Hawk Skuadron Udara 12 Pekanbaru. (Foto: Sripoku)
2 Juli 2012, Malang: Sebuah gambar kepala Panther Hitam menempel garang
di badan pesawat tempur Hawk 200. Mulutnya mengaum garang,berlatar
belakang sebuah gambar kilat yang menyala tajam. Warna abu-abu langit
juga semakin membuat kepala Panther ini hidup dan siap menerjang. Angka
12 tersebut merupakan penanda burung besi mematikan buatan Inggris
tersebut berangkat dari Skuadron Udara 12, Pangkalan Udara (Lanud) TNI
AU Pekanbaru.Hampir di ujung moncong pesawat juga tertulis angka 09.
Nomor ini merupakan tanda nomor pesawat di skuadron tersebut.
Burung besi ini nampak mengkilat,dengan motif loreng perpaduan abu-abu
muda dan abu-abu tua.Tampangnya garang, siap menerjang angkasa, menembus
langit biru nusantara, menggeliat cerdik di antara awan-awan putih,
menghunus pusaka menerjang setiap lawan yang mengancam.
Warna loreng abu-abu ini baru saja selesai digarap oleh para putra
terbaik TNI AU yang tergabung di dalam Satuan Pemeliharaan (Sathar) 32
Depo Pemeliharaan 30, Lanud TNI AU Abdulrachman Saleh, Malang.
Bukan ahli dari Inggris, atau Amerika Serikat,yang membuat burung besi
menjadi garang,segarang Panther. Putra-putra terbaik bangsa,yang
bernaung di Sathar 32, mampu mandiri membuat Panther Skuadron Udara 12
mengaum di langit nusantara.
Hanya berjarak beberapa langkah di depan Panther Skuadron Udara 12,
tampak logo kepala Jonga atau Kijang, mulai sumringah. Jonga yang
terpampang di badang Hawk 200 milik Skuadron Udara 1 Pontianak
tersebut,juga akan menjalani masa-masa pergantian warna di Sathar 32.
Saat ini,Jonga lambang kelincahan, kecerdikan,dan kecepatan ini,masih
menggunakan warna lama. Loreng hijau tua dipadu hijau muda, dan cokelat
masih menempel lekat. Sebentar lagi, tangantangan terampil putra-putra
terbaik yang tergabung di Sathar 32,akan memanjakannya dengan warna
baru,loreng abu-abu.
“Warna loreng abu-abu, menjadi warna kamuflase resmi para pesawat tempur
TNI AU,” ujar Pembantu Letnan Dua (Pelda) Lagiono. Prajurit TNI AU,yang
sudah mengabdikan diri sejak tahun 1986 tersebut,menjadi salah satu
bintara senior di Sathar 32. Perannya,khusus dalam hal menangani
pengecatan pesawat TNI AU. Banyak pesawat tempur sudah ditanganinya,
termasuk pesawat tempur F-16.
Dari tangan telaten para prajurit tersebut, saat ini sudah ada delapan
unit pesawat tempur jenis Hawk yang sudah berganti kamuflase loreng
abu-abu. Lagiono menyebutkan, pesawat jenis Hawk yang sudah selesai
dicat dan diperbaiki, ada di Skuadron Udara 1 sebanyak lima unit, dan di
Skuadron Udara 12 sebanyak tiga unit.
“Pengerjaannya dilakukan di Malang. Ada juga yang kami kerjakan di
skuadronnya masing-masing,” ujarnya begitu ramah. Butuh sedikitnya 7-8
galon cat,atau sekitar 28-32 liter cat untuk mengecat satu unit pesawat.
Pengerjaannya dilakukan selama 1-2 minggu.
Prosesnya dimulai dari pembersihan cat lama, perbaikan, kemudian
pengecatan dengan cat baru. Kualitas hasil pengecatan, tidak bisa
diremehkan. Karya anak negeri ini,sudah terbukti memiliki kualitas
tinggi.
Salah satu buktinya,pengecatan yang dilakukan terhadap pesawat tempur
taktis F- 16, sudah berusia 10 tahun, namun belum menunjukkan
kerusakan.“ Kualitas kami utamakan. Selain itu, kerja seni juga menjadi
bagian dari pencetan pesawat ini. Hingga membuat pesawat tampil garang,
menawan, dan memiliki kualitas bagus,”ujar Lagiono.
