat ini mampu menghabisi semua sasaran tembak yang ada.

Empat unit Super Tucanon telah didatangkan disimpan di Pangkalan Udara Abdulrachman Saleh, Malang. Empat pesawat ini merupakan penyerahan tahap awal dari 16 pesawat yang dibeli seharga US$ 143 juta atau Rp. 1,3 triliun.  Sisanya akan tiba pada semester pertama 2014. (Koran Tempo, 16 Juli 2013).

jakartagreater

Sukhoi T-50 Akan Siap Tahun Ini



MOSCOW: Sukhoi PAK FA (Prospective Airborne Complex of Frontline Aviation), alias pesawat tempur siluman T-50, akan segera diterima Angkatan Udara Rusia pada akhir tahun ini. Tahap akhir pengembangan mesin T-50 telah selesai, pihak Sukhoi mengatakan baru-baru ini.
Sukhoi T-50
Sukhoi T-50 (Foto via aircraftinformations.com)

Menurut militer Rusia, yang baru saja menyelesaikan satu tahap lagi uji coba penerbangan T-50, hasil awal menunjukkan bahwa T-50 setara dan bahkan lebih baik pada beberapa kemampuan tertentu dibandingkan dengan saingan utamanya F-22 Raptor dari Amerika Serikat.

Dirjen United Aircraft Corporation Rusia*, Mikhail Pogosyan, mengatakan lima unit prototipe T-50 yang sudah berhasil dalam proses uji coba, telah memotivasi para desainernya untuk mempercepat proses produksi sekaligus menutup kesenjangan dengan Amerika Serikat (F-22). F-22 Raptor sendiri telah lama digunakan oleh Angkatan Udara AS, F-22 juga dianggap sebagai pesawat tempur tercanggih saat ini.

Menurut para desainer, T-50 merupakan perwujudan pesawat tempur Rusia yang menggunakan teknologi baru. Sejumlah desain inovatif telah diimplementasikan ke dalam mesin, termasuk teknologi siluman, lapisan dan material konstruksi baru, artificial intelligence, element base, yang menjadikan pesawat tempur Rusia memiliki teknologi baru secara kualitatif.

Bahan plastik karbon polimer juga diterapkan untuk T-50. Beratnya 50 persen lebih ringan dari aluminium. Bahan inilah yang menjadi 70 persen bahan yang digunakan pada permukaan T-50. Bobot T-50 juga telah direduksi hingga menjadi hanya seperempat dari pesawat tempur yang terbuat dari bahan konvensional, ini memungkinkan para desainer untuk menambah muatan tempur (peralatan dan persenjataan) T-50.

Biro Desain Sukhoi menggarisbawahi kemampuan radar, visibilitas optik dan inframerah yang belum pernah diterapkan sebelumnya. Area refleksi efektif T-50 berjumlah 0,5 meter persegi, sedangkan pendahulunya Su-30, memiliki area refleksi efektif sebesar 20 meter persegi. Ini berarti bahwa Su-30 akan muncul pada layar radar sebagai benda logam 5x4 meter, sedangkan refleksi T-50 hanya akan 1/40-nya saja dari Su-30, sehingga jauh lebih sulit untuk dideteksi. Ditambah lagi dengan kemampuan manuvernya yang luar biasa yang telah menjadi ciri khas pesawat-pesawat tempur Sukhoi selama ini.

Selain itu, T-50 sudah memenuhi persyaratan utama untuk pesawat tempur modern -intelektualisasi tingkat tinggi. Radarnya, dilengkapi dengan active electronically-scanned array (AESA), bisa "melihat" segala sesuatu di udara atau di darat pada jarak ratusan kilometer. Radar ini juga dapat melacak target udara dan darat secara bersamaan, sekaligus terus mengancamnya pada garis bidik senjata/rudal.
Sukhoi T-50
Sukhoi T-50 (Foto via defence.pk)

Beberapa lusin sensor juga melekat di beberapa bagian dari lambung pesawat generasi kelima ini, yang tidak hanya berguna untuk memonitor sekitar, tetapi juga digunakan untuk pertukaran data secara real time dengan operator di darat dan udara pada saat yang bersamaan. Fitur "E-pilot" T-50 akan terus menganalisis situasi, memberikan opsi untuk tindakan pilot. Pilot akan menerima data penerbangan dan data tempur sebagian besar dalam bentuk simbol-simbol dan tanda-tanda, sehingga lebih mudah untuk diproses dan secara substansial mengurangi "tekanan" pada pilot, untuk memungkinkan si pilot agar tetap fokus pada misi taktisnya.

T-50 mampu lepas landas dan mendarat di landasan pacu yang hanya sepanjang 300-400 meter. Ke depan, kemampuan inilah yang akan menjadi dasar pengembangan versi T-50 untuk Angkatan Laut Rusia. Senjata dan rudal T-50 akan disimpan seluruhnya di dalam kompartemen internal (internal weapon bay) agar tidak merusak fitur silumannya. Menurut beberapa pernyataan, kompartemen senjata T-50 tersebut mampu membawa hingga delapan rudal udara ke udara R-77 atau dua bom udara pandu berbobot 1500 kg. Selain itu, T-50 juga bisa membawa dua rudal jarak jauh, ini untuk menghadapi pertempuran dengan target terletak sejauh 400 km.

India ikut andil dalam pengembangan pesawat tempur generasi kelima ini, karena program yang sarat teknologi tinggi ini dinilai sangat menjanjikan bagi India. New Delhi setidaknya telah mengalokasikan hampir US$ 25 miliar untuk pengembangannya dan berharap versi T-50 untuk India** akan selesai pada tahun 2018. Militer Rusia sendiri mengharapkan serial produksi untuk pesawat ini sudah akan diterima secepatnya pada tahun ini, dan berencana untuk melakukan pembelian awal sebanyak 70 unit.


* United Aircraft Corporation (UAC) adalah sebuah perusahaan saham Rusia terbuka bersama dengan mayoritas saham milik Pemerintah Rusia yang mengkonsolidasi perusahaan konstruksi pesawat terbang swasta Rusia dan milik negara dan aset bergerak dalam bidang manufaktur, desain dan penjualan militer, sipil, transportasi, dan pesawat tak berawak. 
** Versi T-50 untuk India dua kursi serta beberapa fitur lain yang diinginkan India. Atau dari kabar yang beredar kemungkinan akan tetap satu kursi karena India menilai biaya pengembangannya akan jauh lebih besar.
 

Thursday 18 July 2013

Nama Calon KAPOLRI akan Diserahkan ke Presiden

Nama Calon KAPOLRI akan Diserahkan ke Presiden
Samarinda • KOMISI Kepolisian Nasional (Kompolnas) akan menyerahkan nama calon Kapolri kepada Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono pada akhir Juli 2013.

Komisioner Kompolnas Hamidah Abdurrachman kepada Antara di Samarinda, Rabu (17/7/2013), menyatakan terdapat sembilan nama calon Kapolri yang sudah dikantongi Kompolnas, tiga di antaranya jenderal berbintang tiga sementara enam lainnya jenderal bintang dua.

"Target kami akhir Juli 2013 untuk menggodok nama calon Kapolri yang akan diserahkan ke presiden. Jika merujuk pada pernyataan juru bicara istana bahwa presiden akan mengumumkan nama Kapolri yang baru pengganti Timur Pradopo pada Agustus, maka kami targetkan finalisasi penentuan nama-nama calon Kapolri akan selesai hingga bulan ini," ungkap Hamidah Abdurrachman.

Finalisasi penetapan nama calon Kapolri ini mengalamai beberapa kali penundaan. Hamidah Abdurrachman menjelaskan, persoalan ini disebabkan tertundanya rapat pleno karena kesibukan komisioner Kompolnas.

"Pada finalnya, kami akan mengerucutkan nama-nama calon Kapolri itu. Namun, itu juga tergantung hasil rapat pleno, apakah kesembilan nama itu akan diserahkan ke presiden atau akan dikecurutkan terlebih dahulu," katanya.

"Saat ini kami belum mengerucutkan nama-nama itu karena komisioner Kompolnas selalu tidak lengkap. Seperti sekarang, ketika mau dilakukan rapat pleno beberapa komisioner bertugas di luar daerah dan ada yang keluar negeri.

Dari sembilan calon Kapolri tersebut, tiga di antaranya jenderal bintang tiga yakni, Komisaris Jenderal Sutarman, Komjen Budi Gunawan dan Komjen Anang Iskandar.

