Pages

Saturday 2 May 2015

Panther TNI AL Akan Dibekali Teknologi HELRAS DS-100 dan Peluncur Torpedo


4

AS 565 Panther dengan torpedo MK46.

PT Dirgantara Indonesia (PT DI) dalam beberapa bulan kedepan bakal menerima order pekerjaan yang lumayan banyak, salah satunya adalah merakit sebelas unit helikopter AKS (Anti Kapal Selam) AS565 MBe Panther dari Airbus Helicopters (d/h Eurocopter). Menurut informasi, PT DI akan mengirimkan kesebelas unit helikopter tersebut dalam kurun waktu tiga tahun. Dan, seperti kabar yang dinanti-nanti, akhirnya terkuak sistem senjata dan sensor AKS yang bakal melengkapi sang Panther Puspenerbal TNI AL.


Berdasarkan siaran pers dari Rotorcraft Service Group (2/3/2015), disebutkan PT DI dan Rotorcraft Service Group Inc. (RSG) telah mengadakan kontrak kesepakatan untuk adopsi pengembangan dan sistem integrasi ASW (anti submarine warfare) pada armada AS565 MBe Panther pesanan TNI AL. Dijelaskan lebih detail, nantinya heli AKS TNI AL akan dilengkapi perangkat integrasi yang mencakup L-3 Ocean Systems DS-100 Helicopter Long-Range Active Sonar (HELRAS). Sementara untuk misi menghancurkan kapal selam, dalam kesepakatan Panther TNI AL juga akan dipasang sistem peluncur torpedo, sistem peluncur ini disiapkan untuk menghantarkan jenis torpedo Raytheon MK46 atau Whitehead A244/S. Kedua torpedo tersebut kebetulan sudah sejak lama dimiliki TNI AL.

rp_panther-04.jpg

Meski kodrat utama AS565 MBe Panther adalah untuk melibas kapal selam, tapi basis heli ini adalah multirole. Oleh sebab itu, sistem yang di integrasikan RSG bersifat modular, saat sang Panther dibutuhkan untuk misi SAR (Search and Rescue), Medevac (Medical Evacuation), intai maritim, dan eksternal cargo, maka dengan cepat konfigurasi tempur heli dapat diubah ke non combat roles.

Selama ini teknologi HELRAS sudah banyak dipakai dalam platform AKS di negara-negara NATO. Sonar ini dapat beroperasi optimal di area laut dangkal dan laut dalam. HELRAS menggunakan frekuensi rendah dengan resolusi tinggi pads sistem Doppler dan rentang gelombang panjang untuk mendeteksi keberadaan kapal selam dari jarak jauh.Khususnya dengan perangkat DS-100, dirancang ideal untuk melakukan redetection, melokalisir sasaran, dan melancarkan serangan torpedo di perairan dalam dan dangkal.

1
Konfigurasi elemen HELRAS.
Perangkat HELRAS setelah mengembang.
Perangkat HELRAS setelah mengembang.

Cara operasi HELRAS DS-100 dengan diturunkan dari helikopter hingga masuk ke permukaan air. HELRAS DS-100 terdiri dari tujuh elemen proyektor dan delapan lengan hidrolik yang dapat dibentangkan hingga 2,6 meter saat digunakan. DS-100 mampu beroperasi di kedalaman 500 meter dan memiliki Figure Of Merit (FOM) untuk mencapai konvergensi zona deteksi. DS-100 berjalan dengan frekuensi rendah 1.38 Khz menggunakan transduser eksklusif, mengurangi kontaminasi gema dari sinyal yang diterima, dan interoperabilitas dengan sonars kapal dan sonobuoys dalam pekerjaan bistatic atau multistatic.

RSG yang berbasis di FortWorth, Texas, AS, sudah mendapat pengakuan dari beberapa manufaktur helikopter ternama untuk melakukan instalasi sistem teknologi AKS. Diantara mitra RSG adalah Agusta Aerospace Corporation, Eurocopter Group, Enstrom Helicopter Corporation, Hafei Aviation Industry Co, Korea Aerospace Industries, MD Helicopters, PT Dirgantara Indonesia, Safran USA, Inc., Sikorsky Aircraft Corporation dan Sikorsky global Helicopters.(Indomiliter)

Dibalik Kelincahan Manuver Sukhoi Su-35 Super Flanker


Nozzle Su-35 yang dilengkapi thrust vectoring.
Dalam kompetisi, tiap manufaktur sah saja berdalih bahwa produk yang diusungnya lebih canggih dan handal. Seperti dalam tender pengadaan jet tempur pengganti F-5 E/F Tiger II TNI AU. Pihak Sukhoi, Eurofighter, Saab dan Dassault punya argumen dan perspektif tersendiri atas produk yang diusungnya, karena pada dasarnya baik Sukhoi Su-35 Super Flanker, Eurofighter Typhoon, JAS 39 Gripen NG dan Dassault Rafale punya sisi plus minus, alias tidak ada yang benar-benar ideal.


Namun, ada satu teknologi yang membuat sang jawara jet tempur idola Su-35 berbeda dari ketiga kompetitornya, yakni thrust vectoring. Merujuk dari definisinya, thrust vectoring adalah kemampuan yang memungkinkan sebuah pesawat mengatur arah semburan dari mesin jetnya untuk memberikan dorongan vertikal ke atas. Thrust (dorongan) yang dihasilkan oleh pesawat, baik jet maupun propeller (baling-baling) umumnya mengarah ke belakang pesawat. Sedangkan gerakan pesawat diatur oleh control surface. Dengan sokongan thrust vectoring, maka pesawat dapat lebih dinamis dalam melakukan manuver.

Selain Su-35, MiG-35 pun mengusung teknologi yang sama.
Selain Su-35, MiG-35 pun mengusung teknologi yang sama.

Thrust vectoring bukan cerita baru dalam dunia aviasi, contoh yang sangat mengena adalah jet Harrier yang bisa mengarahkan thrust-nya ke bawah , sehingga jet yang kondang di Perang Malvinas ini dapat terbang secara vertikal. Dalam segmen pesawat baling-baling, V-22 Osprey menjadi pembuktian yang cukup berhasil.

Kembali ke Sukhoi Su-35, solusi thrust vectoring yang digunakan pada dua mesin Saturn 117S (AL-41F1S turbofan adalah Vectoring in Forward Flight (VIFF). Dengan VIFF, pesawat dengan mesin jet konvensional dapat melakukan manuver yang tidak biasa, diantaranya seperti manuver Cobra Pugachev dan berkat TVC (thrust vectoring control) pesawat mampu beroperasi dari landasan pendek. Thrust vectoring yang diadopsi Su-35 mengusung teknologi tiga dimensi. Putaran ke semua arah ini dilakukan dengan bantuan tiga aktuator hidrolik yang dipasang pada interval 120 derajat di sekitar nacelle mesin, yang membelokkan nozzle mesin. Sistem Klimov ini punya nozzle yang bergerak 18 derajat ke segala arah.

Su-30MKM AU Malaysia dengan thrust vectoring.
Su-30MKM AU Malaysia dengan thrust vectoring.

Dengan trust vectoring tiga dimensi, maka arah semburan dari nozzle dapat diputar ke semua arah. Dengan begitu, Su-35 digadang mampu meladeni dogfight dengan ‘gaya’ yang tak lazim, seperti tiba-tiba dapat berputar salto 360 derajat dalam waktu singkat. Di arsenal NATO, vectoring thrust ala Su-35 hanya dapat ditandingi oleh F-22 Raptor dan F-35 Lightning II. Bekal thrust vectoring inilah yang menjadi salah satu daya deteren Su-35. Adanya thrust vectoring plus kanon GSh-30 kaliber 30 mm plus penjejak target berbasis optik sudah menjadi bekal penghantar maut yang jadi andalan dalam laga dogfight.


Eurofighter Typhoon Ikutan Pakai Thrust Vectoring
Melihat kompetitornya dari Eropa Timur unggul dalam urusan thrust, membuat pihak Eurofighter tidak tinggal diam. Pada tahun 2011 lalu, Eurofighter dan pihak Eurojet selaku pembuat mesin EJ200 menawarkan paket upgrade mesin Typhoon dengan kelengkapan thrust vectoring. Proyek ini secara khusus disampaikan Eurofighter dalam penawarannya ke AU India. Tawaran ini di integrasikan dalam paket mid life upgrade.
Mesin EJ200 dengan thrust vectoring.
Mesin EJ200 dengan thrust vectoring.

