Pages

Saturday, 20 June 2015

Paris Air Show 2015

image
Pesawat Jet Falcon 7X milik Dassault dipindakan ke landasan pada International Paris Air Show, Jumat (12/6/2015). Image Credit: AFP PHOTO / ERIC PIERMONT
image Image Credit: AFP PHOTO / ERIC PIERMONTPesawat Jet Rafale milik Dassault dipindakan ke landasan pada International Paris.
image
Pesawat Airbus A400M milik Angkatan Udara Perancis lepas landas saat uji terbang sebelum turut serta dipamerkan di Paris Air Show di Bandara Le Bourget, Jumat (12/6/2015). Image Credit: AFP PHOTO / ERIC PIERMONT.
image
A Dassault Falcon 8X uji terbang jelang International Paris Air Show di Le Bourget, Jumat (12/6/2015).
image
Pesawat Boeing 787-9 Dreamliner milik Vietnam Airlines tampil di International Paris Air Show, di Le Bourget, Minggu (14/6/2015).
image
Pesawat tempur The Rafale beraktraksi di Paris Air Show di Bandara Le Bourget, Senin (15/6/2015. Image Credit: AFP PHOTO / MIGUEL MEDINA.
image
Maket skala 1:1 helicopter Airbus H160 ditampilkan di Paris Air Show, di Bandara Le Bourget, Senin (15/6/2015). Acara ini akan berlangsung hingga 21 Juni.
image
Pengunjung lewat di depan pesawat Dassault Falcon 5X jet (kiri) and a Dassault 900LX (tengah) saat menghadiri International Paris Air Show, di Le Bourget, Jumat (19/6/2015.
image
Pesawat tanpa awak milik Israel Super Heron, ditampilkan di International Paris Air Show di Le Bourget, Rabu (17/6/2015).
image
Pesawat tempur tanpa awak milik Israel Harop ditampilkan di International Paris Air Show, di Le Bourget, Rabu (17/6/2015).
image
Anggota militer Perancis berdiri di sebelah Helicopter ‘Caiman’ NH90 dalam International Paris Air Show di Le Bourget, Rabu (17/6/2015). Acara ini akan berlangsung hingga 21 Juni.
image
Pengunjung melihat pesawat tempur Rafale milik angkatan udara Perancis dalam International Paris Air Show di Le Bourget, Jumat (17/6/2015).
image
Pesawat patroli milik Perancis tampil di Paris Air Show yang digelar di Bandara Le Bourget, Senin (15/6/2015).
image
image
Pesawat Boeing 787-9 Dreamliner milik Vietnam Airlines lepas landas dalam demo terbang di International Paris Air Show, di Le Bourget, Kamis (18/6/2015).

image
Kru kabin dari maskapai Aeroflot Rusia memberi hormat saat International Paris Air Show, di Le Bourget, Selasa (16/6/2015).
image
Pesawat Bombardier CS 300 tampil dalam International Paris Air Show di Le Bourget, Rabu (17/6/2015).
image
Pesawat Airbus A400M ATLAS beratraksi dalam International Paris Air Show di Le Bourget, Rabu (17/6/2015).

Sebanyak kurang lebih 2000 peserta dari 47 negera turut serta dalam International Paris Air Show, di Le Bourget, Paris, Perancis.

Pameran kedirgantaraan ke-51 ini menghadirkan berbagai teknologi terbaru pesawat terbang, mulai dari pesawat komersil, pesawat tempur, pesawat tanpa awak dan teknologi mesin. Selain itu juga ditampilkan demo terbang dari pesawat-pesawat tersebut.

Pemeran yang berlangsung selama sepekan sejak 15 Juni ini berakhir pada 21 Juni 2015. (Kompas.com)

Rencana TNI AL beli heli anti-kapal Selam Jadi Perhatian Dunia Internasional

AS-565 MBe Panther. ©Istimewa
AS-565 MBe Panther

Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) segera memperkuat pertahanan perairan dengan mendatangkan helikopter anti-kapal selam. Sebanyak 11 unit heli canggih ini akan dibeli dari perusahaan penerbangan Airbus.

Rencana pembelian ini rupanya mulai menjadi perhatian internasional. Sejumlah media menganggap pembelian ini dapat meningkatkan kemampuan militer Indonesia dari ancaman bawah laut.

“Skuadron penerbangan, bernama Skuadron Udara 100, akan dibangun untuk memberi dukungan operasional terhadap armada baru 11 heli anti-kapalselam berupa AS-565 MBe Panther,” demikian ditulis thediplomat, Minggu (21/6).

Tidak ada tanggal yang pasti skuadron ini akan mulai beroperasi. Namun, sesuai keterangan dari sejumlah pihak di TNI AL, media ini memperkirakan skuadron akan dimulai saat Panther pertama diterima. Sehingga, unit ini akan terbentuk awal tahun depan.

“Panter ini telah menjadi satu dari platform antikapal selam ringan/menengah terbaik di dunia, di mana terdapat sistem ASW terkini serta kemampuannya untuk dioperasikan dari kapal korvet maupun frigat kecil,” sahut Kepala Regional Asia Tenggara dan Pasifik, Philippe Monteux di Airbus.
Diperkirakan, heli canggih ini akan diterima secara keseluruhan pada akhir 2017 mendatang. Skadron yang ditugasi untuk mengoperasikannya akan ditempatkan di Lanud Juanda, Surabaya.

Helikopter ini akan dioperasikan untuk kapal korvet SIGMA 10514 dan korver kelas Bung Tomo. Sebagai perlengkapannya, heli AS-565 Panther akan dipasangi torpedo ASW Raytheon Mk 46 atau Whitehead A.244/S lightweight, dan termasuk sonar DS-100 helicopter long-range active sonar (HELRAS).

DS-100 merupakan jenis sonar versi 1.38 kHz dari AQS-18A yang lebih populer. Alat ini mampu mendeteksi benda hingga kedalaman 500 menter untuk pemantauan dan pencarian bawah laut. Dengan resolusi proses dopler dan denyut yang panjang, bisa mendeteksi kapal selam meski melaju dengan kecepatan sangat rendah.

Bersama L-3, DS-100 bisa dipakai untuk mendeteksi, menetapkan target dan meluncurkan senjata terhadap target kapal selam di kedalaman atau perairan dangkal.(Merdeka.com)

Buat Apa Punya Angkatan Udara Tapi Ecek Ecek

 Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Udara, Marsekal Purnawirawan Chappy Hakim
Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Udara, Marsekal Purnawirawan Chappy Hakim
Bandara Halim Perdana Kusuma, sekaligus pangkalan udara militer untuk pertahanan nasional kini kembali dijadikan penerbangan komersil. Era Orde Baru, Bandara Halim memang pernah dijadikan tempat mengudaranya pesawat komersil saat Bandara Internasional Soekarno Hatta dalam proses pembangunan.

Menjadikan Bandara Halim untuk penerbangan komersil dinilai berbahaya. Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Udara, Marsekal Purnawirawan Chappy Hakim menilai salah jika Bandara Halim harus kembali dijadikan penerbangan komersil. Apalagi alasannya menurut dia bukan untuk kepentingan nasional, melainkan hanya untuk bisnis.

“Itu yang mau saya bilang. Jadi tentara ini jadi pusat pertahanan udara nasional dikorbankan sebagai akibat dari salah urus International Airport di Cengkareng,” kata Chappy saat berbincang dengan merdeka.com di kantornya, Jalan Pejaten Barat Nomor 6, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Rabu kemarin.

Berikut penuturan Chappy Hakim kepada Arbi Sumandoyo, Muhammad Hasits Masrukin dan Juru Foto, Muhammad Lutfi Rahman dari merdeka.com:

Kembali ke media sosial tadi, kenapa akhirnya anda menulis di Twitter ‘bubarkan saja TNI AU’?
Twitter itu bukan penjelasan kepada media. Twitter itu adalah penjelasan sosial yang masuk ranah pribadi. Karena dia terbuka, bisa saja orang menanyakan. Tapi secara kepantasan dia tidak boleh untuk mengadu domba, untuk manas-manasin. Ada tiga poin belum terkonfirmasi, saya juga terjebak media juga. Bandara Halim dijadikan penerbangan komersil, di Soekarno Hatta, Paskhas diganti Marinir, kemudian ada lagi Panglima TNI tidak usah giliran. Dari ketiga ini dengan plus pengalaman saya puluhan tahun memang negeri ini tidak membutuhkan Angkatan Udara. Buat apa kalau tidak dibutuhkan. Kan boros. Buat apa bikin Angkatan Udara ecek-ecek.

