Pages

Saturday 10 January 2015

Industri pertahanan didorong untuk serap teknologi terkini

Industri pertahanan didorong untuk serap teknologi terkini
Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto
 
Jakarta- Seskab mengatakan kunjungan Presiden ke PT Dok dan PT PAL di Surabaya pada Sabtu (10/1) lalu merupakan salah satu langkah untuk memahami sumber masalah di industri pertahanan dan kemudian diselesaikan sehingga industri pertahanan nasional dapat berkembang.

 Pemerintah akan mendorong industri pertahanan untuk mampu menyerap dan mengembangkan teknologi terkini sehingga menjadi salah satu lokomotif penggerak industri nasional.

"Misi pertamanya harus bisa menuju kemandirian pertahanan setiap kalau ada pengadaan alutsista atau senjata selalu harus dibarengi transfer teknologi. Kalau bisa industri pertahanan menjadi andalan lokomotif industri ke depan untuk menyerap teknologi terkini," kata Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto kepada wartawan, Sabtu (10/1) saat mendampingi kunjungan Presiden di Surabaya.

Andi mengatakan pemerintah juga mendorong agar industri pertahanan tidak hanya berguna bagi pengembangan alat-alat militer tetapi juga untuk penggunaan di kalangan sipi

Sementara itu Presiden Joko Widodo saat mengunjungi PT PAL mengatakan pada dasarnya perusahaan tersebut telah memiliki kemampuan dan fasilitas yang memadai untuk terus berkembang tinggal pengambangan pasar.

"Ini cukup untuk bisa sebagai awal mengembangkan industri maritim kita, tidak hanya PT PAL, sehingga memang perusahaan ini harus dipenuhi dengan pesanan, dan pastikan lima tahun ke depan sudah ada pesanan, sehingga persiapan manajemen, persiapan mesin-mesin bisa dipersiapkan untuk tidak membuat barang beraneka macam, fokus saja pada dua jenis barang, sehingga proses produksinya lebih cepat, penguasaan barang lebih gampang, ini menurut saya, karena setiap tahunnya kadang ada, kadang tidak (ada pesanan-red), sehingga untuk platform offshore sudah diterima, order yang sebetulnya bukan di bidang keahlian bisa ngerjakan, saya kira kalau kita ingin kembangkan industri maritim ya kita harus fokus, kalau kapal ya kapal. Kalau untuk kapal selam ya kapal selam, fokus terus," paparnya.

Kepala Negara menegaskan yang utama adalah pengembangan kemampuan manajemen, baru kemudian diikuti dengan pengembangan pasar, sambil disiapkan permodalannya selain selalu meningkatkan teknologi dan kemampuan mesin-mesin yang dimiliki.

Presiden Joko Widodo didampingi oleh Menteri BUMN Rini Soemarno, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu, Seskab Andi Widjajanto, Gubernur Jawa Timur Soekarwo, Walikota Surabaya Tri Rismaharini dan sejumlah pejabat lainnya, Sabtu (10/1) meninjau PT PAL, PT Dok dan juga terminal penumpang di Pelabuhan Tanjung Perak.

Pada Senin (12/1) mendatang, menurut Seskab Andi Widjajanto, Presiden juga dijadwalkan meninjau industri strategis lainnya, PT Pindad, PT Dirgantara Indonesia dan PT LEN. (ANTARA News)

Belajar dari Kegagalan Serangan Pati Unus di Selat Malaka


ILUSTRASI - Perang di Selat Malaka antara Demak dan Portugis (Gambar: www.catatansitusku.com)
ILUSTRASI – Perang di Selat Malaka antara Demak dan Portugis

Awal mula armada Portugis mengarungi Samudera Atlantik adalah berlayar menyusuri Sungai Tagus yang bermuara ke arah Samudera, kemudian dari Samudera Atlantik melewati Tanjung Harapan (Cape of Hope), Afrika dan melanjutkan pelayaran sampai ke Selat Malaka.

Dari Selat Malaka, armada tersebut melanjutkan penjelajahannya ke Kepulauan Maluku untuk mencari rempah-rempah yang saat itu sebagai komoditas yang setara dengan emas kala itu untuk dikirim ke Eropa. Motivasi Portugis memulai petualangan ke timur dapat diringkas dalam tiga kata bahasa Portugis, yaitu feitoria, fortaleza, dan igreja (gold, gospel, and glory).

Gubernur Portugis yang kedua Alfonso d’Albuquerque dari Estado da India merupakan arsitek utama pergerakan ekspansi Portugis ke Asia. Dia memimpin langsung ekspedisi ke Malaka yang berangkat dari Goa dengan membawa 15 kapal besar dan kecil serta 600 tentara. Tiba di Malaka pada awal Juli 1511, kemudian pada tanggal 10 Agustus 1511 Malaka dapat ditaklukannya.

Setelah menguasai Malaka, Portugis bergerak mencari jalan ke tempat asal rempah-rempah yaitu Kepulauan Maluku. Melalui strategi ini, Portugis berhasil menguasai perdagangan rempah-rempah dari Asia ke Eropa dan selama kurang lebih 15 tahun (1511-1526), Nusantara menjadi akses kemaritiman penting bagi Portugis. Di selat itu, Portugis menjadikannya sebagai rute maritim menuju Pulau Sumatera, Jawa, Banda, dan Maluku.

Praktis, kedatangan Portugis ke Selat Malaka yang kemudian memonopoli perdagangan dan menyebarkan agama Kristen menyebabkan kepentingan Kesultanan Demak terganggu. Maka dari itu, dalam waktu setahun Pati Unus segera mempersiapkan armada-armadanya untuk diberangkatkan ke Malaka. Adapun persiapan yang terpenting dalam melakukan perang, selain senjata adalah tenaga manusia, dukungan logistik, dan angkutan.

Penggalangan pun berhasil dilakukan. Palembang, Jepara, Cirebon, dan Johor bersedia membantu Pati Unus untuk menyerang Malaka. Puluhan telik sandi (intelijen) juga dikirim ke Malaka yang kemudian dapat memobilisir pedagang-pedagang Jawa di sana. Pasukan telik sandi itu diketuai oleh Utimuti Raja, yang sebelumnya memihak kepada Portugis pada saat menaklukan Malaka tahun 1511, sehingga Portugis memberikan kedudukan yang cukup baik kepadanya.

Ekspedisi Pati Unus ke Malaka pada tahun 1512 memiliki kekuatan 10.000 orang prajurit yang diangkut menggunakan 100 buah kapal berukuran dua ratus ton. Kapal yang digunakan untuk mengangkut perlengkapan dan prajurit terdiri dari beberapa jenis antara lain disebut jung, merupakan kapal layar yang berukuran beberapa ratus ton. Penggeraknya adalah layar yang dipasang pada tiga buah tiang, yang mempunyai bobot antara 400–800 ton. Jenis yang lain adalah lancaran, merupakan kapal layar atau dayung hampir sama halnya dengan jenis jung. Kemudian kapal Pangajava, merupakan kapal yang dibuat khusus untuk perang dan dapat dipersenjatai dengan meriam, tenaga penggeraknya adalah layar dan dayung.

Kegagalan Intelijen

Satu catatan penting akibat gagalnya Pati Unus menaklukan Portugis di Malaka, ialah kegagalan intelijen Demak yang mencari data tentang Portugis. Teori Sun Tzu menyebutkan “barangsiapa yang mengetahui lawannya, maka dialah pemenang perang”.

Teori tersebut sangat sesuai dengan kasus kegagalan Pati Unus di Malaka. Meskipun sebesar apapun armada dan logistik perang, namun ketika tidak menguasai data musuh maka sia-sia lah instrument itu.

Dari peristiwa itu, nama Tome Pires kemudian menjadi intelijen legendaris Portugis yang tersohor di Nusantara. Langgengnya kekuasaan Portugis di Nusantara karena perannya. Namun, sang intelijen ulung ini harus menemui ajalnya di negeri Tiongkok saat misi yang sama di Nusantara coba diterapkan di sana. Gerak-geriknya sebagai duta telah terdeteksi oleh tentara Tiongkok yang kemudian memenjarakannya di Kiangsu hingga akhir hayatnya.

Oleh karena itu teori intelijen untuk kepentingan nasional suatu bangsa sangat memegang peranan penting. Dalam konteks ini, maka pendekatan akan intelijen maritim sangat melekat atau saat ini yang lazimnya berada pada Angkatan Laut atau instansi-instansi lainnya.

Strategi Maritim Pati Unus

Replika - Kapal Jung (Gambar: arsip pusjianmar)
Replika – Kapal Jung (Gambar: arsip pusjianmar)

Secara strategi, persiapan pasukan Pati Unus sudah teramat matang. Dalam serangan itu, sudah memiliki ends (tujuan), means (alat), dan ways (cara). Ketika ketiganya berkolaborasi, diadakanlah serangan besar-besaran ke Malaka. Ketika pasukan Pati Unus telah terlihat di Selat Malaka, maka tugas pasukan darat yang sebelumnya telah berada di sana sebagai telik sandi dan mampu memobilisir para pedagang serta penduduk asli yang simpati dengan Demak melakukan serangan dengan mengepung benteng A Famosa, pusat pertahanan Portugis.

Namun sial, seluruh strategi Pati Unus dapat diketahui dengan jelas oleh Portugis. Seorang Tome Pires, yang awalnya merupakan juru catat Alfonso d’Albuquerque menjelma menjadi intelijen yang tangguh dan menguasai seluruh data musuh. Atas pengintaiannya pula, Utimuti Raja sebagai pemimpin telik sandi Demak di Malaka tertangkap dan kemudian dihukum mati.

Kematiannya itu tidak diketahui oleh Pati Unus. Ketika strategi yang direncankan akan dijalankan, Pati Unus tidak mendapatkan bantuan dari pasukan telik sandi yang berada di Malaka. Maka dengan leluasa Portugis memukul mundur pasukan Pati Unus yang berjumlah besar. Bala bantuan dari Goa pun turut menggulung pasukan Pati Unus.

Akhirnya hanya bermodalkan rawe-rawe lantang malang-malang putung dengan minim data, Pati Unus tetap mengobarkan peperangan di Selat Malaka. Setelah mengetahui pasukannya kalang kabut, Pati Unus menarik mundur tentaranya ke Demak. Dari seratus kapal yang diberangkatkan, hanya kembali 20 kapal. Banyak pasukan Pati Unus yang tewas dan tertawan oleh Portugis, termasuk Sultan Palembang.

Pati Unus naik tahta pada tahun 1518, namun Pati unus tidak lama memerintah Demak, pada tahun 1521 telah tersebar berita tentang kematiannya. Kepahlawanan Pati Unus dalam memimpin armada perangnya untuk melawan tentara Portugis yang memiliki armada perang tangguh dan senjata modern merupakan hal yang sangat heroik, sehingga Pati Unus dikenal dengan sebutan Pangeran Sabrang Lor.(JMOL)

Lanud Iskandar adalah Landasan TNI AU Terluas nan Bersejarah yang Tak Banyak Dikenal

Kompas.com / Dani Prabowo Pesawat C-47 Dakota RI-002 yang dijadikan monumen Operasi Penerjunan Pertama ?Palagan Sambi

PANGKALAN BUN,  Sepekan terakhir, aktivitas di Landasan Udara Iskandar begitu padat. Puluhan helikopter milik TNI Angkatan Udara, Polri, Badan SAR Nasional, bahkan Seahawk milik Amerika Serikat mendarat di lanud ini. Tidak hanya itu, pesawat Hercules C-130, CN-295 TNI AU hingga pesawat amfibi BE-200 milik Rusia juga ikut mendarat.

