Pages

Saturday, 17 November 2012

PBB Minta Indonesia Kirim Pasukan Perdamaian Ke Suriah



NEW YORK-(IDB) : Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) meminta Indonesia mengirim pasukan penjaga perdamaian ke Suriah, jika Dewan Keamanan (DK) PBB menyetujui pembentukan pasukan internasional ke negara bergolak itu, kata anggota Komisi I DPR RI, Hayono Isman.

Permintaan tersebut disampaikan Kepala Penjaga Perdamaian PBB (DPKO), Herve Ladsous, ketika melakukan pertemuan dengan delegasi Komisi I DPR RI di Markas Besar PBB, New York.

"Oleh karena itu, kita akan bersiap-siap untuk kemungkinan pengiriman pasukan perdamaian Indonesia ke Suriah. Mengenai berapa jumlah personel, itu nanti tergantung Dewan Keamanan," kata Hayono kepada ANTARA News, Rabu waktu setempat, seusai mengunjungi masyarakat Indonesia di New York yang terkena dampak Badai Sandy 29 Oktober 2012.

Media internasional, yang mengutip para diplomat pada akhir Oktober lalu, melaporkan bahwa Herve Ladsous mengisyaratkan pihaknya dapat menyediakan pasukan perdamaian ke Suriah dengan kekuatan hingga 3.000 personel, yang siap digelar untuk mendukung gencatan senjata di antara pihak-pihak yang bertikai.

Namun demikian, DK PBB dengan 15 anggotanya harus setuju untuk penggelaran pasukan itu di Suriah.

Namun, DK-PBB sejauh ini belum memiliki kesatuan pendapat dalam menyikapi konflik Suriah.

Resolusi DK PBB yang dirancang untuk mengancam pemberian sanksi bagi pemerintah Presiden Bashar Al Assad telah diveto oleh dua anggota tetap, yaitu China dan Rusia.

Selain mengharapkan kontribusi pasukan Indonesia untuk ke Suriah, kata Hayono, Ladsous juga mengharapkan bahwa  Indonesia dapat menyediakan 1.500 polisi perempuan untuk bergabung dengan pasukan perdamaian PBB di Darfur.

"Kita belum tahu dapat menyediakan berapa banyak personel. Yang pasti, polisi perempuan ini dibutuhkan untuk lebih menangani situasi perempuan yang rentan terhadap kekerasan," ujar Hayono.

Dalam pertemuan dengan Ladsous, ia mengemukakan, pasukan perdamaian Indonesia dipuji sebagai pasukan terbaik.

"Pasukan kita dinilai tidak mempunyai cacat apapun, baik dalam hal pelaksanaan tugas maupun operasional dan administratif. Tidak heran kalau kita kerap diminta untuk menyumbang pasukan," ujar Hayono.

Indonesia saat ini berada di urutan-15 negara terbesar dalam hal pengirim pasukan penjaga perdamaian PBB.

Menurut catatan Perutusan Tetap RI untuk PBB di New York, pasukan Indonesia sejumlah 1.993 personil saat ini tersebar di tujuh misi perdamaian PBB, termasuk di UNIFIL (Lebanon)
1.455 orang, UNAMID (Darfur) 140 orang, MONUSCO (Kongo) 175 orang, MINUSTAH (Haiti) 167 orang dan UNMISS (Sudan Selatan) sembilan orang.

Selain itu, pasukan Indonesia juga bertugas di UNISFA (Abyei-Sudan) dan UNMIL (Liberia).

Belum lama ini, Indonesia juga diminta DPKO memberikan kontribusi berupa tiga helikopter M-17 beserta 120 personil dan 1 batalion infantri beranggotakan 800 personil untuk ditempatkan di Kongo bersama MONUSCO, yang diharapkan PBB sudah dapat dikirim pada Maret 2013.

Hayono Isman merupakan ketua delegasi Komisi I DPR-RI yang melakukan kunjungan kerja ke New York pada 12-15 November.

Delegasi beranggotakan sembilan orang itu telah mengadakan serangkaian pertemuan dengan para pejabat tinggi dan badan PBB, termasuk Sekretaris Jenderal Ban Ki-moon, Presiden Majelis Umum PBB ke-67, Vuk Jeremic, Kepala DPKO Herve Ladsous, Office for Coordination of Humanitarian Affairs (OCHA) dan Central Emergency Relief Fund (CERF), UNDP, UN Department of Peace Keeping Operations (UNDPKO), serta UN Department of Field Service (UNDFS).

Adapun delapan anggota Komisi I lainnya terdiri dari Enggartiasto Lukita, Roy Suryo, Meutya Hafid, Adjeng Ratna Suminar, Achmad Daeng Se're, Muhammad Idris Lutfi, Mirwan Amir dan Sayed Mustafa Usab.

Komisi I DPR RI juga memanfaatkan kunjungan mereka untuk mengunjungi WNI di New York yang terkena Badai Sandy, serta mengadakan rapat dengar pendapat dengan Wakil Tetap Perutusan Tetap RI untuk PBB di New York dan Konsul Jenderal RI di New York menyangkut pengawasan dan anggaran.


Sumber : Antara

Kehadiran Tank Leopard Doktrin Pertahanan Harus Disesuaikan


MBT Leopard Revolution yang dipesan pemerintah Indonesia dipamerkan di Indo Defense 2012. (Foto: Berita HanKam)

17 November 2012, Jakarta: Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, mengatakan, doktrin pertahanan TNI tetap akan difokuskan untuk menjaga dan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia, meskipun TNI AD kini sudah diperkuat tank tempur utama berkemampuan ofensif Leopard.

“Doktrinnya untuk menjaga kedaulatan negara kita ini. Soal penempatan tank Leopard, nanti akan diserahkan kepada TNI AD dengan tetap berkoordinasi dengan Kemhan,” kata Purnomo, Selasa, saat ditanya soal rencana penempatan tank-tank tempur canggih itu.

Menhan mengatakan, saat ini baru dua tank yang datang untuk dipamerkan di Indo Defence yang akan dibuka Rabu (7/11/2012) di Jakarta International Expo, Kemayoran. “Kedatangan tank Leopard akan membuat tank kita menjadi komplit,” ujarnya.

Pengamat militer dari Universitas Indonesia Andi Widjajanto sebelumnya mengatakan sudah saatnya Indonesia merumuskan ulang doktrin pertahanannya. Untuk kedatangan Leopard itu, Indonesia belum memiliki doktrin untuk tank berat. “Selama ini kita menggunakan doktrin infanteri. Tank hanya digunakan untuk membantu pasukan infanteri,” katanya. Doktrin kavaleri berat, kata dia, yang bisa bertempur mandiri juga harus dibentuk. Dengan rencana pembelian helikopter serang Apache, pemerintah juga harus mengubah doktrin.

Menurut Andi, saat ini tinggal Angkatan Darat yang belum memperkuat doktrin, sementara Angkatan Laut dan Udara dinilai sudah mapan dalam pembentukan doktrin. Kemudian, Kemhan juga harus mengembangkan doktrin gabungan ketiga matra agar senjata masing-masing angkatan bisa dikerahkan dalam operasi militer gabungan. “Senjata masing-masing angkatan itu harus bisa dikerahkan dalam satu operasi militer gabungan,” katanya.

Seperti diketahui, Indonesia sudah merevisi dua kali doktrin pertahanannya. Pertama saat era reformasi dimulai dan terakhir pada 2007. “Sekarang sedang direvisi. diharapkan segera diluncurkan karena revisinya sudah selesai,” kata Andi. Setelah revisi doktrin pertahanan selesai barulah dilakukan revisi doktrin angkatan dan diperkirakan semua doktrin selesai pada 2014 mendatang.

Sumber: Solo Pos

HLC Percepat Modernisasi Peralatan Perang


Astros II dipamerkan di Indo Defense 2012. (Foto: Berita HanKam)

17 November 2012, Sao Paulo: Kondisi alat utama sistem persenjataan yang dimiliki Tentara Nasional Indonesia sudah tak layak lagi. Jika dibandingkan dengan peralatan perang yang dimiliki negara tetangga, kemampuan dan kelengkapan alutsista TNI jauh di bawah mereka. Menghadapi kondisi tersebut High Level Committee pun dibentuk sebagai pendorong pengadaan alutsista TNI.

“HLC itu untuk mempercepat proses modernisasi persenjataan TNI,” ujar Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin yang juga Ketua HLC kepada wartawan KOMPAS M Subhan SD di Sao Paulo, Brasil, Rabu (14/11) malam waktu setempat atau Kamis (15/11) pagi waktu Indonesia.

HLC terbentuk setelah serangkaian rapat kabinet bidang politik, hukum, dan keamanan sepanjang 2011 yang membahas pengadaan alutsista. Cara kerja HLC berupaya mempercepat pengadaan alutsista prioritas, yaitu akselerasi, paralelisasi (pengadaan dan pembiayaan), integrasi (Kementerian Pertahanan dan TNI), koordinasi, dan inspeksi (kunjungan ke produsen).

Dalam kaitan itu, pekan ini Sjafrie bersama rombongan berkunjung ke Brasil, yakni ke Avibras (produsen roket) dan Embraer (produsen pesawat Super Tucano). Sjafrie bersama rombongan melihat dan berdiskusi langsung dengan para produsen alutsista itu tanpa perantara.

Menurut Kepala Badan Sarana Pertahanan Kemhan Mayjen TNI Ediwan Prabowo, pembelian roket tersebut diharapkan terwujud pada 2013. Adapun pesawat Super Tucano 2013. Adapun masih ada delapan unit lagi yang ditunggu dari 16 unit yang dibeli.

Kekuatan pertahanan

Dengan pembelian roket itu ujar Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo, kekuatan TNI bisa menyamai kekuatan pertahanan negara-negara lain.

“Indonesia sudah lama tidak punya satuan roket seperti digunakan Brasil. Pembelian (roket) dari Avibras ini untuk melengkapi alutsista kita,” kata Edhie. Apalagi, tambah Edhie, kemampuan roket tersebut bisa dikembangkan daya tembaknya dari 95 kilometer menjadi 300 km.

Memang sampai saat ini hampir semua alutsista TNI merupakan pembelian masa lalu sehingga usianya sudah sangat tua sebagai ukuran peralatan perang. Pada masa lalu, kekuatan perang Indonesia sangat dominan dan ditakuti terutama di kawasan Asia Tenggara.

Namun, saat ini kondisi justru tertinggal dari negara-negara tetangga di kawasan tersebut. Misalnya saja tahun ini pesawat TNI AU beberapa kali jatuh pada saat latihan seperti di Halim, Jakarta, dan Pekanbaru, Riau.

Dalam rapat-rapat cabinet bidang politik, hokum, dan keamanan tahun 2011 yang membahas alutsista, pemerintah memutuskan bahwa pemenuhan kebutuhan alutsista TNI diarahkan untuk mencapai kekuatan dasar minimum atau minimum essential force (MEF).

Untuk mendukung percepatan MEF, pemerintah menganggarkan dana sebesar Rp 50 triliun untuk periode 2010-2014. Namun, hingga 2012, anggaran yang direalisasi masih sedikit, yaitu sekitar Rp 17 triliun.

Sumber: KOMPAS

Pasukan Khusus TNI Bebaskan Walikota Tarakan


Pasukan Khusus TNI yang terdiri dari Sat 81 Gultor Kopassus TNI AD, Detasemen Jala Mangkara TNI AL dan Bravo Kopaskhas TNI AU berhasil membebaskan Walikota Tarakan serta pejabat daerah lainnya dari sergapan musuh yang menyanderanya di Dermaga Ferry, Juwata Laut Tarakan, Kalimantan Timur, dalam simulasi Jumat pagi (16/11). (Foto: RMOL/Dar Edi Yoga)

16 November 2012, Tarakan: Satuan Tugas (Satgas) Gabungan Pasukan Khusus TNI terdiri dari Satuan 81 Penanggulangan Teror (Gultor) Kopassus TNI AD, Detasemen Jala Mangkara (Denjaka) TNI AL dan Bravo Kopaskhas TNI AU berhasil membebaskan Walikota Tarakan serta pejabat daerah lainnya dari sergapan musuh yang menyanderanya di Dermaga Ferry, Juwata Laut Tarakan, Kalimantan Timur, Jumat pagi (16/11).

Dengan didahului oleh ledakan bom yang mampu memberikan efek kejut dibarengi rentetan tembakan terarah kepada para penyandera, para personel Pasukan Khusus TNI bergerak dengan cepat ke tempat ataupun ruangan dimana sandera berada.

Hal tersebut merupakan bagian dari pola serangan Pasukan Khusus TNI yang cepat, senyap dan mematikan sehingga pihak lawan dibuat tidak berdaya hanya dalam hitungan menit. Selanjutnya para sandera berhasil diselamatkan dan dievakuasi ke tempat yang aman melalui jalur laut dengan menggunakan speedboat.

Begitulah skenario yang terjadi di lapangan dalam rangkaian Latihan Gabungan TNI tahun 2012, yang berlangsung dari tanggal 11 hingga 30 November 2012 di Tarakan, Kalimantan Timur seperti dilansir dalam siaran pers Dansatgaspen Latgab TNI 2012, Letkol Laut (KH) Drs. Edys Riyanto.

Turut menyaksikan jalannya latihan pembebasan sandera oleh gabungan Pasukan Khusus TNI, yakni Komandan Pendidikan TNI AU (Dankodikau) Marsda TNI Ida Bagus Anom, Danjen Kopassus Mayjen TNI Agus Sutomo, Dankorpaskhas Mayjen TNI Amarullah, pejabat Mabes TNI serta Muspida Kota Tarakan.

Sumber: Jurnas

Thursday, 15 November 2012

Rudal Starstreak Indonesia



Rudal Starstreak Monopod
JKGR-(IDB) : Salah satu alutsista yang menarik perhatian di Indo Defence 2012, adalah peluru kendali anti pesawat Starstreak buatan Inggris. 

Rudal ini dipamerkan di satu booth bersama dengan rudal anti tank NLAW yang juga dibeli Indonesia.  Selama ini diperkirakan NLAW dibeli dari Swedia. Namun rudal Nlaw  merupakan joint production antara Swedia dan Inggris.

Menurut Officer Inggris yang menjaga stand itu, Indonesia membeli sekitar 100 rudal Starstreak lengkap dengan peralatan pendukungnya.  Itu artinya rudal starstreak yang dibeli Indonesia lumayan cukup untuk melindungi instansi-instansi penting atau obyek vital negara.

Di Inggris sendiri, rudal Starstreak dipasang  juga  di atas tank Stormer yang juga buatan Inggris. 
Namun menurut officer itu Indonesia tidak membeli rudal starstreak yang dipasang di tank stormer,  meskipun Indonesia juga memiliki Stormer.  Menurutnya, rudal Starstreak Indonesia sebagian menggunakan modul  monopod  sebagian lagi dipasang di kendaraan taktis.

Saya menebak, kendaraan taktis pengangkut rudal starstreak adalah Sherpa lisensi Perancis atau Komodo.  Namun menurutnya, sebagian rudal Starstreak Indonesia dipasang di kendaraan taktis buatan Spanyol.

Apakah Indonesia memiliki rantis buatan Spanyol ?. 
Atau membeli  baru ?.  
Saya tidak tahu.

Yang jelas Spanyol memang memiliki rantis yang cukup terkenal yakni: Uro Vamtac dan telah mengusung Rudal Starstreak  seperti gambar di bawah ini:

Rantis Uro Vamtac membawa rudal Starstreak
Selain mengangkut rudal starstreak, Spanyol juga memasang rudal Mistral, sistem senjata lainnya bahkan hingga radar di Rantis Uro Vamtac. 

Seharusnya penggunaan rantis Uro Vamtac yang dilakukan militer Spanyol bisa juga dilakukan oleh militer Indonesia dengan Rantis Sherpa atau Komodo-nya.

Rantis Uro Vamtac dengan Rudal Mistral
Uro Vamtac S3
Kembali ke rantis Uro Vamtac Spanyol. Indonesia memang memiliki kerjasama militer dengan Spanyol, antara lain pembuatan pesawat angkut C-295. Apakah Pembelian rantis Uro Vamtac ini bersamaan dengan kontrak pembelian 9 C-295 ?. Tidak tahu.

Yang jelas menurut officer Inggris itu, Indonesia membeli sekitar 100 rudal starstreak beserta peralatan pendukungnya dan sebagian bersifat mobile.

Dengan demikian, selain rudal Starstreak, Indonesia juga memiliki rudal Mistral yang dipasang di kendaraan Taktis Komodo.

Rantis Komodo dengan Rudal Mistral
Tampaknya rudal starstreak lebih diperuntukkan untuk pertahanan titik menggantikan rudal Rapier TNI-AD,  sementara rudal mistral akan embeded dengan pergerakan pasukan.

Rudal Starstreak antara lain telah ditempatkan di Yonarhanudse-10/1/F sebanyak satu baterai, Kodam Jaya. 

Sumber : JKGR

Indonesia Dituntut Miliki Kekuatan Udara Besar dan Handal



JAKARTA-(IDB) : Untuk melindungi seluruh wilayah Indonesia menuntut tersedianya kekuatan yang cukup besar dan handal, namun disisi kemampuan pemerintah serta prioritas pembangunan nasional belum memungkinkan untuk menyediakan tambahan anggaran.  

Hal tersebut dikatakan Komandan Skadron Udara 45 Lanud Halim Perdanakusuma Letkol Pnb Muzafar, S. Sos.,MM. pada acara HUT ke-1 Skadron Udara 45 lanud Halim Perdanakusuma baru-baru ini dalam suatu upacara militer di Hanggar Skadron Udara 45, Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Selasa (13/11/2012).
 
