Pages

Saturday 20 December 2014

Armoured Recovery Vehicle dengan Kemampuan Plus+

IMG_20141215_131013-1
Dengan bekal meriam Rheinmetall L/44 120 mm, plus bobot tempur 60 ton, menjadikan Leopard 2A4 Revolution milik TNI AD sebagai salah satu MBT (Main Battle Tank) yang paling perkasa di muka bumi. Namun, meski digadang dengan segudang kelebihan dan kecanggihan, tetap saja armada tank tempur asal Jerman ini membutuhkan wahana pendukung dalam operasional di medan tempur. Saat Leopard mengalami kerusakan berat, hingga terperosok ke parit, tentu tak bisa sembarang alat berat dapat menanganinya, untuk itulah dibutuhkan kehadiran ARV (Armoured Recovery Vehicle).



Di artikel-artikel terdahulu, kami pernah mengupas ARV milik TNI dari jenis BREM-L, AMX-13 ARV, dan Anoa 6×6 ARV. Tapi untuk meng-handle Leopard 2A4 (57 ton) dan Leopard 2A4 Revolution (60 ton) jelas membutuhkan ARV yang punya kapabilitas mumpuni, pasalnya obyek yang akan ditarik dan direparasi punya bobot super heavy. Nah, untuk melayani MBT Leopard 2A4 maka hadir ARV Bergepanzer 3Ri Buffle (Buffalo) buatan Rheinmetall Defence, Jerman. Sebagai informasi, ada label Ri lebih untuk menandakan sebagai varian yang dijual ke Indonesia.

Sebelum mengenal lebih jauh Si Banteng asal Bavaria ini, berdasarkan pesanan pada tahun 2012, TNI AD akan menerima 62 unit tank Leopard 2 Revolution, 42 unit tank Leopard 2A4, 4 unit tank Buffel ARV (Bergepanzer), 3 unit tank Leguan AVLB, 3 unit tank Kodiak AEV, dan 50 unit tank Marder 1A2. Dari keterangan diatas, maka ada 4 unit ARV Buffalo yang nantinya akan memperkuat kavaleri TNI AD. Bila mengacu ke negara asalnya, Bundeswehr memberi rasio ideal 1 ARV untuk meng-handle 6 MBT atau dua seksi. Layanan kontinu dari ARV menjadi kunci untuk meningkatkan readiness level dari armada MBT Leopad. Tentu saja, mengingat keterbatasan anggaran, acuan AD Jerman tak mungkin diterapkan oleh TNI AD.
ARV Buffalo AD Belanda.
ARV Buffalo AD Belanda.
800px-Bergepanzer_Bueffel
ARV Buffalo AD Jerman.
LeopardIIBuffalo

Untuk tugas menarik beban berat (towed), Buffalo dilengkapi winch Rotzler Treibmatic TR650/3 yang terpasang di sisi depan kendaraan, terlindung dalam rumah baja untuk mencegah putusnya kabel sling akibat tembakan lawan. Sling baja di ARV ini punya ketebalan 33 mm dengan panjang 180 meter, winch mampu menarik beban sampai 35 ton atau dua kali lipatnya apabila sling disimpul ganda dengan bantuan pulley tackle. Secara teori, kabel baja ini dapat digulung dengan kecepatan 16 meter per detik. Semantara untuk menarik beban yang lebih kecil, ARV Buffalo juga dilengkapi winch sekunder Rotzler HZ010/1-8 dengan kabel sling sepanjang 280 meter dan tebal 7 mm.

Di hidung Buffalo ARV terpasang satu bilah dozer besar dengan lebar 3.420 mm dan tinggi 880 mm, membuatnya laksana bulldozer yang kuat digunakan untuk membolak-balik tanah untuk keperluan pembuatan parit, membentuk tanggul pertahanan untuk tank dalam hull down position, sampai menyingkirkan hambatan yang ada di jalur termasuk ranjau anti tank yang tertaman di dalam tanah, atau meledakkan ranjau anti personel.
Leopard-Bpz-3-Buffel-KN600-(MJU)-111
ARV Buffalo tengah beraksi mengganti mesin Leopard 2A4.
ARV Buffalo AD Kanada mengganti powerpack Leopard 2A6 di medan operasi Afghanistan.
ARV Buffalo AD Kanada mengganti powerpack Leopard 2A6 di medan operasi Afghanistan.
ARV AD Jerman di Afghanistan.
ARV AD Jerman di Afghanistan.

Buffalo dibangun dari basis sasis MBT Leopard 2, ini terlihat nyata pada rancangan bagian bawah dan susunan roda rantainya. Namun, bagian atasnya dimodifikasi habis dengan penambahan kabin lapis baja. Posisi pengemudi di Buffalo ARV tidak lagi duduk dalam kabin sempit, pengemudi Buffalo duduk di bagian depan dengan komandan tepat berada di belakangnya. Standar pengoperasioan Buffalo ARV melibatkan dua orang kru, yakni komandan dan pengemudi. Namun dalam misi tempur jumlahnya bisa ditambah karena disediakan tempat kursi bagi awak ketiga.

Kabin besar ini memiliki tiga pintu besar untuk akses keluar masuk, masing-masing dilengkapi sistem sekat penahan kontaminasi Nubika. Sistem pemadam api otomatis seperti yang terdapat di MBT Leopard 2 juga disematkan pada kabin dan mesin Buffalo. Seperti halnya MBT Leopard 2, ARV ini juga dapat diajak menyelam sampai kedalaman 4 meter dengan bantuan cerobong snorkel, ditambah bantuan pompa air (bilge pump) berukuran besar.