Bukan sekadar kamuflase warna di badannya saja yang diganti dan
dibersihkan. Kemampuan avionik, dan listrik instrumen pesawat juga turut
dibenahi dan dijaga di Sathar 32. Alhasil,pesawat temput taktis ini
tidak hanya garang di luar, namun kegarangan mesinnya layak diacungi
jempol.
Kepala unit avionik dan listrik instrumen (Aviolinst) Sathar 32,Letnan
Satu (Lettu) Elektronik (Lek) Andhi Setyo menyatakan, setiap pesawat
tempur yang masuk perawatan di Sathar 32, akan dicek kondisi
keseluruhannya.
“Satu incipun tidak boleh luput dari pengecekan, karena kondisi pesawat
yang prima akan sangat mendukung kegiatan operasi yang
dijalankan,”tegasnya.
Secara keseluruhan, ada tiga tahap yang harus dilaksanakan dalam
pengecatan dan perbaikan pesawat tempur ini. Tahapan itu, menurut
kontrol kualitas Sathar 32, Pembantu Letnan Satu (Peltu) Haryanto,
antara lain tahap predock; in dock; dan post dock.
Tahap pre dock meliputi penerimaan pesawat dari skuadron yang
mengoperasionalkan. Kemudian dilanjutkan dengan tes seluruh sistem
pesawat, termasuk uji fungsi dan performance engine pesawat. Tahap in
dock, berupa pembongkaran, pemeriksaan,perbaikan, dan pengetesan.“Dalam
tahap terakhir atau post dock akan dilakukan penimbangan, pengecekan
terakhir, dan tes terbang,”terangnya.
Pengalaman dan prestasi pengecatan pesawat,serta perbaikannya ini, sudah
berjalan sangat lama. Menurut Komandan Depo Pemeliharaan 30 Lanud TNI
AU Abdulrachman Saleh Malang, Kolonel Dento Priyono,pada tahun 2012 ini,
jadwal pengecatan sangat padat.
Setelah menyelesaikan pengecatan sebanyak enam pesawat F 16, dilanjutkan pengecatan delapan unit Hawk 100, dan Hawk 200.
“Selain itu, masih menyelesaikan pengecatan pesawat angkut Cassa A2103, dan Cassa A2017,” ujarnya.
Setiap pengecatan,dan perbaikan pesawat ini,dilaksanakan oleh tim kecil
yang beranggotakan 8-10 orang personel. Mereka terdiri dari satu orang
perwira, anggota, dan kontrol kualitas.
Depo Pemeliharan sendiri,membawahi tiga satuan yakni Sathar 31; Sathar 32; dan Sathar 33.
Sebuah kebanggaan tersendiri bagi bangsa ini. Setiap personel Sathar,
memiliki ketelitian, kemampuan, dan jiwa seni untuk memperbaiki pesawat
tempur.
Mereka membuat setiap burung besi TNI AU menjadi garang, layak terbang,
dan lincah bermanuver di langit biru, memecah angkasa, menjaga setiap
jengkal kedaulatan udara nusantara.
Satu Motif
Seiring dengan terbitnya Petunjuk Teknik Udara (PTU) No 126, perbaikan
Ke-4 tahun 2011 tentang standardisasi pola dan warna pengecatan pesawat
TNI AU, kini warna pesawat tempur dan angkut ringan pun berubah menjadi
satu motif dengan warna yang sama. Tingkat kamuflasenya ketika
mengudara ataupun di darat akan semakin sempurna.
Khusus untuk EMB 314 Super Tucano, kata Komandan Satuan Pemeliharaan 32
Depo Pemeliharaan 30 Lanud Abdulrachman Saleh Malang Letkol M Sarifudin,
warna pesawat ini memang didesain di Indonesia dan sudah diserahkan ke
pihak produsen (Embraer Brasil). Nantinya pesawat tersebut datang ke
Indonesia sudah memakai warna khas TNI AU.
Sumber: SINDO/Suara Merdeka