Pages

Saturday, 13 June 2015

Wacana Wakil Panglima TNI Kembali Menguat, Kasum Dihapus



JAKARTA – Wacana posisi Wakil Panglima (Wapang) TNI kembali mencuat. Panglima TNI Jenderal Moeldoko bahkan sudah memaparkan tugas pokok dan fungsi Wapang dalam Rapat Kerja dengan Komisi I DPR kemarin.

Klaim itu diutarakan Ketua Komisi I DPR, Mahfudz Siddiq di gedung DPR Jakarta, Rabu (10/6). Namun, keputusan terkait posisi itu tetap berada di tangan Presiden Joko Widodo.

"Wakil Panglima TNI baru kemarin dijelaskan panglima apa alasan dan tupoksinya. Tapi ini tentu saja butuh persetujuan presiden. Kami serahkan kepada pemerintah, apakah Presiden setuju atau tidak kami serahkan sepenuhnya ke Presiden,” kata Mahfudz.

Dia mengakui, dalam UU TNI Nomor 34 Tahun 2004 tidak mengatur posisi Wapang. Dalam UU itu yang ada ialah Kepala Staf Umum (Kasum) TNI. "Kalau Presiden setuju keberadaan pos Wakil Panglima TNI maka pengangkatannya itu juga sepenuhnya jadi kewenangan eksekutif dalam hal ini Panglima TNI dan Presiden," jelas Mahfudz.

Politikus PKS itu menambahkan, dalam paparan Moeldoko kemarin, disebutkan  pos Wapang diusulkan untuk membantu Panglima TNI sekaligus secara bersamaan mengganti posisi Kasum TNI.

"(Kalau jadi) posisi Kasum TNI dihapuskan, diganti dengan Wapang. Kami melihat penjelasan itu punya alasan tapi sepenuhnya jadi kewenangan pemerintah. Kalau Presiden setuju, karena ini tidak ditempatkan dalam Undang-undang, sepenuhnya itu jadi kewenangan eksekutif," tandas Mahfudz. (jpnn)

Kapal Perang Koarmatim Selasai Latihan Bersama AL Thailand

Hasil gambar untuk kapal perang
SURABAYA  – Dua Kapal Perang Koarmatim masing-masing KRI Usman Harun–359 dengan komandan Kolonel Laut (P) Didong Rio Duto dan KRI Sultan Hasanuddin–366 dengan komandan Letkol Laut (P) Endra Hartono selesai melaksanakan Latihan Latma Sea Garuda 18 AB-15” dari RTN (Royal Thai Navy).

Latihan bersama antara TNI Angkatan Laut dengan RTN Sea Garuda 18 AB-15 yang melibatkan dua kapal perang dari jajaran Satuan Kapal Eskorta (Satkor) Koarmatim ini, juga melibatkan satu buah Helikopter jenis BO-105, NV 412 Skuadron 400 dan satu Pesud Intai maritim CN-235, Skuadron 800 dari jajaran Wing Udara I Puspenerbal

Upacara penutupan latihan militer bersama Sea Garuda 18 AB-15” berlangsung di Geladak Royal Thai Navy HTMS Makut Rajakumarn (Fregate) yang sedang bersandar di Pangkalan AL Sattahip, X di kawasan teluk Thailand ( 09 /06), bertindak selaku Irup Capt Paisam Meesri, chief of staff Fregate Skuadron I Royal Thai Navy (RTN), mewakili Commander Frigate Squadron One RTF: Rear Admiral Sarnon Phaaem.Senin (08/06). Kegiatan Latma itu sendiri berlangsung selama 8 hari di kawasan Teluk Thailand dan Sattahip

Selanjutnya dua kapal perang Koarmatim tersebut meninggalkan Sattahip Thailand untuk menuju tanah air Indonesia. Keberangkatan ke dua kapal tersebut di lepas dengan barisan jajar kehormatan militer oleh RTN (Royal Thai Navy) di Dermaga Sattahip, dengan Irup chief of staff Fregate Skuadron I Royal Thai Navy (RTN), Capt Paisam Meesri.

Turut melepas Keberangkatan kapal, rombongan perwakilan dari KBRI ,Wakil Dubes RI untuk perwakilan Bangkok, Bpk Bebet Junjungan, Atase Pertahanan (ATHAN) RI Kolonel Zeni Edy Lumintang, Atase Pertahanan Angkatan Laut Kolonel laut (P) Adrian Syah, dan Kolonel Udara Bayu, Atase pertahanan Angkatan Udara untuk konjen RI di Bangkok.(Pos Kota)

Latihan Demonstrasi Pertempuran TNI AD Siap Digelar Di Martapura


Digelarnya Latihan Demonstrasi Pertempuran TNI AD TA. 2015, sebagai media untuk mengukur dan menguji latihan satuan yang dilaksanakan serta mewujudkan kesiapsiagaan dalam rangka mencegah, menangkal, dan menghadapi setiap bentuk ancaman yang timbul di wilayah NKRI.
Ratusan personel TNI beserta Alutsista dan beberapa awak media dari berbagai media massa yang terlibat dalam latihan demonstrasi Pertempuran tahun 2015 yang digelar TNI AD telah tiba di Puslatpur Martapura Baturaja Sumsel.

Hari ini, Latihan Demonstrasi Pertempuran TNI AD, di mana Brigade Tim Pertempuran (BTP) diperkuat  2 Ki tank terdiri 1 Ki tank Scorpion dan 1 Ki tank MBT Leopard bergerak taktis menuju sasaran yang sudah dikuasai musuh melakukan pertempuran dan memberikan bantuan tembakan didarat.

Terlihat, 10 unit heli bell melaksanakan operasi mobud ( Mobile Udara), yaitu suatu operasi dimana pasukan tempur darat dan perlengkapannya dipindahkan secara taktis melalui udara dengan pesawat heli langsung pada sasaran atau beberapa jarak daerah daerah sasaran dibawah kendali Koordinator Operasi darat untuk dilibatkan dalam pertempuran didarat.

Dengan adanya serangan yang melibatkan kecabangan yang ada di TNI AD, musuh dapat dihancurkan. Setelah sasaran dapat direbut, dilanjutkan dengan Operasi Mobud dengan menggunakan sejumlah helikopter untuk melakukan pengejaran terhadap musuh yang tersisa.

Demikian sebagian skenario Latihan Demonstrasi Pertempuran yang ditampilkan oleh ratusan prajurit TNI AD dengan Alutsistanya di Puslatpur Kodiklat TNI AD Martapura – Baturaja Sumatera, Jum’at (12/6/15).

Selain itu, terlihat juga defile kendaraan dan flypass yang terdiri dari 25 unit pesawat udara dari penerbad, 2 heli bolkow 105, 14 heli bell, 2 heli M1-17, 4 unit M135, dan 1 unit Cassa 212 melintasi langit Martapura – Baturaja.

Latihan terbesar yang digelar TNI AD kali ini mengangkat tema “Brigade Tim Pertempuran (BTP) melaksanakan demonstrasi taktik pertempuran guna meningkatkan profesionalime prajurit dalam rangka menjaga kedaulatan NKRI”. Ratusan Prajurit akan dilibatkan dalam kegiatan latihan dengan menggunakan Alutsista (Alat Utama Sistem Senjata) yang dimiliki TNI AD.

Kemahiran prajurit TNI AD dalam melakukan pertempuran di segala medan dan mengawaki serta menggunakan Alat utama sistem senjata (alutsista) ini rencananya akan disaksikan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) bertepatan dengan puncak latihan pada Senin, 15 Juni 2015 mendatang di Martapura-Baturaja, Sumatera Selatan.(TNI AD)

Panglima Baru TNI Harus Jamin Prajuritnya Profesional

Pasukan Resimen Artileri Korps Marinir TNI AL bersiap menembakkan meriam howitzer 105 saat Latihan Gabungan TNI 2013 di Pantai Banongan, Situbondo, Jawa Timur, Jumat (3/5/2013). Latgab dihadiri oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan melibatkan 16.745 prajurit TNI dari ketiga angkatan.


JAKARTA, Pengamat militer Mufti Makarim mengatakan, salah satu tugas Panglima TNI ke depan adalah menjaga profesionalitas prajurit dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Panglima TNI tidak hanya dituntut untuk menjalankan pembinaan, tetapi juga memberi sanksi tegas bagi prajurit yang terbukti melanggar hukum.

"Ke depannya tidak boleh lagi ada oknum TNI yang terlibat kasus penimbunan BBM, terlibat dalam kepentingan bisnis, atau perkelahian," ujar Mufti kepada Kompas.com, Kamis (11/6/2015).

Menurut Mufti, persoalan apa pun yang melibatkan oknum TNI tidak dapat dikatakan sebagai masalah kenakalan biasa. Sekecil apa pun permasalahan yang melibatkan TNI dinilainya berpotensi membahayakan masyarakat sipil.

Mufti mengatakan, kunci untuk mengatasi masalah tersebut adalah ketegasan pimpinan TNI untuk memberikan sanksi tegas berupa tindakan penegakan hukum bagi prajurit yang melakukan pelanggaran. Penyelesaian masalah antara TNI dan Polri misalnya tidak dapat diselesaikan hanya melalui pertemuan di tingkat elit saja.

"Jangan dianggap bentrokan aparat itu biasa. Padahal eksesnya harus dilihat, masyarakat mau berlindung ke siapa lagi? Harus ada efek jera, hukuman bagi prajurit harus lebih berat dari warga sipil biasa," kata Mufti.