Perlengkapan utama Buffalo terletak pada satu crane besar dengan kapasitas angkat beban seberat 30 ton. Crane ini terpasang pada sisi kanan depan kendaraan. Landasan crane dapat diputar 270 derajat untuk memberi alternative posisi sebanyak mungkin dalam segala kondisi. Crane ini memiliki fitur canggih, karena dibekali sistem sensor pembatas momentum elektronik yang terus menerus menghitung elevasi, kemiringan kendaraan, dan massa beban yang diangkut untuk mencegah beban berlebih. Saat tidak digunakan, crane dapat dilipat dan ditaruh membujur di sisi kanan Buffalo.
Dibekali dozer yang cukup besar, menjadikannya laksana bulldozer.
Dibekali dozer yang cukup besar, menjadikannya laksana bulldozer.
buffel
Mendukung tugas darurat di medan tempur, Buffalo ARV dapat membawa satu set powerpack (mesin) Leopard 2 dengan menggunakan palet khusus di atas kompartemen mesinnya. Mesin cadangan ini dapat dinaikturunkan dengan bantun crane utama, sehingga Buffalo dan krunya dapat melakukan penggantian mesin yang rusak ke Leopard kawan secara mandiri. Untuk penggantian satu powerpack utuh dari MBT Leopard 2A4, hanya butuh waktu 25 menit, dan ekstra 10 menit untuk penggantian powerpack Leopard 2A5.

Saat crane beroperasi, bilah dozer tinggal diturunkan sebagai pasak untuk menstabilkan kendaraan. Suspensinya dikunci untuk membuat kendaraan benar-benar stabil dalam posisinya. Untuk perbaikan mekanikal Leopard yang mengalami kerusakan, awak Buffalo ARV juga dilengkapi perkakas seperti gerinda dan las, perlengkapan derek, dan tak lupa berbagai kunci yang disesuaikan dengan standar Leopard 2. Untuk urusan derek, Buffalo mampu menarik kendaraan seberat 62 ton, atau sudah masuk kategori MLC70 untuk mengantisipasi pengembangan di masa depan.

Sebagai perlengkapan tambahan, Rheinmetall juga menyediakan sistem pengisian bahan bakar untuk MBT Leopard 2 di lapangan. Sistem pompa ini mampu menyedot atau mengisikan bahan bakar, untuk menggantikan fungsi truk pengisi bahan bakar yang rentan serangan senjata ringan. Dengan kapasitas bahan bakar sebanyak 1.620 liter, Buffalo ARV mampu menempuh jarak 650 km di jalan raya beraspal, dan 350 km saat melaju di jalan cross country.

ARV 3 Buffalo Kanada menarik ranpur LAV di Afghanistan.
ARV 3 Buffalo Kanada menarik ranpur LAV di Afghanistan.
Untuk mobilitas, ARV 3 dapat dinaikkan ke tank transporter.
Untuk mobilitas, ARV 3 dapat dinaikkan ke tank transporter.
Untuk urusan pertahanan, Buffalo dilengkapi dudukan senapan mesin ringan FN MAG GPMG 7,62 mm dan 16 pelontar granat asap 76 mm buatan Wegmann yang terbagi 4 di kiri depan, 4 di kanan depan, serta sisanya masing-masing di kiri-kanan belakang.

Dalam skenario pertempuran, ARV punya peranan besar, mengingat data statistic dari berbagai pertempuran tank vs tank menunjukkan bahwa 50-60% tank yang berhasil di evakuasi dari medan pertempuran dan diperbaiki bisa diterjunkan lagi untuk bertempur. Lepas dari kemampuan utamanya untuk memberi pertolongan pada MBT Leopard, Buffalo ARV juga punya banyak kegunaan untuk menggantikan peran kendaraan khusus lainnya, sebut saja Buffalo dapat berperan sebagai bulldozer, traktor, eskavator, dan sampai titik tertentu, menjadi wahana pengisi bahan bakar darurat. Tak hanya untuk urusan perang, Buffalo ARV juga bisa dikerahkan untuk proses bantuan mitigasi bencana seperti evakuasi, menyingkirkan reruntuhan bangunan, dan distribusi bahan pangan ke tempat terisolasi.
ARV 3 Buffalo AD Singapura beraksi di Marina Bay.
ARV 3 Buffalo AD Singapura beraksi di Marina Bay.
10293800643_d68ff0505fa7
Setiap negara pengguna varian MBT Leopard, dipastikan juga memiliki ARV Buffalo. Di Asia Tenggara, selain Indonesia, Singapura sudah lebih dulu mengoperasikan ARV ini. Soal kehandalan ARV Buffalo juga tak perlu diragukan lagi, kendaraan ini terbukti banyak melakukan evakuasi, menderek, hingga reparasi ranpur lapis baja di medan Perang Afghanistan.

Ranpur Reparasi Andalan Yonif Mekanis TNI AD

IMG_20141215_140134
Meski ranpur APC (Armoured Personnel Carrier) M113 A1 untuk Batalyon Infanteri Mekanis TNI AD baru tiba dalam jumlah unit yang terbatas di Tanah Air. Namun, selain hadir dalam dalam varian utama, yakni APC, M113 A1 yang di datangkan dari Belgia ini juga dikirim dalam varian ARV (Armoured Recovery Vehicle). Seperti ditampilkan saat Pameran Alutsista TNI AD 2014 di Lapangan Monas, ada varian APC dan ARV yang dipajang di stand lokasi berbeda.


Disebut-sebut nantinya TNI AD bakal menerima 80 unit M113 A1 bekas pakai AD Belgia. Dilihat dari unit pengadaan yang besar, maka wajar bila turut dihadirkan varian M113 A1 Recovery. Hal ini juga terjadi tatkala TNI AD kedatangan ranpur lapis baja dalam jumlah besar, sebut saja AMX-13 ARV yang menjadi pendukung pergerakan tank AMX-13, begitu juga Alvis Stormer sebagai pendukung untuk APC Stormer dan tank ringan Scorpion. Bahkan, armada MBT (Main Battle Tank) Leopard 2A4 dari Jerman juga akan dilengkapi varian ARV.
10486417_811240715562911_755860651472938174_n
M113 A1 Recovery ditandai dengan adanya dua “jangkar” lipat pada sisi kanan dan kiri ramp door.
IMG-20141002-WA014
IMG_20141215_131706
M113 A1 varian APC dengan ramp door yang nampak polos.
rec_003rec_002

Nah, di lini Yonif Mekanis TNI AD, saat ini sudah ada ranpur roda ban dengan kualifikasi ARV yang operasional, yakni Anoa 6×6 ARV besutan Pindad. Maka dengan adanya M113 A1 Recovery yang masuk kelas ranpur roda rantai akan mampu memperkuat mobilitas Yonif Mekanis. Mengingat armada M113 A1 yang diterima TNI AD berasal dari Belgia, maka serinya disebut M113 A1-B-Rec. Belgia sendiri memang memproduksi M113 secara lisensi dari AS.

