Pages

Wednesday 21 May 2014

Modernisasi Alutsista TNI AD



Modernisasi Alutsista TNI AD
AKMIL,-  Upacara 17-an di bulan Mei 2014 di Akmil bertindak sebagai Inspektur Upacara adalah Gubernur Akmil Mayjen TNI Sumardi dan sebagai Komandan Upacara Letkol Arh Djonli Kaligis, S.Pd., M.Si.
Dalam amanat Kasad Jenderal TNI Budiman yang dibacakan Gubernur Akmil, Kasad menjelaskan bahwa pesatnya laju pembangunan Nasional dewasa ini, TNI AD terus melaksanakan pembangunan kekuatan dengan melengkapi secara bertahap Alutsista canggih di kelasnya. TNI AD telah menata organisasi satuannya secara modern yang dibangun berbasis by system dan by science, sesuai dengan karakteristik Indonesia.
"Strategi TNI AD  dalam memodernisasi Alutsista TNI AD ke depan tersebut harus diawaki oleh personil TNI AD  yang handal dan profesional di bidangnya," tegasnya.  Kasad juga menambahkan bahwa pada bulan bulan Mei sampai Juni 2014 ini, ada kegiatan besar yang dilakukan oleh TNI Angkatan Darat, yaitu pelaksanaan kegiatan TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-92 yang akan dibuka pada tanggal 21 Mei sampai tanggal 10 Juni 2014. Kegiatan ini sangat penting bagi TNI Angkatan Darat dalam rangka mewujudkan Kemanunggalan TNI-Rakyat. Kemanunggalan TNI-Rakyat adalah bentuk totalitas kekuatan bangsa dalam rangka menjaga tetap tegak utuhnya NKRI.  Hadir dalam Upacara 17-an Wagub Akmil Brigjen TNI Sumedy, S.E., M.M, para Pejabat Distribusi A, B, dan C  serta seluruh Organik dan Taruna Akmil.

TNI 

YONKOMLEK-1 MARINIR LATIHAN PERNIKA




Dispen Kormar (Surabaya). Dalam perang modern sebagian besar pertempuran didasarkan pada keberhasilan perang elektronikanya, karena fokus utama  yang menjadi titik keberhasilan suatu pertempuran adalah apabila suatu satuan/unit dapat melumpuhkan alur komunikasi musuhnya, untuk itu dalam rangka meningkatkan kemampuan dan mengasah keterampilan prajurit-prajuritnya, Batalyon Komunikasi dan elektronika-1 Marinir (Yonkomlek-1 Mar) melaksanakan latihan Perang Elektronika (pernika) di Yonkomlek-1 Mar, Karang Pilang Surabaya, Selasa (20/05/2014).

 
Latihan yang berlangsung selama 11 hari tersebut diikuti oleh 40 orang personel dari Yonkomlek-1 Mar, Yonkomlek-2 Mar, Diskomlek Kormar dan Diskomlekal.  

 
Selama kegiatan para peserta akan melaksanakan praktek lapangan yang meliputi pengetahuan mekanisme dan prosedur Pernika, prosedur operasional peralatan Pernika, mekanisme kerja sama taktis Pernika serta aplikasi teknik dan taktis Pernika yang meliputi monitoring jaring pancaran satuan kawan, obserwasi terhadap pancaran yang mencurigakan, melaksanakan pelacakan pancaran lawan dengan mengunakan Direction Finder, dan mengatasi ganguan pancaran dari Jamming lawan.  

 
Turut bergabung dalam latihan ini Kepala Dinas Komunikasi dan Elektronika Korps Marinir (Kadis Komlek Kormar) Kolonel Marinir Baidowi Octavidia selaku Komandan latihan dan Letkol Marinir Edy Cahyo Sumarmo sebagai Pengawas dan Pengendali (Wasdal) latihan. 

Dua Tahun Lagi RI Bakal Punya Tank Medium Buatan Sendiri

http://images.detik.com/content/2014/05/21/1036/110227_tankpindad.jpg
Prototipe Tank Buatan Pindad
 
Jakarta -Industri lokal telah mampu memasok Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista) berteknologi modern. BUMN produsen kendaraan tempur dan senjata, PT Pindad (Persero) yang berbasis di Bandung, Jawa Barat salah satu yang mampu melakukannya.

Produk unggulan Pindad yang sukses dan laris manis adalah panser ANOA 6X6. Sukses di kelas panser, Pindad melanjutkan inovasi pada kendaraan tempur beroda rantai alias tank. Pindad optimistis bisa melahirkan tank medium pada 2016.

“Harapannya bisa kuasai medium tank pada tahun 2016. Itu jenis canon. Itu yang dibutuhkan user adalah medium tank dengan bobot 25-30 ton,” kata Direktur Utama Pindad Tri Hardjono kepada detikFinance saat ditemui di DPR RI Senayan, Jakarta Selasa (20/5/2014).

Tri menyebutkan tank tersebut masuk kategori kendaraan tempur modern. “Kemampuan manuvernya tinggi, geraknya cepat, punya daya tembak lebih besar,” sebutnya.

Kemampuan Pindad mengembangkan tank tersebut tak lepas dari perjalanan panjang di industri pertahanan. Pindad berpengalaman merakit tank scorpion, mengembangkan prototipe tank, memodifikasi (retrofit) tank AMX-13 milik TNI hingga pengembangan produk tank bersama Turki.

Pengalaman dan kemampuan tersebut selanjutnya digunakan Pindad untuk melahirkan tank canggih asli karya putra-putri bangsa Indonesia. “Dengan 3 pengalaman ini. Kita juga sedang dimintakan lagi. Kita diminta kembangkan satu kendaraan medium tank bersama dengan Turki,” jelasnya.

Selain mengembangkan tank, Pindad juga akan meningkatkan kemampuan produk panser ANOA. Pada tahun 2015, Pindad akan memproduksi ANOA versi amphibi. Panser versi amphibi mampu dioperasikan di darat dan permukaan air.

“Ini APC (armoured personnel carrier), tapi Amphibi. 2014 kita punya prototipe dan 2015 itu kita jual,” jelasnya.

Tri menerangkan beberapa negara tertarik dan sedang menjajaki pembelian panser ANOA, salah satunya adalah Malaysia. “Malaysia berminat, kemudian Putra Mahkota Brunei berminat, ada negara di timur tengah berminat,” katanya.

finance.detik.com

Kasad Resmikan Computerized Adaptive Test

Kasad  Resmikan Computerized Adaptive Test

Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Budiman meresmikan gedung Computerized Adaptive Test (CAT) 5 Dinas Psikologi Angkatan Darat bertempat di Dispiad Jalan Sangkuriang No 17 Bandung. (20/05/2014).
Dalam amanatnya Kasad menyampaikan bahwa CAT 5 ini adalah hasil kerjasama TNI AD dengan Dinas Psikologi Angkatan Bersenjata Jerman (Psychologische Dienst Der Bundeswehr) sehingga Dispsiad  berhasil memiliki system CAT terkini yang ada di dunia dan menjadi lembaga psikologi pertama di Indonesia yang menerapkan metoda ini, CAT adalah suatu system yang akan merubah secara drastis paradikma pemeriksaan test psikologi yang selama ini berlaku, karena dengan CAT 5 pemeriksaan test psikologi akan bertumpu pada efisiensi waktu, kecepatan dan ketepatan dalam mengolah dan menganalisis data psikologi serta pelaporan.
Lebih lanjut Kasad menyampaikan  pemanfaatan bidang ilmu psikologi merupakan ilmu pengetahuan terapan (applied science) dalam kehidupan militer di Indonesia, saat ini Dispsiad sudah menjadi salah satu anggota International Military Testing Association (IMTA) yaitu suatu organisasi militer yang bergerak dalam penerapan ilmu psikologi khususnya yang berkaitan dengan rekrutmen dan seleksi, dukungan psikologi dalam siklus operasi (sebelum, selama dan sesudah) serta pengembangan kepemimpinan.
Dengan adanya peresmian gedung CAT 5 diharapkan dapat meningkatkan kemampuan rekruitmen agar mendapatkan hasil sumber daya manusia yang terbaik, dan cocok untuk penempatan jabatan yang sesuai dengan kapabilitasnya dan dapat membuat penilaian secara obyektif.
Mendampingi Kasad pada acara peresmian,  Dankodiklat TNI AD, para Asisten Kasad, Pangdam III/Siliwangi, Danseskoad, Aspers Panglima TNI, Kadispsiad, Kementerian Pertahanan Republik Federal Jerman, Para Dekan Fakultas Psikologi Unpad, UI, UGM,Undip, Unair, Unjani Maranatha dan Unisba. (Pendam III/Siliwangi)

PTDI Rancang Helikopter Khusus Anti Kapal Selam


http://images.detik.com/content/2014/05/21/1036/102303_helipondokcabe320.jpg 
 ilustrasi

Jakarta -Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pabrikan pesawat dan helikopter, PT Dirgantara Indonesia (PTDI) mampu merancang konsep helikopter super canggih. PTDI memiliki rancangan helikopter yang dilengkapi teknologi sonar anti kapal selam. Sonar ini mampu mendeteksi keberadaan kapal selam.

“Karena ini konsep dari PTDI jadi yang copy right atau hak cipta adalah PTDI,” kata Direktur Utama PTDI (Persero) Budi Santoso kepada detikFinance saat ditemui di Gedung DPR RI, Jakarta Selasa (20/5/2014)

Pengembangan helikopter ini bermula ketika TNI AL ingin memiliki helikopter super canggih namun harus berukuran relatif kecil dan bisa mendarat di kapal perang tipe Frigate terbaru. Alhasil PTDI mencari cara agar bisa membuat helikopter berukuran sedang yang bisa mendarat di deck kapal perang namun mampu memiliki teknologi anti kapal selam.

Biasanya teknologi kapal selam ini ditemui dan terpasang pada helikpter berukuran besar. PTDI menggandeng produsen helikopter yakni Eurocopter dan produsen sonar dunia untuk memproduksi helikopter medium dengan teknologi sonar anti kapal selam. Proses merancang helikopter ini memerlukan waktu 2 tahun.