Peningkatan aktivitas di Lanud Iskandar tidak terlepas dari peristiwa kecelakaan yang menimpa pesawat AirAsia QZ8501. Pesawat yang mengangkut 155 penumpang dan tujuh kru itu, dilaporkan hilang di Selat Karimata sejak 28 Desember 2014 lalu. Sejak saat itu, Lanud Iskandar dijadikan posko utama pencarian korban dan pesawat AirAsia QZ8501.

Sebenarnya, tak banyak yang tahu dengan keberadaan Lanud Iskandar ini. Bahkan, belum tentu semua anggota TNI mengetahui keberadaan lanud yang berada di Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah. Padahal, lanud ini adalah milik TNI Angkatan Udara.

"Jangankan publik dan media, bahkan tidak semua anggota TNI tahu Lanud Iskandar ini," kata Danlanud Iskandar Letkol Pnb Johnson Simatupang di Lanud Iskandar, Jumat (9/1/2015).

Johnson mengatakan, Lanud Iskandar sebenarnya merupakan lanud terluas di Indonesia. Luasnya yang mencapai 3000,6 hektar melebihi luas Lanud Halim di Jakarta dan Lanudal Juanda di Sidoarjo, Jawa Timur. Hanya saja, dari luas tersebut, baru sekitar 200 hektar saja yang dimanfaatkan sebagai kantor dan landasan pacu pesawat.

Johnson menambahkan, luasnya area yang dimiliki lanud ini, akhirnya menjadikannya sebagai hutan kota. Pasalnya, wilayah di sekitar lanud ini masih dikelilingi oleh hutan yang cukup asri. Banyak warga yang akhirnya memanfaatkan wilayah di sekitar lanud untuk dijadikan lokasi tempat tinggal. Mereka mendirikan bangunan seperti rumah dan beranak pinak di sini.

"Kawasan kita dikelilingi perumahan, jadinya dijadikan hutan kota," ujarnya.

Penerjunan bersejarah

Johnson mengatakan, Lanud Iskandar merupakan salah satu lanud yang bersejarah tak hanya bagi TNI, tetapi juga bagi kemerdekaan Indonesia. Nama Iskandar yang disematkan di lanud ini merupakan nama salah satu penerjun pertama yang dimiliki Indonesia.

Johnson bercerita, pada tahun 1947, Gubernur Kalimantan Pangeran Muhammad Noor mengajukan permintaan kepada AURI untuk membangun stasiun radio. Stasiun tersebut dibangun untuk menyebarkan kabar kepada masyarakat Kalimantan bahwa Indonesia telah merdeka sejak 1945.
kompas.com/dani prabowo Danlanud Iskandar Letkol Pnb Johnson Simatupang
 
Setelah itu, Komodor (U) Suryadi Suryadarma mengambil inisiatif mengirimkan 13 orang ke Kalimantan, dua di antaranya merupakan teknisi radio dari AURI, Hari Hadi Sumantri dan FM Soejoto. Sedangkan 11 orang lainnya merupakan putra Kalimantan. Kesebelas putra kalimantan itu adalah Iskandar sebagai pimpinan pasukan, Ahmad Kosasih, Bachri, J Bitak, C Williem, Imanuel, Amirudin, Ali Akbar, M Dahlan, JH Darius, dan Marawi.

Ke-13 orang itu kemudian diterjunkan di Desa Sambi, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah pada 17 Oktober 1947. Mereka diterjunkan dengan menggunakan pesawat C-47 Dakota RI-002.

"Setelah mendarat dengan selamat, mereka kemudian menghadapi pasukan Belanda yang tengah melangsungkan Agresi Militer I. Saat itu Belanda berupaya untuk merebut seluruh wilayah jajahan mereka termasuk bandara yang didirikan Jepang yang berhasil direbut Indonesia," ceritanya.
Dalam perang itu, tiga dari 13 orang yang diterjunkan tewas. Sementara sisanya ditawan oleh Belanda.

Iskandar termasuk salah satu yang tewas dalam pertempuran itu. Sehingga namanya diabadikan menjadi nama lanud ini sebagai sebuah bentuk penghormatan kepadanya. Selain itu, dua buah patung dirinya juga didirikan yakni di pintu gerbang masuk Lanud Iskandar dan di Desa Sambi.

Johnson mengatakan, pesawat Dakota yang digunakan oleh ke-13 penerjun itu akhirnya juga dijadikan monumen. Monumen tersebut berdiri di kawasan Bundaran Pancasila, Kotawaringin Barat yang berjarak sekitar empat kilometer dari Lanud Iskandar.

"Itu (Dakota) pesawat asli. Setiap tahun kita melakukan perawatan agar tetap bersih dan tidak rusak," katanya.

Semetara, ia menambahkan, tanggal penerjunan ke-13 orang itu dijadikan sebagai hari lahirnya Pasukan Gerak Tjepat (PGT) TNI AU, yang kemudian namanya berubah menjadi Kopaskhas AU.
PGT atau Kopaskhas merupakan salah satu pasukan elit yang dimiliki TNI. Kepiawaian mereka dalam merebut landasan udara di Pangkalan Bun ini, menjadikan nama mereka sebagai nama salah satu pasukan elit yang disegani dunia.


Landasan Aju 

Meski memiliki area yang cukup luas, status Lanud Iskandar ini masih termasuk ke dalam lanud tipe C. Oleh karenanya, tidak banyak pasukan TNI AU yang bertugas untuk menjaga lanud ini. Hanya sekitar 90 pasukan saja yang setiap hari mengamankan ribuan hektar wilayah lanud ini. Itu pun bukan pasukan Korps Pasukan Khas TNI AU (Korpspaskhas).

Selain itu, status lanud ini juga juga dijadikan sebagai landasan aju bagi pasukan TNI. Artinya, ketika terjadi pertempuran yang melibatkan Indonesia, lanud ini akan bertindak sebagai landasan support untuk menerbangkan pesawat tempur Indonesia guna menunjang pertahanan wilayah.

"Kita ini statusnya adalah pangkalan aju, yang harus siap, standby, dalam keadaan darurat," katanya.
Selain minim pasukan, lanud ini juga tidak dilengkapi dengan skadron udara yang sewaktu-waktu siap melakukan pertempuran. Jika kondisi darurat terjadi, seperti penyerangan terhadap Lanud Iskandar, maka pihak lanud akan menghubungi Lanud Supadio di Pontianak, Kalimantan Barat untuk menerjunkan tim Korpspaskhas.(KOMPAS.com)

Densus 88 tangkap lima DPO teroris, satu tewas

Densus 88 tangkap lima DPO teroris, satu tewas
Densus BB
 
Jakarta - Detasemen Khusus 88 Antiteror Mabes Polri dan Polda Sulawesi Tengah berhasil menangkap lima orang terduga teroris yang terkait dengan kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Santoso.

"Pada Sabtu, tim Densus berhasil menangkap lima DPO pelaku terorisme di Poso.Kelima tersangka masuk daftar pencarian orang sesuai peran masing-masing," kata Kadivhumas Polri Irjen Pol Ronny F. Sompie dalam pesan singkat kepada Antara di Jakarta, Sabtu.

Ia menjelaskan tersangka Ilham Syafii atau IS ditangkap Sabtu pukul 10.15 WITA di Desa Bungadidi, Dusun Beringin, Kecamatan Tana Lili, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan.

"Saat tim mengejar ke arah perkebunan, IS melawan sehingga terjadi baku tembak yang mengakibatkan tersangka meninggal dunia," kata dia.

IS yang diduga berperan dalam pendanaan MIT pimpinan Santoso, terlibat dalam pelatihan militer bersama kelompok Santoso dan Daeng Koro. "Dia juga mengetahui persembunyian para DPO teroris," ujar Ronny.

Barang bukti yang disita dalam penangkapan IS berupa satu pucuk pistol Browning Hi Power Automatic cal 9 mm, lima butir peluru cal 9 mm, satu buah handphone dan pisau lipat.

Kedua, ditangkap tersangka Saiful Jambi alias Ipul yang tinggal di Kayamanya, Lorong Mesjid Nurul Fala, Kampung Wotu, Kabupaten Poso. Dia ditangkap Densus pukul 11.30 WITA di Jalan Pulau Sabang, Sulteng.

Polri menduga Ipul adalah kurir logistik kelompok MIT dan membantu menyembunyikan DPO Daeng Koro dan Santoso. Ia juga diduga penerima kiriman dana dari luar Sulawesi Tengah dan mengurus keuangan kelompok MIT.

"Dia diduga membuat bom bersama tersangka yang sudah tertangkap yakni Oca di rumah Oca," kata dia.

Berikutnya yang tertangkap adalah tersangka Rustam alias Ape yang beralamat di Jalan Pulau Sabang, Kayamanya.

"Tersangka Ape ditangkap di Jalan Mentawai, Kayamanya pada pukul 12.15 WITA," katanya.

Ronny mengurai keterlibatan Ape dalam jaringan terorisme MIT diantaranya ikut pelatihan militer di Morowali pada  2007, membantu mengurus pembelian logistik MIT, pemberi dana operasional Tuturuga Morowali dan membantu pelarian DPO Daeng Koro dan Santoso.

DPO teroris selanjutnya yang ditangkap adalah tersangka Hasan dan istrinya Ros. "Keduanya ditangkap di depan SMP 4 Poso pada pukul 14.15 WITA," kata dia.

Dia menjelaskan Hasan terlibat dalam pengurusan dana kelompok MIT. Hasan juga diduga menyiapkan dan mengantar logistik MIT serta mengetahui keberadaan para DPO teroris lainnya.

"Kalau istri Hasan perannya sebagai penyedia rekening penampung uang hasil kegiatan fai. Dia juga menyediakan logistik bagi sindikat MIT," katanya.(ANTARA News)

Jokowi Ingin PT PAL Fokus ke Pembuatan Kapal, Tak Terima Order Lain

 
 Jokowi di PT PAL 
 
Surabaya - Presiden Jokowi meminta agar PT PAL Indonesia lebih fokus dalam melakukan proses produksi. PT PAL diharapkan agar fokus membuat kapal saja. Selain membuat kapal, ternyata PT PAL juga menerima pesanan lain seperti platform off shore.

"Saya pikir kalau ingin mengembangkan industri maritim, ya fokus. Kapal ya kapal," ujar Jokowi kepada wartawan saat mengunjungi PT PAL Indonesia di Surabaya, Sabtu (10/1/2015).

Dengan fokus pada satu produks, kata Jokowi, pada suatu titik produk tersebut akan menjadi suatu produk yang matang dan sempurna. Dengan fokus pada satu produksi, maka suatu produk juga bakal semakin efisien.

Jokowi juga mengatakan bahwa mesin produksi juga berperan penting untuk proses industri. Bila mesin yang digunakan sudah tua, sudah pasti nantinya akan ketinggalan dengan kompetitor.

"Untuk modal, yang penting manajemen diperbaiki. Kalau sudah betul dan pesanan ada, baru modal masuk," pungkas Jokowi.(Detik)

Megawati Suruh Susi Minta Jokowi Buat Kapal Besar ayo kasih gak


Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri
 
Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri bereaksi dan mengeluarkan pernyataan, setelah mengetahui bahwa Presiden Joko Widodo akan mengunjungi PT PAL di Surabaya, Sabtu 10 Januari 2014.