Lebih lanjut dikatakan, dalam kenyataannya harus kita hayati secara sungguh-sungguh dan oleh karenanya program pembinaan dan pembangunan TNI AU akan terus dilanjutkan sesuai kemampuan, dengan tetap harus diupayakan agar dengan kekuatan yang terbatas dapat dihasilkan kesiapan operasional yang optimal.

Untuk itulah HUT Skadron Udara 45 kali ini hendaknya tidak hanya sekedar diperingati sebagai suatu tonggak sejarah, namun kita dapat menemukan makna dan hikmahnya yang selanjutnya akan melandasi kiprah pengabdian Skadron Udara 45 dalam menghadapi tugas-tugas dimasa depan.

Upacara tersebut diikuti seluruh anggota Skadron Udara 45 dan sebagai acara tambahan diresmikan Mushalla Skadron Udara 45 yang ditandai dengan pemotongan pita.

Keterangan gambar: Komandan Skadron Udara 45 Letkol Pnb Muzafar, S. Sos.,MM. Saat memberikan piagam penghargaan kepada prajurit yang berprestasi pada HUT Skadron Udara 45 yang ke-1 di hangar Skadron Udara 45 Lanud Halim, Jakarta.

Sumber : Potret

Brasil Siap Latih Personel TNI



Wakil Menhan Sjafrie Sjamsoeddin saat memimpin delegasi Kemhan melakulan pertemuan dengan Kemhan Brasil yang dipimpin Kepala Staf Angkatan Bersenjata Brasil.Jenderal Jose Carlos de Nardi di Brasilia.
BRASILIA-(IDB) : Pimpinan tentara Brasil menyetujui untuk memberi pelatihan kepada personel TNI, terutama dalam meningkatkan kemampuan penggunaan senjata. Hal itu terkait antara lain dengam pembelian pesawat Super Tucano dan roket Astros buatan Brasil.
 
Kesediaan tukarantar prajurit itu disampaikan Kepala Staf Angkatan Bersenjata Brasil, Jenderal Jose Carlos de Nardi, menanggapi permintaan Wakil Menteri Pertahanan, Sjafrie Sjamsoeddin, dalam pertemuan di Brasilia, Brasil, Senin (12/11/2012) lalu.

Wartawan Kompas, Subhan SD, melaporkan dari Brasil, sepekan ini Sjafrie melakukan kunjungan kerja ke Brasil, untuk membicarakan pembelian alat utama sistem persenjataan (alutsista) buatan Brasil.

Dalam pertemuan di Kementerian PertahananBrasil di ibu kota Brasilia, Sjafrie didampingi Kepala Staf AD Jenderal TNI Pramono Edhi Wibowo. Selain itu, Dubes RI untuk Brasil Sudaryomo Hartosudarmo, serta Kepala Badan Diklat Kemhan Mayjen TNI Suwarno, Kelapa Badan Sarana Pertahanan Mayjen TNI Ediwan Prabowo.

"Saat ini juga saya mengundang para perwira artileri TNI untuk belajar mengoperasikan (roket) Astros. Kirim dua orang ke sini, maka kami alan kirim dua orang ke sana (Indonesia)," kata Jenderal Jose Carlos de Nardi.
Sumber : Kompas

Endriartono: Indonesia Harus Bangun Alutsista Supaya Disegani



Metrotvnews.com, Jakarta: Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Endriartono Sutarto mengatakan Indonesia harus memprioritaskan pembangunan alat utama sistem persenjataan (alutsista) agar disegani negara lain.

"Indonesia memiliki potensi untuk membangun alutsista, paling tidak memenuhi standar minimal essential force, asalkan ada kemauan politik yang kuat," kata Endriartono di hadapan sekitar seratus mahasiswa peserta Program Pembinaan Sumber Daya Manusia Strategis (PPSDMS) di Depok, Jawa Barat, Kamis (15/11).

Endriartono menjadi pembicara utama pada pelatihan PPSDMS yang diikuti mahasiswa perguruan tinggi negeri dari Jakarta, Depok dan Bogor atas undangan pimpinan lembaga tersebut.

Ia menjelaskan, Indonesia adalah negara besar dengan penduduk sekitar 243 juta jiwa, memiliki sekitar 17.000 pulau besar dan kecil dari Sabang sampai Merauke serta wilayah laut terpanjang di dunia. "Namun Indonesia sering dilecehkan oleh negara-negara lain, termasuk oleh negara tetangga," katanya.


Endriartono yang menduduki jabatan sebagai Panglima TNI pada 2002-2006 ini menjelaskan, ketika terjadi Tsunami di Aceh pada 26 Desember 2004, ia memerintahkan untuk mengerahkan tank Scorpion milik TNI ke lokasi bencana.

Menurut dia, pengerahan tank Scorpion produksi Inggris ke lokasi bencana untuk memberikan bantuan kepada korban hidup yang terisolasi. "Namun hal ini dilarang Inggris dengan alasan melanggar kontrak kerja sama," katanya.

Endriartono kemudian memerintahkan PT Pindad untuk memproduksi panser yang bisa dioperasikan di lokasi bencana. Dia memberikan tenggat waktu hanya tiga bulan. "Dalam kondisi terdesak PT Pindad mampu merealisasikannya, meskipun hasilnya masih seadanya. Panser tersebut dibuat dengan bahan baku antara lain dari sasis produksi Jepang," katanya.

Endriartono menilai, jika hanya dalam waktu tiga bulan PT Pindad mampu memproduksi panser meskipun masih sekadarnya, maka jika diberi waktu lebih lama tentu bisa memproduksi panser yang lebih baik. Ia kemudian memerintahkan lagi PT Pindad untuk memproduksi panser yang baik tanpa batasan waktu.

"Hasilnya PT Pindad mampu memproduksi panser Anoa, yang kemudian diminati oleh sejumlah negara," katanya.

Bahkan, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga mengakui panser Anoa produksi PT Pindad memenuhi persyaratan untuk operasional PBB. Endriartono menambahkan, demikian juga untuk senjata serbu, semula PT Pindad memproduksi senjata jenis SP1 yang digunakan ketika perang melawan Fretilin di Timor-Timur.

"Setelah diketahui banyak kelemahan, PT Pindad memperbaikinya dengan memproduksi senjata jenis SS1 dan kemudian SS2, yang memiliki tingkat akurasi sangat tinggi," katanya.

Endriartono menegaskan, dari pengalaman-pengalaman tersebut, sesungguhnya mampu memproduksi alutsista secara mandiri, paling tidak untuk memenuhi standar minimal "essensial force". Jika Indonesia memprioritaskan pembangunan alutsista, menurut dia, maka disegani negara lain.(Ant/BEY)

Sumber : Metrotvnews

Elang Khatulistiwa Terlibat Latgab TNI 2012 Dan Latma Elang Indopura



JAKARTA-(IDB) : Selama lebih kurang tiga minggu kedepan langit biru bumi Khatulistiwa yang biasanya bergemuruh oleh suara pesawat Hawk 100/200 Elang Khatulistiwa Skadron Udara 1 akan terasa sepi. 

 Hal ini dikarenakan Elang Khatulistiwa mendukung dua Latihan sekaligus yaitu Latihan Gabungan TNI (Latgab TNI) dilaksanakan di Lanud Balikpapan dari tanggal 14 November s.d 25 November 2012 dan Latihan Bersama (Latma) Elang Indopura yang dilaksanakan di Lanud Rembiga dari tanggal 19 November s.d 1 Desember 2012, Rabu (14/11).

Tepat pukul 10.09 WIB pesawat pertama take off meninggalkan bumi Khatulistiwa disusul lima pesawat berturut-turut. Sedikitnya 61 personel Skadron Udara 1 dan enam pesawat tempur Hawk 100/200 ikut terlibat dalam latihan ini dan dipimpin langsung Komandan Skadron Udara 1 Letkol Pnb Radar Soeharsono. 

 Adapun pesawat yang digunakan adalah TT 0225 diawaki Lettu Pnb Dedi Andres, TL 0112 diawaki Letkol Pnb Radar Soeharsono dan Lettu Pnb Ari Nugroho Widodo, TT 0223 diawaki Lettu Pnb Ferdian Habibi, TT0231 Lettu Pnb Binggi Nobel dan TT 0234 yang diawaki Mayor Pnb Sidik Setiyono.

Sedangkan ground crew dan peralatan pendukung latihan diangkut oleh pesawat Hercules A-1323 yang dipiloti oleh Mayor Pnb Ronny dan A-1326 dipiloti Mayor Pnb Benny yang keduanya merupakan pesawat dari Skadron Udara 31 Lanud Halim Perdana Kusuma Jakarta.

Sumber : TNI AU

Pergeseran Komandan Di Kopassus



 
JAKARTA-(IDB) : Komandan Grup 3/Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI AD Kolonel Inf Izak Pangemanan memimpin pelaksanaan serah terima jabatan Komandan Batalyon (Danyon)-31 Grup 3/Kopassus dari Mayor Inf Riyanto kepada Mayor Inf Edwin Aldrian Sumantha, S.H., di lapangan Alfred Taarega, Markas Grup 3/Kopassus, Cijantung, Jakarta Timur, Rabu (14/11/2012).
 
Dalam amanatnya, Kolonel Inf Izak menyampaikan bahwa mutasi dan pergantian jabatan di kehidupan militer merupakan bagian dari realisasi kebijakan dari pimpinan Kopassus dalam rangka menyiapkan kaderisasi kepemimpinan dalam menghadapi tantangan tugas di masa mendatang.

Selain itu, peralihan tugas dan jabatan Komandan Batalyon juga merupakan proses pembinaan personel bagi perwira terkait, yang dimaksudkan untuk lebih memantapkan dan mengembangkan kepemimpinan dan kemampuan manajerial, sejalan dengan pola pembinaan personel yang berlaku di lingkungan TNI AD.
Grup 3/Kopassus merupakan satu-satunya satuan operasional TNI AD yang melaksanakan operasi Sandi Yudha (Sandha), baik dalam rangka Operasi Militer Perang maupun Operasi Militer Selain Perang. 
 
Oleh karena itu, Batalyon-31 sebagai salah satu satuan organik Grup 3/Kopassus, para prajuritnya dituntut untuk dewasa dalam berpikir, berbuat dan bertindak serta memiliki tingkat intelektual dan profesionalitas yang tinggi agar selalu tanggap dan mampu menghadapi setiap lawan yang akan mengancam kedaulatan negara dan bangsa  
Danyon-31/Kopassus yang baru, Mayor Inf Edwin Aldrian Sumantha, S.H, merupakan lulusan Akademi Militer tahun 1997. 
 
Selama karirnya, ia telah berbagai mengikuti pendidikan militer tepat pada waktunya mulai dari Sarcab Hub, Sarcab IF dan Selapa IF dengan prestasi yang cukup menonjol. Ia juga terpilih dari sekian puluh kandidat untuk mengikuti Joint Command and Staff Course (Sesko) di Selandia Baru.

Sedangkan beberapa pendidikan kualifikasi/spesialisasi yang telah ditempuhnya, antara lain : Para, Komando, Sandi Yudha, Jump Master, dan pendidikan lain yang berkaitan dengan Misi Pemeliharaan Perdamaian PBB.  Pendidikan umum tertinggi yang diselesaikannya adalah Post Graduate Diploma of Art dari Massey University, Selandia baru, setelah sebelumnya menamatkan kesarjanaannya di fakultas hukum di salah satu universitas ternama di Jakarta.
Sebagai seorang prajurit Kopassus, ia melengkapi dan mengasah kemampuannya dengan melaksanakan berbagai tugas operasi militer. 

Mayor Inf Edwin pernah bertugas di daerah rawan konflik di Indonesia dan juga pernah bertugas sebagai anggota Kontingen Garuda di bawah bendera pasukan PBB sebagai Pengamat Militer (Military Observer) di Georgia, sebuah negara pecahan Uni Soviet.

Sementara pejabat lama Mayor Inf Riyanto selanjutnya akan menempati jabatan baru sebagai Komandan Sekolah Komando Pusdik Passus TNI AD di Batu Jajar, Bandung.


Sumber : Poskota

Pasrat 12.22 Marinir Laksanakan Latum Di Selat Makassar



 
MAKASSAR-(IDB) : Pasrat 12.2.2 melaksanakan Latum ( latihan umum ) yg di pimpin langsung oleh Komandan Pasukan Pendarat (Pasrat) Kolonel Marinir Sardjito di KRI Teluk Banten-516 yang sedang dalam pelayaran diperairan Selat Makassar, Rabu, (14/11).

Latihan umum ini gelar dalam rangka mempersiapkan seluruh alutsista dan seluruh personel yang terlibat dalam pendaratan amphibi di pantai Sekerat, Sanggatta, Kalimatan Timur, dalam latihan umum tersebut seluruh unsur dilibatkan mulai dari sekoci / LCVP, BMP-3F dan BTR-50, selain itu para prajurit Korps Marinir juga berlatih naik turun jaring dari KRI Teluk Banten menuju sekoci.
 
Komandan Pasrat 12.2.2 berharap dengan dilaksanakan driil pendaratan ini seluruh personel dan material benar - benar siap akan tugas pokoknya dalam pendaratan amphibi yaitu untuk mengusai atau merebut tumpuan musuh yg berada di pantai Sangatta, selanjutnya orang pertama di Pasrat 12.2.2 berpesan kepada seluruh personel agar selalu menyiapkan fisik dan mental untuk melaksanakan pendaratan amphibi.

Dalam latihan umum di KRI Teluk Banten-516, disaksikan langsung oleh unsur-unsur pimpinan Kogasgabfib 12.2 diantaranya Kolonel Marinir Hery, Letkol Marinir Wira R. Gantoro, Letkol Marinir Sri Sulistyo beserta pejabat tinggi yang tergabung dalam komando latihan Gabungan TNI 2012.

Sumber : Kormar

Jenis Jenis Main Battle Tank (MBT)

Arjun (Lion) - Military Tanks,India


Arjun (diambil dari nama pahlawan mitos Arjuna) merupakan tank domestik pertama milik India. Mendapat pengalaman tak ternilai dalam produksi lokal di bawah lisensi tank Vijayanta (tank Mk 1 milik Vickers Defense Systems Inggris), Defense Research and Development Organization (DRDO) India mulai membuat desain dan memproduksi MBT (Main Battle Tank) sendiri untuk memenuhi kebutuhan penggantian tank di Angkatan Darat India. Hasilnya adalah Arjun yang merupakan usaha yang luar biasa bagi industri lokal India, dengan bantuan dari Jerman dan Belanda. Sayangya terjadi pembengkakan dana dan beberapa kali penundaan dalam proyek ini.

Purwarupa Arjun pertama diperkenalkan pada tahun 1984 dan didesain menjadi MBT seberat 40 ton yang dilengkapi dengan meriam utama 105 mm standar-industri. Tetapi akhirnya diubah menjadi tank seberat 50 ton dengan meriam utama yang lebih besar dan potensial sebesar 120 mm. Dari luar, tank ini mempunyai kesamaan dengan tank-tank lain pada tank generasi sekarang ini. Tank ini diawaki oleh 4 orang dan sopirnya berada di “hull”. Desainnya mempertahankan kerendahan hati dan dilengkapi dengan 7 roda di tiap sisi track-nya dengan beberapa lapis baja di bagian atas-nya. Tangki bahan bakar eksternal dapat dibawa di bagian belakang tank untuk meningkatkan jarak jangkau. Persenjataannya terdiri dari meriam utama 120mm dengan sebuah senjata mesin 7.62 mm yang terpasang secara koaksial. Selain itu terdapat senjata mesin anti-pesawat tunggal 12.7mm (kaliber 50) yang dipasang pada puncak “turret”. Total 39 proyektil amunisi 120mm dibawa dalam kontainer khusus dan terpisah dari awak sehingga meningkatkan tingkat keselamatan awak.

Tenaga tank dihasilkan dari mesin disel berpendingin-air MTU 838 Ka 501 series turbocharged yang menghasilkan sekitar 1.400 tenaga kuda. Mesin dengan tenaga lebih besar sekitar 1500 tenaga kuda saat ii masih dalam pengembangan. Perhatian khusus juga diberikan pada sistem kontrol-penembakan yang dihubungkan dengan sistem suspensi rumit dan komponen stabilisasi senjata yang menjadikan Arjun mempunyai kemampuan “first hit” yang sangat baik jika dibandingkan dengan tank lain segenerasi. Beberapa kemampuan amfibi juga telah ditunjukkan.

Telah diharapkan bahwa sasis Arjun akan digunakan pada banyak sekali mesin/kendaraan lain yang masih berhubungan. Diantaranya adalah kendaraan purwarupa “armored recovery”, “armored reconnaissance”, self-propelled gun, dan kendaraan pertahanan udara (anti-pesawat). Serta sebuah kombinasi menarik antara turret Arjun dan sasis kelas T-72 untuk membentuk Tan EX.

Akan tetapi, karena lambatnya perkembangan program Arjun, India memutuskan untuk membeli MBT buatan Rusia dalam jumlah besar untuk sementara, untuk mengantisipasi bertambahnya jumlah kendaraan lapis baja milik Pakistan. Sekitar 32 Tank Arjun telah dibuat termasuk sebuah purwarupa dan 12 model. Direncanakan India akan memesan 125 tank Arjun yang merupakan jumlah yang sangat kecil dibandingkan dengan perkiraan awal sebanyak 1000-2000 tank pada awal proyek di tahun 1970an.