“Waktu kita (pemerintah) beli kapal Fregate buatan Belanda. Itu yang sudah datang. Itu deck load hanya 5 ton jadi kita harus cari helikopter bobot 5 ton dengan senjata yang canggih. Orang mengatakan saya punya sonar bagus tapi helikopternya yang gede-gede. Nggak mungkin (untuk heli sedang). Akhirnya pakai sonar kelas lebih rendah. Kalau sonar long range itu frekuensi rendah. Dia antene gede,” terangnya.

Akhirnya lahir helikopter pertama di kelas medium yang memiliki teknologi sonar anti kapal selam. Teknologi ini dikembangkan pada jenis Helikopter AS565 Panther. Meski tidak memproduksi helikopter dan sonar, namun PTDI memiliki hak cipta rancangan helikopter AS565 Panther dengan teknologi sonar anti kapal selam tersebut.

“Buat kami ini pertama. Bagi pabrik helikopter ide pertama dan ternyata feasible untuk dikerjakan. Yang bikin sonar, dia bilang ini pertama kali dia akan pasang sonar di helikopter ini (medium),” ujarnya.

Helikopter AS 565 Panther telah dipesan TNI AL sebanyak 11 unit. Dari 11 unit tersebut, sebanyak 2 unit dilengkapi teknologi sonar anti kapal selam dan 9 tidak dilengkapi namun memiliki kemampuan untuk sewaktu-waktu dipasang teknologi anti kapal selam.

“Tahap pertama 11, namun yang pakai sonar ada 2. Itu delivery terakhir,” tegasnya.

finance.detik.com

Perwira AS: F-35 Tidak Jauh Lebih Baik dari Pesawat Tempur Saat Ini

Perakitan F-35
Seorang analis militer mengatakan bahwa jet tempur siluman baru F-35 mungkin tidak jauh lebih baik dari pesawat tempur yang ada saat ini. Hal ini diungkapkan oleh seorang perwira senior Angkatan Udara AS, Kolonel Michael W. Pietrucha dalam analisanya di Air and Space Power Journal. Pietrucha mengatakan bahwa pengadaan jet tempur senilai USD 117 juta ini mungkin perlu dibatalkan karena kinerjanya yang tidak memuaskan.
F-35 Joint Strike Fighter (JSF) yang dibangun untuk pasukan AS dan sekutunya, pengembangannya masih berdasarkan ide-ide pertempuran udara yang sudah usang, klaim Pietrucha. F-35 bisa saja tidak mampu menghindari radar musuh dan apabila digunakan untuk kampanye jangka panjang maka biayanya terlalu mahal.
Kritik dalam jurnal Angkatan Udara AS tersebut bahkan menyimpulkan bahwa pesawat tempur baru ini (F-35) kemungkinan memiliki performa yang kurang, bahkan dari pesawat-pesawat tempur yang ada saat ini.

Militer AS berencana memesan lebih dari 2.400 unit F-35, Australia 100 unit dan Inggris 48 unit (sebelumnya Inggris berniat membeli 138 unit). Program senilai USD 396 miliar ini menjadi program pengembangan senjata termahal dalam sejarah, mirisnya ini bahkan terjadi saat AS dan negara-negara Eropa (yang turut dalam program) mengalami pemotongan anggaran pertahanan.
Dalam analisanya, Pietrucha menyebutkan bahwa: "Meskipun seandainya ada dana yang tidak terbatas, masih ada cukup alasan untuk mengakhiri program F-35."

F-35 belum tentu bisa diandalkan, sedangkan F-15 dan F-16 sudah semakin menua. Anggaran yang semakin tercurah untuk pengembangan F-35 juga telah mengambil jatah jam terbang dan upgrade pesawat-pesawat yang ada seperti F-15, F-16, F-18 dan F-22. Jam terbang untuk pilot-pilot tempur juga semakin sedikit, menempatkannya kurang dari jam terbang pilot China dan beberapa negara lain.

Disebutkan dalam jurnal: "Secara khusus, kinerjanya (F-35) belum memenuhi persyaratan awal, daya angkutnya kecil (untuk senjata, dll), jangkauan pendek, dan upaya spionase oleh Republik Rakyat China mungkin telah dilakukan sejak lama bahkan sebelum pesawat ini diperkenalkan yang mungkin akan membahayakan nantinya."
Selain itu, kemajuan pesat dalam sistem radar dan pertahanan udara Rusia dan China semakin memberi ketidakjelasan apakah teknologi siluman masih efektif atau tidak, Pietrucha mengingatkan. Dia juga mengatakan bahwa program F-35 harus ditunda dan Angkatan Udara AS sebaiknya menggunakan pesawat campuran di masa depan. Jika Amerika Serikat sendiri menarik diri dari program F-35, sudah tentu negara-negara lain akan mengikutinya, Pietrucha mengatakan.
Pietrucha mengatakan kepada The Sunday Telegraph bahwa: "Semua program pengembangan pesawat tempur memang mengalami kendala. Tapi yang satu ini sangat mengganggu, belum tentu karena secara inheren pesawat ini buruk, tetapi karena pesawat-pesawat ini sedang dibeli padahal mereka belum terbukti. Mereka belum diuji diluar uji simulasi komputer." Lebih lanjut dikatakan bahwa F-35 memang masih sulit untuk di-judge, karena potensinya belum teruji dan pernyataan-pernyataan cenderung hanya menyebutkan apa yang pesawat ini bisa lakukan meskipun tidak ada data uji operasional yang benar-benar memastikan bahwa pesawat itu memang bisa melakukannya.
Edward Hunt, seorang analis kedirgantaraan senior di IHS Jane, mengatakan kinerja F-35 menjadi subyek perdebatan luas di kalangan penerbangan militer.
Elizabeth Quintana, peneliti senior Air Power di Royal United Services Institute, mengatakan terjadi perdebatan tentang mana yang lebih bijaksana ketika harus menggantungkan kekuatan pada armada tempur high-end (seperti F-35) atau menggunakan campuran pesawat tempur high-end dengan pesawat yang lebih murah, pesawat serang ringan atau pesawat udara remote control. Yang mana yang akan memberikan lebih banyak pilihan atau keuntungan di medan perang di masa depan.

Selama ini, F-35 dikatakan sebagai pesawat tempur paling canggih di dunia dengan fitur siluman serta sensor dan senjata canggih yang belum pernah ada sebelumnya. Pesawat ini juga secara khusus didesain agar terus relevan dalam menghadapi jenis-jenis ancaman baru di masa mendatang.
 

SUPER TUCANO LATIHAN NEMBAK BOM

Pentak Lanud Abd - 20/05/2014
Dalam rangka persiapan Latihan Gabungan TNI yang rencananya akan dilaksanakan pada awal Juni mendatang, Pesawat Super Tucano Skadron Udara 21 Lanud Abd Saleh yang dipimpin langsung oleh  Komandan Skadron Udara 21 Letkol Pnb Toto Ginanto, ST.melakukan latihan pengeboman yang bertempat di ASR (Air Shooting Range) Pandanwangi Lumajang Jawa Timur (20/5).
Latihan yang bersifat rutin ini dilakukan, untuk meningkatkan kemampuan para penerbang dalam melaksanakan bombing.  Latihan ini merupakan ajang uji ketangkasan para penerbang tempur dalam melaksanakan ketepatan menembak ataupun menghancurkan sasaran yang berada di darat.   Dalam latihan tersebut melibatkan dua pesawat Super Tucano dengan nomor TT.3102 yang dipiloti oleh Letkol Pnb Toto Ginanto, ST, beserta Kapten Pnb Yudha dan Super Tucano nomor TT.3104 dipiloti oleh Mayor Pnb Hery dan Mayor Pnb Taufik menggunakan Bom live 120 kg Mk-81 dengan radius 500 m.       
Pelaksanaan pengeboman kali ini dibagi menjadi 4 sorties.  Pada sorty pertama menggunakan pesawat super tucano TT. 3102, TT. 3104 dan sorty kedua menggunakan pesawat yang sama. Masing-masing pesawat membawa 1 bom. Jenis bom yang digunakan adalah bom live 120 kg mk-81.
Latihan bertujuan untuk memelihara, meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan serta kerjasama antar awak pesawat terbang dalam melaksanakan penembakan senjata pesawat terbang. Dilihat dari Latihan kali ini, Para penerbang Super Tucano semakin profesional dalam melakukan pengeboman dan dapat mencapai tepat sasaran sebagaimana yang direncanakan dan dapat berjalan dengan baik, aman dan lancar. Diharapkan kedepan Skadron Udara 21 semakin siap menghadapi tantangan tugas yang sudah menjadi tanggung jawabnya.