Di hadapan Jokowi, Megawati mengatakan bahwa saat dia menjadi Presiden, PT PAL itu akan dibangkrutkan. "Saya dengar Presiden mau ke PT PAL, itu BUMN kan? Saat saya jadi Presiden mau dipailitkan," kata Megawati, di sela-sela acara HUT PDIP ke-42.

Mantan presiden wanita pertama Indonesia itu mengaku sempat mempertanyakan, mengapa PT PAL akan dipailitkan. "Ya, saya tahu dipailitkan karena tidak untung. Tapi kenapa tidak untung. Mereka bilang, karena pesanan kapal cuma satu," katanya.

Lebih lanjut, dengan nada guyon Megawati berkata pada Menteri Perikanan dan Kelautan Susi Pudjiastuti, agar meminta pada Jokowi untuk membuat kapal yang besar. "Jadi, bu Susi, bukan mau menggurui. Minta Presiden bikin kapal besar-besar 100 gitu. Baru asyik," ujarnya.(
VIVAnews )

Pihak Asing Dilarang Ikut Susun Renstra Pertahanan

Share
Antara / Foto
PERTAHANAN NASIONAL-Presiden Joko Widodo (tengah) didampingi Wapres Jusuf Kalla memimpin sidang Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (30/12). Pertemuan tersebut membahas isu-isu strategis di industri pertahanan terkait dengan alat utama sistem persenjataan (Alutsista).
Renstra menyangkut kedaulatan Indonesia. Itu sudah pasti menjadi otoritas penuh Indonesia
JAKARTA – Kementerian Pertahanan (Kemenhan) menjalin kerja sama dengan Defense Institution Reform Initiative (DIRI) Amerika Serikat (AS), untuk meningkatkan pertahanan Indonesia pada 2015. Kerja sama ini merupakan salah satu action plan 2015 untuk memperluas cakupan program DIRI sebelumnya.

Namun, salah satu bentuk kerja sama tersebut yakni DIRI mendukung dan membantu penyusunan Rencana Strategi (Renstra) pertahanan RI 2015-2019. Atas hal tersebut,

Ketua Komisi I DPR, Mahfudz Siddiq, menolak secara tegas. Alasannya, penyusunan renstra pertahanan tidak boleh ada campur tangan pihak asing karena menyangkut kedaulatan Indonesia.

"Renstra menyangkut kedaulatan Indonesia. Itu sudah pasti menjadi otoritas penuh Indonesia. Tidak boleh asing ikut membantu menyusun, apalagi terlibat dalam pembuatan renstra,” tutur Mahfudz Siddiq kepada SH di Jakarta, Kamis (8/1).
Karena itu, Komisi I DPR akan meminta penjelasan dari Kemenhan terkait pelibatan asing dalam penyusunan renstra tersebut. “Renstra itu yang menyusun Kemenhan, Mabes TNI, dan Komisi I DPR. Tidak boleh ada asing. Kami akan minta penjelasan Kemenhan,” katanya. 

Menurutnya, pihak asing hanya bisa dilibatkan dalam kerja sama militer, baik dalam bentuk pertukaran teknologi alat utama sistem pertahanan (alutsista) maupun bentuk pelatihan militer. Pengamat militer, Mufti Makarim mengatakan, bantuan AS dalam penyusunan renstra pertahanan harus diselisik lebih jauh. Jika bantuan penyusunan renstra hanya bersifat base line atau dasar dan masukan, bisa saja diperbolehkan karena belum masuk dalam renstra. Namun, jika AS masuk dalam penyusunan renstra, tentu akan berbahaya bagi strategi pertahanan dalam negeri karena informasi pertahanan dalam negeri bisa dengan mudah diketahui oleh asing.

"Kalau sudah masuk ke tahap pelaksanaan atau teknis, harus hati-hati. Ini sangat berbahaya. Namun, detailnya nggak tahu sampai mana DIRI membantu penyusunan Renstra,” ujarnya. 

Namun, Mufti yakin jika Kemenhan tidak bakal gegabah dalam penyusunan renstra. “DIRI itu tidak hanya di Indonesia. Kalau tidak salah ada 40 negara yang juga melakukan kerja sama. Saya tetap yakin renstra tidak akan dicampuri asing,” ucapnya.

Peningkatan Performa
Sekretaris Jenderal Kemenhan, Letjen TNI Ediwan Prabowo mengatakan, kerja sama dengan DIRI dalam rangka meningkatkan performa personel dan sistem. Program ini sudah menjadi opsi untuk mengoptimalkan sumber daya yang dipunyai Kemenhan saat ini. “Program ini juga menjadi parameter hubungan antara Indonesia dan AS,” katanya.
Ia menjelaskan, pada 2014, DIRI telah mendukung dan membantu untuk menciptakan renstra Kemenhan untuk 2015-2019. Staf DIRI terhitung delapan kali ke Jakarta, bekerja sama dengan staf Kemhan dan Mabes TNI, Mabes AD, Mabes AU, dan Mabes AL. Program ini membuka manfaat bagi pengembangan pertahanan, mulai dari tingkat strategis sampai teknis.
"Tim DIRI telah memberi masukan mengenai international best practises dalam bidang pertahanan. Selama 2014, DIRI juga melibatkan Kemenhan melalui Ditjen Rencana Pertahananan, Strategi Pertahanan, dan Potensi Pertahanan yang memfokuskan program aspek perencanaan strategis dan perencanaan anggaran,” katanya.
Wakil Duta Besar AS, Kristen F Bauer mengatakan, hubungan persahabatan secara menyeluruh dan saling menghormati antara Indonesia dan AS tercipta selama 2010-2014. Kedua negara saling memperluas keja sama di bidang perdagangan, ekonomi, politik, dan keamanan. 
"Kita kerja sama latihan militer dan berbagai jenis kerja sama lainnya. Dalam waktu itu, 500 kali kerja sama dilakukan. Kami bangga menjadi partner Indonesia,” ujarnya.  (http://sinarharapan.co)

Operasi Pemberantasan Illegal Fishing Besar-besaran

//images.detik.com/content/2015/01/09/4/nelayansedih5.jpg
Jakarta -Pemerintah pimpinan Joko Widodo (Jokowi) berencana melakukan operasi pemberantasan illegal fishing besar-besaran. Tidak hanya TNI AL dan Kepolisian, operasi besar-besaran melibatkan Badan Keamanan Laut (Bakamla), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) di bawah koordinasi Kementerian Koordinasi bidang Kemaritiman dan kendali Bakamla.

"Khusus di bidang IUU Fishing kita coba lakukan operasi bersama di bawah kendali Bakamla," ungkap Kepala Bakamla Laksamana Madya Desi Albert Mamahit di Gedung BPPT, Thamrin, Jakarta, Jumat (8/01/2015).

Operasi besar pemberantasan illegal fishing yang melibatkan banyak pihak ini, akan menjadi yang pertama dan terbesar yang pernah dilakukan. Operasi akan dilakukan pada zona laut yang kerap ditemukan praktik illegal fishing secara bersamaan.

Mengenai waktunya kapan, Mamahit masih merahasiakan agar tidak diketahui pelaku illegal fishing.

"Saya katakan hari ini luar biasa dan bersejarah bagi aparat keamanan laut dari seluruh stakeholder (pemangku kepentingan) yang ada," imbuhnya.

Bakamla sendiri baru dibentuk di awal tahun ini, sesuai Perpres 178/2014 sebagai pengganti Badan Koordinasi Keamanan Laut (Bakorkamla). Bakamla yang saat ini mempunyai 3 kapal, akan diberikan 10 kapal milik TNI AL secara cuma-cuma.

Tidak hanya dari TNI AL, ke depan KKP akan memberikan 3-5 kapal, ditambah 4 kapal dari Kementerian Koordinator bidang Kemaritiman kepada Bakamla.(Detik)

Bakamla dapat aset awal 10 kapal TNI AL


Bakamla dapat aset awal 10 kapal TNI AL
Menko Kemaritiman Indroyono Soesilo (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A)
Jakarta- Badan Keamanan Laut akan mendapatkan 10 kapal milik TNI Angkatan Laut sebagai aset awal dalam tugasnya memberantas penangkapan ikan ilegal atau "illegal, unreported and unregulated fishing" (IUU Fishing).

"TNI Angkatan Laut akan segera menghibahkan 10 kapal sebagai aset awal untuk menjaga keamanan dan keselamatan laut," kata Menko Bidang Kemaritiman Indroyono Soesilo usai rapat koordinasi di Jakarta, Jumat malam.

Menurut Indroyono, meski Bakamla baru dibentuk berdasarkan Perpres Nomor 178 Tahun 2014, lembaga tersebut telah beroperasi dengan tujuan khusus menangani penangkapan ikan ilegal.

"Bakamla ini baru embrio. Kita ingin memperkuat otak sistem informasi command control yang diintegrasikan. Nantinya informasi di-databank-kan di Bakamla," katanya.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Bakamla Laksamana Madya Desi Albert Mamahit mengatakan beberapa pihak terkait sudah menawarkan sejumlah aset untuk membantu optimalisasi penanganan anti "illegal fishing".

"TNI AL akan beri 10 kapal, dari Kementerian Kelautan dan Perikanan sekitar tiga atau lima kapan, dan Kemenko Kemaritiman mau beri empat kapal. Harapannya dalam lima tahun ke depan kami sudah bisa punya 50-60 kapal," katanya.

Selama ini, Mamahit mengatakan Bakamla pada awalnya lembaga itu mempunyai tiga kapal. Namun, dalam operasionalnya, Bakamla mendapat bantuan pinjaman kapal dari Ditpolair Polri, TNI AL dan sejumlah pihak lain.

"Nanti sekitar dua minggu lagi, kami akan mengkoordinasikan 30 kapal untuk beroperasi ke lokasi di radar yang menurut kami rawan, misalnya Batam, Manado dan Ambon," katanya.

Mamahit menambahkan, sesuai perintah Menko Kemaritiman, Bakamla akan bekerja sama dengan TNI AL, Ditpolair Mabes Polri dan Ditjen Bea Cukai dalam penangangan "illegal fishing".

"Kami akan kembangkan kemampuan early warning system yang nanti aspek operasionalnya akan berdasrkan data di early warning system itu tadi," ujarnya.

Kerja sama dengan TNI AL, Ditpoiair Mabes Polri dan Ditjen Bea Cukai sejalan dengan penetapan acuan untuk menangani "illegal fishing" yang diusulkan dengan tiga undang-undang yaitu UU Perikanan, UU Pelayaran dan Perikanan serta UU Kepabeanan.

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengatakan selama ini banyak kapal asing ilegal yang sulit ditindak karena batasan dalam UU yang ada.

