Pages

Saturday, 11 January 2014

KAPAL INDUK HELIKOPTER INDONESIA HEBOH TERBANYAK DI ASIA

Foto

Bukan pembelian 100 MBT Leopard 2A6 atau tambahan 6 Sukhoi yang menjadi pembicaraan hangat dari militer regional tentang Indonesia. Yang membuat mereka heboh dan terlambat sadar adalah, mengapa Indonesia memiliki 5 Multi-Role LPD berbobot 11,400 ton dan 19 Landing Ship.

Jumlah itu menghantarkan Indonesia memasuki papan atas “The Most Regional Amphibious Force” di Asia. Mereka mulai bertanya-tanya, mengapa Indonesia memiliki Heavy Landing Platform Dock/LPD dan Landing Ship sebanyak itu ???.

India hanya memiliki 18 landing ship.
Korea Utara hanya 10 medium landing ship.
Korea Selatan sedang membangun 4 LST untuk menggantikan kapal pengangkut sisa perang dunia kedua.
Filipina memiliki 7 namun 5 diantaranya peninggalan dari perang dunia kedua.
Vietnam memiliki 6 kapal pendarat namun setengahnya peninggalan perang dunia kedua.
Malaysia kehilangan satu-satunya Landing Ship Tank LST Sri Inderapura karena terbakar pada tahun 2009.

Negara-negara Asia umumnya masih melihat “Amphibious Forces”, secara tradisional, yakni jumlah kapal tempur dan kapal selam. Sementara bagaimana caranya agar pasukan bisa bergerak dengan cepat melalui laut, belum terlalu menjadi perhatian. Untuk itu, kemampuan tempur negara-negara Asia dianggap terbatas karena minimnya kapal angkut penggerak pasukan.

Situasi tersebut berhasil diatasi Indonesia dengan membangun LPD dan Landing Ship sejak tahun 2003 hingga 2011. Indonesia memiliki 5 LPD 125 M, dimana 2 kapal di bangun di Korea dan 3 kapal dibangun di PAL Surabaya. Kapal Landing Platform Dock 125 M dirancang untuk mampu dipasang senjata 100 mm dan dilengkapi Fire Control System, untuk melakukan self defence untuk melindungi pendaratan pasukan, kendaraan tempur, serta pendaratan helikopter.
Kapal LPD 125 meter ini didesain untuk pendaratan : Landing Craft Unit 23 m, operasi ampibi, tank carrier, combat vehicle 22 unit, dan tactical vehicle 13 unit.
Dalam sekali bergerak LPD ini juga mengangkut 507 personil termasuk 354 tentara, crew dan officer. LPD ini juga mengangkut 5 unit helicopter jenis MI-2 atau BELL 412, serta mampu berlayar selama 30 hari secara terus menerus.

5 LPD (Kapal Induk Helikopter) Indonesia adalah :

1. KRI Makassar 590 masih bertugas (dibangun di Korea)
2. KRI Surabaya 591 masih bertugas (dibangun di Korea)
3. KRI Banjarmasin 592 masih bertugas (dibangun di PT PAL, Surabaya)
4. KRI Banda Aceh 592 masih bertugas (dibangun di PT PAL, Surabaya)
5. KRI DR Soeharso 990 masih bertugas (dibangun di PT PAL, Surabaya)

Adapun 19 LST Landing Ship lainnya adalah :
6 LST tipe Tacoma :

1. KRI Teluk Semangka 512 masih bertugas
2. KRI Teluk Penyu 513 masih bertugas
3. KRI Teluk Mandar 514 masih bertugas
4. KRI Teluk Sampit 515 masih bertugas
5. KRI Teluk Banten 516 masih bertugas
6. KRI Teluk Ende 517 masih bertugas

Ada pula 12 LSM kelas Frosch I :

1. KRI Teluk Gilimanuk 531 masih bertugas
2. KRI Teluk Celukan Bawang 532 masih bertugas
3. KRI Teluk Cendrawasih 533 masih bertugas
4. KRI Teluk Berau 534 masih bertugas
5. KRI Teluk Peleng 535 masih bertugas
6. KRI Teluk Sibolga 536 masih bertugas
7. KRI Teluk Manado 537 masih bertugas
8. KRI Teluk Hading 538 masih bertugas
9. KRI Teluk Parigi 539 masih bertugas
10. KRI Teluk Lampung 540 masih bertugas
11. KRI Teluk Jakarta 541 masih bertugas
12. KRI Teluk Sangkulirang 542 masih bertugas

Serta 2 AKL-ARL kelas Frosch II :

1. KRI Teluk Cirebon 543 masih bertugas
2. KRI Teluk Sabang 542 masih bertugas

Untuk urusan pergerakan pasukan, Indonesia termasuk yang paling siap di Asia Tenggara. Hal ini wajar karena Indonesia negara yang berbentuk kepulauan (18.000 pulau). Untuk masa damai LPD bisa digunakan untuk misi penanggulangan bencana karena Indonesia termasuk wilayah “Ring of Fire” akibat pertemuan lempeng bumi.
Sampai sekarang Indonesia terus mengembangkan dan memperbanyak Kapal Induk Helikopter LPD terbesar di Asia.

sumber:

PT. PAL Surabaya Berencana Membangun Kapal Induk Helikopter Terbesar di Asia.


Foto: PT. PAL Surabaya Berencana Membangun Kapal Induk Helikopter Terbesar di Asia.
Kapal Induk Star-50 rancangan PT. PAL Surabaya.

[IMI]- BUMN produsen kapal, PT PAL Surabaya (Persero) berencana mengembangkan kapal induk versi militer. Kapal ini nantinya mampu didarati hingga 8-14 unit helikopter.

Kapal induk versi Indonesia ini, merupakan pengembangan dari kapal tipe Double Skin Bulk Carrier, Star-50 dengan berat 50.000 ton bobot mati (DWT).