Pihak Eurofighter menyebutkan instlasi thrust vectoring nozzles dapat dilakukan tanpa perubahan struktur mesin dan airframe. Adopsi thrust vectoring di Typhoon dapat menghemat pembakaran mesin hingga 5% dan menambah kecepatan supersonic cruise (super cruise) hingga 7%. Super cruise adalah kemampuan pesawat untuk melesat dalam kecepatan supersonic tanpa melakukan afterburner. 
(Indomiliter)

Plus Minus Sukhoi Su-35 Super Flanker Untuk TNI AU


Su-35-Flanker-E-1
Ibarat jelang Pilpres (Pemilihan Presiden) 2014 lalu, maka kontestan Sukhoi Su-35 Super Flanker bisa disebut sebagai calon paling kuat untuk memenangkan kompetisi. Tak ada yang menyangkal bahwa Su-35 adalah pesawat tempur tercanggih Rusia dengan label keunggulan multirole air superiority fighter dari generasi 4++. Lepas dari seabreg kecanggihannya, sejak awal Super Flanker ini mampu mencuri ‘hati’ publik di Indonesia.


Harus diakui, pandangan masyarakat begitu dominan menginginkan jet tempur ini sebagai pengganti F-5 E/F Tiger II TNI AU yang segera pensiun. Keinginan menggebu publik di Tanah Air setara dengan kerinduan datangnya kapal selam Kilo Class yang urung dibeli Indonesia. Dukungan pada Su-35 di ‘akar rumput’ justru mengemuka ke soal non teknis, seperti kerinduan akan kejayaan militer Indonesia saat mesra di era Uni Soviet, hingga ke soal embargo. Rusia disebut-sebut paling rendah kerawanan dalam hal embargo, bukan lantaran Rusia anti embargo, namun lebih pada kepentingan politik/ekonomi Rusia yang tak terlampau besar di Indonesia, terutama jika dibandingkan dengan kepentingan AS dan Eropa Barat di Indonesia.

image001
Sementara TNI AU sebagai user, juga menyiratkan keinginannya untuk bisa mendapatkan pesawat tempur ini, sebagai pertimbangan mulai dari urusan daya deteren, sampai transformasi teknologi, tentu tak begitu sulit karena pilot dan teknis TNI AU sudah punya pengalaman dalam mengoperasikan Su-27SK/Su-30MK yang ada di Skadron Udara 11. Senjata yang telah dibeli untuk melengkapi Su-27/Su-30 pun dapat langsung dipasang di Su-35. Beberapa rudal canggih yang telah dimiliki TNI AU seperti rudal udara ke udara R-73, R-77 dan R-27. Sementara rudal udara ke permukaan, TNI AU sudah punya Kh-29TE dan Kh-31P.

Lepas dari soal non teknis diatas, Su-35 yang oleh NATO diberi label Flanker E memang fenomenal. Su-35 yang terbang perdana pada 19 Februari 2008, sejatinya adalah derivatif heavy upgrade dari Su-27 Flanker, single seat fighter yang juga telah dimiliki TNI AU. Meski bukan identitas resmi, versi yang ditawarkan ke Indonesia ada yang menyebut sebagai Su-35BM. Keunggulan thrust vectoring yang memungkinkan manuver cobra pughachev dapat dilakukan dengan mudah, dan memberi keunggulan tersendiri saat dog fight.
Thrust vectoring nozzle Su-35.
Thrust vectoring nozzle Su-35.

Kemunculan Su-35 Super Flanker pertama di muka publik internasional yakni pada Paris Air Show di Le Bourget tahun 2013. Di Paris Air Show, Su-35 unjuk kemampuan dengan melakukan manuver yang mencengangkan dan menurut banyak pengamat sulit ditandingi jet tempur keluaran Eropa Barat, konon yang mampu menandingi hanya F-22 Raptor yang sama-sama ditenagai mesin dengan nosel pengarah daya dorong mesin (thrust vectoring engine).

Meski secara desain bak pinak dibelah dua dengan Su-27, namun secara struktur Su-35 berbeda dengan Su-27, terlebih untuk jeroan elektronik yang dibenamkan. Bicara tentang airframe, struktur Su-35 diperkuat agar memiliki usia pakai lebih lama ketimbang Su-27, serta perkuatan airframe dimaksudkan agar pesawat mampu menahan gaya akibat manuver ekstrim. Meski avionik dan sensornya baru, tapi radarnya masih mengadopsi Irbis-E PESA (passive electronically scanned array), tapi jangkauannya terbilang jauh dan secara teknologi masih lebih baik dari mechanically scanned radar, atau radar konvensional. Radar Irbis-E di Su-35 dapat mendeteksi 30 sasaran di udara secara simultan, dan mampu melakukan serangan ke delapan target secara bersamaan. Jangkauan radar ini disebut-sebut mampu mengendus sasaran hingga jarak 400 Km.

Radar Irbis-E
Radar Irbis-E

Dan sebagai produk teknologi, Su-35 pun tak lepas dari plus minus, dan berikut plus minus Sukhoi Su-35 dari perspektif Indonesia.

Plus
– Su-35 sampai saat ini baru dimiliki Rusia, itu pun masih terbatas karena tergolong pesawat baru. Faktor ini ditambah masih misteriusnya kapabilitas Super Flanker yang masih dirahasiakan.
– Karena masih banyak yang berbau rahasia, sontak Su-35 punya daya deteren paling tinggi dibanding Eurofighter Typhoon, Dassault Rafale, dan JAS 39 Gripen NG.
– Daya angkut senjata (tonase dan jumlah) tergolong tinggi dengan 12 hard point.
– Mesin punya usia pakai yang lebih panjang ketimbang Flanker sebelumnya.
– Paling rendah kerawanan terhadap adanya embargo.
– Bisa memanfaatkan/membawa bekal senjata Flanker generasi sebelumnya.
– Mampu beroperasi dari landasan pendek berkat mesin yang dilengkapi TVC (thrust vectoring control), bahkan konfigurasi rodanya menjadikan Su-35 dapat dioperasikan dari landasan yang agak kasar.
– Pihak user (TNI AU) sudah menyatakan pilihannya pada Su-35.
SU-30-MK2-&-SU35
Minus
– Hanya tersedia dalam varian kursi tunggal, alhasil proses latih tempura atau konversi hanya bisa dilakukan di simulator. Atau bisa juga mengandalkan Su-30MK2 Flanker yang juga telah dimiliki TNI AU.
– Biaya operasional per jam terbilang paling tinggi, ada yang menyebut Sukhoi sebagai ‘ATM terbang.’ Mengutip informasi dari defence.pk, biaya operasional per jam (cost of flying per hours) Su-27/Su-30 mencapai US$7.000, sementara untuk Su-35 biaya operasi per jam bisa mencapai US$14.000. Sebagai perbandingan biaya operasional per jam F-16 hanya US$3.600.
– Belum ada kejelasan untuk detail skema ToT (Transfer of Technology) yang ditawarkan kepada pihak PT Dirgantara Indonesia. (Indo Militer)

Pelatihan Cawak Kapal BHO 2


 
 
Komandan Komando Latihan Komando Armada RI Kawasan Barat (Dankolatarmabar) Kolonel Laut (P) Gregorius Agung W.D., Membuka pelatihan calon pengawak (Cawak) Kapal Bantu Hidro Oceanography (BHO) 2, di Gedung Nanggala, Markas Komando (Mako) Koarmabar, Jalan Gunung Sahari No 67, Jakarta Pusat, Selasa (28/4)
Dankolatarmabar dalam amanatnya menyampaikan bahwa pelatihan ini sebagai tindak lanjut pengadaan kapal dalam dan luar negeri yaitu dua unit kapal bantu Hidro Oceanography maka diperlukan penyiapan personel pengawak yang memenuhi standar kemampuan cawak tersebut, baik memenuhi kecakapan dan profesionalitas.
Lebih lanjut Dankolatarmabar mengatakan bahwa untuk meningkatkan profesionalisme personel cawak kapal baru dan satuan operasional bukan lagi menjadi tuntutan, tetapi sudah menjadi kebutuhan paling dasar yang harus diwujudkan. Hal itu karena tantangan tugas mendatang semakin berat dengan penyesuaian era high technology, yang memerlukan kesiapan satuan yang didukung melalui pelaksanaan pendidikan dan pelatihan, dengan demikian pembinaan antar satuan dapat terlaksana secara ideal, tepat, baik dan benar.
Pelatihan cawak BHO 2 ini akan berlangsung selama 38 hari dari tanggal 28 April hingga 23 Juni 2015, dan diikuti 40 orang peserta. Hadir dalam kegiatan tersebut Sekdis Hidros Kolonel Laut (P) Ferial Fahroni serta Komandan Satsurvey Dishidros Letkol laut (P) Dwi Yantarto, serta perwakilan Perwira Menengah dari setiap satuan kerja yang berada di Mako Koarmabar.(TNI AL)

KRI selamatkan nelayan Aceh

Hasil gambar untuk KRI Tjiptadi selamatkan nelayan Aceh
Meulaboh, Aceh - KRI Tjiptadi 381 yang sedang melaksanakan Satuan tugas INDINDO 25/15 menyelamatkan dua nelayan Aceh, setelah hampir tiga malam terapung di perairan Pulau Rondo, akibat perahu mereka mengalami kerusakan.