Sedikit mengenal ranpur anyar tapi keluaran lawas ini, M113 A1-B-Rec punya basis rancangan serupa dengan varian APC, termasuk dibekali senjata SMB (senapan mesin berat) Browning M2HB 12,7 mm. Hanya yang membedakan, pada versi ARV ini terdapat heavy internal winch. Winch ini dilengkapi kabel baja untuk menarik ranpur lain yang mengalami kerusakan atau kecelakaan. Heavy internal winch ini terdapat pada ruang kompartemen yang biasa ditempati pasukan. Agar dapat menarik secara stabil, di bagian bekalang, tepatnya di sisi kanan dan kiri pintu (ramp door) terdapat sepasang jangkar. Dua jangkar ini berfungsi untuk menguatkan posisi ranpur saat winch beraksi.Selain, berperan menarik kendaraan lain, M113 A1-B-Rec juga dilengkapi berbagai perlegkapan reparasi dan suku cadang.
Heavy internal winch di M113 A1-B-Rec.
Heavy internal winch di M113 A1-B-Rec.
rec_006crane_007
Masih dalam lingkung ARV, M113 A1 juga ada yang diciptakan dalam varian crane. Dengan fasilitas crane, maka M113 A1 ARV dapat mengangkat berbagai beban (loading dan unloading mesin) ke ranpur lainnya, seperti halnya BREM-L yang jadi andalan kavaleri Korps Marinir TNI AL. Besar kemungkinan varian M113 A1 crane ini juga akan di datangkan ke Indonesia.

Meriam Canggih Untuk Medium Tank Pindad


Setelah melewati seleksi yang melibatkan CMI (Cockerill Maintenance & Ingenierie SA Defense) dari Belgia, OTO Melara dari Italia, dan Denel Land System dari Afrika Selatan. Akhirnya PT Pindad pada September 2014 lalu memutuskan vendor yang dipercaya untuk memasok meriam pada proyek medium tank adalah CMI. Penunjukkan CMI juga mencakup perjanjian kerjasama PT Pindad untuk memproduksi secara lisensi kubah meriam CSE 90LP (low pressure) dan CT-CV 105HP (high pressure).


Untuk meriam Cockerill CSE 90LP (low pressure) sudah bukan barang baru untuk militer Indonesia. Sebut saja beberapa ranpur yang mengadopsi jenis meriam ini, seperti Scorpion 90, PT-76M, Tarantula 6×6, hingga Badak Pindad 6×6. Sementara, konsep dan rancangan medium tank yang sedang digarap PT Pindad dan mitranya FNSS dari Turki, menggariskan bahwa tank masa depan ini bakal mengusung meriam kaliber 105 mm. Melihat perjanjian yang telah disepakati antara PT Pindad dan CMI, maka besar kemungkinan meriam pasangan medium tank Pindad akan jatuh pada CT-CV 105HP (high pressure).
CT-CV 105HP diguankan pada tank Anders.
CT-CV 105HP diguankan pada tank Anders.
Cockerill 90 pada tank Scorpion TNI-AD
Cockerill 90 pada tank Scorpion TNI-AD
PT-76 Korps Marinir TNI-AL dengan Cockerill 90
PT-76 Korps Marinir TNI-AL dengan Cockerill 90

Adalah pilihan yang tepat PT Pindad ber-partner dengan CMI, melihat portofolio perusahaan ini cukup panjang dalam menelurkan beragam varian meriam dan kanon. Dilirik dari profil dan spesikasi, teknologi kubah dan meriam CT-CV 105HP terbilang sangat canggih di kelas 105 mm. Meriam multi operation ini utamanya dapat melontarkan aneka munisi 105 mm standar NATO, diantaranya dapat dilihat dibawah ini.
ok
Selain memang kodratnya melepaskan aneka proyetil, laras CT-CV 105HP juga dapat memuntahkan rudal anti tank, yakni Falarick 105. Rudal yang masuk segmen Gun-Launched Anti-Tank Guided Missile (GLATGM) ini dapat menghajar sasaran sejauh 5.000 meter. Falarick 105 mampu membawa hulu ledak tandem hollow charge. Rudal seberat 25,2 kg ini dipandu dengan sistem semi otomatis lewat laser beam. Waktu yang dibutuhkan untuk terbang menyasar ke sasaran sekitar 17 detik. Falarick 105 punya panjang 1015 mm dengan kaliber 105 mm. Temperatur operasional rudal ini di rentang -40 hingga 60 derajat Celcius.
falarick-3
105rak
Kembali ke seputar meriam CT-CV 105HP, jenis laras yang digunakan adalah tipe L51 dengan panjang 5.545 mm. Desain tekanan laras mencapai 120% dari gun pressure pada meriam 105 mm klasik. Secara umum, di dalam kubah terdapat dua awak, sehingga proses pengisian amunisi menggunakan cara autoloader. Operasi kubah dapat digerakkan secara secara elektrik dan mekanik. Laras meriam kaliber 105 mm smoothbore dapat menembakkan berbagai jenis amunisi (termasuk jenis APFDS) dengan jarak tembak efektif minimal 1.500 meter. Laras juga dibekali bore evacuator dan dilapisi thermal jacket. Untuk olah geraknya, laras punya sudut elevasi maksimum 42 derajat hingga -6 derajat. Tentu saja dengan sudut putar kubah 360 derajat.