TNI AU

Jet Tempur Made in Indonesia Diproduksi Massal Mulai 2022

 
http://images.detik.com/content/2014/05/21/1036/ifxkfxtwinsyster_130416_bs.jpg

Jakarta -Indonesia dan Korea Selatan sedang mengembangkan jet tempur. Program tersebut bernama Korea Fighter eXperiment/Indonesia Fighter eXperiment (KFX/IFX).
Untuk versi Indonesia diberi nama IFX. Untuk mengembangkan dan memproduksi pesawat tempur generasi 4.5 ini, diperlukan waktu minimal 8 tahun. Program KFX/IFX atau pesawat tempur pesaing F-16 tersebut, dari pengembangan sampai meja produksi akan memakan waktu 8 tahun atau bisa diproduksi massal sesuai rencana pada tahun 2022.
Untuk buat pesawat terbang militer itu normal 8 tahun. Apalagi skala fighter kalau pesawat kecil biasa cuma 4 tahun. Produksinya 2022. Prototype harus terbang pada tahun 2020. Itu sudah terbang. Itu untuk 2 negara,” kata Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia (Persero) Budi Santoso kepada detikFinance saat ditemui di Gedung DPR RI, Jakarta seperti dikutip Rabu (21/5/2014).
Pesawat tempur IFX versi Indonesia akan dikembangkan dan diproduksi pada fasilitas PTDI di Bandung Jawa Barat. Pada tahun ini, akan memasuki masa Engineering and Manufacturing Development (EMD). Fase ini mundur 1 tahun dari jadwal.
Sebelum masa EMD, insinyur Indonesia mempelajari dan mempersiapkan kesiapan teknologi dan sumber daya manusia pesawat tempur.
“Seharusnya dimulai tahun 2013 tapi dimundurkan 1 tahun ke 2014 akibat adanya pergantian presiden di Korea Selatan,” sebutnya.
Budi menerangkan, teknologi pesawat KFX/IFX akan mengadopsi pesawat generasi 4.5 atau lebih unggul dari pesawat F16. Namun biaya pengembangan jauh lebih murah.
“Jadi pengin cari pesawat yang lebih canggih daripada F16 tapi target kita lebih murah daripada F16. Kira-kita seperti itu,” sbeutnya.
Prototype atau purwarupa IFX/KFX bisa mengangkasa mulai tahun 2020. Selanjutnya 2 tahun kemudian baru memasuki fase produksi massal. Budi menyebut bisa saja Indonesia melakukan pengembangan lanjutan karena pesawat harus disesuaikan dengan kondisi geografis dan ancaman terhadap Indonesia. Proses penyesuaian tersebut bisa memakan waktu 1 hingga 2 tahun.
“Semua Alutsista harus disesuaikan dengan kondisi negara sendiri. Apakah musuhnya, geografis atau kondisi lawannya. Apa yang terjadi di Korea kan berbeda dengan di Indonesia. Dia satu kontinen sedangkan negara kita dikelilingi lautan,” terangnya.
Budi menerangkan untuk memenuhi kebutuhan militer Indonesia, pesawat tempur pesaing F16 tersebut akan diproduksi sekitar 50 unit. Proses produksi dan pengiriman pesawat akan mulai berjalan sejak tahun 2022 hingga 2030. Alhasil program pengembangan pesawat tempur menghadapi pergantian pemerintahan berkali-kali
“Ini ganti presiden berkali-kali karena kita lihat selesai delivery terakhir pesawat itu mungkin 2030. Itu dari 2022 tapi kalau nambah lagi ya terus,” katanya. 

finance.detik.com

Pasukan Khusus Negeri Jiran Belajar Kepada Kopassus



Pasukan Khusus Negeri Jiran Belajar Kepada Kopassus
PUSPEN TNI ,- Atase Pertahanan (Athan) RI di Kuala Lumpur Kolonel Arm Yudhy Chandra Jaya, M.A didampingi Ketua Staf Gerup Gerak Khas 21 Letkol Fauzi bin Sulaiman membuka Upacara Latihan Bersama (Latma) Harimau Satya-3 antara Kopassus TNI AD dengan pasukan Gerup Gerak Khas (GGK) 21 Tentera Darat Malaysia tahun 2014, di Iskandar Camp GGK 21, Mersing, Johor, Malaysia, kemarin.
Dalam amanat Kepala Staf TNI AD yang dibacakan oleh Kolonel Arm Yudhy Chandra Jaya, M.A menyatakan, Latihan Bersama kali ini selain dimaksudkan untuk meningkatkan profesionalisme keprajuritan diantara Peserta Latihan, juga diharapkan dapat meningkatkan kerjasama, saling percaya dan persahabatan (confidence building measure) dengan tetap memegang teguh prinsip persamaan derajat dan hubungan timbal balik antar Angkatan Darat kedua Negara. 
Melalui pelaksanaan latihan bersama ini, sambung Kasad, memungkinkan Angkatan Darat kedua negara dapat mengambil manfaat yang sebesar-besarnya bagi pengembangan satuan masing-masing, baik di bidang doktrin, organisasi, taktik, dan teknik militer. Dalam akhir amanatnya Kasad berharap agar seluruh kegiatan Latma dapat berjalan sesuai dengan sasaran yang telah ditentukan, sehingga manfaat Latma ini dapat dirasakan oleh setiap prajurit, satuan, dan Angkatan Darat kedua Negara.
Selesai upacara dilanjutkan dengan rangkaian kegiatan meliputi saling tukar menukar cinderamata, foto bersama, dan berkeliling melihat fasilitas latihan yang ada di Iskandar Camp GGK, Mersing, Johor, Malaysia. Jumlah personil Kopassus yang dilibatkan dalam Latma tersebut sebanyak 30 orang dipimpin langsung oleh Komandan Batalyon-32 Kopassus Letkol Inf Ahmad Fikri Musmar, alumni Akademi Militer tahun 1997.
Turut hadir dalam Upacara Pembukaan Latma tersebut yaitu para Perwira dari Mako GGK 21, Rejimen Gerak Khas 11, serta Perwira-Perwira dari Tentera Darat Malaysia lainnya.

TNI 

Filipina dan RI Akhiri Sengketa Laut Sulawesi-Mindanao

Filipina dan RI Akhiri Sengketa Laut Sulawesi-Mindanao
Peta wilayah Laut Sulawesi dan Laut Mindanao. Foto: Istimewa.
MANILA - Pemerintah Filipina mengklaim telah mencapai kesepakatan dengan Indonesia atas sengketa perbatasan laut di wilayah Laut Sulawesi dan Laut Mindanao. Dengan demikian, sengketa perbatasan laut dua negara ini selesai, setelah terlibat perundingan secara berkala selama 20 tahun.

Departemen Luar Negeri Filipina mengatakan, kesepakatan itu telah tercapai dengan penentuan batas zona ekonomi eksklusif yang selama ini tumpang tindih di di Laut Sulawesi dan Laut Mindanao.

Zona ekonomi eksklusif adalah batas wilayah laut sebuah negara sejauh 230 mil ( 370 kilometer ) dari pantai sebuah negara. Di wilayah laut sejauh itulah, negara terkait berhak untuk mengeksploitasi ikan dan gas bawah laut dan minyak yang diatur di bawah Konvensi PBB tentang Hukum Laut.

“Negosiator mendukung penandatanganan sebuah kesepakatan oleh diplomat kedua negara pada saat yang paling cepat,” bunyi pernyataan Departemen Luar Negeri Filipina, seperti dikutip AP, Selasa (20/5/2014).

Juru bicara Departemen Luar Negeri Filipina, Charles Jose, mengatakan rincian perjanjian kesepakatan tersebut belum dirilis Namun, kesepakatan itu menjadi berita baik di tengah memanasnya konflik Laut China Selatan, yang melibatkan China, Taiwan, Brunei, Malaysia, Filipina dan Vietnam.

Menurut pihak Filipina, kesepakatan untuk mengakhiri sengketa tersebut, mencerminkan persahatan yang baik antara Indonesia dan Filipina yang komitmen menyelesaikan setiap permasalahan secara damai.

Sindo

TNI AL Berhasil Hentikan Aktivitas di Tanjung Datuk


Jubir Kemenlu RI, Michale Tene
Jubir Kemenlu RI, Michale Tene

  JAKARTA -- Pemerintah Republik Indonesia belum meminta pemerintah Malaysia bertanggung jawab terkait pembangunan mercusuar di Tanjung Datuk. Pasalnya Pemerintah Indonesia masih menunggu hasil verifikasi apakah pembangunan itu dilakukan di wilayah status quo atau bukan.

Jubir Menlu Michael Tenne menyampaikan, verifikasi itu dilakukan anggota TNI Angkatan Laut untuk mengecek keberadaan pembangunan mercusuar yang didirikan pemerintah Malaysia.

Tenne menyampaikan atas pembangunan itu pemerintah Malaysia bakal mendapatkan saksi diplomasi. Namun diberikan sanksi atau tidaknya itu tergantung hasil verifikasi dari Tentara Nasional Indonesia (TNI AL).

"Langkah selanjutnya tergantung hasil temuan," kata Michael saat dihubungi Republika, Selasa (20/5).

Saat dihubungi secara terpisah Kadispenal Laksamana Pertama TNI Manahan Simorangkir menyampaikan tim verifikasi sebanyak 80 anggota sudah tiba di Tanjung Datuk Senin Pukul 15 30. Kedatangan mereka kata dia, sudah berhasil menghentikan semua kegiatan pembangunan mercusuar Malaysia di Tanjung Datuk.

"Area itu sudah diamankan oleh anggota TNI AL yang betugas di Pos Angkatan Laut (posal) Temajuk," katanya.

Simorangkir berkata TNI AL sudah mengerahkan satuannya untuk melakukan pengamanan dengan menurunkan satu kapal jenis KRISS-378 dan satu pesawat udara patroli maritim Nomer U-621 milik pos angkatan laut Temajuk dekat Tanjung Datuk Lanal Pontianak.

Menurutnya, Indonesia memang memiliki persoalan mengenai garis batas dengan 10 negara, yaitu di antaranya Singapura dan Malaysia. Mengenai garis batas di Tanjung Datuk ini, kata Simorangkir tidak pernah selesai dengan Malaysia.

Jadi yang harus bicara mengenai garis batas itu kata Simorangkir adalah pemerintah Indonesia melalui Menteri Luar Negeri bukan TNI.

"TNI Angkatan Laut yang jadi anggota personalnya KRI," katanya.

Saat ini kata Simorangkir kapal milik Malaysia berjumlah tujuh kapal dengan tiga kapal tongkang dan empat kapal on board yang digunakan sebagai aktivitas pemasangan tiang mercusuar sudah berhasil ditarik ke perbatasan.

Republika

Penghematan Anggaran Rp 100 Triliun, Ini Kementrian yang Dipangkas

KONTAN/AHMAD FAUZIE Ilustrasi
 
JAKARTA,  Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2014 tentang Langkah-Langkah Penghematan dan Pemotongan Belanja Kementerian/Lembaga Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2014.

Berdasarkan lampiran Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2014, seperti dikutip dari situs resmi Sekretariat Kabinet,  tercantum rincian anggaran dari 86 Kementerian/Lembaga (K/L) yang harus dihemat. "Total anggaran yang dihemat berdasarkan Inpres ini mencapai Rp 100 triliun, dari jumlah anggaran belanja K/L sebelumnya, yaitu Rp 637,841 triliun," sebutnya.