"Hal seperti ini yang selama ini missing, ada kapal yang salah, tapi tidak yakin apakah bisa ditangkap dengan UU Perikanan karena misal ikannya sudah dibuang. Maka kita lakukan kajian untuk menangkap nelayan ilegal dengan UU lain. Pokoknya kita keluarkan semua jurus untuk menangkap (kapal ilegal)," tegasnya. (ANTARA News)

Ancaman Navigasi Hambat Laju Pembangunan Maritim


Kapal Hidrografi dari Prancis dengan tipe OSV190 SC WB. (Foto: indomiliter.com)
Kapal Hidrografi dari Prancis dengan tipe OSV190 SC WB.
Jakarta, Mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia hanya dengan menghilangkan ancaman yang terjadi di laut saat ini, salah satu diantaranya ialah ancaman navigasi. Mantan Kasal tahun 2002-2005 Laksamana (Purn) Bernard Kent Shondakh menegaskan hal itu saat ditemui JMOL beberapa waktu lalu.
“Poros maritim itu sangat baik dan kita sangat mengapresiasi itu, karena kesejahteraan bangsa kita ada di laut. Sebenarnya hal itu sudah dimulai dengan membuat Departemen Kelautan pada masa Gus Dur dan saat ini ada Menko Kemaritiman, namun yang terpenting dalam mewujudkan itu ialah dengan menghilangkan ancaman yang saat ini masih banyak terjadi di laut kita,” ungkap Bernard.
Laksamana (Purn) Bernard Kent Shondakh (Foto: JM)
Laksamana (Purn) Bernard Kent Shondakh


“Ada 3 ancaman yang kerap terjadi di laut kita, yaitu perompakan, ancaman navigasi, dan ada namanya ancaman climate change atau global warming, maka dari itu sekarang kerap terjadi angin puting beliung, padahal dulu tidak pernah,” ujarnya.

Berita yang membuatnya miris, yaitu adanya nelayan yang enggan pergi melaut karena akibat tingginya gelombang laut yang lebih dari 3 meter.

“Sekarang kapal dilarang keluar karena gelombang lebih dari 3 meter. Hal itu sudah terjadi sekarang yang disebut factual threat atau ancaman nyata,” katanya.

Peran Lembaga Hidrografi

Tingginya ancaman navigasi itu menuntut peranan Lembaga Hidrografi untuk dapat meningkatkan kemampuannya. Pria kelahiran Tobelo 67 tahun silam itu menyebutkan pentingnya sarana pendukung yang memadai dari Lembaga Hidrografi.

“Itu sudah menjadi tugas hidrografi, negara sebesar ini hanya punya kapal 2 hidrografi, itupun baru pesan dari Prancis, dulu kita sempat punya 8 tetapi itu punya BPPT,” tandasnya.

Saat ini Lembaga Hidrografi Nasional bernama Dinas Hidrografi dan Oseanografi (Dishidros) yang berada dibawah naungan TNI AL. Baru-baru ini Dishidros TNI AL sudah memesan kapal Hidrografi dari Prancis dengan jenis OSV190 SC WB.

Sayangnya, mantan Kasal yang saat ini turut aktif menjadi komisaris di beberapa perusahaan itu tidak menjelaskan posisi Lembaga Hidrografi ke depan, apakah tetap berada dibawah TNI AL atau menjadi badan independen yang bertanggung jawab kepada Presiden atau Kementerian terkait layaknya Bakamla atau BPPT.

Sementara itu pengamat militer dari Indomiliter, Haryo Adjie Nogo Seno menyatakan sejauh ini peranan Dishidros belum dapat dikatakan optimal.

“Saat ini memang belum clear peranan dari Dishidros, selain untuk navigasi pada jalur alur pelayaran kapal selam juga untuk navigasi sipil,” tutur Adjie.

Lebih lanjut, Adjie menambahkan, belum optimalnya peranan itu terlihat pada saat evakuasi Airasia QZ8501. “Memang tidak dapat dipungkiri bahwa kapal Dishidros hanya dua dan baru pesan dari Prancis, jadi itu salah satu penyebab belum optimalnya peranan lembaga ini,” sambungnya.

Seperti halnya satuan kapal eskorta, satuan kapal amfibi, dan satuan kapal cepat, maka Dishidros pun punya armada kapal tersendiri, yakni Satuan Surveihidros (Satsurveihidros).

Saat ini Satsurveihidros memiliki 5 (lima) KRI, khusus KRI yang berada di jajaran Satsurveihidros merupakan jenis kapal Bantu Hidro-Oseanografi atau yang dikenal dengan istilah BHO. Dari kelima KRI tersebut, 1 (satu) KRI Dewa Kembar-932, 1 (satu) KRI Leuser-924 dan 3 kelas Kondor yaitu KRI Pulau Rote-721, KRI Pulau Romang-723 dan KRI Pulau Rempang-729 yang berada di jajaran Satsurveihidros.

Sejatinya kapal-kapal itu bukanlah jenis kapal survei namun menyikapi keterbatasan yang ada, TNI Angkatan Laut memodifikasi kapal-kapal tersebut untuk dapat dijadikan kapal survei.

Awalnya kapal-kapal tersebut merupakan kapal tipe rumah sakit, kapal tunda samudera dan kapal penyapu ranjau sehingga memiliki nama dan nomor lambung yang berbeda namun memiliki fungsi azasi yang sama sebagai kapal survei. Sehingga, KRI yang berada di jajaran Satsurveihidros merupakan jenis kapal Bantu Hidro-Oseanografi atau yang dikenal dengan istilah BHO.(JMOL)

Kapal Malaysia Diledakkan karena Curi Ikan di Selat Malaka

Medan, -Penenggelaman kapal itu dipimpin Kapolda Sumut Irjen Pol Eko Hadi Sutedjo. Personel polisi meletakkan bahan peledak di kapal nelayan tersebut, dan kemudian meledak sekitar pukul 13.35 WIB, Kamis (8/1/2015). Tak lama setelah ledakan, puing kapal itu tenggelam.

 Kepolisian Daerah (Polda) Sumatera Utara (Sumut) menenggelamkan satu kapal ikan Malaysia yang kedapatan mencuri ikan di perairan Indonesia. Kapal itu diledakkan di sekitar Pelabuhan Belawan, Medan.


Kapolda Eko Hadi Sutedjo menyatakan, kapal dengan nomor lambung PKFA 7738 itu ditangkap personel Direktorat Kepolisian Air (Polair) Sumut pada 9 Desember 2014 karena kedapatan menangkap ikan di sekitar Selat Malaka yang masuk perairan Indonesia.

Posisi penangkapan itu sekitar 16 mil timur laut dari Pulau Pandan. Dalam proses penggeledahan dari dalam kapal berbendera Malaysia itu ditemukan ikan hasil curian sebanyak 150 kilogram (kg).

"Saat ditangkap, ditemukan barang bukti ikan. Ikannya sudah dilelang, hasilnya untuk negara. Sementara kapalnya, setelah melalui proses di pengadilan, kemudian kita tenggelamkan," kata Eko.

Dalam kasus ini, kata Kapolda, diamankan empat tersangka Warga Negara (WN) Myanmar. Yakni kapten kapal Chen (24), serta tiga Anak Buah Kapal (ABK), yakni Kyaw, Banmin dan Htyata. Saat ini mereka sedang dalam proses hukum di Polair Sumut.(Detik)

Ancaman Lone Wolf Juga Disebut Mengintai Indonesia

Ancaman <i>Lone Wolf</i> Juga Disebut Mengintai Indonesia Amerika dan Australia keluarkan peringatan berkunjung ke kota Surabaya. Menurut pengamat, ancaman teror saat ini datang dari individu radikal atau lone wolf. 
 
Jakarta, "Lone wolf adalah orang atau kelompok yang tidak memiliki afiliasi langsung dengan kelompok teroris, mereka teradikalisasi di internet, Youtube, dan terinspirasi dari sana," ujar Ridlwan kepada CNN Indonesia (7/1).

Travel warning atau peringatan berkunjung yang dikeluarkan Amerika Serikat dan Australia tidak bisa diabaikan. Ancaman teror di Indonesia menurut pengamat bukan lagi datang dari kelompok radikal, melainkan dari individu-individu yang memiliki pemahaman ekstrem, atau yang disebut lone wolf.

Pengamat terorisme Universitas Indonesia Ridlwan Habib menilai, ancaman lone wolf yang teradikalisasi di internet atau melalui pengalaman berperang di Suriah atau Irak kian menjadi tren di seluruh dunia.

Terakhir, lone wolf menyandera pengunjung kafe di Sydney, Australia menewaskan beberapa sandera dalam penyerbuan polisi. Oktober tahun lalu, seorang lone wolf menembak mati tentara Kanada di Ottawa, dan masih banyak kasus lainnya.

Menurut Ridlwan, serangan dari lone wolf muncul karena simpati dan dilakukan secara otodidak, tanpa pelakunya pernah mengenyam latihan militer sebelumnya.

Kelompok ini berbahaya karena tidak terafiliasi dengan kelompok manapun, tidak ada pengawasan dan kendali, serta serangannya dilakukan secara acak. "Mereka beroperasi tanpa perlu diperintah oleh siapapun, ini yang berbahaya," tegas Ridlwan.

Di Indonesia, ancaman lone wolf datang dari para veteran perang Suriah yang pulang ke tanah air. "Sampai saat ini mereka belum terkonsolidasi ke dalam satu jemaah," ujar dia.

Namun Ridlwan mengaku agak sulit membayangkan Surabaya lokasi kelompok terorisme. Pasalnya menurut dia, kelompok radikal sulit berkembang di kota ini karena solidaritas dan kewaspadaan yang kental di masyarakat.

"Kewaspadaan masyarakat Surabaya tinggi. Contoh misalnya, ada warga yang mencurigakan di satu kontrakan atau kamar kost, mereka memiliki sistem lapor RT atau Polsek," lanjut Ridlwan.(CNN Indonesia )

Srikandi Forensik Indonesia yang Disegani di Mancanegara


KOMPAS.com/Dani Prabowo Kepala Sub Bidang Kedokteran Polisi Polda Jawa Tengah, AKBP dr Sumy Hastry Purwanti saat membantu proses identifikasi jenazah korban jatuhnya pesawat AirAsia di Selat Karimata, Rabu (7/1/2015).

PANGKALAN BUN, Jelang pergantian tahun 2015, sebuah kecelakaan pesawat terjadi di Selat Karimata, perairan dekat Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. Semua pemangku kepentingandi negeri ini pun bahu-membahu untuk menemukan jenazah penumpang dan awak pesawat tersebut.

Posko pencarian didirikan. Di bawah koordinasi Badan SAR Nasional, posko utama itu akhirnya diletakkan di Landasan Udara Iskandar, Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah. Hampir setiap hari, jenazah penumpang dan kru pesawat itu ditemukan di perairan. Jenazah itu akhirnya dibawa ke Lanud Iskandar untuk kemudian diterbangkan ke Surabaya, Jawa Timur, guna proses identifikasi lebih lanjut.

Namun, sebelumnya, jenazah ditransitkan terlebih dahulu ke RSUD Imanuddin, Pangkalan Bun, untuk dikemas. Dengan demikian, ini memudahkan proses identifikasi lanjutan.

"Di sini kita lindungi dulu. Sejumlah data penting kita selamatkan untuk proses identifikasi. Setelah itu, kita tutup jenazah dengan plastik dan kita plakban agar tidak mempercepat proses pembusukan," kata AKBP dr Sumy Hastry Purwanti, Sp Forensik, di Lanud Iskandar, Rabu (7/1/2015).

Hastry merupakan satu-satunya dokter forensik perempuan yang membantu proses identifikasi jenazah di RSUD Imanuddin. Di rumah sakit tersebut setidaknya ada dua tim yang diterjunkan untuk melakukan proses identifikasi awal jenazah. Satu tim berisi sepuluh orang yang terdiri dari dua dokter forensik, tim teknis, dokter umum, serta petugas yang memasukkan dan mengemas jenazah ke dalam peti jenazah.

"Setiap tim itu bertugas secara bergantian untuk menangani satu jenazah," tuturnya.