"Star 50 dirancang untuk kapal induk. Kita siapkan rancangan. Dirancang untuk 8 helikopter. Belum termasuk yang disimpan di hanggar, kemungkinan bisa sampai menyimpan 14 helikopter" ucap Petugas Penjaga Stand PAL Utario EP kepada detikFinance di acara Kongres Diaspora, JCC Senayan Jakarta.

Kapal Star-50 akan diproduksi pada tahun ini 2014 berdasarkan permintaan pemerintah Indonesia. Induk dari kapal ini yakni varian STAR 50 merupakan kapal angkut curah yang hanya dijual untuk pasar internasional. Kapal Induk yang nantinya dibuat dan dirancang di Surabaya, Jawa Timur, namun tidak dikonsep untuk didarati jet tempur.

"Kalau jet tempur kapalnya susah manuver di Indonesia karena laut kita nggak dalam," jelasnya.

Kapal Induk buatan Indonesia ini nantinya akan menjadi kapal angkut helikopter atau helicopter carrier. Untuk versi pendahalunya STAR-50 telah diproduksi di Surabaya sejak tahun 2005 untuk angkutan curah.

Rae_
Kapal Induk Star-50 rancangan PT. PAL Surabaya.
BUMN produsen kapal, PT PAL Surabaya (Persero) berencana mengembangkan kapal induk versi militer. Kapal ini nantinya mampu didarati hingga 8-14 unit helikopter.

Kapal induk versi Indonesia ini, merupakan pengembangan dari kapal tipe Double Skin Bulk Carrier, Star-50 dengan berat 50.000 ton bobot mati (DWT).

"Star 50 dirancang untuk kapal induk. Kita siapkan rancangan. Dirancang untuk 8 helikopter. Belum termasuk yang disimpan di hanggar, kemungkinan bisa sampai menyimpan 14 helikopter" ucap Petugas Penjaga Stand PAL Utario EP kepada detikFinance di acara Kongres Diaspora, JCC Senayan Jakarta.

Kapal Star-50 akan diproduksi pada tahun ini 2014 berdasarkan permintaan pemerintah Indonesia. Induk dari kapal ini yakni varian STAR 50 merupakan kapal angkut curah yang hanya dijual untuk pasar internasional. Kapal Induk yang nantinya dibuat dan dirancang di Surabaya, Jawa Timur, namun tidak dikonsep untuk didarati jet tempur.

"Kalau jet tempur kapalnya susah manuver di Indonesia karena laut kita nggak dalam," jelasnya.

Kapal Induk buatan Indonesia ini nantinya akan menjadi kapal angkut helikopter atau helicopter carrier. Untuk versi pendahalunya STAR-50 telah diproduksi di Surabaya sejak tahun 2005 untuk angkutan curah.

PANGKALAN KAPAL SELAM di TELUK PALU SEGERA SELESAI DAN AKAN DIPAKAI TAHUN INI 2014.


Foto: PANGKALAN KAPAL SELAM di TELUK PALU SEGERA SELESAI DAN AKAN DIPAKAI TAHUN INI 2014.

[IMI]- Palu, Sulawesi Tengah, Pangkalan kapal selam TNI AL di Teluk Palu, Sulawesi Tengah, akan segera beroperasi.

"Pada awal 2013, kapal selam dari Armatim (Armada RI Kawasan Timur) sudah bisa singgah di Teluk Palu," kata Komandan Pangkalan TNI AL Palu, Kolonel Pelaut Boedi Oetomo, di Palu, Rabu.

Dia mengatakan saat ini pembangunan tahap dua sudah selesai sekitar 90 persen. Tahap dua itu bangunan fisik di sekitar pangkalan. Selanjutnya masuk ke tahap tiga, yakni pengerjaan fisik yang ringan seperti pembuatan pagar dan proses pengecatan.

Salah satu alasan pemilihan Teluk Palu karena teluk ini cukup strategis di nusantara. Teluk Palu memiliki lebar 10 kilometer dengan lingkar garis pantai sepanjang 68 kilometer. Kedalaman Teluk Palu mencapai 400 meter dan dinilai sangat strategis. "Perlindungan alam" terhadap arus laut yang ekstrim juga dinilai sangat memadai dan menguntungkan untuk dijadikan pangkalan kapal selam.

Sebagai gambaran, pada Perang Dunia II, Angkatan Laut Kerajaan Inggris pernah mengandalkan pangkalan kapal selam Scapa Flow di Kepulauan Orkney, Skotlandia. Walau sempat ditembus flotila kapal selam U-boat Jerman namun eksistensi Scapa Flow tetap dipertahankan.

Boedi mengatakan, di pangkalan kapal selam itu nantinya akan diperkuat dengan pasukan pertahanan pangkalan dengan jumlah personel sebanyak satu peleton atau sekitar 24 orang.

Pangkalan kapal selam TNI AL sendiri berada di lahan seluas 13 hektare di Kelurahan Watusampu, Kota Palu.

Sejak awal 2012 Komandan Pangkalan Utama TNI AL IV Makassar, Brigadir Jenderal Marinir M Suwandi Thahir, meninjau pembangunan pangkalan khusus kapal selam di Teluk Palu.

Saat itu, ia mengemukakan bahwa keberadaan pangkalan tersebut sangat strategis untuk pengamanan wilayah NKRI terutama di Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) II Selat Makassar sampai ke perbatasan dengan negara tetangga Malaysia di Laut Sulawesi.

Rae_
antaranews

  Palu, Sulawesi Tengah, Pangkalan kapal selam TNI AL di Teluk Palu, Sulawesi Tengah, akan segera beroperasi.

"Pada awal 2013, kapal selam dari Armatim (Armada RI Kawasan Timur) sudah bisa singgah di Teluk Palu," kata Komandan Pangkalan TNI AL Palu, Kolonel Pelaut Boedi Oetomo, di Palu, Rabu.

Dia mengatakan saat ini pembangunan tahap dua sudah selesai sekitar 90 persen. Tahap dua itu bangunan fisik di sekitar pangkalan. Selanjutnya masuk ke tahap tiga, yakni pengerjaan fisik yang ringan seperti pembuatan pagar dan proses pengecatan.