"Ketiga jenderal bintang tiga ini pasti akan menjadi nominator sebab syaratnya memang harus berpangkat Komjen. Kami sudah bertemu dan bertatap muka dengan mereka dan ketiganya memang layak karena sudah bintang tiga dan tentu dari aspek pengetahuan, wawasan, kemampuan dan kepribadian mereka sangat layak untuk jadi Kapolri," ujar Hamidah.(P)

pelitaonline

T-33A Awalnya Bukan Pesawat Tempur

Satu unit T-33 tampak sedang parkir di depan hangar Lanud Madiun, Jawa Timur.
Kedatangan pesawat T-33A ke Indonesia bersamaan dengan kedatangan pesawat F-86 Avon Sabre dari Australia di tahun 1973. Dengan demikian fasilitas yang dibangun di Madiun berupa renovasi sarana bantuan penerbangan juga dipakai buat pesawat T-33A yaitu overlay landasan, pembangunan pergudangan dan pembangunan fasilitas pengisian bahan bakar. Konsep awalnya pesawat T-33A direncanakan untuk mengganti pesawat L-29 Dolphin, sehingga waktu datang pesawat ini berwarna abu-abu dengan cincin kuning sertafinflash yang juga kuning layaknya pesawat yang dioperasikan oleh Kodikau.
Awalnya masuk Skadik 017 (Advance Training) dengan home base di Lanuma Iswahyudi, Madiun dengan registrasi A-3301. Satu tahun berikut tepatnya tang-gal 3 Mei 1974 pesawat diserahkan ke Kohanudnas dengan demikian registrasi menjadi J-3301 lalu menjadi TS-3301 setelah semua registrasi pesawat militer di Indonesia. Pesawat yang datang dalam kegiatan bersandi Peace Modern Project ini adalah program dari Amerika guna membantu mempertahankan kualitas pilot tempur Indonesia yang menurun kemampuannya setelah dikandangkannya pesawat Blok Timur pada tahun 1966. Untuk itu terpilih enam pilot dan dua perwira teknik yang belajar ke Amerika (Lachland AFB dan Cloves AFB) guna menangani pesawat T-33A T-Birds. Sedang teknisi dipercayakan kepada Kapten TPT Utih dan Lettu TPT Subagyo Sutomo.
Sejumlah T-33 yang dioperasikan dalam misi tempur sedang dipersiapkan di Lanud, Baucau , Timor Leste.
Mereka para teknisi mendapat pelatihan yang cukup lengkap, setelah sekolah bahasa di Lackland AFB bersama para pilot langsung dikirim ke Chanute AFB, Ilinois untuk belajar Aircraft Maintenance Officer Course (AMOC) selama enam bulan. Program selanjutnya dua perwira TNI AU tersebut melanjutkan sekolah di Shepard AFB, Kansas, dalam program yang disebut Technician Instructional Course dan berakhir di Cannon MB, New Mexico, selama dua bulan lalu On the Job Training (OJT) di pesawat T-33A yang berada di pangkalan Cannon AFB juga. Sedangkan ke 12 teknisi Bintara dan Tamtama setelah belajar bahasa Inggris teknik di Lack-land langsung bergabung dengan dua perwira di Cannon AFB untuk melaksanakan OJT. Sedangkan pesawatnya sendiri diambilkan dari military-stock Amerika di Subic, Filipina. Kemampuan lebih inilah yang nanti dimanfaatkan oleh TNI AU guna melaksanakan program yang disebut Modification A/C Structure Program Reinforcement tahun 1975 yaitu penggantian wing rod spar dilaksanakan di Depolog-30, Malang.
Terbang dari Filipina
Secara bergelombang pesawat diterbangkan dari Subic langsung ke Madiun oleh para pilotAU AS dalam empat gelombang pengiriman. Gelombang pertama tiba di Madiun pada tanggal 17Apri1 (lima pesawat), gelombang kedua tiba tanggal 1 Juni (lima pesawat), gelombang ketiga tanggal 15 Juni (lima pesawat) dan gelombang terakhir pada tanggal 22 Juni (em-pat pesawat) semua terjadi pada tahun 1973. Setelah lengkap 19 unit pesawat T-33 tiba di Madiun, pada tanggal 23 Agustus 1973 diadakan penyerahan dari pemerintah Amerika kepada pemerintah Indonesia yang diwakili oleh Jenderal TNI Pangabean yang kala itu menjabat sebagai Menteri Pertahanan merangkap sebagai Panglima ABRI.
Khusus untuk T-33 yang telah dipersenjatai di cat warna hijau dengan logo ikan hiu di nose-nya.
Selanjutnya dimasukkan ke dalam Skadik 017 dan menempati hanggar eks Skadron-42 (hangar F-16 saat ini) dengan komandan Mayor Pnb Isbandi Gondosuwignjo sehingga berhak memakai call sign Thunder-01 meskipun beliau aslinya adalah Thunder-08. Sehari setelah dilantik sebagai Komandan Skadik 017 hari berikutnya tanggal 4 Mei 1974 pesawat T-33A masuk alam jajaran Kohanudnas dan dinamakan Satuan Buru Sergap T-33A berdampingan dengan Satuan Buru Sergap F-86 di bawah satuan organik Kohanudnas yaitu Komando Satuan Buru Sergap disingkat Kosatsergap. Mayor Pnb Isbandi tetap menjadi komandan Satsergap T-33.
Modifikasi Swadaya
Meskipun bernama Peace Modern Project, ternyata pesawat T-33A adalah pesawat yang betulbetul payah kondisinya. Selain tidak bersenjata, pesawat ini masih menggunakan radio UHF (model militer Amerika) serta adanya batasan manuver yang hanya plus 3G, betul-betul pesawat latih jet yang tidak bisa dibuat manuver sama sekali. Berkat kajian dari Kolog (Komando Logistik, kini Koharmatau) maka oleh Depolog-30, Malang, diadakan penguatan pada wing rod spar sehingga pesawat dapat melakukan full maneuver hingga plus 7g serta radio yang diubah menjadi VHF, standar komunikasi pesawat di Indonesia. Kegiatan peningkatan kemampuan ini dilakukan para teknisi yang sekolah di Amerika, dibantu tujuh personel AU AS yang bertindak sebagai Technician Representative atau lebih dikenal dengan sebutan Techrep.

Dengan kemampuan ini maka para pilot T-33 mulai melakukan latihan air-to-air maneuver sebagai dasar manuver pesawat Kohanudnas dan mengantar pesawat ini dilibatkan pada Latma (Latihan Bersama) bersandi Elang Malindo 1 yang diadakan di Butterworth, Malaysia. Meskipun pesawat F-86 dari satuan Satsergap F-86 juga ikut Latma Elang Malindo 1 namun pesawat ini hanya sampai Medan. Dengan demikian pesawat T-33 adalah pesawat ternpur pertama milik TNI AU yang terbang dan berlatih hingga ke luar negeri. Beberapa tahun yang lalu juga ada saat pesawat latih jet L-29 terbang navigasi hingga Butterworth, mengingat ada siswa Malaysia ikut menjadi siswa sekolah terbang di Indonesia.
Selepas Elang Malindo 1, T-Birds juga dilibatkan dalam latihan bersandi Tutukal pada akhir 1975 disusul operasi bersandi Cakar Garuda medio 1976. Untuk mendukung operasi ini beberapa pesawat T-33A dimodifikasi oleh tim Dislitbangau dan dilengkapi dengan gun-sight tipe KB-13 (eks Ilyusin-28) serta dua laras senjata kaliber 12,7 mm dan dua buah bomb rack eks B-25. Dengan demikian pesawat T-33A menjadi pesawat tempur bersenjata tipe TA-33A. Untuk membedakan antara pesawat yang bersenjata (TA-33A) dengan pesawat tanpa senjata (T-33A) maka diadakan perubahan warna pesawat. Untuk TA-33A diberi warna hijau- abuabu dengan gigi hiu di bagian depan sedangkan T-33A tetap berwarna abu-abu. Kegiatan mempersenjatai diri ini dilakukan tanpa bantuan pihak asing dan eloknya peralatan bidik (gun-sight) mempergunakan produk Timur yaitu gun sight bekas pesawat Ilyusin-28.
Sejumlah T-33 yang masih dengan warna asli putih dan baru saja dikirim dari Pangkalan Udara Subic, Filipina. Sebanyak 19 unit T-33 diterbangkan dari Subic menuju Lanud Iswahyudi oleh pilot-pilot USAF.
Setelah diadakan modifikasi persenjataan pesawat TA-33A mampu membawa amunisi sebanyak 250 x 2 butir peluru 12,7 mm dan dua tabung rocket launcher jenis LAU (Launcher Airborne Rocket) – 68 yang dapat diisi tujuh rocket jenis FFAR 2,75 inci (Folding Fin Airborne Rocket) atau born hingga berat 50 kg setiap sayapnya. Selanjutnya pesawat T-Birds dilibatkan lagi pada Latma Elang Malindo 2 dengan Malaysia yang diadakan di Madiun pada tahun 1977.
Suasana apel kesiagaan para pilot dan awak darat T-33 di Lanud Iswahyudi. Khusus pesawat untuk latihan, T-33 tetap menggunakan warna putih.
Dalam latihan bersama ini T-Birds adu kekuatan dengan pesawat latih Malaysia jenis CL-41G Tebuan dan diadakan exchange crew antara dua negara. Bermakna selama latihan antara pilot TNI AU dengan pilot TUDM berada dalam satu kokpit. Bulan Oktober 1979 Satsergap T-33 dilebur menjadi Skadron T-33, sedangkan Satsergap F-86 menjadi Skadron F-86. Keduanya berada di bawah Wing Tempur 300 Kohanudnas. Setahun berikutnya nama itu diubah lagi menjadi Skadron Operasional T-33. Pesawat T-Birds dinyatakan non operasional pasca jatuhnya pesawat registrasi TS-33xx di kota Blitar pada 20 Juni 1980 bertepatan dengan diadakannya latma Elang Indopura 1 di Madiun. Selama dioperasikan TNI AU selama tujuh tahun (1973 – 1980) telah gugur enam pilot dalam tiga kecelakaan yang terpisah.
Salah satu kecelakaan yang menyebabkan dua penerbang T-33 gugur adalah kecelakaan yang terjadi pada tanggal 18 Februari 1976. Saat itu pesawat T-33 dengan nomor regristasi J-3327 jatuh di kaki Gunung Lawu yang mengakibatkan gugurnya dua penerbang Mayor PNB Sukirwan dan Lettu PNB Sutadi. Sedangkan pilot T-33 yang meninggal karena sakit adalah Letty PNB Kukky.