Danlanal Sabang Kolonel Laut (P) Sujatmiko yang dihubungi dari Banda Aceh, Sabtu menyatakan, kedua nelayan yang berasal dari Ulee Lheue, Banda Aceh itu atas nama Muhammad Rafi (19) dan Irfandi (30) dalam kondisi sehat.

Danlanal yang didampingi Pasintel Lanal Sabang Mayor Laut (T) Muhammad Akbar menyatakan, kapal Basarnas Aceh Jumat (1/5) pukul 16.45 WIB menerima informasi dari kapal perang Turki TCG F 495 Gendiz yang sedang melakukan perjalanan laut menuju Jepang bahwa di perairan atas Pulau Rondo berjarak sekitar 40 mil dari pelabuhan Ulee Lheue terdapat perahu nelayan yg sedang terapung dan membutuhkan bantuan.

Perahu nelayan tersebut melambaikan tangan kepada kapal perang Turki yg sedang melintas, namun tidak berani memberikan pertolongan, karena perahu nelayan masih di perairan Negara Kesatuan Republik Indonesia, katanya.

Setelah mendapatkan informasi dari Basarnas Aceh, kata Danlanal, pihaknya segera melaksanakan koordinasi dengan Komandan Satgas INDINDO - 25/15 yang saat ini Onboard di KRI Tjiptadi - 381 Kolonel Laut (P) Rachmad Jayadi untuk dilaksanakan Sar bantuan.

Mendapatkan laporan itu, Dansatgas Rachmad Jayadi segera memerintahkan Komandan Kri Tjiptadi Letkol Laut Erry Pratama Yoga segera melaksanakan persiapan kapal berlayar dan bertempur.

Pada pukul 18.23 WIB, KRI Tjiptadi bertolak dari dermaga Lanal Sabang menuju posisi kapal nelayan. Pada pukul 20.30 WIB, KRI Tjiptadi menemukan perahu nelayan UPIN, kemudian mengevakuasi dua orang tersebut, katanya.

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 3 jam akhirnya kedua nelayan dan kapalnya tiba di dermaga Lanal Sabang pada pukul 01.15 WIB dini hari.

Danlanal Sujatmiko menyatakan, menurut keterangan nelayan tersebut mereka telah terapung-apung di laut selama 3 malam yang berangkat dari pelabuhan Ulhee Lheue pada hari Selasa (28/4).(Antara)

Menuju Anggaran Pertahanan 200 T



Adalah Komisi I DPR beberapa waktu lalu menggemakan kembali semangat berpertahanan dengan menargetkan anggaran belanja tentara bisa mencapai Rp. 200 T setiap tahun di era pemerintahan Jokowi.  Jika itu tercapai maka dipastikan anggaran pertahanan Indonesia akan menjadi nomor satu di ASEAN mengungguli Singapura.  Dengan anggaran pertahanan tahun 2015 sebesar Rp. 102 T Indonesia menduduki ranking kedua setelah Singapura.
Yang menarik disini adalah, biasanya tradisi untuk mengekspose peningkatan anggaran pertahanan selalu dikumandangkan secara berulang dari kementerian shohibul bait lewat berbagai kesempatan seremoni atau jumpa pers. Ternyata perjuangan untuk menambah anggaran hulubalang republik sudah dimudahkan oleh parlemen.  Ini membuktikan bahwa keinginan untuk memperkuat otot tentara sudah disepakati bulat oleh seluruh struktur bingkai kebangsaan, utamanya yang bernama pemerintah dan parlemen.
Anggaran militer berbagai negara
Meski pencapaian anggaran 200 T itu dengan syarat dan ketentuan berlaku antara lain indikator pertumbuhan ekonomi 7% sesungguhnya semangat menuju pertumbuhan ekonomi dan militer itu menjadi harapan semua pihak.  Sesungguhnya kita telah berada dalam pertumbuhan kesejahteraan menuju tingkat yang lebih baik apalagi subsidi BBM telah dihapuskan dan dialihkan untuk pembangunan sektor infrastruktur secara besar-besaran. Contohnya pembangunan jalan tol ratusan kilometer Solo-Kertosono dan Bakauheni-Palembang diambil alih oleh Pemerintah lewat BUMN infrastruktur. 
Kita baru memulai pembangunan infrastruktur secara besar-besaran dan itu baru akan kelihatan nilai jerih payahnya minimal 3 tahun mendatang.  Dengan anggaran subsidi BBM yang mampu melipatgandakan kekuatan anggaran infrastruktur, ditambah asupan gizi investasi Cina untuk membangun berbagai paket infrastruktur di tanah air yang mencapai US $50 milyar maka diprediksi mulai tahun 2018 akan memberikan kekuatan pertumbuhan ekonomi sebagaimana dicita-citakan bersama.
Oleh sebab itu sebagaimana rangkaian sebab akibat tadi, maka pertambahan anggaran pertahanan sebesar 200 T diyakini akan bisa dicapai pada tahun 2018 atau 2019.  Ini perhitungan prediksi berdasarkan kemajuan-kemajuan yang dicapai dalam perjalanan peningkatan kesejahteraan.  Kita meyakini bahwa pencapaian yang diharapkan itu bisa tercapai tentu dengan program-program extra ordinary yang dikawal ketat oleh pemerintah bersama DPR.
Fregat TNI AL dikawal Apache
Belanja militer Indonesia adalah hasrat yang harus terus dihembuskan karena kita tidak ingin dikata-katain begini, sudah kemalingan baru pasang teralis. Kita ingin pagar teritori dijaga ketat oleh kapal-kapal perang, kapal selam dan jet tempur yang mampu menggonggong dan menggigit. Jangan hanya menggonggong tapi ketika ditimpuk batu sama tetangga lalu bungkam atau bahkan terkaing-kaing.  Jadi pengawalnya harus berkelas herder bukan anjing kampung atau bahkan pudel.  Kalau kita ingin mengumandangkan NKRI harga mati maka alutsista berkelas herder dan kesejahteraan prajurit yang cemerlang juga harga mati dong.
Kementerian Pertahanan tentu sudah punya rencana-rencana bagus untuk memilih alutsista terbaik bagi TNI juga peningkatan kesejahteraan prajuritnya.  Artinya usulan-usulan yang diajukan user itulah yang menjadi pilihan utama untuk memperkuat berbagai jenis alutsista yang diinginkan. Termasuk mengumandangkan semangat memperkuat militer dengan maksud untuk memastikan kekuatan daya berpertahanan “tidak malu-maluin” jika suatu hari kemudian terjadi konflik dengan negara lain.
Mengumandangkan semangat berpertahanan adalah untuk memberikan keyakinan kepada semua komponen bangsa bahwa kondisi dinamis kawasan tidak bisa diprediksi.  Jadi kita wajib memperkuat alat pertahanan kita meski kita tidak ingin berperang dengan jiran, tidak ingin konflik dengan negara lain.  Mengedepankan hal-hal yang berbau klise seperti kita tidak mungkin berperang dengan negara lain, negara-negara ASEAN baik-baik semua, kita tidak punya masalah dengan Cina atau Australia tidak akan menganggu kita, lebih baik fokus pada bencana alam, adalah sebuah opini untuk meremehkan hakekat pertahanan itu sendiri.
Kita masih sangat membutuhkan skuadron-skuadron fighter, puluhan kapal kombatan, belasan kapal selam dan berbagai alutsista berdaya hancur tinggi untuk memastikan nilai NKRI harga mati itu. Maka peningkatan anggaran pertahanan yang terus menerus sangat dibutuhkan oleh negeri ini karena luasnya wilayah yang harus dijaga dan memastikan tidak adanya gangguan teritori bahkan rencana agresi negara lain karena kita punya militer yang kuat.
Pencapaian anggaran 200T tentu bukan sebuah mimpi.  Kita meyakini kita bisa mencapai nominal itu bahkan akan melewatinya mulai tahun 2020 mendatang.  Pencapaian anggaran sebesar itu tentu mampu mensumringahkan kita karena dengan dana itu kita bisa belanja alutsista berkualitas dan berteknologi terkini seirama dengan peningkatan kesejahteraan prajurit.
Mewibawakan sebuah harga diri bangsa tentu dengan mengembangkan postur kesejahteraan dan kekuatan.  Mewibawakan sebuah teritori dan eksitensi negara tentu dengan memperkuat pagar pertahanan. Kita sudah memulainya dengan menggelontorkan belanja militer dalam jumlah besar.  Kita akan terus membangun kekuatan itu sampai kemudian nilai kewibawaan dan kegagahan tadi muncul dari kesimpulan yang diambil oleh mereka yang hendak mencoba mengganggu.
(AnalisMiliter)