Salah satu alasan pemilihan Teluk Palu karena teluk ini cukup strategis di nusantara. Teluk Palu memiliki lebar 10 kilometer dengan lingkar garis pantai sepanjang 68 kilometer. Kedalaman Teluk Palu mencapai 400 meter dan dinilai sangat strategis. "Perlindungan alam" terhadap arus laut yang ekstrim juga dinilai sangat memadai dan menguntungkan untuk dijadikan pangkalan kapal selam.

Sebagai gambaran, pada Perang Dunia II, Angkatan Laut Kerajaan Inggris pernah mengandalkan pangkalan kapal selam Scapa Flow di Kepulauan Orkney, Skotlandia. Walau sempat ditembus flotila kapal selam U-boat Jerman namun eksistensi Scapa Flow tetap dipertahankan.

Boedi mengatakan, di pangkalan kapal selam itu nantinya akan diperkuat dengan pasukan pertahanan pangkalan dengan jumlah personel sebanyak satu peleton atau sekitar 24 orang.

Pangkalan kapal selam TNI AL sendiri berada di lahan seluas 13 hektare di Kelurahan Watusampu, Kota Palu.

Sejak awal 2012 Komandan Pangkalan Utama TNI AL IV Makassar, Brigadir Jenderal Marinir M Suwandi Thahir, meninjau pembangunan pangkalan khusus kapal selam di Teluk Palu.

Saat itu, ia mengemukakan bahwa keberadaan pangkalan tersebut sangat strategis untuk pengamanan wilayah NKRI terutama di Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) II Selat Makassar sampai ke perbatasan dengan negara tetangga Malaysia di Laut Sulawesi.

Firm Indonesia Menang Tender untuk Pasokan dari 2 Kapal Angkatan Laut PT PAL Strategis Sealift Kapal


Foto: Firm Indonesia Menang Tender untuk Pasokan dari 2 Kapal Angkatan Laut PT PAL Strategis Sealift Kapal

[IMI]- MANILA , Filipina - Sebuah perusahaan Indonesia telah memenangkan tender untuk penyediaan dua kapal baru untuk Angkatan Laut .

Sumber mengatakan kepada The STAR pemberitahuan penghargaan untuk P4 - miliar akuisisi dua kapal sealift strategis dikeluarkan untuk PT PAL Indonesia ( Persero ) akhir bulan lalu .

Hal ini dikonfirmasi kemarin oleh Wakil Pertahanan Fernando Manalo , yang mengawasi upaya upgrade militer .

" Ya , saya pikir ada NOA ( pemberitahuan penghargaan ) sudah , " kata Manalo ketika ditanya apakah PT PAL telah memenangkan tender untuk proyek tersebut .

PT PAL menawarkan untuk memasok dua kapal untuk $ 86.980.000 atau sekitar P3.864 miliar , baik dalam anggaran yang disetujui dari P4 miliar .

Pembuluh sealift strategis dapat digunakan untuk operasi sipil - militer dan untuk mengangkut sejumlah besar tentara , logistik dan perlengkapan . Setiap kapal juga dapat menampung tiga helikopter .

Sembilan perusahaan membeli dokumen penawaran untuk proyek tersebut , tetapi hanya dua dari mereka mengajukan penawaran .

Penawar lain , Daewoo International , dinyatakan oleh Tawaran dan Komite Awards sebagai tidak memenuhi syarat karena kegagalan untuk memenuhi persyaratan teknis tertentu .

Perusahaan-perusahaan lain yang telah menyatakan minatnya dalam proyek tetapi tidak mengajukan tawaran yang Propmech Corp , Larsen & Toubro , Batu David Tactical Equipment , saham STX Offshore Shipbuilding Co , Keppel Filipina Marine Inc , PT Citra Shipyard , dan perusahaan patungan antara Astartez Pertahanan and Rescue Solution Co dan Pesisir Industries Pse . Ltd

PT PAL menjalani proses pasca - kualifikasi pada kuartal terakhir tahun 2013 sebelum dinyatakan sebagai pemenang . Tahap pasca - kualifikasi berusaha untuk memverifikasi dokumen keuangan dan teknis yang diajukan oleh penawar .

Strategis proyek akuisisi kapal sealift adalah salah satu item besar-tiket di program upgrade militer

Rae_
defense studies

 
MANILA , Filipina - Sebuah perusahaan Indonesia telah memenangkan tender untuk penyediaan dua kapal baru untuk Angkatan Laut .

Sumber mengatakan kepada The STAR pemberitahuan penghargaan untuk P4 - miliar akuisisi dua kapal sealift strategis dikeluarkan untuk PT PAL Indonesia ( Persero ) akhir bulan lalu .

Hal ini dikonfirmasi kemarin oleh Wakil Pertahanan Fernando Manalo , yang mengawasi upaya upgrade militer .

" Ya , saya pikir ada NOA ( pemberitahuan penghargaan ) sudah , " kata Manalo ketika ditanya apakah PT PAL telah memenangkan tender untuk proyek tersebut .

PT PAL menawarkan untuk memasok dua kapal untuk $ 86.980.000 atau sekitar P3.864 miliar , baik dalam anggaran yang disetujui dari P4 miliar .

Pembuluh sealift strategis dapat digunakan untuk operasi sipil - militer dan untuk mengangkut sejumlah besar tentara , logistik dan perlengkapan . Setiap kapal juga dapat menampung tiga helikopter .

Sembilan perusahaan membeli dokumen penawaran untuk proyek tersebut , tetapi hanya dua dari mereka mengajukan penawaran .

Penawar lain , Daewoo International , dinyatakan oleh Tawaran dan Komite Awards sebagai tidak memenuhi syarat karena kegagalan untuk memenuhi persyaratan teknis tertentu .

