Pages

Tuesday 3 June 2014

SBY Minta Jenderal Aktif yang Ingin Berpolitik Mengundurkan Diri

Susilo Bambang Yudhoyono


JAKARTA-- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta agar perwira tinggi TNI/Polri yang ingin terjun ke dunia politik untuk mengajukan pengunduran diri. Menurut Presiden, itulah cara yang paling demokratis dan merupakan cara yang pernah dilakukannya dan para jenderal lain yang memilih berkarier di dunia politik.

Presiden sudah mendapatkan informasi adanya calon presiden yang berusaha menarik dukungan dari jenderal aktif.

"Lalu, kalau adik-adik saya bertanya kepada saya, kakak kalian bagaimana caranya mendapat cita-cita politik, ada jalannya. Kalau dari para perwira itu ingin jadi pemimpin politik, atau mendukung capres tertentu, maka ajukan pengunduran diri kepada atasan perwira kalian," ujar Presiden di hadapan 200 perwira tinggi TNI/Polri, Senin (2/6/2014).

Presiden mempersilakan Panglima TNI, Kepala Staf Angkatan Darat, Kepala Staf Angkatan Udara, dan Kepala Staf Angkatan Laut jika ingin mengajukan pengunduran diri dengan alasan akan berpolitik. Presiden menyatakan akan langsung mengabulkan surat pengunduran diri itu.

"Hampir pasti dikabulkan. Bahkan saya doakan agar sukses, karena Saudara-saudara adalah perwira terpilih yang potensial. Kalau dengan tidak di TNI dan Polri seperti saya dan Pak Djoko Suyanto, maka ruang gerak saudara ke politik akan terbuka," katanya.

Menurut Presiden, dengan mundur dari jabatan militer, rakyat akan bisa menilai secara lebih berimbang karena mereka tidak lagi mengandalkan kekuatan pasukan dan senjata untuk meraih posisi politik.

"Teman-teman sipil berat, jika bersaing dengan mereka yang punya kekuatan, militer, dan senjata yang tidak dalam tatanan demokrasi," ujarnya.

Pidato Presiden SBY selama sekitar satu jam itu menunjukkan kemarahannya secara eksplisit kepada perwira tinggi TNI/Polri yang hadir. Berkali-kali, Presiden menggelengkan kepalanya untuk menunjukkan kemarahannya itu terkait fenomena penarikan dukungan calon presiden dari kalangan jenderal aktif.

Presiden pun sempat terdiam beberapa saat. Dia lalu melihat ke arah para perwira tinggi di depannya. Bola matanya menelusuri secara saksama. Kepalanya pun dia gerakkan dari kanan ke kiri.

"Bahkan ditambahkan, tidak perlu mendengar presiden kalian. Kan itu presiden kapal karam, lebih baik cari presiden baru yang bersinar. Dalam negeri yang kita cintai, kata-kata ajakan seperti itu hanyalah sebuah godaan," lanjut Presiden.


Kompas