sejarah perang

Pengiriman Tengkorak Tentara Australia Digagalkan


Pengiriman Tengkorak Tentara Australia Digagalkan
Ilustrasi Makam Kuno.
 
Kupang - Pengiriman tengkorak tentara Australia dari Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) oleh empat warga negara Australia berhasil digagalkan petugas dan karantina Bandara El Tari Kupang, Rabu, 17 Juli 2013.

Tengkorak itu dibawa oleh empat warga negara Australia yang digali dari salah satu kuburan tentara Australia di Sonaf Babau, Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang. "Tengkorak itu kami amankan, karena tidak miliki dokumen resmi," kata petugas Karantina Bandara El Tari Kupang, Dewi Damanik, Rabu, 17 Juli 2013.

Tengkorak tentara yang tewas pada perang dunia kedua itu, katanya, menurut pengakuan warga negara Australia yang membawanya untuk dimakamkan sebagai pahlawan di negara mereka. "Mereka mengaku telah mengantongi ijin resmi dari pemerintah Indonesia," katanya.

Tengkorak tentara Australia itu, katanya, telah diserahkan kembali ke penanggung jawabnya di Kupang untuk mengurus surat-surat, sebelum dikirim ke Australia. "Kami sudah serahkan ke penanggung jawabnya," kata Dewi. Penanggung jawab di Kupang adalah Kristo Benyamin.

Dia mengatakan, pihaknya sempat melakukan interogasi terhadap warga negara Australia tersebut, sebelum akhirnya dipersilahkan melanjutkan perjalan melalui Jakarta. Namun, tengkoraknya tetap ditahan. "Kami tidak melakukan penelitian lebih lanjut terkait tengkorak itu," katanya.

Sementara itu, penanggung jawab tengkorak tentara Australia itu, Kristo Benyamin mengaku sementara mengurus dokumen untuk mengirim tengkorak tentara Australia itu ke negara asalnya. "Surat-surat sementara diurus. Jika lengkap, tengkorak ini akan dikirim ke Australia," katanya.

Tengkorak yang diamankan itu, terdiri dari tengkorak kepala, lengkap dengan tulang tangan kaki, dan belakang yang tersusun rapi di boks dan siap dikirim ke Australia.

tempo

Angkasa Pura Serahkan Bandara Polonia ke TNI-AU



PT Angkasa Pura 2 akan menyerahkan berbagai aset di Bandar Udara Polonia Medan ke pihak TNI Angkatan Udara terkait akan dioperasionalkannya Bandara Kualanamu.

"Rencananya, serah terimanya dilaksanakan pada Selasa, 23 Juli," kata Direktur Keuangan PT Angkasa Pura 2 Laurensius Manurung di Bandara Kualanamu, Kamis, di sela-sela simulasi kedua.

Menurut Laurensius, terkait dioperasionalkannya Bandara Kualanamu, pihaknya akan membawa berbagai aset bergerak untuk keperluan bandara baru tersebut.

Ia mencontohkan mebeler, peralatan kantor, kendaraan, dan berbagai aset bergerak lainnya yang selama ini dipergunakan di Bandara Polonia.

Sedangkan benda tidak bergerak tetap berada di lokasi lama dan akan diserahkan ke TNI Angkatan Udara (AU) untuk keperluan instansi pertahanan negara itu.

"Aset bergerak dibawa, sedangkan yang tidak bergerak tidak dibawa," katanya.

Ia mengatakan aset tidak bergerak yang akan diserahkan ke TNI-AU tersebut berupa terminal kedatangan dan keberangkatan, apron, menara, dan berbagai ruangan di Bandara Polonia.

Penyerahan ke TNI-Au tersebut bersifat pinjam pakai hingga adanya kebijakan proses pengalihan secara permanen dari pemerintah.

Meski berbagai aset tersebut diserahterimakan ke TNI-AU, tidak ada ganti rugi yang diterima Angkasa Pura 2.

"Pinjam pakai itu berlangsung dua tahun, sedangkan pengalihan permanennya tergantung pemerintah," katanya. (ant/ed)

RI Dapat 9 Hercules dari Australia, 5 Beli, 4 Gratis

RI Dapat 9 Hercules dari Australia, 5 Beli, 4 Gratis
Ilustrasi (Antara)
 Jakarta : 9 Pesawat Hercules seri H dari Australia akan bertengger di Hanggar TNI Angkatan Udara. Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menerangkan, dari 9 pesawat itu, 5 unit akan dibeli, dan sisanya akan dihibahkan Negeri Kanguru tersebut.

"Besok kami akan ketemuan dengan Qantas Defence Service untuk 4 pesawat hibah dan 5 kita beli. Yang 5 itu murah sekali," kata Purnomo usai menghadiri buka bersama Presiden SBY di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Kamis (18/7/2013).

Meski barang hibah, Purnomo menegaskan pesawat Hercules tersebut memiliki kualitas yang baik. "Herculesnya seri H, sudah digital," terangnya.

Selain itu, Purnomo juga menjelaskan pesawat hibah tersebut masih layak terbang karena masih bisa diservis. "Apalagi suku cadang Hercules kita kan banyak. Jadi 4 hibah, 1 serviceable itu artinya kru harus training, karena digital," imbuhnya.

Artinya, lanjut Purnomo, pesawat Australia tersebut mampu dipakai untuk 10-15 tahun ke depan. (Ein/Sss) 
 
liputan6 

Dorong TNI Terlibat Operasi Antiteror Polisi

JAKARTA - Pada Bulan September tahun ini, Indonesia dan AS akan menggelar latihan antiteror. Rencananya, latihan itu juga akan diikuti oleh 16 negara lain termasuk China, Jepang, Korsel, Australia, Selandia Baru, India dan Rusia.

Wakil Ketua Komisi I DPR TB Hasanuddin yang membidangi pertahanan dan hubungan luar negeri menyatakan, ide latihan bersama itu cukup menarik dilihat dari sisi  diplomasi. "Melalui latihan yang melibatkan China dan Rusia di wilayah Asean, setidaknya dapat mengurangi ketegangan yang terjadi," katanya di Jakarta, Rabu (17/7) malam.

Namun Hasanuddin juga mengkritisi rencana latihan antiteror itu. Terutama jika dilihat untuk dalam negeri, lanjutnya, manfaatnya masih dipertanyakan.

"Karena materi latihan lebih mengacu kepada tindakan represif terhadap teroris. Sementara titik berat pemberantasan teroris di Indonesia sekarang ini pada operasi intelijen dan deradikalisasi," ulasnya.

Karenanya mantan Sekretaris Militer Kepresidenan itu berharap kemampuan antiteror TNI yang semakin matang bisa dimanfaatkan dalam pemberantasan teroris di dalam negeri. Dengan demikian, katanya, kemampuan antiteror TNI yang terus diasah itu tak sia sia.

"Seharusnya pemerintah melibatkan TNI dalam setiap operasi antiteror bersama polisi saat ini. Kalau TNI tak dilibatkan menghadapi ancaman terorisme yang nyata saat ini, lalu untuk apa mereka berlatih menghabiskan uang rakyat?" ucap politikus PDI Perjuangan itu. 
 

Meski tak ada perang, komponen cadangan diperlukan

Meski tak ada perang, komponen cadangan diperlukan
 Hingga saat ini, Rancangan Undang-Undang (RUU) Komponen Cadangan untuk bela negara masih dibahas di Komisi I DPR RI.

Pembentukan komponen cadangan itu, dianggap sebagai perintah konstitusi dalam rangka mendukung terbentuknya negara yang lebih kuat dan bermartabat.