Kapal TNI AL Sergap 5 Kapal Asing

Berkejaran di Perbatasan Malaysia, Kapal TNI AL Sergap 5 Kapal Asing
Jakarta - Kapal perang KRI Pattimura melakukan operasi di perbatasan Malaysia. Kapal dengan nomor lambung 371 itu menyergap 5 kapal asing yang tengah mencuri ikan di perairan Natuna. Sebanyak 65 anak buah kapal asal Thailand diamankan.

"KRI Pattimura 371 berpatroli dari Ranai. Pada saat melakukan operasi di perbatasan Malaysia, KRI Pattimura 371 mendapatkan informasi dari salah satu mata-mata yang sudah ditempatkan di setiap sektor wilayah operasinya. Setelah mendapat informasi adanya kontak kapal asing berbendera Malaysia dan Thailand, KRI Pattimura 371 segera meluncur ke koordinat tersebut di mana posisi tersebut berada di selatan Pulau Pejantan dan di utara Belitung di perairan Natuna," ucap Asisten Kepala Divisi Senjata dan Bahari KRI Pattimura, Letda Laut (P) Denizal Hifzhan Abidin ketika berbincang, Jumat (1/5/2015).

KRI Pattimura yang dikomandani, Letkol Laut (P) Fajar Hernawan itu langsung menyusun strategi yang dipimpin oleh Kadepops KRI Pattimura Kapten Laut (P) Nana Suryana Idris. Kapal perang jenis korvet itu pun langsung meluncur.

"Saya kemudian men-jamming frekuensi. Nelayan mata-mata di wilayah sekitar kapal asing meng-update posisi terakhir kapal asing dan nelayan asing," ucap Deniz.

Setelah melakukan pengintaian selama 15 jam melalui frekuensi radio, penyergapan dilakukan siang hari. Saat itu perwira jaga Mayor Laut (P) Fery Anton Sitinjak mendapati kontak kapal asing.

"Sebelum kita menuju ke kontak tersebut, mereka berusaha lari menghindar. Ada 2 kapal asing yang berusaha lari, kami langsung melakukan penembakan peringatan. Dan kapal tersebut diperintahkan mengapung-apung di sekitaran," ujar Deniz.

Lalu sekitar beberapa mil, KRI Pattimura kembali mendapa kontak adanya 3 kapal asing yang berusaha lari dan akhirnya dikejar.

"Semua kapal asing tersebut dibawa menuju Lanal Pontianak. Semua berkat kerjasama antara TNI AL dan nelayan sekitar yang membantu untuk memberantas illegal fishing meliputi nelayan Pontianak, nelayan Pati dan nelayan Belitung," tuturnya.

Berikut 5 kapal yang membawa berton-ton ikan campuran serta anak buah kapal yang ditangkap:

1. KM Sudita 8, 10 ABK warga negara Thailand.
2. KM Jala Mitra 081, 15 ABK warga negara Thailand.
3. KM Sudita 14, 10 ABK warga negara Thailand.
4. KM Sudita 13, 15 ABK warga negara Thailand.
5. KM Sudita 5, 15 ABK warga negara Thailand.
(Detik)

Friday 1 May 2015

Indonesia terlalu penting untuk Australia


Indonesia terlalu penting untuk Australia
Presiden Joko Widodo dan Perdana Menteri Australia Tony Abbott di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (20/10/2014)
Bila hubungan kita tidak bagus dengan Indonesia, maka kelak ketika Indonesia menjadi pasar terbesar keempat di dunia, Australia tidak akan memperoleh keuntungan seperti yang kita punya sekarang"
Perth  - Dalam satu forum kerja sama geopolitik dan perdagangan internasional yang digelar di Perth, Australia Barat, Jumat, bahasan tentang ketegangan politik antara dua negara bertetangga Indonesia dan Australia menjadi salah satu topik kunci.

Eksekusi mati terhadap dua warga negara Australia dua hari lalu telah memaksa Australia menaik duta besarnyaa dari Jakarta dan memicu desakan boikot terhadap Bali dan Indonesia.

Namun, apakah ini seburuk yang diberitakan koran-koran Australia?

Hadir dalam sesi yang dipandu jurnalis kawakan harian The Australian Paul Kelly itu tiga narasumber yang kompeten membahas ketegangan Indonesia-Australia pada  forum "In The Zone 2015".

Stephen Smith (mantan menteri luar negeri dan Menteri Pertahanan Australia), Profesor Krishna Sen (peneliti politik dan media massa Indonesia) serta Gordon Flake (CEO Perth USAsia) memaparkan pandangannya dan strategi menghadapi ketegangan ini.

"Saya tidak percaya bila keputusan untuk mengeksekusi adalah sebuah serangan Indonesia terhadap Australia," ujar Stephen Smith yang juga Direktur Perth USAsia Centre.

Menurut akademisi Universitas Western Australia (UWA) itu, Australia sebagai negara dengan populasi sedikit harus mendekati negara-negara di kawasan seperti India, Tiongkok, Indonesia, ASEAN, dan Afrika demi kepentingan jangka panjang.

Pada 2050, Indonesia akan menjadi negara dengan populasi terbanyak keempat di dunia di bawah Tiongkok, India, dan Amerika Serikat.

"Bila hubungan kita tidak bagus dengan Indonesia, maka kelak ketika Indonesia menjadi pasar terbesar keempat di dunia, Australia tidak akan memperoleh keuntungan seperti yang kita punya sekarang," kata dia.

Secara hukum, lanjut dia, orang Indonesia melihat ini adalah masalah yang jelas. Hukum di Indonesia memang mengancam mati pengedar narkoba, sementara di Australia hukuman mati baru dihapuskan pada 1985 dan resmi menjadi pandangan politik nasional pada 1990-an.

Dalam satu wawancara pada 2012, Perdana Menteri Australia Tonny Abbott yang saat itu pemimpin partai oposisi, mengaku setuju dengan hukuman mati terhadap pembunuh massal, meskipun ia dan partainya tidak berencana menghidupkan kembali hukuman mati di Australia.

Saat itu Tonny Abbott berpandangan bahwa pembunuh berdarah dingin yang membunuh ratusan orang patut dihukum paling keras, yaitu hukuman mati.

Pandangan publik di Indonesia dan Australia tentang hukuman mati juga beragam, dan ini telah menjadi komoditas politik, baik buat politisi di Indonesia maupun di Australia.

"Saya perkirakan sekitar 25-30 persen orang di Indonesia tidak setuju dengan hukuman mati, dan banyak organisasi di Indonesia yang memperjuangkan penghapusan hukuman mati," ujar Krishna Sen yang adalah  profesor kajian Indonesia dan Dekan Faculty of Arts UWA.

Tapi sekali lagi, publik Indonesia dan Australia itu sangat beragam. Menyamakan semua orang ke dalam satu pernyataan politik tidaklah bijak.

Sebagai Presiden yang baru, Joko Widodo memiliki pendekatan yang berbeda terhadap eksekusi mati bagi warga Australia. Berbeda dari peminpin pendahulunya, Soesilo Bambang Yudhoyono. "Kita harus pahami konteks latar belakang partai politik serta pandangan ekonomi ultranasionalisnya," ujar Krishna yang fasih berbahasa Indonesia ini.

Hal senada disampaikan Gordon Flake, warga Amerika Serikat yang memimpin pusat kajian kerja sama kawasan Amerika dan Asia berbasis di Perth.