Specifications:
Designation: Arjun (Lion)
Length: 33.43 ft; 10.19 m
Width: 12.60 ft; 3.84 m
Height: 7.61 ft; 2.32 m
Engine(s): 1 x MTU 838 Ka 501 12-cylinder liquid-cooled turbocharged diesel engine generating 1,400hp @ 2,500rpm.
Weight: 64.6 tons (US Short); 58,600 kg
Max Speed: 42 mph; 67.6 km/h
Max Range: 300 miles; 483 km

Armament:
1 x 120mm rifled main gun
1 x 12.7mm (.50 caliber) AA machine gun
1 x 7.62mm (.30 caliber) coaxial machine gun
12 x smoke grenade dischargers

Ammunition:
39 x 120mm projectiles
3,000 x 7.62mm ammunition
1,000 x 12.7mm (.50 caliber) ammunition
12 x smoke grenades

NBC Protection: Yes
Night Vision Yes
Crew: 4
Operator: India


Al Khalid (MBT 2000),Pakistan

Al Khalid diproduksi bersama dengan NORINCO (China North Industries Corporation). Tank ini mempunyai “loader” senjata otomatis, yang mengurangi jumlah awak di dalam turret.

Sistem NBC dan “explosive reactive armor” menghasilkan survivabilitas pada medan pertempuran. Al Khalid adalah sistem senjata yang sama dengan Seri Type 90-IIM milik China yang oleh sistem Pakistan diberi nama “MBT 2000”. Sistem kontrol penembakan seluruhnya terkomputerisasi dan menghasilkan stabilitas pelacakan target di siang dan malam hari yang dapat digunakan oleh penembak maupun komandan tank.

Kemampuan amfibi-nya terbatas dan membutuhkan tambahan sistem snorkel.





Specifications:
Designation: Al Khalid (MBT 2000)
Length: 35.01 ft ; 10.67 m
Width: 11.15 ft ; 3.40 m
Height: 7.55 ft ; 2.30 m
Engine(s): 1 x 8-cylinder 4-stroke water-cooled turbocharged diesel engine generating 1,200 hp.
Weight: 52.9 tons (US Short) ; 48,000 kg
Max Speed: 43 mph ; 70 km/h
Max Range: 267 miles ; 430 km
Armament: 1 x 125mm main gun; 1 x 7.62mm coaxial machine gun; 1 x 12.7anti-aircraft machine gun; 2 x 6 smoke dispensers
Ammunition: 39 x 125mm projectiles; 500 x 12.7mm ammunition; 2,000 x 7.62mm ammunition; 12 x smoke grenades
NBC Protection: Yes
Night Vision: Yes
Crew: 3
Operators: Pakistan






Duro Dakovic M95 Degman,Kroasia



MBT milik Kroasia Duro Dakovic M95 Degman merupakan produksi lokal yang mempunyai banyak kesamaan dengan T-72 milik Rusia, tetapi memiliki banyak fitur yang telah dikembangkan. M95 sendiri merupakan versi pengembangan dari M84 Degman milik Yugoslavia.

Turret dan Hull dibuat dengan baja kuat. Tank ini juga bisa beradaptasi dengan explosive reactive armor. Awak tank ini tiga orang, dengan pengisian peluru secara otomatis. Dengan sistem komputer kontrol penembakan, tank ini dapat menembak target baik di siang atau malam hari dan baik target bergerak maupun diam.



Specifications
Designation: Duro Dakovic M95 Degman
Length: 33.27 ft | 10.14 m
Width: 11.78 ft | 3.59 m
Height: 7.19 ft | 2.19 m
Engine(s): 1 x 12-cylinder diesel generating 1,000hp. There is also an optional 1,200hp diesel engine.
Weight: 49.1 tons (US Short) | 44,500 kg
Max Speed: 43 mph | 70 km/h
Max Range: 435 miles | 700 km
Armament: 1 x 125mm main gun; 1 x 7.62mm coaxial machine gun; 1 x 12.7mm anti-aircraft machine gun; 2 x 6 smoke dischargers
Ammunition: 42 x 125mm projectiles; 2,000 x 7.62mm ammunition; 360 x 12.7mm ammunition; 12 x smoke grenades
NBC Protection: Yes
Night Vision: Yes
Crew: 3
Operators: Croatia

M1 Abrams,US

M1 Abrams adalah tank tempur utama (main battle tank, MBT) Angkatan Darat Amerika Serikat dan Marinir Amerika Serikat, dengan tiga versi utama yang dipakai secara bertahap mulai pada tahun 1980: M1, M1A1, dan M1A2. Versi terbaru M1A2 memiliki perlindungan dan peralatan elektronik baru. Tank ini diberi nama dari Jenderal Creighton Abrams, mantan Kepala Staf Angkatan Darat dan komandan Resimen Lapis Baja 37 AS.

Tank M1 Abrams menggantikan tank M60 Patton dan M48A5. Tetapi M1 sempat aktif dipakai bersama dengan tank M60A3 selama lebih dari 10 tahun, karena tank M60A3 baru mulai dipakai dua tahun sebelum kemunculan M1.



Karakteristik umum
Kru 4 (Komandan, penembak, pengisi, pengemudi)
Panjang 7,92 m
Lebar 3,64 m
Tinggi 2,43 m
Berat 63,0 ton
Perlindungan dan persenjataan
Perlindungan Chobham,
RHA
Senjata utama M256 120 mm
Senjata sekunder 1× .50 (12.7 mm) M2 Browning,
2× 7.62 mm M240
Mobilitas
Mesin turbin AGT-1500,
transmisi Renk HSWL 354
1500 hp (1119 kW)
Suspensi torsion bar
Kecepatan 72 km/h
Power/berat 24 hp/ton
Jarak jangkauan 465 km (279 mi)

DIO Zulfiqar,Iran









Iran mendesain dan membuat Zulfiqar, MBT yang diklaim merupakan versi upgrade dari T-55 milik Soviet. Perbedaan di antara keduanya adalah bahwa Zulfiqar memiliki mesin yang lebih baik, sistem kontrol penembakan terkomputerisasi, proteksi awak NBC dan kemampuan deteksi musuh pada siang/malam hari. Zulfiqar diawaki tiga orang dengan loader senjata otomatis. Lapisan bajanya diperkirakan merupakan baja reaktif ledakan (explosive reactive armor).


Specifications
Designation: DIO Zulfiqar
Engine(s): 1 x Diesel engine delivering 1,000 horsepower.
Weight: 44.1 tons (US Short) | 40,000 kg
Max Speed: 43 mph | 70 km/h
Max Range: 311 miles | 500 km
Armament: 1 x 125mm Main Gun; 1 x 7.62mm coaxial machine gun; 1 x 12.7mm anti-aircraft machine gun
Ammunition: Unknown
NBC Protection: Yes
Night Vision: Yes
Crew: 3
Operators: Iran


Challenger 1 (Challenger),Inggris


Seri Challenger adalah MBT yang pada awalnya didesain untuk pesanan ekspor Iran yang diberi kode “Shir 2”. Ketika Shah Iran diturunkan oleh sebuah rezim fundamentalis pada 1979, pesanan sebanyak 1.225 Shir 2 seluruhnya dibatalkan. Hasilnya, desain Shir 2 diubah sebagai konsep angkatan bersenjata Inggris, yang menjadi seri tank Challenger, yang menjadi dua model produksi utama, Challenger 1 dan Challenger 2 yang menghasilkan performas sangat hebat bagi Inggris.

Dengan Inggris yang mencari MBT baru untuk menggantikan seri Chieftain dan pengembangan MBT bersama dengan Jerman Barat batal, Inggris mengganti progam untuk mengembangkan MBT-80. Sayangnya, program MBT-80 terhambat dan dananya membengkak menyebabkan program ini dibatalkan dan dialihkan ke program Shir 2 (Challenger) yang dimodernisasi dan dimodifikasi untuk memenuhi kebutuhan AD Inggris dan funsionalitas dalam iklim yang lebih panas.

Challenger diperkenalkan pada 1983, mempunyai lapis baja Chobham dan meriam utama 120mm tipe L11A5. Seperti Chieftain, enam roda besar dipasang di tiap sisi trek (rantai)-nya. “Skirting” samping diimplementasikan untuk meningkatkan proteksi awak dan struktur internal. Mesinnya dipasang di bagian belakang hull dan terdiri dari mesin diesel tunggal Perkins Condor V-12 yang menghasilkan 1.200bhp. Desain turret menampilkan plat miring dan tank ini diawaki oleh 4 orang untuk operasio optimal. 64 proyektil dapat dibawa untuk meriam utamanya. Sebagai tambahan, teradapat senapan mesin ko-aksial 7.62 mm dan sistem anti pesawat 7.62mm yang terpasang pada bagian atas turret. Pelontar granat juga dipasang pada tiap sisi turret.

Suku cadang Challenger dapat digunakan untuk implementasi lain termasuk tank trainer (dengan turret statis), tank komandan, serta kendaraan perbaikan dan recovery. Dengan munculnya Challenger 2 yang lebih canggih, seluruh jenis tank Challenger 1 dipensiunkan pada 2000. Yordania yang menjadi satu-satunya operator lain Challenger tetap memakai sekitar 288 unit yang diberi nama sebagai “Al-Hussein”.





Specifications:
Designation: Challenger 1 (Challenger)
Length: 37.89 ft; 11.55 m
Width: 11.88 ft ; 3.62 m
Height: 10.27 ft ; 3.13 m
Engine(s): 1 x Perkins Engine Company Condor CV-12 12-cylinder diesel engine with an output of 1,200bhp @ 2,300rpm.
Weight: 67.5 tons (US Short) ; 61,200 kg
Max Speed: 35 mph ; 56 km/h
Max Range: 280 miles ; 450 km
Armament: 1 x 120mm main gun; 1 x 7.62mm coaxial machine gun; 1 x 7.62mm anti-aircraft machine gun; 2 x 5 smoke grenade dischargers
Ammunition: 64 x 120mm projectiles; 4,000 x 7.62mm ammunition
NBC Protection Yes
Night Vision Yes (Passive Only)
Crew 4
Operators United Kingdom and Jordan.

Variants:
• Challenger - Initial Series Designation until adoption of Challenger 2 into service, thus necessitating a need for the Challenger "1" designation; based on the formerly Iranian export design of the "Shir 2" main battle tank.
• Challenger ARV - Armored Recovery Vehicle
• Challenger Trainer - Driver Training Vehicle with fixed turret.
• "Al Hussein" - Jordanian Export Variant sold as refurbished British product.

Challenger 2,Inggris
Designation: Challenger 2
Classification Type: Main Battle Tank
Contractor: BAe Systems Land Systems - UK
Country of Origin: United Kingdom
Initial Year of Service: 1994
Number Built: Not Available


Challenger dua merupakan jawaban Inggris akan teknologi MBT masa depan. Sistem hebat ini mengkombinasikan survivabilitas awak, kekuatan tembak, dan performa dalam sistem yang komplet, layak menjadi perhatian bagi semua musuh. MBT ini telah membuktikan keberhasilannya sejak diperkenalkan pada 1998 dan akan menjadi senjata utama bagi Inggris pada beberapa tahun ke depan.

Challenger 2 didesain untuk menggantikan seri Chieftain yang menua. MBT ini juga merupakan pengembangan dari Challenger 1, yang tampak luarnya juga memang similar. Challenger 1 dianggap sukses dalam Perang Teluk Persia di awal 1990an, walaupun jauh dari kata sempurna menurut para perancang perang Inggris. Selain kesamaan visual dengan Challengger 1, Challenger 2 merupakan desain teknologi yang sangat baru dengan kemampuan yang hebat.

Challenger 2 dibuat dengan dilengkapi meriam utama L30 rifled. Dikombinasikan dengan sebuah sistem kontrol penembakan terintegrasi, stabilisasi dan pelacak terspesialisasi, Challenger 2 menawarkan kemampuan “first-hit” yang jauh lebih baik. Dalam rangka perlindungan untuk keempat awaknya, Challenger 2 dilapisi dengan lapisan baja canggih yang terbukti dalam percobaan paling efektif untuk menahan proyektil anti-tank modern. Sebagai tambahan, seluruh material eksplosif disimpan dalam “keranjang” baja di bawah turret, menambah tingkat survvivabilitas awak.

Bersama meriam utama 120mm, sebuah senapan mesin koaksial 7.62mm, dan sebuah senapan mesin anti-pesawat 7.62mm juga menambahkan 10 granat asap dalam kluster yang terpasang 5 tiap sisi turret. Tangki bahan bakar opsional dapat ditambahkan di belakang hull untuk menambah jarak tempuh 450km. Chasis-nya juga dapat dipakai untuk peralatan lain seperti mesin engineering perang (sebuah mata pisau dozer dapat dipasang di depan hull), sebuah lapis jembatan, dan tank trainer pengemudi.




Oman menjadi negara selain Inggris yang menjadi operator Challenger 2 hingga saat ini. Omam membeli 38 tank yang dilengkapi dengan sistem pendingin, sebagai adaptasi dari medan gurun yang panas. Angkatan Darat Inggris mempunyai sekitar 386 tank ini yang telah terlihat di Bosnia, Kosovo dan Irak. Challenger 2 diketauhi sebagai proyek spekulasi pribadi oleh Alvis Vickers Ltd dan BAe Systems Land Systems, semuanya di Inggris.

Specifications: Challenger 2

Dimensions:
Length: 37.89ft (11.55m)
Width: 11.55ft (3.52m)
Height: 8.17ft (2.49m)

Performance:
Speed: 35mph (56km/h)
Range: 280miles (450km)

Structure:
Crew: 4
Weight: 68.9 US Short Tons (62,500kg)

Systems:
NBC Protection: Yes
Nightvision: Yes (Passive Only)

Power:
Engine(s): 1 x Perkins Engines CV-12 Condor V12 12-cylinder diesel engine delivering 1,200 hp of power @ 2,300rpm.

Armament:
1 x 120mm L30 CHARM Gun (CHallenger main ARMament)
1 x 7.62mm coaxial machine gun
1 x 7.62mm air defense machine gun
2 x 5 smoke grenade dischargers

Ammunition:
50 x 120mm projectiles
4,000 x 7.62mm ammunition
10 x smoke grenades


M56 Scorpion,US
Designation: M56 Scorpion
Classification Type: Airborne Self-Propelled Anti-Tank Gun
Contractor: Cadillac Motor Car Division of General Motors Corp - USA
Country of Origin: United States
Initial Year of Service: 1953
Number Built: Not Available










M56 (yang sering disebut dengan “Scorpion”) yang dilengkapi dengan meriam 90mm dikembangkan pada 1950 untuk melengkapi pasukan udara (airborne troops) dengan kendaraan anti-tank. Tank ini digunakan oleh batalion udara dan perusahaan tank infantri udara pada 1960an. M56 juga dikenal sebagai SPAT (Self-Propelled Anti-Tank). Konstruksi Hull terdiri dari aluminium terkeling (riveted) dan terpatri semua. Meriam utama 90mm mirip dengan meriam utama yang ada pada tank M47 Patton.

Kelemahan utama dari M56 adalah bahwa awaknya kurang terlindungi. Pengisi peluru menggunakan sebuah “folding stage” yang mengharuskannya untuk berdiri ketika mengisi peluru. Walaupun perlindungan terhadap awaknya sangat kurang, Tank ini sangat hebat, dengan fakta bahwa tank ini selalu ada di haris depan unit udara. Ditambah dengan jarak jangkau penembakan hingga 1.500m, sehingga menutupi kekurangan utamanya. Kekurangan lain adalah karena daya tembakan dari meriam utama, tank ini menjadi miring dan penembakan juga menghasilkan debu dan asap yang cukup banyak.

M56 dipakai oleh 82nd Airborne dan 101st Airborne AS hingga 1960 dan digantikan oleh M551 Sheridan. Akan tetapi pada kenyataannya, M56 tetap dipakai dalam Perang Vietnam dengan peran support penembakan. Sasisnya dapat dipakai dalam APC, pembawa mortar dan recoilless rifle tank


Specifications: M56 Scorpion

Dimensions:
Length: 19.03ft (5.80m)
Width: 8.43ft (2.57m)
Height: 6.56ft (2.00m)

Performance:
Speed: 28mph (45km/h)
Range: 143miles (230km)

Structure:
Crew: 4
Weight: 7.9 US Short Tons (7,144kg)

Systems:
NBC Protection: None
Nightvision: None

Power:
Engine(s): 1 x Continental AOI-402-5 6-cylinder 4-cycle opposed fuel-injected gasoline engine generating 200hp @ 3,000rpm.

Armament & Ammunition:
1 x 90mm main gun
Ammunition: 29 x 90mm projectiles


PT-91M MBT,Malaysia





Produsen: Bumar Zaklady Mechaniczne (ZM) Polandia
Bobot tempur: 45,9 sampai 46 ton
Panjang (termasuk meriam utama): 10,03 meter
Panjang badan saja: 6,67 meter
Lebar: 3,7 meter
Tinggi sampai batas atap turret: 2,19 meter
Awak: 3 personil (Komandan, Pengemudi, Petugas senjata)
Mesin: disel PZL-Wola S-1000R (1.000 HP) untuk pesanan Malaysia, atau PZL-Wola
S-12U (850 HP)
Transmisi otomatis: Renk Seri-350
Power to weight ratio: 13,6 kW/ton
Suspensi: torsion-bar
Kecepatan: 60 km/jam (on-road), 45 km/jam (off-road)
Jarak tempuh: 650 km
Persenjataan: Meriam utama Konstrukta 2A46MS (D-81TM) caliber 125mm, 1 buah senapan mesin coaxial FN MAG kaliber 7,62mm, satu buah Senapan mesin anti pesawat udara FN Browning M2HB caliber 12,7mm.
Lapisan baja: baja komposit; depan dan samping – baja laminasi, depan, sisi dan bagian atas dilapisi ERA Erawa-1/Erawa-2, steel side anti-cumulative screen.