Berikut kementrian/lembaga yang mendapatkan nilai pemotongan anggaran terbesar.
a. Kementerian Pekerjaan Umum (PU) sebesar Rp 22,746 triliun dari anggaran Rp 84,148 triliun;
b. Kementerian Pertahanan Rp 10,508 triliun dari total anggaran Rp 86,376 triliun;
c. Kementerian Perhubungan sebesar Rp 10,150 triliun dari total anggaran Rp 40,370 triliun;
d. Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) Rp 5,780 triliun dari anggaran RP 44,975 triliun;
e. Kementerian Kesehatan Rp 5,460 triliun dari Rp 46,459 triliun;
f. Kementerian Pertanian Rp 4,422 triliun dari Rp 15,470 triliun;
g. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rp 4,399 triliun dari Rp 16,263 triliun.

Sementara  kementrian/lembaga  yang pemotongan anggarannya paling kecil.
a. Ombudsman RI sebesar Rp 11,536 miliar dari anggaran Rp 66,968 miliar;
b. Pusat Pelaporan Analisis dan Transaksi Keuangan (PPATK) Rp 13,790 miliar dari Rp 65,048 miliar;
c. Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) Rp 19,899 miliar dari Rp 125,605 miliar;
d. Komisi Yudisial Rp 22,888 miliar dari Rp 83,503 miliar;
e. Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BPTN) Rp 23,646 miliar dari Rp 100,685 miliar;
f. Badan Standardisasi Nasional (BSN) Rp 25,160 miliar dari Rp 95,385 miliar;
g. Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Rp 25,457 miliar dari Rp 94,988 miliar.

Adapun K/L  yang tidak mengalami pemotongan anggaran.
a. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) yang memiliki anggaran Rp 80,661 triliun;
b. Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang memiliki anggaran Rp 15,410 triliun; dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu)  yang memiliki anggaran Rp 3,3261triliun.


Kompas 

Tantangan TNI AU Makin Berat


SOREANG-Tantangan tugas TNI AU ke depan akan semakin komplek dan dinamis, Keterbatasan anggaran masih menjadi bagian dari kendala dihadapi.
"Oleh karena itu, saya mengajak kepada seluruh personel AU untuk dapat berpikir kreatif dan kerja keras. Berikan yang terbaik dan lakukan tindakan nyata guna dapat mempertahankan dan meningkatkan keberhasilan pelaksanaan tugas TNI AU ke depan," kata Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI I.B Putu Dunia dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan Asisten Intelijen (Asintel) Kas Korpaskhas Kolonel Psk Bambang Hariono saat bertindak selaku Inspektur upacara pada upacara bendera yang dilaksanakan di lapangan merah Korpaskhas Lanud Sulaiman,Senin (19/5).
Lebih lanjut KSAU mengingatkan keselamatan terbang dan kerja. "Jangan pernah membiarkan inccident maupun accident potensial berkembang menjadi unsafe condition dalam setiap pelaksanaan tugas. Lakukan langkah-langkah preventif dengan penuh perhitungan dan cerdas dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan
safety penerbangan dan kerja," katanya.
Untuk itu, komitmen terhadap upaya pembinaan keselamatan terbang dan kerja melalui program “Road Map To Zero Accident”, terus diimplementasikan tanpa mengabaikan pencapaian tujuan dari aspek operasi maupun latihan (Mission First Safety Always).
“Saya tekankan kepada Para Panglima dan Komandan Satuan, agar dapat memanfaatkan jam Komandan dengan lebih inten lagi untuk mengingatkan berbagai hal yang berkaitan dengan keamanan terbang dan kerja," katanya.(Sarnapi/A-107)***

Pikiran Rakyat

4 Aksi TNI agar tak kalah dalam peperangan masa depan

4 Aksi TNI agar tak kalah dalam peperangan masa depan
Jenderal Budiman terima brevet komando.

- Pertempuran di masa depan tak lagi soal adu otot dan senjata konvensional. Teknologi Informasi atau TI akan sangat menentukan kekuatan pertahanan suatu negara.

"Pertempuran saat ini dan di masa depan akan banyak ditentukan oleh teknologi informasi, sehingga dibutuhkan satu kecepatan manuver. Ke depan, pertahanan juga membutuhkan 'soft power'," kata Kepala Staf TNI AD Jenderal Budiman, Jumat (16/5).

TNI AD mengakui masih lemah dalam penguasaan teknologi informasi. Situs mereka berkali-kali tumbang dihajar peretas.

Situs TNI yang beralamat di www.tniad.mil.id pernah tumbang selama beberapa hari pada Juni 2013 oleh hacker yang menamakan dirinya Mujahidin Indonesia Timur (MIT). Jauh sebelum itu, hacker Malaysia pun pernah menyambangi situs TNI AD. Begitu membuka situs TNI yang diretas, maka yang ada adalah tulisan 'This Website Has Been Hacked By m33h00n.'

Itu baru situs informasi biasa yang diretas, bagaimana jika peretas bisa masuk ke sistem persenjataan, personel, atau data-data penting. Tentu akan sangat berbahaya.

TNI AD pun tak mau hal ini terus terjadi. Berikut 4 aksi TNI mempersiapkan diri menghadapi peperangan masa depan.

1.
Latih Kopassus pintar dengan kemampuan TI

 - Tak hanya memperbaharui alat utama sistem bersenjata (alutsista), TNI juga mempersiapkan aparat yang tangguh menghadapi serangan di dunia maya. Sejumlah prajurit pun disiapkan berada di gugus terdepan pertahanan teknologi.

"Prajurit kita sekolahkan pada level tertentu, kita butuh percepatan kerja sama dengan melibatkan Federasi Teknologi Informasi Indonesia (FTII). Kita pilih prajurit dengan IQ-nya di atas 120, yang ada di atas itu umumnya dinasnya di Kopassus," kata Kasad Jenderal TNI Budiman di Mabes AD, Jumat (16/5).

Masih menurut dia, TNI AD tidak perlu meniru standarisasi teknologi militer negara lain. Semua keunggulan negara maju diambil dan diramu untuk kemajuan militer Indonesia.

"Standarisasi kita tidak usah ngeblok tapi mana yg paling hebat kita ambil, tentu tergantung mereka ahlinya. Kalau mereka belajar di Amerika Serikat kan sesuai cara pikirnya, kalau belajar di China akan juga sesuai cara berpikirnya, yang paling bagus kita ramu dan kita rakit," terang dia.
 
 

2.
Upayakan pakai produk TI dalam negeri

 - TNI AD berupaya agar produk pertahanan berbasis teknologi dapat dikembangkan sendiri oleh prajurit TNI dengan asistensi dari para pakar teknologi.

"Kalau kita terus tergantung pada produk asing, maka semua dengan mudah akan diganggu. Oleh sebab itu, kita harus menguasai betul teknologi ini. Kebetulan potensi yang kita miliki sangat besar. Tak kalah dengan pihak asing," kata Jenderal Budiman.

TNI AD pun menggandeng Federasi Teknologi Informasi Indonesia dalam upaya memajukan kemandirian teknologi supaya para prajurit melek teknologi.

Kepala FTII Sylvia Sumarlin mengatakan pihaknya mendukung keputusan TNI AD untuk mengembangkan sendiri produk pertahanan teknologi.

"Kami dukung termasuk pemilihan teknologi. Beliau menghendaki teknologi lokal, aplikasi buat sendiri, dan sistem jaringannya yang dibuat sendiri," katanya.


3.
Kapok dikerjai peretas asing

- Jenderal TNI Budiman mengakui kemajuan teknologi informasi belum merasuk ke tubuh TNI AD. Alhasil, kesatuannya pun menjadi bulan-bulanan di dunia siber.

Budiman menyebutkan, Indonesia mengalami banyak serangan dari negara-negara lain. Hanya saja, serangan itu tak serangan fisik melainkan aksi meretas.

"Kita menyadari kemampuan sumber daya manusia TNI AD. Kita perlu belajar bersama dan berlatih dalam hal ini (teknologi informasi)," kata KSAD TNI AD Jenderal Budiman di Mabes AD, Jumat (16/5).

Kelemahan itu menjadi mimpi buruk bagi TNI dalam menghadapi serangan dunia siber. Salah satunya pernah terjadi saat pasukannya akan menerbangkan pesawat.

"Saat penerbangan di Tanjung Priok ada kawan nge-jam, sehingga begitu terbang ternyata ada yang mainkan jamming sekitar situ. Ya itulah masih ada kawan-kawan yang masih ambisi dalam ekonomi," ujar dia.

4.
Bikin sistem antisadap sendiri

- Saat ramai-ramai penyadapan pada Presiden SBY oleh Australia dan Amerika Serikat, TNI Angkatan Darat bersama Universitas Surya bekerja sama kembangkan teknologi antisadap.

Mereka mengembangkan teknologi antisadap yang berfungsi untuk dapat mencegah penyadapan yang dilakukan oleh berbagai pihak.

"Dengan teknologi antisadap ini, minimal TNI AD tak bisa lagi disadap oleh berbagai pihak," kata Jenderal TNI Budiman akhir tahun lalu.

Dia mengklaim alat tersebut nantinya dapat mencegah komunikasi para pejabat Indonesia disadap oleh negara lain.


Merdeka

SEMR Task Force Bravo, Punya Komandan Baru



SEMR Task Force Bravo, Punya Komandan Baru
PUSPEN TNI ,- Sectoer East Mobile Reserved Task Force Bravo (SEMR TFB) di UN Position 7-3 Blate memiliki Komandan baru, yakni Kapten Inf Muchlis Cahyo Nugroho.
Upacara Serah Terima Jabatan Pasukan Mobile Sector East itu dipimpin langsung oleh Komandan Satgas Indobatt XXIII-H/UNIFIL, Letkol Inf M. Asmi, di lapangan Upacara Soekarno Markas Satgas Indobatt UN Position 7-1 Adchit El Qusayr, Sabtu (17/5)
Letkol Int M. Asmi menyerahkan tunggul bendera SEMR TFB dari pejabat Komandan Kompi (Danki) Bravo lama, Kapten Inf Ade Kurniawan ke tangan Kapten Inf M. Cahyo. 
Kapten Inf Ade Kurniawan merupakan alumnus Akademi militer pada tahun 2006, selanjutnya menduduki jabatan baru sebagai Kepala Seksi Operasi Satgas Indobatt XXIII-H di Mako Batalyon Indobatt. 
"Pengangkatan dan pergeseran jabatan di lingkungan TNI sudah bukan merupakan hal yang baru. Hal ini dilakukan guna memberikan penyegaran kepada organisasi sekaligus sebagai bahan pembelajaran bagi personil yang bersangkutan guna menimba ilmu dan pengalaman dalam posisi atau jabatannya yang baru," tutur Dansatgas Indobatt dalam sambutannya. 