Masa tugas Panglima TNI Jenderal Moeldoko akan berakhir sebelum ia masuk masa pensiun pada 1 Agustus 2015. Presiden Jokowi telah mengusulkan Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Gatot Nurmantyo sebagai calon tunggal Panglima TNI kepada pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat.

Mufti mengatakan, profesionalitas prajurit TNI dibutuhkan dalam menghadapi tantangan yang lebih besar untuk mengawal agenda Nawacita Pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla. TNI dapat menjalankan tugasnya dengan sikap profesionalitas dan lebih bertanggung jawab, khususnya dalam menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia.(Kompas)

Kepala BIN : Indonesia Tak Ketinggalan Teknologi Intelijen

Kepala BIN, Marciano Norman saat menghadiri pernikahan putra sulung Presiden Jokowi di Solo, Kamis malam 11/6 (foto: VOA/Yudha).
Kepala BIN, Marciano Norman saat menghadiri pernikahan putra sulung Presiden Jokowi di Solo, Kamis malam 11/6 

egara (BIN) berharap pergantian kepala BIN selanjutnya akan membuat lembaga itu semakin maju.
Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) yang akan segera berakhir masa jabatannya, Marciano Norman, mengatakan ia berharap Indonesia tidak ketinggalan perkembangan teknologi intelijen.

Ditemui usai menghadiri pernikahan putra sulung Presiden Joko Widodo di Solo, Kamis malam (11/6), Marciano mengatakan teknologi intelijen menjadi tantangan baru bagi intelijen Indonesia.

“Tantangan intelijen ke depan adalah ancaman global. Gangguan tidak hanya di satu negara saja, tetapi juga bisa terjadi di berbagai negara yang sama. Strategi kita yaitu memperkuat jaringan antar intelijen baik di dalam negeri maupun antar negara, badan intelijen dari negara-negara sahabat untuk menciptakan situasi yang aman di berbagai wilayah di dunia," ujarnya.

"Kalau masalah teknologi intelijen itu sangatlah dinamis, sehingga teknologi yang sekarang kita pakai, bulan depan bisa tertinggal. Makanya, teknologi intelijen juga (harus) selalu diperhatikan perkembangannya.”

Marciano berharap pergantian kepala BIN selanjutnya akan membuat lembaga itu semakin maju.
Sementara itu, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo, dalam kesempatan yang sama mengatakan pemilihan calon Kepala BIN menjadi wewenang Presiden. Menurut Tjahjo, pemerintah tinggal menunggu respon DPR terkait pengajuan calon kepala BIN.

“Pencalonan sudah disampaikan ke DPR. Bagaimana UU Intelijen dan UU TNI, saya kira apa yang sudah diputuskan oleh Presiden memiliki pertimbangan yang matang. Apapun sebagai Panglima tertinggi, Presiden memiliki kewenangan untuk memilih calon tersebut. Presiden memiliki mata, telinga untuk masukan atau laporan intelijen terkait hal ini," ujarnya.

Sebagaimana diketahui, Presiden Joko Widodo atau Jokowi telah mengajukan nama Sutiyoso kepada DPR sebagai Kepala Badan Intelijen Negara.

Sutiyoso, purnawirawan jenderal bintang tiga di TNI, pernah menjabat Pangdam Jaya saat terjadi
peristiwa konflik PDI antara pendukung PDI Soerjadi dengan PDI Megawati yang berujung kerusuhan berdarah dengan sebutan kuda tuli, kerusuhan 27 Juli. Sutiyoso juga pernah menjabat Gubernur DKI Jakarta dan kini memimpin partai politik PKPI.(VOA)

Penunjukkan Wakil Panglima Menunggu Keppres

Jenderal Moeldoko. Foto: Widodo S Jusuf/Antara
Jenderal Moeldoko. Foto: Widodo S Jusuf/Antara
 Karawang: Panglima TNI Jenderal Moeldoko mengatakan, Presiden bakal segera menentukan posisi Wakil Panglima TNI lewat Keppres. Pelantikannya, kata Moeldoko, kemungkinan akan dilakukan bersamaan dengan Panglima TNI berikutnya.

Demikian disampaikan Moeldoko ketika membuka latihan kedaruratan bagi wartawan di pusat latihan tempur Komando Cadangan Strategis (Kostrad) TNI AD di Gunung Sanggabuana, Desa Mekar Buana, Kecamatan Tegal Wara, Kabupaten Kerawang, Jawa Barat, Jumat (12/6/2015).

"Nanti Presiden kemungkinan akan menyetujui, jadi kita akan segera punya wakil panglima," ujar Moeldoko.

Moeldoko enggan berkomentar lebih lanjut terkait bursa calon wakil panglima. Menurutnya, kewenangan tersebut melekat pada Presiden sebagai panglima tertinggi TNI.

Selain posisi wakil panglima, menurut Moeldoko, reorganisasi TNI mencakup penambahan komando operasi angkatan udara dari dua menjadi tiga. Kemudian penambahan armada angkatan laut dari dua menjadi tiga, serta pemekaran Kostrad menjadi tiga divisi.

Di tempat yang sama, Kepala Pusat Penerangan TNI Fuad Basya mengatakan, setelah Presiden menerbitkan Keppres, maka Dewan Kepangkatan Tinggi (Wanjakti) akan bersidang untuk menyerahkan daftar calon kepada Jokowi.

Sebelumnya Kepala Staf Kepresidenan Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, sangat mungkin wakil panglima berasal dari AU. Meski menegaskan keputusan tersebut sepenuhnya berada di tangan Presiden.(Metro TV)

Unit CMOV (Central Monitoring and Observation Vehicle) TNI-AU

CMOV (Central Monitoring and Observation Vehicle)
CMOV (Central Monitoring and Observation Vehicle) merupakan jenis soft alutsista yang sangat vital pada pelaksanaan operasional pertahanan udara (Hanud) yang membutuhkan mobilitas tinggi. Meskipun sebagian besar komponen CMOV didatangkan dari luar negeri, tapi karoseri dan assembly dikerjakan oleh teknisi Indonesia. PROKIMAL ONLINE Kotabumi Lampung Utara | Unit CMOV (Central Monitoring and Observation Vehicle) TNI-AU.
Central Monitoring and Observation Vehicle (CMOV) adalah miniatur dari ruang Popunas (Pusat Operasi Pertahanan Udara Nasional) yang besarnya hampir sepertiga lapangan sepak bola. Meskipun diperkecil hingga sebesar truk kecil ini, hampir seluruh kemampuan pokok di ruang Popunas berhasil diboyong ke dalam mobil ini. Tapi karena miniatur, kemampuan dan fasilitas yang tersedia tidak selengkap seperti pada ruang Popunas yang sebenarnya. Meskipun demikian, CMOV tetap memiliki keunggulan lain karena bisa dengan mudah dipindahkan atau dibawa ke lokasi yang diinginkan.

CMOV dapat digelar di seluruh sudut Nusantara untuk memantau keamanan negara kita ini. Salah satu alutsista Kohanudnas ini berbasis truk Mercedes Benz MB800 yang dimodifikasi sedemikian rupa hingga mampu membopong antena parabola yang bisa dilipat dengan sistem elektrik serta berbagai hardware canggih untuk memantau radar seperti monitor, komputer, dan sistem radio telekomunikasi.

Ketika digelar pada operasi Hanud, mobil CMOV ini dikelilingi oleh para pengawal dan pendukung operasinya. Mobil ini sedianya ditumpangi Pangkohanudnas pada operasi Pertahanan Udara (Hanud) yang mengedepankan mobilitas tinggi. Tidak heran jika fasilitas standard seperti Air Conditioner (AC) yang super dingin dan interior cukup mewah dihadirkan dalam ruang pantau CMOV.

Bukan tak mungkin operasional mobil ini digelar di wilayah yang sulit didapat air bersih. Untuk itu mobil pembawa penghasil air bersih disertakan juga agar suplai kebutuhan pokok manusia ini tercukupi.

Seperti layaknya di dalam ruang Popunas, ruang pantau di mobil CMOV ini juga dilengkapi dengan data seluruh radar yang berada dalam naungan setiap Kosekhanudnas. Melakukan hubungan telekomunikasi radio dengan berbagai frekwensi juga dapat dilakukan, bahkan untuk berkomunikasi dengan pesawat interceptor, system komunikasi dalam CMOV mampu melayaninya. CMOV memang dirancang untuk mampu melakukan kontak dengan berbagai unsur Hanud, karena meskipun ukurannya kecil CMOV menjamin kelancaran berbagai cara berkomunikasi.

Seperti mobil jammer, mobil CMOV juga telah dilibatkan dalam berbagai operasi pengamanan VVIP dalam negeri maupun luar negeri. Ketika Presiden Amerika Serikat Barack Obama berkunjung ke Indonesia, dua unit CMOV dikirim untuk memantau keamanan udara di sekelilingnya dan terbukti mampu melaksanakan fungsinya dengan baik.

Meskipun basi mobil CMOV dan peralatannya berasal dari luar negeri, tapi semua pengerjaan karoseri dan assembly peralatannya dilakukan oleh para teknisi Indonesia.