Kubah meriam dibekali turret stabilized system dengan gyro stabilizer dan firing control system yang mengadopsi komputer balistik. Untuk mengnci sasaran, gunner dibantu dengan auto target locking system. Memudahkan dalam olah pertempuran, juga ada pemilihan sasaran secara otomatis lewat hunter killer system. Bahkan ada bekal IFF (identification friend or foe).
tankmediumpindad

Cockerill-CT-CV-105HP-Turret1
Disamping kiri laras meriam bisa dipasangi senapan mesin sedang coaxial kaliber 7,62 mm atau SMB (senapan mesin berat) kaliber 12,7 mm. Namun, untum medium tank Pindad akan menggunakan kaliber 7,62 mm untuk senjata coaxial-nya. Di bagian atas tengah kubah, ada lagi senapan mesin sedang kaliber 7,62 mm. Tapi senjata ini dioperasikan secara RCWS (remote control weapon system). Untuk proteksi, kubah dilengkapi pelontar granat asap kaliber 40 mm (4 buah di kanan dan 4 buah di kiri).

Selain proteksi berupa tabir asap, lapisan baja pada kubah ditunjang proteksi yang mengacu pada standar STANAG 4569, pilihannya hingga level 4 dan level 5. Secara keseluruhan medium tank Pindad disiapkan untuk mampu menahan terjangan proyektil kaliber 30 mm. Guna perlindungan pada keselamatan awak, tersedia laser warning dan proteksi maksimal pada ancaman bahaya kontaminasi nuklir, biologi dan kimia.

Modernisasi Laut Negara ASEAN Akibat Situasi Laut China Selatan


Tumpang Tindih klaim di Laut China Selatan
Tumpang tindih klaim di Laut China Selatan

Saat pemerintah Tiongkok terus memberi tekanan kepada dua negara tetangganya, yakni Jepang dan Filipina, Panglima TNI Jenderal Moeldoko telah mengambil sikap yang belum pernah diperlihatkan sebelumnya terhadap masalah ini. “Laut China Selatan telah menjadi titik utama persengketaan maritim di Asia. Dua pengklaim-nya adalah Tiongkok dan Taiwan, sementara empat negara lain – Brunei, Malaysia, Filipina, dan Vietnam – semuanya merupakan anggota ASEAN. Ini merupakan inti dari posisi Indonesia juga,” tulis Moeldoko dalam Wall Street Journal Asia.

Lebih lanjut Jenderal Moeldoko menyebutkan, “Kami bukan salah satu pengklaim dalam masalah persengketaan ini. Namun kami akan terkena dampaknya jika konflik sampai pecah di Laut China Selatan, akibat interpretasi dari apa yang disebut sebagai jalur 9-garis pada peta China, yang memberi hak klaim terhadap 90% dari perairan seluas 3,5 juta kilometer persegi di laut tersebut. Dengan memandang makna ekonomis dan strategis laut tersebut, ini merupakan masalah internasional mendesak yang juga telah melibatkan AS.”

Di kemudian hari, ekspansi Tiongkok di Laut China Selatan nyatanya juga berimbas pula pada kepentingan nasional Indonesia. Tiongkok secara sepihak telah menyertakan bagian-bagian dari Kepulauan Natuna dalam jalur 9-garis tersebut, dan karenanya mengklaim segmen dari provinsi Kepulauan Riau di Indonesia sebagai wilayah mereka. Sebuah gambar memperlihatkan tampilan garis tersebut dalam paspor Cina yang baru dikeluarkan. Kepulauan yang terkena dampak ini berada di pesisir barat laut Kalimantan.

Aktivitas Tiongkok pun mendapat respons cepat, Indonesia kemudian memutuskan untuk meningkatkan kekuatannya di Natuna. Lebih detail dipersiapkan pesawat tempur untuk menangani peristiwa yang berakar dari peningkatan ketegangan di salah satu jalur perairan utama di dunia ini.
Dari beragam latar belakang, potensi konflik di Laut China Selatan menjadi isu paling hangat yang memicu tensi ketegangan di kawasan. Sebagai imbasnya, militer masing-masing negara ASEAN yang bersinggungan dengan ekspansi Tiongkok, terpacu untuk melakukan modernisasi pada alutsistanya, terlebih pada kekuatan di laut.

Meski di atas kertas kekuatan laut Tiongkok super power dan akan sulit ditaklukan, tapi negara-negara di Asia Tenggara terus berupaya untuk menghadapi kemungkinan terburuk. Dalam skala yang berbeda, wujudnya terlihat jelas dari peningkatan anggaran belanja pertahanan yang meroket di masing-masing negara.

Lepas dari urusan dengan ekspansi Tiongkok di Laut Cina Selatan, konflik-konflik bilateral antar negara ASEAN juga menjadi pemicu percepatan modernisasi. Berikut adalah paparan gelar kekuatan laut negara-negara ASEAN.

Indonesia
Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang menguasai 2/3 wilayah lautan di Asia Tenggara, Indonesia sudah selayaknya memiliki kekuatan pengawal di lautan yang berfungsi sebagai penghubung, pemersatu, dan perekat negara kepulauan. Guna mewujudkan gelar kekuatan laut yang proporsional dengan luas wilayah yang harus diamankan.

TNI AL nantinya harus memiliki tiga gugus armada, setelah selama ini hanya mengandalkan dua armada, yakni Komando Armada Timur dan Komando Armada Barat. Bila melihat postur TNI AL saat ini, alutsista utama terdiri 154 KRI dan 209 KAL (kapal angkatan laut), 2 divisi Marinir dan sebaran pangkalan pendukung. Berikut adalah prediksi dari gelar dari tiga armada TNI AL.

Armada RI Kawasan Timur
Pangkalan utama di Ambon dan Kupang, pangkalan pendukung di Merauke, Jayapura, Sorong dan Ternate. Sebaran KRI berkisar antara 82-85 KRI dari berbagai jenis (Fregat, Korvet, Kapal Selam). Wilayah pengawasan adalah Laut Timor, Laut Arafuru, Laut Banda, Laut Maluku, Pantai Utara Papua. Mengingat kontur laut di wiayah ini adalah laut dalam maka KRI yang beroperasi adalah dari jenis Fregat dan Korvet. Armada Timur diperkuat dengan 3 Brigade Marinir.