Kepala Pusat Komunikasi (Kapuskom) Publik pada Kementerian Pertahanan (Kemenhan), Brigjen TNI Sisriadi mengatakan, walaupun tidak ada ancaman perang, pembentukan komponen cadangan ini sangat diperlukan.

Ditambahkannya, bukan hanya terkait Undang-Undang (UU) Nomor 3 tahun 2002 tentang pertahanan negara. Melainkan, kata dia, komponen cadangan ini diperlukan untuk menanamkan nilai-nilai nasionalisme dan patriotisme bagi rakyat Indonesia.

"Kita berpikir panjang dan memerlukan komponen cadangan, meski ada atau tidak ada ancaman ada atau tidak ada perang," ujar Sisriadi dalam acara buka puasa bersama di kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta Pusat, Rabu (17/7/2013).

Lebih lanjut dia mengatakan, semakin negara itu makmur, maka perlu adanya kekuatan pendamping, yakni komponen cadangan. Artinya, lanjut dia, militer dan pertahanannya semakin diperkuat. Dalam kesempatan itu, dia pun memberikan contoh Negara Amerika Serikat yang memiliki anggaran untuk pertahanannya cukup besar. "Dengan pertahanan yang kuat, maka perekonomian Negara tersebut pun ikut terjaga stabilitasnya," katanya.

Dia menambahkan, dalam pembangunan postur pertahanan 2009 lalu, pemerintah memproyeksikan memiliki 120 ribu personel komponen cadangan. "Karena kita memprediksi bahwa masyarakat dunia tidak menginginkan adanya tentara reguler, karena dunia semakin aman, jadi semakin lama semakin tahun, tentara reguler akan berkurang maka kita memerlukan komcad (komponen cadangan)," jelasnya.

"Dan tujuan utamanya, menanamkan nilai-nilai nasionalisme dan patriotisme. Oleh karena itu, menurutnya, DPR RI perlu mengesahkan RUU Komponen Cadangan ini," pungkasnya.

sindonews

Panglima TNI: Batas Wilayah Pemicu Konflik di Perbatasan


Panglima TNI, Agus Suhartono.
Panglima TNI, Agus Suhartono. 
 
Jakarta - Panglima TNI Agus Suhartono mengemukakan penyebab konflik di perbatasan dikarenakan batas wilayah yang tidak jelas dan belum selesai diurus. Karena itu, dia berharap agar masalah batas wilayah itu segera diselesaikan.
"Sebenarnya penyebab konflik di daerah perbatasan itu dipicu oleh batas wilayah. Oleh karena itu penyelesaian batas wilayah ini harus diselsesaikan agar ada kepastiannya," kata Agus pada acara rapat kerja kelima Badan Nasional Penangulangan Perbatasan (BNPP) di Jakarta, Kamis (18/7).
Rapat itu diselenggarakan Kementerian Dalam Negeri bersama BNPP. Rapat dengan tema "Dengan Membuka Keterisolasian Kawasan Perbatasan, Kita Wujudkan Kesejahteraan Rakyat Dalam Kerangka NKRI" menghadirikan seluruh stakeholder yang terkait dengan perbatasan seperti para gubenur dan bupati di daerah perbatasan, serta para pejabat kementerian yang terkait.
Selain Agus, hadir Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Armida Alisjahbana.
Agus menjelaskan apa yang disampaikannya hasil dari keterlibatan TNI dalam menjaga batas di tanah air. Menurutnya, pada umumnya daerah-daerah yang timbul konflik adalah daerah yang batas wilayahnya belum disepakati. Masalah-masalah lain seperti lintas batas masih bisa dikendalikan.
Terkait potensi konflik, dia menegaskan untuk daerah Kalimantan ada 10 titik yang menjadi rawan. Daerah-daerah lain juga punya potensi konflik tapi masih dikendalikan.

beritasatu

Satgas Indo FPC Ikut Terlibat Dalam Tripartite Meeting

banon-sub
LEBANON :  Tripartite Meeting di bulan Juli antara kedua negara Lebanon dan Israel dengan mediator UNIFIL (United Nations Interim Force In Lebanon) kembali digelar di UNP 1-32 A.  Satgas Indo FPC (Force Protection Company) Konga XXVI-E2/Unifil dibawah Dantim Kawal 3 Lettu Inf Faishal Riza bertugas sebagai Dantim Pengawalan VVIP bagi Force Commander Mayjen Paolo Serra mulai dari pergerakan gedung Head of Mission Naqoura sampai tiba di area UNP 1-32 A, yang berada di perbatasan antara Lebanon dengan Israel, Rabu (17/7/2013).
Kegiatan Tripartite Meeting merupakan salah satu agenda penting dalam misi di UNIFIL, dimana pertemuan ini melibatkan delegasi dari Lebanon dan Israel serta dari UN (United Nations) yang diwakili oleh Force Commander UNIFIL.
banon-tengah-1
Pada pengawalan ini Satgas Indo FPC menyiapkan 1 kendaraan Light Vehicle Strada bertindak sebagai kendaraan Reece (pengaman serta pembuka jalan bagi iring-iringan VVIP) dan 2 kendaraan Armed Personil Carrier (APC) ANOA. Dalam kegiatan ini Satgas  Indo FPC didampingi oleh Srilangka Force Protection (SLFP) dengan 1 kendaraan Tactical Tempur APC.
Dansatgas Indo FPC Konga XXVI-E2/Unifil, Letkol Inf Yuri Elias Mamahi melalui sambungan telephone memberikan perintah kepada seluruh stafnya untuk mengambil langkah-langkah persiapan dalam menghadapi kegiatan ini, seperti pengecekan kendaraan APC dan Strada dengan persenjataan yang akan digunakan, alat komunikasi untuk koordinasi, sprint personel yang terlibat hingga latihan pendahuluan sehari sebelum pelaksanaan dengan tujuan untuk memastikan kesiapan individu maupun perlengkapan yang digunakan nantinya.
banon-tengah
Pengawalan berjalan lancar dan aman hingga Force Commander Mayjen Paolo Serra kembali ke Head Quarter UNIFIL. Pada kegiatan debrifieng, perwakilan protokoler Force Commander menyampaikan apresiasi dan ucapan terima kasih kepada Satgas Indo FPC dan SLFP atas pengawalan yang sudah berjalan dengan lancar serta tidak ada kendala di lapangan.
Sementara itu, melalui sambungan skype Letkol Inf Yuri Elias Mamahi menyampaikan rasa bangga dan terima kasih atas usaha dan kerja keras yang telah ditunjukkan Lettu Inf Faishal Riza beserta personil yang terlibat, mulai dari tahap persiapan hingga kegiatan ini berjalan dengan lancar sesuai dengan rencana, “hal ini hendaknya dapat dipertahankan dan ditingkatkan dalam pelaksanaan tugas kedepan”, ujarnya.

poskotanews

Panglima TNI: Pembangunan Infrastruktur Perbatasan Masih Tunggu Perpres

Panglima TNI: Pembangunan Infrastruktur Perbatasan Masih Tunggu Perpres
Laksama Agus Suhartono
 
Jakarta,  Rencana pembangunan infrastruktur jalan paralel di sejumlah wilayah perbatasan sampai saat ini masih terkendala regulasi yakni Peraturan Presiden. Pasalnya, pembangunan ini dilakukan dengan melibatkan TNI.

Demikian penjelasan yang disampaikan oleh Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono usai menghadiri rapat kerja V Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP), di Hotel Borobudur, Jakarta, Kamis (18/7)

"Semua sudah siap dilakukan, kita tinggal menunggu Peraturan Presiden saja," ujar Agus.

Agus mencontohkan, di Papua saat ini sedang dibangun jalanan yang akan melibatkan kesatuan zeni dan marinir di kepulauan. Oleh karena itu jika daerah perbatasan seperti di Kalimantan dan Nusa Tenggara Timur, ingin dibuat jalan paralel, maka harus melalui Perpres.

"Itu juga akan kita lakukan dibanding dengan dari Kementerian atau lembaga, akan lama pengerjaanya. Kita ketahui ada beberapa daerah yang sulit untuk dijangkau oleh mitra-mitra kita yang mungkin dikerjakan oleh Pekerjaan Umum (PU)," jelasnya.

Untuk pembangunan di perbatasan, kata Agus, memang sebaiknya melibatkan TNI di daerah-daerah yang sulit dibangun. "Untuk penggunaan tenaga TNI ini, akan dilaksanakan oleh peraturan Presiden. Sebagaimana yang telah dilakukan di Papua," tegasnya.

Oleh karena itu, lanjut Agus, masalah ini terus dibahas agar ada solusi dan terobosan-terobosan, guna mempercepat pembangunan jalanan paralel di Kalimantan dan Papua. 
 

