Pages

Monday 10 February 2014

Ramai-Ramai Bikin Pesawat Tanpa Awak

http://images.detik.com/content/2014/02/10/4/171821_yilongchengdupterodactyl.jpg
Yi Long, pesawat tanpa awak buatan China.
Jakarta:Lembaga International Institute for Strategic Studies (IISS) dalam laporan tahunannya bertajuk The Military Balance, tak hanya mendapati tren penurunan anggaran militer di antara negara-negara barat. Lembaga itu juga menyebutkan adanya tren baru di jagad militer dunia, yakni pengembangan atau pemakaian pesawat tanpa awak (drone).

Pesawat ini disebut juga unmanned aerial vehicles (UAV). Pesawat jenis ini masih eksklusif dipakai oleh militer untuk keperluan pengintaian, intelijen, pengawasan, sampai serangan mematikan. Negara pembuat pesawat tanpa awak yang terkenal adalah Amerika Serikat dan Israel.

Amerika Serikat sukses memakai pesawat tanpa awak dalam sejumlah serangan melawan kelompok teroris. Kabarnya, serangan AS telah menewaskan lebih dari 50 petinggi Al Qaidah dan Taliban. Tapi kabar buruknya, menurut Biro Jurnalisme Investigasi, serangan pesawat-pesawat tanpa awak AS telah menewaskan 2.629 sampai 3.461 orang di Pakistan dan sebanyak 475-891 orang di antaranya adalah rakyat sipil.

Inilah yang kemudian memicu perdebatan soal etika dan hukum penggunaan pesawat tanpa awak untuk membunuh orang. Tapi penggunaan pesawat tanpa awak memang menawarkan banyak keuntungan: mata yang 'mahatahu', operasi presisi, plus risiko kecil. Nilai pesawat dan operasinya pun jauh lebih murah ketimbang serangan udara dengan pesawat jet tempur.

Sejumlah negara kini sudah mengembangkan pesawatnya sendiri. Inggris misalnya, mengembangkan Taranis melalui sebuah proyek senilai 185 juta poundsterling. Pada pekan lalu, muncul berita bahwa Inggris sukses menguji pesawat itu di kawasan gurun Australia.

Taranis dikembangkan oleh BAE Systems, Rolls-Royce, GE Aviation, dan QinetiQ. Mereka bekerjasama dengan pihak militer Inggris. Purwarupa Taranis pernah dipamerkan oleh BAE pada 2010. Setelah itu, beritanya bak hilang ditelan bumi.

China malah sudah lama mengembangkan pesawat tanpa awak untuk keperluan militer. Variasinya banyak, mulai dari yang ringan sampai yang bisa mengangkut rudal, persis Predator buatan AS. China juga sedang mengembangkan pesawat tanpa awak yang memiliki kemampuan siluman yang diberi nama atau Dark Sword.

Tren di jagad pertahanan melebar ke dunia sipil. Pakar kemiliteran udara IISS, Doug Barrie, mengatakan penggunaan pesawat tanpa awak saat ini semakin luas.

Penggunaan pesawat tanpa awak untuk keperluan nonmiliter meluas sejak Federal Aviation Administration (FAA) Amerika Serikat menyetujui penggunaan pesawat tanpa awak oleh polisi dan lembaga pemerintahan. Mereka telah mengeluarkan 1.400 izin.

Di luar militer dan pemerintahan, pengembangan pesawat tanpa awak juga dilakukan publik secara luas. Pesawat-pesawat mereka lebih kecil dan modalnya kecil. Dengan duit US$ 500 saja sudah bisa memiliki pesawat semacam itu.

Penggunaannya macam-macam. Dari pengawasan properti pribadi, sampai pencegahan pencurian. Tapi untuk terbang lebih jauh ke angkasa, sepertinya masih butuh waktu lama. Eropa baru membuka langitnya untuk penerbangan pesawat tanpa awak segala jenis pada 2016. Di Amerika Serikat, pesawat tanpa awak segala jenis bisa diterbangkan mulai 2015. 

detik