Bayangin, Bandara Halim itu adalah markas besar pertahanan udara nasional, yang merupakan bagian dari sistem keamanan nasional. Yang run way-nya cuma satu dikasih untuk penerbangan komersial. Masuk akal tidak sebagai warga negara yang punya tanggung jawab? Sekarang orang tanya begini, dulu kan bisa kenapa sekarang enggak bisa. Oke. Terus ada yang tanya kenapa Angkatan Udara diam saja? Angkatan Udara diam saja kalau presiden dan wakil presiden ngomong, “Dek tolong dibantu dulu dek ya” selesai, siap kerjakan. Dia tidak mungkin protes, dia bukan LSM.
Kalau saya protes, saya puluhan tahun di Halim. Saya tau diperlakukan tidak benar. Waktu itu masih bisa diterima kalau alasannya kepentingan nasional. Kepentingan nasional yang mana? Ada dulu, ada Repelita, ada rencana bikin Cengkareng. Kalau kita mau membantu, bantu dong kita karena mau bikin Cengkareng. Pembangunan Nasional mana, ada di rencana pembangunan nasional. Jadi masih masuk akal kalau dibandingkan dulu. Kenapa harus dibantu dulu? Desain Halim itu bukan untuk penerbangan komersial. Desain halim itu, untuk Air Force Base. Dia enggak ada Rappid Taxi Way, enggak ada Taxi Way untuk parkir pesawat. Dia ada satu run way yang panjang, di sini adalah Flight Line untuk commbad redines, pesawat-pesawat tempur untuk isi senjata segala macam, untuk pesawat angkut isi logistik. Orang, senjata atau pasukan. Jadi dia keluar terus masuk lagi.

Nah itu dipaksakan untuk komersial. Dulu ok..ok, karena untuk pembangunan nasional. Pembangunan nasional yang mana ada Repelita. Repelita yang mana, ada Soekarno Hatta. Jadi jelas sekali, kalau kita bantu sampai Cengkareng selesai. Sekarang bantu dong untuk pembangunan nasional, pembangunan nasional yang mana? Ada enggak rencananya?.

Itu bukan karena ada wacana pemindahan bandara ke Karawang karena Soekarno-Hatta sudah padat?
Itu yang mau saya bilang. Jadi tentara ini jadi pusat pertahanan udara nasional dikorbankan sebagai akibat dari salah urus International Airport di Cengkareng. Cengkareng itu sudah dibikinin desainnya oleh Aero Pertu de Paris, itu sudah desain paling top di dunia. Dibikinin tahapan-tahapannya. Tapi tahapannya tidak dilakukan, pertumbuhan penumpang didiamkan saja. Setelah delay 12 jam panik mau ngapain, dikembalikan ke Halim. Ini bukan untuk pembangunan nasional, tapi untuk orang cari duit. Untuk bisnis, untuk komersial. Boleh-boleh saja sih, karena negara dalam memenuhi cita-citanya ada dua aspek. Ini yang harus diperhatikan, aspek security dan aspek prosperity. Ke mana dia beratnya? Sekian persen ke sini, sekian persen ke sini, itu yang namanya National Policy. Tetap di Pemerintah.

Tetapi, National Policy itu biasanya bersandar pada National Master Plan. Australia misalnya, punya Australian White Paper. White paper itu ada defense white paper, political white paper, semua white paper. White paper itu adalah buku sucinya negara, suatu pemerintahan dalam menjalankan kendali negara ini dalam menuju final destination. Jadi setiap ada perkembangan dia bikin buku itu. Jadi tidak per lima tahun, tapi setiap perkembangan.

Kalau anda melihat ini, artinya pusat pertahanan udara nasional dalam kondisi bahaya?
Bukan bahaya. Tidak dihargai. Tidak dihitung. Tidak diperhitungkan. Tidak di pedulikan. Tidak diperlukan namanya. Lebih diperlukan penerbangan komersial.

Apa solusinya?
Itukan akibat, itukan penyakit. Kalau kita datang ke dokter, apa kita langsung dapat obat. Orang selalu mendesak, Angkatan Udara harus ngalah. Enggak bisa, itu penyakit. Penyakit itu dicek dulu, yang menyebabkan penyakit itu apa. Itu baru namanya solusi. Kalau itu namanya memindahkan masalah, bukan solusi.

Singapura itu tidak lebih dari Kramat Jati. Pada waktu dia bikin Changi dia enggak tutup tuh Sailetar, Taylebar. Kenapa? Value dari aero drone itu terlalu tinggi untuk dimusnahkan. Itu yang negaranya kecil lho. Kita yang negaranya gede banget, Kemayoran itu ditutup, dijadikan tempat dagang dan dihancurkan semua spesifikasi aero drone di sana. Changi, kalau kamu di samping Changi itu ada jalan raya lurus yang ada pot-potnya yang remover, yang dalam 1×24 jam jika dibutuhkan untuk Changi yang sudah darurat atau apapun ini bisa dibersihin jadi Run Way. Karena jalan raya itu kualifikasinya adalah Run Way. Begitu.

Sebelum Halim dijadikan penerbangan komersil, bukankah banyak pesawat carter dan pribadi terparkir di sana, artinya sama saja?
Kalau sudah sampai dalam tahap sama saja, tidak usah tanya saya lagi, you now? Apa yang mau dianalisis di sini. Kalau saya bilang tidak sama. Bagaimana bisa bilang sama, harusnya dikembangkan Air Force Base, Halim itu Subsistem dari sistem pertahanan udara lho. Buang duit banyak buat beli pesawat untuk ber-home base di Halim. Terus enggak dikasih kesempatan untuk latihan, apa namanya? Saya di sana puluhan tahun dan saya tahu waktu itu kita harus mengungsi ke Bandung dan ke Lampung karena pada waktu itu memang sempit. Sekarang sudah meluber semua, bohong kalau tidak terganggu. Saya saksi hidup, puluhan tahun saya training di situ terganggu. Enggak bisa begitu, itu akibat perencanaan yang tidak ada. Solusinya gimana dong? Bikin rencana, perbaiki manajemen.

Menurut anda perlu kah jika dibuat Pangkalan Udara lagi pengganti Halim khusus untuk Angkatan Udara?
Perlu enggak Angkatan Udara, itu saja jawab. Selalu orang mengatasnamakan nasional terus yang lain mesti minggir. Iya kan? Ini kan pembangunan nasional, jadi minggir kan? Boleh aja, tapi yang tadi saya bilang memerlukan security atau prosperity. Security enggak perlu silakan. Saya hanya melihat seperti itu dan saya kasih tahu dan saya punya moral mengingatkan. Tapi saya punya pemikiran yang bertanggung jawab, yang saya bertanggung jawab pemikiran-pemikiran itu saya berbagi.

Saya dari letnan dua sampai bintang empat masih terbang di Halim. Ada perbaikan? Enggak ada tuh, diperes aja tuh Halim. Enggak ada niat. Yang diartikan di sini adalah bagaimana mengelola yang baik. Mengelola Cengkareng yang enggak bener begitu mau mengelola Halim? Bisa dibayangkan kaya apa gitu. Kan tidak ada perang, ya makanya saya bilang bubarin aja.

Banyak yang menilai, pertahanan itu diperlukan jika hanya ada perang?
Ini pemahaman kebangsaan. Saya tidak menyalahkan kamu, bagus kamu punya pemikiran begitu. Saya kasih contoh Singapura, sebelum pelajaran dimulai dia harus nyanyi lagu kebangsaan “Majulah Singapura”. Bayangin dari taman kanak-kanak sampai SMA. Apa yang terjadi, dia disadarkan bahwa dia adalah seorang Singapura. Dia punya masalah besar lho, orang China, orang India, orang kaya, orang miskin, pada umumnya usia 18 tahun dia harus masuk national service. National service ini dia menjalani pendidikan universal basic militery training. Mereka dibagi menjadi tujuh orang-tujuh orang, itu anak India, orang kaya, anak orang miskin dijadikan satu.

Tiga bulan tidak boleh berhubungan dengan dunia luar selain sebagai latihan basis militer. Setelah selesai, orang China kalau ditanya “saya orang Singapura”. Kenapa? Karena tiga bulan dia digojlok. Orang Kristen jadi satu dengan orang Islam. Harus mengetahui ras bagaimana. Kesetiakawanan dia, namanya meeting talk dan dia harus tiga tahun berdinas di Angkatan Darat, Angkatan Laut atau Udara atau Bea Cukai. Sekarang karena sudah bagus cukup dua tahun. Tidak hanya warga negara, permanen residence harus ikut national service. Dia tidak bilang wajib militer, dia bilang national service. Kenapa seperti itu, setiap warga negara bertanggung jawab sama bagi kehormatan negerinya.
Dia dagang kepentingan nasional. Tentaranya gede, kan enggak ada perang, enggak bisa. Darimana pemahamannya, pertama dari nyanyi dari anak-anak sampai SMA sampai masuk base dan sampai terbuka wawasannya. Bukan wawasan yang hanya cari duit.

Indonesia perlu seperti itu?
Terserah mau perlu atau tidak, saya hanya ngasih gambaran bahwa pengelolaan angkatan perang itu seperti itu. Mengelola negeri itu seperti itu. Yang dimaksud national karakter building itu seperti itu. Dia tiap ulang tahun Agustus, bulan Juni-Juli saja, kalau kamu ke Singapura banyak anak-anak kecil ada yang latihan angklung, ada yang latihan nari “for hour national day” dengan bangganya dia menjawab. Cuma anak kecil begitu yang besarnya bicara dia enggak akan nalar jika karena kesalahan management di Cengkareng. Dia tidak punya nalar kalau enggak perlu perang jadi tidak ada pertahanan. Itu namanya karakter building. Negeri punya karakter memang seperti itu.