Armada RI Kawasan Tengah
Pangkalan utama di Surabaya dan Jakarta, pangkalan pendukung Makassar, Balikpapan, Tarakan, Bitung, Cilacap, Teluk Lampung dan Benoa. Armada Tengah diperkuat dengan 85-90 KRI dari berbagai jenis termasuk satuan kapal selam, dan kapal rumah sakit. Wilayah pengawasannya adalah Selat Sunda, Laut Jawa, Pantai Selatan Jawa, Selat Bali, Selat Lombok, Selat Makassar dan Laut Sulawesi. Armada Tengah diperkuat dengan 4 Brigade Marinir.

Armada RI Kawasan Barat
Pangkalan utama di Tanjung Pinang dan Belawan, pangkalan pendukung Dumai, Batam, Natuna, Lhok Seumawe, Sabang, Padang, Mempawah. Jumlah KRI berkisar 80-85 KRI dari berbagai jenis (Fregat, Korvet, KCR (kapal cepat rudal), LPD (landing platform dock), dan LST (landing ship tank)). Wilayah pengawasan Armada Barat mencakup kawasan Selat Malaka, Selat Singapura, Laut Natuna, Selat Karimata dan Pantai Barat Sumatera diperkuat dengan 3 Brigade Marinir.

Jumlah seluruh KRI yang dimiliki 3 armada tersebut diproyeksi berkisar 250 KRI. Ini adalah jumlah minimal yang akan mengisi ketiga armada tersebut, sementara dalam Buku Putih Kementerian Pertahanan jumlah kekuatan KRI yang harus dipunyai oleh TNI AL adalah 274 KRI. Dari jumlah KRI sebanyak itu, persentase jenis FPB (Fast Patrol Boat)/KCR adalah yang terbesar, yaitu minimal ada 100 FPB yang mengisi arsenal TNI AL, semuanya dilengkapi peluru kendali dari jenis C-802 dan C-705.

Starting point dari semua rencana strategis ini dimulai pada tahun 2011. Persiapan ke arah starting point itu selama dua tahun terakhir ini sudah dipersiapkan dengan berbagai fasilitas dan perkuatan alutsista TNI AL. Dengan semua rencana strategis itu diharapkan pada tahun 2014 kekuatan TNI AL yang kuat, besar dan profesional akan mulai terlihat bentuknya dan akan semakin sempurna pada lima tahun berikutnya.

Malaysia
Seiring perkembangan keamanan dan tantangan ke depan yang harus dihadapi, Malaysia mulai akhir tahun 1980-an memulai modernisasi kekuatan lautnya secara signifikan, wujudnya dengan membeli 4 unit kapal korvet kelas Laksamana dari Italia.

Tambahan utama untuk armada kapal perang ialah 2 unit kapal fregat kelas Lekiu yang dibangun berdasarkan desain YARROW F2000. Kedua fregat tersebut adalah KD Jebat (29) dan KD Lekiu (30). Fregat- fregat ini dipersenjatai dengan rudal permukaan-permukaan Exocet MM40 SSM dan rudal anti pesawat udara Sea Wolf dengan sistem peluncur tegak (VLS). Fregat ini juga mampu menampung sebuah helikopter Westland Super Lynx 300 buatan Inggris.

Untuk melengkapi kekuatan satuan armada kapal fregat kelas Lekiu maka didatangkanlah pula 2 fregat kelas Kasturi buatan Jerman yang dikirim pada awal tahun 1980an. Yang menarik lainnya, Malaysia juga telah memiliki armada kapal selam. Dua kapal selam kelas Scorpene dipesan dengan kontrak pembelian sebesar 1,04 miliar Euro atau setara 4,78 miliar Ringgit Malaysia pada saat itu. Sistem persenjataan utama kapal selam ini adalah torpedo Blackshark buatan Italia dan rudal Exocet SM-39 (anti kapal platform dari kapal selam) buatan Prancis.

Singapura
Ibarat kecil-kecil cabe rawit, justru Singapura negara pulau adalah pemilik angkatan laut terkuat dan tercanggih di kawasan Asia Tenggara. Masuknya kapal fregat kelas Formidable memperkuat AL Republik Singapura. Fregat yang didasarkan pada kapal kelas La Fayette ini memperkenalkan kemampuan tempur “laut biru” (blue water navy combat). Kapal perang kelas Formidable dilengkapi dengan kemampuan anti-pesawat udara dan anti- kapal selam, dan dapat didarati oleh helikopter Seahawk S-70B.

Selain itu AL Republik Singapura juga membeli kapal landing platform dock (LPD) kelas Endurance untuk keperluan angkutan amfibi. Sementara itu armada kapal selamnyajuga ditambahkan dengan dua buah kapal ex-Swedia kelas Västergötland.

Thailand
Thailand kembali membulatkan niatnya untuk membeli kapal selam untuk memperkuat armada Angkatan Lautnya. Sebelumnya, pemerintahan lama Thailand pernah menunda rencana pengadaan kapal selam bekas dari Jerman karena alasan keterbatasan anggaran.

Kini pemerintahan baru di Bangkok kembali ke rencana awal untuk melakukan akuisisi kapal selam. Menjadi menarik untuk menebak bagaimana masa depan Angkatan Laut Thailand dengan adanya kapal selam dalam armada Negeri Gajah Putih itu nantinya. Sebab dibandingkan Angkatan Laut di kawasan Asia Tenggara, Angkatan Laut Thailand tercatat sebagai satu-satunya kekuatan laut yang mengoperasikan kapal induk.

Filipina
Filipina menjadi salah satu negara ASEAN yang langsung bersinggungan dengan Tiongkok, terutama dalam masalah sengketa kepulauan Spratly. Sayangnya dari segi kekuatan militer di lautan, Filipina adalah yang paling inferior di kawasan.

Modernisasi pun dilakukan, tapi dengan cara yang amat pas-pasan. Seperti baru- baru ini Filipina mengumumkan bahwa kapal fregat bekas yang bakal diterima dari Amerika Serikat akan dilengkapi dengan kemampuan anti kapal selam dan helikopter. Tidak ada rincian bagaimana kemampuan anti kapal selam yang dimaksud. Namun mengingat kapal fregat tersebut memang tidak pernah dilengkapi dengan peralatan anti kapal selam, tampaknya helikopter-nya lah yang akan dilengkapi untuk operasi anti- kapal selam (menyebarkan sonar dan melepaskan torpedo anti kapal selam.) Pemasangan sonar untuk fregat memang akan jauh lebih mahal.