Keluarga sebagai "vitamin"

Ketika pesawat AirAsia QZ8501 dikabarkan hilang, Hastry telah mempersiapkan diri jika sewaktu-waktu akan diterjunkan DVI untuk membantu proses identifikasi jenazah. Ia sadar bahwa peristiwa hilangnya pesawat itu berdekatan dengan malam pergantian tahun baru, sebuah malam yang tepat untuk berkumpul bersama keluarga. Kendati demikian, ia mengungkapkan, keluarganya sudah cukup memahami profesinya sebagai dokter forensik yang bekerja di kepolisian.

Sebuah tugas besar menanti. Ada keluarga lain yang membutuhkan bantuannya dalam mengidentifikasi jenazah keluarga mereka. "Anak dan suami saya sudah tahu bahwa ibunya harus berangkat," ceritanya.

Bagi Hastry, keluarga adalah "vitamin" penyemangat hidup. Untuk itu, ketika ia harus bekerja dalam waktu lama, baik itu di luar kota maupun di luar negeri, komunikasi dengan keluarga menjadi "vitamin" yang cukup manjur untuk mengobati rasa rindu.

"Biasanya kalau pagi sebelum kerja atau malam sesudah kerja itu saya telepon. Mereka tahu, kalau sudah bekerja, biasanya ibunya susah dihubungi," katanya.



Piawai dan disegani

Sehari-hari, Hastry berdinas di Kepolisian Daerah Jawa Tengah. Ia menjabat sebagai Kepala Sub Bidang Kedokteran Polisi (Kasubid Dokpol) Bidang Kedokteran Kesehatan (Biddokes) Polda Jawa Tengah. Namun, jika ada peristiwa besar, seperti kecelakaan atau bencana alam, ia akan bergabung dengan tim Disaster Victims Identification (DVI) Polri untuk menanganinya.

Sejumlah kasus besar pun pernah ditangani sejak ia masih menempuh pendidikan sebagai dokter spesialis forensik di Universitas Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah. Kasus-kasus itu antara lain Bom Bali I (2002), bom Hotel JW Marriott (2003), bom di Kedutaan Besar Australia, bencana alam tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam (2004), kecelakaan pesawat Mandala di Medan (2005), Bom Bali II (2005), serta kecelakaan pesawat Sukhoi (2012).

Kepiawaiannya dalam mengungkap identitas jenazah yang sulit teridentifikasi pun membuat namanya cukup diperhitungkan di dunia. Bahkan, ketika peristiwa kecelakaan pesawat Malaysia Airlines MH17 terjadi di Ukraina beberapa waktu lalu, dia sempat dipanggil ke Belanda untuk membantu proses identifikasi tersebut.

"Enggak diseganilah. Kebetulan kan kerja di kepolisian dan memiliki keahlian. Jadinya sering diminta bantuan kalau ada kejadian di dalam dan luar negeri," katanya.

Hastry mengungkapkan, menjadi dokter forensik merupakan profesi yang sangat menantang. Layaknya seorang polisi yang mengungkap sebuah kasus kejahatan, tak jarang dokter forensik juga harus dihadapkan pada realita bahwa jenazah yang dihadapinya tidak utuh. Dengan demikian, mereka harus menyusun satu per satu bagian tubuh jenazah dan mencocokkannya dengan data antemortem dan postmortem sebelum akhirnya menentukan identitas jenazah.

"Saya ini enggak mikir mau perempuan atau laki-laki. Begitu kali pertama kerja dan ke TKP (tempat kejadian perkara) lalu kasus terungkap, itu senang banget," ujarnya.

Menurut Hastry, ada beban mental yang dihadapi oleh seorang dokter forensik. Ia bercerita, ketika sebuah kecelakaan atau bencana besar terjadi, keluarga korban pasti akan menunggu kepastian nasib keluarganya yang menjadi korban dengan harap-harap cemas. Setidaknya, jika memang keluarga mereka meninggal dunia, jenazah dapat teridentifikasi dan segera dikembalikan ke keluarga untuk dimakamkan.

"Kasihan kalau tidak teridentifikasi, ini jadi beban juga buat kami. Kita berharap proses identifikasi bisa cepat selesai dan segera disemayamkan," katanya.

Wajah disaster

Seringnya bersentuhan dengan jenazah korban kecelakaan ataupun bencana membuat Hastry sudah tak lagi canggung dengan para jenazah itu. Bahkan, saking seringnya, ia menjuluki dirinya sendiri sebagai orang yang dekat dengan bencana.

"Wajahku ini sudah kayak disaster," selorohnya.

Selain panggilan jiwa, kata dia, orang yang menjadi dokter forensik itu haruslah memiliki kegigihan yang kuat. Profesi ini juga menuntut seseorang untuk dapat bekerja secara profesional tanpa kenal lelah.

"Jadi ya kerja ini padamu negeri saja. Kalau enggak gila, ya hobi. Nah, saya ini dua-duanya," katanya.(KOMPAS.com )

Hastry berharap, ke depan, dunia forensik di Indonesia dapat berkembang. Fakultas kedokteran yang ada pun semakin banyak mencetak lulusan ahli forensik yang dapat disegani dunia. Tak hanya untuk mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional, tetapi yang lebih utama adalah membantu suatu keluarga untuk menemukan anggota keluarga mereka yang hilang atau menjadi korban kecelakaan dan bencana alam.

"Saya ingin kedokteran forensik itu disenangi. Banyak adik-adik yang belajar sehingga banyak membantu masyarakat," katanya.

BIN Dalami Informasi Ancaman Terorisme di Indonesia

 

JAKARTA - Kepala Badan Intelejen Negara (BIN) Marciano Norman mengaku masih mendalami informasi dugaan ancaman terorisme yang disampaikan oleh pemerintah Australia.

"Jadi tidak berlebihan, masyarakat juga tidak perlu khawatir tentang hal itu, karena kita juga melakukan langkah pencegahan tapi sekecil apapun info itu tetap kita dalami," kata Marciano di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu (7/1/2017).

Marciano menegaskan, hingga saat ini tidak ada indikasi kuat yang mengarah ke ancaman terorisme seperti yang disampaikan pemerintah Australia.

Dia meyakinkan, bahwa kondisi di Indonesia sampai saat ini masih sangat aman. Menurutnya, dengan sendirinya isu tersebut akan hilang.

"Ancaman teroris itu selalu muncul. Apabila melihat keamanan baik, tidak akan dan peran masyarakat sangat diharapkan. Melihat keganjilan itu segera diinfokan, supaya diambil langkah yang tepat sehingga tidak perlu takut," tegasnya.

Panglima TNI :Pembaruan Kapal Perang 2015-2019

Panglima TNI, Jenderal TNI Moeldoko, menginspeksi prajurit TNI Angkatan Laut di Dermaga Ujung, Komando Armada RI Kawasan Timur, Surabaya, 6 Januari 2015. (Pusat Penerangan TNI)
 
Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI), Jenderal Moeldoko, mengungkapkan bahwa Angkatan Laut telah mencanangkan upaya pembaruan alat utama sistem senjata (alutsista) yang esensial, terutama kapal perang atau KRI. Pembaruan yang disebut mid-life update dilakukan pada 2015 hingga 2019.

Panglima juga menyampaikan bahwa pemberlakuan ASEAN Political Security Community bersamaan dengan ASEAN Maritime Forum. Kondisi itu menuntut Indonesia menjadi pemain yang aktif, sebab ASEAN Maritime Forum akan lebih banyak memainkan aspek operasional yang membutuhkan penggunaan instrumen militer.

“Dalam hal ini Angkatan Laut yang kredibel dan mempunyai kemampuan penangkalan dalam rangka kerja sama menjaga stabilitas keamanan kawasan Asia Tenggara, yang kian rumit dalam tahun-tahun ke depan,” ujarnya.

 
“Untuk menghadapi semua tantangan yang berkembang, TNI AL telah memiliki perencanaan mid-life update terhadap sistem senjata yang esensial untuk tidak memberatkan di masa mendatang,” kata Panglima di Dermaga Ujung, Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim) Surabaya, Jawa Timur, Selasa, 6 Januari 2015.

Mid-life update adalah pemeliharaan atau renovasi yang dirancang untuk memperluas kegunaan dan kemampuan alat utama sistem persenjataan militer. Biasanya hampir semua instrumen kapal perang digantikan, CMS (command management system) maupun sistem pendorong.

Biasanya dalam program mid-life update di banyak Angkatan Laut dunia, kapal yang menjalani fase itu akan mendapatkan teknologi CMS yang setara dengan kapal perang yang lebih baru. Pertimbangannya adalah agar lebih menguntungkan dari sisi logistik dalam hal pemeliharaan, juga lebih memudahkan dalam interoperabilitas.

Namun, sebagaimana dikutip dari siaran pers Pusat Penerangan TNI, Panglima menegaskan bahwa mid-life update adalah sebagian dari skenario modernisasi alutsista. “Yang bentangnya dari sekarang (tahun 2015) hingga 15 tahun mendatang,” tuturnya.

Menurut dia, awal 2015 hingga 2019 adalah babak baru keberlanjutan pembangunan kekuatan dan pengembangan kemampuan TNI. Hal itu sudah disusun dalam kerangka kebijakan Minimum Essential Force, yang ditujukan guna mengamankan kepentingan nasional.

“Implementasinya harus melalui tahapan Fiscal and Program Guidance, yang merupakan salah satu tahapan krusial dalam pembangunan kekuatan, karena merupakan penghubung antara ends dan means untuk mendapatkan available forces,” kata Panglima.

“TNI telah menetapkan Renstra (Rencana Strategis) Pemeliharaan dan Perbaikan Alutsista 2015-2019 dan Renstra Pembangunan Kesejahteraan Prajurit 2015-2019 sebagai upaya mengeliminasi potensi disparitas (kesenjangan),” Panglima menambahkan.
(
VIVAnews)

TNI AU Upgrade Alutsista Tahun 2015


Kasau Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia saat memasuki ruangan Exit Briefing di Gedung Auditorium Mabesau, Cilangkap. Kamis (8/1). Foto Dispenau

Kasau Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia saat menerima laporan kesiapan acara Exit Briefing di Gedung Auditorium Mabesau, Cilangkap. Kamis (8/1). Foto Dispenau
Memasuki  tahun 2015 TNI Angkatan Udara merencanakan akan melaksanakan program  perpanjangan usia struktur ”Falcon Star”  dan peningkatan kemampuan avionik ”Mid-Life Upgrade” untuk armada pesawat F16 A/B Block 15 Skadron Udara 3 lanud Iswahjudi. Perencanaan juga untuk  peralatan kamera dan radar surveillance untuk pesawat B-737 MPA (Patroli Intai Maritim). Selanjutnya pada  Tahun Anggaran 2015-2019 TNU AU akan mengajukan pengadaan pesawat Tanker kelas  MRTT, pesawat Airborne Early Warning & Control (radar terbang), dan pesawat Pengintai  Maritim Strategis. Selain itu terdapat pula rencana pengadaan 1 unit radar rudal  MLAAD (Medium and Low Altitude Air Defense), pengadaan 2 unit Radar Weibel serta saat ini sedang melakukan proses refurbisment dan pengadaan rudal jarak pendek AIM-9 Sidewinder baru, serta berbagai pengadaan alutsista modern lainnya. .