Tapi kalau negeri yang mau jadi bangsa kuli dan kulinya bangsa-bangsa ya pemikirannya begitu, tentara enggak usah karena enggak ada perang. Siapa bilang enggak ada perang. Mau lihat Ambalat sebentar lagi diambil yang lain? Mau lihat dan senang dengan begitu silakan. Saya tidak bisa terima itu. Jadi saya berbagi pemikiran-pemikiran yang jauh lebih tinggi daripada itu. Karakter kita sebagai bangsa itu apa.

Sekarang program Presiden Jokowi juga mulai seperti itu?
Saya tidak bicara program presiden begini, begitu. Saya tidak mau dan melepaskan itu. Yang saya berikan gambaran, yang saya berbagi itu adalah pengalaman saya dan tanggung jawab saya, seyogyanya negeri ini seperti ini. Itu saja. Saya enggak mau ditarik-tarik soal politik, soal Jokowi begini, soal Jokowi begitu.

Bagaimana pandangan anda soal pertahanan, mengingat kemarin Konflik Laut China Selatan dan Ambalat muncul?

Boro-boro mikirin Ambalat. Siapa yang ngejar Ambalat. Kalau saya tidak mendorong Pak Joko Suyanto jadi Panglima TNI. Itu tidak dua, tiga bulan, puluhan tahun saya berdiskusi dengan teman saya, perwira di Angkatan Darat. Saya siapkan peristiwa Bawean, begini lho kalau kita tidak punya angkatan perang. Tidak pernah ada peristiwa pelanggaran udara sebelumnya. Bawean itu saya yang ungkap.

Sebulan setelah itu ada rapat di Hawai “gila ini angkatan udaranya Indonesia” itu di semua negara diomongin, enggak ada di media. Saya hanya mau mengajak orang Indonesia, begini lho kalau kita tidak memiliki angkatan udara. Kehormatan saya sering bicara soal kedaulatan.

Anda tadi mengatakan buat mendorong Joko Suyanto menjadi panglima perlu puluhan tahun, ini artinya memang ada diskriminasi untuk Angkatan Udara?
Saya tidak mau pakai terminologi diskriminasi. Saya mau pakai bagaimana orang mengelola angkatan perang. Yah tidak bisa kalau kita berbicara dengan terminologi diskriminasi, itu provokatif. Baca tulisan Said Diman di Kompas, bagus sekali itu. Teman saya diskusi Pak Said Diman. Ada generasi yang melihat perang secara general, ada generasi yang melihat perang dengan teknologi. Perang teknologi bagaimana mengatasinya? Dia harus relay concept teknologi dan total defense, selesai. Selama tidak dua ini enggak bisa apa-apa, setiap saat bisa dilecehkan.

Anda dulu menjabat KSAU pada zaman Megawati, bagaimana saat itu?
Saya begitu pensiun, begitu selesai jabatan saya, saya berjanji untuk tidak mau ikut campur pemerintahan. Saya tidak mau ikut campur apapun, apalagi politik. Tanggung jawab moral saya hanya berbagi, ceramah dan nulis, berbagi dan yang kaya gini ini. (Merdeka.com)

Kenapa di Laut Kami Banyak Kapal Nelayan Anjing

image
Kupang – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Indroyono Soesilo meminta bantuan Direktorat Polisi Air Polda Nusa Tenggara Timur dan TNI AL untuk membantu nelayan setempat mengusir kapal asing yang melaut di perairan itu.

Indroyono, dalam kunjungannya ke Tempat Pelelangan Ikan Oeba, Kupang, Sabtu, mendengar keluhan nelayan yang mengaku melihat banyak kapal asing yang masuk perairan Timor untuk menangkap ikan secara liar.

“Polair dan TNI AL itu ada kapal kan, laporkan saja ya Pak, lokasi kapalnya di mana biar kapal patroli nanti ke sana. Kalau ada kapal TNI, polisi, kapal asing akan takut dan kabur,” katanya.

Indroyono berpesan, jika Direktorrat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan belum bisa memberikan fasilitas berupa kapal pengawas, maka bantuan TNI AL dan Polair Polda NTT bisa dikerahkan berpatroli.

“Tolong laporkan saja (kalau ada kapal asing masuk), bisa ke syahbandar, pangkalan besar, PSDKP atau satker yang bertugas di sini,” katanya.

Seorang nelayan, Joni Mamo, mengeluhkan sulitnya mengusir kapal-kapal asing yang masuk ke perairan Timor dan melakukan penangkapan ikan secara liar.

“Mereka itu minimal harus tangkap 100 ton ikan. Kalau mereka datang, kita bisa apa? Kapal pengawas pun tidak ada. Makanya kami harap pemerintah bisa memfasilitasinya karena kami sangat mengapresiasi kinerja Bu Menteri (Susi Pudjiastuti yang menerapkan kebijakan soal illegal fishing),” ucapnya. (AntaraNews.com0

Jokowi Diusulkan Berpangkat Bintang Lima

image
Pakar Hukum Tata Negara Irman Putra Sidin mengusulkan pemerintah dan TNI segera mengeluarkan peraturan baru terkait seragam militer yang dikenakan oleh Presiden RI dalam acara-acara kemiliteran. Dalam acara-acara resmi di mana Presiden harus menggunakan seragam militer, maka tanda pangkat bintang lima harus tersemat di seragam tersebut.

“Ke depan, jika presiden, siapapun itu presidennya, mengikuti dan hadir dalam acara resmi di mana presiden harus menggunakan seragam militer, maka atribut kepangkatan bintang lima harus tersemat di seragam tersebut. “Jadi kalau presiden Jokowi nanti mengikuti apapun lagi acara kemiliteran, maka bintang lima sudah harus tersemat di seragamnya,” ujar Irman Putra Sidin di Jakarta.

Diingatkan, ketentuan seperti itu sesuai dengan amanat konstitusi bahwa presiden adalah panglima tertinggi sekaligus pemegang kekuasaan tertinggi atas angkatan darat, angkatan laut dan angkatan udara. “Sebagai panglima tertinggi maka wajar presiden menyadang bintang lima di bahu maupun baret yang dipakainya,” ujarnya.

Bintang lima yang dikenakan pada presiden menurutnya berbeda dengan gelar panglima besar seperti Jenderal Besar Sudirman, Jenderal Besar Nasution dan Jenderal Besar Soeharto. Bintang lima yang disematkan pada presiden adalah bintang lima yang otomatis sesuai konstitusi dan hanya melekat selama seseorang menjabat sebagai presiden.

“Ini berbeda dengan gelar jenderal besar yang diberikan pada Sudirman, Nasution dan Soeharto.

Gelar itu diberikan selamanya sebagai bentuk penghormatan sementara gelar bintang lima untuk presiden itu otomatis diberikan pada presiden yang menjabat selama dia menjabat saja. Ketika sudah tidak menjabat maka bintang lima tersebut pun dicabut,” tambahnya.

Pemberian pangkat bintang lima kepada presiden pun menurut Irman akan menambah kewibawaan presiden. Dengan demikian seragam yang dikenakan pun memiliki makna konstitusional karena presiden adalah pemegang kekuasaan tertinggi angkatan.

Sebelumnya dalam beberapa kesempatan acara militer di mana Presiden Jokowi hadir dan mengenakan seragam militer, tidak terlihat seragam yang dikenakan Jokowi memiliki pangkat bintang lima. Padahal para perwira tinggi yang mendampinginya sebagai bawahan panglima tertinggi menggunakan pangkat jenderal mereka. Dengan demikian maka tentunya seragam yang dikenakan kurang memiliki makna konstitusi bahwa presiden adalah panglima tertinggi TNI.(Okezone.com)

Radar Penagkal Pesawat Siluman


Israel Aerospace Industries (IAI) memperkenalkan radar baru UHF digital early warning dalam Paris Air Show 2015 yangg berlangsung di Paris, Prancis. Radar dengan nama ULTRA-C1 merupakan keluarga dari radar ULTRA buatan ELTA System, group dari IAI.

Diluncurkan di Israel pada tanggal 6 Juni 2015 oleh ELTA System, radar ULTRA ini menggunakan teknologi active electronically scanned array (AESA) dan dirancang untuk mendeteksi target dengan radar radar cross-section yang rendah (pesawat siluman) dari jarak yang sangat jauh.

Radar ini berupa unit modular berukuran 3×3 meter. Radar single unit ini ULTRA-C1, dirancang untuk digunakan sebagai radar surveillance ringan untuk platform mobile, di mana dapat dipasang pada meja putar cakupan 360 derajat. IAI mengatakan Radar ULTRA-C1 bisa mendeteksi target pesawat tempur dari jarak hingga 500 km.
ULTRA-C22 is a strategic radar system for detecting ballistic missiles and other space objects.
ULTRA-C22 is a strategic radar system for detecting ballistic missiles and other space objects.
ultra radar
Radar ini dirancang untuk mencari, mendeteksi dan tracking “benda yang bergerak di udara” termasuk pesawat siluman, rudal, pesawat atnpa awak dan rudal balistik, dalam jarak yang sangat jauh, sehingga memberikan peringatan dini bagi penggunanya.