Malaysia diberitakan telah membeli 48 unit Tank Tempur Utama (MBT) PT-91M sebanyak 48 unit, lengkap berikut kekuatan pendukungnya sejumlah 6 unit kendaraan bengkel WZT-4, 5 unit PMC-90 Leguan Ran Jembatan, dan 3 unit OBRUM Gliwice MID-M obstacle-breaching vehicle. Total nilai kontrak dengan pihak Bumar-Polandia yang di Malaysia diwakili oleh MMC Defence sebesar 1,4 milyar Ringgit atau setara dengan 368 juta Dollar Amerika.

PT-91M pesanan Malaysia dilengkapi dengan sistem komputer pengendali penembakan SAVAN-15 dari Sagem, Perancis, Battle Management and Navigation System ‘Epsilon’ juga dari Sagem, dan penggerak elektronik untuk turret EPS-2 dari EADS.

Pengujian akhir untuk pelaksanaan produksi kontrak telah dilakukan pada 21 Maret 2007 yang lalu, dan disetujui untuk segera diproduksi dalam jumlah sesuai kontrak. Dan tiga unit produksi standar dijadwalkan akan selesai pada bulan Mei untuk digunakan sebagai sarana pelatihan di Polandia bagi 15 personil awak tank dari AD Malaysia. Dan enam unit direncanakan akan berpartisipasi pada Hari Kemerdekaan Malaysia pada tanggal 31 Agustus mendatang. Tank ini akan masuk dalam jajaran Resimen Lapis Baja ke-11 ‘Gemas’ dari Kor Armor DiRaja.


Pada proses pembelian, pihak Bumar sudah mengirimkan unit uji-coba untuk dioperasikan di Malaysia (prototype PT-91M improvement), guna menjelajahi medan operasi yang ada diwilayah Malaysia dan telah mengarungi jarak tempuh sekitar 2.100 km. Dan dilanjutkan dengan pengujian tahap lanjut di Polandia, termasuk pelaksanaan penembakan oleh personil dari Malaysia.

Pemilihan PT-91 Twardy (PT-91 Hardy, artinya resilient) oleh pemerintah Malaysia diputuskan pada tahun 2003, merupakan Tank Tempur Utama yang pertama bagi jajaran angkatan bersenjata Malaysia. Spesifikasi PT-91M berasal dari PT-91/PT-91ª Polandia yang dikembangkan dari T-72M1 Rusia. PT-91 memiliki penyempurnaan pada sistem proteksi, sistem kendali penembakan dan mesin.

Tampilan dari PT-91M
Meriam 2A46MS kaliber 125mm, rancangan Slovak dengan tingkat kemampuan first hit probability 23% lebih tinggi dari meriam asli 2A46 Rusia. Jenis amunisi antara lain HE, HEAT dan APFSDS.

Sistem kendali penembakan Savan 15 dari Sagem Defence Security merupakan penyempurnaan dari alat sejenis yang digunakan pada tank LeClerc Perancis. Dengan sistem ini tank dapat melakukan penembakan sambil berjalan, ketepatan tembak ditingkatkan dan dapat beroperasi pada malam hari karena dilengkapi dengan day/night gunner sight, komputer kendali penembakan, sensor kestabilan meriam, serta sistem interface antara petugas senjata dengan komandan.

Optikal-elektronik VIGY 15 juga dari Sagem berupa gyro-stabilizer panoramic sight untuk komandan. Berupa fungsi hunter-killer pembidik target dengan sinyal TC ke petugas senjata, atau dalam situasi darurat akan dilakukan dilakukan oleh TC secara otomatis.

Laser gyro SIGMA 30 juga dari Sagem, digunakan untuk navigasi dan penstabil kendaraan.

Lapisan Explosive Reactive Armor Erawa-2 untuk peningkatan proteksi badan kendaraan dari proyektil senjata anti-tank terutama rudal, termasuk amunisi jenis HEAT.

System peringatan laser PCO SSP-1 Obra-3 untuk memberikan peringatan bahwa tank berada dalam pembidikan laser (laser rang finder ataupun pentarget sinar laser). Dengan alat ini, awak tank dapat mengetahui dari arah mana bidikan laser tersebut berasal.

Pelontar granad kaliber 76mm Wegmann – peluru cluster pada sisi turret, untuk melontarkan granad asap/IRCM untuk menyembunyikan keberadaan tank dari pandangan lawan ataupun observasi thermal. Juga dapat melontarkan granad HE untuk menghadapi pasukan infanteri.

Rantai PT-91M menggunakan rantai type 570P dari Diehl Remscheid GmbH., Jerman, sejenis dengan yang digunakan pada tank Leoprad 2.





VARIANT
PT-91. Merupakan produk bari sebagai derivatif dari T-72M1 Rusia versi Polandia, dengan kendali penembakan dual-axis stabilized ‘DRAWA’, ERA Erawa-1, mesin disel S-12U (850HP). Produksi awal 1993-94, dan produk akhir 1995-97.
T-72M1Z. Merupakan PT-91 standar yang dibangun dengan merubah 135 unit T-72M1. (1998-2002).
PT-91Z. (huruf Z berarti modernisasi atau Zmodernizowany) – unit demo untuk ekspor, dengan mesin berkekuatan 1.000 HP (Disel S-1000). PT-91M berasal dari varian ini.
PT-91M. (huruf M artinya Malaysia). Versi ekspor untuk angkatan darat Malaysia.
PT-91E. (huruf E artinya Ekspor) – unit demo untuk ekspor, dipamerkan pada pameran peralatan pertahanan MSPO 2006 di Polandia, spesifikasinya hampir sama dengan PT-91M.
KENDARAAN LAIN YANG MENGGUNAKAN HULL PT-91:

WZT-3. (Wóz Zabezpieczenia Technicznego) – Armoured Recovery Vehicle. Dipesenjatai dengan senapan mesin kaliber 12,7mm. Peralatan standar termasuk: crane dengan telescopic jib dengan daya angkat maksimum 15 ton, front-mounted stabilizing dozer blade, rantai penarik. Varian WZT-4 merupakan versi pesanan Malaysia.

MID. (Maszyna Inżynieryjno-Drogowa) – Ran Zeni Polandia. MID-M merupakan varian pesanan Malaysia.

PMC-90. (Pomocniczy Most Czołgowy) Ran peluncur jembatan. PMC-Leguan merupakan varian pesanan.

PZA ”Loara”. (PZA/ Przeciwlotniczy Zestaw Artyleryjski) merupakan kendaraan artileri anti serangan udara yang dikembangkan pada akhir 1990an. Turret dilengkapi dengan dua unit kanon Oerlikon KDA 35mm yang dihubungkan ke sistem kendali penembakan yang dibantu oleh perangkat radar.

PT-94 “Goryl”. Proyek rancangan Tank Tempur Utama Polandia dengan hull PT-91. Rancangannya hampir sama dengan Merkava (lapis baja komposit + ERA, meriam utama kaliber 120/125mm, senjata kedua berupa mortir kaliber 60mm, senapan mesin coaxial PKT kaliber 7,62mm, senaman mesin anti serangan udara NSWT kaliber 12,7mm). Program ini juga dikenal dengan nama Anders, namun saat ini program dihentikan karenakan ketiadaan biaya.

Merkava Mk 1 / Mk 2 (Chariot),Israel

Designation: Merkava Mk 1 / Mk 2 (Chariot)
Classification Type: Main Battle Tank
Contractor: Israeli Ordnance Corps Facility - Israel
Country of Origin: Israel
Initial Year of Service: 1979
Number Built: 1,000



MBT seri Merkava merupakan tulang punggung bagi element lapis baja Israel. Tank ini merupakan hasil pengalaman dalam pemakaian produk asing dari AS, Inggris dan Perancis. Dengan situasi yang kurang mengundtungkan di sekitar Israel, maka perlu bagi mereka untuk mengembangkan tank sendiri. Tank ini sangat cocok untuk lingkungan urban dan gurun dengan menghasilkan proteksi maksimal bagi awaknya. Hasilnya, Merkava terus menjadi bagian utama bagi AD Israel.

Satu dari fitur desain terunik dari Merkava adalah keputusan untuk memasng mesin pada bagian depan hull.. Tank tradisional selalu memasang mesinnya pada bagian belakang, untuk melindunginya dari serangan frontal langsung. Berbeda dengan itu, Merkava mempunyai mesin yang dipasang di depan untuk melindungi awaknya dari serangan frontal langsung serupa. Sehingga, pengemudi duduk di bagian tengah belakang dan di sebelah kiri turret. Turretnya sendiri berbentuk melingkar dan rendah, sehingga tank ini lebih susah untuk dilihat atau dilacak dari jarak jauh. Pada turretnya terpasang meriam utama 105 mm dan senapan mesin koaksial 7,62mm. Sistem stabilisasi meriam memungkinkan penembakan pada saat bergerak dengan sebuah komputer targeting (produksi domestik). Tambahan dua senapan mesin 7.62 mm membuatnya lebih terlindungi dari serangan pesawat dan senapan ini juga berfungsi sebagai senjata anti-infantri. Sebuah mortar 60mm juga terdapat pada tank ini.



Tenaga Model Mk 1 dihasilkan oleh mesin General Dynamics Land Systems, AVDS-1790-6A, mesin diesel V-12 yang menghasilkan tenaga 900 hp. Mesin ini membuat Mk 1 dapat bergerak dengan kecepatan 28 mph dengan jarak 250 mil. Dengan berat lebih dari 66 ton, mobilitas Merkava sangat dipertanyakan.

Merkava Mk 2 merupakan pengembangan dari Mk 1, dengan lapis baja yang diupgrade dan sistem kontrol penembakan yang lebih canggih. Yang lebih penting, Mk 2 dapat bergerak lebih jauh, sekitar seperempat lebih jauh dari Mk 1. Mk 3 muncul kemudian, dilengkapi dengan meriam utama 120mm dan mesin yang lebih baik. Versi terbaru dari Merkava adalah Mk 4 dengan beberapa perubahan yang mengikuti teknologi MBT modern.



Specifications: Merkava Mk 1 / Mk 2 (Chariot)

Dimensions:
Length: 28.31ft (8.63m)
Width: 12.14ft (3.70m)
Height: 9.02ft (2.75m)

Performance:
Speed: 29mph (46km/h)
Range: 249miles (400km)

Structure:
Accommodation: 4
Weight: 66.1 US Short Tons (60,000kg)

Systems:
NBC Protection: Yes
Nightvision: Yes

Power:
Engine(s): 1 x General Dynamics Land Systems AVDS-1790-6A V-12 with an output of 900hp.

Armament & Ammunition:
1 x 105mm main gun
1 x 7.62mm co-axial machine gun
2 x 7.62mm machine guns
1 x 60mm mortar launcher

Ammunition:
62 x 105mm projectiles
10,000 x 7.62mm ammunition

Variants:
Merkava Mk 1 - Initial Production Model Designation.
Merkava Mk 2 - Improved armor protection; improved range; updated fire control system; improved 60mm roof-mounted mortar launcher.
Merkava Mk 3 - 120mm main gun with upgraded powerpack at 1,200hp; new transmission system; improved suspension and fire control system; new threat
warning system.
Merkava Mk 3 Baz - Improved armor protection
Merkava Mk 4 - Latest production version.
"Slammer" - Self-Propelled 155mm Gun (prototype)
ARV - Armored Recovery Vehicle (prototype)


T-72,Uni Soviet

Designation: T-72
Classification Type: Main Battle Tank
Contractor: Chelybinsk, Nizhnyi Tagil and Kirov - Russia
Country of Origin: Soviet Union
Initial Year of Service: 1974
Number Built: Not Available



MBT T-72 sangat berhubungan dengan T-64. T-72 mempunyai ketinggian rendah dan merupakan salah satu tank Soviet yang paling dikenal. Tank ini juga merupakan salah satu tank Soviet paling sukses setelah pendahulunya tank era PD II T-34.

T-72 (kadang-kadang dikenal sebagai “Ural” untuk menandai wilayah kelahirannya) mempunyai mesin disel multi-bahan bakar V-12 yang dapat beroperasi dengan penggunaan diesel, bensin atau kerosin sebagai bahan bakar. Untuk menambah jarak jelajah, T-72 dapat dilengkapi dengan tambahan dua drum 200L.

Diperkirakan hampir 20.000 MBT T-72 masih beroperasi hingga saat ini. Negara Uni Soviet seperti Kroasia dan Romania mempunyai lisensi untuk memproduksi sendiri tank ini.

T-72 mempunyai meriam utama 2A46 Smooth-bore 125mm di turret yang berisi 3 awak. Turret-nya mempunyai pengisi proyektil otomatis (sampi dengan 8 pengisian per menit) mengurangi jumlah awak yang diperlukan. Dia mempunyai kemampuan amfibi jika sebelumnya diset secara khusus.

Lapis baja reaktif (eksplosif), peralatan penglihatan malam dan proteksi NBC penuh ditambahkan sebagai program agar T-72 tidak ketinggalan di abad baru ini.

Specifications: T-72

Length: 22.80ft (6.95m)
Width: 11.78ft (3.59m)
Height: 7.28ft (2.22m)

Performance:
Speed: 42mph (67km/h)
Range: 300miles (483km)

Crew: 3
Weight: 50.7 US Short Tons (46,000kg)

Systems:
NBC Protection: Yes
Nightvision: Yes - Infrared

Power:
Engine(s): 1 x V-84 V-12 Piston air-cooled multi-fuel diesel engine generating 840hp @ 2,000rpm.

Armament & Ammunition:
1 x 125mm main gun
1 x 12.7mm machine gun
1 x 7.62mm coaxial machine gun
2 x 6 smoke grenade dischargers

Ammunition:
45 x 125mm projectiles
300 x 12.7mm ammunition
2,000 x 7.62mm ammunition
12 x smoke grenades

Variants:
T-72 - Base production model
T-72K - Commander's Base-version Vehicle
T-72A - Various modifications
T-72AK - Commander's A-version Vehicle
T-72AV - Features explosive reactive armor
T-72M - Export model of T72A
T-72M1 - Additional armor; Modernized variant
T-72B - Additional turret armor
T-72BK - Commander's B-version Vehicle
T-72B1 - Sans anti-tank launcher
T-72S - Export variant of T72B model
T-72S1 - Export variant of T72B1 model
T-72BM - Features updated explosive reactive armor.
T-90
P-T91 - Polish-produced T72
TR-125 - Romamian-produced T72
M-84 Degmen - Croatian-produced T72
T-72 155mm - Trialed
T-72 120mm - Trialed
MTU-72 AVLB - Bridgelayer
BREM-1 - Armored Recovery Vehicle
IMR-2 - Battlefield Engineering Vehicle
BMR-3M - Anti-mine Vehicle
BMPT - Armor Support Vehicle
T-72M4 CZ


Krauss-Maffei Wegmann Leopard 1,Jerman

Designation: Krauss-Maffei Wegmann Leopard 1
Classification Type: Main Battle Tank
Contractor: Krauss-Maffei Wegmann, Munich, Germany
Country of Origin: Germany
Initial Year of Service: 1965
Number Built: 5,816



Leopard 1 merupakan tank dengan desain (setelah perang) klasik milik Jerman yang mempunyai fitur seperti pendahulunya, skirting bergelombang dan turret yang terpasang di bagian depan bodi tank.

Leopard 1 mulai beroperasi pada 1965 untuk AD Jerman dan diminati oleh banyak negara asing. Walaupun tidak beroperasi secara penuh di AD Jerman, Leopard 1 mengalami banyak pengembangan dan modifikasi di negara lain agar lebih ringan pengoperasiannya. Sasis-nya juga digunakan untuk produksi peralatan/kendaraan artileri 35mm “self-propelled” Gepard Flakpanzer dan kendaraan “combat engineering”.

Sistem NBC, penglihatan malam, dan beberapa pilihan lain (termasuk lapis baja ekstra) juga tersedia untuk Leopard 1. Versi awal Leopard 1 mempunyai alat penglihatan malam inframerah, sementara versi selanjutnya menggunakan peralatan penglihatan malam pasif.

Oto Melara memproduksi Leopard 1 secara lokal di Italia untuk AD Italia. AD Jerman tidak lagi menggunakan Leopard 1 sejak digantikan oleh Leopard 2.

Specifications: Krauss-Maffei Wegmann Leopard 1

Dimensions:
Length: 31.30ft (9.54m)
Width: 11.06ft (3.37m)
Height: 8.60ft (2.62m)

Performance:
Speed: 40mph (65km/h)
Range: 373miles (600km)

Structure:
Accommodation: 4
Weight: 46.7 US Short Tons (42,400kg)

Systems:
NBC Protection: Yes
Nightvision: Yes - Passive

Power:
Engine(s): 1 x MTU MB 838 Ca M500 10-cylinder multi-fuel engine generating 830hp @ 2,200rpm.

Armament & Ammunition:
1 x 105mm main gun
1 x 7.62mm coaxial machine gun
1 x 7.62mm machine gun
2 x 4 smoke grenade dischargers

Ammunition:
60 x 105mm projectiles
5,500 x 7.62mm ammunition
8 x smoke grenades

Variants:
Leopard 1A1A1 - Additional Turret Armor
Leopard 1A2 - Updated turret function and passive night vision equipment installed.
Leopard 1A3 - Improved armor protection and new all-welded turret production.
Leopard 1A4 - Integrated fire control system implemented. This represents the last variant used by the German Army.
Leopard 1A5 - Updated nightvision equipment, computerized fire control and became upgraded version for all earlier German Army models.
Leopard 1 AVLB - Bridgelayer
Leopard 1 ARV - Armored Recovery Vehicle
Leopard 1 AEV - Engineering Vehicle
Leopard 1 Trainer - Sans turret, replaced with windowed turret for driver training.
Gepard Flakpanzer - Mobile twin-35mm anti-aircraft air defense system (Leopard 1 chassis).


