
Pertemuan Presiden dengan Panglima dan Pati TNI di istana Bogor (Photo: Kompas /Sabrina Asril).
Jakarta — Presiden Joko Widodo memanfaatkan pertemuannya dengan para
panglima komando daerah militer (pangdam) untuk menggali persoalan TNI,
terutama mengenai alat utama sistem persenjataan (alutsista). Jokowi
menanyakan persoalan sulitnya TNI dalam mengamankan laut Indonesia dari
pencurian ikan.
“Mengenai kondisi-kondisi alutsista kita seperti apa, keadaan seperti
apa, kemudian mengenai kondisi BBM (bahan bakar minyak) seperti apa,
kenapa enggak bisa mengejar illegal fishing, juga mungkin yang lain,
illegal logging. Persoalan dasarnya apa, semua sudah disampaikan,” ujar
Jokowi seusai pertemuan di Istana Bogor, Jumat (28/11/2014).
Jokowi tidak menyampaikan secara spesifik mengenai persoalan dasar dari lemahnya pengawasan dalam aksi illegal fishing.
Panglima TNI Jenderal Moeldoko pernah mengungkapkan bahwa TNI AL
sulit mengawasi pencurian ikan di laut Indonesia karena kurangnya
anggaran untuk mengoperasikan kapal-kapal patroli. “Selama ini, kami
utang ke Pertamina, utang jadi makin banyak. Utang terakhir TNI itu
sekitar Rp 6 triliun. Enggak tahu tuh mau diputihkan atau bagaimana,”
kata Panglima TNI Jenderal Moeldoko di Kantor Presiden, Senin
(17/11/2014).
Moeldoko mengungkapkan bahwa kapal laut yang dimiliki TNI AL saat ini
berjumlah 64 unit. Kapal-kapal itu terdiri dari jenis kapal frigate,
kapal korvet, kapal patroli, kapal selam, kapal hidrografi, hingga kapal
penyapu ranjau. Dengan kecanggihan teknologi yang dimiliki TNI AL,
Moeldoko bahkan melontarkan candaan. “Ini kapal nelayan kecil lawan
kapal perang. Jangan sampai nyamuk digebuk pakai meriam,” kata Moeldoko.
Meski memiliki kecanggihan yang mumpuni, kapal-kapal milik TNI AL itu
nyatanya tak bisa beroperasi lantaran tidak adanya BBM. Akhirnya,
banyak wilayah laut Indonesia yang tak terawasi. “Secara (jumlah) kapal,
kami cukup banyak. Hanya, sekali lagi, mengerahkan kapal itu urusannya
gede banget. Untuk operasi, waduh, bisa ribuan ton itu urusan BBM,” ucap
Moeldoko.
Adapun Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana Marsetio
mengungkapkan, kebutuhan ideal BBM bagi kapal patroli TNI AL mencapai
5,6 juta kiloliter per tahun. Namun, kondisi yang terjadi saat ini jauh
dari ideal. “Hanya 13 persen saja kami dapat BBM. Jadi, sehari hanya
bisa 7-15 kapal. Yang dalam posisi siap sebenarnya ada 60-70 kapal,”
ucapnya. (
Kompas.com).