Radar baru ini telah dioperasikan pihak yang tidak disebutkan identitasnya. Radar ini merupakan bagian dari radar UHF ULTRA family yang dikembangkan oleh IAI’s ELTA Systems Group. Rudal balistik menjadi ancaman global dari setiap negara saat ini, ujar Nissim dari IAA. Dan radar ULTRA C1 ini bisa mendeteksinya. (Janes.com)

TNI AL Siapkan Pangkalan di Pangandaran

image
Komandan Pangkalan Armada Barat Angkatan Laut (Danlanal) Kolonel (P) Johanes Djanarko Wibowo, menyatakan, Pangkalan Militer Angkatan Laut Type D, akan segera dibangun di wilayah Kecamatan Parigi, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat.

Hal itu terungkap ketika Danlanal Kolonel (P) Johanes Djanarko Wibowo, menggelar kegiatan pembinaan terhadap desa pesisir di Desa Sukaresik, Kecamatan Sidamulih, Pangandaran, minggu lalu.

“Luas lahan yang akan dijadikan pangkalan tersebut mencapai 3 hektar. Pangakalan itu nantinya menghadap ke arah laut. Komanda pangakalan akan dijabat oleh setingkat mayor,” katanya.

Menurut Johanes, pembangunan pangkalan tersebut dilakukan di lahan milik TNI AL. Pada tahap awal, pembangunan yang dilakukan adalah kawasan perkantoran. Tentunya, kata dia, pembangunan tersebut disesuaikan dengan ketersediaan anggaran pertahanan yang dari pemerintah pusat.

“Ini sebagai dukungan informasi Intelijen Pangandaran yang berbatasan dengan Australia. Ya sangat strategis, posisinya dipesisir Selatan yang berjarak 300 notikel mil dekat pulau Christmas-Australia,”kata Johanes.

Lebih lanjut, Johanes menyebutkan, sebagai Daerah Otonomu Baru (DOB), Pangandaran mempunyai pantai sepanjang 90 kilometer. Rencana penyediaan pangkalan tersebut sudah masuk dalam renstra TNI AL tahun 2016.

“Nantinya, AL akan mengamankan daerah yang berbatasan langsung dengan negara tetangga, yang jaraknya sekitar 250 notikel mil atau 500 kilometer, mulai dari pantai Sukabumi sampai Pangandaran,” ucapnya.

Johanes juga mengungkapkan potensi yang terdapat di kawasan laut Pangandaran. Diantaranya, mulai dari perikanan, bahan tambang, mineral, juga pariwisata eksotik yang kini menanti sentuhan pengembangan.

“Mengenai operasi laut, ada armada kapal yang setiap waktu siaga di pesisir selatan. Area patrolinya kurang lebih berjarak 20-40 notikel mil, mulai dari Banten sampai Cirebon. Dan mengenai ancaman dari luar, informasi kita langsung dari pusat. Kita hanya mengantisipasi kalau ada ilegal-ilegal saja,” imbuhnya.

Menanggapi hal itu, Penjabat Bupati Pangandaran, Drs. Daud Achmad, mengaku sudah menjalin komunikasi dengan Danlanal mengenai pertahanan di wilayah Pantai Pangandaran yang berbatasan langsung dengan Negara Australia.

“Kita apresiasi kepada Danlanal karena Pangandaran sebagai daerah terluar yang berbatasan dengan negara lain, diperlukan pangkalan sebagai fungsi dukungan baik personil, informasi intelijen, logistik maupun lainnya. Dan kami berharap rencana pembangunan pangkalan AL di Pangandaran ini segera terealisasi,” jelas Daud. (HarapanRakyat.com)

Wisuda Sarjana Calon Penjaga Maritim

Surabaya – Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Ade Supandi, S.E. resmi menutup pendidikan sekaligus mewisuda Sarjana Sains Terapan Pertahanan (S.S.T.Han) bagi 99 calon Perwira baru lulusan Akademi Angkatan Laut Angkatan 60, di Gedung Salahutu, Mako Akademi Angkatan Laut (AAL), Surabaya, (16/6/2015).

Selengkapnya terdapat 100 calon Perwira Remaja TNI AL yang akan diwisuda beberapa pekan mendatang oleh Presiden RI Ir. Joko Widodo di Akademi Kepolisian (Akpol), Semarang, bersama-sama dengan rekan-rekannya dari Taruna matra Darat, Udara, dan Kepolisian.

Namun kali ini baru 99 Taruna AAL yang menerima ijazah dan pengalungan medali dari Kasal, karena hanya 99 orang itulah yang murni merupakan hasil didikan AAL, sementara satu lainnya telah menjalani pendidikan di Jepang yang rencana seusai mengikuti prosesi pelantikan menjadi Perwira TNI AL dirinya masih dituntut lagi untuk menambah waktu belajarnya di Jepang hingga satu tahun ke depan.

Sementara para calon Perwira Remaja yang baru ditutup pendidikannya tersebut, 41 orang merupakan Korps Pelaut, 21 orang Korps Marinir, 17 orang Korps Teknik, 10 orang Korps Elektro dan 10 orang Korps Suplai.
aal jkgr
Lulusan terbaik AAL Angkatan 60 ini diraih Sermatutar (P) Adyksa Yudistira, S.S.T.Han, yang telah berhasil menggondol nilai Indeks Prestasi Komulatif (IPK) 3, 718, sehingga berhak atas medali “Adhi Makayasa”. Selain nilai IPK, masih ada beberapa persyaratan lainnya untuk mendapatkan gelar Adhimakayasa. Para Taruna terbaik dari masing-masing Korps harus menjalani uji kelayakan yang terdiri dari: prestasi, kepemimpinan, intelegensia, penghargaan yang pernah diraih, serta figur.
Adhi Makayasa merupakan penghargaan bagi siswa lulusan terbaik sekaligus lambang supremasi tertinggi yang diimpikan dan diperebutkan para Taruna setiap matra TNI dan Kepolisian, tak terkecuali Taruna AAL untuk meraih tahta tersebut.

Sermatutar (P) Adyksa Yudistira, S.S.T.Han, juga merupakan lulusan terbaik dari Korps Pelaut, sementara lulusan terbaik pada Korps lainnya adalah Korps Tehnik diraih Sermatutar (T) Furqon Mahmud Pasa, S.S.T.Han, yang berhasil mengantongi nilai 3,752, Korps Marinir diraih Sermatutar (M) Eko Sufriyanto Suriyadi P., S.S.T.Han dengan perolehan nilai 3,671, Korps Elektronika diraih Sermatutar (E) Hendry Eko Nurcahyo, S.S.T.Han dengan nilai 3,612, sementara lulusan terbaik dari Korps Suplai diraih Sermatutar (S) Novianto Dwi Andhika Putra, S.S.T.Han yang telah mengumpulkan nilai IPK 3,383.

Berawal dari proses seleksi yang sangat ketat, kemudian dinyatakan lulus, mereka mulai digembleng di Akmil Magelang bersama-sama dengan rekan-rekannya dari matra lain, untuk mengikuti Pendidikan Dasar Prajurit selama setahun. Selesai pendidikan dasar, mereka melanjutkan pendidikan kejuruan selama 3 tahun di Lembaga pendidikan masing-masing matra, sementara khusus untuk AAL harus mengikuti pendidikan sesuai matranya di AAL, Bhumimoro, Surabaya, hingga medio Juni 2015 ini proses penggemblengan menjadi Perwira TNI AL bergelar Sarjana Sains Terapan Pertahanan (S.S.T.Han) ini ditutup oleh Kasal Laksamana TNI Ade Supandi, S.E.

Selaku pemimpin TNI Angkatan Laut, Kasal mengucapkan selamat kepada para Taruna Akademi Angkatan Laut, yang telah berhasil menyelesaikan tahap pendidikan Taruna di Akademi Angkatan Laut dan program pendidikan kesarjanaan diploma empat dengan gelar Sarjana Sains Terapan Pertahanan.
jakartagreater.com
Lebih lanjut Kasal mengatakan, peristiwa ini merupakan keberhasilan para Taruna yang perlu disyukuri dan dijadikan sebagai titik tolak awal pengabdian kepada bangsa dan negara. Selanjutnya para Taruna Angkatan ke-60 akan dilantik menjadi Perwira dengan pangkat Letnan Dua dalam upacara Prasetya Perwira, sekaligus mengantarkan para Taruna untuk mengaplikasikan ilmu yang telah didapat selama di Akademi Angkatan Laut dalam medan pengabdian sesungguhnya di berbagai Kotama dan Satuan Kerja TNI Angkatan Laut.

Kepada Taruna yang telah mengukir prestasi sebagai penerima penghargaan bintang Adhi Makayasa, Kasal mengucapkan selamat. Bintang Adhi Makayasa merupakan tanda penghargaan tertinggi bagi Taruna tingkat akhir lulusan terbaik, semoga prestasi ini diikuti dengan prestasi-prestasi berikutnya yang membanggakan bagi diri pribadi dan organisasi TNI Angkatan Laut serta menjadi teladan atau motivasi bagi Taruna lainnya.