Perusahaan-perusahaan lain yang telah menyatakan minatnya dalam proyek tetapi tidak mengajukan tawaran yang Propmech Corp , Larsen & Toubro , Batu David Tactical Equipment , saham STX Offshore Shipbuilding Co , Keppel Filipina Marine Inc , PT Citra Shipyard , dan perusahaan patungan antara Astartez Pertahanan and Rescue Solution Co dan Pesisir Industries Pse . Ltd

PT PAL menjalani proses pasca - kualifikasi pada kuartal terakhir tahun 2013 sebelum dinyatakan sebagai pemenang . Tahap pasca - kualifikasi berusaha untuk memverifikasi dokumen keuangan dan teknis yang diajukan oleh penawar .

Strategis proyek akuisisi kapal sealift adalah salah satu item besar-tiket di program upgrade militer
defense studies

KRI Gadjah Mada: Flagship dan Destroyer Pertama TNI AL



Foto: KRI Gadjah Mada: Flagship dan
Destroyer Pertama TNI AL
KRI Gadjah Mada
Dalam gelar kekuatan militer, adalah
hal yang wajar bila suatu angkatan
laut memiliki flagship. Bila dicerna
lebih dalam, flagship adalah kapal
utama yang punya spesifikasi
persenjataan paling mumpuni di
suatu armada. TNI AL, sebagai
kekuatan laut terbesar di Asia
Tenggara dengan sejarah panjang
dalam pengabdiannya, mengenal
flagship dalam beberapa periode.
Dalam konteks kekinian, korvet kelas
SIGMA (kelas Diponegoro) bisa
dianggap sebagai flagship TNI AL,
karena dari segi alutsista dan
perangkat pendukung kapal buatan
Belanda ini adalah yang paling
canggih. Mundur ke dekade 90-an,
frigat kelas Van Speijk yang dibeli
second dari Belanda adalah yang
paling canggih dimasanya. Mundur
lagi ke dekade 80-an, kita mengenal
frigat kelas Fatahillah (KRI
Fatahillah, KRI Malayahati, dan KRI
Nala)
adalah kapal perang termodern
dikala itu, bahkan kapal ini dibeli
gres alias baru, juga dari Belanda.
Bagaimana flagship TNI AL di tahun
70-an? Ada tiga perusak kawal
(destroyer escort) kelas Claude Jones
yang statusnya bekas pakai dari AL
AS.
Dan flash back jauh ke masa lampau,
saat militer Indonesia menjadi
“Macan Asia” di tahun 60-an. Adalah
KRI Irian menjadi flagship nomer
wahid yang dipunyai TNI AL, bahkan
kala itu tiada tandingan untuk
penjelajah ringan ini di kawasan
Asia Tenggara dan Australia. Adanya
flagship dalam beberapa periode,
menyiratkan ‘kematangan’ TNI AL
dalam menyikapi modernisasi sistem
senjata sesuai jamannya.
KRI Irian
Masih terkait flagship armada TNI
AL, penulis mengajak kita semua
merenung kembali ke masa lampau,
bahkan sebelum era datangnya KRI
Irian dan beragam alutsista buatan
Uni Soviet. Bahwa di awal tahun 50-
an TNI AL (kala itu ALRI) sudah pula
mengenal keberadaan flagship.
Mengutip ungkapan Bung Karno,
Jasmerah (Jangan sekali-kali
meninggalkan sejarah), maka
keberadaan kapal perang yang satu
ini rasanya pantas diketahui seluk
beluknya lebih dalam, walau
sosoknya sudah tak bisa dilihat, tapi
KRI (RI) Gadjah Mada, demikian
nama kapal ini, menjadi cikal bakal
bangkitnya modernisasi alutsista di
lingkungan TNI AL.
HMS Nonpareil (G16)
Berawal dari Konferensi Meja
Bundar
Setelah melewati perjuangan yang
panjang, akhirnya Indonesia
mendapat pengakuan kedaulatan
dari pemerintah Belanda lewat
konferensi Meja Bundar di tahun
1949. Salah satu hasil dari KMB
adalah pihak Belanda menghibahkan
beberapa persenjataannya untuk
militer Indonesia. Selain P-51D
Mustang, dan tank Sherman,
Belanda juga menghibahkan kapal
perusak (destroyer) kelas N pada
tahun 1951. Sebelum dihibahkan ke
Indonesia, nama kapal ini adalah
HrMs Tjerk Hiddes. Destroyer ini
aktif berperang selama Perang Dunia
Kedua.
Tidak ditehui jelas berapa nomer
lambung KRI Gadjah Mada. Tapi
yang cukup menarik, perusak dengan
247 awak ini punya banyak
“saudara,” artinya tidak dibuat
dalam wujud satu unit. Dirunut dari
sejarahnya destroyer kelas N dibuat
di Inggris oleh galangan W. Denny &
Bros, Dumbarton di tahun 1939.
Jumlah destroyer kelas N total ada 9
unit, dimana kesemuanya
diperuntukkan bagi AL Inggris (Royal
Navy). Kesembilan kapal itu adalah
HMS Noble (G84), HMS Nonpareil
(G16), HMS Napier (G97), HMS
Nestor (G02), HMS Nizam (G38), HMS
Norman (G49), HMS Nepal (G25), dan
HMS Nerissa (G65).
HrMs Tjerk Hiddes JT-5
Kembaran HrMs Tjerk Hiddes, yakni
HrMs Van Galen, tampak dalam foto
sedang melakukan isi bahan bakar
dari tanker
Menyusul berkecamuknya Perang
Dunia Kedua, Inggris berinisiatif
untuk menghibahkan kesembilan
kapal tadi ke negara-negara sekutu,
maklum saat itu sekutu harus
melawan NAZI Jerman. Dua kapal,
HMS Noble (G84), HMS Nonpareil
(G16) dihibahkan ke AL Belanda.
Kemudian lima kapal, HMS Napier
(G97), HMS Nestor (G02), HMS Nizam
(G38), HMS Norman (G49), HMS
Nepal (G25) dihibahkan ke AL
Australia, dan sisanya HMS Nerissa
dihibah ke AL Polandia. Nah,
kemudian kisahnya mengerucut pada
destroyer yang resmi dihibahkan ke
Belanda pada tahun 1942. HMS
Noble kemudian berganti nama jadi
HrMs Van Galen, dan HMS Nonpareil