TNI 

TNI AL Siagakan KRI Sutedi Senoputra

Ket Photo: indonesianmiliter.blogspot.com

PONTIANAK- Pembangunan mercusuar atau bikon oleh pihak Malaysia di perairan Tanjung Datok Kecamatan Paloh Kabupaten Sambas membuat TNI AL terusik. Pangkalan TNI AL (Lanal) Pontianak mengirim dua armada yang terdiri dari satu kapal perang dan pesawat udara untuk memantau perkembangan pembangunan rambu suar tersebut.
Komandan Pangkalan TNI AL (Lanal) Pontianak, Kolonel Dwika Tjahja Setiawan mengatakan, pengiriman dua armada tersebut untuk melakukan pemantauan pembangunan mercusuar yang dilakukan pihak Malaysia di perairan Tanjung Datok. Sekaligus sebagai upaya pengamanan di kawasan perbatasan. “Tadi malam KRI SSA (Sutedi Seoputra) sudah berangkat dan sekarang berada di sekitar lokasi pembangunan mercusuar di Tanjung Datok. Selain itu, kami juga melakukan patroli dengan pesawat udara TNI AL U 621 untuk pemantauan,” kata Dwika kepada Pontianak Post, kemarin.
Dikatakan Dwika, KRI SSA (Sutedi Senoputra) yang dikirim ke lokasi dilengkapi dengan peralatan perang dan tim Hidros TNI AL sebagai tim survey untuk mengidentifikasi lokasi. “Armada ini kami siagakan di sana,” kata Dwika.
Dari hasil pemantauan melalui pesawat udara, lanjut Dwika, pihaknya tidak melihat adanya aktivitas pembangunan oleh pihak Malaysia. Kendati demikian, dari pemantauan tersebut, anggota yang diturunkan melihat keberadaan kapal tongkang, tugboat dan kapal Malaysia. “Cuaca hari ini tidak kondusif. Saat pemantauan terjadi hujan deras dan gelombang yang mengakibatkan jarak pandang sangat terbatas. Kami di sana tidak melihat ada aktivitas pembangunan, namun kami melihat keberadaan beberapa kapal di lokasi pembangunan,” lanjutnya.
Kendati demikian, TNI Angkatan Laut Pontianak membenarkan adanya upaya pembangunan mercusuar oleh pihak Malaysia di perairan Tanjung Datok. “Kami membenarkan adanya upaya pembangunan mercusuar oleh pihak Malaysia di Tanjung Datok. Namun apakah hari ini aktivitas itu berlangsung, kami tidak melihat karena cuaca buruk,” jelasnya.
Disinggung soal keberadaan lokasi pembangunan, Dwika mengatakan, berdasarkan floting peta laut yang dimiliki TNI AL, pembangunan rambu suar oleh pihak Malaysia berada di perairan Indonesia tepatnya di titik koordinat 02.05.053N-109.38.760E. “Berdasarkan peta itu, lokasi pembangunan oleh pihak Malaysia secara yuridis berada di perairan Indonesia. Namun kami masih melakukan pengecekan kembali,” katanya.
aktivitas pembangunan tersebut setelah terpantau oleh petugas navigasi perhubungan laut yang akan akan melaksanakan serah terima pos navigasi di Temajok. Saat bersamaan, petugas navigasi melihat iring-iringan kapal Malaysia yang berjumlah delapan buah yang terdiri dari tiga kapal boat, empat tongkang material, dan satu kapal angkatan laut bergerak menuju perairan lebih kurang 900 meter di depan patok SRTP 01.
Anggota DPR RI asal daerah pemilihan Kalimantan Barat, Sukiman meminta Pemerintah menindaklanjuti dan menyelidiki secara serius pembangunan Mercusuar oleh Malaysia di Kawasan Perairan Tanjung Datu, Kabupaten Sambas, Provinsi Kalbar. ”Pemerintah harus bertindak tegas seandainya pembangunan Mercusuar memang masuk ke wilayah kedaulatan RI,” ungkapnya Senin (19/5) via telepon.
Menurut dia pelanggaran yang dilakukan Malaysia tidak hanya sekali dilakukan. Pertama lepasnya Sipadan-Ligitan sudah membuat muka Indonesia tertampar di dunia internasional. Lalu patok batas di Camar Bulan ikut diganggu juga. ”Lalu muncul lagi persoalan baru dengan membangun Mercusuar di Kabupaten Sambas,” ungkapnya.
Katanya Malaysia sepertinya tidak pernah puas dan selalu senang mengusik kedaulatan NKRI I. “Ini sudah menyangkut harga diri bangsa. Kita seperti diinjak-injak. Harus ada sikap tegas. Tegur pemerintah Malaysia melalui jalur diplomatik,” usulnya.
Politisi PAN asal Kalbar ini menambahkan pembangunan Mercusuar di wilayah perairan bahkan sampai melibatkan pengawalan dari militer kerajaan Malaysia segala. Bahkan ada kapal perang yang ikut nongkrong di perairan wilayah RI menunggu proses pembangunan tersebut. Sepertinya ada misi khusus kenapa dibangun Mercusuar.
”Seandainya mereka hormat seharusnya dibangun tetapi dengan melakukan koordinasi ke Pemerintah RI. Jangan hanya menguntungkan salah satu negara. Apalagi soal perbatasan sangat rentan. Wilayah perairan tersebut juga masih bersengketa,” terangnya.
Sukiman meminta Pemerintah RI perlu menambah Pangkalan TNI AL berkedudukan di perairan Kabupaten Sambas. Pembangunanya harus dilengkapi dengan perlengkapan teknologi dan komunikasi sangat canggih. Tujuannya untuk menjaga segala potensi dan kedaulatan perbatasan wilayah kelautan RI. “Sistem komunikasi canggih sangat berguna mendeteksi gangguan di wilayah perbatasan RI,” ujarnya.
Selain itu, ia meminta Pemerintah RI melengkapi TNI AL di Kalbar kapal-kapal patroli dengan kemampuan sangat cepat menjangkau perairan perbatasan. Kapal-kapal tersebut mampu dipergunakan untuk memonitor wilayah perbatasan dan perairan di jalur Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI).
Sukiman berjanji, ia bersama kawan-kawannya di DPR RI terutama Komisi Hankam akan membawa pembangunan Mercusuar oleh Malaysia pada sidang paripurna besok (hari ini). “Jelas saya sebagai bagian dari NKRI dan wakil rakyat dari Kalbar sangat menyayangkan tindak tanduk Pemerintah Malaysia dengan membangun Mercusuar tersebut,” tuturnya.

Pemprov Kirim Utusan ke Paloh
Sementara itu pemprov mengutus Staf Ahli Gubernur Bidang Hukum, Togi L Tobing, untuk  meninjau lokasi pembangunan mercusuar oleh Malaysia yang diduga masuk kawasan Tanjung Dato, Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas.
“Kami mengutus staf ahli bidang hukum untuk meninjau lapangan dan setelah pulang akan dibuat laporannya,” ujar Wakil Gubernur Kalbar, Christiandy Sanjaya seusai paripurna di DPRD Provinsi Kalbar, Senin (19/5).
Menurut Christiandy, pengutusan staf ahli tersebut untuk mengetahui kondisi detil di lapangan, kendati persoalan perbatasan menjadi kewenangan pemerintah pusat. Pemerintah Provinsi Kalbar pun melaporkannya secara resmi kepada pemerintah pusat, setelah mendapat informasi di lapangan.
“Saya sudah mendapatkan informasi dari Danlanal. Gubernur juga sudah mendapatkan informasi tersebut. Informasinya TNI dan Polri juga sudah melaporkannya kepada Kementerian Luar Negeri. Secepatnya akan kami laporkan kepada pemerintah pusat,” ungkap Christiandy.
Christiandy menuturkan selama ini Pemerintah Malaysia tidak pernah membicarakan pembangunan mercusuar dengan Pemprov Kalbar selaku kawasan yang berbatasan dengan negara tersebut. Tetapi, lanjut Christiandy, dirinya belum mendapatkan informasi apakah persoalan itu pernah dibicarakan Malaysia dalam pertemuan Sosek Malindo.
Christiandy menambahkan saat ini sedang diselidiki perihal pembangunan mercusuar. Jika pembangunan itu memasuki wilayah Kalbar, Indonesia, ia meminta ditindak tegas karena melanggar kedaulatan negara.
“Institusi pengamanan di perbatasan seperti jajaran TNI dan petugas kita di perbatasan juga akan memberi data selengkapnya,” katanya. (arf/den/uni)

Monday 19 May 2014

Robot Perang


Melihat berbagai sistem senjata mutakhir di film science fiction apakah kita sudah bisa menggunakan pasukan robot untuk bertempur?

Michael Ardine – Bogor

Saat ini apa yang kita lihat dalam film science fiction tentang pasukan Robot Perang yang mampu secara mandiri atau bersama-sama bertempur di udara, darat, dan laut sudah dikembangkan dengan nama teknologi Sistem Senjata Otonom (Autonomous Weapons Systems/ AWS). Sistem Senjata Otonom adalah sistem senjata yang dapat memilih dan menembak pada target sendiri tanpa campur tangan manusia. Senjata sepenuhnya otonom untuk menilai konteks situasional di medan perang dan memutuskan metode menyerang terbaik sesuai dengan informasi yang diproses.

Sistem Senjata Otonom akan bertindak mengikuti suatu "kecerdasan buatan" yang pada dasarnya diciptakan lewat perhitungan aritmetika dan pemrograman robot. Namun sampai saat ini belum memiliki semua fitur kecerdasan serta “perasaan” atau penilaian manusia, agar bisa bertanggung jawab dan tunduk mematuhi aturan-aturan dan norma-norma. Penggunaan kecerdasan buatan dalam konflik bersenjata yang akan menjadi tantangan mendasar bagi perlindungan warga sipil sesuai dengan hak asasi manusia internasional dan hukum humaniter.