“Gunakan modal dasar yang kalian peroleh di akademi untuk terus meningkatkan pengetahuan dan kemampuan kalian dalam menghadapi penugasan yang penuh tantangan dan dinamika nantinya”, pinta Kasal kepada para Taruna AAL Angkatan 60.

Upacara penutupan pendidikan bagi 99 calon Perwira Remaja TNI Angkatan Laut Angkatan 60 ini dihadiri para Pejabat Utama TNI AL, para Panglima Komando Utama (Pangkotama) TNI AL, serta sejumlah undangan dari kalangan TNI, Polri, dan sipil di wilayah Surabaya. (JKGR)

Electronic Warfare System CN 235 TNI AU

selex-es-ew-solutions-seminar-at-paris-air-show
Untuk pertama kalinya SAGE ESM dipilih memenuhi kebutuhan pesawat patroli maritim yang akan digunakan oleh Angkatan Udara Indonesia untuk misi patroli maritim mereka.

Selex ES telah menandatangani kontrak dengan Integrated Surveillance and Defense Inc. (ISD) yang berbasis di Amerika Serikat, untuk menyediakan SAGE 600 digital Electronic Support Measure (ESM) system, untuk Angkatan Udara Indonesia.

Sistem ini akan dikirim pada bulan September untuk diintegrasikan ke pesawat patroli maritim CN-235 TNI AU. SAGE telah dikembangkan untuk diintegrasikan dengan mudah pada setiap jenis platform, termasuk helikopter dan UAV.

SAGE adalah sistem peperangan elektronik untuk misi intelijen, pengawasan dan pengintaian. Sistem ini mengumpulkan data emitter dari sumber frekuensi radio pada jangkauan taktis yang signifikan, dan membandingkan hasilnya dengan perpustakaan emitor yang ada dan kemudian mengidentifikasi dan menentukan lokasi ancaman.

Ini adalah pemilihan pertama dari SAGE untuk kebutuhan patroli maritim pesawat sayap tetap. Sistem ini dirancang dengan fleksibilitas sehingga mudah diintegrasikan ke berbagai kendaraan udara – dari pesawat mapun helikopter, sampai dengan sistem udara tak berawak, termasuk UAV Schiebel CAMCOPTER® S-100 remotely-piloted air system.
UAV Schiebel CAMCOPTER® S-100
UAV Schiebel CAMCOPTER

SAGE digunakan oleh Kementrian Pertahanan Inggris dan telah diberikan kepada Republik Korea sebagai bagian dari paket peralatan perang elektronik untuk Maritime Operational Helicopter (MOH) programme.

SAGE adalah piranti kemampuan perang elektronik canggih yang berasal dari sensor individu untuk sepenuhnya diintegrasikan dengan peralatan defensif, sebagai pendukung Electronic Warfare Operational Support (EWOS). (Selex)

Tidak Ada Negara Lain, Kepala Intelijen dari Parpol

Sutiyoso
 Sutioso

Jakarta – Wakil Ketua DPR Fadli Zon menyatakan DPR tak akan langsung menerima Letjen TNI (purn) Sutiyoso sebagai calon Kepala Badan Intelijen Negara (BIN). Menurutnya, pertimbangan harus diambil mengingat Sutiyoso merupakan seorang ketua umum partai politik.
“Seharusnya netral bukan parpol. Harus dipertimbangkan,” kata Fadli di Gedung DPR, Jakarta, Jumat (19/6).

Fadli menegaskan, pertimbangan tersebut didasari atas fakta badan intelijen di negara lain yang dipimpin oleh orang yang bukan memiliki latar belakang politisi.

“Tidak ada di negara lain kepala intelijen berasal dari Parpol. Kita sudah sampaikan,” tegasnya.
Sebelumnya, Wakil Ketua DPR, Agus Hermanto menyatakan, meski dua surat penunjukan Kasad Jenderal Gatot Nurmantyo sebagai Calon Panglima TNI dan surat Sutiyoso sebagai calon kepala BIN dikirim bersamaan pada 9 Juni lalu, namun Jokowi menginstruksikan dua hal yang berbeda terhadap pencalonan keduanya. Menurut dia, dalam surat itu, Jokowi meminta DPR langsung menyetujui Gatot Nurmantyo sebagai Panglima TNI. Namun, untuk Sutiyoso, Jokowi berharap DPR memberikan pertimbangan.

“Kami telah menerima 2 buah surat pencalonan calon Kepala BIN dan calon Panglima TNI. Di mana memang kalau Pak Sutiyoso diajukan pak Presiden untuk meminta pertimbangan kepada DPR namun kalau Panglima diminta persetujuan sehingga ini berbeda,” kata Agus.

Agus menjelaskan, soal pencalonan Bang Yos, DPR hanya bersifat memberi masukan kepada Presiden mengenai sosok mantan Gubernur DKI Jakarta dua periode itu.

“Yang pertimbangan itu isinya bahwa pertimbangannya seperti ini seperti itu. Kalau persetujuan itu yang dibawa ke paripurna bahwa ini disetujui ini enggak disetujui seperti dulu waktu Kapolri kan seperti itu,” lanjutnya.

Namun, walaupun diminta pertimbangan, Agus menyiratkan DPR tak bisa menjegal Sutiyoso maju sebagai Calon Kepala BIN karena DPR hanya bersifat memberi pertimbangan. Sebab, Keputusan melanjutkan atau tidak pencalonan Sutiyoso sebagai calon Kepala BIN menjadi sepenuhnya wewenang Jokowi.

“Jadi kalau Pak Sutiyoso kami tak bisa tak menyetujui. Hanya memberi pertimbangan kepada Presiden nanti Presiden yang memutuskan,” tegasnya.
Merdeka.com

Perampok Amatir

image


Tanker Orkim Harmony milik perusahaan Malaysia tidak dibajak oleh pembajak melainkan amatir, yang tampaknya melakukan tindakan, lebih dari apa yang sanggup mereka perbuat.

Komandan Angkatan Laut Malaysia Laksamana Tan Sri Abdul Aziz Jaafar, yang dikutip Star pada Jumat, 19 Juni 2015, mengatakan delapan pelaku yang menguasai tanker, memohon agar AL Malaysia melepaskan mereka.

Jaafar menyebut para pembajak sebagai “pelaku paruh waktu dalam perjalanan perdana,” mengatakan pihaknya bertanya tentang tuntutan, namun mereka hanya meminta diberikan satu kapal, air minum dan makanan.

“Serta membiarkan mereka pergi. Tapi kami tidak dapat melakukan itu,” ujarnya. Para pelaku juga mengatakan tidak lagi tertarik pada kargo, 6.000 ton bahan bakar minyak (BBM) RON95 bernilai RM 21 juta.

Kapal perang Malaysia, KD Terengganu dan satu kapal patroli AL, terus membayangi tanker dari perairan Vietnam, Kamis, 18 Juni, dibantu dengan helikopter Super Lynx milik AL Malaysia.

Jaafar mengatakan para pembajak berbicara dengan aksen Indonesia, serta terdengar gemetar. “Tampaknya mereka hanya paruh waktu, dalam perjalanan perdana memasuki dunia pembajakan,” katanya.

Tanker yang dilaporkan hilang sejak 11 Juni itu, pertama kali dilihat oleh pesawat mata-mata P-3 Orion milik Australia, pada Rabu, 17 Juni, di perairan Vietnam.

Pembajak Tanker Orkim Harmony Beraksen Indonesia

Sebelumnya, Wakil Dubes RI untuk Malaysia Hermono mendapat informasi bahwa 8 perompak sudah tertangkap di Vietnam. “Kami baru mendapat laporan bahwa 8 orang sudah tertangkap di Vietnam,” jelas Wakil Dubes RI untuk Malaysia Hermono dalam keterangan tertulis pada detikcom, Jumat (19/6/2015).

KBRI Kuala Lumpur berkoordinasi dengan KBRI Hanoi untuk mengkonfirmasikan laporan tersebut. Pihaknya juga membenarkan bahwa petinggi AL Malaysia menyebutkan perompak beraksen Indonesia. KBRI masih mencari tahu akan hal ini.

“Betul Panglima Angkatan Laut Malaysia mengatakan perompak berbicara dengan aksen Indonesia. Kami sudah minta KBRI Hanoi untuk konfirmasi,” tutur Hermono saat dikonfirmasi detikcom hari ini.

Kapal tanker Orkim Harmony membawa BBM setara pertamax plus senilai Rp 75 miliar. Saat ini kapal tengah menuju ke Pelabuhan Kuantan, Malaysia, dengan dikawal kapal perang AL Malaysia. Perompak telah kabur dengan sekoci dan melepas kapal beserta 22 ABK itu pada Jumat dini hari.

(Detik.com dan Viva.co.id)

Kapal Angkut Tank Leopard Buatan Dalam Negeri

kri bintuni
KRI Teluk Bintuni

Jakarta – Industri pertahanan dalam negeri memang tak dapat dianggap sebelah mata. PT Daya Radar Utama (DRU) berhasil memproduksi kapal jenis Angkut Tank atau landing shift tank (LST) berteknologi canggih untuk mendukung pemenuhan alutsista khususnya bagi TNI Angkatan Laut.