berganti nama jadi HrMs Tjerk
Hiddes. Sebelum berpindah tangan
ke Belanda, kapal perusak ini aktif
‘membentengi’ Scapa Flow, yaitu
pangkalan utama armada AL Inggris
di pesisir utara Skotlandia, dari
serangan torpedo U-Boat Jerman.
HMS Nestor, juga satu varian dengan
KRI Gadjah Mada
Setelah memperkuat AL Kerajaan
Belanda, HrMs Tjerk Hiddes banyak
ditugaskan di perairan Timur
Tengah, perairan Afika Selatan,
hingga palagan Pasifik. Kebanyakan
misi perusak ini adalah melindungi
konvoi kapal dagang dari serangan
AL Jerman.
Lebih dalam tentang sosok HrMs
Tjerk Hiddes, peletakan lunas
pertama kapal ini dilakukan pada 22
Mei 1940 di galangan W. Denny &
Bros, Dumbarton, Inggris. Kemudian
selagi menyandang nama HMS
Nonpareil, resmi diluncurkan pada
25 Juni 1941 dengan identitas pada
lambung G-16. Seiring waktu
berjalan, kapal diserahkan kepada AL
Belanda pada 6 Mei 1942, kala itu
sedang puncaknya Perang Dunia
Kedua. Selama menjadi arsenal
kekuatan AL Belanda, HrMs Tjerk
Hiddes diketahui sempat beberapa
kali dilakukan pergantian nomer
lambung, seperti JT ( Jaeger Torpedo )
-5 dan D-806.
Dari sisi persenjataan, kapal perusak
dengan berat kosong 1.670 ton ini
dibekali senjata tempur utama
berupa 6 unit meriam 4.7 inchi
kaliber 120mm, 4 unit kanon
Pompom MK8 kaliber 40mm, dan 6
unit kanon Oerlikon kaliber 20mm.
Itu baru senjata untuk melahap
target di permukaan dan udara,
guna menghadapi kapal selam
tersedia heavy torpedo , yakni 2 unit
peluncur torpedo MK9 21 inchi,
dimana tiap modul peluncur
terdapat 5 torpedo yang siap
dilepaskan. Menyadari tugas
utamanya menghancurkan kapal
selam, kapal perusak ini juga
dilengkapi mortir anti kapal selam
dan bom laut lewat 1 rel. Media
penjejak kapal selam dipercayakan
pada perangkat akustik 123 A Asdic.
Dari sisi persenjataan yang melekat,
sebagian besar adalah rancangan
dari era Perang Dunia Pertama.
KRI Gadjah Mada
Seperti disebutkan sebelumnya,
HrMs Tjerk Hiddes dihibahkan ke
Indonesia pada tahun 1951. Saat
itu, inilah kapal perang terbesar
yang dimiliki TNI AL, maklum waktu
usia ALRI masih sangat muda, selain
awak yang masih hijau, umumnya
kapal yang ada masih berupa tug
boat yang dipersenjatai kanon
ringan. Adanya KRI Gadjah Mada
adalah berkah tersendiri, sekaligus
lompatan teknologi yang besar pada
masa itu.
Senjata andalan pada KRI Gadjah
Mada adalah 6 unit meriam 4.7
inchi Vickers MK XIV kaliber 120mm,
Meriam Vickers MK XIV ini
menggunakan pola tembakan semi
otomatis, mempunyai jarak tembak
maksimum 14.632 meter, dan jarak
tembak efektif 9.144 meter. Sisa
kapalnya memang tidak dapat kita
jumpai, karena sudah di scrap pada
1961. Tapi sisa meriam 120mm-nya
masih dapat Anda lihat hingga kini,
yakni di Museum Satria Mandala.
Meriam ini sekaligus menjadi koleksi
meriam terbesar di museum
tersebut.
Meriam 4.7 inchi Vickers MK XIV
kaliber 120mm di Museum Satria
Mandala
Usia mesin turbin yang cukup tua,
biaya operasional yang tinggi, serta
sistem senjata yang sudah ‘kuno,’
menjadi dasar dibesituakannya
Gadjah Mada. Sebelum di scrap,
kabarnya kapal ini sempat dijadikan
kapal latih. Mengenai penugasan
dalam operasi militer, KRI Gadjah
Mada dilibatkan secara penuh dalam
mendukung penumpasan PRRI
Permesta tahun 1958.
Nama Gadjah Mada, setidaknya dua
kali dipakai dalam arsenal ALRI (TNI
AL), sebelumnya ada RI Gadjah Mada
dalam wujud tug boat yang
dipersenjatai kanon Oerlikon 20mm ,
kapal ini rusak dan tenggelam dalam
pertempuran di laut Cirebon pada 5
Januari 1947. Kemudian nama
Gadjah Mada ‘dibangkitkan’ kembali
untuk sosok destroyer pertama TNI
AL.
Dilengkapi shield
Pada versi di haluan, dilengkapi
perisai yang menyerupai kubah.
Selain KRI Gadjah Mada, TNI AL
mendapatkan lagi generasi destroyer,
yakni kelas Almirante Clemente (2
unit) buatan Italia, didatangkan
pada periode 1957 – 1959. Kemudian
menyongsong operasi Trikora, TNI AL
kedatangan destroyer kelas Skorry (8
unit) buatan Uni Soviet yang dibeli
RI dari Polandia di tahun 1964. Dan
terakhir, di tahun 70-an TNI AL
memiliki perusak kawal kelas Claude
Jones (4 unit), armada destroyer
escort ini mengakhiri pengabdiannya
pada tahun 2003 lalu. (Haryo Adjie
Nogo Seno)
Catatan: Di tahun 60-an dan
sebelumnya, identitas kapal perang
Indonesia disebut RI (Repoeblik
Indonesia) dan belum menjadi KRI
(Kapal Perang Republik Indonesia),
penulisan KRI Gadjah Mada dan KRI
Irian pada tulisan ini lebih untuk
memperkuat pemahaman bagi
pembaca secara luas, karena
penyebutan identitas KRI dipandang
lebih populer.
Spesifikasi KRI Gadjah Mada
Tipe : Destroyer
Dimensi : 99,5 x 10,9 x 2,74
meter
Berat kosong : 1.670 ton
Berat penuh : 2.330 ton
Mesin : 2 steam turbin dengan
dua baling-baling
Tenaga : 4000 hp
Kecepatan max : 36 knots
Kecepatan Jelajah : 15 knots
Kapasitas BBM : 611 ton
Jarak Jelajah : 5.400 nm
Awak : 183 – 247 orang 