Cara TNI AU Pantau Pesawat Asing yang Melintas di Perairan Ambalat

Begini Cara TNI AU Pantau Pesawat Asing yang Melintas di Perairan Ambalat
Jakarta - Pertahanan udara di wilayah Tarakan, Kalimantan Utara menjadi garis terdepan untuk mengamankan wilayah perairan Ambalat. Untuk itu, TNI AU membentuk Satuan Radar (Satrad) 225 guna memantau pertahanan udara (Hanud) di bawah Komando Sektor Pertahanan Udara Nasional (Kosekhanudnas) II Makassar.

Untuk mamantau pergerakan pesawat asing yang melintas di perairan Ambalat, Satrad 225 mengoperasikan Alutsista Radar type Plessey AR 325 Commander. Dengan adanya radar tersebut, dapat teridentifikasi pesawat ataupun kapal asing yang melintas di perairan Indonesia sejauh 250 mil dari Tarakan.

"Radar type Plessey AR 325 ini buatan Inggris tahun 1990. Radar diinstalasi pada tahun 1992 dan mulai dioperasionalkan sejak 2 Februari 1993 sampai dengan saat ini," ujar Komandan Satrad 225, Mayor Lek M. Suarna Hasal di kantornya, Tarakan, Kalimantan Utara, Rabu (10/6/2015).

Suarna menilai alat komunikasi yang digunakan untuk menunjang operasi di Satrad 225 sudah lengkap. Alat komunikasi yang digunakan yakni Radio HF SSB sebagai radio kodal, Radio GTA VHF sebagai radio monitoring penerbangan, Radio GTA UHF sebagai radio kontrol pengendalian intersepsi pesawat tempur sergap, Radio HT sebagai radio pengamanan markas, dan SBM K3I sebagai alat komunikasi pengiriman hasil operasi baik voice maupun data.

"Alat komunikasi kami lengkap, semua sudah ada progresinya. Kami akan tukar informasi dengan TNI AL apabila KRI menangkap sinyal kapal atau pesawat asing. Personel standby selama 24 jam," terangnya.

"Setiap pemantauan radar Satrad 225 secara otomatis akan tertampil secara real time di pusat operasi Kosekhanudnas II melalui sarana SBM K3I," tambahnya.

Untuk mengenali sasaran, Satrad 225 menggunakan 3 cara. Pertama secara elektonis yakni dengan cara menggunakan data IFF dan memonitor komunikasi antar pesawat, kemudian dengan pengawas lalu lintas penerbangan melalui radio pada frekuensi HF/VHF/UHF.

"Kedua secara korelasi, dengan cara mencocokkan atau mengkorelasikan data sasaran yang tertangkap dengan data penerbangan yang terjadwal. Ketiga secara visual, cara ini dilakukan apabila dengan elektonis dan korelasi tidak bisa, pengenalan dilaksanakan oleh pesawat penyergap dengan kendali intersepsi dan perwira GCI yang berada di radar," paparnya.

Suarna mengeluhkan, dalam 5 bulan ini pesawat Malaysia selalu melakukan pelanggaran dengan melintas di wilayah Indonesia. Saat pesawat Malaysia seharusnya mendarat di Tawau, pesawat malah melintas terlebih dahulu di wilayah perairan Ambalat beberapa menit, baru setelah itu mendarat di Tawau.

"Pesawat Malaysia yang melakukan pelanggaran ada pesawat militer, pesawat sipil, pesawat patroli, dan ada juga pesawat komersil. Harusnya pesawat Malaysia langsung landing di Tawau, tapi sebelum mendarat di Tawau masuk dulu ke sektor Ambalat," keluhnya.

Di radar pesawat yang tidak dikenali akan langsung terlihat dengan tanda warna merah melintas di wilayah Indonesia, namun apabila pesawat dikenali memiliki tanda warna kuning. "Malaysia masuk wilayah Indonesia sampai 30 menit, selama ini kami peringatkan, alasan mereka patroli," jelas Suarna.(Detik)

TNI AU dan AL Gelar Operasi Perisai Sakti Untuk Amankan Ambalat

Amankan Ambalat, TNI AU dan AL Gelar Operasi Perisai Sakti  
Ilustrasi TNI AL Uji Coba Rudal

Jakarta - Klaim Malaysia terhadap wilayah perairan Ambalat membuat pemerintah berang. Akibatnya, Panglima TNI Jenderal Moeldoko membentuk operasi gabungan Perisai Sakti 2015 untuk mengamankan perairan Ambalat

Operasi gabungan Perisai Sakti 2015 merupakan operasi yang dijalankan oleh TNI AU dan TNI AL. Demi menjaga wilayah Ambalat, kedua angkatan saling bekerja sama mengamankan dari udara dan dari laut dengan alutsista masing-masing.

"Operasi gabungan perisai sakti merupakan operasi gabungan TNI AU dan TNI AL yang dilakukan selama 365 hari sepanjang tahun, dengan melibatkan matra laut dan udara agar lebih efektif," ujar Komandan Lanud Tarakan, Letkol Tiopan Hutapea di Lanud Tarakan, Rabu (10/6/2015).

Untuk alutsista, TNI AU menyiapkan pesawat Boeing 737 Surveilance dan pesawat tempur Sukhoi 27/30, F16 Fighting Falcon, T501 Golden Eagle, T-314 EMB Super Tucano, C-212 Casa, Heli SA-330/Nas 332 serta beberapa unsur satuan radar dan ratusan pasukan khas (Paskhas) TNI AU.

Sementara itu, Komandan Pangkalan Angkatan Laut Tarakan, Kolonel Aries mengatakan operasi gabungan dengan TNI AU merupakan sebuah sinergi yang luar biasa. Sebelum adanya Operasi Perisai Sakti 2015, TNI AL dan TNI AU bekerja sendiri-sendiri dalam mengamankan perairan Ambalat.

"Sekarang komando makin tegas dan jelas," ucapnya.

Demi mengamankan perairan Ambalat, Pangkalan Angkatan Laut Tarakan menyiapkan 3 KRI untuk pengamanan perairan Ambalat. "Ada KRI kelas patroli, KRI kelas cepat KCR, ada juga KRI Sigma Class," terang Aries.

"Kehadiran jajaran TNI AU jawaban paling tepat untuk pengamanan Ambalat," sambungnya.

Menurutnya, permasalahan di laut saat ini agak sedikit menurun. Tantangan pengamanan perairan Ambalat lebih cenderung melalui jalur di udara. "Tapi laut sendiri tetap menjadi perhatian, negara-negara tetangga tetap memanfaatkan zona-zona kosong untuk mereka memasuki wilayah Indonesia," pungkasnya. (Detik)

Tahun 2016, TNI Angkatan Darat Miliki Helikopter Chinook

alfian kartono Panglima TNI, Jenderal TNI Moeldoko saat tiba di Hotel Aston Jayapura.

SOLO, Panglima TNI Jenderal Moeldoko mengatakan, rencana pembelian helikopter CH-48 atau lebih dikenal dengan nama Chinook baru terlaksana pada 2016.

"Anggarannya bukan tahun ini, tahun 2016," ujar Moeldoko di Solo, Kamis (11/6/2015) malam.
Moeldoko mengatakan, rencananya Chinook akan diserahkan untuk TNI Angkatan Darat sebagai bagian alat utama sistem persenjataan (alutsista). Selain itu, juga dapat difungsikan sebagai alat angkut.

"Untuk alat angkut berat, karena itu mobilitas sangat tinggi dan daya angkut personelnya baik. Satu peleton bisa itu," kata dia.

Moeldoko mengaku telah melihat kehebatan helikopter buatan Amerika Serikat itu seperti ketika beberapa bencana alam di Indonesia. Saat itu, sejumlah negara membawa bantuan menggunakan Chinook.

"Waktu tsunami Aceh, kita dapat bantuan dari Singapura dan Tiongkok memakai Chinook. Itu sangat luar biasa, cepat, dan mengangkut banyak orang," ujar dia.

Rencana pembelian helikopter dengan mesin ganda tersebut pertama kali diungkapkan oleh Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu. Dia mengatakan, Chinook bakal melengkapi alutsista TNI. Harga helikopter Chinook ini ditaksir mencapai 30 juta dollar AS.

"Beli Chinook memang mahal, tetapi nyawa orang lebih mahal," ucap Moeldoko di kantornya, Rabu (3/6/2015) lalu.(KOMPAS.com )

TNI AL Kerahkan Tiga Kapal Perang Amankan Ambalat

Amankan Ambalat, TNI AL Kerahkan Tiga Kapal Perang  
Kapal perang perusak TNI AL, KRI Ki Hajar Dewantara memuat meriam, torpedo dan anti pesawat, 14 Mei 2015.
 
 Tarakan - Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) ikut dilibatkan dalam operasi Perisai Sakti 2015, patroli rutin di sekitar perairan Ambalat, Kalimantan Utara. Angkatan Laut menurunkan tiga unit kapal perang yang didatangkan dari Armada Timur, di Surabaya, Jawa Timur. Ketiga KRI itu terdiri dari kapal patroli, kapal cepat rudal, dan kapal perang jenis frigate atau korvet.

"Untuk kapal perang korvet ada KRI Ki Hajar Dewantoro yang operasi di sini," kata Komandan Pangkalan TNI AL Tarakan Kolonel Arief Cahyono, kepada wartawan di Pangkalan Udara Tarakan, Kalimantan Utara, Kamis, 11 Juni 2015.

Ketiga kapal perang tersebut secara bergantian melakukan patroli di perairan Karang Unarang dan Pulau Sebatik yang merupakan perbatasan Indonesia dan Malaysia. Selama beberapa hari kapal perang TNI AL akan berpatroli di perairan Ambalat untuk mencegah kapal asing memasuki wilayah Indonesia tanpa izin.

