Jakarta  - "Bagi bangsa Indonesia, perang merupakan jalan terakhir yang harus ditempuh, namun menyiapkan diri untuk siap perang, adalah langkah yang cerdas untuk menjamin situasi damai," begitulah Kepala Staf TNI AU, Marsekal TNI IB Putu Dunia, pernah menyatakan tentang jajaran matra udara TNI itu.

Rabu besok (9/4), TNI AU akan memperingati hari jadinya yang ke-68 dalam satu upacara militer sederhana yang dipusatkan di pelataran apron Skuadron Udara 2 dan Skuadron Udara VIP 17, Pangkalan Udara Utama Halim Perdanakusuma, Jakarta.

Peringatan kali ini cukup berbeda ketimbang yang pernah terjadi, karena bertepatan dengan hari Pemilu Legislatif 2014, yang ditetapkan sebagai hari libur nasional. Hanya ada parade dan defile pasukan TNI AU dari berbagai kesatuan.

Namun bukan itu penyebab upacara ini menjadi lebih sederhana ketimbang yang selama ini terjadi, melainkan karena TNI AU ingin tetap sederhana di tengah kesiapannya membenahi diri seiring kedatangan banyak arsenal baru.

Civis Pacem Parabellum, bersiaplah perang jika ingin damai, satu ungkapan klasik dalam bahasa Latin yang kerap relevan pada segala jaman. Ini sering menjadi "panduan" doktrin pertahanan banyak negara dalam segala jaman. Dengan begitu, pernyataan Dunia bermakna sangat dalam.

Dalam kurun waktu 10 tahun ke depan, kata Kepala Dinas TNI AU, Marsekal Pertama TNI Hadi Tjahjanto, tantangan yang dihadapi TNI AU makin berat. Kemajuan teknologi semakin pesat, dan peran kekuatan udara dalam perang modern semakin diperlukan.

Untuk itu profesionalitas, soliditas dan sinergitas diperlukan untuk menghadapi tantangan tersebut dan TNI AU siap menjaga stabilitas nasional, kedaulatan serta keutuhan Indonesia.
 
"Apabila diukur dengan kekuatan dan kemampuannya dalam mempertahankan wilayah, TNI AU mempunyai sejarah panjang dalam menjaga wilayah dirgantara. Minimum Essensial Force merupakan kebijakan yang tepat diambil TNI AU," kata dia.

Seiring dinamika pembangunan nasional dan perkembangan lingkungan strategis. Diharapkan melalui pelaksanaan Perencanaan Strategis Lima Tahunan, pertumbuhan dan perkembangan TNI AU ke depan mampu mewujudkan kekuatan itu.

Tahun 2014 merupakan tahun persenjataan dan peralatan perang TNI, termasuk TNI AU. Pembangunan kekuatan udara dalam rencana strategis 2010-2014, melalui memodernisasi arsenal, berupa penambahan enam unit baru Sukhoi Su-27/30MKI Flanker, dan 24 unit F-16 Blok 25 Fighting Falcon hibah Garda Udara Cadangan Amerika Serikat.

Termasuk 16 unit EMB-314 Super Tucano, 16 unit baru latih tempur Korea T-50i Golden Eagle dari Korea Selatan (Indonesia pemakai pertama di luar Korea Selatan), sembilan unit pesawat angkut CN-295 dan dua unit CN-235.

Masih ditambah satu unit Cassa C-212 Aviocar, dan tiga unit helikopter NAS-332 Super Puma plus enam unit helikopter tempur/SAR EC-725 Cougar dari Aerospatiale, Prancis. Kehadiran pesawat angkut berat multi guna C-130 Hercules sangat vital, karena itulah tawaran hibah sembilan unit C-130 Hercules dari Angkatan Udara Australia tidak ditolak. Beberapa telah datang.

Untuk menyiapkan penerbang, TNI AU juga telah mengganti jenis pesawat latih T-34 C Mentor Charlie dan AS-202 Bravo dengan pesawat generasi baru Grob G-120 TP dari Jerman. 

Sebelumnya juga telah menerima pengoperasian pesawat latih KT-1B Wong Bee dari Korea yang telah digunakan untuk Tim Aerobatik Jupiter” sebanyak satu skadron yang telah mengukir prestasi di beberapa airshow internasional.

Selain itu, di tahun ini TNI AU juga akan menambah armada pesawat terbang tanpa awak (UAV)  untuk operasi pemantauan perbatasan yang dipusatkan di Pangkalan Udara TNI AU Supadio, Pontianak.

Dalam sebuah sistem pertahanan, dibutuhkan pertahanan berlapis yang menurut teori terdiri dari, radar, peluru kendali, pesawat tempur sergap dan meriam penangkis serangan udara dan TNI AU telah menambah tiga baterai/enam unit penembakan anti serangan udara buatan Rheinmetall Air Defence Switzerland untuk satuan-satuan Korps Pasukan Khas TNI AU.

Juga ditempatkan beberapa radar di kawasan timur Indonesia untuk menutup dan memonitor pergerakan pesawat asing yang terbang melintas tanpa ijin. Keperluan lain yang tidak kalah pentingnya adalah pengadaan peluru kendali tambahan sebagai daya penggentar terhadap kekuatan negara asing yang ingin memasuki wilayah udara nasional Indonesia.

Seiring dengan pesta demokrasi yang tengah digelar tahun ini maka TNI AU juga akan memberi penampilan terbaiknya kepada rakyat Indonesia, sebagai bentuk kesiapan mereka mengawal Indonesia.