Vietnam
Vietnam yang terlibat langsung dalam pertarungan di Laut China Selatan berambisi memiliki kemampuan membangun kapal perang sendiri. Sebagai wujudnya, Vietnam mendekati perusahaan pembuat kapal perang dari Belanda, Damen Schelde Naval Shipbuilding, untuk memesan empat korvet SIGMA (Ship Integrated Geometrical Modular Approach). Vietnam juga menjadi satu-satunya negara di Asia Tenggara yang mengoperasikan kapal selam Kilo kelas 877EKM.

Posisi Hanoi sebagai pihak yang mengklaim Laut China Selatan juga semakin mendorong Vietnam untuk memodernisasi Angkatan Lautnya. Ekspansi Tiongkok telah menjadi salah satu alasan utama mengapa Vietnam mempercepat modernisasi kekuatan lautnya.

TNI AL SiapTenggelamkan 2 Kapal Ilegal di Lantamal Ambon Besok

Jakarta - Dua buah kapal pencuri ikan berbendera Papua Nugini akan ditenggelamkan oleh anggota Pangkalan Utama TNI AL (Lantamal) IX Ambon besok. Kapal besar yang akan ditenggelamkan tersebut merupakan 2 dari 8 kapal illegal fishing yang ditangkap di Laut Arafura.

Dua kapal yang akan ditenggelamkan bernama KIA Century 4 dan KIA Century 7 yang masing-masing berbendera Papua Nugini. Namun awak kapal diisi oleh warga Thailand dengan total kru 62 orang.

"(Penenggelaman) Besok, Minggu 21 Desember 2014 pukul 10.00 WIT. Persiapan sudah kita laksanakan. Kita memposisiklan dia (kapal) di tempat TKP," ujar Kadispen Lantamal IX Ambon Mayor Laut Eko Budimansyah saat dihubungi detikcom, Sabtu (20/12/2014).

Menurut Eko, persiapan yang telah dilakukan jajarannya untuk penenggelaman ini mulai dari pengosongan bahan bakar dan muatan. Rencananya penenggelaman dilakukan dengan cara dibakar dan diledakkan.

"ABK sudah kita serahkan ke imigrasi. Dari pihak pemilik kapal kita undang. Tapi tergantung mau datang atau tidak, yang jelas sudah sesuai prosedur. Harusnya pihak kapal menyaksikan sebagai pihak yang bertanggung jawab seperti nahkodanya," kata Eko.

Sejumlah petinggi TNI telah berada di Ambon untuk menyaksikan penenggelaman kapal esok hari. Seperti Pangarmatim Laksamana Muda TNI Arie H. Sembiring, Wakapuspen TNI Laksma FX Agus Susilo, Kadispenal Laksma Mahanan Simorangkir, dan juga Danlantamal IX Laksma TNI Aru Sukmono.

"(Penenggelam kapal) Dibakar dengan diledakkan, sama saja seperti yang sebelum-sebelumnya," tukas Eko.

Saat ditangkap, Kapal Century 7 membawa muatan 20 ton ikan curian, dan Century 4 mengangkut 43 ton. Jenisnya bermacam-macam mulai dari ikan layur hingga udang.

Pangkalan Utama TNI AL IX selaku penyidik kasus tersebut telah meminta penetapan pada Pengadilan Negeri (PN) Ambon untuk menenggelamkan kapal. Pada 18 Desember lalu, Ketua PN Ambon Kusnia Mukhlis mengeluarkan ketetapan izin penenggelaman 2 kapal itu dengan nomor surat penetapan 01/Pid.Prkn/2014/PN Ambon. Saat ini Kapal Century 7 dan Century 4 sudah berada di Dermaga Lantamal IX Ambon.(Detik)

Menko Maritim Intai Laut Indonesia Dari Udara dengan Tumpangi CN-235


Jakarta - Menteri Koordinator Maritim Indroyono Soesilo mengintai laut Indonesia dari udara. Hal itu dilakukannya saat menumpangi CN 235 Intai Maritim dari Skadron 800 Penerbal.

"Pesawat Intai Maritim ini dilengkapi radar canggih sehingga mampu memantau semua pergerakan kapal yang legal maupun yang ilegal di laut," kata Indroyono melalui siaran pers kepada detikcom, Sabtu (20/12/2014).

Pesawat intai itu dibuat oleh anak bangsa, PT Dirgantara Indonesia. Pesawat dengan baling-baling itu dilengkapi sensor Forward Looking Infrared, kamera udara, system down-link dan up-link radar.

Indroyono melakukan pengintaian bersama Satuan Wing Udara 2 dan Wing Udara 3 Penerbangan TNI AL (Penerbal), Sabtu (20/12/2014). Pesawat intai itu sudah memiliki peralatan canggih untuk mengamankan sumberdaya laut perairan Indonesia.

Kapal yang legal terpantai melalui sistem automatic identification system (AIS) dan vessel monitoring system (VMS) yang terpancar dari masing-masing kapal. Sedangkan kapal ilegal tidak memancarkan AIS dan VMS.

"Sehingga daoat diidentifikasi melalui pemantauan langsung dan dilaporkan ke pusat komando guna diambil tindakan," ujar Indroyono.

Saat operasi patroli maritim ini berlangsung, Indroyono dan CN 235 berhasil memantau kapal kontainer, kapal tanker, kapal tongkang batubara serta kapal ikan yang semuanya legal. Radar juga memantau berbagai anjungan minyak yang ada di laut Jawa.

Dengan terbitnya Perpres No 178 Tahun 2014 tentang Badan Keamanan Laut (Bakamla), maka seluruh sarana monitoring, control dan surveillance (MCS) akan diintegrasikan. Sarana itu dimiliki oleh radar pantai Ditjen Perhubungan Laut, TNI AL, Polri dan VMS milik Kementerian Kelautan dan Perikanan.

"Segera diintegrasikan sehingga cakupan pemantauan laut Indonesia menjadi padu dan luas," tutup Indroyono.(Detik)

Kapal perang Indonesia dan Malaysia ini punya nama yang sama


Lucu, Kapal perang Indonesia dan Malaysia ini punya nama sama
KRI Todak-KD Todak. 