"Jika perbekalan dan bahan bakar menipis, kapal itu akan kembali ke Tarakan dan digantikan kapal perang lainnya," kata Arief.

Meski begitu, pihak negara tetangga akan memanfaatkan masa pergantian kapal perang TNI AL. Jika kapal perang Indonesia merapat ke dermaga, maka kapal-kapal asing itu berani mendekati bahkan memasuki wilayah Indonesia. "Kapal-kapal yang masuk kombinasi dari kapal militer dan maritime police-nya negara tetangga," kata dia.

Arief mengatakan dalam operasi Perisai Sakti 2015, Angkatan Laut bekerja sama dengan Angkatan Udara saling berbagi kemampuan radar. Arief berharap hasil pemantauan Satuan Radar 225 TNI AU dan radar kapal perang TNI AL dapat bersinergi menjaring pesawat asing yang masuk ke wilayah Ambalat. "Kami pun ikut serta dalam patroli udara dengan pesawat C-212 dari Skuadron 600 TNI AL," kata Arief.

Dalam operasi Perisai Sakti 2015 hari ini, TNI AU mengerahkan tiga unit pesawat tempur F-16 dari Skudaron 3 Madiun dan dua unit Sukhoi dari Skuadron 11 Makassar. Kedua jenis pesawat tempur itu berputar-putar di sekiar perairan Ambalat seluas sekitar 300 mil laut yang menjadi sengketa Indonesia dan Malaysia.(Tempo)

TNI AU Siap Tambah Radar di Nunukan

TNI AU Siap Tambah Radar di Nunukan

Sejumlah kru penerbang TNI AU mendorong helikopter Super Puma menuju landasan di Pangkalan Udara Iskandar, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, 13 Januari 2015. Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal Agus Supriatna menyatakan niatnya untuk meningkatkan pertahanan udara dengan membeli dan memperbarui radar TNI AU seperti mendatangkan beberapa pesawat tempur tipe F5, helikopter, dan pesawat Hercules dari Australia serta memperbanyak jumlah armada pengangkut guna membantu terjadi bencana atau peristiwa kecelakaan.

Tarakan:Panglima Komando Operasi TNI AU 2, Marsekal Muda Barhim, mengatakan bahwa Angkatan Udara serius memperkuat pengawasan di kawasan Ambalat. Komitmen tersebut ditempuh TNI AU usai sembilan pesawat asing masuk ke wilayah Ambalat tanpa izin. Salah satu cara yang ditempuh TNI AU adalah menambah radar udara di Nunukan, Kalimantan Utara.

"Komando Pertahanan Udara Nasional punya radar baru yang siap dikirim dari Jakarta," kata Barhim kepada wartawan di Pangkalan Udara Tarakan, Kalimantan Utara, Kamis, 11 Juni 2015.

Sayangnya Barhim masih merahasiakan jenis radar yang akan dipasang di Nunukan. Dia hanya mengatakan jika radar baru tersebut punya kemampuan seperti radar militer pada umumnya, yakni mampu mendeteksi pesawat sipil dan pesawat militer.

Angkatan Udara berharap tambahan radar tersebut mampu meningkatkan pengawasan di wilayah Ambalat yang masih menjadi sengketa antara Indonesia dan Malaysia. Saat ini TNI AU memiliki Satuan Radar 225 yang berada di Tarakan, Kalimantan Utara. Sebagai senjata andalan radar Plessy AR 325 Commander yang berdiri kokoh di bukit di Kecamatan Tarakan Timur. Radar tersebut mampu melihat sejauh 250 mil laut atau 400 kilometer dari Tarakan.

Walhasil satuan radar yang dikomandani Mayor Suwarma Hasal itu berhasil mendeteksi sembilan pesawat asing yang masuk wilayah Indonesia tanpa izin sejak Januari 2015. Mereka pun berhasil mengidentifikasi sembilan pesawat tersebut terdiri dari pesawat militer, pesawat sipil, hingga pesawat tanpa awak atau drone.

Satuan Radar 225 juga pernah mencatat sebuah pesawat yang terbang dari Labuan di Utara Sabah menuju Tawau, Malaysia, yang berjarak tak terlalu jauh. Namun sayangnya pesawat asing tersebut malah bablas menuju Ambalat sebelum mendarat ke Tawau. "Pesawat asing itu sempat berputar di Ambalat selama 30 menit sebelum mendarat ke Tawau," kata Suwarma.(TEMPO.CO )

Thursday, 11 June 2015

Puluhan Alutsista TNI AD Memasuki Martapura

Hasil gambar untuk ss4 pindad
MARTAPURA - Puluhan Alutsista Milik Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Darat (AD) sudah tiba di Pusat Latihan Tempur (Puslatpur) Martapura Kabupaten OKU Timur.

Dari pengamatan Sripoku.com, Kamis (11/6/2015), dalam satu minggu terakhir, terlihat Alutsista mulai dari Helikopter yang melintas dan memasuki puslatpur Martapura.

Demikian juga dengan puluhan tank Leopard yang sudah memasuki lokasi puslatpur, Tank Scorpion, Marder (tank pengangkut personil, red) Anoa, Meriam kaliber 106, roket, meriam kaliber 173, serta ribuan personil terlihat sudah berada di OKU Timur untuk mengikuti latihan tempur antar kecabangan yang akan dihadiri oleh presiden RI Ir Joko Widodo serta petinggi TNI AD.

“Kedatangan Presiden RI ke Puslatpur dalam rangka melihat demo pertempuran antar kecabangan TNI AD, sekaligus melihat kemampuan Alutsista terbaru yang dimiliki oleh TNI AD,” ungkap Pangdam II Sriwijaya melalui Kapendam Kolonel Syaepul Mukti dikonfirmasi melalui SMS beberapa waktu lalu. (SRIPOKU.COM)

Alutsista Harus Satu Merk Agar Efisien



Hasil gambar untuk ss4 pindad
Jakarta, Panglima TNI Jenderal TNI Dr. Moeldoko menerima paparan dan menyaksikan demonstrasi pengecekan Uji Fungsi Alat Komunikasi Tank Leopard, di Pusdikkav Padalarang Bandung, Jawa Barat, Rabu (10/6).

Pada kesempatan tersebut, Panglima TNI selain menerima paparan alat komunikasi Tank Leopard dari Mr. Sendy Olejniczatk juga menyaksikan demonstrasi komunikasi dari Tank Leopard ke Pusdik Infanteri, demonstrasi komunikasi antar Tank Leopard, komunikasi Tank Leopard dengan satuan Infanteri dan demonstrasi komunikasi internal awak Tank Leopard.

Panglima TNI dalam sambutannya mengatakan, kebijakan TNI untuk membangun interoperability dalam konteks hardware dan software, harus memperhatikan hal-hal yaitu mempersempit merk radio.

"Karena banyak sekali merk radio sehingga kita tertarik untuk membelinya, kita terlalu banyak merk radio sehingga sulit untuk merawatnya. PPRC sudah menggunakan radio Harris, Marinir, dan harapan saya Kavaleri juga menggunakan radio Harris agar pada saat latihan gabungan mudah, tidak perlu membeli satu alat lagi untuk mengintegrasikan karena satu populasi dan ini perlu dipikirkan bersama," ungkapnya.

Dalam kesempatan tersebut, Panglima TNI terinspirasi dari upaya Tentara Amerika untuk menyederhanakan berbagai Alutsista yang menuju ke satu jenis agar pemeliharaannya menjadi efisien.

"Dan kita menuju kesana, saat ini mulai bagus, TNI AL menggunakan Bell, TNI AD menggunakan Bell sehingga pemeliharaannya jauh lebih murah  dan mudah karena satu jenis," tegas Panglima.

Panglima TNI menekankan kepada Komandan Pusat Kavaleri supaya radio yang canggih ini penuh dengan aksesoris dan fungsi, diharapkan para personel pengawak dapat menggunakan alat tersebut dengan baik.

"Data sudah tersedia supaya dipahami dan dipergunakan dengan sebaik-baiknya serta dioptimalkan penggunaanya. Saat ini mulai dipikirkan bagaimana menggunakan software ini untuk dimainkan dari posko satu  dan ditingkatkan di posko dua bagaimana, dan bisa ditambah lagi dalam penciptaan situasi yang tiba-tiba sehingga unsur Komando di dalam Tank itu selalu berfikir bagaimana cara untuk mengatasinya," ucal Moeldoko.(Gatra)

Wednesday, 10 June 2015

TNI Baku Tembak dengan Kelompok Bersenjata di Aceh

Aceh Memanas, TNI Baku Tembak dengan Kelompok Bersenjata
Prajurit TNI AD menerobos hutan saat penyisiran kawasan Batee Pila, Nisam Antara, Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Aceh
 
Situasi di Aceh kembali memanas. Kelompok bersenjata terlibat baku tembak dengan pasukan TNI dan Polri di Kecamatan Julok, Aceh Timur.

Baku tembak terjadi hari ini, Rabu, 10 Juni 2015. Ratusan personel TNI terlibat baku tembak setelah ditembaki kelompok bersenjata saat akan melakukan penyergapan di rumah pimpinan kelompok bersenjata Din Minimi.

