Pages

Wednesday 22 January 2014

Patroli Laut Perbatasan Australia Diintensifkan


Foto: Rabu, 22 Januari 2014

Patroli Laut Perbatasan
Australia Diintensifkan
Jakarta (MI) : Indonesia
meningkatkan patroli maritim di
perairan Indonesia, menyusul
aksi otoritas Australia yang
menghalau kapal pencari suaka
dari perairan Australia kembali
ke Indonesia, beberapa waktu
lalu.

“Indonesia… akan
mengintensifkan patroli maritim
di berbagai wilayah di mana
terjadi pelanggaran atas
kedaulatan dan integritas
tteritorialnya,“ demikian
pernyataan Menteri Koordinator
Politik dan Keamanan
Indonesia, sebagaimana dikutip
DW.com, pada pekan lalu.
Insiden pelanggaran teritori
dilakukan oleh Angkatan Laut
Australia, saat mereka
menghalau para pencari suaka,
akhir pekan lalu. Sebelumnya
pihak Australia telah meminta
maaf atas sejumlah insiden
terakhir di perairan Indonesia,
akibat kebijakan kontroversial
Australia yang mengusir paksa
kapal-kapal yang membawa
para pencari suaka, agar tidak
memasuki perairan Australia.

Terkait insiden itu, pemerintah
Indonesia juga menuntut
adanya klarifikasi diplomatik
resmi serta jaminan bahwa
berbagai insiden seperti itu
tidak akan terulang kembali.

Dalam peristiwa itu, pertama
kalinya Australia menggunakan
kapal penyelamat untuk
mengirim 56 pencari suaka ke
wilayah Indonesia.

Sementara itu, para pencari
suaka mengaku, mereka telah
ditipu oleh pihak Angkatan Laut
Australia yang mendepak
mereka ke Indonesia. Dalam
wawancara dengan Fairfax
Media, kelompok pencari suaka
dari Pakistan dan Bangladesh
itu menuturkan, mereka
berupaya untuk memasuki
Australia dengan menumpang
kapal kayu setelah transit di
Indonesia.

Seorang warga Pakistan Fazal
Qadir menceritakan, kapal yang
ditumpanginya berangkat dari
luar perairan Jawa pada 5
Januari 2014. "Setelah tiga hari
di laut, sebuah pesawat
Australia mengetahui
keberadaan kami dan saat itu
kapal sudah dalam kondisi
bocor. Kami merasa bahagia
ketika bertemu mereka (AL
Australia), kami mengira akan
diterima," ujar Qadir, seperti
dikutip Sydney Morning Herald,
Sabtu (18/1).

Mereka pun, menurut Qadir,
lantas dinaikkan ke kapal
perang Australia, HMAS Stuart,
dan bergerak menuju Pulau
Christmas. "Kami bergerak terus
mengelilingi Pulau Christmas.

Selama dua hari kami berada di
dalam kapal perang," lanjut
Qadir.

Namun setelah diinterogasi oleh
personel AL Australia, para
pencari suaka itu kemudian
dipindahkan ke kapal milik
imigrasi Australia. Dan mereka,,
sambung Qadir, berada di di
kapal tersebut hingga tiga hari.
Alih-alih dibawa berlabuh di
Pulau Christmas, Qadir
membeberkan, mereka justru
dipindahkan lagi ke kapal yang
diikat ke kapal imigrasi. Puluhan
pencari suaka itu, kata Qadir,
kemudian diberi dokumen yang
mengharuskan mereka kembali
ke Indonesia.

Indonesia sendiri telah
menurunkan hubungan
diplomatik dengan Australia
pada November 2013, termasuk
menunda kerjasama militer dan
intelijen serta terkait urusan
pencari suaka. Langkah itu
merupakan respons terhadap
dugaan penyadapan
percakapan telepon milik
Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono, ibu negara serta
sejumlah menteri, yang
dilakukan pihak Australia.

(Admin:RA/Sumber : INILAH)
Berbagi 1
Tidak ada komentar:
Jakarta : Indonesia  meningkatkan patroli maritim di perairan Indonesia, menyusul aksi otoritas Australia yang menghalau kapal pencari suaka dari perairan Australia kembali ke Indonesia, beberapa waktu lalu.

“Indonesia… akan mengintensifkan patroli maritim di berbagai wilayah di mana terjadi pelanggaran atas kedaulatan dan integritas tteritorialnya,“ demikian pernyataan Menteri Koordinator Politik dan Keamanan Indonesia, sebagaimana dikutip DW.com, pada pekan lalu. Insiden pelanggaran teritori dilakukan oleh Angkatan Laut Australia, saat mereka menghalau para pencari suaka, akhir pekan lalu. Sebelumnya pihak Australia telah meminta maaf atas sejumlah insiden terakhir di perairan Indonesia, akibat kebijakan kontroversial Australia yang mengusir paksa kapal-kapal yang membawa para pencari suaka, agar tidak memasuki perairan Australia.

Terkait insiden itu, pemerintah Indonesia juga menuntut adanya klarifikasi diplomatik resmi serta jaminan bahwa berbagai insiden seperti itu tidak akan terulang kembali.

Dalam peristiwa itu, pertama kalinya Australia menggunakan kapal penyelamat untuk mengirim 56 pencari suaka ke wilayah Indonesia.

Sementara itu, para pencari suaka mengaku, mereka telah ditipu oleh pihak Angkatan Laut Australia yang mendepak mereka ke Indonesia. Dalam wawancara dengan Fairfax Media, kelompok pencari suaka dari Pakistan dan Bangladesh itu menuturkan, mereka berupaya untuk memasuki Australia dengan menumpang kapal kayu setelah transit di Indonesia.

Seorang warga Pakistan Fazal Qadir menceritakan, kapal yang ditumpanginya berangkat dari luar perairan Jawa pada 5 Januari 2014. "Setelah tiga hari di laut, sebuah pesawat Australia mengetahui keberadaan kami dan saat itu kapal sudah dalam kondisi bocor. Kami merasa bahagia ketika bertemu mereka (AL Australia), kami mengira akan diterima," ujar Qadir, seperti dikutip Sydney Morning Herald, Sabtu (18/1).

Mereka pun, menurut Qadir, lantas dinaikkan ke kapal perang Australia, HMAS Stuart, dan bergerak menuju Pulau Christmas. "Kami bergerak terus mengelilingi Pulau Christmas.

Selama dua hari kami berada di dalam kapal perang," lanjut Qadir.

Namun setelah diinterogasi oleh personel AL Australia, para pencari suaka itu kemudian dipindahkan ke kapal milik imigrasi Australia. Dan mereka,, sambung Qadir, berada di di kapal tersebut hingga tiga hari. Alih-alih dibawa berlabuh di Pulau Christmas, Qadir membeberkan, mereka justru dipindahkan lagi ke kapal yang diikat ke kapal imigrasi. Puluhan pencari suaka itu, kata Qadir, kemudian diberi dokumen yang mengharuskan mereka kembali ke Indonesia.

Indonesia sendiri telah menurunkan hubungan diplomatik dengan Australia pada November 2013, termasuk menunda kerjasama militer dan intelijen serta terkait urusan pencari suaka. Langkah itu merupakan respons terhadap dugaan penyadapan percakapan telepon milik Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, ibu negara serta sejumlah menteri, yang dilakukan pihak Australia.

 INILAH