Leopard 2 Main Battle Tank,Austria, Denmark, Germany, Netherlands, Norway, Switzerland, Sweden dan Spanyol

Designation: Krauss-Maffei Wegmann Leopard 2
Classification Type: Main Battle Tank
Contractor: Krauss-Maffei Wegmann, Munich, Germany
Country of Origin: Germany
Initial Year of Service: 1979
Number Built: Not Available



Leopard 2, tak diragukan lagi, adalah salah satu tank tersukses dari generasi terakhir MBT, dengan lebih dari 3.200 unit telah diproduksi. Leopard 2 sekarang beroperasi untuk Austria, Denmark, Germany, Netherlands, Norway, Switzerland, Sweden dan Spanyol. AD Finlandia membeli 124 dan AD Polandia membeli 128 tank Leopard 2A4 bekas pakai dari Jerman.

Pada Maret 2003 AD Yunani memesan 170 Leopard 2 HEL (versi dari Leopard 2A6EX), untuk dikirim antara 2006 hingga 2009. 30 tank pertama dirakit oleh KMW, sisanya oleh ELBO, Yunani. Tank produksi lokal pertama dikirim pada Oktober 2006. Pada Agustus 2005, Yunani memesan 183 Leopard 2A4 dan 150 Leopard 1A5 bekas pakai Jerman. Pada November 2005, sebuah perjanjian ditandatangani untuk penjualan 298 Leopard 2A4 untuk Turki. Pengiriman dijadwalkan pada awal 2006-2007.

AD Jerman mengupgrade 225 2A5 menjadi konfigurasi 2A6, yang hasil pertamanya selesai pada Maret 2001. AD Belanda juga mengupgrade 180 2A5 menjadi 2A6, hasil pertamanya beroperasi pada Februari 2003.

Spanyol memesan 219 Leopard 2E (Versi dari 2A6 dengan proteksi lapis baja yang lebih besar), 16 tank recovery (CREC) dan 4 kendaraan training. 30 tank pertama dibuat oleh KMW dan sisanya dilisensikan untuk dibuat di Spanyol oleh General Dynamics, Santa Barbara Sistemas (GDSBS). Tank pertama diserahkan ke AD Spanyol pada Juni 2004 dan pengiriman akan selesai pada 2008. Varian lain adalah Leopard 2(S) yang mempunyai sistem kendali dan komando baru dan sistem lapis baja pasif baru. 120 Leopard 2(S) telah dikirim ke AD Swedia pada Maret 2002.

Pada Maret 2006, Chili menandatangani kontrak akuisisi 118 tank Leopard 2 dari AD Jerman. Paket akuisisi ini terdiri dari 93 Leopard 2A4 yang diperbarui bersama dengan 25 spare tank dan peralatan pendukung. Kanada akan membeli 100 tank Leopard 2A4 dari Belanda untuk memenuhi kebutuhan jangka panjang angkatan bersenjata Kanada, dan akan segera dikirim ke Kanada setelah selesainya persetujuan antara kedua pemerintahan. AD Belanda mempertahankan 110 tank Leopard 2A6.

Pada April 2007, Kanada membeli sampai dengan 100 tank Leopard dari AD Belanda dan menyewa 20 Leopard 2A6M dari AD Jerman. Krauss-Maffei Wegmann GmbH (KMW) mengirimkan tank pertama yang disewa pada Agustus 2007 dengan upgrade pada sistem perlindungan ranjau dan lapis baja “slat”. Tank ini dikirim ke Afganistan pada Agustus 2007.

Pada Desember 2006, diumumkan bahwa Singapura membeli 66 Leopard 2A4 yang diperbarui dari AD Jerman, ditambah 30 tank. Tank-tank ini akan mulai beroperasi untuk AD Singapura pada 2008.

Pada Oktober 2007, Portugal membeli 37 Leopard 2A6 dai AD Belanda, dan akan dikirim pada 2008-2009.

Krauss-Maffei Wegmann GmbH mengembangkan sistem proteksi ranjau untuk Leopard 2, mengikuti definisi konsep yang dibuat oleh gabungan beberapa negara Jerman, Swiss, Belanda, Swedia dan Norwegia, di bawah pimpinan dari agensi procurement Jerman BWB. Pesanan untuk upgrade sistem proteksi ini dilakukan pada September 2003 untuk modifikasi 15 Leopard 2A6 milik AD Jerman dan 10 Leopard 2A5 milik Swedia. Tank pertama yang menggunakan proteksi ini dikirim pada Juli 2004. Modifikasinya terdiri dari penambahan elemen lapis baja di lantai tank, sistem penglihatan baru dan penyusunan ruangan untuk amunisi. Percobaan dilakukan pada Februari 2004, menunjukkan dengan sistem ini, awak Leopard 2 dapat selamat tanpa cidera dengan adanya ledakan ranjau di bawah tank.

Pengembangan terbaru untuk Leopard 2 oleh Krauss-Maffei Wegmann GmbH adalah seri dengan model teknologi baru untuk mendukung suasana perdamaian, Leopard 2 PSO (Peace Support Operation). Leopard 2 PSO diperkenalkan secara resmi pada 2006.

Sejarah

Pengembangan MBT Leopard 2 merupakan proyek yang dimulai pada 1960an. Pada saat itu Jerman dan AS masih bekerja sama dalam program MBT-70, maka proyek Leopard 2 mendapat prioritas rendah.

Ketika Jerman dan AS mengembangkan MBT/KPz-70, perjanjian mereka tidak mengijinkan program tank nasional paralel, tetapi ketika Leopard 1 diperkenalkan pada 1965, Porsche mendapatkan kontrak untuk mengembangkan komponen untuk meningkatkan efektivitas pertempuran menurut standar MBT/KPz-70. Program ini berjalan hingga 1967, ketika kotrak berakhir, dan menjadi terkenal dengan sebutan 'Vergoldeter Leopard' atau 'Gilded Leopard'. Ketika keretakan pada kerjasama Jerman/AS untuk pengembangan MBT/KPz-70 muncul pada 1967, Menteri Pertahanan Jerman memutuskan untuk melanjutkan pengembangan 'Vergoldeter Leopard', yang kemudian dikenal dengan ‘Keiler’ (Babi Hutan Liar).


Purwarupa Leopard 2, pada fase pengembangan berbeda. Total 17 purwarupa dibuat, dengan suspensi, turret dan persenjataan yang berbeda

Krauss-Maffei dari Munich dipilih sebagai kontraktor utama, dengan Porsche untuk pengembangan sasis dan Wegmann pada turret. Pada 1969 dan 1970, dua purwarupa (ET 01 dan ET 02), keduanya dilengkapi dengan mesin 10 silinder MB 872, yang dibuat untuk ujicoba dan evaluasi. Pada akhir 1969, dengan berakhirnya pengembangan tank gabungan Jerman/AS, Jerman memutuskan untuk menggunakan hasil pengembangan MBT/KPz-70. Hal ini adalah sebuah usaha untuk mengkombinasikan sapre part yang terbengkalai dari program MBT/KPz-70 dengan komponen tank eksperimental, dan kemudian dikenal dengan Eiler (Babi Hutan), tetapi tidak pernah sampai ke tahap purwarupa.

Pada awal 1970, Menteri Pertahanan Jerman merekomendasikan pengembangan 'Vergoldeter Leopard' yang dilanjutkan dengan adopsi mesin MTU yang awalnya dikembangkan untuk MBT/KPz-70 dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan dari pengalaman sebelumnya. Tujuh tank lain dipesan, dengan Krauss-Maffei dipilih lagi sebagai kontraktor utama.

Purwarupa pertama yang dihasilkan sangat mirip dengan Leopard 1A4, tetapi dengan sebuah haluan berbentuk baji dan sebuah knalpot yang dipindah ke bagian belakang. Roda-nya berasal dari MBT/KPz-70 dan “return rollers”-nya dari Leopard 1. Mesinnya juga berasal dari MBT/KPz-70, mesin empat-tak multi-bahan-bakar berpendingin-air 12 Silinder MTU MB-873 Ka-500 , bersama dengan generator 20 kW, gearbox, filter udara dan sistem pendingin dan rem, membentuk sistem kompak yang dapat dengan mudah diganti dan dipasang selama 15 menit. Sepuluh dari tujuhbelas turret dipasangi meriam utama 105mm, sedangkan yang lainnya (tujuh) dipasangi meriam 120mm, keduanya dibuat oleh Rheinmetall.

Ketika analisis pertama dari perang Yom Kippur 1973 diperoleh, menjadi semakin jelas bahwa penambahan proteksi lapis baja merupakan faktor penting di masa yang akan datang. Hasilnya adalah keputusan untuk mengupgrade Leopard 2 menjadi MLC 60 (Military Loading Class 60 tons), yang akan memungkinkan penambahan lapis baja, dan modifikasi turet dengan lapis baja multi-lapis. Hasilnya adalah terobosan besar pada program Leopard 2 dan menjadi langkah pertama pada Leopard 2AV.

Selama 1973, negosiasi antara Jerman dan AS dimulai untuk standarisasi komponen tertentu pada MBT kedua negara. Sebagai hasilnya, pada 1976 disetujui untuk studi bagaimana Leopard 2 dapat dimodifikasi untuk memenuhi performa dan batasan AS. Berdasarkan keinginan Jerman dan AS, Porsche, Krauss-Maffei, dan Wegmann mendesain dan membuat Leopard 2 AV (Austere Version)



Modifikasi termasuk lapis baja multi-lapis baru (seperti lapis baja “Chobham” milik Inggris, yang terdiri dari lapis baja dan keramik) pada hull dan sebuah turret baru dengan sistem kendali penembakan yang lebih canggih. Dua sasis dan tiga turret dibuat, dan siap pada 1976. Purwarupa pertama mempunyai turret dengan sistem kendali penembakan Hughes dan meriam utama 105mm L7A3. Purwarupa kedua dilengkapi dengan meriam yang sama, tetapi dibuat agar mengadopsi meriam utama Rheinmeta;; 120mm. Turret ketiga memakai kendali penembakan German, termasuk EMES 13 dan digunakan untuk program uji coba Jerman. Turret tambahan juga dibuat dan identik dengan turret ketiga, tetapi memakai meriam utama Rheinmetall 120mm dari awal.

Leopard 2 AV sebenarnya awalnya diuji pada waktu yang sama daengan XM1, tetapi program modifikasi Jerman menghabiskan waktu yang lebih ama dari yang diperkirakan. AD AS sedang melakukan evaluasi terhadap purwarupa XM1 yang dibuat oleh Chrysler dan General Motors, dan akhirnya memilih purwarupa dari Chrysler untuk pengembangan se=kala penuh.

Akan tetapi, Purwarupa Jerman tiba di AS pada akhir Agustus 1976 dan uji perbandingan antara purwarupa Leopard 2AV dan XM1 dilakukan di Aberdeen Proving Grounds, berlangsung hingga Desember 1976. AD AS melaporkan bahwa Leopard 2AV dan XM1 setara pada sistem penembakan dan mobilitas, tetapi XM1 lebih baik dalam hal perlindungan lapis baja. Setelah uji perbandingan ini, purwarupa Leopard 2V dikembalikan ke Jerman untuk evaluasi.

Pada September 1977 Menteri Pertahanan Jerman secara resmi memutuskan untuk mulai memproduksi 1.800 Leopard 2, yang akan dikirim dalam lima bagian (batch). Krauss-Maffei dipilih menjadi kontraktor utama dan manager sistem. MaK menjadi sub kontraktor dan produksi dibagi di antara dua perusahaan tersebut, 55% untuk Krauss-Maffei dan 45% untuk MaK. Wegmann, sebagai integrator turret, mempunyai tanggung jawab penuh untuk koordinasi kendali penembakan EMES 15. KEndali penembakan EMES 15 dikembangkan oleh Hughes bekerja sama dengan Krupp Atlas Elektronik, dengan meriam utama performa-tinggi “smooth-bore” 120mm dari Rheinmetall.

Tanpa keraguan, pada saat mulai produksinya (1979), Leopard 2 merupakan tank tercanggih di dunia. Jerman sukses dalam mendesain sebuah tank yang sangat hebat di semua tiga area desaintank, mobilitas, daya tembak dan proteksi lapis baja.

Setelah ini, desainer tank hanya mampu sukses dalam dua area desain tank. Chieftain milik Inggris, mempunyai daya tembak dan lapis baja yang bagus, tapi mobilitasnya tidak memadai. Yang lain, AMX-30 milik Perancis, mempunyai mobilitas dan daya tembak yang bagus, tetapi lemah di lapis bajanya.


Leopard 2 Series Production

Leopard 2 dari batch produksi pertama

Total 380 Leopard 2 dibuat dalam batch pertama, 209 oleh Krauss-Maffei (nomor sasis 10001 sampai 10210) dan 171 oleh Mak (nomor sasis 20001 sampai 20172), dengan enam produksi pertamanya dikirim pada 1979 ke Kampftruppenschule 2 di Münster. 100 yang lain dikirim pada 1980 dan 229 pada 1981. Leopard 2 pertama masuk ke Panzerbattalions 31, 33 dan 34 dari 1 Panzerdivision, dengan sebagian dikirim secara paralel ke Panzerbattalions 81, 85 dan 84 dari 5 Panzerdivision. Leopard 1 yang masa operasinya sudah habis kemudian diserahkan pada Panzerbattalions dari Panzergrenadier Divisions, mereka menggantikan M48A2G. Pada 1982 produksi berjalan dengan kapasitas 300 setahun, batch pertama yang terakhir dikirimkan pada Maret 1982.

Berat pertempuran Leopard 2 adalah 55.000 kg, berat kosong 52.000 kg, dan Hull-nya mempunyai lapis baja multi-lapis. Rodanya (running gear) terdiri dari tujuh “dual rubber-tyred road wheels” dan empat “return roller” per sisi, dengan “idler wheel” di depan dan “drive sprocket” di belakang.
Suspensi batang torsi (Suspensi Christie) dipakai, dengan “friction dampers” canggih. Roda rantai Diehl 570 F, dengan konektor akhir rubber-bashed, mempunyai blok karet yang dapat dilepas dan menggunakan 82 mata rantai di setiap roda rantainya. Untuk penggunaan di medan es, sampai dengan 18 blok karet dapat diganti dengan “grousers”, yang disimpan pada tundukan tank. Bagian pertama dari empat bagian Skirt samping tank ini mempunyai lapis baja yang sangat tebal dan harus ditinggikan untuk pengiriman melalui kereta api. Sementara bagian lainnya terbuat dari karet dan struktur logam standar dan tergantung dan dapat diayunkan ke atas jika diperlukan.

Ruang pengemudi berada di depan sebelah kanan. Sebuah lubang palka “pintle-mounted” tipe angkat dan ayun besar dipasang untuk pengemudi dan dibuka ke arah kanan. Terdapat dua periskop observasi di palka pengemudi, ditambah satu di sebelah kirinya, untuk digunakan saat mengemudi di jarak sangat dekat. PEriskop sentral (di palka) dapat diganti dengan alat lihat IR pasif untuk operasi malam hari. Lubang palka darurat berada di bawah tempat duduk pengemudi.

Turretnya memakai lapis baja multilapis, terpasang di tengah hull dan diawaki oleh komandan dan penembak di sebelah kanan dan pengisi proyektil di sebelah kiri. Komandan dan pengisi proyektil masing-masing mempunyai palka sirkular, yang dibuka ke belakang, dan enam periskop yang mampu melihat ke segala arah untuk komandan. Kedua palka mempunyai cincin untuk senapan mesin anti-pesawat 7.62 mm, walaupun normalnya senapan mesin ini terpasang pada palka pengisi proyektil.



Leopard 2, seri produksi batch pertama. Batch pertama dikirim dari 1979-1982. 200 tank pertama orisinil dilengkapi dengan intensifier tampilan PZB 200 yang terpasang di atas mantlet, imager termal belum terpasang. Batch pertama merupakan satu-satunya yang mempunyai sensor angin yang terpasang di turret.

Meriam utama Rheinmetall 120mm terstabilisasi secara penuh baik azimut maupun elevasi, dan sistem kendali meriam elektro-hidrolis WNA-H22 terpasang di dalamnya. Meriam ini dapat menembakkan dua tipe amunisi, keduanya dikembangkan oleh Rheinmetall APFSDS-T, dikenal sebagai DM-33 KE (Kinetische Energy), dan HEAT-MP-T, dikenal sebagai DM-12 MZ (Mehrzweck = multipurpose), kedua tipe ini mempunyai selongsong yang dapat terbakar. 27 rounds dari amunisi 120mm disimpan di magazine khusus di bagian depan hull, sebelah kiri ruang kemudi- 12 tambahan (total 42) disimpan di sebelah kiri rangka turret, dan terpisah dari kompartemen tempur dengan pintu yang beroperasi secara elektrik. Jika amunisi pada tempat penyimpanan tertembak, penel blow-off di dalam atap turret akan mengarahkan ledakan ke atas. Senapan mesin koaksial 7.620mm MG 3, terpasang di sebelah kiri meriam utama dan 4.750 rounds amunisi dapat diangkut.


Meriam Rheinmetall 120mm L44 adalah meriam tank terkuat pada saat MBT Leopard 2 mulai beroperasi (1979).

Penjejak panas untuk penjejak primer EMES 15 penembak tidak siap selama produksi batch pertama, akan tetapi pada produksi selanjutnya penjejak panas ini sudah terpasang. Untuk menghasilkan kemampuan tempur malam yang lebih baik untuk tank batch produksi pertama, sistem TV ringan Panzer-Ziel-und-Beobachtungsgerät (PZB) 200ow (LLLTV) dipasang sementara untuk 200 Leopard 2.