Demikian disampaikan Kasau Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia di hadapan para perwira pada Exit Briefing saat acara exit briefingsebelum mengakhiri tugasnya sebagai Kasau di Mabesau Cilangkap, Kamis (8/1) yang dihadiri para pejabat TNI AU.
Kasau juga menyampaikan beberapa pencapain sasaran yang telah dicapai, diantaranya peningkatan tiga lanud tipe B menjadi Tipe A, delapan lanud tipe D menjadi lanud tipe C, sehingga pangkalan TNI AU saat ini terdiri dari sembilan tipe A, 13 tipe B, dan 29 tipe C. Pembentukan Skadron 16 sehingga kekuatan skadron udara saat ini adalah delapan skadron tempur, lima skadron angkut, tiga skadron helkopter, dua skadron VIP/VVIP, dua skadron latih dan satu skadron PTTA.

Selain itu pencapain sasaran yang lain adalah perkembangan tentang pembentukan kogabwilhan, dimana didalamnya termasuk validasi organisasi kohanudnas dan pembentukan Koopsau III dan pembentukan Sterau dan Disopslatau. Serta validasi organisasi terkait dengan implementasi dari ketentuan dalam BPJS, satker penerimaan DIPA daerah, dan pemberian pelayanan kesehatan (PPK) di rumkit-rumkit TNI AU yang sedang dalam proses dan diterapkan bertahap.

Dibidang Personel, penataan personel diarahkan untuk keseimbangan penempatan jawa dan luar jawa, serta proporsionalitas antara korps/kejuruan. Untuk panggon personel terpenuhi 60% dan saat ini sedang disusun kebutuhan panggon secara keseluruhan sebagai bagian dari renstra kesejahteraan prajurit TNI AU sampai dengan 2019, jelas Kasau.

Pada kesempatan tersebut, Kasau juga mengharapkan agar kedepan dalam bidang organisasi TNI AU dapat melaksanakan validasi secara cermat dengan memperhitungkan segala aspek, untuk bidang personel agar pembangunan personel harus lebih berorentasi pada kualitas dibandingkan kuantitas dimana aspek kualitas personel perlu dilaksanakan sejak tahap recruitmen, selama pendidikan maupun pembinaan karir. Dalam bidang logistik perlu ditindaklanjuti persetujuan Presiden RI terhadap usulan pengadaan pesawat pengganti F-5, pesawat intai Amfibi, dan peningkatan kemampuan pesawat B-737 MPA dengan penambahan radar dan kamera Surveillance.

Selanjutnya di Bidang operasi perlu dilanjutkan kajian dan evaluasi terhadap penggunaan alutsista blok timur dlam rangka efektivitas dan efisiensi anggaran, serta langkah-langkah lanjutan dalam pengoperasian radar selama 24 jam sesuai taktik dan strategi pertahanan udara. Untuk bidang sistem dan metode perlu dilanjutkan penjabaran doktrin Swa Bhuwana Paksa sebagai pedoman dalam implementasi tugas di seluruh jajaran organisasi, serta meningkatkan upaya peran TNI Au dalam kedirgantaraan nasional khususnya dalam pengambil alihan FIR Singapura. Terakhir di bidang anggaran diharapkan pengelolanya senantiasa mengedepankan asas prioritas dan kehati-hatian, dimana rencana peningkatan remunerasi hendaknya disikapi oleh seluruh personel TNI AU secara bijaksanan agar tidak timbul dampak yang tidak diharapkan. Intinya dalam penanganan masalah gunakan filosofi dalam menghadapai situasi kedaruratan penerbangan. Stop, analisa dan take proper action, tegas Kasau. Sebelum menutup briefing nya Kasau mengucapkan terimakasih pada seluruh jajaran TNI AU dan memberikan selamat bertugas untuk meneruskan tugas mulia demi bangsa dan negara.

Diwarnai Baku tembak, 13 Pemberontak Papua Diringkus



Kapolda Papua Irjen Pol Yotje Mende mengatakan, pengejaran dan aksi baku tembak terjadi sejak 1 Januari lalu, Pasca tewasnya 2 anggota Brimob dan satu security Freeport yang diduga ditembak kelompok Ayub Waker. "Pengejaran terhadap kelompok ini sudah dilakukan setelah 2 brimob dan 1 security tewas," ujar Kapolda. 

Aparat gabungan TNI dan Polri baku tembak dengan kelompok kriminal bersenjata yang diduga kelompok separatis OPM pimpinan Ayub Waker di Utikini sekitar areal Freeport Tembagapura Timika, Rabu 7 Januari 2015. Setelah terjadi penembakan, 13 anggota OPM kemudian berhasil diringkus. 

Dalam aksi baku tembak itu, salah satu anggota kelompok kriminal bersenjata terluka. "Saat ini dia dirawat di RS Timika," paparnya. 
 
Sementara anggota kelompok kriminal bersenjata lainnya, saat ini sudah ditahan dan sedang menjalani pemeriksaan. "Mereka yang ditangkap diantaranya berinisial KW, DT, JK, MW, PM, AW, BW, MW, OM serta dua berjenis kelamin perempuan yakni SM dan MW," jelas Kapolda. 

Kapolda mengaku mengerahkan kekuatan penuh mengejar kelompok Ayub Waker, pasca tewasnya anggota Brimob dan security perusahaan, "Tantangan medan yang sulit membuat kami menurunkan kekuatan penuh," ujarnya. 

Dalam aksi baku tembak dengan sekitar 50 anggota KKB, sambungnya, terlihat diantara mereka ada yang membawa senjata api FN dan Stayer milik anggota Brimob yang mereka rampas. "Mereka juga menggunakan senjata milik anggota Brimob yang dirampas," katanya. 
 
Sementara itu dari hasil penyelidikan Mabes Polri, terkait peluru yang digunakan untuk menembak dua anggota Brimob dan security Freeport, adalah dari senjata jenis FN. "Ada 13 selongsongan peluru senpi FN yang ditemukan di TKP, dan penembakan dilakukan dalam jarak dekat," paparnya. (VIVAnews)

Lihat Alutsista Asing, Panglima TNI Minta Dukungan Komisi I DPR


Bogor - Panglima TNI Jenderal Moeldoko berpendapat alat utama sistem senjata (alutsista) yang dimiliki Indonesia masih kurang untuk keperluan pencarian serta penyelamatan atau search and rescue (SAR). Ia akan mendorong Komisi I DPR agar memberikan dukungan dalam melengkapi alutsista.

"Dari evaluasi yang ada, kita memang cukup kekurangan. Alutsista-alutsista yang kita miliki itu belum bisa sepenuhnya menjawab untuk kepentingan SAR. Jadi, saya pikir kita harus memikirkan dengan baik," kata Moeldoko di sela-sela perayaan Natal dan Tahun Baru di Sentul International Convention Center (SICC), Bogor, Jawa Barat, Rabu (7/1/2015).

Dia akan meminta dukungan dari Komisi I DPR yang membidangi pertahanan agar bisa berpikir bersama untuk kelengkapan alutsista SAR.

"Kita akan mendorong kepada Komisi I agar bisa berpikir bersama-sama TNI, melengkapi peralatan SAR itu, sehingga saat kejadian kita berikan dukungan yang semakin baik," sebutnya.

Seperti diketahui sejumlah negara sahabat seperti Rusia dan Amerika mengirim armada alutsista yang canggih dalam membantu pencarian QZ 8501. Misalnya seperti Negeri Paman Sam yang mengirimkan kapal perang USS Sampson dan Helikopter Seahawk. Juga Australia dan Korsel yang mengirim pesawat pengintai Orion.(Detik)

Kerjasama Kemhan dan DIRI AS untuk Tingkatkan Sistem Pertahanan RI Berlanjut

 
Penandatangan MoU Kemhan dan DIRI AS 
 
Jakarta - Kementerian Pertahanan (Kemhan) RI kembali menggandeng Defense Institution Reform Initiative (DIRI) Amerika Serikat untuk meningkatkan pertahanan Indonesia di tahun 2015. Kerjasama ini merupakan salah satu action plan tahun 2015 untuk memperluas cakupan program DIRI sebelumnya.

"Penandatanganan action plan 2015 diharapkan mempererat kerjasama antara kedua negara di bidang pertahanan dalam rangka peningkatan confidence building measures dan peningkatan sistem pertahanan Indonesia," kata Sekjen Kemhan Letjen TNI Ediwan Prabowo usai menandatangai MoU kerjasama Kemhan dan DIRI AS di Gedung Kemhan, Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta, Rabu (7/1/2014).

Ediwan mengatakan, action plan DIRI 2015 melibatkan Direktorat Jenderal Strategi Pertahanan (Strahan), Direktur Jenderal Potensi Pertahanan (Pothan), satuan kerja unit organisasi TNI dan angkatan. DIRI melaksanakan upaya penguatan institusi pertahanan di Indonesia termasuk Mabes TNI dan Mabes Angkatan.

Ediwan menjelaskan program ini merupakan lanjutan dari program tahun 2014, di mana pada tahun itu DIRI sudah berkunjung sebanyak 8 kali ke Jakarta. Program DIRI telah membuka manfaat bagi pengembangan manajemen pertahanan, mulai dari tingkat strategis sampai dengan teknis. Tim DIRI telah memberikan berbagai masukan mengenai International Best Practises dalam bidang pertahanan.

"Selama tahun 2014 juga, program DIRI telah melibatkan Kementerian Pertahanan melalui Ditjen Renhan (Perencanaan Pertahanan) yang memfokuskan program pada aspek perencanaan strategis dan perencanaan anggaran," jelas Ediwan.

Dia menuturkan, Kemhan dan TNI telah mengadopsi sebagian dari International Best Practises di bidang sumber daya pertahanan, dan terus berusaha untuk memperbaiki proses manajemen sumber daya pertahanan. Ediwan menambahkan, US DIRI akan terus melanjutkan pertemuan dengan para pejabat dan staf perencanaan Kemhan dalam upaya peningkatan kapabilitas TNI.

"Bagi DIRI, bekerja di Indonesia adalah komitmen jangka panjang antara Dephan AS dengan Kemhan RI sebagai hasil nyata dari kemitraan komperhensif yang sedang berlangsung antara Pemerintah AS dengan Pemerintah RI," tambah Ediwan

Di kesempatan yang sama Wakil Dubes AS Kristen Bauner mengatakan hubungan persahabatan secara menyeluruh dan saling menghormati antara Indonesia dengan AS telah tercipta sejak tahun 2010 hingga 2014. Kedua negara saling memperluas kejasama di bidang perdagangan, ekonomi, politik dan keamanan.

"Latihan militer bersama dan berbagai jenis kerjasama dari tahun 2014 sudah dilakukan sebanyak 500 kali dan kami bangga menjadi partner dari Indonesia dan kami akan melanjutkan kembali kerjasama melalui program DIRI. Kami percaya ini sejalan dengan program Presiden Jokowi yang memfokuskan pada manajemen yang baik," ujarnya.

Program DIRI di Kemhan RI merupakan tindak lanjut hasil pertemuan Indonesia-US Security Dialogue (IUSSD) ke-10 dan Joint Committee Meeting (JCM) ke-3 di Washington DC pada tanggal 17 sampai dengan 21 September 2012 dalam rangka meningkatkan kerjasama dalam bidang manajemen pertahanan.(Detik)

Pasukan perdamaian PBB di Darfur diserang


Pasukan perdamaian PBB di Darfur diserang
Ilustrasi 
 
Khartoum - Para pria bersenjata yang tidak dikenal, Selasa, melancarkan dua serangan kepada pasukan pemelihara perdamaian PBB di daerah Darfur, Sudan, dengan dua penyerang tewas, kata missi Uni Afrika-PBB (UNAMID).