Adalah KRI Teluk Bintuni-520 yang berhasil diproduksi oleh PT DRU yang proses penyelesaiannya melibatkan anak bangsa lulusan Institut Teknologi Surabaya (ITS). Kapal ini diserahterimakan kepada Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu di galangan PT DRU, Lampung, Rabu (17/6).

“Pembangunan KRI Teluk Bintuni-520 ini merupakan bagian dari program pembangunan kekuatan pertahanan untuk mewujudkan kekuatan pokok minimal atau minimum essential forces (MEF),” ucap Ryamizard dalam keterangan pers Kemhan yang diterima detikcom, Kamis (19/6/2015).

KRI Teluk Bintuni, kata Ryamizard, juga dapat memperkuat TNI AL dalam mendukung program pemerintah Indonesia untuk mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia. Kapal ini dirancang untuk bisa mengangkut tank MBT Leopard milik TNI AD yang berbobot 62,5 ton dan tank BMP-3F milik Marinir.

“Pembangunan KRI Teluk Bintuni-520 yang dilaksanakan oleh PT. DRU sebagai salah satu bentuk pembinaan pemerintah terhadap kemampuan industri dalam negeri sebagai upaya untuk mengurangi ketergantungan pada negara lain dalam pengadaan alutsista di masa mendatang,” jelas jenderal (purn) bintang 4 itu.

Kapal LST itu terbuat dari baja khusus pada bagian hulu atau lambungnya. Baja khusus tersebut diperoleh dari PT Krakatau Steel. Spesifikasi KRI Teluk Bintuni memiliki panjang 120 meter dengan lebar 18 meter, dan tinggi 7,8 meter. Kapal dengan draft 3 meter tersebut memiliki ketahanan di laut (endurance) 20 hari. Kapal didesain untuk mampu mendarat di pantai.

KRI Teluk Bintuni mampu mengangkut 10 Tank Leopard, 476 orang (kru dan pasukan), serta 1 unit helikopter. Menhan pun lantas meneruskan serahterima kapal ini kepada Mabes TNI dan TNI AL. Rencananya KRI Teluk Bintuni akan diproyeksikan untuk memperkuat jajaran Komando Lintas Laut Militer TNI AL (Kolinlamil) dan akan segera beroperasi. (Detik.com)

SU-35 Ikut Tender TNI AU

Jet Tempur SU-35
Jet Tempur SU-35

Rusia mengumumkan rencananya untuk bersaing dalam kontrak Angkatan Udara Indonesia yang hendak membeli pesawat tempur; Rusia berharap bisa meng-ekspor jet Su-35.

Jet tempur Rusia Su-35 akan bersaing dalam tender yang akan datang; Angkatan Udara Indonesia sedang mempertimbangkan pembelian pesawat multi-peran ini, untuk menggantikan armada jet buatan AS yang menua, ujar juru bicara Rosoboronexport, Sergey Kornev.

Kornev menyatakan hal ini saat berada di Le Bourget Airshow 2015, yang sedang berlangsung di dekat Paris, Prancis.

“Kami sedang menunggu tender, dan kami akan berpartisipasi di dalamnya”, katanya, yang menekankan perlunya mengembangkan potensi ekspor jet tempur Su-35.

Perwakilan dari Indonesia telah berulang kali menyatakan minatnya untuk membeli Su-35. Pada bulan Februari, Kepala Staf Angkatan Udara Indonesia, Marsekal Agus Supriatna mengisyaratkan kesiapannya untuk menggantikan jet tempur F-5 AS yang usang, yang saat ini dalam pelayanan, untuk digantikan dengan pesawat canggih Su-35. Meski begitu, perjanjian pembelian belum ditandatangani.

Dikembangkan oleh Biro Desain Sukhoi (bagian dari United Aircraft Corporation), Su-35 Flanker-E adalah pesawat generasi “4 ++” – super-maneuverable multi-role fighter. Teknologi generasi kelima yang digunakan dalam pengembangan pesawat ini memberikannya keunggulan atas pesawat lain dari kelas ini.

Su-35 dilengkapi dengan peralatan avionik yang state-of-the-art (mahakarya) yang didasarkan pada kontrol sistem dan informasi yang digital, radar baru dengan phased antenna, dan mesin baru dengan peningkatan pengendalian vektor pendorong.

Tahun lalu, majalah Amerika Serikat, National Interest memuji avionik yang canggih dari pesawat SU-35, yang mengatakan “membuat SU-35 menjadi musuh yang sangat berbahaya untuk setiap pesawat tempur AS, dengan pengecualian pesawat siluman F-22 Raptor Lockheed Martin.” (Sputniknews.com)

Oknum Anggota TNI AD Jual Amunisi ke OPM

ilustrasi (dok detikcom)
ilustrasi (dok detikcom)

Jayapura – Lima anggota TNI-AD kesatuan Ajendam XVII/Cenderawasih yang menjual amunisi kepada kelompok OPM atau Kelompok klriminal bersenjata Papua dipecat dari kesatuannya. Lima anggota TNI itu divonis penjara dan dipecat dari kesatuannya.

Sidang pemecatan ke lima anggota TNI-AD tersebut berlangsung di Mahkamah Militer Jayapura, dipimpin Hakim Ketua Kol Sus Priyo Mustiko, dengan hakim anggota Letkol Laut (kh) Asep Ridwan Hasim, Mayor Chk Ahmad Jailanie, panitera Kapten Chk Iskandar.

Kelima anggota TNI yang dipecat tersebut, Prajurit Satu Supratman, Prajurit Satu Rahmat Agung dan Sersan Satu Nurul Huda Septari, Serma Supriadi dan Serka Ikrom. Selain dipecat kelimanya juga dipidana penjara, Supratman dan Rahmat pidana penjara 8 tahun, Nurul 3 tahun, Ikrom 10 tahun penjara dan Supriadi 12 tahun penjara.

Sidang berlangsung dua hari, Rabu (17/6/2015) dan Kamis (18/6/2015). Empat terdakwa diputus hukuman penjara lebih dari tuntutan tim Oditur, Mayor Chk Jim Manubui, Mayor Laut (kh) Corry Mapendang dan Mayor Chk Frengky. Supratman dan Rahmat dan Ikrom dituntut lima tahun penjara, Supriadi dituntut enam tahun penjara.

Dalam persidangan, para terdakwa didampingi penasehat hukum Kapten Chk Bilu, Letda Seky Tanaen dan Serka L Many. Kelimanya terbukti melanggar Pasal 1 Undang-Undang Darurat No 12/1951 tentang senjata api, dan kelimanya terbukti memperjualbelikan amunisi. Amunisi yang dijual sebanyak 5000 butir yang disimpan dalam 25 dos, satu dos seharga Rp 450.000.

Otak dari penjualan amunisi adalah Supriadi yang mengenal pembeli di kolam renang Ajendam tahun 2012 lalu mereka saling bertukar nomor handphone. Ikrom adalah pemegang kunci gudang senjata, Nurul Huda yang mengambil amunisi di gudang atas perintah Ikrom yang saat itu sedang cuti.

Serda Supriadi ditangkap 28 Januari 2015 lalu di PTC (Papua Trade Centre) salah satu pusat bisnis di Kota Jayapura saat akan menyerahkan amunisi kepada pelanggannya. Saat itu Supriadi ditemani Supratman dan Rahmat. Pangdam XVII/Cenderawasih Mayjen TNI Fransen G Siahaan mengatakan, oknum TNI tersebut seperti duri dalam daging TNI, sehingga harus dicabut dari kesatuan. Mereka adalah penghianat bangsa, menjual amunisi kepada kelompok kriminal bersenjata dan amunisi itu pula yang digunakan untuk menembaki aparat TNI Polri di Papua. (Detik.com)

Wakil Panglima TNI Lebih Miliki Fungsi Komando

Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto
Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto

Jakarta – Pemerintah sedang mengkaji rancangan peraturan presiden mengenai struktur dan susunan organisasi TNI yang akan membentuk posisi baru, Wakil Panglima TNI. Posisi baru itu nantinya akan diberikan kewenangan layaknya Panglima TNI, yakni fungsi komando.

Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto menjelaskan, posisi wakil panglima akan menggantikan posisi Kepala Staf Umum (Kasum) TNI. Namun, Wakil Panglima TNI diberikan wewenang lebih, tak sekadar administratif. Kewenangan Wakil Panglima TNI akan mirip dengan posisi Panglima TNI.

“Yang sekarang diusulkan di rancangan perpres, wakil panglima itu memiliki fungsi komando, yang tidak dimiliki oleh kasum. Selama ini fungsi komando hanya dimiliki oleh jabatan panglima. Dengan
adanya perpres ini, wakil panglima juga akan memiliki fungsi komando,” ucap dia.

Sebelumnya, Andi sempat mengatakan alasan presiden memberikan penambahan kewenangan untuk wakil panglima. Dia menyebutkan, selama ini tak ada fungsi komando yang menggantikan panglima apabila bertugas ke luar negeri.

