Pages

Monday 22 April 2013

Ini Kisah Bos Pindad Bangkitkan Industri Senjata RI


 
Direktur Utama Pindad Adik Soedarsono 
 
Bandung - Adik A. Soedarsono menjabat sebagai Direktur Utama PT Pindad (Persero) sejak tahun 2007. Di awal karirnya sebagai Dirut, pria lulusan S3 Engineering Management University of Missouri Amerika Serikat (AS) ini memprioritaskan membangun kepercayaan para pelanggan Pindad dengan menyelesaikan order-order yang telah diterima.

Saat itu, Pindad sedang mengembangkan Panser Anoa 6X6 pesanan Mantan Wakil Presiden, Jusuf Kalla (JK) untuk TNI. Setelah proses itu dilalui, akhirnya timbul kepercayaan terhadap keandalan pelayanan dan produk dari Pindad.

Kemudian berlanjut pada order senjata, amunisi dan kendaraan tempur yang terus melonjak. Apalagi dengan munculnya kebijakan Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 42 Tahun 2010 tentang prioritas pemenuhan industri pertahanan yang harus dipenuhi dari dalam negeri terlebih dahulu.

Setelah menerima banyak order, sekarang dirinya bersama jajaran manajemen tengah melakukan perbaikan tata kelola dan revitalisasi pabrik.

“Saya baru 2 tahun mau beresin pabrik. Bangun bangunan baru, mesin baru. Bagaimana mengendalikan material lebih tepat. Itu kan butuh waktu. Ini sedang running,” tutur Andik kepada detikFinance di Kantor Pusat Pindad, Jalan Gatot Subroto, Bandung, Jawa Barat, Rabu (17/4/2013).

Langkah ini dilakukan, agar Pindad, setelah ia berhenti menjadi Dirut, siap menjadi pemasok industri senjata dan kendaraan militer kelas dunia.

“Nanti saya akan bicara bagaimana mensuplai TNI AD, AD Singapura, AD Amerika. Itu sudah nggak mikiran bengkel. Bengkel apapun, itu pun siap. Sekarang belum karena masih ngelap-ngelap pabrik,” tambahnya.

Secara potensi, Pindad mampu membuat berbagai produk unggulan untuk keperluan militer dan non militer. Namun, potensi tersebut belum dipergunakan secara optimal. Adik juga menambahkan, pihaknya sekarang mengalami gap antara karyawan usia muda dan tua. Hal ini terjadi, pasca krisis ekonomi 1998 yang membuat penerimaan karyawan terhenti.

“Ini baru 3 tahun terakhir saya rekruit. Itu ada 11 tahun gap kekosongan. Pasca masa sulit abis krismon tahun 1998. Kita nggak rekrut sampai 2009. Itu baru rekruit,” tegasnya.

Dirut yang berasal dari PNS BPPT ini mengaku, mulai tahun ini, memberlakukan pembedaan sistem gaji dan bonus. Hal ini dilakukan untuk mendorong sekitar 4.000 karyawan Pindad agar bekerja lebih tekun dan inovatif.

“Kayak membedakan gaji, baru dimulai pada 2013. Dulu pukul rata saja,” terangnya.

Di 2013 ini, Pindad menargetkan bisa memperoleh order atau penjualan hingga mencapai Rp 2 triliun. Sekitar Rp 1,5 triliun, diroyeksikan disumbang dari TNI. Meskipun order yang diterima Pindad terbilang tinggi, potensi yang dimiliki Pindad jauh lebih besar.

Tim dari Pindad pun siap untuk diajak diskusi untuk pengembangan dan pemenuhan peralatan militer terbaru yang diperlukan TNI.

“Dengan Pindad melayani TNI saja bisa makmur. Kalau Polri kecil belanjanya,” tegasnya.

Sumber  detikFinance