"Ketika orang Australia protes mengapa pengumuman eksekusi mati dilakukan pada ANZAC Day, lalu muncul semacam nuansa nasionalime yang terbakar di sebagian hati orang Australia, saya tidak bisa memahami kenapa hal itu harus menjadi hal yang signifikan? Saya saja tidak tahu hari libur atau hari besar di Indonesia. Jadi kita harus melihat masalah ini dari konteks yang lebih besar," ujar Gordon.

Dari perspektif jangka panjang, Indonesia terlalu penting untuk diabaikan Australia.

Ketika melihat Indonesia, orang Amerika, Jepang, India, dan Tiongkok menatapnya sebagai "peluang", "peluang", dan "peluang", ujar pria yang berpuluh tahun terlibat dalam riset kajian Semenanjung Korea itu.

"Jumlah penduduk yang besar, dengan kelas menengah yang akan melampaui 100 juta pada 2050, Indonesia adalah pasar yang luar biasa besar," kata dia menjelaskan proyeksi pertumbuhan populasi dan pasar di Indonesia.

Khusus untuk kepentingan geopolitik dan perdagangan internasional, dalam 25 tahun ke depan, fokus Australia terhadap kawasan Indo-Pasifik adalah India, Indonesia, dan ASEAN.

Ekonomi, perdagangan, sumber daya alam, investasi, dan populasi, itu semua adalah peluang yang bisa dimanfaatkan Australia dari hubungan baik dengan Indonesia, tegasnya.

Ia mengaku, sebagian besar sumber ketegangan Indonesia-Australia akhir-akhir ini disebabkan oleh pemberitaan media massa dan reaksi publik. Persepsi yang berkembang adalah orang Australia hanya dihukum mati di Indonesia, padahal hukuman ini juga terjadi di Tiongkok.

"Dan saya akan sangat terkejut bila reaksinya akan sama bila hukuman mati ini dilakukan oleh Tiongkok," katanya.

Standar ganda yang tengah ditunjukkan oleh Australia ini juga menjadi poin yang harus diperbaiki.

"Kita harus menempatkan isu penghapusan hukuman mati sebagai salah satu agenda kerja sama bersama negara-negara yang lain, karena saat ini media di Indonesia mempertanyakan di mana Australia ketika negara-negara lain melakukan eksekusi mati terhadap non warga Australia?" timpal Krishna Sen.

Lebih lanjut ia menyarankan Australia harus mulai melihat kampanye penghapusan hukuman mati sebagai agenda kerja sama, dan agenda ini patut tercermin pada strategi bantuan-bantuan internasional, baik bilateral maupun multilateral.

"Jika Australia bisa memainkan (isu ini) dengan benar, maka Australia akan menjadi contoh atau model buat kawasan. Namun bila hanya berkutat di isu hukuman mati dan mengaitkannya dengan hubungan bilateral saja, maka jelas ini tidak akan berhasil," ujar Gordon.

Ketegangan Jakarta-Canberra dengan penarikan Duta Besar Australia dari Indonesia yang tidak dibalasa Indonesia adalah juga pembelajaran bagi politisi di Australia, kata dia.

Saat ini, orang Australia sedang beradaptasi dengan jenis demokrasi baru di Indonesia. Presiden Indonesia yang sekarang Joko Widodo, adalah orang yang bertindak berdasarkan opini publik, sangat berbeda dengan presiden sebelumnya yang kebijakannya sedikit banyak mendapat pengaruh dari politisi Australia.

"Australia terbiasa mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap politisi Indonesia. Tapi sekarang mereka bergerak berdasarkan opini publik, jadi di sinilah contoh bagaimana demokrasi bisa mempersulit diplomasi," kata Gordon.

Sebagai tetangga terdekat Indonesia, jauh lebih dekat dari pada Amerika Serikat, Australia tergolong kurang memahami, bahkan terkesan acuh terhadap masyarakat Indonesia.

"Ini adalah momen di mana pengertian di antara dua negara harus kembali diperbaiki agar menjadi lebih baik dan mendalam demi kepentingan bersama," tambah Gordon.

Oleh karena itu, sekali lagi, Indonesia tetap terlalu penting untuk diabaikan Australia. (ANTARA News)

TNI tembak separatis OPM di Ilaga

Hasil gambar untuk TNI tembak separatis OPM di Ilaga
Jayapura  - Anggota Satgas pengamanan daerah rawan dari Yon 303, Jumat berhasil menembak mati satu anggota separatis Organisasi Papua Merdeka (OPM), serta mendapat satu pucuk pistol di Ilaga, pedalaman Papua.

Kapendam XVII Cenderawasih Letkol Inf Teguh Pudji yang dihubungi ANTARA, mengatakan dari laporan yang diterima terungkap aksi baku tembak antara anggota TNI yang dipimpin Kapten Inf Zulkarnaen Ghalib bertemu dengan OPM kelompok Yambi.

Dari kontak senjata tersebut satu anggota OPM berhasil ditembak dan menyita satu pucuk senpi jenis pistol.

Namun hingga kini belum bisa dipastikan nama anggota OPM yang mati tertembak, kata Letkol Inf Teguh.

Kelompok Yambi yang dipimpin Tengang Mati itu diduga ke Ilaga untuk gabung dengan masyarakat yang hadir dalam pasar murah di Ilaga.(ANTARA News)

Hubungan Pertahanan Erat Antara RI dan Singapura Adalah Hal Yang Mutlak

Jakarta, Menhan Ryamizard Ryacudu menegaskan bahwa peningkatan kerjasama pertahanan kedua negara sangat penting mengingat eratnya hubungan kedua negara sebagai negara bertetangga yang sama-sama berpengaruh di kawasan Asia Tenggara. Hubungan pertahanan yang terjalin erat adalah hal yang mutlak.
Demikian dikatakan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu, Kamis (30/4), saat menerima kunjungan kehormatan Permanent Secretary for Defence of Singapore Mr. Chan  Yeng Kit, Rabu (29/4) di kantor Kemhan, Jakarta. Pertemuan ini merupakan rangkaian dari kunjungan Permanent Secretary for Defence of Singapore sejak tanggal 28-30 April 2015. Selain melakukan pertemuan bilateral dengan Kemhan RI, Permanent Secretary for Defence of Singapore juga mengunjungi Lemhannas RI dan Kohanudnas.
Dalam pertemuan tersebut Permanent Secretary for Defence of Singapore Mr. Chan  Yeng Kit menjelaskan bahwa Menhan Singapura telah memerintahkan untuk segera menindaklanjuti hasil pertemuan bilateral pertahananan yang telah dilakukan pada tanggal 29 April 2015 kemarin di Kemhan antara Delegasi Singapura yang dipimpin oleh Permanent Secretary for Defence of Singapore Mr. Chan  Yeng Kit dan Kemhan RI yang dipimpin oleh Sekjen Kemhan Letjen TNI R Ediwan Prabowo. Menhan Singapura juga berharap dapat melakukan pertemuan pada saat Shangri-La Dialogue Mei mendatang.
Dalam pertemuan bilateral kemarin, disepakati adanya upaya peningkatan kerjasama di bidang pertahanan yang telah terjalin baik selama ini. Salah satu upayanya adalah dengan mengadakan Defence Policy Dialogue yaitu semacam dialog mengenai kebijakan pertahanan antara pejabat senior di tingkat kementerian dari kedua negara.
Dialog ini nantinya diharapkan menjadi sarana interaksi para pejabat  di tingkat kebijakan untuk bertukar pengalaman dalam pembuatan kebijakan pertahanan dan  membahas mengenai isu-isu regional dan strategis untuk kepentingan kedua negara. Demikian pula dengan hubungan antara militer kedua negara, upaya peningkatan kerjasama ini diawali dengan kunjungan Panglima Angkatan Bersenjata Singapura kepada Panglima TNI yang rencananya akan dilakukan pada bulan Mei mendatang.
Pertemuan bilateral ini dilaksanakan dalam rangka menindaklanjuti hasil kesepakatan antara Menteri Pertahanan Republik Indonesia Ryamizard Ryacudu dengan Menteri Pertahahanan Singapura Dr Ng Eng Hen pada bulan Januari lalu di Singapura. Pertemuan bilateral ini dilaksanakan dalam rangka menindaklanjuti hasil kesepakatan antara Menteri Pertahanan Republik Indonesia Ryamizard Ryacudu dengan Menteri Pertahahanan Singapura Dr Ng Eng Hen pada bulan Januari lalu di Singapura.
Kesepatan Menhan RI dan Menhan Singapura tersebut berisi empat inisiatif baru dalam rangka meningkatan kerjasama pertahanan kedua negara meliputi; pertama, untuk meningkatkan kolaborasi dan kerja sama praktis melalui hubungan yang ada antara kedua Angkatan Bersenjata di masalah keamanan umum, seperti keamanan maritim dan anti perompakan, kontra-terorisme, dan bantuan kemanusiaan serta penanganan bencana (HADR). Kedua, untuk meningkatkan interaksi bilateral antara pejabat di Kementerian Pertahanan dan militer melalui pelatihan bersama dan partisipasi kursus di lembaga masing-masing.
Ketiga, untuk melakukan dialog reguler antara pejabat senior di Kementerian Pertahanan tentang isu-isu regional dan strategis untuk kepentingan bersama kedua negara. Keempat, untuk mengeksplorasi langkah-langkah baru yang diambil pada interaksi antar militer yang telah membawa banyak manfaat bagi kedua TNI dan SAF.(DMC)