@FN
KRI Gadjah Mada
Dalam gelar kekuatan militer, adalah  hal yang wajar bila suatu angkatan  laut memiliki flagship. Bila dicerna lebih dalam, flagship adalah kapal utama yang punya spesifikasi persenjataan paling mumpuni di
suatu armada. TNI AL, sebagai kekuatan laut terbesar di Asia Tenggara dengan sejarah panjang dalam pengabdiannya, mengenal flagship dalam beberapa periode. Dalam konteks kekinian, korvet kelas
SIGMA (kelas Diponegoro) bisa dianggap sebagai flagship TNI AL, karena dari segi alutsista dan perangkat pendukung kapal buatan Belanda ini adalah yang paling canggih. Mundur ke dekade 90-an, frigat kelas Van Speijk yang dibeli second dari Belanda adalah yang paling canggih dimasanya. Mundur lagi ke dekade 80-an, kita mengenal frigat kelas Fatahillah (KRIFatahillah, KRI Malayahati, dan KRI Nala)

adalah kapal perang termodern dikala itu, bahkan kapal ini dibeli gres alias baru, juga dari Belanda. Bagaimana flagship TNI AL di tahun 70-an? Ada tiga perusak kawal (destroyer escort) kelas Claude Jones
yang statusnya bekas pakai dari AL AS.

Dan flash back jauh ke masa lampau, saat militer Indonesia menjadi “Macan Asia” di tahun 60-an. Adalah KRI Irian menjadi flagship nomer wahid yang dipunyai TNI AL, bahkan kala itu tiada tandingan untuk
penjelajah ringan ini di kawasan Asia Tenggara dan Australia. Adanya flagship dalam beberapa periode, menyiratkan ‘kematangan’ TNI AL dalam menyikapi modernisasi sistem senjata sesuai jamannya. KRI Irian Masih terkait flagship armada TNI AL, penulis mengajak kita semua merenung kembali ke masa lampau, bahkan sebelum era datangnya KRI Irian dan beragam alutsista buatan Uni Soviet. Bahwa di awal tahun 50-
an TNI AL (kala itu ALRI) sudah pula mengenal keberadaan flagship. Mengutip ungkapan Bung Karno, Jasmerah (Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah), maka keberadaan kapal perang yang satu
ini rasanya pantas diketahui seluk beluknya lebih dalam, walau sosoknya sudah tak bisa dilihat, tapi KRI (RI) Gadjah Mada, demikiannama kapal ini, menjadi cikal bakal bangkitnya modernisasi alutsista di
lingkungan TNI AL.

HMS Nonpareil (G16) Berawal dari Konferensi Meja Bundar Setelah melewati perjuangan yang panjang, akhirnya Indonesia mendapat pengakuan kedaulatan dari pemerintah Belanda lewat konferensi Meja Bundar di tahun 1949. Salah satu hasil dari KMB adalah pihak Belanda menghibahkan beberapa persenjataannya untuk militer Indonesia. Selain P-51D Mustang, dan tank Sherman, Belanda juga menghibahkan kapal
perusak (destroyer) kelas N pada tahun 1951. Sebelum dihibahkan ke Indonesia, nama kapal ini adalah HrMs Tjerk Hiddes. Destroyer ini aktif berperang selama Perang Dunia Kedua.

Tidak ditehui jelas berapa nomer lambung KRI Gadjah Mada. Tapi yang cukup menarik, perusak dengan 247 awak ini punya banyak  “saudara,” artinya tidak dibuat dalam wujud satu unit. Dirunut dari sejarahnya destroyer kelas N dibuat di Inggris oleh galangan W. Denny & Bros, Dumbarton di tahun 1939. Jumlah destroyer kelas N total ada 9 unit, dimana kesemuanya diperuntukkan bagi AL Inggris (Royal Navy). Kesembilan kapal itu adalah HMS Noble (G84), HMS Nonpareil (G16), HMS Napier (G97), HMS
Nestor (G02), HMS Nizam (G38), HMS Norman (G49), HMS Nepal (G25), dan  HMS Nerissa (G65). HrMs Tjerk Hiddes JT-5 Kembaran HrMs Tjerk Hiddes, yakni HrMs Van Galen, tampak dalam foto sedang melakukan isi bahan bakar dari tanker Menyusul berkecamuknya Perang Dunia Kedua, Inggris berinisiatif untuk menghibahkan kesembilan kapal tadi ke negara-negara sekutu, maklum saat itu sekutu harusmelawan NAZI Jerman. Dua kapal, HMS Noble (G84), HMS Nonpareil (G16) dihibahkan ke AL Belanda. Kemudian lima kapal, HMS Napier (G97), HMS Nestor (G02), HMS Nizam (G38), HMS Norman (G49), HMS Nepal (G25) dihibahkan ke AL Australia, dan sisanya HMS Nerissa dihibah ke AL Polandia. Nah, kemudian kisahnya mengerucut pada destroyer yang resmi dihibahkan ke Belanda pada tahun 1942. HMS Noble kemudian berganti nama jadi HrMs Van Galen, dan HMS Nonpareil berganti nama jadi HrMs Tjerk Hiddes. Sebelum berpindah tangan ke Belanda, kapal perusak ini aktif
‘membentengi’ Scapa Flow, yaitu pangkalan utama armada AL Inggris di pesisir utara Skotlandia, dari serangan torpedo U-Boat Jerman. HMS Nestor, juga satu varian dengan KRI Gadjah Mada
Setelah memperkuat AL Kerajaan Belanda, HrMs Tjerk Hiddes banyak ditugaskan di perairan TimurTengah, perairan Afika Selatan, hingga palagan Pasifik. Kebanyakan misi perusak ini adalah melindungi
konvoi kapal dagang dari serangan AL Jerman.