“Tapi dengan menggunakan nama wakil panglima seperti yang dulu pernah ada. Wakil panglima menggantikan panglima untuk fungsi komando itu,” ujar dia.

Saat ini, draf rancangan perpres susunan dan organisasi TNI sudah diberikan Panglima TNI Jenderal Moeldoko kepada Presiden Jokowi. Andi mengatakan, pemerintah menargetkan perpres itu akan final pada akhir Juli 2015. (KOMPAS.com)

70 Persen Saham Blok Mahakam Telah Milik Pertamina

Pengolahan Migas di Blok Mahakam
Pengolahan Migas di Blok Mahakam

Jakarta — Blok kaya gas Mahakam di Kalimantan Timur dengan menyerahkan 70 persen participating interest (PI) nya kepada PT Pertamina (Persero) yang juga akan bertindak sebagai operator mulai 2018. Jumlah tersebut sudah termasuk jatah badan usaha milik negara (BUMD) Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur.

Sementara Total E&P Indonesie dan Inpex Corporation, dua operator Mahakam sebelumnya tetap dilibatkan dalam pengelolaan Mahakam dengan jumlah PI sebesar 30 persen.

“Untuk Mahakam sudah diputuskan pemerintah, Pertamina akan memiliki 70 persen sementara Total dan Inpex akan memiliki 30 persen PI di Mahakam,” ujar Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said di kantornya, Jumat (19/6).

Setelah keputusan tersebut dibuat, pemerintah menurut Sudirman meminta ketiga perusahaan tersebut untuk segera mendiskusikan dengan lebih serius dan terbuka mekanisme masa transisi yang akan dilakukan. Pasalnya Pertamina membutuhkan waktu untuk melakukan persiapan pendanaan dan operasional untuk mulai mengelola Mahakam pada 1 Januari 2018, setelah kontrak Total dan Inpex berakhir.

Sekilas Mahakam
Kontrak bagi hasil blok Mahakam ditandatangani pada 1967 yang kemudian diperpanjang pada 1997 untuk jangka waktu 20 tahun sampai 2017. Awalnya saat eksplorasi dilakukan pada 1967, cadangan (gabungan cadangan terbukti dan cadangan potensial) minyak dan gas bumi di Blok Mahakam cukup besar yaitu 1,68 miliar barel minyak per hari, serta gas bumi sebesar 21,2 triliun kaki kubik (TCF).

Setelah mulai berproduksi dari lapangan Bekapai pada 1974, Total dan Inpex telah melakukan produksi dan pengurasan secara besar-besaran cadangan di blok Mahakam dan membuat Indonesia menjadi eksportir LNG terbesar di dunia pada kurun waktu 1980-2000.

Namun, kini setelah selama 40 tahun, sisa cadangan terbukti dan potensial minyak Mahakam saat ini diperkirakan hanya tersisa sebesar 185 juta barel dan cadangan gas diperkirakan sebesar 5,7 TCF. Pada akhir masa kontrak di 2017, diperkirakan masih tersisa cadangan minyak sebesar 131 juta barel dan cadangan gas sebanyak 3,8 TCF yang bisa dieksploitasi Pertamina. (CNN Indonesia)

Penyapu Ranjau Bozena Milik TNI AD

image
Salah satu peralatan yang dimunculkan dalam latihan perang TNI AD di Baturaja, OKU, Sumatera Selatan adalah kendaraan pembersih ranjau Bonzana 4 buatan Way Industry Slovakia.

Penyapu ranjau ini membersihkan ranjau anti-personil (AP), anti-kendaraan (AV) serta ranjau ranjau lainnya.

Sistem ranjau remote control Bonzena memiliki ketahanan terhadap ledakan ranjau anti-tank berdaya ledak TNT 9 kg dan dapat digunakan untuk membersihkan ranjau di daerah dengan tinggi ancaman yang tinggi. Alat ini juga dapat beroperasi di dalam hutan, pegunungan, sepanjang perkebunan dan medan dengan rintangan lainnya.
image
Sistem Bonzena juga mendukung kemampuan kontra-IED dan dilengkapi dengan berbagai aksesoris dan alat-alat teknik untuk memberikan ranjau secara efisiensi dalam operasi lapangan.

Saat ini lebih dari 80 Bozena 4 telah digunakan dalam pelayanan sipil maupun militer. Varian yang ditawarkan adalah Bozena 1, Bozena 2, Bozena 3, dan Bozena 5.

Sistem pembersih ranjau Bozena 4 dirancang untuk peningkatan efisiensi dalam operasi penghapusan ranjau. Alat ini dapat diangkut dengan pesawat kargo atau helikopter.

Sistem ini memiliki panjang keseluruhan 5.28m dan berat total 6,983kg, ketinggian 2.27m, lebar 1.98m. Mobil anti ranjau ini memiliki mesin/rantai pemulul tanah dengan panjang 2m, lebar 2.84m dan beratnya 1,407kg.

Bozena 4 ditutupi dengan perisai lapis baja dipasang di belakang poros pemukul untuk perlindungan dari ledakan ranjau dan puing-puing yang terbang.

Sistem ini juga dilengkapi dengan pelat baja ARMOX 4mm/6mm untuk melindungi bagian internal penggerak utama. Kaca polikarbonat LEXAN melindungi mesin, remote control, dan sistem hidrolik. Bozena 4 juga ditutup dengan kerudung untuk melindungi penggerak utama dari debu. Sebuah sistem pemadam api otomatis dipasang untuk meningkatkan keselamatan dari kebakaran internal.
image
Spesifikasi:
Engine
DEUTZ BF 6L914, turbo

Rated power at 2 500 RPM
110 kW (147 HP)

Torque at 1 600 RPM
550 Nm

Fuel consumption – average/max
13,2 / 19,5 l/h

Mine clearance width
2,2 m

Mine clearance depth
max 250 mm

Blast resistance
9 kg TNT

Operating RPM of the Flail unit
350 – 500

Working efficiency (max)
2 500 sq m/hour

Vegetation cutting – diameter/height
up to 30 cm / 4 m

Fuel tank capacity
140 l

Maximum speed
9 km/h

Remote control – range/battery life
5 000 m/11 hrs

www.way.sk

Thursday, 18 June 2015

Mengenal Senjata Serbu Bawah Air (SSBA) Gawean Dewe


Perkembangan teknologi mengakibatkan berlanjutnya perubahan dimensi suatu konsepsi pertempuran, baik ditinjau dari segi sasaran, ruang maupun waktu. Kemajuan teknologi yang berkembang meskipun memiliki keuntungan-keuntungan teknis, namun tidaklah dengan sendirinya dapat menjamin keberhasilan dalam melaksanakan tugas operasi tanpa suatu latihan secara berkesinambungan.

Untuk meningkatkan kemampuan personil dalam menguasai medan pertempuran bawah air, prajurit Komando Pasukan Katak (Kopaska), Detasemen Jala Mangkara (Denjaka), Pasukan Intai Amphibi (Taifib) TNI AL serta pasukan khusus dilingkup TNI AD dan TNI AU yang bergerak sebagai penyelam (combat diver) membutuhkan kelengkapan Senjata  Serbu Bawah Air (SSBA).
Kopaska dengan APS

Salah satu peperangan bawah air yang perlu diwaspadai yaitu; ancaman penyelam tempur  (combat diver) pihak lawan berupa infiltrasi ancaman sabotase yang sangat potensial bagi kapal-kapal perang maupun personil, yang sulit terdeteksi sehingga dapat mengakibatkan tekanan psikologis. Sehubungan dengan hal tersebut untuk menghindari bahaya sabotase, pihak Labinbair melaksanakan kegiatan penelitian pembuatan SSBA, sebagai wujud kepedulian serta pembekalan kelengkapan senjata Kopaska. TNI AL bekerjasama dengan PT Pindad  (Persero) sesuai bidang dan tugas yang diembannya berperan mengembangkan senjata sehingga tidak terjadi ketergantungan pihak luar sejak beberapa tahun lalu.
APS Russian
Avtomat Podvodnyj Spetsialnyj (APS) Russia

Pembuatan senjata perorangan bawah air dengan mereverse engineering senjata bawah air jenis APS.  APS merupakan singkatan dari Avtomat Podvodnyj Spetsialnyj (Bahasa Rusia) = Special Underwater Assault Rifle. Senjata ini digunakan untuk menembak musuh dalam ancaman infiltrasi, sabotase dan pengamanan tiap personil pasukan penyelam (combat diver)  serta pembelaan diri melawan binatang buas. Prototype SSBA telah disempurnakan dan mempunyai banyak persamaan dengan senjata Senapan Serbu buatan PT. Pindad jenis varian satu (SS1) maupun varian dua (SS2) dengan model kombinasi.


Part SSBA



UJICOBA AMUNISI SENJATA BAWAH AIR JENIS APS
Pada 16 Desember 2008, telah dilakukan uji coba Amunisi Senjata bawah air Jenis APS (Avtomat Podvodnyj Spetsialnyj) hasil penelitian Labinbair Dislitbang TNI AL bekerja sama dengan PT Pindad yang telah dibiayai dari  Program Insentif Terapan  Kementerian Negara Riset dan Teknologi Tahun anggaran 2008. Amunisi ini merupakan jenis amunisi untuk senjata bawah air yang merupakan satu jenis persenjataan Pasukan Khusus TNI AL.