Sistem kendali penembakan EMES 15/FLT-2 terdiri dari:
1. Penjejak/alat pembidik primer untuk penembak dengan cermin tang distabilkan secara azimut dan elevasi
2. Transmiter dan receiver laser
3. Sistem penggambaran termal dan “eye piece assembly”
4. unit kendali komandan dan penembak.
5. unit display komandan
6. unit kendali komputer
7. kontrol tangan joy-stick komandan
8. komputer balistik digital, yang mengkalkulasi data relevan untuk solusi penembakan
9. sensor kecepatan udara silang (hanya batch pertama)
10. sensor elevasi meriam
11. box elektronik laser
12. sensor sudut lereng
13. set kabel interkoneksi

Penembak juga mempunyai teleskop tambahan FERO-Z18 dengan pembesaran sampai delapan kali, yang terpasang koaksial di sebalah kanan meriam utama. Pembidik panoramik primer PERI R-17 independen dan terstabilisasi penuh, dibuat oleh Carl Zeis, dipasang didepan ruang komandan. Pembidik ini dapat diputar 360 derajat dan memungkinkan komandan membantu kontrol penembak jika dibutuhkan. Sebuah palka suplay amunisi yang dibuka ke luar, terpasang di sebelah kiri turret. Dua kelompok dari empat 79mm mortar asap Wegman dipasang di kedua sisi turret dan dapat ditembakan secara elektrik satu per satu atau secara salvo keempat-empatnya. Dua set radio SEM 25/SEM 35 dipasang di belakang komandan di bagian belakang kanan bustle turret. Dua antena radio dipasang di kanan dan kiri belakang ruang awak.

Kompartemen mesin berada di belakang, terpisang dari kompartemen tempur oleh dinding pemisah tahan api. Mesin diesekl turbo empat-tak V-12 Silinder berpendingin cairan 47,6 Liter MTU MB 873 Ka-501 menghasilkan 1.104 kW (1.500 PS) di 2.600 rpm. Di hidupkan dengan delapan batere 12-Volt/125 Ab dan mempunyai sistem elektrik 24 volt. KEcepatan maksimum jalanan Leopard 2 adalah 68 km/jam, dan terbatas 50km/jam selama waktu damai, dan kecepatan mundur maksimal 31 km/jam. Konsumsi bahan bakarnya sekitar 500 liter per 100km. Empat tangki bahan bakarnya mempunyai kapasitas total sekitar 1.160 liter, membuatnya mampu berjalan hingga 500 km. “Planetary Gearbox” hydro-kinetic Renk HSWL 354 dengan rem integral terpasang pada mesin, membentuk power pack kompak yang dapat diganti-ganti selama 15 menit. Berat power pack ini sekitar 6.120 kg. Empat gigi maju dan dua mundur dapat dioperasikan melalui konventer putaran, membuat Leopard 2 dapat perputar di tempat jika dibutuhkan. Transmisi giginya berjalan secara otomatis dengan jarak yang dipilih sebelumnya oleh pengemudi. Kisi-kisi keluaran pendingin udara sangat mencolok menyeberangi bagian atas dari plat belakang, dan telah dipasang setelah tank ke-28 dibuat.Kisi-kisi knalpot dengan batang-batang vertikal berada di sebelah kiri dan kanan ventilasi deairasi. Sistem deteksi kesalahan mendeteksi malfungsi teknis apapun.

Empat botol pemadam kebakaran Halon 9kg terpasang di sebelah kanan di belakang ruang pengemudi. Botol-botol ini terhubung dengan pipa dan pipa karet, dan diaktifkan secara otomatis denhan sistem deteksi kebakaran, ketika temperatur naik hingga di atas 180 Fahrenheit di dalam kompartemen tempur, atau secara manual dengan panel didalam kompartemen pengemudi. Sebuah pemadam kebakaran ( Halon 2,5 kg (HAL 2,5) ekstra disimpan di bawah meriam utama. Leopard 2 mempunyai sistem proteksi NBC, yang menghasilkan sampai dengan tekanan 4 mbar (0.004 kp/cm²) di dalam tank. Leopard 2 mampu mengarungi perairan dengan kedalaman 1,20m (menyeberangi) tanpa persiapan apapun, dan dapat mengarungi perairan dengan kedalaman 2,25m (penyeberangan dalam) dengan persiapan khusus. Persiapan sekitar 15 menit dibutuhkan untuk membuat tank siap menyeberangi perairan dengan kedalaman 4m (pengendaraan bawah air), termasuk pemasangan tiga buah snorkel (alat penyaluran udara) ke kubah komandan.

Produksi batch kedua dimulai pada Maret 1982 dan berakhir pada November 1983. 450 tank dibuat, 248 dibuat oleh Krauss-Maffei (nomor sasis 10211 sampai 10458) dan 202 oleh MaK (nomor sasis 20173 sampai 20347). Perubahan paling signifikan dari batch ini adalah penghilangan sensor kecepatan angin, dan perlindungan pada blok optik di ruang komandan sekarang berbentuk persegi. Pembidik termal, berdasarkan modul umum yang dikembangkan oleh Texas Instruments dan dibuat oleh Carl Zaiss, sekarang terpasang di pembidik primer EMES 15 dan sistem kendali penembakan dimasukkan ke dalam sistem deteksi kesalahan.

Filter bahan bakar di pindah posisinya, untuk mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk pengisian bahan bakar. Sebuah koneksi head-set eksternal ditambahkan di sebelah kiri belakang turret. Rak penyimpanan amunisi identik dengan milik M1A1 Abrams. Papan dua kaki dipasang di power pack, untuk mengurangi kerusakan pada sistem kemudi serta colokan dan kabel elektrik selama pemeliharaan dengan pengurangan dek. Klem kabel penarik di dek belakang di pindah dan kabelnya sekarang mempunyai panjang 5 m, menyilang di plat belakang. Dengan banyaknya perubahan, versi ini dinamai Leopard 2A1.

300 Leopard 2 batch ketiga diproduksi pada November 1983 hingga November 1984, 165 oleh Krauss-Maffei (nomor sasis 10459 sampai 10623) dan 135 oleh MaK (nomor sasis 20735 hingga 20509). Perubahan yang paling terlihat adalah penambahan deflektor, yang meninggikan posisi pembidik panoramik primer PERI R-17 komandan sekitar 50mm, dan plat pelindung yang lebih besar dipasang di bagian atas sistem perlindungan NBC. Modifikasi ini juga kemudian dilakukan pada tank batch kedua. Tank batch ketiga ini diberi nama Leopard 2A2.

Batch keempat dibuat antara Desember 1984 dan Desember 1985. 300 tank dibuat, 165 dibuat oleh Krauss-Maffei (nomor sasis 10624 hingga 10788) dan 135 oleh MaK (nomor sasis 20510-20644). Perubahan yang paling besar pada pemasangan radio VHF SEM 80/90 digital dan kisi-kisi knalpot yang dirubah dengan batang lingkaran. Palka-palka suplay amunisi ditutup dengan patri (mengurangi resiko kebocoran jika turet tertembak). Tank batch ini diberi nama Leopard 2A3.


Leopard 2A3, Panzerbattalion 123, Panzerbrigade 12, October 1990.

Antara Desember 1985 hingga Maret 1987 370 tank dibuat, 190 oleh Krauss-Maffei (nomor sasi 10789-10979) dan 180 oleh MaK (nomor sasis 20645-20825). Pada batch ini, kendali penembakannya dilengkapi dengan inti digital untuk memfasilitasi penggunaan amunisi baru, dan untuk meningkatkan tingkat keselamatan awak, sebuah sistem penetralan ledakan dan penembakan dikembangkan oleh Deugra juga dipasang. Return roller diposisikan ulang. Level perlindungan turret ditingkatkan menjadi lebih dari 700mm KE dan 1000mm HEAT. Tank dari batch ini dinamai Leopard 2A4.

Leopard 2A4, German Bundeswehr.

Walaupun hanya lima batch yang sebenarnya akan diproduksi, sebuah pesanan untuk batcj keenam untuk 150 tank dibuat pada Juni 1987. 83 tank dibuat oleh Krauss-Maffei (nomor sasis 10980-11062) dan 67 oleh MaK (nomor sasis 20826-20892), antara Januari 1988 dan Mei 1989. Fitur baru pada batch ini adalah pemasangan perawatan-bebas baterai, pengenalan roda rantai Diehl 570FT dan penggunaan cat bebas zinc kromat. Lampu peringatan sentral sekarang dipasang di tempat kecil di hull, di depan ruang pengemudi, untuk otingkat observasi dan penglihatan yang lebih baik bagi pengemudi ketika mengemudi dengan kepala keluar. Palka suplai amunisi di sebelah kiri turret dihilangkan. Tank batch ini juga dinamai Leopard 2A4.

Produksi 100 tank batch ketujuh dimulai pada Mei 1989 dan berakhir pada April 1990, 55 oleh Krauss-Maffei (nomor sasis 11063-11117) dan 45 oleh MaK (nomor sasis 20893-20937). Tank batch ini identik dengan batch keenam, juga dikenal dengan Leopard 2A4.


Leopard 2A4 (batch ketujuh), Panzerbattalion 214, 7.Panzerdivision, CMTC Hohenfels, December 1995.

Antara Januari 1991 dan Maret 1992, 75 tank diproduksi, 41 oleh Krauss-Maffei (no. sasis 11118-11158) dan 34 oleh MaK (no. sasis 20938-20971). Perubahan yang dilakukan pada pemasangan mortar asap, dan sebuah kolimator untuk sistem referensi muzzle dipasang di sebelah kanan meriam utama 120mm, dekat ujung barrel, dan kemudian dipasang seperti pada batch sebelumnya. Sistem referensi muzzle memungkinkan pengecekan cepat untuk penembak dari distorsi dari barrel meriam dalam hubungannya dengan optik pembidik. Tank pada batch ini juga disebut Leopard 2A4.

Leopard 2A4 terakhir dari batch kedelapan dikirim ke Gebirgs-Panzerbattalion 8 (Batalion Tank Gunung) pada 19 Maret 1992, dalam sebuah upacara resmi di Munich.


Leopard 2A4 milik of Panzerbattalion 393, December 1995. CMTC Hohenfels.

Setelah pengiriman tank batch kedelapan terakhir, sekitar 2.125 Leopard 2A4 beroperasi untuk Jerman. Leopard 2 didesain untuk memenuhi kebutuhan untuk kendaraan tempur modern untuk mengatasi ancaman Soviet di Eropa Tengah. Tank ini menggunakan teknolohi tercanggih yang ada di masa itu, untuk mendapatkan performa yang lebih baik, dengan hasil optimal di faktor proteksi lapis baja, daya tembak dan mobilitas; yang menempatkannya sebagai pemimpin di desain tank modern.

Serial Leopard 2 ketiga - The Improved Leopard 2 - Leopard 2 A5 KWS II

Leopard 2A5 KWS II, turret baru dan lapis baja komposit generasi ketiga

Di dunia modern, tekanan untuk modernisasi sangatlah besar, tetapi di dunia teknologi militer kenyataannya pahit. Dengan kemunculan tank hebat dan modern Soviet seperti T 64 B dan T 80 B, dilengkapi dengan meriam utama 125mm performa-tinggi yang mampu menembakkan peluru kendali, pengembangan Leopard 2 menjadi lebih baik semakin diperlukan. Walaupun kerjasaman antara negara-negara akan sulit. Setelah pembatalan program pengembangan tank bersama Perancis-Jerman di November 1982, Jerman mengembangkan fase konsep untuk Leopard 3 pada Maret 1983 untuk berjalan hingga 1996. Beberapa alternatif dipelajari, termasuk produksi tambahan Leopard 2, pengembangan Leopard 2, pengembangan turret baru untuk Leopard 2 dengan empat awak atau tiga awak dengan pengisi amunisi otomatis, atau tetap mengembangkan hull dan turret yang baru seluruhnya.

Pengembangan komponen Leopard 2 akhirnya dipilih, dan pada 1989 Leopard 2 KVT (Komponentenversuchsträger-tank percobaan komponen) dibuat dan diujicobakan. Tank ini dilengkapi dengan lapis baja tambahan, “spall liners” di dalam kopartemen tempur, palka geser elektronik untuk pengemudi, palka baru untuk komandan dan pengisi amunisi, penambahan lapis baja reaktif dan pasif di atap turret. EMES-15 ditinggikan dan mendapat tempat berlapis baja, dan PERI-17, sekarang mempunyai chanel pembidik termal independen, dipindah ke sebelah belakang kiri ruang komandan. Purwarupa ini mempunyai berat total 60.500kg. Setelah percobaan, tank ini diubah menjadi IVT (Instrumentenversuchsträger-Tank Ujicoba untuk Instrumen) dan bergabung dengan program pengembangan IFIS (integrated command and information system) yang dilakukan antara 1988 hingga 1992, yang dilakukan melalui kerjasama dengan AS untuk efisiensi dan pengumpulan informasi. Setelah evaluasi dari uji pengembangan dengan KVT, dua purwarupa dibuat pada 1991 oleh Krauss-Maffei untuk program pengembangan, dikenal dengan KWS.

Perubahan besar pada bidang politik dengan Blok Timur dan hasil dari pengurangan budget untuk militer sangat jelas mengubah program ini. Sebuah program alternatif dibuat, dipisah menjadi tiga tahap, dan dikenal sebagai KWS I, KWS II, dan KWS III (Angka Romawi tidak menunjukkan urutan).

KWS I terdiri dari adopsi meriam utama L/55 120mm yang lebih panjang dan penggunaan amunisi yang lebih baik, dengan kecepatan pemberangusan sampai 1.800 m/s (Program ini menghasilkan Leopard 2A6).

KWS II adalah pengembangan untuk meningkatkan proteksi lapis baja untuk awak dan pengembangan kemampuan sistem kendali dan komando (Program ini menghasilkan Leopard 2A5).

KWS III terdiri dari adopsi meriam utama 140mm.


Purwarupa Leopard 2 dengan meriam utama 140mm.

Pada Oktober 1991, Swiss, Belanda dan Jerman memutuskan untuk bekerjasama dalam program pengembangan KWS II. Leopard 2A5 dikirim secara resmi ke German Army School pada 30 November 1995. Sasis dari batch keenam, ketujuh dan kedelapan digunakan untuk program konversi dan menerima turret yang sudah dibuat ulang dan dimodifikasi yang diambil dari tank pertama batch keempat. Modernisasi dari sasis juga dilakukan oleh Krauss-Maffei dan MaK, sementara Wegmann dan Rheinmetall bertanggung jawap pada pengembangan turret.

Perubahan paling signifikan pada hull Leopard 2A5 adalah palka pengemudi baru, yang sekarang beroperasi secara bergeser dengan elektronik dan terbuka ke kanan. Sebuah deflektor dipasang di sebelah kiri ruang kemudi, dengan kurungan stowage untuk kamuflase. Sebuah kamera dipasang di atas belakang keluaran udara pendingin terhubung dengan sebuah monitor di dashboard pengemudi, membuatnya mampu berjalan mundur dengan kecepatan tinggi, tanpa petunjuk dari komandan. Roda-rodanya sekarang dibuat dari baja, untuk menggantikan roda sebelumnya yang terbuat dari aluminium.

Bagian depan dan samping turret dipasangi dengan lapis baja tambahan berbentuk baji, yang dapat dengan mudah diganti oleh mekanik jika tertembak atau, dikemudian hari, dapat diganti dengan lapis baja yang lebih canggih. Panel samping dari baja tambahan ini tergantung dan dapat diayunkan ke depan, dibutuhkan jika mesin akan diganti. Mantlet meriam telah didesain ulang, dan boks stowage tambahan dipasang di belakang dan samping turret. Bagian dalam turret sekarang dipasangi dengan sebuah spall liner untuk meningkatkan proteksi awak terhadap serpihan-serpihan. Sistem stabilisasi dan kendali meriam hidrolis diganti dengan sistem elektrik. Teleskop tambahan FERO Z-18 optikdipinda posisinya di atas mantlet meriam, dan pembidik panoramik PERI-R 17 milik komandan dipindah ke sebelah belakang kiri ruang komandan. Pembidik independen komandan juga dikembangkan dengan chanel termal yang ditampilkan dalam sebuah monitor di dalam ruang komandan. Prosesor data jarak laser dimodifikasi sehingga Leopard 2A5 sekarang dapat menyerang helikopter dengan amunisi APFSDS-T, dan sistem navigasi GPS dibuat dengan antena GPS terpasang dibelakang atap turret.

Tambahan lapis baja membuat berat tempur Leopard 2A5 menjadi 59.500kg, yang sama sekali tidak berpengaruh pada mobilitasnya, karena memang tank ini sudah didesain untuk menerima perubahan semacam ini.


Srial Leopard 2 keempat - The Leopard 2 A6

Leopard 2A6, German Bundeswehr, saat manuver

Leopard 2A6 mempunyai sebuah meriam L55 yang lebih panjang, sebuah mesin pelengkap, proteksi ranjau yang ditingkatkan dan sebuah sistem AC (pengatur suhu udara) AD Jerman mengupgrade 225 2A5 menjadi konfigurasi 2A6 yang dikirim pertama kali pada Maret 2001. AD Belanda juga memesan upgrade 180 tank 2A5 menjadi 2A6, yang tank pertamanya mulai beroperasi pada Februari 2003.

Pada Maret 2003, AD Yunani memesan 170 Leopard HEL (sebuah versi dari 2A6EX) untuk dikirim antara 2006 dan 2009.