Nama KRI Todak sering disebut akhir-akhir ini. Dia ikut bertugas dalam misi memburu kapal asing dan menenggelamkan kapal pencuri ikan dari Vietnam di Natuna beberapa minggu lalu.

Sebelumnya KRI Todak juga beberapa kali menangkap kapal pencuri ikan dan kapal ikan yang menggunakan pukat harimau. Dia juga terlibat mencari pesawat Malaysia Airlines MH370 yang sempat diduga jatuh di perairan Indonesia.

Ada fakta menarik soal kapal perang milik TNI Angkatan Laut dan Tentara Laut Diraja Malaysia (TLDM). Kedua negara punya kapal perang bernama sama.

Kapal perang itu adalah Kapal Republik Indonesia (KRI) Todak bernomor lambung 361 dan Kapal Diraja (KD) Todak bernomor 3506.

Nama Todak diambil dari nama ikan galak dengan mulut seperti pedang. Ikan ini sering juga disebut ikan cucut.

KRI Todak merupakan kapal patroli cepat buatan dalam negeri. Kapal jenis FPB-57 Nav V ini diproduksi tahun 1999 dan mulai masuk jajaran TNI AL setahun setelahnya. Kini KRI Todak bertugas Komando Armada Barat TNI AL.

Selain KRI Todak 631, TNI AL memiliki beberapa kapal sejenis seperti KRI Lemadang 632, KRI Hiu 634, dan KRI Layang 635.

KRI Todak memiliki bobot pada muatan penuh 445 ton. Berdimensi 58,10 meter x 7,62 meter x 2,85 meter. Ditenagai oleh 2 mesin diesel yang sanggup mendorong kapal hingga kecepatan 30 knot.

Kapal ini punya 2 rudal permukaan-ke-permukaan C 802, buatan China dengan jangkauan maksimal sekitar 130 Km.

Selain 2 rudal, KRI Todak juga punya 1 Meriam Bofors SAK 40/70 berkaliber 40 mm dengan kecepatan tembakan 300 rpm dan 2 kanon Penangkis Serangan Udara Rheinmetall kaliber 20 mm dengan kecepatan tembakan 1000 rpm. Jangkauannya bisa mencapai 2 Km untuk target udara.(Merdeka.com)

Angaran Rp 4,5 Triliun untuk Kembangkan Satelit Inderaja

 
Ilustrasi satelit Palapa
Ilustrasi satelit Palapa

JAKARTA — Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional menargetkan mampu membuat satelit penginderaan jauh nasional pada 2019. Demi mewujudkannya dibutuhkan anggaran sekitar Rp 4,5 triliun, selain sumber daya manusia yang belajar di negara lain.

Kepala Pusat Kerja Sama Internasional Kementerian Komunikasi dan Informatika Ikhsan Baidirus mengatakan, Indonesia harus menguasai teknologi pembuatan satelit dengan cara apa pun. Sebab, tak akan ada negara yang sukarela berbagi teknologinya kepada negara lain.

”Jangan dianggap boros karena untuk mewujudkan kemandirian bangsa (dalam pengembangan teknologi antariksa),” kata Kepala Lapan Thomas Djamaluddin di sela-sela diskusi penyusunan rencana induk keantariksaan oleh Dewan Penerbangan dan Antariksa Nasional di Jakarta, Rabu (10/12/2014).

Perkiraan kasar kebutuhan dana pembuatan satelit penginderaan jauh (inderaja) itu, kata Thomas, memang sangat besar. Apalagi jika dibandingkan anggaran Lapan sebagai lembaga riset dan rekayasa teknologi dirgantara dan antariksa Indonesia yang Rp 650 miliar setahun.

Jika dibandingkan harga pembelian BRI Sat, satelit milik Bank Rakyat Indonesia, sebesar Rp 2,5 triliun, anggaran itu realistis. Terlebih lagi pembuatan satelit inderaja nasional akan menjadi batu loncatan untuk membuat satelit telekomunikasi sendiri.
Dua satelit

Dana sebesar itu untuk membangun dua satelit yang masing- masing perlu Rp 1,5 triliun. Sisanya untuk pengembangan fasilitas pendukung, seperti sarana uji dan ruang steril.

Satelit tersebut akan diluncurkan menggunakan roket peluncur negara lain, seperti India, Tiongkok, atau Jepang. Lapan memang sedang mengembangkan roket peluncur satelit sendiri, tetapi masih tahap awal serta terkendala laboratorium dan kepakaran.

Menurut Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir, anggaran riset yang disediakan pemerintah disusun berdasarkan capaian hasil riset, bukan aktivitas riset yang dilakukan. Dana yang dikeluarkan juga akan ditinjau berdasarkan manfaat untuk masyarakat.

Menurut rencana, satelit inderaja digunakan untuk mendukung penyediaan peta dasar tata ruang Indonesia. Selama ini, peta inderaja Indonesia dengan berbagai tingkat resolusi diperoleh menggunakan satelit asing milik Amerika Serikat, Jepang, dan Perancis.
”Program kemaritiman pemerintah pun butuh data satelit inderaja,” kata Thomas.
 
Selain keperluan tata ruang, pemantauan kapal-kapal, termasuk kapal penangkap ikan di perairan Indonesia, juga bisa menggunakan satelit yang dilengkapi sistem identifikasi otomatis (automatic identification system/ AIS). Sistem itu akan menangkap sinyal yang dipancarkan kapal-kapal dengan bobot lebih dari 300 gros ton.

Kepala Pusat Teknologi Satelit Lapan Suhermanto mengatakan, perangkat AIS sebenarnya sudah ada di pelabuhan. Namun, akibat persoalan lengkung bumi, AIS hanya mampu menangkap sinyal kapal dalam jarak 50 kilometer. ”Jika AIS ditempatkan di satelit bisa menerima sinyal kapal dalam radius 200 km,” katanya.