"Saat polisi melakukan penyergapan, kelompok Din Minimi lebih dulu menembak ke arah polisi, ada sekitar 4 orang yang berada dalam rumah tersebut," kata Kapolda Aceh, Irjen Pol Husein Hamidi.
Baku tembak berlangsung cukup lama. Namun, tak seorang pun dari kedua pihak yang terlibat baku tembak terluka. Empat anggota kelompok bersenjata yang berada di rumah Din Minimi berhasil melarikan diri melalui jendela belakang rumah.

Keempat orang yang selamat dari hasil penyergapan itu teridentifikasi sebagai Nurdin bin Ismail alias Din Minimi, Jubir alias Rambo, Saiful alias Pon dan satu orang tidak ketahui namanya.

Tiga di antara mereka dalam kondisi luka tembak yang sudah membusuk, karena sudah lama tidak mendapatkan perawatan. Diduga mereka tertembak saat terjadi baku tembak dengan personel gabungan TNI dan polisi di Kabupaten Pidie pada bulan Mei lalu.

Polisi menahan satu orang mantri yang mengobati luka tembak kelompok bersenjata tersebut. "Kita menahan satu mantri yang menolong kelompok Din Minimi yang tertembak di Pidie, sedang dimintai keterangan lebih lanjut saat ini masih di Polres Aceh Timur," kata Husein Hamidi menambahkan.

Saat ini pasukan gabungan masih mengejar kelompok Din Minimi yang selama ini kerap melakukan tindakan kriminal bersenjata di Aceh. "Kita perkirakan masih ada sekitar 20-25 orang yang sedang kita kejar, nama mereka sudah kita kantongi."

Kelompok bersenjata ini sering berpindah tempat. Pasukan gabungan TNI dan Polri sudah mengejar kelompok ini mulai dari Aceh Utara berpindah ke Aceh Besar, Pidie hingga Aceh Timur wilayah kelahiran Din Minimi.(Viva.co.id)

Diterjang Ombak 5 Meter Selama 6 Jam

Komandan KRI Banjarmasin Letkol Rakhmat Arief Bintoro (kanan) memimpin anggota mengendalikan kapal saat menuju Pelabuhan Alexandria, Mesir.
Indonesia kembali mengikuti pameran tingkat dunia di Milan, Italia. Kali ini, Indonesia menyertakan KRI Banjarmasin 592 dalam World Expo Milan (WEM) 2015. Bagaimana serunya pelayaran selama 84 hari itu?

GELOMBANG setinggi 5 meter menghantam haluan KRI Banjarmasin pada Rabu tengah malam (27/5). Kapal buatan PT Penataran Angkatan Laut (PAL) itu pun terguncang hebat. Kru dan anak buah kapal (ABK) merasakan kapal limbung.

Saat itu, kapal sepanjang 125 meter tersebut baru saja keluar dari Terusan Suez dan memasuki Laut Mediterania. Laut Mediterania merupakan lautan bebas dengan kedalaman sekitar 2.890 meter. 

Kapal berpenumpang 317 orang tersebut bergerak menuju ke Pelabuhan Alexandria, Mesir. Namun, karena posisi Pelabuhan Alexandria berada di sebelah barat Terusan Suez, Komandan KRI Banjarmasin Letkol Laut (P) Rakhmat Arief Bintoro memerintahkan agar kapal memutar haluan. ’’Keputusan itu harus diambil agar kapal bisa sandar,’’ ujarnya.

Namun, tiba-tiba gelombang setinggi 5 meter kembali menerjang lambung kapal sisi kanan. Kapal terguncang hebat lagi. Semua barang di kapal bergerak. Koper-koper bergeser ke kiri dan kanan. Tas-tas di atas tempat tidur pun berjatuhan. Para ABK dan kru berusaha bertahan dengan berbagai cara agar tidak terjatuh. Saya dan beberapa penumpang lain cepat-cepat berpegangan tiang kuat-kuat.

Tampak sejumlah petugas kapal dengan susah payah mengikat barang-barang agar aman. ’’Kami umumkan cuaca sedang buruk, gelombang besar. Karena itu, barang-barang harus diikat biar tidak semburat. Tali juga dipasang di dek agar bisa untuk pegangan,’’ kata Rakhmat.

KRI Banjarmasin kemudian bergerak zig-zag, 45 derajat ke kiri dan kanan. Teknik itu ditempuh untuk menghindari dampak yang lebih hebat karena terjangan ombak lautan dalam tersebut. Saat itulah perut serasa dikocok habis-habisan. Beberapa penumpang sampai muntah-muntah karena tidak kuat. Mereka mabuk laut.

’’Teknik jalan zig-zag harus dilakukan ketika menghadapi terjangan ombak besar seperti malam itu. Tidak mungkin kami bisa menghindari ombak. Tapi, setidaknya, dampak hantaman ombaknya bisa dikurangi,’’ papar ayah tiga anak tersebut.

Masalahnya, saat KRI Banjarmasin bergerak zig-zag, sebuah kapal lain melaju dengan teknik yang sama. Posisi kapal itu dengan KRI Banjarmasin berhadap-hadapan. ABK Banjarmasin sudah berupaya berkomunikasi menggunakan radio dan kode morse dengan lampu sorot. Namun, kapal yang tidak diketahui kebangsaannya tersebut sama sekali tidak merespons. 

Maka, untuk menghindari tabrakan secara frontal, KRI Banjarmasin mengalah dengan keluar jalur. Tapi, risikonya, kapal kembali mendapat terjangan gelombang besar. Kapal pun terguncang hebat lagi. Saking hebatnya guncangan itu, piring-piring serta alat masak lainnya pecah dan berantakan di lantai. ”Demi keselamatan semuanya, cara itu harus kami tempuh. Kalau tidak, bisa tabrakan frontal,” ungkap Rakhmat. 

Terjangan gelombang besar tersebut berlangsung tidak hanya dalam hitungan menit, tapi lebih dari enam jam terus terjadi. Anehnya, guncangan hebat itu seolah tidak dirasakan di kamar-kamar yang ditempati pasukan khusus TNI-AL. Kamar-kamar tersebut terletak di bagian paling belakang kapal, dekat dengan dek helikopter.

Para anggota pasukan khusus itu tetap tertidur lelap. Hanya beberapa yang terbangun. ”Saat guncangan itu saya tertidur pulas. Saya tidak merasakan apa-apa,” ujar salah seorang prajurit yang enggan namanya disebutkan. 

Begitu Pelabuhan Alexandria sudah dekat, kondisi berangsur membaik. Kapal tidak lagi terguncang gelombang besar. Tapi, masalah kembali muncul. Kapal yang direncanakan bersandar pada 30 Mei pukul 09.00 ternyata belum bisa merapat di pelabuhan tertua di Mesir tersebut. Informasinya, saat itu sedang ada acara superpenting di pelabuhan. ”Dari informasi yang kami dapat, presiden Mesir mengunjungi pelabuhan tersebut. Kami pun harus menunggu di tengah laut beberapa jam,” jelas Rakhmat. 

Tidak ingin hanya menunggu, Rakhmat kemudian menghubungi atase pertahanan Indonesia di Mesir dan pihak otoritas Mesir. Akhirnya kapal bisa bersandar di Pelabuhan Alexandria pukul 15.00. KRI Banjarmasin bersandar dua hari di Alexandria untuk menggelar pertemuan dengan sejumlah petinggi militer dan pejabat Mesir. 

Bersandar di Mesir selesai, KRI Banjarmasin melanjutkan perjalanan menuju Genoa, Italia. Pelayaran KRI Banjarmasin dengan tajuk Kartika Jala Krida (KJK) 2015 itu membawa 317 kru dan ABK yang terdiri atas anggota TNI-AL, taruna Akademi Angkatan Laut (AAL), taruna Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran, taruna sekolah perikanan, serta para siswa SMK pelayaran dan perikanan se-Indonesia.

Menurut Komandan Satuan Tugas KJK 2015 Kolonel Laut (P) Benny Sukandari, taruna dari berbagai lembaga pendidikan itu sebenarnya berlayar bukan untuk berpelesir, melainkan untuk praktik ilmu astronomi dan pelayaran. 

”Mereka bisa mendapat banyak pengalaman sebagai pelaut dengan ikut berlayar di kapal ini,” ujar dia. 

Kapal yang bergerak dengan peranti global positioning system (GPS) dan radar memudahkan para taruna untuk mencocokkan hasil penentuan posisi menggunakan rasi bintang. ”Ini merupakan ilmu dasar yang harus diketahui setiap pelaut,” tutur perwira 51 tahun tersebut.

Benny menceritakan, saat mulai berlayar dari Surabaya pada 30 April lalu, para taruna harus mengidentifikasi bintang orion dan gubuk penceng. Dua gugusan bintang itu bila ditarik garis lurus akan menunjukkan arah selatan. ”Setelah arah selatan diketahui, tentu secara otomatis arah lainnya diketahui,” kata Benny.

Teori yang dipelajari di kelas para taruna harus dipraktikkan pada pelayaran tersebut. Artinya, sebenarnya pelayaran KJK 2015 untuk memeriahkan WEM di Milan itu merupakan laboratorium buat ilmu laut. ”Semua pelajaran soal ilmu pelayaran harus diterapkan di pelayaran selama 84 hari ini,” ucap dia.

WEM merupakan pameran kelas dunia yang diikuti 126 negara. Di antaranya, selain Indonesia, ikut pula Malaysia, Singapura, Republik Rakyat Tiongkok, Australia, dan tuan rumah Italia. Pameran itu digelar untuk mengenalkan pariwisata, teknologi, hingga militer dari negara peserta. ”Kami ingin memberikan warna yang berbeda dengan ikut serta membantu paviliun Indonesia di WEM,” ujar suami Erna Ningsih tersebut. 

