Pages

Saturday 4 July 2015

Tidak Ada Lagi Alutsista Hibah, Harus Baru Semua

imageJakarta – Pasca jatuhnya pesawat Hercules C-130 milik TNI AU di Medan, Sumatera Utara pada
Selasa (30/6) lalu, Presiden Joko Widodo meminta untuk mengevaluasi alat utama sistem persenjataan (alutsista) TNI. Perintah ini telah disampaikan kepada calon Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo.

“Modernisasi alutsista, sudah jelas saya mendengar sendiri pada saat beliau wawancara di Mako Brimob, bahwa pesawat harus baru semuanya. Maksudnya bukan yang terbang harus baru semuanya, tetapi pengadaan harus baru semua,” ujar Jenderal Gatot saat ditemui wartawan usai bertemu dengan Presiden Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Jumat (3/7/2015).

Gatot mengatakan, Presiden Jokowi tidak ingin lagi alutsista bekas atau pemberian dari pihak lain (hibah). “Presiden bilang tidak ada (hibah), harus baru,” kata Gatot.

Tak hanya itu, intruksi Presiden Jokowi juga terkait pengembangan industri pertahanan dalam negeri. Tujuannya agar Indonesia tak lagi bergantung pada industri pertahanan asing.

“Karena industri pertahanan kita ini harus dibesarkan, sehingga kelak nanti kita tidak tergantung dengan cara sekarang ini kalau beli alat baru dengan transfer of technology. Jadi teknologi yang ada pelan-pelan diadopsi oleh kita,” terang Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) ini.

Sementara itu, terkait dengan perintah presiden agar zero accident pada alutsista TNI, Gatot mengatakan dirinya kini tengah melakukan evaluasi.

“Saya harus mengevaluasi. Jadi pesawat AU itu pasti sudah laik terbang, tapi kalau lihat kemarin kenapa bisa jatuh? Apa masalahnya? Nah ini kan harus kita evaluasi. Saya tidak bisa mengambil keputusan begitu saja,” kata Gatot.

Gatot juga mengatakan, ada batas usia pesawat untuk terbang. Dikatakan Gatot, setiap 50 jam terbang, pesawat Hercules harus mendapatkan perawatan serius.

“Tapi kalau pesawat itu sudah dikatakan terbang berarti sudah dilihat sparepartnya. Seperti Hercules setiap 50 jam terbang harus ada opname, dicek lagi. Setiap 3 tahun opname besar, 6 tahun keseluruhan,” jelas Jenderal Gatot. (Detik.com)