Sistem Senjata Otonom berbeda dari sistem senjata remote control seperti Drone atau wahana nirawak yang masih dikemudikan oleh manusia dan komputer dari jarak jauh, karena  tidak memerlukan panduan atau pengendalian manusia setelah diprogram dan diaktifkan. Meskipun Sistem Senjata Otonomi dengan kemampuan  mematikan belum digunakan saat ini, namun kemampuan beroperasi dengan berbagai tingkat otonomi atau kebebasan bertindak dan menyerang sudah mulai digunakan. Sistem robot dengan berbagai tingkat otonomi dan mematikan telah digunakan secara aktif oleh Amerika Serikat, Inggris, Israel, dan Korea Selatan.

Penggunaan intensif pesawat tanpa awak  MQ - 1 Predator adalah saat CIA mulai melihat betapa  praktisnya jika  menggunakan robot udara untuk mengumpulkan intelijen dan menyerang sasaran dengan resiko dan biaya lebih kecil.

Para pakar percaya bahwa perang modern masa depan akan menggunakan  sistem senjata otonom.  Militer AS berinvestasi besar-besaran dalam penelitian dan pengembangan sistem senjata otonom  seperti wahana udara tak berawak  IAI Pioneer & MQ - 1 Predator  yang dapat dipersenjatai dengan rudal dan dioperasikan dari pusat komando jarak jauh untuk pengintaian dan penyekatan sasaran.

DARPA telah menyelenggarakan kompetisi di tahun 2004 & 2005 yangmelibatkan perusahaan swasta dan universitas untuk mengembangkan kendaraan darat tak berawak untuk bernavigasi melalui medan kasar di Gurun Mojave dengan beberapa simulasi tugas untuk hadiah  2 juta dolar .

Bidang artileri juga telah melihat beberapa penelitian yang menjanjikan dengan sistem senjata eksperimental bernama Dragon Fire II yang secara otomatis mampu mengisi peluru (loading) dan menghitung balistik untuk menembak secara akurat.

Pengembangan jet tempur dan pengebom otonom untuk menghancurkan target sangat menjanjikan karena tidak memerlukan pelatihan untuk pilot robot dan pesawat otonom mampu melakukan manuver yang tidak dapat dilakukan pilot manusia, desain pesawat tidak memerlukan sistem pendukung kehidupan, dan hilangnya pesawat tidak berarti hilangnya pilot manusia.

Bahkan system robotika modern mampu membuat wahana tanpa awak dalam ukuran dan kemampuan sehinga mampu meniru burung kecil, serangga, ikan  atau binatang kecil yang dapat masuk celah-celah atau lubang dan masuk diantara kabel listrik untuk fungsi pengintaian hingga penyerangan, dengan senjata peledak atau senjata kimia dan biologi.

Namun, semua senjata otonom peperangan masih memiliki keterbatasan karena masih  memerlukan intervensi manusia untuk memastikan masih sesuai Konvensi Jenewa untuk hukum perang . Pertanyaan yang timbul adalah, dapatkah keputusan atas kematian dan kehidupan diserahkan kepada mesin? Dapatkah Sistem Senjata Otonom berfungsi dalam cara yang benar dan “etis”? Apakah mesin mampu bertindak sesuai dengan hukum kemanusiaan  atau hak asasi manusia internasional ?

Mengingat sebagian besar konflik bersenjata saat ini adalah konflik tanpa batas yang jelas antara berbagai kelompok bersenjata dan warga sipil, patut dipertanyakan bagaimana robot dapat secara efektif diprogram untuk menghindari korban sipil ketika manusia sendiri masih menghadapi kesulitan untuk mengatasi dilema ini .

Serangan militer tidak bisa dilakukan bila berisiko menyebabkan kerusakan sipil  dengan proporsional tinggi. Jelas diragukan  bahwa teknologi berpikir sistem robot perang saat ini mampu membuat keputusan tersebut .
Kelemahan terbesar sistem robotika perang adalah ketidakmampuan wahana robotika untuk mengakomodasi kondisi non-standar yang memerlukan intuisi dan perasaan manusia tentang yang baik dan jelek, yang salah dan benar, yang tepat dan tidak tepat. (Kol. Pnb. Agung "Sharky" Sasongkojati)

Angkasa 

Senjata Separatis Papua Dipasok dari Filipina

Senjata-senjata itu akan disebar di pegunungan Papua.

Foto ilustrasi.
Foto ilustrasi. (REUTERS/Bobby Yip)
- Polda Papua meringkus dua penyeludup senjata api dan amunisi dari Filipina, Senin 19 Mei 2014. Rencananya senjata yang diselundupkan akan dipasok untuk kelompok separatis bersenjata di Pegunungan Papua.
Dari tangan pelaku disita satu pucuk senjata jenis AR 15, satu FN 46, satu revolver, dan tiga magasin, 22 butir amunisi, serta uang Rp80 juta.  "Ini akan dipasok ke kelompok kriminal di Pegunungan Papua," kata Juru Bicara Polda Papua Kombes Pudjo Sulistyo kepada wartawan.

Namun, Pudjo enggan membeberkan kelompok bersenjata yang akan menerima suplai senjata api dan amunisi itu. "Kami belum bisa ungkap kelompok mana yang dituju, karena masih dalam pengembangan," tuturnya.

Menurut Pudjo, penyelundup yakni YM, senjata itu dibeli langsung dibeli dari Filipina melalui jalu laut. "Dia masuk ke Filipina melalui Manado lalu menyeberang ke Sanger, kemudian  naik speed boath selama 6 jam masuk ke Filipina Selatan," kata Pudjo.

Setelah membeli senjata api dan amunisi, YM kembali masuk Indonesia melalui jalur laut dengan rute yang sama.

Dari Manado, YM menuju Papua menggunakan Kapal Penumpang Lambelu dengan tujuan Nabire. Setelah tiba di Nabire, rencananya, YM akan menuju Pegunungan Papua untuk mendistribusikan senjata api dan amunisi. (adi)


VIVA.co.id

Malaysia diduga langgar wilayah di Tanjung Datuk


Pontianak  - Pihak Pangkalan TNI AL Pontianak tengah menyelidiki kemungkinan pelanggaran batas wilayah perairan Indonesia oleh pihak Malaysia di Tanjung Datuk, yang berada di daerah perbatasan Kalimantan Barat dengan Sarawak.

Berdasarkan informasi yang dihimpun di Pontianak, Senin, pihak Lanal Pontianak mendapat kabar tersebut pada Sabtu (17/5) dari Kantor Distrik Navigasi di Pontianak.

Informasi awal yang diterima, saat itu ada pemasangan rambu suar di kawasan Tanjung Datuk oleh pihak Malaysia.

Namun, kemungkinan saat pemasangan pihak Malaysia memasuki wilayah Indonesia.

Kemudian, menindaklanjuti hal itu, pihak Lanal Pontianak mengirim kapal SSA serta membuat foto udara menggunakan pesawat TNI AL.

Namun hingga Minggu (18/5) masih ada kegiatan pemasangan lampu suar oleh pihak Malaysia di wilayah itu.

Dari Koarmabar TNI di Jakarta dikabarkan juga telah mengirim kapal KRI ke kawasan tersebut untuk memastikan kebenarannya.

Sementara perwira di Lanal Pontianak yang enggan disebut namanya membenarkan dan mengatakan masih dilakukan tindak lanjut apakah kegiatan pihak Malaysia melanggar batas wilayah atau tidak.

Tanjung Datuk merupakan wilayah perbatasan di Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas, Kalbar.

Areal Tanjung Datuk termasuk di dalamnya Gosong Niger di wilayah laut dan Camar Wulan di wilayah darat yang sampai sekarang titik ikat dan patok batas Provinsi Kalimantan Barat (Republik Indonesia)  Negara Bagian Sarawak (Federasi Malaysia), masih bermasalah karena belum disepakati. (T011)


Antara 

15.000 Prajurit Dilibatkan dalam Latgab 2014

Sejumlah prajurit Korps Marinir TNI-AL berada di atas kendaraan tempur (ranpur) jenis Kapa PTS dengan howitzer 105mm ketika melakukan pendaratan pada latihan parsial di Pantai Banongan, Asembagus, Situbondo, Jawa Timur, Selasa (13/5). Latihan tersebut melibatkan material tempur seperti 8 KRI, 10 unit BMP 3F, 3 PT 76 M, 24 unit BTR 50, 4 unit Kapa K-61, 2 unit Kapa PTS, 4 unit howitzer 105mm, 1 unit RM 70 grad itu sebagai kesiapan menjelang latihan gabungan (Latgab) TNI 2014.
Sejumlah prajurit Korps Marinir TNI-AL berada di atas kendaraan tempur (ranpur) jenis Kapa PTS dengan howitzer 105mm ketika melakukan pendaratan pada latihan parsial di Pantai Banongan, Asembagus, Situbondo, Jawa Timur, Selasa (13/5). Latihan tersebut melibatkan material tempur seperti 8 KRI, 10 unit BMP 3F, 3 PT 76 M, 24 unit BTR 50, 4 unit Kapa K-61, 2 unit Kapa PTS, 4 unit howitzer 105mm, 1 unit RM 70 grad itu sebagai kesiapan menjelang latihan gabungan (Latgab) TNI 2014. 
 