Leopard 2E, milik AD Spanyol, memperlihatkan lapis baja ekstra di depan hull dan meriam L55 120mm baru

Spanyol memesan 219 Leopard 2E (sebuah versi dari Leopard 2A6 dengan proteksi lapis baja yang lebih besar) dan 16 kendaraan recovery Leopard 2ER, dan empat kendaraan trainer pengemudi Leopard 2. 30 pertama dibuat oleh Krauss-Maffei Wegmann GmbH dan sisanya akan dibuat dibawah lisensi di Spanyol oleh General Dynamics, Santa Barbara Sistemas (GDSBS). Pengiriman batch pertama dimulai pada 2004 dan akan selesai pada 2008.


Leopard 2E, memperlihatkan penambahan panjang laras penuh 130 cm dari meriam L55 120mm baru

Versi Spanyol mempunyai beberapa perubahan dari model A6 dasar, di samping lebih bayak lapis baja, termasuk sistem Indra/KAE LINCE C2, Indra 2nd gen TI untuk penembak dan Komandan, teleskop pasif Indra 3rd gen baru untuk pengemudi dan Spanish PR4GE (dibuat dibawah lisensi radio hopping frekuensi digital 2ng gen PR4G) dengan modem data untuk transmisi data aman nirkabel.


Seri Leopard 2 kelima - Daya Tembak

Leopard 2E milik AD Spanyol-menembakkan meriam L55 120mm baru

Sebuah meriam smooth bore, meriam L55 120mm, dikembangkan oleh Rheinmetall GmbH di Ratingen, Jerman untuk menggantikan meriam smoothbore L44 120mm milik Leopard yang lebih pendek.

Laras meriam L44 120mm mempunyai panjang 530cm dan berat 1.190kg. Berat meriam keseluruhan 3.780kg. Sebagai perbandingan, laras meriam L55 120mm mempunyai panjang 660cm dan berat 1.374 kg. Berat keseluruhannya 4.160kg. Pertambahan banjang L44 ke L55 adalah 130cm, menghasilkan porsi yang lebih besar dari energi yang tersedia untuk dikonversikan ke kecepatan proyektil yang ditembakkan.

Sebuah karakteristik penting dari meriam L55 adalah kompabilitasnya dengan sistem senjata Leopard 2, yang berarti bahwa meriam ini terintegrasi tanpa alterasi substansial. Geometri eksternal dari meriam ini didesain untuk meminimalkan fenomena pelengkungan statis, untuk menghasilkan lekukan konstan optimal. Dari daktor ini, bentuk laras yang dipilih untuk L55 memainkan peran kritis. Hal ini merupakan prasyarat untuk sistem yang mempunyai probabilitas “first-shot hit” yang tinggi. L55 dapat menembakkan proyektil 120mm standar apapun.

Khusus ketika menggunakan proyektil DM 53 KE, L55 mampu meningkatkan performa 30% jika dibandingkan dengan sistem konvensional. Sebagai contoh, ketika ditembakkan laras yang lebih panjang, DM 53 (LKE II) KE dapat mencapai kecepatan 1.750m/detik.

Meriam smoothbore L55, yang dilengkapi dengan selongsong termal, ekstraktor asap dan sistem referensi mocong meriam, kompatible dengan amunisi 120mm yang ada saat ini dan amunisi penetrasi tinggi baru.

Amunisi energi kinetik yang sudah dikembangkan dikenal sebagai LKE II dikembangkan sebagai hasil dari Tactical Requirement di November 1987, dan menggunakan meriam dengan laras yang lebih panjang. Efek proyektil energi kinetik pada target musuh tergantung pada 1) panjang penetrator, masa proyektil dan kecepatan saat tabrakan dan 2) interaksi antara proyektil dengan target. Bahan proyektilmerupakan serbuk tungsten berat di dalam sebuah struktur monoblok. Amunisi energi kinetik yang sudah dikembangkan mempunyai energi moncong dan gaya hentakan yang lebih besar.Amunisi terbaru yang dikembangkan Rheinmetall untuk Leopard 2 termasuk peluru DM 43 A1 120mm KE, DM 53 120mm LKE dan 120 MP.

Efektifitas letalitas Leopard 2A6 terutama dikarenakan karena pengembangan sistem meriam oleh Rheinmetall. Berdasarkan kebutuhan militer untuk daya tembak yang lebih besar, Rheinmetall W & M selanjutnya meningkatkan performa meriam ini dan amunisi-KE. Penambahan 130 cm dan beberapa modifikasi lain dari meriam sebelumnya (ruang pada laras mampu mendukung tekanan yang lebih tinggi dari bahan bakar peluru baru) menghasilkan kecepatan peluru yang lebih tinggi dan meningkatkan performa KE. Perkiraan energi kinetik moncong, ketika menembakkan APFSDS DM 53 (LKE II), sekitar 18-20 megajoule (MJ). Meriam L55 120mm kompatibel dengan tipe-MBT modern, termasuk yang beroperasi untuk NATO, dan meriam ini juga dapat diganti dengan meriam lama.


Meriam hiper-velocity L55 120mm

Peningkatan performa lanjut dari Leopard 2A6 dihasilkan dari pengenalan peluru penetrator tangkai panjang tungsten DM 53 (LKE II). Peluru ini mempunyai kemampuan penetrasi yang lebih tinggi dari pada peluru KE yang ada sebelumnya dan menjadi contoh bagi pengembangan perlengkapan saat ini atau masa datang. Perkiraan kemampuan penetrasi peluru penetrator tangkai panjang tungsten DM 53 (LKE II) yang ditembakkan dari meriam L55 120mm adalah 750mm pada jarak 2.000m.Peluru sekunder yang bisanya dipakai adalah peluru sekunder ultra-modern (HE and MP).


Seri Leopard 2 keenam - Proteksi

eopard 2A, walaupun dilakukan penambahan berat dari kelas militer 60 ton menjadi 70 ton, MBT ini tetap mempertahankan manuverabilitasnya. Gambar di atas menunjukkan kemampuan Leopard 2 untuk menyeberangi sungai kecil.

Leopard 2A6 dilindungi dengan lapis baja komposit generasi ketiga, dengan penambahan penguatan di bagian depan dan samping turret dengan modul lapis baja add-on terpasang secara eksternal. Jika penetrasi peluru menembus lapis baja, sebuah “spall liner” mengurangi jumlah fragmen dan fragmen kerucut tajam. “Spall liner” juga mampu menjadu insulasi kebisingan dan termal. Penguatan pada lapis baja menghasilkan perlindungan dari serangan berlapis, peluru energi kinetik dan “shaped charges”.

Leopard 2A4-Pekiraan Level Proteksi Lapis Baja (Akhir 1990an):
Terhadap Energi Kinetik (dalam mm of RHAe):
Turret: 590-690
Glacis: 600
Hull badian bawah depan: 600

Terhadap Energi Kimia (dalam mm of RHAe):
Turret: 810-1.290
Glacis: 710
Hull badian bawah depan: 710

Leopard 2A5-A6-Pekiraan Level Proteksi Lapis Baja (2002-2004):
Terhadap Energi Kinetik (dalam mm of RHAe):
Turret: 920-940
Glacis: 620
Hull badian bawah depan: 620

Terhadap Energi Kimia (dalam mm of RHAe):
Turret: 1.730-1.960
Glacis: 750
Hull badian bawah depan: 750

RHAe=Rolled Homogeneous Armor Equivalent: sebuah perbandingan ketebalan RHA dari tipe lapis baja terhadap penembusan misil/amunisi ke lapis baja.Leopard 2A6 merupakan salah satu MBT dengan perlindungan terbaik di dunia, sama seperti M1A2 Abrams SEP milik AS.

PanzerKampfWagen VI Ausf. E TIGER I / The Monster Of Tiger Panzer

waktu perang dunia 2 tank ini ibarat monster buat sekutu, pada era "active service" nya taun 1941-1944
komandan sekutu selalu memerintahkan kavaleri nya untuk mundur klo papasan dengan tiger ini. Di jaman
emasnya itu nyaris tidak ada tank sekutu yang punya meriam cukup ampuh buat ngejebol Tiger, sekutu selalu
manggil pesawat ground attack nya buat ngebom ni monster (yg punya kelemahan juga... Lamban).

Prestasi Tiger paling mentereng ketika 6 buah tank tiger dan beberapa support vehicle dibawah komando
Hauptsturmfuhrer (setara kapten) Michael Wittman memporak porandakan satu divisi tank inggris di Bocage,
kota Caen Prancis. Total korban pihak Inggris mencapai 14 tank cromwell (11 dihancurin sendirian oleh Wittmann)
5 tank Sherman, 2 artileri anti-tank, 13 APC. keren nya lagi semuanya dihancurkan hanya dlm waktu 15 menit!
korban di pihak jerman? cuma 3 Tiger rusak dan sebuah APC

SPECS:
Armor: baja pelat dgn ketebalan 25-110 mm
Berat: 54 ton
dimensi: 9 x 3,5 x 3 meter
Kru: 5 orang (komandan, navigator, loader, gunner, turretcontroller)
Mesin: Maybach 700 hp
Jarak Jelajah: 150-200 km (terrain dependant)
TopSpeed: 36kph

GUNS:
primary: 88mm KWK36
coaxial: 7,92mm MG38/13mm RheinmetallBorsig Mk131
turret top: 7,92 mm MG42


Leopard 2 di Negara Non-Jerman,Kanada

Leopard 2A6M

Leopard 2A6M CAN: Leopard 2A6M milik Kanada, diadaptasikan untuk memenuhi kebutuhan Angkatan Bersenjata Kanada. Tank ini mempunyai tambahan lapis baja di bagian depan, dan lapis baja rusuk dipasang. Leopard 2A6M adalah model seni ilmu kemiliteran yang termasuk sebuah proteksi ranjau terintegrasi, dengan penambahan lapis baja di bagian bawah hull, dan dibagian bawah perut, ditambah sebuah kompartemen awak dengan desain baru, yang meningkatkan keselamatan awak. 20 Leopard 2A6M CAN, dikirim pada Agustus 2007 yang dipinjam oleh Angkatan Bersenjata Kanada dari Jerman, untuk meningkatkan efektivitas unit Kanada yang dikirimkan ke Afganistan. Kanada juga akan membeli 100 tank Leopard 2A4, senagai hasil perjanjian pemerintahan Belanda-Kanada. Akuisisi ini akan memenuhi kebutuhan jangka panjang Angkatan Bersenjata Kanada.

Swiss Pz87: Leopard 2 Pz 87 berbeda dengan milik Jerman, memiliki perubahan di bagian belakang turret, dengan sebuah lerengan di bagian belakang kiri turret dan sebuah boks tambahan untuk jaring kamuflase di bagian belakang kanan turret. Pada bagian belakang kiri turret terdapat box yang berisi koneksi “head-set” eksternal untuk intercomm awak. Senapan mesin MG 87 7.5mm WF Bern buatan Swiss dipakai, satu dipasang secara koaksial terhadap meriam utama dan yang satunya dipasang di ruang pengisi amunisi untuk pertahanan udara. Radio AN/VCR 12 desain AS yang diproduksi dibawah lisensi, dipasang. Di bagian kanan dan kiri, di sebelah mortar asap, dua kotak tubular untuk tempat penyimpanan interim bagi laras pengganti senapan mesin jika panas. Tiga grouser disimpan di bagian kiri turret dan tujuh lainnya di sebelah kanan, sedang yang 18 disimpan di “bow”, sehingga total ada 28 grouser dapat dibawa dan digunakan di tanah yang lembek atau bersalju. Swiss memperkenalkan knalpot dengan noise reduction, yang terpasang di bagian belakang tank, untuk semua tank KPz 87. Semua KPz 87 membawa skema kamuflase standar Jerman. Siww berpartisipasi dalam program pengembangan KWS II tri-lateral, dan akan mengupgrade Pz87 menjadi Leopard 2A5.


Leopard 2A4, 41(NL) Tankbataljon, 41(NL) Lichte Brigade, Weser-Emsland, June 1993

Leopard 2 Belanda: Leopard 2 NL berbeda dengan milik Jerman karena mempunyai sistem mortar asap yang didesain oleh Belanda dengan enam laras tiap sisinya, sebuah periskop malam pasif buatan Belanda untuk pengemudi, sebuah senapan mesin FN MAG 7.62 mm yang terpasang koaksial terhadap meriam utama dan sebuah MAG untuk pertahanan udara, dan radio Philips dengan antena bergaya AS. Pada Januari 1993, AD Belanda mengumumkan rencana untuk melepas 115 dari 445 Leopard 2 NL, yang dijual ke Austria dan untuk mengupgrade 330 sisanya menjadi Leopard 2A5. Leopard 2NL pertama yang telah diupgrade dikirim ke Belanda pada Mei 1997. Tank hasil upgrade ini memakai skema kamuflase yang sama dengan milik Jerman, tetapi mempertahankan radio, senapan mesin FN MAG dan mortar asap buatan Belanda. AD Belanda juga telah memesan untuk mengupgrade 180 tank 2A5-nya menjadi 2A6, tank pertama mulai beroperasi pada Februari 2003.


The Leopard 2E, of the Spanish Army.

Leopard 2E: Sebuah turunan dari versi 2A6 (dengan proteksi lapis baja yang lebih besar), dikembangkan di bawah sebuah program manufakturing bersama antara Jerman dan Spanyol. Program ini berjalan dalam kerangka persetujuan pada 1995 antara Menteri Pertahanan kedua negara, yang termasuk di dalamnya peminjaman sebanyak 108 Leopard 2A4 dari Jerman ke Spanyol untuk digunakan selama 5 tahun. Akan tetapi peminjaman ini diperpanjang hingga 2016, dan setelahnya tank-tank tersebut menjadi milik Spanyol. Pada 1998, pemerintah Spanyol menyetujui kontrak pembuatan 219 Leopard 2E, 16 tank recovery (CREC) dan 4 tank trainer. Mereka memilih Santa Bárbara Sistemas sebagai kontraktor utama. Program ini, dengan dana sebesar 1.939,4 juta Euro, termasuk pengembangan support logistik terintegrasi; kursus untuk instruktor awak, montir dan pengemudi; tower; perawatan; dan simulator pembidikan dan penembakan. 30 tank Leopard 2E pertama dibuat oleh KMW dan sisanya dibuat di bawah lisensi oleh General Dynamics, Santa Barbara Sistemas (GDSBS). Pengiriman batch produksi pertamanya dimulai pada 2004 dan akan selesai pada 2008.

Stridsvagn (Strv) 121: Pada 1994 dan 1995, total 160 Leopard 2A4 dari lima batch pertama, diambil dari stok Jerman untuk dikirim ke AD Swedia. Secara resmi diberi nama Stridsvagn 121, tank pertama sampai di Swedia pada Februari 1994. Tidak ada perubahan atau modifikasi yang dilakukan pada tank-tank ini.


The Stridsvagn (Strv) 122.

Stridsvagn (Strv) 122: Swedish Defense Materiel Administration (FMV) menandatangani kontrak dengan Krauss-Maffei untuk pembuatan dan pengiriman 120 Leopard 2-S yang diberinama secara resmi menjadi Stridsvagn 122 oleh AD Swedia. Kontrak ini termasuk suplai pelatihan, perawatan, suku cadang, dokumentasi, simulator dan sebuah pilihan untuk membeli 90 Strv 122 tambahan. Sementara Krauss-Maffei merupakan kontraktor utamanya, sasisnya di-subkontraktor-kan ke Hägglunds, Swedia. Wegmann, kontraktor utama untuk turret, men-subkontraktor-kan ke Bofors dan sistem kendali penembakannya dari STN Atlas Elektronik ke Celsius Tech Systems AB di Swedia. Bofors juga membuat 50 persen dari meriam utama 120mm, sementara Rheinmetall membuat sisanya.

Stridsvagn 122 adalah versi tercanggih dari Leopard 2 yang saat ini beroperasi. Bagian depan hull dan glacisnya dilengkapi dengan plat baja tambahan, dan bagian dalam tank dilindungi dengan “liner” secara penuh, untuk mengurangi efek dari tembakan proyektil dan pecahan ledakan. Untuk pengemudian malam hari, pengemudi menggunakan pembidik pasif yang juga digunakan oleh CV 90 Infantry Fighting Vehicle. Karena penambahan berat tank menjadi 62.000 kg, jika dibandingkan dengan Leopard 2A5 milik Jerman yang hanya 59.500kg, batang torsi yang lebih kuat (yang ditiru dari Panzerhaubitze 2000) dipasang dan cakram rem baru juga digunakan. Semua tangki bahan bakar mempunyai cairan peredam-ledakan spesial. Kompartemen mesinnya dilengkapi dengan pendingin untuk mengurangi deteksi dari penjejak IR, dan sensor panas juga dipasang di kompartemen mesin yang akan secara otomatis mematikan operasi kipas angin dan pemasukan udara, jika Strv 122 diserang dengan menggunakan bom napalm. Roda rantai tank ini dilengkapi dengan penghubung lapis baja.

Bagian samping dan depan turret dilengkapi dengan lapis baja tambahan yang sama dengan Leopard 2A5, tetapi pada atap turret, palka komandan dan pengisi amunisi dilapisi dengan baja. Dengan penambahan berat pada palka ini, pengoperasian dilakukan secara otomatis dengan listrik dan terbuka dengan cara bergeser, tetapi akhirnya diacuhkan karena masalah untuk membukanya jika tidak ada tenaga listrik. Sekarang palka ini dilengkapi dengan pembuka manual, sehingga tidak ada masalah jika tank dalam kondisi buruk. Periskop milik komandan mempunyai flap pelindung yang dioperasikan secara manual, yang akan menutupinya jika tidak terpakai. Komputer sistem kendali penembakan digital mengolah data hingga untuk 12 tipe amunisi berbeda, temasuk APFSDS-T, HEAT-MP-T, HEAT-GP, smoke, anti-helicopter dan amunisi untuk latihan. Tetapi hingga 2001, hanya lima tipe amunisi yang digunakan, 120mm APFSDS-T, 120mm HE-T, 25mm APFSDS-T, 25mm HE, and 120 mm TPFSDS-T. Proyektil 25mm adalah digunakan untuk sistem sisipan laras meriam dan digunakan untuk training dasar untuk penembakan jarak pendek. Amunisi Smoke, HEAT dan helikopter belum dipakai. Amunisi untuk helikopter masih dalam tahap pengembangan.