Panglima TNI; Indonesia Telah Mampu Menanggalkan Citra Keterpurukan


NEGARA saat ini memiliki citra dan posisi yang berbeda dalam percaturan internasional dibandingkan dengan beberapa dekade terakhir. Indonesia telah mampu menanggalkan citra keterpurukan, citra instabilitas, dan citra konflik yang dulu pernah membara di mana-mana. Demikian amanat Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono, S.E., yang dibacakan Asisten Teritorial (Aster) Panglima TNI Mayjen TNI Dr. S. Widjonarko, S.Sos., M.M., M.Sc. selaku Inspektur Upacara pada upacara bendera 17-an, di Lapangan Upacara Mabes TNI Cilangkap, Jakarta, Rabu (17/7/2013).
Lebih lanjut Panglima TNI menyampaikan, patut bersyukur atas pencapaian tersebut karena pembangunan nasional menunjukkan hasil yang positif dan menuju ke arah yang diharapkan. Kemajuan pembangunan ekonomi telah mendorong terwujudnya harapan besar terhadap peningkatan kesejahteraan rakyat sehingga menjadi lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya.
Namun demikian tegas Panglima TNI, sebagai komponen utama pertahanan dan keamanan negara, TNI masih harus dihadapkan kepada tantangan yang tidak ringan dan semakin kompleks, khususnya di kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara, sebagai akibat adanya potensi konflik yang disebabkan oleh benturan kepentingan ataupun rivalitas antara kekuatan-kekuatan besar di kawasan tersebut. Geo-politik, geo-ekonomi dan arsitektur kawasan juga terus berubah dan berkembang dari masa ke masa, yang tidak jarang berpengaruh kepada geo-politik dan geo-ekonomi, serta kondisi sosial nasional.
Untuk itu, kepada seluruh prajurit TNI dimanapun bertugas dan berada, agar senantiasa mencermati perkembangan situasi keamanan regional dan nasional, serta perkembangan pembangunan di daerah masing-masing, dengan terus meningkatkan kesiapsiagaan operasional satuan, guna mengantisipasi setiap perkembangan yang dapat mengganggu proses pembangunan.
Dalam upacara yang berlangsung khidmat tersebut, Panglima TNI memberikan penekanan kepada seluruh Komandan Satuan dan seluruh prajurit serta Pegawai Negeri Sipil (PNS) TNI   untuk : Pertama, tingkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, untuk dijadikan landasan moral dan etika dalam melaksanakan tugas dan pengabdian, sebagai landasan spiritual agar tidak terjerumus pada tindakan primitif penyalahgunaan narkoba, dan/atau tindakan lain yang merugikan diri, satuan masyarakat, bangsa dan negara. Kedua, pegang teguh serta amalkan komitmen netralitas TNI dalam politik praktis. Pelajari, pedomani dan laksanakan instruksi Panglima TNI tahun 2008 tentang pedoman netralitas TNI dalam Pemilu dan Pilkada.
Ketiga, bagi para Komandan Satuan tingkatkan pembinaan satuan dengan mengedepankan kepemimpinan lapangan yang penuh simpati dan keteladanan dengan senantiasa hadir di tengah tengah anggota dan lingkungan satuan. Keempat, bangun komunikasi dan kerjasama dengan Pemerintah Daerah, Polri dan komponen masyarakat lainnya pada setiap pelaksanaan tugas, guna mewujudkan daerah serta masyarakat yang aman dan sejahtera. Kelima, cermati dan sikapi setiap perkembangan lingkungan yang terjadi di sekitarnya dengan arif dan hati-hati, khususnya yang berkaitan dengan nilai-nilai kearifan lokal dan adat istiadat setempat agar terhindar dari mispersepsi maupun salah dalam memberikan komentar sehingga kontra produktif dengan tujuan semula.
Upacara diikuti oleh prajurit TNI maupun PNS TNI yang bertugas di lingkungan Mabes TNI Cilangkap, berlangsung dengan tertib dan khidmat
Authentikasi: Kadispenum Puspen TNI, Kolonel Cpl Ir. Minulyo Suprapto, M.Sc., M.Si., M.A

majalah potret indonesia

Antara Leopard dan Komodo




Berita menyenangkan, pantas dan enak didengar, datang dari Pangdam Mulawarman Mayjen TNI Dicky Wainal Usman.  Ketika menyaksikan penyerahan hibah 1 Helikopter Bell 412 EP dari Pemprov Kaltim ke Kemhan di Bandung tanggal 13 Juli 2013 dia katakan sedikitnya 12 MBT Leopard akan ditempatkan di Kaltim bersama dengan Heli tempur Apache.  Belum lama dari berita itu ada pula berita tentang rencana besar TNI AL menyelenggarakan latihan AL gabungan 18 negara di Natuna April 2014, namanya Latgab Komodo.
Kiri kanan Kalimantan memang menjadi perhatian serius Cilangkap karena di dua hot spot itu telah berlaku ujian matakuliah teritorial, tepatnya klaim teritorial. Di kanan Kalimantan ada Ambalat di mana tetangga jauh di hati dekat di mata lebih merasa pantas memiliki perairan itu setelah “memperoleh” Sipadan dan Ligitan tahun 2002.  Sementara di kiri Kalimantan ada suhu demam berkepanjangan karena Cina melakukan manuver kapal perang di kawasan kaya sumber daya fosil itu, Laut Cina Selatan (LCS).  Yang sebelah kanan Kalimantan sudah nubruk teritori sedangkan yang kiri agaknya masih nyerempet nih.
Kedatangan berbagai jenis alutsista secara bergelombang tentu saja beberapa item diantaranya mestinya didekatkan dengan titik panas.  Tujuannya bukan untuk memanaskan situasi tetapi lebih berperan sebagai anti biotik pertama manakala ada serangan flu yang mau uji kekuatan imunitas.  Setidaknya sebagai penggentar jika tetangga sebelah mau bermain api dengan NKRI.  Maka pantas jika 12-15 MBT Leopard ditaruh di Mulawarman bersama puluhan Tank Scorpion atau AMX13 untuk membentuk batalyon kavaleri komposit. Termasuk 1 detasemen  Astross sebagai kekuatan jaga nilai dan harkat.  Penempatan satu skuadron heli komposit Apache, Mi35, Bell 412EP diyakini sudah memberikan kekuatan percaya diri.
Tank Scorpion di Latgab 2013 Situbondo
Bagaimana dengan Tanjungpura.  Jangan kuatir, skuadron Hawk di Supadio akan ditemani dengan skuadorn UAV canggih untuk memantau pergerakan makhluk militer di seberang Entikong atau Putusibau.  Tidak hanya itu, prediksi kita batalyon kavaleri dan artileri di Kalbar juga akan diisi dengan MBT Leopard, Tank Scorpion, Tank AMX13, Panser Anoa dan Artileri Caesar Nexter.  Secara infrastruktur jalan raya di Kalbar lebih baik dari Kaltim karena dari ibukota Provinsi Pontianak ke wilayah perbatasan bisa dicapai. Maka penempatan Panser Anoa di Kalbar pantas. Ini berbeda dengan Kaltim.  Jalan raya di Kaltim justru sejajar dengan Selat Makassar dan Laut Sulawesi mulai dari Balikpapan, Samarinda, Bontang, Sangatta, Berau, Tanjung Selor dan Malinau.  Tidak menyentuh tapal batas.
Untuk MEF tahap pertama yang selesai tahun 2014, sudahlah jelas alutsista apa yang dibeli dan yang mau datang.  Jangan lupa MEF itu akan terus berlanjut ke tahap lima tahun berikutnya.  Tentu perkuatan demi perkuatan itu akan menempatkan posisi Kalimantan sebagai prioritas asupan gizi alutsista disamping pulau-pulau lain.  Jadi tetap optimis dengan alokasi alutsista terbaru yang akan ditempatkan di bumi borneo itu.  Tegasnya tidak hanya 12-15 MBT, tidak hanya 1 detasemen Astross, tidak hanya 5 pucuk Caesar Nexter atau 10 Panser Anoa.  Pasti akan ditambah terus secara bertahap menuju kekuatan yang disegani.
Kemudian melihat rencana RI mengadakan latihan gabungan AL dengan 17 negara lain di Natuna April 2014 merupakan langkah cantik sekaliguna  gagah, tetapi juga harus berhati-hati. Lho kok bisa, ya iyalah cantik karena ini berkait dengan diplomasi maritim yang perlu dipertontonkan.  Bahwa dengan latihan itu nanti perairan ZEE Natuna akan dilintasi armada gabungan termasuk Cina yang juga ikut latihan Komodo.  Gagah karena TNI AL menjadi leadernya dan mengirim 12 KRI terbaiknya untuk memimpin konvoi kapal perang 18 negara menyisir beberapa kepulauan yang berada di wilayah NKRI.  Berhati-hati karena yang ikutkan ada Cina, ada Rusia, ada Jepang, ada AS disamping negara-negara ASEAN.  Itu sebabnya release resminya adalah latihan penanggulangan bencana.
Konvoi Anoa di Perkebunan Kelapa Sawit
Mengelola suhu konflik di LCS memang perlu kesabaran dan ketenangan.  Posisi Indonesia yang tak ikut dalam klaim LCS memberi keleluasaan bagi diplomasi negeri ini ke semua pihak yang bertikai agar bisa memperoleh “kesetaraan kehormatan bersama” melalui kegiatan latihan militer bersama.  Boleh jadi ini merupakan titik awal untuk bersama-sama pula mencari solusi terbaik dengan suasana kedekatan militer dan saling ketergantungan dalam hubungan ekonomi multilateral.  Perspektif hubungan antar negara ke depan ini khususnya di kawasan Asia Pasifik akan semakin dinamis dan mungkin saja akan terjadi petir di siang hari.  Tentu untuk mengurangi dampak petir tadi perlu ada prakarsa.  Indonesia berpeluang besar memainkan prakarsa itu.
Kita berpandangan Leopard dan Komodo adalah kampanye.  Yang pertama tentu sesuai namanya, jangan-main-main dengan kucing hutan kami kalau tidak ingin diterkam. Yang terakhir juga sesuai namanya, karena kata si Cina LCS sudah diklaim sejak jaman baheula maka memunculkan nama Komodo seakan ingin menegaskan bahwa masih ada lagi makhluk yang lebih pra sejarah, ya si Komodo itu. Bukan bermaksud menyindir tetapi kalau klaim didasarkan pada argumen kejayaan masa lalu yang sudah bernilai berabad-abad, kita pun bisa mengatakan kami ingin juga mengembalikan kejayaan Majapahit. Bagaimana koko Panda ?
****
Jagvane / 17 Juli 2013