Jakarta - Panglima TNI Jenderal (TNI) Moeldoko secara resmi membuka Latihan Gabungan (Latgab) TNI tahun 2014 di Taxy Way Echo (Skuadron 17) Lanud Halim Perdanakusuma Jakarta Timur, Senin (19/5) pagi.
Dalam Latgab kali ini, melibatkan sebanyak 15.108 personel TNI, yang terdiri dari 1.172 personel Latihan Posko dan 13.936 personel Latihan Lapangan.
"Latihan salah satu sarana memelihara sinergitas dua angkatan atau lebih dalam taktis dan teknis dan uji doktrin, dan tingkatkan daya tempur satauan dan ciptakan daya gentar dari ancaman," kata Panglima.
Dijelaskan Panglima, dalam Latgab yang mengangkat tema "Komando Gabungan (Kogab) TNI melaksanakan kampanye militer di wilayah mandala perang dalam rangka OMP guna menjaga kedaulatan NKRI”, juga bertujuan untuk meningkatkan profesionalitas prajurit TNI dan satuan dalam operasi gabungan TNI untuk mewujudkan kesiapsiagaan prajurit.
Menurutnya, Latgab bersasaran untuk membangun dan mensinergikan kemampuan dan kekuatan antar matra, guna menjamin efektivitas dan efisiensi operasional komando tugas gabungan yang sewaktu-waktu dibentuk dalam menghadapi kontijensi.
Direktur Latihan Operasi Gabungan, Letjen TNI Lodewijk F Paulus, menjelaskan, TNI akan memainkan suatu operasi gabungan.
Diskenariokan, ada suatu negara yang punya satu pangkalan yang merencanakan untuk menyerang Indonesia melalui dua poros besar, yakni Sumatera dan Pulau Jawa.
"Latihan ini diasumsikan seperti itu. Kami sudah skenariokan terhadap musuh yang berhasil mendarat di komplek Asem Bagus," kata Lodewijk.
Dalam Latgab, menurutnya, sekaligus juga untuk mewujudkan tingkat kesiapsiagaan operasional satuan TNI yang tinggi.
Oleh sebab itu diperlukan pembinaan dan penyiapan kekuatan satuan TNI berdasarkan analisa perkembangan lingkungan strategis yang sangat dinamis.
"Latihan secara terencana, terpadu, bertingkat dan berlanjut yang puncaknya adalah Latihan Gabungan TNI," ucapnya.
Metode latihan yang digunakan yaitu Geladi Posko pada 19-24 Mei 2014 di PMPP TNI Sentul Bogor dan Geladi Lapangan 1-5 Juni 2014 yang dilaksanakan secara berangkai dengan materi Kampanye Militer di daerah latihan di wilayah Asembagus Situbondo Jawa Timur, Kawasan Samudra Hindia Bagian Selatan, dan Bali.
Dijelaskan, pelaku Latihan Gabungan TNI, telah disusun dalam organisasi Komando Gabungan TNI yang terdiri dari beberapa Komando Tugas Gabungan dan Komando Satuan Tugas, dengan menampilkan seluruh kemampuan tempur prajurit TNI beserta Alutsista yang dimiliki.
Adapun susunan organisasi Kogab pada Latgab TNI tahun 2014, yakni Letjen TNI Lodewijk Paulus (Dankodiklat TNI AD) selaku Dirlatgab TNI TA 2014, Letjen TNI Gatot Nurmantyo (Pangkostrad) selaku Pangkogab TNI, Laksma TNI Arie Soedewo, S.E, (Danguspurlatim) selaku Pangkogaslagab, Laksma TNI Pramono Hadi S.H. (Danpusbangdikopsla) selaku Pangkogasgabfib, Marsma TNI Dedy Nitakomara, S.E, (Kas Koopsau I) selaku Pangkogasudgab.
Kemudian, Brigjen TNI M. Herindra, M.A (Wadanjen Kopassus) selaku Pangkogasgabpassus, Brigjen TNI (Mar) Siswoyo Hari Santoso (Danpasmar I) selaku Danpasrat, Letkol Inf Christian Kurnianto Tehuteru (Danbrigif L 17/K) selaku Pangkogasgablinud.
Alutsista yang dikerahkan dari ketiga Angkatan pada Latgab TNI 2014 antara lain, dari TNI AD sebanyak 49 Ranpur terdiri dari 1 Tank Rec, 18 Tank Scorpion (Canon), 6 Tank Stormer APC, 2 Tank Stormer Komando, 2 Panser Saladin (canon), 2 Panser Saracen (AP), 2 Pancer Ferret (pengintai), 12 Panser Anoa (AP).
Selain itu, juga melibatkan satu Panser Anoa (Komando), 1 Panser AMB, 1 Panser REC dan 1 AVLB. 24 Helly yaitu 4 Unit MI-35P, 4 Unit MI-17V5, 4 Unit BO-105, 10 Unit Bell-412, 2 Unit bell-205A-1 (Senjata Munisi Rocket FFAR, Rocket S 8 Com dan Canon 30 MM). 30 Senjata Berat dan 6 set PRS 77 (Zeni) terdiri dari 18 Pucuk 105 KH 178, 4 Pucuk 155 KH 179, 2 Pucuk 76/GN dan 6 Pucuk Giant Bow 23 MM.
Dari TNI AL sebanyak 32 Kapal yaitu 1 Kapal Selam (KS), 6 Parahu Karet (PK), 2 BTD, 6 PKR, 3 KCR, 1 KCT, 1 LPD, 3 ATF, 5 AT, 1 BR, dan 1 PR. Kendaraan tempur 81 Unit terdiri dari 29 BMP3F, 10 LVT 7, 36 BTR 50P dan 6 Kapal. Sedangkan senjata berat 16 buah terdiri dari 8 Pucuk How dan 8 pucuk RM 70 Grad.
Dari TNI AU sebanyak 40 Pesawat tempur, 32 Pesawat angkut 16 C130, 4 B-737, 3 F-28, 4 C-295, 2 CN-235, 3 Cassa-212 dan 11 Helly terdiri dari 8 SU-27/30, 6 F-16, 10 Hawk 100/200, 2 F-5, 12 T-50, 2 EMB-314, serta 11 Heli Nas/332/330.

Berita Satu

Panglima TNI: Indonesia Tak Butuh Kapal Induk


Panglima TNI: Indonesia Tak Butuh Kapal Induk  
Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) yang bersandar di Pulau Pondok Dayung, Tanjung Priok, Jakarta. 
 
 Jakarta - Panglima Tentara Nasional Indonesia Jenderal Moeldoko mengatakan bahwa TNI tak membutuhkan kapal induk untuk memperkuat alat utama sistem persenjataan. Pernyataan Moeldoko tersebut disampaikan setelah membuka latihan gabungan tiga matra TNI di Taxy Way Echo Skuadron 17 Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Senin, 19 Mei 2014.

"Kapal induk tak sesuai dengan doktrin TNI," kata Moeldoko kepada wartawan sambil tersenyum.

Menurut dia, kebutuhan kapal pengangkut pesawat tempur tak begitu perlu untuk TNI. Sebab, TNI bisa memanfaatkan ribuan pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke untuk menyimpan, menyiagakan, dan mendaratkan pesawat-pesawat milik TNI AU. Dengan kata lain, pulau-pulau kecil Indonesia sudah seperti kapal induk.

Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana Marsetio membenarkan argumen Panglima Jenderal Moeldoko. Menurut dia, doktrin yang dianut TNI AL saat ini adalah Green Water Navy atau tentara yang tak keluar dari perairan  Indonesia. "Hanya negara penganut Blue Water Navy (negara yang berlayar hingga ke perairan internasional) yang butuh kapal induk," kata Marsetio.

Negara penganut Blue Water Navy, dia melanjutkan, cenderung negara agresor yang bisa mengancam kedaulatan negara lain. Sedangkan Indonesia adalah negara cinta damai yang lebih mementingkan kedaulatan wilayahnya.

Saat ini TNI Angkatan Laut sedang menunggu kehadiran tiga unit kapal perang baru jenis multi-role light fregat buatan Inggris. Ketiga kapal perang tersebut bakal dinamai KRI Bung Tomo, KRI John Lee, dan KRI Usman Harun. Ketiga kapal tersebut bakal dipasangi sejumlah senjata rudal, roket, dan radar jenis baru.

Nama KRI Usman Harun sempat diprotes pemerintah Singapura karena diambil dari nama dua anggota Komando Korps Marinir yang mengebom kawasan elite di Singapura beberapa puluh tahun silam.

Tempo

Skenario Latihan Gabungan TNI 2014

Skenario Latihan Gabungan TNI 2014
Prajurit TNI berada di atas tank usai upacara pembukaan Latihan Gabungan TNI 2014, di Pangkalan Udara Utama TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta, Senin (19/5). Gladi lapangan Latihan Gabungan TNI 2014 itu akan berlangsung pada 1-5 Juni 2014 di Pantai Asembagus, Situbondo, Jawa Timur, kawasan Samudera Hindia bagian selatan dan Bali dengan melibatkan total sekitar 15.000 personel TNI yang menampilkan seluruh kemampuan tempur prajurit TNI beserta arsenal yang dimiliki.
... akan muntahkan semua amunisi yang kami miliki... "
Jakarta  - Markas Besar TNI menyiapkan Latihan Gabungan 2014 melibatkan hampir 16.000 personel dengan berbagai skenario untuk menguji doktrin perang yang tegas dikatakan bersifat pre-emptive, di tiga mandala latihan, berakhir pada perebutan Pantai Asembagus, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur.

Latihan itu terbagi dua, gladi posko dan latihan lapangan. Secara sederhana tindakan pre-emptive adalah melakukan pencegahan sebelum ada serangan.

"Kami menguji doktrin pertempuran dan peperangan secara gabungan, menguji interoperabilitas masing-masing matra TNI yang selama ini dilaksanakan secara parsial," kata Panglima TNI, Jenderal TNI Moeldoko, di hanggar Skuadron Udara 2 TNI AU, Pangkalan Udara Utama TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Senin.

Latihan itu berlangsung 19 Mei hingga 7 Juni dan Presiden Susilo Yudhoyono beserta rombongan akan menyaksikan secara langsung di Pantai Situbondo, pada 7 Juni nanti. Di pantai dengan kombinasi medan latihan bisa dibilang lengkap itu, akan digelar operasi pendaratan amfibi Korps Marinir TNI AL lengkap dengan bantuan tembakan pantai dan operasi perang administrasi.

Walau dikatakan bersifat pre-emptive, namun Moeldoko tidak menyebut secara benderang pihak luar Indonesia yang dinilai berpotensi menjadi ancaman, kecuali "dari luar Indonesia".

Direktur Latihan Gabungan TNI, Letnan Jenderal TNI Lodewijk Paulus, mengurai secara ringkas skenario latihan terbesar TNI yang pernah digelar sejak Latihan Gabungan TNI pada 1983 di Pantai Cilegon, Banten itu.