Lebih dalam tentang sosok HrMs Tjerk Hiddes, peletakan lunas pertama kapal ini dilakukan pada 22 Mei 1940 di galangan W. Denny & Bros, Dumbarton, Inggris. Kemudian selagi menyandang nama HMS
Nonpareil, resmi diluncurkan pada 25 Juni 1941 dengan identitas pada lambung G-16. Seiring waktu berjalan, kapal diserahkan kepada AL Belanda pada 6 Mei 1942, kala itu sedang puncaknya Perang Dunia
Kedua. Selama menjadi arsenal kekuatan AL Belanda, HrMs Tjerk Hiddes diketahui sempat beberapa kali dilakukan pergantian nomer lambung, seperti JT ( Jaeger Torpedo ) -5 dan D-806.

Dari sisi persenjataan, kapal perusak dengan berat kosong 1.670 ton ini dibekali senjata tempur utama berupa 6 unit meriam 4.7 inchi kaliber 120mm, 4 unit kanon Pompom MK8 kaliber 40mm, dan 6
unit kanon Oerlikon kaliber 20mm. Itu baru senjata untuk melahap target di permukaan dan udara, guna menghadapi kapal selam tersedia heavy torpedo , yakni 2 unit peluncur torpedo MK9 21 inchi, dimana tiap modul peluncur terdapat 5 torpedo yang siap dilepaskan. Menyadari tugas utamanya menghancurkan kapal selam, kapal perusak ini juga dilengkapi mortir anti kapal selam dan bom laut lewat 1 rel. Media
penjejak kapal selam dipercayakan pada perangkat akustik 123 A Asdic. Dari sisi persenjataan yang melekat, sebagian besar adalah rancangan dari era Perang Dunia Pertama. KRI Gadjah Mada
Seperti disebutkan sebelumnya, HrMs Tjerk Hiddes dihibahkan ke Indonesia pada tahun 1951. Saat itu, inilah kapal perang terbesar yang dimiliki TNI AL, maklum waktu usia ALRI masih sangat muda, selain
awak yang masih hijau, umumnya kapal yang ada masih berupa tug boat yang dipersenjatai kanon ringan. Adanya KRI Gadjah Mada adalah berkah tersendiri, sekaligus lompatan teknologi yang besar pada
masa itu.

Senjata andalan pada KRI Gadjah Mada adalah 6 unit meriam 4.7 inchi Vickers MK XIV kaliber 120mm, Meriam Vickers MK XIV ini menggunakan pola tembakan semi otomatis, mempunyai jarak tembak
maksimum 14.632 meter, dan jarak tembak efektif 9.144 meter. Sisa kapalnya memang tidak dapat kita jumpai, karena sudah di scrap pada 1961. Tapi sisa meriam 120mm-nya masih dapat Anda lihat hingga kini,
yakni di Museum Satria Mandala. Meriam ini sekaligus menjadi koleksi meriam terbesar di museum tersebut.
Meriam 4.7 inchi Vickers MK XIV kaliber 120mm di Museum Satria Mandala Usia mesin turbin yang cukup tua, biaya operasional yang tinggi, serta sistem senjata yang sudah ‘kuno,’ menjadi dasar dibesituakannya Gadjah Mada. Sebelum di scrap, kabarnya kapal ini sempat dijadikan kapal latih. Mengenai penugasan dalam operasi militer, KRI Gadjah Mada dilibatkan secara penuh dalam mendukung penumpasan PRRI Permesta tahun 1958. Nama Gadjah Mada, setidaknya dua kali dipakai dalam arsenal ALRI (TNI
AL), sebelumnya ada RI Gadjah Mada dalam wujud tug boat yang dipersenjatai kanon Oerlikon 20mm , kapal ini rusak dan tenggelam dalam pertempuran di laut Cirebon pada 5 Januari 1947. Kemudian nama
Gadjah Mada ‘dibangkitkan’ kembali untuk sosok destroyer pertama TNI AL.

Dilengkapi shield Pada versi di haluan, dilengkapi perisai yang menyerupai kubah. Selain KRI Gadjah Mada, TNI AL mendapatkan lagi generasi destroyer, yakni kelas Almirante Clemente (2 unit) buatan Italia, didatangkan pada periode 1957 – 1959. Kemudian menyongsong operasi Trikora, TNI AL kedatangan destroyer kelas Skorry (8 unit) buatan Uni Soviet yang dibeli RI dari Polandia di tahun 1964. Dan
terakhir, di tahun 70-an TNI AL memiliki perusak kawal kelas Claude Jones (4 unit), armada destroyer escort ini mengakhiri pengabdiannya pada tahun 2003 lalu. (Haryo Adjie Nogo Seno) Catatan: Di tahun 60-an dan sebelumnya, identitas kapal perang Indonesia disebut RI (Repoeblik Indonesia) dan belum menjadi KRI (Kapal Perang Republik Indonesia), penulisan KRI Gadjah Mada dan KRI Irian pada tulisan ini lebih untuk memperkuat pemahaman bagi pembaca secara luas, karena penyebutan identitas KRI dipandang lebih populer.

