214 Prajurit berhasil melalui proses pendidikan panjang untuk menjadi salah satu anggota tim elite TNI Angkatan Darat, Komando Pasukan Khusus (Kopassus). Mereka berhasil melalui seluruh pendidikan komando, mulai dari kemampuan menembak, beladiri, fisik maupun penggunaan senjata tradisional hingga pendekatan dengan masyarakat.
Pendidikan komando yang dijalani seluruh prajurit ini dilakoni selama tujuh bulan yang masing-masing dibagi beberapa tahapan pelatihan selama 18 minggu. Tahap pertama, seluruh peserta dilepaskan di hutan dan pegunungan sebanyak dua kali selama enam minggu dan diakhiri tahap rawa laut selama empat minggu.
Meski sudah lulus pendidikan yang cukup melelahkan tersebut, Danjen Kopassus Mayjen TNI Doni Monardo meminta agar prajurit Komando Angkatan 97 tetap dekat dengan masyarakat. Titah tersebut merupakan pesan-pesan yang selalu ditekankan Panglima Besar Jenderal Soedirman.
"Tentara bukan merupakan suatu golongan di luar masyarakat, bukan suatu kasta yang berdiri di atas masyarakat, tentara tidak lain dan tidak lebih dari satu bagian masyarakat yang mempunyai kewajiban tertentu," tegas Doni dalam upacara penutupan pendidikan di Pantai Permisan, Cilacap, Jawa Tengah, Sabtu (28/2).
Doni menambahkan lulusan pendidikan Kopassus ini tidak mengistimewakan dirinya saat berada di tengah masyarakat. Pembeda antara prajurit dengan warga hanya tugas dan tanggung jawabnya dalam menjaga kedaulatan negara.
"Prajurit Kopassus yang berasal dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat harus senantiasa dekat dan berjuang bersama-sama dengan masyarakat pada umumnya," tegasnya.
Pendidikan Komando Angkatan 97 ini semula diikuti 251 personel, namun hanya 214 prajurit yang lolos. 37 Peserta yang gagal tersebut gagal melalui tes kesehatan. Dari seluruh peserta, Letda Inf Madsoni Masturi lulusan Akademi Militer 2013 menjadi lulusan terbaik dan berhak mendapatkan sangkur perak.(Merdeka)