analisisalutsista

Dua Prajurit RSN Singapore Selesaikan Kursus Selam di Kobangdikal


Dua prajurit asal Rayal Sigapore Navy  (RSN) berhasil menyelesaikan Kursus Selam Dasar (Bacic Diving Course) di Sekolah Selam Pusat Pendidikan Khusus (Pusdiksus), Komando Pendidikan Operasi Laut, Komando Pengembangan dan Pendidikan Angkatan Laut (Kobangdikal), Rabu (17/7).
               
Dua prajurit laut  Negeri Singa tersebut adalah dua dari delapan peserta kursus  Bacic Diving Course yang dihelat selama satu bulan tersebut. Mereka adalah MSG Chen Wellong Melvin dan Tan Teck Loong, sementara enam orang lainnya berasal dari satuan-satuan TNI AL wilayah barat dan timur.
               
Menurut Komandan Pusat Pendidikan Khusus (Danpusdiksus) Kolonel Laut (P) Zainal Akbar, S.Sos, hadirnya prajurit asing dalam kursus ini menggambarkan wujud kerjasama antara Indonesia dan Singapore khususnya TNI AL dengan RSN dalam pendidian militer.
               
Menurut Zainal –sapaan akrab Danpusdiksus- secara umum, kursus ini bertujuan memberikan keterampilan dasar tentang penyelaman yang difokuskan pada materi penguasaan tentang peralaan selam scuba dengan prosedur yang benar. 
               
Dengan memiliki dasar keterampilan ini, lanjutnya tentunya dapat menambah kebanggaan tersendiri bagi para personel peserta kursus, terlebih dalam kursus ini diikuti pula prajurit RSN Singapore  sekaligus bukti kepercayaan dari RSN kepada lembaga pendidikan TNI AL yang harus dijaga dan ditingkatkan agar TNI Al kedepan lebih diakui oleh angkatan laut negara lain.
               
Perlu dipahami bahwa setiap personel TNI AL memiliki kewajiban menjaga keutuhan NKRI, tentunya sangat tepat bila setiap personel TNI AL dibekali keterampilan, misalnya kemampuan penyelaman seperti prajurit yang mengikuti kursus ini, mengingat tugas kedepan yang pasti akan semakin berat.
               
“Selamat atas keberhasilan menyelesaikan kursus ini, saya berharap kemampuan yang didapat dari kursus ini dapat berguna dan terus dikembangkan di satuan manapun anda bertugas,” terangnya.
               
Sementara itu menurut Komandan Sekolah Selam (Danseselam) Mayor Laut (KH) Akhmad Fauzi, S.Pd mengatakan khursus selam dasar kali ini berbeda dari bisanya, terutama pada sisi instruktur yang mengajar selama kursus berlangsung.
 
“Sehubungan ada siswa dari luar negeri, maka kami menyiapkan intruktur yang mempunyai kemampuan berbahasa Inggris dan pernah melaksanakan khursus penyelaman di luar negeri seperti  di Royal Australia Navy (RAN),” jelasnya.
 
Menurutnya untuk tahun ini siswa dari RAN Singapore berjumlah dua orang, sedangkan untuk khursus mendatang direncanakan akan melibatkan siswa dari beberapa negara Asean lainya selain Singapura  seperti Malaysia, Filipina dan Brunai.

Politisi PPP Komisi I Minta PT DI Kembangkan Sayap ke Eropa



BANYAKNYA minat dari negara-negara di kawasan Asean khususnya terhadap hasil produksi pesawat PT DI, mencerminkan pesawat produksi PT DI, khususnya versi militer terus mendapat perhatian luas dari negara lain.
  Politisi PPP Komisi I Minta PT DI Kembangkan Sayap ke Eropa
JurnalParlemen/Andri Nurdriansyah
Husnan Bey Fananie
Kita harapkan, nantinya pasarnya bisa menembus kawasan lainnya seperti Eropa. Itu tidak mustahil, karena sebelumnya negara AS saja pernah memesan dan menggunakan pesawat PT DI untuk pesawat patroli di pantainya.
Senayan - Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi PPP Husnan Bey Fananie menyambut positif terhadap terus mengalirnya pesanan dan kontrak pembuatan pesawat sipil dan militer PT Dirgantara Indonesia (PT DI). Menurut dia, itu mencerminkan bahwa kualitas produksi pesawat Indonesia tidak kalah produksi negara -negara maju.

Jadi, kata Husnan, sudah semestinya ini membuat bangsa Indonesia makin percaya diri dan mendukung PT DI untuk terus mengembangkan kemampuan dalam memproduksi pesawat terbang, baik versi sipil dan militer.

"Saya kira, banyaknya minat dari negara-negara di kawasan Asean khususnya terhadap hasil produksi pesawat PT DI, mencerminkan pesawat produksi PT DI, khususnya versi militer terus mendapat perhatian luas dari negara lain. Sehingga saat ini PT DI sudah mulai merasakan hasilnya, dengan mulai banyaknya kontrak-kontrak yang telah disepakati dengan beberapa negara yang memesan pesawat, seperti seri 235 versi militer," ujar Husnan kepada JurnalParlemen, Rabu (17/7).

Husnan berharap, kehadiran UU Industri Pertahanan juga bisa menjadi arahan bagi upaya pengembangan industri pertahanan dalam negeri dalam memproduksi alutsista, baik untuk kepentingan pengembangan sistem pertahanan sendiri maupun untuk dipasarkan ke negara lain.

Kata Husnan, makin banyaknya negara lain yang tertarik dan terus melakukan upaya kerjasama dalam bidang kedirgantaraan dengan PT DI ini, semakin menunjukkan bahwa pesawat produksi PT DI tetap memiliki sekmen pasar sendiri, baik dari segi harga, kualitas dan teknologi, ditengah-tengah persaingan dengan pesawat-pesawat tempur canggih yang ditawarkan pihak AS, Rusia dan negara-negara eropa.

"Kita harapkan, nantinya pasarnya bisa menembus kawasan lainnya seperti Eropa. Itu tidak mustahil, karena sebelumnya negara AS saja pernah memesan dan menggunakan pesawat PT DI untuk pesawat patroli di pantainya," katanya.

Sebelumnya diberitakan Direktur bidang Kualitas sekaligus Manager Komunikasi PT DI Sonny Saleh Ibrahim mengatakan, tahun ini pihaknya memproyeksikan tiga kontrak kerja yaitu jalinan kontrak dengan Filipina, Thailand, dan Malaysia.

Sonny menjelaskan, di antara ketiga proyeksi itu, kemungkinan besar, yang segera terealisasi yaitu dengan Filipina. Pasalnya masih dalam proses tender. "Proyeknya, pembuatan 2 unit CN 235 NPA, yang nilainya sekitar 31-33 juta Dollar Amerika Serikat (AS) per unit. Lalu, 2 unit CN 295, yang nilainya sekitar 36 juta Dollar AS per unit," kata Sonny Sabtu (13/7) lalu.

Sonny mengutarakan, Thailand melakukan pemesanan 2 CN 295 untuk Thailand Royal Police. Negara itu ingin memperkuat armada kepolisiannya.