Atase Pertahanan Inggris Kunjungi PAL INDONESIA


 












Perwakilan atase pertahanan Inggris di Indonesia Mayor Michael Lynskey, bersama stafnya Tom O’Flaherty, dan Natasha Permatasari, berkunjung ke PT PAL INDONESIA (Persero). Diterima oleh Sekretaris Perusahaan, Elly Dwirat Manto, dan Manager Humas, Bayu Witjaksono di ruang rapat lantai dasar. Kunjungan dilatar belakangi adanya keinginan bekerja sama antara Inggris dan Indonesia, dalam hal ini PT PAL INDONESIA (Persero).

Lynskey menyatakan bahwa Ia cukup mengetahui banyak tentang PT PAL INDONESIA (Persero). “Saya sering dengar tentang kehebatan PT PAL INDONESIA, terutama untuk produksi kapal perangnya. Karena saya juga sering berkomunikasi dengan TNI AL Indonesia mengenai sistem senjata, termasuk tentang kapal perang,” ucapnya. Untuk itu Ia datang untuk melakukan penjajakan awal dengan PT PAL INDONESIA (Persero), apakah ada kemungkinan ke depan untuk kedua negara bekerja sama dalam industri galangan kapal.

Sebagai perwakilan dari PT PAL INDONESIA (Persero), Elly menyampaikan bahwa penunjukan PAL INDONESIA (Persero) sebagai Lead Integrator tidak berarti membuat PAL dapat memberi keputusan dengan siapa akan bekerja sama atau memilih partner bisnis. “PT PAL INDONESIA merupakan BUMN, dimana 100% sahamnya adalah milik pemerintah. Dan juga penugasan kami sebagai Lead Integrator Matra Laut adalah dibawah Kementerian Pertahanan. Oleh karena itu, dalam menentukan PT PAL Indonesia akan berpartner dengan siapa adalah keputusan dari kementerian. Namun, kami sebagai pelaku usaha, memiliki hak untuk memberikan referensi mengenai partner bisnis yang dianggap kompeten,” jawabnya.

O’Flaherty menyampaikan, pihaknya akan dengan senang hati membantu untuk menjembatani PT PAL Indonesia (Persero) dengan industri galangan kapal ataupun industri pendukung lainnya asal Inggris. “Hasil diskusi ini sangat bermanfaat bagi kami dalam memperkenalkan PT PAL INDONESIA pada investor atau pun pelaku industri di negara kami (Inggris). Dan kami siap untuk menjembatani mereka dengan PT PAL INDONESIA,” kata O’Flaherty.

Sejak adanya rencana poros maritim Indonesia, PT PAL INDONESIA (Persero) menjadi tujuan kerja sama dari berbagai negara berkembang dalam memproduksi dan pengembangan teknologi, baik kapal perang maupun kapal komersil. Ini merupakan peluang Indonesia untuk dapat terus meningkatkan kualitas produksi kapal dalam negeri. Karena dengan kerjasama, akan ada banyak ilmu bermanfaat yang didapatkan, yang nantinya dapat membuat Indonesia menjadi negara yang mandiri.(PAL)

KRI Sultan Iskandar Muda-367 Latihan Bersama 6 Negara di Laut Mediterania


 

Sebagai salah satu bentuk profesionalisme dan komitmen terhadap pelaksanaan tugas, Maritime Task Force (MTF) UNIFIL secara rutin melaksanakan kegiatan latihan dengan melibatkan unsur-unsur yang berada dibawahnya. Mengacu kepada hal tersebut, pada hari Rabu tanggal 29 April 2015 dari pagi hingga petang hari, dilaksanakan beberapa bentuk latihan sesuai yang telah direncanakan dalam Training Schedule yaitu Naval Parade dan Photoex.
Parade diikuti oleh 7 kapal perang dari 6 negara yang tergabung dengan MTF. Kapal-kapal tersebut yaitu BRS Constituicao F-42 (Brasil), BNS Ali Haider F-17 (Bangladesh), KRI SIM-367 (Indonesia), FGS Erfurt F-262 (Jerman), TCG Bora P-338 (Turki), BNS Nirmul P-813 (Bangladesh) dan HS Xenos P-27 (Yunani), ditambah dengan 2 kapal perang Lebanese Armed Forces (LAF) Navy yaitu Trablous dan Tabarja. Kegiatan latihan mengambil lokasi di perairan Mediterania di sepanjang wilayah teritorial Lebanon.
Latihan pertama yang dilaksanakan yaitu Naval Parade, sebuah bentuk latihan yang melibatkan pergerakan beberapa kapal perang dengan formasi, track dan kecepatan yang telah ditentukan. Rute lintasan parade yang dilaksanakan pada pagi hari sampai menjelang tengah hari tersebut dimulai dari perairan barat Jounieh dan berakhir di perairan barat La Raouche, Beirut. Formasi yang dilaksanakan selama Naval Parade adalah formasi garis tunggal dimana KRI Sultan Iskandar Muda-367 menempati urutan kapal ke 4.
Pada siang harinya, dilaksanakan sequence kegiatan latihan kedua yaituTactical Manuevering Exercise yaitu latihan pembentukan-pembentukan formasi dengan manuver kapal-kapal. Sedangkan serial latihan ketiga yaitu Photo Exercise atau Photoex berupa pengambilan dokumentasi seluruh unsur yang melaksanakan formasi latihan yang telah ditentukan. Pengambilan gambar dilaksanakan dengan menerbangkan heli Linx dari kapal perang Brasil BRS Constituicao F-42.
Seluruh kegiatan latihan dipantau dan diawasi langsung oleh MTF Commander RADM Flavio Macedo Brasil yang berada di BRS Constituicao F-42. Selesai pelaksanaan seluruh kegiatan, MTF Commander melalui jaring komunikasi latihan menyampaikan apresiasi dan ucapan terima kasihnya kepada seluruh unsur yang terlibat. Setelah latihan ditutup, seluruh unsur kembali menempati zona patrolinya masing-masing.

Panglima OPM Tewas Usai Baku Tembak dengan Polisi

 Jayapura - Aparat gabungan Polres Nabire dan Polda Papua terlibat baku tembak dengan 5 anggota Organisasi Papua Merdeka (OPM) di Jalan Raya Kampung Sanoba, Nabire, Papua. 1 Anggota OPM tewas, 2 terluka, dan 2 lainnya melarikan diri ke dalam hutan.

Seperti ditayangkan Liputan 6 Malam SCTV, Kamis (30/4/2015), Leo Magai Yogi yang merupakan Panglima OPM wilayah Kabupaten Paniai tewas setelah sempat dirawat di RSUD Nabire akibat luka tembak yang dideritanya.

Sementara 2 anggota OPM lainnya, yakni Yulian Nawipa dan Marchel Muyapa ditahan di Mapolres Nabire setelah mendapat perawatan akibat luka tembak.

Baku tembak berawal saat polisi mencurigai sebuah minibus yang ditumpangi 5 anggota OPM. Ketika mobil dihentikan, salah seorang penumpang melepas tembakan ke arah polisi. Baku tembak antara polisi dan OPM pun tak terhindarkan.

Warga yang berada di sekitar lokasi panik dan berlarian saat baku tembak berlangsung. Namun peristiwa tersebut hanya berlangsung sesaat. 3 Anggota OPM berhasil dilumpuhkan. Sementara 2 lainnya meloloskan diri.