Satelit Lapan A2 yang menurut rencana diluncurkan Juni-Agustus 2015 akan dilengkapi sistem AIS. (KOMPAS.com)

Kuasai Yong Moo Do Bila Mau Naik Pangkat

 
image
Balikpapan – Kemahiran dalam beladiri Yong Moo Do menjadi salah satu ukuran bagi kenaikan pangkat seorang serdadu di lingkungan TNI Angkatan Darat. Serdadu yang telah menyandang sabuk hitam, setidaknya Dan I, memiliki peluang besar naik pangkat.

Kemahiran beladiri Yong Moo Do ini melengkapi syarat utama lain seperti menembak dan olahraga berenang.

“Tiap anggota yang menguasai Yong Moo Do, pada 1 April depan (2015), akan ada kenaikan Dan I. Penguasaan Yong Moo Do menjadi salah satu penilaian bagi kenaikan pangkat anggota. Ini kebijakan (panglima),” kata Nam Deok Hoo (Mr Nam), pelatih Yong Moo Do, pemegang sabuk hitam Dan IV.

image
“Beladiri ini keras. Yang keras-keras itu memang cocok dengan tentara,” kata Wakil Kepala Staf AD Letnan Jenderal TNI M Munir.

Kendati beladiri keras, perkembangnya ternyata menggembirakan. Masyarakat menerima kehadiran beladiri ini. Sejumlah pengurus daerah pun terus terbentuk di berbagai provinsi, di antaranya Nanggroe Aceh Darussalam, DKI Jakarta, Kaltim, Kaltara, Kalsel, Sulsel, hingga Papua.

Petarung Yong Moo Do dari delapan daerah di Indonesia itu kini tengah meramaikan Kejuaraan Nasional Yong Moo Do memperebutkan Piala Kepala Staf Angkatan Darat di Doom BSCC Balikpapan Kalimantan Timur, 17-18 Desember 2014. Lebih dari 450 atlet yang semuanya adalah serdadu turun ke ajang ini. Wakasad Letjen TNI M Munir membuka Kejurnas ini.
image
Beladiri tangan kosong ini telah menjadi beladiri wajib di TNI Angkatan Darat sejak 2008. Beladiri ini pertama kali diperkenalkan saat perayaan HUT TNI pada 2008 silam.

Tidak seperti beladiri Korea, Tae Kwon Do, yang lebih banyak dikenal, Yong Moo Do tidak hanya mengandalkan tendangan. Gerakan dan aksi dalam Yong Moo Do juga memadukan tinju, bantingan, kuncian hingga piting. Perpaduan ini dilatari gerakan dalam Tae Kwon Do, Judo, Kendo dan beladiri tradisional Korea Hankido dan Ssireum, beladiri bantingan ala gulat.

“Beladiri ini memiliki materi lengkap seperti pukulan, tendangan dan kuncian. Beladiri ini membutuhkan badan kuat juga. Ketika TNI melihat ini, maka dirasa cocok untuk tentara,” kata Nam.
Yong Moo Do berkembang pesat di Korea sejak 10 tahun silam. Masuk ke Indonesia dibawa TNI tahun 2008 dan pertama diperkenalkan pada HUT TNI saat itu. Sejak itu, Yong Moo Do menjadi beladiri wajib bagi TNI AD. (Kompas.com).

Menunggu Pembelian Chinook dan S-300 TNI

 
Model helikopter Chinook dengan camo TNI AD yang dipamerkan di Monas 12/12/2014 (all photos: Telik Sandi).
Model helikopter Chinook dengan camo TNI AD yang dipamerkan di Monas 12/12/2014 

Jakarta - Pameran alusista TNI AD 2014 yang bertepatan dengan Hari Juang Kartika, digelar di Monas sejak 12/12/2014. Ada beberapa informasi yang bisa saya korek dari anggota berbagai kesatuan yang hadir dalam acara ini.

Sebut saja dari KOSTRAD, KOPASSUS, Arhanud AD, Persenjataan Infanteri dan lainnya. Ada beberapa kabar menarik termasuk pembelian helicopter chinook yang telah dalam bentuk MoU dan tinggal menungu pengirimannya saja.

Lalu untuk helikopter Apache AH 46D akan datang paling cepat tahun 2015-2016 sebanyak 8 unit ditambah 4 unit Apache versi terbaru. Informasinya helikopter serang ini telah dibayar lunas.
Saat ini ada beberapa pilot dan calon pilot sedang dikirim untuk belajar mengunakan ke dua helikopter tersebut, termasuk puluhan crew darat yang sedang “belajar” untuk perawatan dan perbaikan mesin.

Yang paling heboh saya bilang adalah divisi arhanud AD. Jika tidak ada halangan mungkin S-300 PMU Rusia atau yang dari india dengan Brahmosnya akan masuk dalam daftar belanja MEF II. Hal ini diungkapkan seorang anggota TNI, karena sudah ada pembicaraan ke arah sana dan sisanya yang menentukan adalah pemerintah.

Untuk ke depannya alusista diutamakan dari produksi dalam negeri, terutama R-HAN dan RX yang akan menjadi sumber utama kebutuhan alusista untuk masa depan. “Kita ada pembicaraan dengan Rusia dan India untuk rudal jarak menengah dengan jarak 100-300km lebih”, ungkap seorang anggota yang saya tanya. Namun dia enggan namanya disebutkan.

Dan berikut photo ketika panglima TNI Jenderal Moeldoko berkunjung ke stand Brahmos India pada saat pameran Indodefence 2014. Mungkin ini ada hubungan dengan rencana pembelian Brahmos India.
Panglima TNI mengunjungi stand Brahmos di Indodefence 2014 (all photos: Telik Sandi)
Panglima TNI mengunjungi stand Brahmos di Indodefence 2014 (all photos: Telik Sandi)
Photo photo pameran alusista TNI AD 2014 di Monas, Jakarta. By Telik Sandi:
image
All photos by Telik Sandi
image
image
image
image
All photos by Telik Sandi
image
image
image
image
image
image
image
image
image
All photos by Telik Sandi
image
image
image
image
image
image
image
image
image
image
image
image
image
image
image
image
All photos by Telik Sandi
image
All photos: Telik Sandi
image
image
(JKGR)