Saat ini pelayaran sudah berlangsung lebih dari sebulan. Suka dan duka kami rasakan sepanjang perjalanan. Termasuk berita duka yang diterima anggota listrik departemen tiga KRI Banjarmasin Kelasi Kepala Kapal (KLK) Novi Prayitno.

Pada Sabtu sore (30/5) Novi yang sedang duduk di lambung kiri kapal mendapatkan sejumlah pesan singkat (SMS) di layar HP-nya. Salah satunya datang dari Indi Choirotin, sang istri di rumah. Intinya, sang istri mengabarkan bahwa ayah Novi, Slamet Rahardjo, telah meninggal dunia. Bahkan sudah dimakamkan di Tuban. ”Saya sedih sekali karena tidak bisa mengantar bapak hingga pemakaman,” ungkap Novi dengan mata berkaca-kaca.

Meski begitu, sebagai anggota TNI-AL, Novi menyadari harus menyelesaikan tugas yang sedang diemban. ”Saya hanya bisa ikhlas. Semoga bapak husnulkhatimah,” harap dia.(Jawa Pos)

Pasukan khusus TNI latihan penanggulangan teror Di Jakarta

Pasukan khusus TNI latihan penanggulangan teror
Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko (tengah) meninjau pasukan saat Latihan Penanggulangan Anti Teror (Latgultor) di Lapangan Banteng, Jakarta, Selasa (9/6).
 
Jakarta - Satuan Pasukan Khusus TNI menggelar latihan penanggulangan teror yang disaksikan langsung oleh Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko, di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Selasa.

Latihan yang mengambil tema "satuan penanggulangan aksi terorisme untuk melumpuhkan dan menghancurkan kelompok teroris guna memelihara stabilitas keamanan di wilayah dalam rangka operasi militer selain perang" itu dilakukan di Hotel Borobudur dan Gedung Ditjen Kekayaan Negara.

Sebanyak tiga pesawat tempur Sukhoi SU-30 terbang rendah di atas lapangan banteng, Jakarta Pusat. Aksi tersebut dilakukan dalam rangka simulasi pembebasan sandera di hotel Borobudur dan gedung Ditjen Kekayaan Negara.

Enam penerjun payung dari satuan gabungan Denjaka TNI AL melakukan pendaratan di gedung Ditjen Kekayaan Negara. Tim yang terdiri atas penembak jitu yang menyasar teroris di hotel Borobudur. Selanjutnya, tim dari Sat-81 Gultor Kopassus TNI AD langsung melakukan infiltrasi di hotel tersebut.

Panglima TNI Jenderal Moeldoko mengaku, urgensi latihan kali ini untuk mengantisipasi dan merespon terjadinya aksi teror. Sebab itu, ia melibatkan tiga satuan khusus dari masing-masing matra sebagai upaya meningkatkan kesiapsiagaan.

"Ini untuk menjawab permasalahan terkait aksi teroris dan meningkatkan interoperability antar satuan Gultor TNI," ujarnya.

Tujuan latihan guna meningkatkan kemampuan dan keterampilam tim elite TNI di tiap matra. Seperti, sat-81 Gultor Kopassus TNI AD, Denjaka TNI AL, dan Satbravo 90 Korphaskas TNI AU. Ketiganya tergabung dalam satuan pasukan khusus (Satpassus) TNI.

"Agar mereka mampu melaksanakan tugas penanggulangan teror dan mewujudkan kesiapsiagaan operasi yang handal," katanya.

Dia melanjutkan, latihan ini melibatkan 478 personel, terdiri dari 180 anggota Satpassus TNI dan 238 personel pendukung.

Untuk materi latihan, lanjut Moeldoko, materi latihan terdiri teknik dan taktik infiltrasi darat, laut, dan udara. Teknik menembak reaksi, teknik dan taktik pertempuran jarak dekat, teknik dan taktik perebutan cepat, teknik dan taktik pembebasan tawanan, dan masih banyak lagi. (Antara)

Panglima TNI Bahas Peningkatan Hubungan Militer dengan Dubes RRT

Bertemu Dubes RRT Panglima TNI Bahas Peningkatan Hubungan Militer
ist
Moeldoko dan Dubes China untuk Indonesia 

 JAKARTA – Duta Besar Republik Rakyat Tiongkok (Dubes RRT) untuk Indonesia Xie Feng di dampingi staf membahas peningkatan hubungan kedua negara dengan Panglima TNI Jenderal Moeldoko dalam suatu jamuan makan malam yang diadakan Kedutaan China, bertempat di Jl. Mega Kuningan Jakarta Selatan, Senin malam (8/6/2015).

Undangan jamuan makan malam tersebut dalam rangka ucapan terimakasih dari Dubes China kepada Jenderal Moeldoko karena selama menjabat sebagai Panglima TNI hubungan antara pemimpin dan pejabat militer Tiongkok terjalin dengan sangat baik.

Dalam pertemuan tersebut dibahas tentang peningkatan hubungan kedua angkatan Bersenjata antar kedua negara yang telah terjalin dengan baik selama ini agar lebih ditingkatkan, misalnya dalam bidang pendidikan dan latihan militer.

Selain membahas masalah peningkatan hubungan dan kerjasama militer, Dubes RRT menceritakan pengalaman Tiongkok yang dalam waktu singkat dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara signifikan.

Dubes Tiongkok mencontohkan bagaimana negeri tirai bambu tersebut dapat membangun dan mengembangkan trasportasi masal seperti kereta api dalam mengatasi masalah kemacetan. Sejak tahun 2004 hingga 2015 Tiongkok telah membangun rel kereta api sepanjang 16.000 km dengan menggunakan teknologi canggih.

Dalam kesempatan tersebut Dubes Tiongkok menyampaikan bahwa negeri tirai bambu bersedia membantu pemerintah Indonesia dibidang teknologi, industri dan lainnya agar perkembangan di Indonesia dapat berjalan dengan cepat seperti di Tiongkok.

Diakhir kesempatan Dubes Tiongkok menyampaikan bahwa dengan akan berakhirnya jabatan Panglima TNI Jenderal TNI Dr Moeldoko, hubungan baik antara kedua negara khususnya kedua Angkatan Bersenjata antara Indonesia dan Tiongkok dapat tetap terjalin dengan baik. (Tribun)

Tiga Kapal Perompak Hanya Berani Show of Force KRI Banjarmasin

Komandan KRI Banjarmasin Letkol Laut Rakhmat Arief Bintoro (dua dari kiri) menyusun strategi untuk menghadapi kapal perompak Somalia
Selain terjangan gelombang besar, pelayaran KRI Banjarmasin untuk mendukung paviliun Indonesia di World Expo Milan 2015 sempat menghadapi kawasan paling berbahaya di Semenanjung Afrika. Yakni, saat kapal melintasi Teluk Aden, perairan Somalia. Berikut catatan wartawan Jawa Pos ILHAM WANCOKO yang ikut dalam pelayaran kapal perang TNI-AL itu.

JARUM jam menunjuk pukul 04.00 waktu Afrika Timur, Selasa (2/6). Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Banjarmasin tengah melintasi perairan yang dianggap paling berbahaya di dunia, yakni Teluk Aden, perairan Somalia. Gelombang laut begitu tenang dengan angin bertiup sepoi-sepoi. Rasanya sangat nyaman. Amat berbeda dengan beberapa hari sebelumnya ketika kapal menghadapi terjangan gelombang 5 meter saat melewati Terusan Suez.

Anehnya, dalam ketenangan itu, suasana di atas kapal justru sebaliknya. Di anjungan, tampak seluruh anak buah kapal (ABK) bersiaga penuh. Lengkap dengan senjata masing-masing. Komandan KRI Banjarmasin Letkol Laut (P) Rakhmat Arief Bintoro dan Kepala Pelaksana Harian (Palaksa) KRI Banjarmasin Mayor Laut (P) Stanley Lekahena terlihat tegang. Keringat mengucur dari dahi mereka. Nada bicara mereka juga menunjukkan keseriusan masalah yang akan dihadapi kapal milik TNI-AL itu. 

Beberapa kali salah seorang ABK meneropong ke kejauhan cakrawala. Sesaat kemudian, dia melapor ke Letkol Laut Rakhmat dengan mimik cukup serius.

Teropong lalu diambil alih Palaksa Mayor Laut Stanley. Dia juga melihat ke kejauhan laut lepas. ’’Ya, ada tiga kapal di depan. Jaraknya sekitar 30 mil laut. Di radar juga sudah terdeteksi,’’ ujar Stanley.

Dalam pelayaran menuju ke Italia itu, kru KRI Banjarmasin sudah memperkirakan akan menghadapi masalah besar ketika melintasi Teluk Aden yang selama ini memang dikenal sebagai zona merah bagi pelayaran dunia. Sejumlah kapal, baik kargo maupun penumpang, dari berbagai negara menjadi korban perompakan para bajak laut Somalia.

Salah satu yang menghebohkan adalah ketika kapal tanker minyak Sirius Star berbendera Arab Saudi dibajak pada 2008. Itulah perompakan terbesar di tengah laut. Kapal tersebut diestimasi seharga USD 150 juta, sedangkan taksiran minyaknya senilai USD 100 juta.