Keterbatasan amunisi yang tersedia di lingkungan TNI AL saat ini serta tugas yang diemban oleh pasukan khusus, merupakan hal yang melatarbelakangi penelitian pembuatan amunisi senjata bawah air jenis APS sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan material dibidang amunisi yang dapat dioperasikan di lapangan. 

Amunisi senjata bawah air kaliber 5,66 mm jenis APS merupakan sarana yang sangat penting bagi TNI AL, khususnya bagi pasukan khusus seperti Pasukan Katak (Paska), untuk meningkatkan kesiapan prajurit dalam operasi seperti infiltrasi, sabotase dan serangan pendadakan melalui bawah air. 

Pengujian di lapangan merupakan tahapan akhir setelah  kegiatan pengujian fisik dan laboratorium yang meliputi : Visual Test, Dimension test, Kekerasan proyektil amunisi kaliber 5,66 mm, Kekerasan kelongsong Amunisi kaliber 5,66 mm dan pengujian laboratorium. 

Pengujian di lapangan untuk Uji coba amunisi ini yang pertama telah dilakukan di PT Pindad, Turen Malang, kedua dilakukan di Pulau Madura dan ketiga di Pulau Untung Jawa yang dihadiri oleh Wakil dari Kementerian Negara Riset dan Teknologi, PT Pindad (Persero) dan Jajaran Labinbair Dislitbang TNI AL yang diketuai oleh Kolonel Laut  Muharam Ibrahim, ST (Kepala Labinbair ).

Pada uji coba amunisi APS di pulau Untung Jawa Kepulauan Seribu telah dilakukan penembakan di udara terbuka dengan perkenaan melintang dan di dalam air dengan perkenaan menusuk, serta tembakan sempurna dengan Velocity test (Vo) 370 m/dt lebih bagus dari produksi luar negeri.
Perbedaan peluru paku APS dengan kaliber lainnya
Kegiatan pengujian/ujicoba ini berhasil dengan baik, aman dan lancar baik terhadap personil maupun material peralatan yang digunakan dan waktu sesuai dengan jadwal yang direncanakan. 

Kegiatan ini masih perlu penyempurnaan lanjutan, untuk peningkatan fungsi amunisi APS sehingga betul-betul siap diproduksi dan memenuhi spesifikasi operasional di lingkungan TNI dan siap untuk mendapatkan sertifikasi. Disamping itu tentu diperlukan kajian keekonomiannya.

Persyaratan Produk Senjata.
Persyaratan produk dari SSBA dibuat berdasarkan dari hasil kajian operational requerement (Opsreq)  dari senjata tersebut.  Persyaratan produk SSBA meliputi:
  • Senjata tahan terhadap air laut
  • Bisa berfungsi di darat maupun di dalam air
  • Aman dan mudah dioperasikan
  • Mudah dalam perawatan
Desain
Desain SSBA
Data spesifikasi akan dikombinasikan dengan spesifikasi teknis digunakan untuk penentuan pembuatan prototype SSBA, sehingga dapat ditentukan spesifikasi teknik, sebagai berikut:

Kaliber : 5,66 mm x 150 mm

Berat senapan tanpa magasen : 3,5   kg

Berat dengan magazen kosong : 3,60  s.d 4,50 kg

Kapasitas Magasen : 26 butir

Panjang senjata


  1)      Popor terentang : 641 mm

  2)      Popor tertutup : 600 mm





Lebar : 40 mm

Tinggi : 20 mm

Sistem Penembakan : Manual 1-1 (tahap ini)

Sistem Operated : Gas Operated

Alat bidik : Visir Pejera

Jarak tembak efektif di bawah air


  1)      Kedalaman 5 meter : Capaian tahap 2

  2)      Kedalaman 20 meter : Capaian tahap 2

  3)      Kedalaman 40 meter : Capaian tahap 2

Jarak tembak di udara : ± 100 Meter

Cepat tembak (rate of fire) : ± 600 m/ butir

Kecepatan awal Vo : ± 340-365 m/s
Contoh prototipe SSBA (Belum Final)
Hasil akhir tahun 2013 kemarin –> Berdasarkan kegiatan yang dilakukan ini dapat kami sampaikan kesimpulan sebagai berikut:
  1. Kegiatan penelitian pembuatan Senjata Serbu Bawah Air (SSBA), tahap 1 ini sesuai dengan jadwal yang direncanakan, dengan sasaran berupa prototipe senjata bawah air.
  2. Penelitian pembuatan SSBA telah berhasil dilaksanakan dan telah berhasil diuji coba didarat dengan tembakan manual.
Peluru SSBA
Amunis APS atau biasa disebut peluru paku buatan dalam negeri

Sebagai Langkah Kemandirian Teknologi Militer, Rintis Mesin Misil Turbojet


 

BANDUNG,Perkembangan teknologi bidang militer di Indonesia saat ini belum setara dengan negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Rusia. Namun bukan berarti Indonesia tidak memiliki kemampuan untuk menciptakan peralatan untuk keperluan militer atau alat tempur sendiri. Penelitian yang dilakukan Dr. Firman Hartono, S.T, M.T., salah satu dosen Teknik Penerbangan Institut Teknologi Bandung, telah membuktikan bahwa Indonesia juga mampu mengembangkan teknologi di bidang kemiliteran, yaitu teknologi mesin turbojet untuk misil jenis cruise.

Berbeda dengan misil balistik yang langsung diluncurkan dengan proyektil parabola dan jarak yang terbatas, misil jenis cruise adalah misil yang mampu terbang dengan jarak tempuh yang cukup jauh untuk mengejar target dan dengan ketinggian hanya kurang lebih dua puluh meter di atas permukaan laut. Kemampuan ini membuat misil jenis cruise  mampu menghindar dari radar dan menjadikannya sebagai misil yang efektif. Misil ini terdiri atas bagian navigasi yang terkomputerisasi, bagian bahan bakar, dan bagian mesin penggerak misil. Mesin yang menggerakkan misil tersebut adalah mesin turbojet.


Mesin turbojet yang dikembangkan Dr. Firman Hartono dinamai Mesin Turbojet 500 N. Mesin ini merupakan hasil kerjasama dengan rekan-rekan lain di berbagai bidang, seperti: aerodinamika, termodinamika, perpindahan panas, teknik produksi, dan material. Kerjasama ini dilakukan karena mesin turbojet misil adalah aplikasi dari banyak fokus keilmuan. Dr. Firman Hartono juga menjelaskan bahwa alasan beliau memilih untuk melakukan penelitian terhadap mesin misil turbojet adalah karena kriteria pembuatan misil sendiri tergolong relatif tidak berat. "Pengoperasian mesin misil yang biasanya hanya selama satu hingga dua jam membuat material dasar mesin mudah dicari di dalam negeri tanpa perlu impor dari luar. Kebetulan di Indonesia juga belum dikembangkan," ujar Dr. Firman Hartono.

Layaknya semua perjalanan yang sukses, penelitian ini juga menghadapi kendala dalam keberjalannya. Riset dan pembuatan mesin membutuhkan waktu yang cukup lama sedangkan pembiayaan riset dari pemerintah terbatasi oleh waktu. Bergantinya periode pemerintahan membuat birokrasi-birokrasi baru dalam pendanaan riset menjadi sedikit berbeda dan lebih sulit. Selain bekerjasama dengan berbagai bidang lain, penelitian mesin turbojet ini juga bekerjasama dengan Kementrian Pertahanan dan Keamanan (KEMHAN) dalam hal pendanaan. Sayangnya KEMHAN baru bisa mengusahakan bantuan dana internal untuk riset ini pada tahun 2016. Akan tetapi, kendala ini tidak serta merta membuat riset terhenti.  Dr. Firman menjelaskan bahwa masih ada komponen-komponen lain dari mesin turbojet tersebut yang bisa dijadikan bahan penelitian dan dikaji lebih dalam terlebih dahulu seperti efisiensi bahan bakar atau kompresor mesin. "Kalau pendanaan lagi macet seperti ini kita melakukan penelitian berbasis perhitungan dan komputasi, soalnya tidak perlu biaya besar," tambah beliau.


Mesin turbojet 500 N yang dikembangkan Dr. Firman Hartono ini sebenarnya adalah mesin turbojet yang sederhana. Namun dengan modifikasi dan riset-riset lanjutan, akan terus dilakukan perbaikan-perbaikan pada mesin turbojet tersebut. Pembuatan mesin turbojet yang berkualitas dengan biaya produksi yang rendah menjadi tantangan tersendiri di masa yang akan datang. Dari mesin turbojet misil ini, diharapkan dapat lahir karya cipta teknologi lain yang lebih besar dari anak bangsa. "Kita harus memakai produk anak bangsa, yang dimulai dari keinginan untuk menciptakan karya dalam negeri seperti ini," tutup Dr. Firman Hartono.