Penjejak jarak laser terintegrasi dalam EMES-15 menggunakan laser Raman-shifted. Strv 122 adalah MBT pertama di Eropa yang dilengkapi dengan sistem komando dan kendali canggih TCCS. Di bagian kiri dan kanan turret sistem proteksi tank GIAT Industries GALIX dengan mortar 80 mm dipasangkan, mampu menembakkan amunisi asap, decoy, flare dan fragmentasi. Terdapat 36 grouser (grip salju) untuk setiap 18 roda rantanya, untuk digunakan pada dataran yang becek dan salju. 18 grouser disimpan di bagian belakang turret dan 18 dibagian kiri. Stridsvagn 122 dicet dalam skema kamuflase dengan warna hijau, hijau terang dan hitam.

Leopard 2 Austria: Pada 1997, Austria membeli 115 Leopard 2 yang merupakan tank bekas pakai dari AD Belanda.


Leopard 2 di Negara Non-Jerman,Denmark

Leopard 2 Denmark: Pada Juli 1997 sebuah kontrak ditandatangani antara pemerintah Denmark dengan Krauss-Maffei untuk pengiriman 52 Leopard 2A4 dari stok Jerman. Pada 29 Juni 2000 komado AD Denmark menandatangani kontrak dengan Krauss-Maffei Weggman untuk mengupgrade 51 Leopard 2A4 menjadi Leopard 2A5 DK. Proyek ini seharga 855 juta DKr. Tank akan menjadi bagian dari Brigade Reaksi Denmark. Leopard 2A5 diharapkan beroperasi hingga 2025. Tank A5 pertama dikirim pada 24 September 2002. Konfigurasi A5 DK berdasarkan "Mannheimer-configuration" milik Jerman/Belanda dan pengembangannya mengikuti S 122 milik Swedia. Leopard 2A5 DK hasil upgrade akan setara dengan Leopard 2A Jerman/Belanda dan dapat melakukan sharing training, logistik dan teknis di antara para pengguna Leopard 2A5.

Leopard 2A5 Denmark akan mempunyai pengembangan yang lebih dari pada tank milik Jerman dan Belanda, dan akan menggunakan pengembangan yang dipakai pada Leopard 1A DK (SFOR).
Elemen kunci pengembangannya yaitu:
- Pengembangan perlindungan pasif awak dan tank
- Pengembangan lingkungan kerja Komandan Tank dan kemungkinannya untuk menggunakan tank dalam keadaan yang berbeda
- Upgrade teknis sebagaimana dibutuhkan dalam penambahan/penggantian lapis baja.
- Aransemen tank untuk memastikan upgrade di masa yang akan datang dapat dilakukan
Pengembangan lain termasuk, Perlindungan pasif:
- Konfigurasi Leopard 2A4 mempunyai pembidik utama dan sekunder yang dekat dengan modul-lapis-baja baru. Mantlet meriam utama dibuat lebih kecil demi memberi ruangan untuk modul lapis bajayang terletak di depan turret dan dibagian depan samping turret.
- Pada hull, lapis baja komposit yang ada diganti dengan lapis baja komposit baru yang lebih baik dan tambahan lapis baja dipasang di depan hull.

Skirts-nya diganti dengan tipe baru. Palka pengemudi diganti dengan palka baru yang justru lebih berat dengan tipe geser. Blok roda rantainya diganti dengan tipe baru yang berlapis baja. Di dalam turret maupun hull dipasang dengan spall-liners yang melindungi awak dari pecahan proyektil dan hull akibat tembakan musuh. Proteksi hull tank ini berbeda dengan konfigurasi-Mannheimer yang mana tidak memiliki pengganti lapis baja di hull. Perlindungan pada hull berbeda dengan konfigurasi Mannheimer di mana tidak ada penggantian lapisan baja pada hull. Konfigurasi ini terutama terdapat pada batch produksi akhir yang proteksinya lebih baik dari Leopard 2A4 Denmark.

Pengembangan selanjutnya dari Leopar 2A5 DK: karena bertambahnya bobot turret dan pelajaran selama Perang Teluk, Leopard 2A5 DK dilengkapi dengan sistem elektrik 100% untuk memutar turret, menstabilkan meriam utama dan lain-lain. Tank ini dapat mensupport upgrade lanjut dari meriam utama 120mm L55 atau meriam 140mm, dan tambahan lapisbaja pada bagian atas turret. Kepala bersudut pembidik primer penembak dipindah ke bagian atas turret. Komandan Tank akan dapat melihat pembidik penembak pada monitor melalui Charge-Coupled-Device (CCD).

Pembidik sekunder dari penembak dipindah juga untuk memungkinkan penambahan lapis baja pada bagian depan turret. Pembidik milik komandan tank dipindah ke bagian belakang cupolanya dan akan dilengkapi dengan pembidik terstabilisasi dengan penjejak siang hari dan termal. Pembidik ini dibuat oleh Elop Electro-Optics Industries, anak perusahaan Elbit System, Israel. Berat tank akan bertambah menjadi 61 ton (MLC 70) dari 55 ton (MLC 60).

Tank akan dilengkapi dengan sistem navigasi berbasis sistem GPS, yang di-back-up dengan sistem navigasi inersial. Di bagian belakang tank sebuah camera akan dipasang, yang membuat pengemudi untuk mundur tanpa bantuan dari Komandan Tank. Udara pendingin pada mesin diubah jalurnya untuk meyakinkan pendinginan optimal pada mesin dan meminimalkan detaksi dari penjejak termal milik musuh. Selanjutnya, tank dilengkapi dengan generator elektrik untuk memastikan sistem pendingin tetap berjalan. Dan juga memungkinkan di masa yang akan datang, tank ini dilengkapi dengan sistem manajemen peperangan. Tank telah dilengkapi dengan sistem AC dan sistem peredam ledakan. Kompartemen mesin dilindungi secara penuh dengan sistem otomatis untuk melindunginya dari napalm. Tank bahan bakar terlindung dari ledakan seperti pada Leopard 1A5 DK (SFOR).

Pada November 2002, 18 Leopard 2A5 DK sudah siap untuk latihan dan uji coba. Seluruh tank Leopard 2A5 DK baru untuk AD Denmark akan dikirim seluruhnya hingga 2025.

Leopard 2A6 (EX): Sebagai varian terbaru Leopard 2, KMW memperkenalkan Leopard 2A6 EX, yang mempunyai meriam L/55 yang lebih panjang, mesin auxiliary, perlindungan ranjau yang lebih baik dan sistem AC. Daya tembak superior dijamin oleh meriam smooth-bore 120mm yang dimiliki Leopard 2A6 EX. Pengembangan meriam L-55, versi lebih bertenaga dan lebih panjang dari persenjataan utama serta tipe pengembangan baru amunisi menghasilkan tenaga penetrasi dan memungkinkan penembakan target dari jarak yang lebih jauh. AD Jerman mengupgrade 225 tank Leopard 2A5 menjadi konfigurasi A6, tank pertama dikirimkan pada Maret 2001. AD Belanda juga sudah memesan 180 Leopard 2A5 untuk diupgrade ke A6 dengan tank pertamanya mulai beroperasi apda Februari 2003.


Leopard 2HEL, Leopard milik Yunani yang dilengkapi dengan meriam L55 Rheinmetall 120mm

Leopard 2HEL (Hellenic): Pada Maret 2002, AD Yunani mengumumkan telah memilih Leopard 2GR (varian Lopard 2A6), dengan kebutuhan sekitar 170 tank untuk dikirim antara 2006 hingga 2009, serta akuisisi 183 Leopard 2A4 dari AD Jerman. Unit pertama dari Leopard 2HEL dikirim pada Maret 2006.

Negara lain yang memakai MBT Leopard 2: AD Norwegia membeli 52 Leopard 2A4 bekas pakai dari AD Belanda, melalui perjanjian yang disepakati pada 8 Februari 2001. AD Finlandia membeli 124 tank dan AD Polandia membeli 128 tank 2A4 bekas pakai milik Jerman.

LEOPARD 2 - VARIANTS

Leopard 2 Fahrschulpanzer

Fahrschupanzer-Tank Training Pengemudi
Sebagai tambahan untuk pendidikan teoritis dan simulasi pengemudi, Budeswehr menggunakan 31 tank training pengemudi Leopard 2, yang dikirim dalam dua batch. Batch pertama 22 tank, 8 dibuat Krauss-Maffei dan 14 oleh Mak (nomor sasis 19001 sampai 19022), di kirim antara Februari dan September 1986. Sasisnya diambil dari produksi pada saat itu yang setara dengan Leopard 2 batch kelima. Batch kedua berisi 9 tank, lima dibuat oleh Krauss-Maffei dan empat oleh Mak, dikirim antara Februari dan April 1989. Sasisnya setara dengan batch keenam dengan skirt baru.

Tank training ini pada dasarnya sama dengan MBT Leopard 2 dengan turret yang diganti dengan kabin observasi, dengan sebuah meriam tiruan dan tambahan berat untuk mensimulasikan turret Leopard 2 sesungguhnya. Instruktor duduk di bagian depan kabin, dengan alat tertentu memandu pengemudi trainee yang duduk dalam hull. Dua tempat duduk tambahan dalam “rumah kaca” menyediakan ruang lebar untuk observasi.

Belanda mempunyai 20 tank ini, Swiss tiga dan Spanyol empat.


The Bueffel Armored Recovery Vehicle. (Photo: Krauss-Maffei Wegmann GmbH).

Bergepanzer 3 'Bueffel' ARV (Kendaraan Recovery Lapis Baja)
Komponen pertama studi sebuah ARV baru, direncanakan untuk mendukung pemeliharaan Leopard 2 yang pada saat itu akan segera beroperasi, dimulai pada 1977. Dengan beroperasinya Leopard 2, maka dengan segera Bergepanzer 2 A2 ARV (yang dibuat berdasar sasis Leopard 1) tidak akan cukup kuat untuk mendukung operasi Leopard dua dalam kondisi peperangan 24 jam, sehingga program pengembangan ARV baru diluncurkan.

ARV eksperimental pertama layoutnya sama dengan Bergepanzer 2 A2 dan sebuah maket kayu untuk alternatif layout internal telah siap pada 1986. Dua purwarupa dipesan pada 1987 dan kendaraan eksperimentalnya dibuat berdasarkan purwarupa standar. Tiga purwatupa dikirim pada 1988 dan dilakukan uji intensif., pada 1990 pesanan untuk 75 ARV Bergepanzer 3 'Bueffel' (Kerbau) telah dibuat untuk Bundeswehr dan 25 Bergingstank 600 kN Bueffel untuk AD Belanda (RNLA)

MaK Systemgesellschaft mbH di kiel dipilih sebagai kontraktor utama. Produksi dibagi antara MaK 55 ARV dan Krauss-Maffei 45 ARV.

ARV Bergepanzer 3 Bueffel dibuat berdasarkan sasis Leopard 2. Pengemudi duduk di bagian depan superstruktur dengan komandan di belakangnya. Dua pintu besar menyediakan akses untuk memasuki ARV. Pemadam kebakaran dan sistem suppresi, sistem proteksi NBC dan peralatan penyeberangan perairan/sungai dalam dengan pompa lambung terpasang pada ARV ini. Untuk pemakaian malam, pengemudi dapat mengganti salah satu periskopnya dengan sebuah penjejak malam pasif. Selama masa damai, Bergepanzer 3 dapat dioperasikan oleh dua awak, walaupun ruang untuk awak ketiga tetap tersedia. Kompartemen mesinnya berada di bagian belakang, Bueffel memakai powerpack yang sama dengan Leopard 2.

Sebuah derek besar dengan daya angkat 30.000 kg dipasang di bagian kanan depan ARV, penopangnya bisa diputar 270 derajat. Derek ini mempunyai pembatas momentum elektronis, yang decara konstan mengkalkulasi elevasi penopang, kemiringan ARV dan massa beban untuk menghindari kelebihan beban. Sebuah Rotzler Treibmatic TR 650/3 terpasang di bagian depan ARV dengan panjang kabel efektif 180m (dengan diameter 33mm) dan dengan kapasitas tarik 35.000 kg, yang dapat menjadi dua kali lipat dengan penggunaan katrol.

Powerpack lengkap dapat diangkut dalam sebuah cradle khusus di dek mesin. Sebuah dozer/blade pendukung besar di bagian depan direndahkan untuk menstabilkan ARV selama operasi penderekan. Blade-nya juga dapat digunakan untuk operasi dozer (pembersihan rute). Bueffel dilengkapi dengan sistem lockout suspensi. Peralatan pemotong dan pemateri elektronik juga dipasang. Beperapa peralatan lain termasuk berbagai jenis alat pemasang dan towbar, pemasang dan pelepas cepat untuk penarikan, dan sistem recovery diri. Persenjataannya terdiri dari senapan mesin MG3 7.62 mm yang terutama digunakan untuk pertahanan udara, dan 16 mortar asap 70mm.

Berat Bueffel 54.000 kg dengan kapasitas tarik 62.000 kg (MLC 70). Kecepatan maksimumnya 68 km/jam dan 30km/jam untuk mundur. Dengan kapasitas bahan bakar 1.629 L, Bueffel dapat bergerak hingga 650 km di jalanan dan 325 km untuk lintas alam. Bueffel dapat mengganti mesin Leopard 2A4 dalam 25 menit, Leopard 2A5 dalam 35 menit. Terdapat 75 Bergepanzer 3 Bueffel yang digunakan oleh Jerman. 25 oleh Belanda, 14 oleh Swedia, 16 Spanyol, dan 25 Swiss. Kontrak lain adalah 12 untuk Yunani, 150 komponen Bergepanzer 3 (–seperti derek, dozer dll- dipasang untuk MBT K1, menghasilkan ARV K1), 46 untuk UAE dan 22 untuk Perancis (untuk UAE dan Perancis, berupa komponen yang dipasang pada sasis MBT Leclerc, menghasilkan ARV Leclerc).

Sebagai tambahan, terdapat versi upgrade dari Bergepanzer 3 Bueffel, dikembangkan untuk AD Swedia, BgBv 120. Model ini mempunyai pengembangan taktik dan teknis. ARV Swedia ini mempunyai sistem perlindungan balistik, termasuk proteksi interior terinegrasi, pengurangan jejak IR, sistem navigasi serta komando dan kontrol, sistem senjata baru (2048 HYM) dan sistem peluncur GALIX untuk perlindungan diri. Selanjutnya, ARV ini mempunyai sistem recovery dengan camera ke belakang untuk operasi recovery di bawah proteksi lapis bajal, 1.5 t auxiliary winch dan peningkatan performa tarik triplet dari winch utama (35 t tarikan tunggal). Setelah uji intensif dan trial yang berhasil, Rheinmetall mendapat kontrak untuk pembuatan 14 ARV ini untuk Swedia.


Bueffel mampu mengangkat 30.000 kg dan mengganti powerpack Leopard 2A5 dalam 35 menit

Leguan Modular Bridge System (Panzerschnellbrücke 2) Leopard 2
Modular Bridge System (PSB2), dikembangkan untuk AD Belanda dan JErman, menahan tiga jembatan/modul jembatan 9,7 meter masing-masing. PSB2 ini dapat membuat beberapa kombinasi jembatan: 3 x 9.7 meter; 1 x 9.7 meter; 1 x 18.7 meter; dan 1 x 27.7 meter. Dengan awak seorang pengemudi dan seorang operator, jembatan dapat dipasang sekitar 3, 5, dan 6 menit secara berurutan. Modul jembatan ini mempunyai lebar 4m, tinggi 0,65m dan berat masing-masing 5.000 kg. Kapasitas jembatan untuk MLC 70 (kendaraan beroda rantai 70 ton, dan MLC 100 untuk kendaraan beroda biasa. Terdapat kontrak 35 PSB2 untuk Jerman dan 14 untuk Belanda.

Leguan Modular Bridge System (Panzerschnellbrücke 2), with the 3 x 9.7 meters bridges combination.

Main performance specifications for the new PSB 2 armoured vehicle launched bridge / Bruglegger MLC70 for the German/Dutch armed forces:
1. Military load class MLC 70/100 for the bridge
2. Modular bridge system, comprising three bridge modules @ 9.7 m
Bridge combinations of 3 x 9.7 m; 1 x 9.7 m plus 1 x 18.7 m; 1 x 27.7 m
3. Launching under armoured protection
4. Horizontal launching
5. Launching times from 5 min (short-span bridge) to around 10 min (long-span bridge)
6. Interoperability with allied armed forces
7. Same protection and mobility as Leopard II A 5 main battle tank
8. Classification of the overall system in military load class MLC 70
9. Service life of 30 years, including 10000 crossings and 3000 launchings
10. Modern reconnaissance and guidance systems

A Leopard 2A4 main battle tank over the Panzerschnellbrücke 2 (MLC 70).

Panzerschnellbrücke 2 Technical data:
Total weight: 62,5 t
Height: 3,95 m
Width: 4,0 m
Length with bridge: 13,89 m
Crew: 2 men
Bridge: Bridge weight 3 x 5.040 kg

Panzerschnellbrücke 2 - Leguan Modular Bridge System.