Kapolda Papua Irjen Yotje Mende menyatakan, polisi tetap konsisten bertindak tegas jika ada pihak-pihak yang berusaha mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat.

"Pihak manapun yang mau berpisah dengan NKRI (makar), itu akan kita berantas. Akan kita basmi sampai kapan pun dan tidak akan berhenti," tegas Yotje.(Liputan6.com)

Harapkan Panglima : Wanita TNI Jadi Penerbang Tempur

Pesawat F-16 milik TNI AU.
Pesawat F-16 milik TNI AU.

JAKARTA -- Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko mengharapkan Wanita TNI ke depan, khususnya para Taruni,akan mampu mencari peran-peran baru seperti menjadi penerbang pesawat tempur, penerbang helikopter, komandan peleton atau kepala unit 'cyber war' atau unit intelijen.

"Peran baru yang kita pikirkan agar positioning Wanita TNI menjadi lebih maksimal," kata Panglima TNI saat menghadiri acara Pembinaan Wanita TNI di Aula A.H Nasution Mabes TNI AD, Jakarta, Kamis (30/4).

Peran Wanita TNI ke depan hendaknya melakukan perubahan, inovasi,jangan menjadi organisasi yang stagnan, tidak sensitif terhadap lingkungan.

"Wanita TNI harus membangun sebuah soliditas dan solidaritas karenasoliditas dan solidaritas adalah kondisi yang semestinya dalam kehidupan nyata sehari-hari. Bentuk seperti ini yang seharusnya menjadi bagian dari organisasi. Menjadikan organisasi Wanita TNI yang berprestasi yang memiliki dedikasi dan tanggung jawab yang tinggi serta bisa menjalankan tugas secara profesional," ucap Moeldoko.

Meskipun Wanita TNI merupakan sebuah organisasi nonstruktural yang dipimpin secara"ad hoc"oleh yang dituakan, namun di dalamnya perlu ada upaya yang kuat karena disini tempatnya wadah berkumpul para Korps Wanita TNI.

"Wanita TNI harus menjadi organisasi yang maju, dinamis, dan kuat menghadapi kondisi lingkungan.Memposisikan organisasi yang sensitif adaptif terhadap lingkungan, bila organisasi yang kebal maka akan sulit organisasi berkembang,oleh karenanya sensitifitas sangat diperlukan," katanya.

Di akhir sambutannya, Panglima TNI berpesan agar Wanita TNI pandai menjaga fisik, kesehatan dan penampilan yang baik dan menarik, karena Wanita TNI adalah sosok prajurit yang perlu menjaga penampilan dan menjaga kondisi dengan baik.

Acara yang dihadiri oleh lebih kurang 613 Wanita TNI di jajaran Garnisun-I Jakarta mengambiltema"Dengan Semangat RA Kartini, Wanita TNI Siap Meningkatkan Profesionalisme, Soliditas dan Solariditas Guna Mendukung Pelaksanaan Tugas Pokok".

Rangkaian acara yang sebelumnya telah dilaksanakan antara lain donor darah, ziarah ke Taman Makam Pahlawan Kalibata dan Bhakti Sosial kepada 256 Pejuang Veteran Seroja di perumahan Komplek Seroja Bekasi Utara dengan pemberian sembako dan tali kasih.

Acara diakhiri dengan pemotongan tumpeng oleh Ibu Raksa Tri Anggana Tantri Koes Moeldoko sebagai Ibu Asuh Wanita TNI dengan didampingioleh Panglima TNI yang diberikan kepada atlet Wanita TNI berprestasi.

Prestasi itu diukir oleh antara lain Sertu (K) Wulandari (juara IIWord Yongmodo championshipkelas 52 kg di Korea Selatan), Kapten Laut Retna Ayu Dwi (Atleit Taewondo medali Emas Indonesia Open), sedangkan potongan tumpeng terakhir kepada Serda Wara Anggraena juara - II atletik ASEAN Junior di Colombo Srilanka. (REPUBLIKA.CO.ID)

ASEAN Desak Penyelesaian Konflik Laut China Selatan

ASEAN Desak Penyelesaian Konflik Laut China Selatan
 
 
JAKARTA - Direktur Jenderal kerjasama ASEAN, I Gusti Wesaka Puja menyatakan, negara-negara anggota ASEAN tengah berusaha untuk mempercepat penyelesaikan Code of Conduct (CoC) mengenai Laut China Selatan. Selain mempercepat CoC, para pemimpin ASEAN juga meminta China untuk menahan diri dari melakukan tindakan provokatif di wilayah tersebut.

"Kita sedang menegosiasikan CoC on the south China sea. Ini himbauan dari kepala negara agar CoC itu dipercepat penyelesaiannya. Dan, kita memang mendesak kepada China agar proses ini dipercepat, jangan diperlambat, itu di satu sisi," kayta Puja pada Kamis (30/4/2015)

"Di sisi lain, kita juga minta apa yang terjadi di lapangan, di Laut China Selatan itu tidak membahayakan proses negosisasi ini. Sebab, kalau sesuatu yang buruk terjadi lapangan, mau tidak mau akan mempengaruhi proses negosiasi ke depannya," sambugnya.

Puja menyebut, masih ada sebuah jarak yang terlalu besar antara China dan negara-negara lainnya yang membuat negosasi ini masih belum membuahkan hasil sampai saat ini. Negosiasi Coc Laut China selatan sudah terjadi sejak tahun 2011 lalu.

"Jadi ada dua hal, pertama kita menghimbau semua pihak untuk menahan diri. Kedua, kita maju terus dengan CoC. Sebab, apa yang terjadi sekarang ini adalah adanya gap yang begitu besar. Apa yang terjadi di lapangan yang situasinya memburuk dengan kemajuan yang sudah kita capai di perundingan negosiasi. Meskipun tidak besar, tapi ini progres positif, agar gap itu tidak terlalu besar," tambahnya. (Sindo)

Tangkap petinggi OPM Leo Yogi, tim kejar-kejaran dan baku tembak

Tangkap petinggi OPM Leo Yogi, tim kejar-kejaran dan baku tembak

OPM. 
 

Tim Satgas gabungan bersama anggota Polres Nabire hari ini menangkap pimpinan Organisasi Papua Merdeka, Jhon Magay Yogi alias Leo Yogi, sekitar pukul 10.00 WIT. Tetapi, operasi itu sempat diwarnai baku tembak antara polisi dan kelompok OPM.

Kapolres Nabire, AKBP Situmeang mengatakan, tembak menembak antara tim dengan kelompok Leo Yogi itu berawal saat mereka dihadang. Menurut dia, kelompok OPM mencoba melarikan diri dengan menggunakan kendaraan mini bus dan sempat terjadi aksi kejar-kejaran.

Akibatnya, tim gabungan menembak dan melukai Yogi beserta dua anggotanya. Mereka saat ini sudah berada di RSUD Nabire buat mendapat perawatan.

Situmeang menambahkan, selain menangkap Leo Yogi, pihaknya membekuk dua anggota OPM lain. Yakni Muraya dan Jemmy. Mereka juga menyita sepucuk pistol jenis FN.

"Leo Yogi sendiri dilaporkan mengalami luka tembak di bagian kaki," kata Situmeang seperti dilansir dari Antara, Kamis (30/4).

Menurut Situmeang, Leo Yogi dan rombongan diduga dalam perjalanan dari Legari menuju Samabusa. Saat berada di sekitar Pantai Gado, Distrik Nabire, anggota berhasil menangkap Leo Yogi bersama kedua anggotanya. (Merdeka.com )

Indonesia Tidak Akan Bergabung Serang Pemberontak Yaman


Pasukan militan Houthi.
Pasukan militan Houthi. (AFP)

Jakarta - Indonesia tetap pada sikapnya untuk tidak mendukung atau bergabung dengan koalisi sepuluh negara yang melakukan penyerangan terhadap pemberontak Houthi di Yaman.

Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla (JK) menegaskan bahwa Indonesia tetap menyatakan sikap bahwa invasi atau kekerasan bukanlah solusi menyelesaikan konflik di negara-negara Islam.

Sikap Indonesia tersebut, disampaikan juga kepada Wakil Presiden Iran bidang Manajemen dan Perencanaan Mohammad Bagher Nobakht yang menemuinya, Rabu (29/4).

"Kita tidak bicarakan itu (Houthi) secara detail. Namun, demikian kita sependapat bahwa Indonesia dan Iran sepakat tidak mempergunakan solusi invasi atau perang kekerasan untuk menyelesaikan masalah di negara lain," tegas JK usai bertemu Nobakht.