Serangan-serangan itu terjadi saat hubungan antara Khartoum dan misi Uni Afrika-PBB di Darfur memburuk menyangkut usaha UNAMID untuk menyelidiki satu laporan bahwa tentara-tentara Sudan memerkosa 200 wanita dan anak perempuan Oktober lalu.

Satu patroli UNAMID memukul mundur satu serangan dekat pangkalan pasukan perdamaian itu di Khor Abeche, Darfur Selatan, kata juru bicara misi itu Ashraf Eissa.

"Dua penyerang tewas dalam baku tembak itu" dan tidak ada pasukan perdamaian cedera, katanya dalam satu pernyataan.

Satu patroli lain diserang oleh sekitar 15 pria bersenjata yang tidak dikenal di daerah Habilla, Darfur barat.

Para penyerang merebut satu tanki air dan satu kendaraan, kendatipun demikian tidak ada pasukan perdamaian yang cedera, kata Eissa.

Misi itu mendesak pemerintah mengusut serangan-serangan itu.

UNAMID digelar di Darfur tahun 2007, empat tahun setelah pemberontakan-pemberontakan etnik meletus melawan pemerintah Presiden Omar al-Bashir yang didominasi etnik Arab, mengeluhkan bahwa mereka diabaikan.

Pasukan perdamaian PBB itu telah menjadi sasaran sebelumnya. Terakhir, tiga tentara Ethiopia tewas.

Serangan-serangan terbaru itu itu terjadi setelah satu usaha UNAMID untuk menyelidiki tuduhan-tuduhan bahwa pasukan Sudan melakukan satu perkosaan massal di Darfur Oktober yang membuat Khartoum berang.

Sudan menuntut UNAMID membuat satu "strategi ke luar" dan mendesaknya menutup satu kantor hak asasi manusia di Khartoum.

Bulan lalu Sudan juga memerintahkan dua pejabat senior PBB pulang karena "menghina" negara itu, menuduh mereka ""merugikan" pemerintah.

Bashir dicari oleh Pengadilan Pidana Internasional (ICC) karena dituduh terlibat kejahatan perang di Darfur, di mana PBB mengatakan setidaknya 300.00 orang tewas dan dua juta orang mengungsi sejak tahun 2003, demikian laporan AFP. (ANTARA News)

Cara Pasukan Katak Mengatasi Racun di Laut


Tim Komando Pasukan Katak mencari pesawat AirAsia QZ8501 di Selat Karimata. 
 
Tim penyelam dari Komando Pasukan Katak (Kopaska) TNI Angkatan Laut menggunakan air kencing guna menawarkan racun binatang laut. Komandan tim, Kapten Laut Edy Tirtayasa, mengatakan saat menyelam mereka seringkali diserang berbagai binatang laut yang beracun.
 
"Apalagi ikan barakuda. Pin kaki penyelam sering disamber. Kita nyebut ikan goblok itu. Kalau hiu selama kita ga ada luka sama ga kecing lagi nyelam aman," kata Edy saat ditemui di Lanud Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Selasa, 6 Januari 2015.

Ia mengungkapkan, berbagai tentakel mahluk seperti ubur ubur juga menjadi ancaman lain. Mahluk tak bertulang itu sering menyakiti tubuh para penyelam. Sengatan dan bisa tentakel dapat mengancam jiwa dan mengakibatkan sakit luar biasa.

"Kalau kena racun binatang di laut ya kencingin aja. Itu obat mujarab. Racun binatang air itu basa bisa netral sama air kencing. Paling tinggal sakit sama baunya," ujar Edy sambil tertawa.

Saat ini tim yang ia pimpin masih stand by di Pangkalan Bun, menunggu perintah untuk melakukan operasi. Edy mengatakan, meski cuaca dan gelombang sedang tak bersahabat, ia bersama timnya siap menjalankan tugas.

"Kami siap untuk terjun menyelam, tinggal tunggu perintah," katanya.

Ia memastikan, tim Kopaska tak mempermasalahkan cuaca. Sebab, mereka dididik untuk siap dalam kondisi apapun, termasuk cuaca paling ekstrem. Menurut dia, yang menjadi persoalan justru posisi pesawat dan korban. Edy juga mengaku tak takut dengan mitos adanya penunggu laut seperti Nyi Roro Kidul atau Ratu Junjung Buih yang menjadi legenda masyarakat Pangkalan Bun.

Edy mengatakan, mereka diperintahkan menyelam di kawasan pesisir. Menurut dia, sampai saat ini timnya masih menunggu perintah. Edy bersama sejumlah rekannya termasuk 66 anggota penyelam TNI AL disiagakan untuk mengangkat Kotak Hitam dan mengevakuasi korban.(VIVAnews )

Moeldoko Minta TNI AL Bikin Sekenario Modernisasi Alutsista


Moeldoko Minta TNI AL Bikin Sekenario Modernisasi Alutsista
Tribunnews.com/Wahyu Aji
Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko memimpin Serah Terima Jabatan (Sertijab) Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) dari Laksamana TNI Dr. Marsetio kepada Laksamana Madya TNI Ade Supandi di Dermaga Ujung, Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim) Surabaya, Jawa Timur, Selasa (6/1/2015). 

JAKARTA – Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko memimpin Serah Terima Jabatan (Sertijab) Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) dari Laksamana TNI Dr. Marsetio kepada Laksamana Madya TNI Ade Supandi di Dermaga Ujung, Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim) Surabaya, Jawa Timur, Selasa (6/1/2015).

Sebelum menjadi KSAL, perwira lulusan AAL Angkatan-28 tahun 1983 ini menjabat sebagai Kepala Staf Umum (Kasum) TNI. Pengangkatan Laksamana Madya (Laksdya) TNI Ade Supandi, sebagai KSAL didasarkan pada Keputusan Presiden Nomor 92/TNI/2014 yang ditandatangani Presiden RI Joko Widodo pada 31 Desember 2014.

Laksdya TNI Ade Supandi, yang lahir pada tanggal 26 Mei 1960 di Batujajar, Bandung, Jawa Barat, dilantik menjadi Kasal oleh Presiden RI Joko Widodo pada hari Rabu 31 Desember 2014 di Istana Negara Jakarta.

Panglima TNI dalam sambutannya mengatakan bahwa, awal tahun 2015 hingga lima tahun ke depan merupakan babak baru keberlanjutan pembangunan kekuatan dan pengembangan kemampuan TNI.
Pembangunan kekuatan dan pengembangan kemampuan TNI tersebut, disusun dalam kerangka kebijakan Minimum Essential Force (MEF), yang ditujukan guna mengamankan kepentingan nasional.

Menurutnya, implementasi harus melalui tahapan Fiscal And Program Guidance, yang merupakan salah satu tahapan krusial dalam pembangunan kekuatan, karena merupakan penghubung antara ends dengan means untuk mendapatkan Available Forces.

"TNI telah menetapkan Renstra Pemeliharaan dan Perbaikan Alutsista 2015-2019 dan Renstra Pembangunan Kesejahteraan Prajurit 2015-2019, sebagai upaya mengeliminasi potensi disparitas tersebut," kata Panglima TNI.

Disamping itu, Panglima TNI juga menyampaikan bahwa berlakunya Asean Political Security Community, termasuk di dalamnya Asean Maritime Forum, yang bersamaan waktunya dengan pelaksanaan pembangunan kekuatan TNI.

Hal ini menuntut Indonesia menjadi pemain yang aktif, sebab Asean Maritime Forum akan lebih banyak memainkan aspek operasional yang membutuhkan penggunaan instrumen militer, dalam hal ini Angkatan Laut yang kredibel dan mempunyai kemampuan penangkalan, dalam rangka kerja sama menjaga stabilitas keamanan kawasan Asia Tenggara, yang kian rumit dalam tahun-tahun ke depan.
"Untuk menghadapi semua tantangan yang berkembang, TNI AL saat ini telah memiliki perencanaan Midlife Update terhadap sistem senjata yang esensial, untuk tidak memberatkan di masa mendatang, di samping skenario modernisasi Alutsista, yang bentangnya dari sekarang hingga 15 tahun mendatang," kata Jenderal TNI Moeldoko.

Di akhir sambutannya Jenderal TNI Moeldoko atas nama Komando, mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada Laksamana TNI Dr. Marsetio, atas semangat dan dedikasi, yang telah diabdikan selama ini.

"Demikian juga, kepada Laksamana Madya TNI Ade Supandi, atas nama seluruh prajurit TNI, saya menyambut dengan bangga, disertai ucapan selamat mengemban tugas sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Laut," kata Moeldoko.

Berbekal integritas, pengalaman dan keyakinan diri, saya yakin Laksamana dapat melaksanakan amanah serta kepercayaan jabatan yang diberikan oleh bangsa dan negara ini dengan baik, guna memenuhi harapan untuk menjadikan TNI AL lebih profesional, militan, solid dan dicintai rakyat.
Sehari sebelum pelaksanaan sertijab, Kasal Laksamana TNI Dr. Marsetio didampingi penggantinya Laksdya TNI Ade Supandi, S.E. melakukan inspeksi kapal-kapal perang TNI AL (admiral inspection) yang tengah sandar di Dermaga Koarmatim, Surabaya.

Admiral Inspection merupakan salah satu tradisi di lingkungan TNI AL untuk memeriksa kesiapan unsur-unsur TNI AL yang terakhir kalinya sebelum tongkat estafet kepemimpinan diserahterimakan, sekaligus sebagai sarana salam pamitan dengan prajurit serta untuk memperkenalkan pemimpin yang baru.(TRIBUNNEWS.COM)

Angkatan Laut tentukan poros maritim

Panglima TNI: Angkatan Laut tentukan poros maritim
Panglima TNI, Jenderal TNI Moeldoko.
Saya yakin TNI AL akan mampu mewujudkan alutsista yang kuat dan hebat, karena industri dalam negeri juga sangat mendukung
Surabaya  - Dalam Upacara Serah Terima Jabatan dengan Komandan Upacara Kolonel Marinir Y. Rudy Sulistyanto yang sehari-hari menjabat sebagai Komandan Brigif-1 Marinir Gedangan, Sidoarjo, itu, sedikitnya 600 prajurit Korps Marinir terlibat.

Selain melibatkan 600 prajuritnya, beberapa material tempur milik Korps Baret Ungu itu juga dilibatkan dalam parade/defile, diantaranya tujuh unit Tank PT 76, tujuh unit BMP 3F, 15 unit BTR, dua unit AMX 10P, enam unit KAPA K.61, tiga unit BVP-2, lima pucuk Howitzer 105 mm, tiga unit LVT-7A dan enam unit Roket Multi Laras RM 70 Grad.

Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko menilai TNI Angkatan Laut sangat menentukan pengembangan Poros Maritim Dunia, karena itu KSAL yang baru Laksamana Madya TNI Ade Supandi diharapkan membangun kekuatan TNI AL yang hebat.

"Saya bangga ada kemajuan TNI AL dengan pemikiran Laksamana TNI Marsetio (KSAL sebelumnya) yang membawa TNI AL sebagai World Class Navy," katanya kepada pers setelah memimpin upacara parade dan defile serah terima jabatan KSAL di Dermaga Madura, Koarmatim, Ujung, Surabaya, Selasa.

