Apakah kita bisa mengajarkan seorang pilot menerbangkan pesawat
tanpa pernah sekalipun mendudukannya di belakang kemudi pesawat?
Angkatan Udara Rusia menjawab pertanyaan itu dengan, “Ya, tentu saja!”.
Pusat pelatihan modern terkini milik AU Rusia mampu mempercepat proses
persiapan para awak pesawat secara signifikan. Sementara bagi para pilot
berpengalaman, pusat pelatihan tersebut mampu menciptakan situasi untuk
mengoperasikan pesawat tempur di ambang batas kemampuan teknisnya.
Torzhok, kota perdagangan yang tenang di Subjek Federal Tverskaya Oblast ini tidak hanya dikenal dengan kekayaan sejarah kuno Rusia saja, tetapi juga memiliki salah satu sekolah penerbangan helikopter
terbaik di Rusia, yakni Pusat Pendidikan dan Pelatihan Awak Pesawat
344. Sekolah ini sesuai dengan gambaran sekolah pilot dalam film “Top
Gun” yang dibintangi oleh Tom Cruise. Di Torzhok, para pilot skuadron
helikopter yang akan mengemban misi militer di Tajikistan, Chechnya, Sudan, Chad, dan Sierra Leone diajari bukan hanya cara menerbangkan rotorcraft hingga
batas maksimal teknis yang diizinkan, tetapi juga mahir menggunakannya
dalam peperangan. Saat ini, pusat pelatihan di Torzhok tersebut tengah
mendidik para pilot pengendali helikopter Mi-28N Havoc dan Ka-52
Alligator.
Latihan Perang, Jet Tempur Su-25 Grach Mendarat di Jalan Tol
Helikopter Mi-28 terbang dengan kecepatan maksimum
sambil bermanuver di atas sungai, operasi tersebut terasa nyata di
dalam ruang simulator setinggi tiga meter dan kabin helikopter tiruan
tempat koresponden RBTH duduk bersama pilot Rustam Maydanov. Meski
simulasi penerbangan helikopter Mi-28 itu dilakukan secara virtual,
kepala koresponden kami ikut merasa pusing akibat manuver-manuver dalam
simulator tersebut, sungguh terasa nyata. Pelaku simulasi dapat terbang
memutar menghindari gunung, hingga melintasi jembatan. Ketika tongkat
kendali ditarik sedikit ke dalam oleh sang pilot, maka helikopter dengan
mudahnya terbang menghindari hambatan dengan naik beberapa puluh meter
ke atas. Ketika tongkat kendali didorong ke depan, maka pesawat akan
menukik tajam ke bawah menuju permukaan air.
Latihan persiapan pilot untuk penerbangan dari dek kapal
induk jelajah kelas berat tunggal di Rusia Admiral Kuznetsov tidak
dilakukan di hamparan Laut Arktik, melainkan di pusat kota Moskow.
Kepala bagian pemodelan matematika dan maket pesawat korporasi MiG
Vladimir Ivanov mengatakan bahwa simulator pesawat merupakan salah satu
unit bisnis terpenting perusahaannya.
Saat ini simulator aviasi
militer Rusia buatan perusahaan Tranzasdan Dinamika telah digunakan di
Venezuela (simulator helikopter Mi-171, Mi-17V5, Mi-25 dan Mi-35),
Nikaragua (Mi-17V5), Rep. Ceko (simulator awak pesawat Mi-171),
Kazakhstan (MiG-31).
“Sekarang ini tak ada satupun pengadaan pesawat
tempur MiG-29 yang dilakukan tanpa disertai kelas pendidikan dan
pelatihan khusus yang menggunakan visualisasi penerbangan pesawat MiG
tersebut menggunakan teknologi tiga dimensi,” tutur Ivanov.
Seperti menonton film-film blockbuster genre
fantasi di bioskop saat ini, para pilot duduk di dalam kabin simulator
latihan MiG-29 sambil mengenakan kacamata 3D. Vladimir Ivanov
mengatakan, tampilan gambar tiga dimensi tersebut membantu para pilot
untuk lebih dapat menentukan jarak, dimensi dan bentuk dari suatu obyek
di udara. Sebagai contoh, dalam program latihan penerbangan pesawat
tempur berkelompok, para pilot perlu mengetahui dengan pasti jarak antar
pesawat di sampingnya atau simulasi pengisian bahan bakar di udara dari
pesawat tanker Il-78.
Dalam operasi nyata, pilot pesawat tempur harus terbang mendekat ke pesawat tanker
pada jarak 120 meter, lalu secara perlahan terbang mendekat, sebab
panjang selang pengisian bahan bakar hanya 21 meter. Selanjutnya adalah
tugas yang membutuhkan keahlian khusus, yakni sambil terbang dengan
kecepatan yang sama, pesawat tempur berada di belakang pesawat tanker
untuk menangkap corong di ujung selang pengisian bahan bakar
menggunakan kepala saluran bahan bakar miliknya. Bahkan dalam simulasi
pun, manuver penerbangan tersebut membuat para pilot berkeringat
gelisah, begitu juga dengan proses pendaratan di kapal induk jelajah
kelas berat Admiral Kuznetsov. Bila dilihat dari ketinggian penerbangan,
kapal besar kelas berat tersebut tetap saja terlihat tidak lebih besar
dari kotak korek api.
Menurut Ivanov, simulasi tiga dimensi dapat membantu para
pilot untuk melakukan pendaratan dengan benar di kapal induk jelajah
Admiral Kuznetsov. “Dalam pemodelan kapal tersebut di komputer
simulator, kami tidak menciptakan sebatas sistem lepas landas dan
pendaratan saja, tetapi juga keseluruhan suprastruktur dan peralatan dek
kapal induk tersebut,” terang Ivanov.
Pesawat Tempur MiG-35 Lebih Ringan dan Canggih