Menurut informasi, Iran memang sempat meminta Indonesia sebagai negara muslim terbesar bergabung dalam koalisi sepuluh negara untuk menyerang Houthi di Yaman.

Namun, permintaan tersebut, langsung ditolak oleh pemerintah Indonesia. Sebagaimana, misi damai di Timur Tengah dan negara-negara Islam secara khususnya, yang dikedepankan oleh Indonesia.

Seperti diberitakan, koalisi sepuluh negara yang dipimpin oleh Arab Saudi memang tengah gencar menyerang Houthi setelah Presiden Yaman yang digulingkan, Abd Rabbuh Mansur Al-Hadi, meminta bantuan. (Berita Satu)

KRI Rigel 933 Tiba di Indonesia Pertengahan Mei 2015

TNI AL: KRI Rigel 933 Tiba di Indonesia Pertengahan Mei 2015
Jakarta - TNI Angkatan Laut memperkirakan kapal jenis Hidrogafi dan Oseanografi KRI Rigel 933 tiba di Indonesia pada pertengahan Mei 2015. Kapal canggih buatan Prancis itu saat ini masih dalam perjalanan menuju Tanah Air.

"Pertengahan Mei tiba kemungkinan ya. Sekarang dalam perjalanan, beberapa waktu lalu kan sudah lewat Jeddah. Kan jalurnya ini ada yang buka tutup juga," kata Kadispen TNI AL, Laksma Manahan Simorangkir di lapangan markas Puspomal, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Kamis (30/4/2015).

Manahan optimis KRI Rigel 933 ini punya peran vital dalam membantu pengawasan di laut. Begitu tiba, rencananya KRI Rigel 933 ini akan ditempatkan di pos Hidrografi, Ancol, Jakarta Utara.

"Hidrografi Ancol. Akan ditaruh nanti di situ pos awalnya," ujar perwira tinggi bintang satu itu.

Seperti diberitakan, KRI Rigel 933 merupakan kapal pertama dari dua kapal sejenis yang dibeli Kementerian Pertahanan RI dari Prancis. Dua kapal canggih jenis Hidrografi dan Oseanografi ini dibeli dengan biaya USD 94 juta atau lebih dari Rp 1,2 triliun.

Kapal yang dalam perjalanan menuju Indonesia saat ini adalah KRI Rigel-933. Kapal berteknologi modern ini dilengkapi dengan peralatan survey Hidrografi dan Oceanografi.(Detik)

Penarikan Dubes Australia Dinilai Jadi Bumerang untuk PM Abbott

BBC Tonny Abbott bereaksi terhadap temuan Pelapor Khusus PBB tentang Penyiksaan terkait pencari suaka.

Seorang analis politik di Australia, Aaron Connolly, mengatakan bahwa tindakan diplomatik Pemerintah Australia untuk menarik Duta Besar Australia untuk Indonesia pasca-eksekusi terhadap Andrew Chan dan Myuran Sukumaran bisa menjadi bumerang.

Connolly, yang juga peneliti Program Asia Timur dari Institut Lowy, menyayangkan langkah PM Abbott yang bertujuan mengekspresikan ketidaksenangan Australia.

"'Bolanya' benar-benar ada di pengadilan Indonesia. Saya tak yakin mereka mengantisipasi Australia yang bereaksi dengan cara ini. Dari sudut pandang mereka, ini bukan masalah kebijakan luar negeri. Ini adalah masalah melaksanakan hukuman yang ditetapkan oleh pengadilan," ujarnya.

Connolly mengatakan, sebenarnya, ada pilihan lain yang tersedia untuk Pemerintah Australia.
"Mereka bisa mengurangi jumlah kunjungan menteri, terutama dengan karakter yang kita pahami bermasalah, dan mendorong Indonesia mundur, bukannya ke depan," ujarnya.

Ia menjelaskan, ada saran yang menyebut bahwa Pemerintah Australia seharusnya menangguhkan bantuan ke Indonesia, menangguhkan kerja sama di berbagai bidang, seperti keamanan dan kepolisian.

Namun, Connolly justru mengemukakan bahwa opsi itu akan menjadi sebuah kesalahan.
Dalam kasus penarikan duta besar, Connolly menjelaskan bahwa PM Abbott jelas mengisyaratkan bahwa hubungan dengan Indonesia sangatlah penting.

"Saya pikir perkataan Perdana Menteri pagi ini tepat, tetapi dalam hal hubungan, Indonesia tentu percaya bahwa Australia lebih memerlukan Indonesia ketimbang negaranya memerlukan Australia," ujarnya.

Ia menambahkan, "Kedutaan Besar Australia di Jakarta benar-benar melakukan segala sesuatu yang mereka bisa, tetapi kenyataannya ini adalah sesuatu yang Presiden Joko Widodo bertekad untuk melakukannya, (dan) banyak dari kita tak menangkap hal itu." (Kompas)

Kapal TNI AL Bersenggolan dengan Kapal Pelni di Pelabuhan Jayapura

Hasil gambar untuk Kapal TNI AL Bersenggolan dengan Kapal Pelni di Pelabuhan Jayapura

JAYAPURA, Kapal penumpang Pelni KM Ngapulu harus menunda keberangkatan selama 1 jam menyusul insiden senggolan dengan kapal TNI AL KRI 973 Tanjung Nusa Nive di Pelabuhan Jayapura, Kota Jayapura, Papua, Rabu (29/4/2015).

Akibat insiden itu, terdapat goresan sepanjang 5 meter di lambung kiri KM Ngapulu, sementara KRI 973 Tanjung Nusa Nive mengalami kerusakan ringan di lambung kanan yang robek sepanjang 1 meter dan lebar kurang lebih 30 sentimeter.

Kepala Operasi PT Pelni Jayapura Ibrahim yang ditemui di Pelabuhan Jayapura mengatakan, insiden itu terjadi sekitar pukul 16.30 WIT, ketika KRI 973 melakukan manuver hendak berlabuh di Pelabuhan Jayapura.

"Saat KRI 973 hendak melakukan manuver sandar di dermaga Pelabuhan Jayapura, tiba-tiba lambung kanan kapal menyenggol ujung Dermaga Kargo. Akibatnya, kapal KRI sempat menyenggol KM Ngapulu yang sudah lebih dulu berlabuh di Dermaga penumpang," jelas Ibrahim kepada wartawan di Pelabuhan Jayapura, Rabu (29/4/2015).

Akibat insiden ini, jelas Ibrahim, terdapat goresan di lambung kiri KM Ngapulu.

"Setelah dilakukan pemeriksaan hanya cat kapal yang lecet dan tidak mengganggu pelayaran. Tapi karena insiden ini, KM Ngapulu yang seharusnya berangkat pukul 17.00 harus tertunda sejam untuk pemeriksaan," ungkap Ibrahim.

Dikonfirmasi terpisah, Komandan KRI 973 Tanjung Nusa Nive Letkol Laut (P) Noldy Tangka membenarkan insiden senggolan itu. Menurut Noldy, saat KRI 973 hendak melakukan manuver sandar di dermaga kargo Pelabuhan Jayapura, tiba-tiba kapalnya terdorong angin dari arah kiri sehingga lambung kanan menyenggol ujung dermaga serta KM Ngapulu yang berlabuh di Dermaga penumpang.

"Kami berusaha menghindar karang, tapi saat bersamaan dari arah kiri kapal angin bertiup cukup kencang sehingga kapal menyenggol ujung dermaga, dan selanjutnya menyenggol KM Ngapulu," jelas Letkol Laut (P) Noldy didampingi Danlantamal X Jayapura di Pelabuhan Jayapura.

Akibat insiden itu, menurut Noldy, terdapat goresan sepanjang 1 meter di lambung kanan KRI 973.

"Ada goresan kecil di lambung kanan kapal, dan saat ini sedang dilas dibantu petugas Pelabuhan Jayapura," jelas Noldy.

Dalam insiden ini, Noldy menyesalkan ketiadaan kapal Tug Boat di Pelabuhan Jayapura yang seharusnya membantu kapal saat hendak berlabuh. Bekas kapal Pelni KM Kambuna yang kini berubah fungsi menjadi kapal angkut TNI AL, KRI 973 Tanjung Nusa Nive tiba di Jayapura untuk menjemput personel Batalyon 751 Raider yang hendak melakukan latihan raider di Jakarta. (Kompas)