Nah, dini hari itu, komandan dan ABK KRI Banjarmasin pun bersiaga untuk berperang melawan para perompak Somalia. ’’Kami siap siaga dalam semua kondisi. Apalagi kapal tengah melewati perairan yang terkenal banyak perompaknya,’’ kata Rakhmat.

Tiga kapal yang diidentifikasi sebagai kapal bajak laut itu semakin lama semakin mendekati KRI Banjarmasin. Jaraknya tinggal 10 mil laut. Suasana pun makin tegang. Rakhmat meminta stafnya mengontak tiga kapal asing yang siap menghadang KRI Banjarmasin tersebut. Melalui radio, ABK itu melontarkan pertanyaan kepada pimpinan ketiga kapal, ’’Anda kapal dari mana dan mau ke mana? Apakah akan memotong track kapal kami?’’

Namun, tidak ada respons dari tiga kapal itu. Sekali lagi mereka dihubungi melalui radio, tetapi lagi-lagi hanya diam. Komandan KRI Banjarmasin dan palaksa pun akhirnya memerintah pasukan khusus TNI-AL yang terdiri atas Taifib, Kopaska, dan penyelam untuk memperketat penjagaan. Mereka mesti siap siaga untuk kondisi apa pun, termasuk bila harus baku tembak dengan perompak.

’’Tiga meriam di KRI telah diawaki dan pasukan khusus sudah bersiap di posisi belakang anjungan untuk menambah pos pertahanan,’’ terang Rakhmat.

Tiga kapal itu bukannya menjauh, melainkan terus mendekat hingga jarak tinggal 3 mil laut. Dari dek KRI Banjarmasin, tampaklah tiga kapal itu seperti kapal nelayan. Dek kapal itu cukup luas dan dilengkapi speedboat serta sebuah tangga untuk naik turun. ’’Tiga kapal itu mirip karakter kapal perompak Somalia,’’ tuturnya. 

Biasanya, perompak Somalia membawa speedboat untuk mengejar kapal sasaran. Setelah kapal sasaran ’’tertangkap’’, tangga yang mereka bawa dipasang menuju dek kapal korban. ’’Karakter kapal itulah yang membuat kemungkinan tiga kapal tersebut memang kapal perompak.’’

Detik demi detik ketegangan itu terus memuncak. KRI Banjarmasin sudah bersiap melawan bila sewaktu-waktu tiga kapal tersebut berulah. Sebab, jarak mereka sudah sangat dekat. Ketika berada tepat di haluan KRI Banjarmasin, dengan kecepatan tinggi, tiga kapal itu ternyata melintas begitu saja. Mereka hanya show of force di depan KRI Banjarmasin.

’’Kami sudah bersiap-siap menembak, eh ternyata mereka mengurungkan niat untuk merompak kami,’’ tutur Rakhmat lega sesaat setelah tiga kapal itu menghilang dari pandangan.

Perairan Somalia memang sangat berbahaya untuk dilewati. Karena itu, sejumlah negara membentuk tim gabungan yang bernama Combined Task Force 151. Tim tersebut akan mengawal kapal-kapal yang melewati ’’zona merah’’ itu. ’’Biasanya, kapal pesiar mendapat pengawalan ketat,’’ ungkapnya.

KRI Banjarmasin sama sekali tidak memerlukan pengawalan itu. Kapal perang buatan PT PAL 2009 tersebut cukup percaya diri untuk membelah perairan Somalia sendirian. ’’Masak kapal perang perlu dikawal untuk menghadapi para perompak? Kami siap menghadapi semua kondisi,’’ tegas Rakhmat.

Banyaknya perompak di perairan Somalia diperkirakan disebabkan miskinnya kondisi ekonomi Somalia. 

Pemerintah setempat tidak bisa lagi mengontrol rakyatnya. ’’Mungkin ada masalah dalam pemerintahan itu ditambah krisis yang membuat masyarakatnya mengalami kesulitan ekonomi. Untuk menyelesaikan masalah perompakan itu, ya harus diperbaiki dulu pemerintahan dan masyarakatnya,’’ paparnya.

Stanley memiliki cerita tersendiri mengenai perompak Somalia. Mei 2011, dia tergabung dalam operasi pembebasan kapal Indonesia yang disandera perompak Somalia, yakni KM Sinar Kudus. ’’Saya juga dinas di KRI Banjarmasin ini. Kami diperintah ke Somalia secara mendadak,’’ ujarnya.

Saat itu, seluruh ABK diminta masuk ke kapal. Dari Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, semua pintu keluar kapal dikunci rapat. Tidak ada ABK yang mengetahui akan ke mana kapal itu berlayar. Hanya komandan, palaksa, dan sejumlah perwira yang mengetahui tujuan KRI Banjarmasin. ’’Kami langsung menuju Somalia,’’ ungkapnya.

Ada beberapa pasukan khusus yang dibawa dalam misi tersebut. Ada pula beberapa KRI lain yang mengitari KRI Banjarmasin. Pasukan khusus diterjunkan ke daratan Somalia. Dalam tempo singkat, akhirnya perompak Somalia bisa dilumpuhkan. ’’Kalau tidak salah, ada empat perompak yang tewas dalam operasi itu,’’ terangnya.

KRI Banjarmasin sempat sandar dan melihat kondisi perkampungan perompak. Ternyata, ada ratusan sandera dari berbagai negara dan puluhan kapal yang ditawan perompak. ’’Ya, biasanya mereka meminta tebusan dari perusahaan atau negara yang kapalnya dirompak di laut,’’ jelas Stanley.

Setelah operasi selesai, KRI Banjarmasin kembali ke tanah air. Namun, tidak berapa lama, perompakan kembali terjadi. Sebuah kapal tanker milik pemerintah Arab Saudi hendak dibajak perompak Somalia kelompok lain. ’’Lagi-lagi, pasukan TNI-AL berhasil menggagalkan perompakan tersebut,’’ ujarnya.

Berkat prestasi penggagalan perompakan kapal Saudi oleh TNI-AL itu, pemerintah Kerajaan Arab Saudi mengucapkan terima kasih kepada pemerintah Indonesia. ’’Kami bangga bisa menjadi bagian dalam operasi yang sukses itu,’’ ungkapnya.

Pelayaran KRI Banjarmasin kali ini bertujuan mendukung paviliun Indonesia di World Milan Expo 2015. Setelah sandar di Alexandria, Mesir, pada 29 Mei, pelayaran dilanjutkan selama lima hari menuju Genoa, Italia. Kapal sandar pada 6 Juni.

’’Akhirnya, kami sandar di tujuan utama dengan selamat,’’ tambah Komandan Satgas Kartika Jalan Krida (KJK) 2015 Kolonel Laut (P) Benny Sukandari.(Jawa Pos)

Panglima TNI resmikan komando operasi khusus gabungan

Hasil gambar untuk tni au
Jakarta  - Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko meresmikan satuan baru, Komando Operasi Khusus Gabungan (Koopssusgab) TNI yang terdiri atas pasukan elite TNI Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara.

"Dalam kesempatan ini, saya resmikan Komando Operasi Khusus Gabungan TNI," kata Panglima TNI saat meresmikan satuan baru itu di Lapangan Monas, Jakarta Pusat, Selasa.

Sebelum diresmikan, 90 orang Pasukan Khusus TNI itu melakukan latihan penanggulangan terorisme di Hotel Borobudur dan Gedung Dirjen Kekayaan Negara, Lapangan Banteng, Jakarta Pusat.

"Intinya 60 orang. Tapi bagian-bagiannya sehingga semua kekuatannya 90 orang. Posisinya standby di Sentul dengan status operasi," kata Panglima TNI.

Menurut dia, 90 Orang tersebut sebagai orang-orang terbaik dari Kopassus, Denjaka AL, dan Paskhas AU. Mereka akan siaga di wilayah Sentul dengan berlatih dan belajar, namun mereka berstatus operasi sehingga bisa setiap saat diterjunkan dalam proses penanggulangan antiteror.

"Mereka posisinya status operasi dalam hitungan detik bisa digerakkan," ucapnya.

Di luar 90 orang itu, kata dia, pasukan khusus lainnya akan di bina di satuannya masing-masing. Sebanyak 90 orang itu, tak lagi memiliki kemampuan standar, mereka memiliki kemampuan yang disebutnya sebagai "sangat baik".

Ia berharap, Komando Operasi Khusus Gabungan bisa menyusun doktrin dan "mapping", sehingga bila ancaman muncul, pasukan itu bisa digerakkan dengan cepat.

"Saya perintahkan para komandan satuan pasukan khusus agar menyusun doktrin penguatan soft power dan hard power Koopssusgab TNI," katanya. (Antara)

Sejumlah Pos Angkatan Laut Bergeser Menjadi Pangkalan Lanal‏


Komandan Lantamal X, Brigjen TNI (Marinir)
Jayapura, Sejumlah Pos Angkatan Laut (AL) di Bumi Cenderawasih akan bergeser menjadi Pangkalan TNI AL (Lanal), guna pengamanan perairan laut. Misalnya Pos AL Sarmi akan berubah menjadi Lanal, kemudian juga di Bintuni yang terletak di Provinsi Papua Barat.

Komandan Lantamal X, Brigjen TNI (Marinir) Gatot Triswanto menuturkan saat ini proses Lanal di Sarmi terus dilaksanakan, sementara untuk Lanal di Bintuni masih dalam pengurusan tanah seluas 4 hektar. "Konsepnya saat ini adalah pengembangan pangkalan, seperti di Sorong juga akan ada pangkalan utama AL. Sejumlah armada dan pengerahan kapal bisa didekatkan kepada perbatasan dan ke daerah kerawanan. Jika ada dermaga juga diharapkan ada dukungan lainnya seperti dukungan bahan bakar dan dukungan keamanan," jelasnya kepada sejumlah wartawan di Jayapura, Senin (8/6).