Sementara negara ASEAN lainnya, yaitu Malaysia juga siap menjalin kerjasama dengan PT DI. Bentuknya yaitu modifikasi CN 235 sport menjadi CN 235 NPA. Nilai kontrak modifikasi itu sekitar 8-10 juta dolar AS per unit. Selain modifikasi, Malaysia pun siap memesan 3 unit CN 235 NPA.

jurnal parlemen 

Mapolsek Palu Selatan Ditembaki Dua Orang Pengendara Motor

Dua pelaku mengendarai sepeda motor berhasil kabur.
Di lokasi kejadian, Polisi menemukan selongsong peluru (foto ilustrasi)
Di lokasi kejadian, Polisi menemukan selongsong peluru (foto ilustrasi) 

Sejumlah anggota polisi menyisir wilayah sekitar Markas Polsek Palu Selatan, Sulawesi Tengah paska teror penembakan, Rabu 17 Juli 2013 malam. Di depan pagar Mapolsek, petugas menemukan selongsong peluru diameter 5,56 milimeter.

Tak hanya menyisir lokasi kejadian, petugas juga menggelar razia di seluruh wilayah Sulawesi Tengah untuk mengejar dua pelaku penembakan itu. Razia ini juga untuk mempersempit ruang gerak mereka.

Teror penembakan ini terjadi Rabu malam sekitar pukul 23.00 WIB. Menurut keterangan saksi, dua pelaku mengenakan baju gelap dan mengendarai sepeda motor, tiba-tiba berhenti di depan Mapolsek.

Mereka langsung memberondong Mapolsek dengan senjata laras panjang. "Tiga kali tembakan," kata salah satu saksi. (umi)

Petugas jaga kemudian membalas serangan itu. Namun, Kapolres Palu, AKBP Trisno Rahmadi mengungkapkan, anak buahnya menembak ke arah atas. "Sehingga tidak mengenai masyarakat," tegasnya.

Namun, dua pelaku berhasil kabur. Tidak ada korban jiwa dalam insiden ini.

Kisah Begundal Karawang di Rawagede

KARAWANG : Tragedi pembantaian di Kampung Rawagede, Rawamerta, Kabupaten Karawang, oleh tentara Belanda pada 9 Desember 1947 tak terlepas dari pergerakan kaum muda di wilayah itu. Rawagede diincar Belanda karena menjadi markas para laskar.
Ketua Yayasan Rawagede Sukarman (60) telah mendokumentasikan dalam bentuk tulisan ihwal tragedi pembantaian itu. Tulisan terebut diterbitkan dalam bentuk buku berjudul Riwayat Singkat Taman Pahlawan Rawagede.
Buku setebal 40 halaman itu sudah tiga kali naik cetak. Total lebih dari 5.000 eksemplar yang tersebar di masyarakat.
Saat Warta Kota berkunjung ke kediamannya di Dusun Rawagede 2, Desa Balongsari, Rawamerta, Kamis (15/9/2011), Sukarman mengatakan bahwa sejak sebelum perang kemerdekaan, Rawagede sudah menjadi daerah markas para laskar pejuang. Rawagede dipilih karena saat itu dilintasi jalur kereta api Karawang-Rengasdengklok dan salah satu stasiun itu ada di sana.
Laskar pejuang yang dikenal di Rawagede sebelum kemerdekaan Republik Indonesia diproklamasikan pada 17 Agustus 1945, antara lain Laskar Macan Citarum, Barisan Banteng, MPHS, SP88, dan Laskar Hizbulloh. "Mulai 19 Agustus 1945, seluruh laskar itu bergabung menjadi BKR (Badan Keamanan Rakyat), markasnya ada di rumah-rumah warga. Ini jadi sorotan pemerintah Hindia Belanda," kata Sukarman.
Pada 1946, kata Sukarman, Letkol Suroto Kunto yang masih berusia 24 tahun ditunjuk sebagai Komandan Resimen Jakarta di Cikampek. Salah satu komandan kompinya adalah Lukas Kustaryo yang membawahi Karawang-Bekasi. Kharis Suhud, yang sebelumnya seorang petugas Perusahaan Jawatan Kereta Api, juga bergabung dengan BKR dan diangkat menjadi Komandan Kompi Purwakarta.
Pada 25 November 1946, Letkol Suroto Kuto yang sedang dalam perjalanan dinas menggunakan kendaraan diculik laskar rakyat yang pro-Hindia Belanda di daerah Rawa Gabus, Kabupaten Karawang. Mobil yang ditumpanginya ditemukan penuh bercak darah oleh salah satu ajudannya, Kapten Mursyid, pada 26 November 1946 sekitar pukul 01.00 dini hari. "Tapi jasadnya tak ditemukan sampai saat ini, juga jasad para pengawalnya," kata Sukarman.
Bertingkah unik
Sejak kejadian itu, Kapten Lukas Sutaryo yang menjadi Komandan Kompi Karawang-Bekasi menghimpun kekuatan para laskar pejuang. Pada awal 1947, Lukas Sutaryo mengendarai sendiri lokomotif kereta api dari arah Cipinang di Jembatan Bojong, perbatasan Karawang-Bekasi. Lokomotif itu ditabrakkannya dengan kereta api penuh senjata dan amunisi milik Belanda yang datang dari arah berlawanan. "Dari situlah awalnya BKR mendapatkan pasokan senjata dan amunisi," ujar Sutarman.
Menurut Sutarman, Kapten Lukas Sutaryo juga kerap mengenakan baju seragam tentara Belanda yang baru saja dibunuhnya. Dengan mengenakan seragam itu, dia menembaki tentara Belanda yang lain. Karena kegigihannya itu, tentara Belanda menjulukinya "Begundal Karawang".
Karena ulahnya itu, Kapten Lukas juga sempat ditembak dari jarak kira-kira 25 meter oleh Letnan Sarif, anak buahnya. Sarif awalnya tidak menyadari bahwa sosok yang ditembaknya itu komandannya sendiri. Untunglah tembakan itu tak mengenai sasaran.
Suatu saat seusai melawan tentara Belanda di wilayah Pabuaran, Pamanukan, Subang, hingga ke Cikampek, Kapten Lukas meloloskan diri dengan jalan kaki menuju Rawagede. "Dia masuk Rawagede hari Senin, jam 07.00 pagi, tanggal 8 Desember 1947," tutur Sutarman.
Keberadaan Kapten Lukas di Rawagede akhirnya tercium oleh tentara Belanda. Dia kemudian menghimpun tentara BKR di Rawagede. Dia berembuk dengan para laskar hingga siang untuk merencanakan penyerangan ke wilayah Cililitan, Jakarta.
Sekitar pukul 15.00, Kapten Lukas beserta pasukannya sudah keluar dari Rawagede dan berangkat dengan berjalan kaki. Sekitar pukul 16.00, turun perintah pimpinan pasukan Belanda bahwa Rawagede harus dibumihanguskan. Kira-kira tengah malam, tentara Belanda sudah tiba di Stasiun Pataruman, Desa Kalangsari, yang bersebelahan dengan Kampung Rawagede. Selang sekitar setengah jam, sebanyak 300 tentara Belanda yang dipimpin Mayor Alphons Wijnen mulai memasuki Kampung Rawagede.
"Mereka datang ke sini untuk mencari Kapten Lukas Sutaryo. Meskipun tahu Kapten Lukas sudah meninggalkan Rawagede sejak sore, warga tetap memilih bungkam. Inilah yang menjadi salah satu penyebab pembantaian," tutur Sukarman.
Menurut Sukarman, semua laki-laki di atas usia 14 tahun dikumpulkan. Tanpa ampun, tentara Belanda menembakinya. Hari itu, Selasa, 9 Desember 1947, sebanyak 431 pria Kampung Rawagede tewas di ujung peluru. Penembakan oleh tentara Belanda berlangsung sejak pukul 04.00 hingga pukul 16.00.
Kapten Lukas sendiri tidak mengetahui terjadi pembantaian di Rawagede. Kapten Lukas, kata Sukarman, berkali-kali memohon maaf kepada warga karena kedatangannya di Rawagede telah memicu terjadinya pembantaian itu.
"Tapi warga tidak menaruh dendam. Beliau datang saat monumen pembantaian Rawagede diresmikan tahun 1995 dan meninggal 8 Januari 1997 dengan pangkat Mayor Jenderal," ujar Sukarman. (chi) 

kompas 

Prajurit Kostrad Pun Jadi Korban Bandit Berpistol


Penembakan brutal terus terjadi. Senjata api ilegal marak.
Ilustrasi perampokan  
  Musnadi akhirnya menghembuskan nafas terakhir di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Sentra Medika Depok, Rabu siang, 17 Juli 2013. Pemuda 21 tahun itu tewas akibat luka dalam setelah dipukuli massa.
Musnadi, warga asal Lampung, diringkus sesaat setelah menembak seorang prajurit TNI AD Divisi I Kostrad Cilodong, Prada Roni Erwavdi Situmorang, Selasa malam, 16 Juli 2013. Satu timah panas menghentikan langkahnya saat berupaya melarikan diri ke kebun kosong dekat lapangan BDB, Cimanggis, Depok.