"Diasumsikan ada kekuatan asing dari negara Musang yang mencoba merebut sebagian wilayah Indonesia. Mereka berpangkalan di Pulau Paju, sebelah barat Bengkulu. Mereka juga mengerahkan kekuatan laut dan udara mereka sebelum akhirnya melakukan pendudukan di Pantai Asembagus kompleks itu," katanya.

Sesuai doktrin pertahanan dan penyerbuan yang dianut TNI sampai saat ini, kekuatan penangkal yang harus dikerahkan adalah tiga kali kekuatan penyerbu/agresor. "Karena yang menyerbu berkekuatan satu brigade, maka kami siapkan kekuatan satu divisi," katanya.

Yang istimewa pada Latihan Gabungan 2014 Markas Besar TNI ini adalah, "Kami akan muntahkan semua amunisi yang kami miliki. Ada beberapa tujuan yang ingin diraih, mulai dari peningkatan profesionalitas personel, satuan, hingga efek politis penggentar," kata Moeldoko.

Mengingat sifatnya yang sudah dinyatakan secara terbuka sebagai pre-emptive strike kepada kekuatan agresor, maka pemusnahan kekuatan agresor sejak jauh dari wilayah darat Indonesia sangat menjadi andalan.

"Peluru kendali Yakhont akan diluncurkan dari kapal perang, jarak jangkauannya sampai 300 kilometer dari titik peluncuran, itu sebagai misal," kata Kepala Staf TNI AL, Laksamana TNI Marsetio, yang turut menyaksikan pembukaan Latihan Gabungan 2014 Markas Besar TNI itu.

Satu lagi yang baru namun tidak mungkin bisa diikuti mata telanjang adalah dog fight antara pesawat tempur TNI AU dengan pesawat tempur agresor dari negara Musang itu. Diskenariokan dalam latihan itu, dog fight terjadi di selatan Pulau Jawa, dekat batas terluar zone ekonomi eksklusif Indonesia.

"Peluru kendali yang baru kami miliki untuk Sukhoi Su-27/30 MKI akan kami ujicoba. Ini pertama kalinya diujicoba dalam latihan skala besar seperti ini," kata Kepala Staf TNI AU, Marsekal TNI IB Putu Dunia. 


Antara 

[Foto] Pembukaan Latgab 2014


Anggota TNI berbaris saat upacara pembukaan Latihan Gabungan TNI di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Senin (19/5/2014). Latgab TNI akan dilakukan di Situbondo, Jawa Timur, pada 1-5 Juni dengan melibatkan 15.108 personel.(Warta Kota/alex suban)
Anggota Yonkav I Kostrad TNI AD menyiapkan Tank Scorpion saat upacara pembukaan Latihan Gabungan TNI di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Senin (19/5/2014). Latgab TNI akan dilakukan di Situbondo, Jawa Timur, pada 1-5 Juni dengan melibatkan 15.108 personel.(Warta Kota/alex suban)

Anggota Yonkav I Kostrad TNI AD mengendarai Tank Scorpion saat upacara pembukaan Latihan Gabungan TNI di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Senin (19/5/2014). Latgab TNI akan dilakukan di Situbondo, Jawa Timur, pada 1-5 Juni dengan melibatkan 15.108 personel. (Warta Kota/alex suban)

Anggota TNI berbaris saat upacara pembukaan Latihan Gabungan TNI di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Senin (19/5/2014). Latgab TNI akan dilakukan di Situbondo, Jawa Timur, pada 1-5 Juni dengan melibatkan 15.108 personel. (Warta Kota/alex suban)

Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko didampingi para kepala staf, dari kiri ke kanan, KSAD Jenderal TNI Budiman, KSAL Laksamana TNI Marsetio dan KSAU Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia bersalam komando seusai upacara pembukaan Latihan Gabungan TNI di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Senin (19/5/2014). Latgab TNI akan dilakukan di Situbondo, Jawa Timur, pada 1-5 Juni dengan melibatkan 15.108 personel. (Warta Kota/alex suban)

Ratusan Alutsista Diturunkan dalam Latihan Gabungan TNI 2014
 
 
Berbagai Sumber

Pertama dalam Sejarah, RI Sukses Jual Kapal Perang ke Luar Negeri

http://images.detik.com/content/2014/05/19/1036/kapalperangpal.jpg Jakarta -Produk pertahanan karya anak bangsa kembali diakui oleh dunia internasional. Kali ini 2 unit kapal perang produksi PT PAL (Persero) berhasil terjual ke Filipina.

Direktur Utama PAL Firmansyah Arifin menyebutkan, penjualan kapal perang itu sebagai tonggak sejarah karena untuk kali pertama Indonesia berhasil menjual kapal pertahanan ke luar negeri.

"Kita sudah signing kontrak dengan Filipina. Ini pertama dalam sejarah, kapal alutsista di ekspor ke luar negeri karena kalau Pindad dan PTDI sudah terbiasa ekspor ke luar negeri," kata Firmansyah kepada detikFinance Senin (19/5/2014).

Ternyata penjualan tersebut tidak hanya bersejarah bagi Indonesia, dari sisi Filipina juga serupa. Pembelian kapal perang sebanyak 2 unit merupakan terbesar yang pernah dilakukan.

"Buat AL Filipina, itu juga order kapal perang terbesar pertama ke luar negeri," sebutnya.

Kapal yang dibeli militer Filipina adalah jenis Strategic Sealift Vessel (SSV). Kapal tersebut adalah pengembangan dari kapal perang jenis Landing Platform Dock (LPD-125). LPD-125 sendiri telah dipakai oleh TNI AL. Nilai kontrak untuk pembelian 2 unit kapal perang SSV adalah US$ 90 juta atau sebesar US$ 45 juta per unit.

Untuk tender internasional tersebut, PAL berhasil menyisihkan produsen kapal perang dari 6 negara antara lain Korea Selatan, India, sampai Australia. Produk kapal perang pesanan Filipina adalah murni pengembangan putra-putri bangsa di Surabaya, Jawa Timur.

Firmansyah mengaku sukses PAL, juga tidak lepas dari dukungan Kementerian Pertahanan dan TNI AL di dalam mempromosikan produk pertahanan dalam negeri.

Kapal pertama akan dikirim ke Filipina pada pertengahan 2016, sedangkan kapal berikutnya adalah 8 bulan setelah pengiriman kapal pertama.

Setelah sukses di Filipina, PAL akan menyasar ke negara-negara Asia Tenggara. "Kita juga coba tawarkan ke negara lain tapi fokus ke Asia Tenggara dulu seperti Thailand," ujarnya.

Kapal Perang SSV pesanan Filipina mampu membawa 3 unit helikopter dalam setiap perjalanan. Helikopter bisa terbang dan mendarat di atas kapal. Selain itu, kapal perang ini bisa membawa kapal jenis Landing Craft Utility (LCU). Kapal dengan panjang 123 meter dan lebar 21,8 meter tersebut mampu membawa personil dan awak kapal hingga 649 orang.

Detik

Pemerintah Sumenep Siapkan Lahan Untuk Pangkalan TNI

"Angkatan Laut juga akan menempatkan kapal cepat yang akan melakukan patroli di Perairan Sumenep."

Pangkalan TNI AL Batu Poron Kamal Madura


- Rencana pemerintah pusat untuk memindahkan Pangkalan TNI AL (Lanal) Batu Poron Kamal, Kabupaten Bangkalan (Madura barat) ke wilayah Kabupaten Sumenep disambut gembira Pemkab Sumenep. Bahkan, pemerintas Sumenep telah menyiapkan lahan seluas 4 hektar untuk Lanal baru di ujung timur Pulau Madura itu.

Wakil Bupati Sumenep, Soengkono Sidik, menjelaskan, lahan seluas 4 hektar itu tidak menyatu namun menyebar di dua tempat. Yakni, di wilayah Kecamatan Batuan seluas 2 hektar dan 2 hektar lainnya berada di kawasan Pulau Kangean, Raas dan Pulau Sapeken.

"Untuk ketersediaan lahan kami telah siapkan. Sedangkan untuk anggaran pembangunan Pangkalan TNI AL itu disiapkan pemerintah pusat," jelas Soengkono, Minggu (18/5).

Mantan Sekretaris Kabupaten Sumenep itu menambahkan, Bupati Sumenep bersama Komandan Pangkalan Utama TNI AL (Danlantamal V) Surabaya telah menandatangai MoU terkait pembangunan Lanal di wilayah Kabupaten Sumenep.

Soengkono mengatakan, pihak TNI AL telah mengecek bakal lokasi Lanal tersebut. Baik lokasi di wilayah di Kecamatan Batuan maupun dikepulauan. "Bahkan, pos pantau didaerah Pagerungan Besar, Kecamatan/Pulau Sapeken sudah ditingkatkan menjadi Sub Lanal," jelasnya.

Keberadaan Pangakalan TNI AL itu, menurut Soengkono langsung dirasakan warga kepulauan. Warga merasa aman dari ancaman kecelakaan laut. Artinya, jika ada kecelakaan laut maka armada kapal milik TNI AL bakal ikut membantu melakukan penyisiran dan pencarian korban mendampingi Polisi Air.

Soengkono mengatakan, armada TNI AL sudah berada di Pagerungan Besar yang sekali-kali melakukan operasi diperairan Sumenep. Peningkatan status pos pantau dan menempatkan armada lautnya, telah membuktikan kalau Angkatan Laut sudah mulai masuk ke perairan Sumenep untuk menjaga batas wilayah dan ekosistem laut.

"Angkatan Laut juga akan menempatkan kapal cepat yang akan melakukan patroli di Perairan Sumenep. Kami berharap, pemerintah pusat sudah mulai membangun Lanal pada pertengahn tahun ini," kata harap Soengkono.

Soengkono memandang keberadaan Lanal di Sumenep mampu mengamankan sejumlah lokasi pertambangan lepas pantai yang belakangan ini semakin bertumbuh. Selain tambang gas di Pulau Pagerungan, tambang migas lainnya telah dibangun. Semisal tambang milik Santos dan swasta asing lainnya. (Anang Adriyanto/buj)


Skala