Konsep yang dikembangkan lainnya, menurut Gatot, adalah pendekatan masyarakat maritim. Misalnya saja untuk masalah pengamanan di perairan, TNI AL tidak bisa bergerak sendiri dan tetap harus ada bantuan masyarakat.

Apalagi tantangan alam di tanah Papua sangat kompleks. Di wilayah kerja Lantamal X, luas daerahnya jika dijelajahi dengan pesawat bisa memakan waktu hingga 3 jam. "Alamnya terbuka, penduduknya berpisah-pisah. Misalnya dalam konteks ada penduduk yang hilang dan butuh pengerahan segera, ya tetap harus dilaksanakan, dengan ancaman gelombang diatas 3 meter. Peran kerjasama ini pun tak lepas dari masyarakat," katanya. (GATRAnews)

Moeldoko Buka Peluang "Gamers" Bergabung dengan TNI

SABRINA ASRIL Panglima TNI Jenderal Moeldoko


BANDUNG, Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko meninjau demonstrasi penggunaan alat komunikasi canggih yang diproduksi oleh Harris Radio di Pusat Pendidikan Kaveleri, Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Selasa (9/6/2015).

Perusahaan radio komunikasi asal Amerika Serikat ini menyematkan teknologi Battle Tactical Radio ke dalam tank jenis Leopard milik TNI.

Dalam sambutannya, Moeldoko berharap para prajurit TNI, khususnya yang telah menggunakan teknologi canggih dari Harris Radio, bisa mengoperasikannya dengan baik. Pasalnya, selain piranti keras (hardware), batlle tactical radio ini juga ditunjang dengan piranti lunak (software).

"Kepada Komandan Pusat Kaveleri agar betul-betul radio canggih penuh akesoris, penuh fungsi, dipahami dalam battle management system, anak-anak (prajurit) juga bisa menggunakan barang ini dengan baik," kata Moeldoko di Pusdikav, Selasa sore.

Moeldoko mengaku telah menyadari bahwa masih banyak prajuritnya yang buta teknologi informasi (IT). Untuk itu, dia membuka peluang kepada pecinta dunia IT untuk bergabung menjadi bagian dari TNI.

"Harus dioptimalkan penggunaannya. Mulai dipikirkan dari sekarang tentang menggunakan software dalam battle dan tactical management system. Jadi anak muda sekarang hobinya kalau masuk tentara terlampiaskan," sambung dia.

Tidak hanya anak muda yang mahir di dunia IT saja. Moeldoko juga membuka peluang kepada para pecinta game perang untuk ikut bergabung mengatur strategi perang melalui piranti lunak komputer.

"Sehingga anak-anak yang suka game terwadahi di sini," jelasnya.

Moeldoko mencontohkan, saat ini TNI juga telah membentuk divisi baru bernama Cyber War.

"Isinya orang-orang nyentrik. Standar kemiliterannya kita abaikan sedikit. Jadi yang diperlukan adalah bakat mereka dalam mengembangkan cyberwar," ungkapnya. (Kompas)

Jokowi Ajukan KSAD Gatot Nurmantyo sebagai Calon Panglima TNI

SABRINA ASRIL Mantan KSAD Jenderal Budiman, Panglima TNI Jenderak Moeldoko, dan KSAD Letjen Gatot Nurmantyo.


SOLO, Pihak Istana membenarkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah mengajukan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Gatot Nurmantyo sebagai calon panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI).
"Ya, memang benar," kata Sekretaris Kabinet Andi Widjayanto ketika dikonfirmasi dari Solo, Selasa (9/6/2015).

Pada Selasa pagi (9/6), Panglima TNI Jenderal Moeldoko menemui Presiden Jokowi namun tidak memberikan keterangan apa pun soal rencana pergantian di pucuk pimpinan TNI tersebut.

Namun, dalam beberapa kesempatan Moeldoko telah mengungkapkan rencananya setelah purna tugas sebagai Panglima TNI yakni ingin menjadi dosen dan sama sekali tak tertarik terjun ke dunia politik.

Sementara itu, Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah mengemukakan, pihaknya telah menerima usulan nama KSAD Jenderal Gatot Nurmantyo sebagai calon panglima TNI dari Presiden Jokowi.

Menurut Fahri, surat dari Presiden Jokowi itu akan segera ditindaklanjuti oleh DPR.

"Kita bawa ke rapim, dari rapim ke bamus, lalu diputuskan bagaimana surat itu," katanya.
Biasanya, kata Fahri, Komisi I DPR yang melakukan uji kelayakan dan kepatutan (fit and proper).

Dia pun menegaskan bahwa hal itu bisa saja dilakukan pekan ini. Namun Fahri mengingatkan Presiden Jokowi bisa memberikan kepastian dan jangan sampai muncul persoalan seperti yang terjadi pada pemilihan Kapolri beberapa waktu lalu.

"Sikap netral Jokowi tetap harus diperlihat," katanya. KOMPAS.com

Sutiyoso siap jadi Kepala BIN

Sutiyoso siap jadi Kepala BIN
Sutiyoso
Jabatan Ketua Umum PKPI akan saya lepas begitu dilantik
Jakarta - Mantan Panglima Kodam Jaya (Pangdam) Sutiyoso mengatakan siap menjadi Kepala Badan Intelijen Nasional (BIN) setelah Presiden Joko Widodo mengajukan namanya kepada DPR untuk menduduki posisi itu.

"Saya siap jadi Kepala BIN. Jabatan Ketua Umum PKPI akan saya lepas begitu dilantik," katanya melalui pesan singkat yang diterima Antara, Rabu.

Sebelumnya Presiden Joko Widodo telah mengirimkan surat kepada DPR mengenai pergantian Kepala BIN dan Panglima TNI.

Menurut Ketua DPR Setya Novanto, surat tersebut telah diterima oleh DPR pada Selasa malam lalu.

Surat tersebut mengajukan nama Sutiyoso Sebagai Kepala BIN untuk menggantikan Marciano Noorman, sedangkan untuk Panglima TNI, Presiden mengajukan Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal TNI Gatot Nurmantyo untuk menggantikan Jenderal Moeldoko.

Sutiyoso menjadi Gubernur DKI Jakarta selama dua periode 1997-2002 dan 2002-2007. Dia bersaing dengan sejumlah nama termasuk mantan Wakil Kepala BIN Asad Ali untuk jabatan di BIN itu. (ANTARA News)

TNI AU akan Manfaatkan Bandara Gading Gunungkidul

Hasil gambar untuk tni au
JOGJA- Untuk mengurangi kepadatan penerbangan di Bandara Adisucipto Jogja yang dinilai overload, pemerintah berencana menfungsikan Bandara Gading di Gunungkidul sebagai tempat latihan terbang militer TNI Angkatan Udara (AU).

Pemanfaatan Bandara Gading akan dilakukan jika perbaikan dan pembangunan fasilitas pendukungnya selesai dilakukan. Jika itu terjadi, maka kepadatan latihan latihan terbang militer di Adisucipto bisa terkurangi setidaknya 50%.

“Kami siap menggunakan Bandara Gading jika seluruh sarana dan prasarananya siap,” ujar Komandan Lanud Adisutjipto, Marsekal Pertama (Marsma) TNI Imran Baidirus di Kepatihan Jogja, Senin (8/6/2015).
Dia menjelaskan, dalam satu hari ada lebih 100 kali penerbangan militer dan 80 kali penerbangan sipil yang ada di Bandara Adisitjipto. Dengan kondisi tersebut, katanya, trafik penerbangan di bandara tersebut sangat padat padahal luas bandara sangat sempit.
 
“Kalau Bandara Gading difungsikan, maka itu bisa mengakomodasi latihan terbang touch and go atau take off dan landing. Selain itu, load factor frekuensi penerbangan militer bisa ditekan di Bandara Adisutjipto,” imbuhnya.
Asekda Perekonomian dan Pembangunan Setda DIY, Didik Purwadi ?mengatakan, Pemerintah DIY masih membahas bersama Kementrian Perhubungan terkait persiapan Bandara Gading di Gunungkidul untuk TNI AU.

Pembangunan Bandara Gading, menurutnya sudah dianggarkan di Kemenhub pada 2014 lalu.
Tapi anggaran tersebut tidak bisa dicairkan karena ditandai bintang oleh Kemenkeu. “Jadi, proggresnya sampai sekarang, masih terkendala persoalan anggaran [perbaikan]. Untuk menyikapi masalah ini, kami sudah membentuk tim kecil untuk berkonsultasi dengan Kementrian Keuangan,” jawab Didik.

Dia menambahkan, ?sejak 2003 lalu sudah ada kesepakatan antara Gubernur DIY dan Mabes TNI AU untuk memanfaatkan Bandara Gading sebagai tempat latihan terbang personel AAU. Pemindahan latihan terbang ke Bandara Gading, diakuinya, mampu mengurangi volume penerbangan di Bandara Adisutjipto.
“Proses pembangunan Bandara Gading terus dikerjakan sejak 2004 lalu dan sampai kini belum kunjung selesai karena masih butuh anggaran dari APBN,” terang Didik. (Harianjogja.com)