Oleh karena itu, ia mengharapkan KSAL yang baru Laksamana Madya Ade Supandi untuk membangun kekuatan TNI AL yang hebat untuk mewujudkan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia, apalagi industri dalam negeri sangat mendukung hal itu.

"Saya yakin TNI AL akan mampu mewujudkan alutsista yang kuat dan hebat, karena industri dalam negeri juga sangat mendukung, seperti PT PAL. Buktinya, beberapa alutsista kita itu sudah merupakan produk dalam negeri," katanya.

Dalam sambutan serah terima jabatan KSAL dari Laksamana TNI Marsetio kepada Laksamana Madya Ade Supandi itu, Panglima TNI meminta KSAL yang baru untuk melakukan percepatan dan pengembangan kemampuan (alutsista) TNI.

"Tahun 2015 merupakan awal yang penting, karena lima tahun ke depan pada periode 2015--2019 merupakan tahapan percepatan dan pengembangan sarana dan prasarana. Kalau tahapan itu tidak tercapai akan terjadi potensi disparitas antara sarana dan tantangan dalam persenjataan ke depan," katanya.

Sebaliknya, keberhasilan tahapan itu akan mencetak TNI yang kredibel, mampu melakukan penangkalan berbagai tantangan, dan mampu mewujudkan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia.

"Tentu, penguatan alutsista itu perlu dibarengi dengan penguatan organisasi, perawatan alutsista secara berkala, peningkatan kesejahteraan prajurit, dan peningkatan kerja sama militer antarnegara, khususnya di Asia Tenggara," katanya.

Dalam kesempatan itu, Panglima TNI juga memuji kemampuan TNI dalam tugas sosial atau non-tempur yang telah diakui dunia, termasuk peran TNI AL dalam tugas-tugas sosial itu.

"Misalnya, ketika kita membantu masyarakat Filipina yang mengalami bencana, maka kita yang pertama membantu mereka, meski tradisi saling membantu itu sudah menjadi tradisi maritim dunia, karena itulah sekarang kita dibantu militer dari Jepang, Australia, Rusia, Korea, dan Tiongkok (dalam evakuasi pesawat AirAsia yang jatuh di Selat Karimata)," katanya.

Upacara dilaksanakan secara sederhana, selain parade juga dilaksanakan defile pasukan dan material tempur, fly pass pesawat udara serta sailing pass Kapal Perang Republik Indonesia (KRI), kemudian kegiatan dilanjutkan dengan ramah tamah di gedung Indoor Sport Koarmatim.

Laksamana Madya Ade Supandi merupakan KSAL ke-25 yang kelahiran Batujajar, Bandung, 1960. Sebelumnya, perwira lulusan AAL 1983 itu menjabat Kasum TNI, Asrena KSAL, dan Pangarmatim. Perwira yang dikenal ramah, agamis, dan tegas itu memiliki dua anak dari pernikahannya dengan Ny Endah Esti Hartaningsih, sedang anaknya menjadi dokter gigi dan perwira AL.

(ANTARA News)

warga Manokwari padati areal pameran alutsista TNI AD


Ribuan warga Manokwari padati areal pameran alutsista
Ilustrasi--Tank Scorpion 
 
Manokwari  - Ribuan warga Manokwari, Ibu Kota Provinsi Papua Barat dan daerah sekitarnya memadati areal pameran alat utama sistem persenjataan (alutsista) di Lapangan Borasi Distrik Manokwari Barat.

Berdasarkan pantauan di Manokwari, Selasa pagi, ribuan warga datang dari berbagai tempat di Manokwari untuk melihat dan foto bersama alat tempur TNI AD yang dipamerkan itu.

Danrem 171 Praja Vita Tama Brigjen TNI Djoko Subandrio yang memberikan keterangan pada kesempatan terpisah, mengatakan pameran alutsista tersebut merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam memperingati Hari Juang Kartika Ke-69 yang jatuh pada 24 Desember 2014.

"Pameran alutsista digelar di Lapangan Borasi Manokwari pada 5--6 Januari 2015 untuk disaksikan seluruh komponen masyarakat Indonesia di Papua Barat, terutama di Manokwari," katanya.

Ia mengatakan tujuan pameran alutsista untuk memperkenalkan kepada masyarakat Indonesia yang ada di Provinsi Papua Barat tentang peralatan tempur yang dimiliki TNI, khususnya Angkatan Darat, guna mempertahankan kedaulatan negara.

Gety Mambrasar, salah seorang warga Kelurahan Sowi, Distrik Manokwari Selatan, Kabupaten Manokwari mengaku bangga dengan alutsista yang dimiliki TNI AD tersebut.

"Saya baru pertama kali melihat secara langsung tank scorpion yang dimiliki TNI AD selama ini hanya melihat melalui siaran televisi," ujarnya.

"Tujuan kegiatan ini juga untuk menambah wawasan dan pengetahuan masyarakat Indonesia yang ada di Provinsi Papua Barat tentang sistem pertahanan TNI, khususnya Angkatan Darat," ujarnya.

Jenderal Bintang Satu itu berharap, masyarakat tak hanya datang melihat pameran, tetapi juga bertanya tentang kegunaan peralatan tempur TNI Angkatan Darat yang di pamerkan tersebut. (ANTARA News)

Kawah Candradimuka Para Penerbang Militer

Kawah Candradimuka Para Penerbang Militer
Perwira Sekbang Lanud Adisutjipto mengecek pesawat latih sebelum melakukan latihan terbang malam, belum lama ini.
SLEMAN - Nama Kapten Irianto, pilot pesawat AirAsia QZ 8501 yang kecelakaan dalam penerbangan Surabaya menuju Singapura, secara tak langsung “membawa” nama Sekolah Penerbang (Sekbang) Lanud Adisutjipto Yogyakarta.

Sebab sang kapten hasil didikan dari sekolah penerbang militer itu. Sistem pendidikan di (Sekbang) Lanud Adisutjipto tak perlu diragukan lagi. Sekbang sudah ada sejak Indonesia lepas dari penjajahan Jepang. Selain itu, untuk lulus pun membutuhkan waktu panjang.

Bagi “utusan” AAU, AAL, atau Akademi Militer, membutuhkan waktu setidaknya 22 bulan. Sementara dari jalur lulusan SMA melalui program Perwira Sukarela Dinas Pendek (PSDP), seperti Kapten Irianto lebih lama lagi, yakni 3,5 tahun.

Ditemui KORAN SINDO YOGYA di rumah dinasnya kemarin sore, Komandan Lanud (Danlanud) Adisutjipto Yogyakarta, Marsma TNI Yadi Indrayadi Sutanandika mengungkapkan, para penerbang didikan Sekbang dijamin sumber daya manusianya. Terutama untuk penerbang pesawat militer, baik tempur, angkut, dan heli, khususnya TNI AU. “Sebab di tempat inilah kawah candradimuka bagi calon-calon penerbang,” ujarnya.

Sebagai institusi yang bertugas mempersiapkan penerbang militer andal dan profesional, Sekbang Lanud Adisutjipto dituntut selalu berinovasi, baik menyangkut SDM maupun peralatan untuk mendukung kegiatan tersebut. Apalagi Lanud Adisutjipto juga bertugas mendidik instruktur, navigator, dan instruktur navigator penerbang.

Termasuk membina aerobatic team atau terkenal dengan nama The Jupiter. Komponen-komponen yang terlibat di dalam pendidikan di antaranya siswa, instruktur, sarana dan prasarana, silabus, kurikulum, serta evaluasi. Khusus komponen pengajar Sekbang merupakan perwira yang lulus dan memenuhi kriteria menjadi instruktur.

Mereka berasal dari satuan skuadron tempur, angkut, dan heli, sehingga sudah mumpuni menjadi instruktur kepada perwira Sekbang. “Untuk instruktur ini, bukan hanya disesuaikan dengan satuannya, namun juga persyaratan dasar lainnya. Untuk instruktur pesawat tempur sudah berkualitas sebagai elemen leader. Sementara angkut dan heli berkualitas sebagai captain pilot di kesatuan masing-masing,” ujar alumni AAU 1986 ini.

Ada dua jalur perwira Sekbang TNI AU, yaitu dari jalur lulusan Akademi Angkatan Udara (AAU) dan lulusan SMA, tepatnya melalui jalur Perwira Sukarela Dinas Pendek. Tetapi jumlah angkatannya berbeda, yaitu AAU 32 siswa dan PSDP 20 siswa per angkatan dalam satu tahun, termasuk untuk penyebaran lulusannya juga berbeda.

Untuk AAU ditempatkan di kesatuan skuadron yang ada di TNI AU. Untuk PSDP di tempatkan di angkatan yang memerlukan atau tergantung dari kebutuhan tiap angkatan. “Bukan itu saja, untuk pendidikan juga tidak sama. Terutama untuk pendidikan keperwiraan. Untuk AAU karena sudah mendapatkan saat di akademi tidak lagi (diajarkan). Sedangkan PSDP harus menjalani pendidikan di Solo juga,” ujarnya.

Sementara pendidikan lainnya, seperti terjun payung, survival, dan bahasa Inggris, bisa bersamaan tempatnya. “Sehingga diharapkan bisa bersinergi, di samping pendidikan Sekbang sendiri,” katanya.

Ditanya jumlah angkatan, Danlanud menjawab, Sekbang dari jalur AAU sampai sekarang masuk angkatan ke-90, sedangkan PSDP memasuki angkatan ke-30. “Selain untuk Sekbang militer, selain dari AAU, juga menerima lulusan dari AAL dan Akmil, yang kemudian disebut melalui jalur akademik terpadu,” katanya.

Sementara sarana dan prasarana, ujar dia, selain memanfaatkan yang ada, juga sarana di sejumlah daerah. Misalnya, untuk survival di Waduk Sempor, Jateng; terjun payung di Sulaeman, Margahayu, Bandung, Jabar; dan area lainnya seperti renang dan menembak di AAU.

“Untuk pesawatnya, latih dasar menggunakan pesawat Grob dan latih lanjut, baik tempur maupun angkut dengan KT 1 Woong Bee. Sedangkan heli di Kalijati, Subang, Jabar,” kata Danlanud.

Mengenai penempatan lulusan Sekbang, baik dari jalur akademik militer terpadu maupun PSDP, akan dilihat dari berbagai aspek. Bukan hanya sisi akademik, tapi juga skill, kepribadian, keperwiraan, serta jasmani.

Beberapa faktor itu kemudian diakumulasi dengan bobot yang berbeda sehingga nanti diketahui rangking 1 sampai terakhir. Dari perangkingan diketahui bakat mereka dan cocoknya di mana. Jika tidak, akan ditempatkan sesuai dengan kebutuhan kesatuan.

“Contohnya kriteria masuk tempur 10 siswa, tapi hanya butuh 5, maka sisanya disebar ke angkut dan heli. Sebaliknya yang dibutuhkan tempur 10 tapi yang cocok hanya lima, mungkin hanya lima juga. Sebab kami tidak mau ada kegagalan di siswa tersebut jika dijuruskan di tempur,” kata jenderal bintang satu yang mengawali karier sebagai penerbang pesawat tempur F5 Tiger di Skuadron 14 Iswahyudi Madiun, Jatim ini.

Menurut Yadi, KSAU umumnya juga melanjutkan pendidikan ke Sekbang sehingga semua KSAU merupakan lulusan Sekbang. “Termasuk mantan Panglima TNI Marsekal TNI (Purn) Joko Suyanto,” kata adik angkatan dari Kapten Irianto ini.(sindo)