Kepala Satuan Reserse Kriminal Polresta Depok Komisaris Ronald Purba, menjelaskan kejadian itu berawal ketika Prada Roni memergoki Musnadi yang berupaya membawa kabur sepeda motor miliknya sekitar pukul 19.00 WIB. Saat itu Roni sedang berada di kantor jasa pengiriman untuk mengirim paket titipan kilat tujuan Sumatera.

Sebelum masuk, Roni memarkir motornya di depan kantor pengiriman itu. Lokasinya tak jauh dari minimarket. Belum berapa lama meninggalkan motor, Roni yang sudah berada di dalam tiba-tiba mendengar teriakan 'motor diambil rampok'.
    
Spontan, Prada Roni keluar. Tapi, baru akan membuka pintu ia sudah ditembak pelaku. Beruntung tembakan pertama berhasil dihindarinya dan hanya mengenai kaca serta dinding kantor itu.
Mengetahui lawannya membawa senjata api, Roni tak gentar. Ia justru nekat mengejar pelaku meski dengan tangan kosong hingga menyeberang ke jalan raya dan melompat ke kali.

Di seberang kali, di kebun kosong itulah prajurit TNI AD itu berhasil menghentikan langkah pelaku. Keduanya terlibat duel sampai akhirnya Prada Roni tumbang akibat ditembak pelaku. Roni tersungkur setelah dua kali tembakan mengenai bahu samping kanan dan paha sebelah kiri. Tak kuasa menahan sakit, dia berteriak minta tolong. Pelaku panik, dan langsung kabur.

Mendengar teriakan Prada Roni, warga langsung melaporkan kejadian itu ke markas Kostrad, yang berlokasi tak jauh dari tempat kejadian. Bersama polisi, aparat TNI langsung memburu pelaku yang saat itu lari melintasi kali, menuju area bersemak di kebun kosong.

Sekitar tiga jam kemudian, Musnadi berhasil dilumpuhkan. Tak ayal, dia diamuk massa. Aparat yang mengawalnya kewalahan menghalau warga yang sudah terlanjur beringas hingga menghajarnya tanpa ampun. Jasad pemuda yang masih berstatus pelajar/mahasiswa itu langsung dibawa ke Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta Timur. Sementara, Prada Roni masih menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto, Jakarta Pusat.

Polisi menduga Musnadi adalah perampok yang kerap beraksi dengan melukai korbannya dengan timah panas di Depok. Menurut Ronald, saat ini polisi tengah memburu satu pelaku lain yang diyakini ikut serta dalam perampokan Selasa malam. Satu pelaku itu kabur saat disergap.

Polisi juga masih mencari senjata api yang digunakan Musnadi untuk menembak Roni. "Pencarian di semak-semak. Ada anggota dari Polda juga yang turun langsung," kata Ronald pada VIVAnews, Rabu 17 Juli 2103.

Rumah kos hingga apartemen
Penembakan Prada Roni merupakan satu dari sekian banyak kasus kejahatan dengan senjata api yang terjadi di Jakarta dan sekitarnya. Rabu dini hari, komplotan bandit berpistol juga menyantroni penghuni kamar kos di Jalan Permata No.27, RT 06/05, Kebon Pala, Kampung Makasar, Jakarta Timur.

Dua perampok mengincar motor yang terparkir di halaman kos-kosan itu. Para garong diduga masuk dengan cara merusak bagian engsel pintu gerbang rumah kos. Aksi mereka kepergok dua penghuni kamar kos, Santonius Simanjuntak (47), dan Erwin Gultom (25).

Melihat aksinya digagalkan, para perampok langsung melepaskan timah panas ke arah dua orang tersebut. Akibatnya, Santonius mengalami luka tembak di bagian pelipis. Sedangka Erwin terluka di bagian perut. Keduanya dilarikan ke Unit Gawat Darurat RS Haji Pondok Gede, Jakarta Timur. "Mereka masih dirawat secara intensif," kata Jakson, salah satu penghuni kamar kos.

Mendengar suara tembakan, semua penghuni kamar kos itu langsung ke luar. Para bandit pun panik. Mereka mengarahkan senjata api kepada para penghuni sambil mengancam. "Kami disuruh diam. Tidak ada yang berani, semua menunduk di balik tembok," kata Jackson. Lantas, kedua bandit itu balik kanan tanpa membawa satupun hasil rampokan.

Insiden penembakan juga terjadi di apartemen di Ibu Kota. Dua warga negara asing jadi korban penembakan di Apartemen Mediterania, Tanjung Duren, Jakarta Barat.

Penembakan di lorong Tower E Edelwis Lantai 15 Apartemen Mediterania 2 itu terjadi pada Sabtu 13 Juli 2013. Berdasarkan hasil pemeriksaan rekaman CCTV, pelaku berjumlah tujuh orang. Diduga mereka memakai senjata api jenis pistol. Itu dilihat dari selongsong peluru yang tertinggal di lokasi.

Adelusi Oludare, warga negara Sierra Leone ditembak di bagian dada sebelah kanan, ketiak kiri, dan paha kanan. Sedangkan Beh Muhammed, warga negara Nigeria mengalami luka tembak di siku kanan dan lengan kanan. Korban masih dirawat di RS Royal Taruma, Grogol, Jakarta Barat.

Polisi menduga kedua pihak yang terlibat menjalin hubungan bisnis ilegal. "Mereka ingin menyelesaikan dengan cara sendiri," ujar Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Rikwanto. Bila dilihat dari cara pelaku menembak korban, pelaku diduga sudah mengenalnya. 

Penyidik sudah mengantongi identitas para pelaku. "Di CCTV mereka sudah terekam, identitas sudah didapat," kata Rikwanto. Berbekal identitas yang didapat, polisi melakukan pengejaran.

Adik kandung John Kei, Fransiscus Refra alias Tito Refra Kei, juga tak luput dari terjangan timah panas. Tito tewas ditembak oleh orang tak dikenal di rumahnya, Jalan Raya Titian Indah, Kalibaru, Medan Satria, Bekasi, Jumat 31 Mei 2013. Insiden itu terjadi sekitar pukul 20.00 WIB. Hingga kini polisi belum berhasil mengungkap kasus itu.

Direktur Reserse Kriminal Umum polda Metro Jaya, Komisaris Besar Slamet Riyanto menjelaskan, sejumlah saksi sudah diperiksa untuk mengungkap kasus ini. Termasuk mengidentifikasi pelaku yang diduga memiliki keahlian dalam menembak.

Keluarga Tito, kata Slamet juga belum bisa diminta keterangan terkait kasus yang tengah ditangani oleh Tito yang juga berprofesi sebagai pengacara.

Slamet menjelaskan, penyidik telah mendapatkan hasil uji balistik proyektil dan selongsong yang ditemukan di lokasi kejadian. Hasilnya, terdapat kesamaan antara barang bukti yang ditemukan. Artinya, amunisi itu berasal dari satu senjata.

Sebelumnya ada dugaan, jika selongsong sengaja dibuang oleh pelaku untuk mengecohkan petugas. "Senjata yang digunakan diduga senjata pabrikan, jenisnya bisa FN dan Walther. Kaliber peluru berukuran 9 milimeter. Anak pelurunya full metal bukan timah," kata Slamet.

Menurut polisi, pelaku penembakan adik kandung John Kei ini memilik keberanian besar, ahli menembak, dan telah mensurvei lokasi sebelumnya. Ratim, pemilik warung kopi juga menjadi korban salah sasaran penembakan pria misterius ini. Pelaku selain mengincar Tito Kei, sebetulnya juga ingin membidik teman Tito, Gery.

Senjata ilegal beredar
Maraknya kejahatan dengan senjata api tak lepas dari peredaran senjata api ilegal di masyarakat. Polda Metro Jaya mengaku sudah melakukan razia secara rutin lewat operasi senjata api dan bahan peledak (Sendak).

Menurut Rikwanto, senjata yang beredar biasanya berasal dari lokasi eks konflik seperti Aceh, Poso dan Ambon. Kemudian milik para teroris, dan selundupan dari luar negeri. Ada juga senjata rakitan.

Pemetaan terhadap peredaran senjata api yang digunakan para penjahat, dilakukan dari barang bukti senjata api yang disita dari para pelaku.

Pemetaan dilakukan terhadap sejumlah kelompok besar dan beberapa pelaku dari lembaga pemasyarakatan (Lapas) yang telah bebas dan bergabung dengan komplotan penjahat.

Tidak hanya itu, polisi juga kesulitan dalam mengungkap jaringan di balik peredaran senjata-senjata ilegal itu. Sebab, mereka sangat rapi dalam beroperasi. (eh)