Spesifikasi KRI Gadjah Mada
Tipe : Destroyer
Dimensi : 99,5 x 10,9 x 2,74
meter
Berat kosong : 1.670 ton
Berat penuh : 2.330 ton
Mesin : 2 steam turbin dengan
dua baling-baling
Tenaga : 4000 hp
Kecepatan max : 36 knots
Kecepatan Jelajah : 15 knots
Kapasitas BBM : 611 ton
Jarak Jelajah : 5.400 nm
Awak : 183 – 247 orang 

Akhir Januari, TNI dan Kemenhan ke Rusia Tengok Alutsista


Jakarta: Tentara Nasional Indonesia (TNI) rupanya  tengah mempersiapkan perbaharuan Alat Utama Sistem
Persenjataan (Alutsista) untuk melindungi wilayah Indonesia. Tidak tanggung-tanggung, TNI berencana mendatangkan kapal selam dari Rusia, helikopter apache, dan pesawat tempur. "Akhir Januari tim Mabes TNI dan Kementerian Pertahanan akan berangkat ke Rusia untuk melihat pilihan-pilihan yang kami ambil," kata Panglima TNI Jenderal Moeldoko di Markas Besar (Mabes) TNI Cilangkap, Jakarta Timur (06/01).

Dalam hal ini, TNI mengahadapi dua pilihan. Antara membeli kapal selam baru, atau menerima hibah dari Rusia. "Kalau keuangan negara baik, harapan kami pembelian baru," ucapnya. Untuk pengamanan udara, Moeldoko menjelaskan, pihaknya berencana mendatangkan helikopter Apache dan pesawat tempur. Dia menceritakan, sebelumnya, tidak mungkin membeli Apache, tapi sekarang pihaknya dapat melakukannya. "Alhamdulillah sekarang kita bisa rencanakan membelikan dua apache di tahun ini yang akan kami pamerkan pada 5 Oktober," ucapnya.

Soal pesawat tempur, Panglima TNI ini masih mendiskusikan dengan Kementerian Pertahanan mengenai pilihan pesawat yang diambil. "Ada beberapa pilihan, apakah kita ke depan akan ambil Sukhoi 35,
apakah produk F16 dari generasi terbaru. Ini baru tahapan diskusi," pungkasnya. 


PT Dirgantara produksi 20.000 roket FFAR.

Roket Pesawat Tempur FFAR Jarak Jangkau Mencapai 20-40 km & kecepatan 2 mach.
Foto: PT Dirgantara produksi 20.000 roket FFAR.
Roket Pesawat Tempur FFAR Jarak Jangkau Mencapai 20-40 km & kecepatan 2 mach.

[IMI]- PT Dirgantara Indonesia, memproduksi sedikitnya 20.000 roket Fin Folding Aerial Rocket untuk memenuhi permintaan Departemen Pertahanan menyusul kebijakan pemerintah yang memprioritaskan penggunaan produksi dalam negeri.

Agus Eddy, General Manager Satuan Usaha Defence PT DI, mengatakan roket jenis Fin Folding Aerial Rocket (FFAR) itu sudah diserap TNI sejak pertama kali diproduksi pada 1981.

Roket jenis FFAR memiliki tiga tipe berdasarkan diameter serta jarak luncur, yakni tipe MK 60 dengan diameter 100 mm serta tipe MK4 dan MK40 berdiameter 67 mm.

Peralatan ini tidak bisa dikendalikan sehingga peluncurannya ke target sasaran membutuhkan kecermatan personel militer. Pada TNI AU, roket ini biasa digunakan sebagai senjata untuk jet tempur.

FFAR memiliki kemandirian teknologi yang sulit diketahui negara lain, sebab proses produksinya ditangani seluruhnya oleh personel BUMN strategis itu.

Agus mengatakan saat pertama kali diproduksi pada 1981, pihaknya masih menerapkan teknologi di bawah lisensi produsen roket Force de Zeeburg Belgia.

"Kami terus mempelajari dan memodifikasi teknologi itu, sehingga bisa diproduksi sendiri."

PT DI juga memproduksi roket multilauncher yakni jenis yang tidak hanya bisa diluncurkan dari udara namun dari darat dan laut.

Roket jenis itu, kata Agus, 100% desainnya dibuat personel PT DI, namun dia tidak bisa menyebutkan kapasitas produksi dari jenis ini karena tidak mengetahui datanya.

Satuan Usaha Defence PT DI saat ini juga mampu membuat torpedo berdiameter 122 milimeter yang mempunyai jangkauan area hingga 40 km di pabrik divisi perusahaan yang berlokasi di Tasikmalaya, Jawa Barat.

"Semua peralatan ini sebagian besar diserap oleh TNI dan sebagian lainnya diekspor ke sejumlah negara. Namun, kami tidak bisa menyebutkan nama negaranya karena terikat perjanjian," tandasnya.

Rae_
Berita Militer

[IMI]- PT Dirgantara Indonesia, memproduksi sedikitnya 20.000 roket Fin Folding Aerial Rocket untuk memenuhi permintaan Departemen Pertahanan menyusul kebijakan pemerintah yang memprioritaskan penggunaan produksi dalam negeri.

Agus Eddy, General Manager Satuan Usaha Defence PT DI, mengatakan roket jenis Fin Folding Aerial Rocket (FFAR) itu sudah diserap TNI sejak pertama kali diproduksi pada 1981.

Roket jenis FFAR memiliki tiga tipe berdasarkan diameter serta jarak luncur, yakni tipe MK 60 dengan diameter 100 mm serta tipe MK4 dan MK40 berdiameter 67 mm.

Peralatan ini tidak bisa dikendalikan sehingga peluncurannya ke target sasaran membutuhkan kecermatan personel militer. Pada TNI AU, roket ini biasa digunakan sebagai senjata untuk jet tempur.

FFAR memiliki kemandirian teknologi yang sulit diketahui negara lain, sebab proses produksinya ditangani seluruhnya oleh personel BUMN strategis itu.

Agus mengatakan saat pertama kali diproduksi pada 1981, pihaknya masih menerapkan teknologi di bawah lisensi produsen roket Force de Zeeburg Belgia.

"Kami terus mempelajari dan memodifikasi teknologi itu, sehingga bisa diproduksi sendiri."

PT DI juga memproduksi roket multilauncher yakni jenis yang tidak hanya bisa diluncurkan dari udara namun dari darat dan laut.

Roket jenis itu, kata Agus, 100% desainnya dibuat personel PT DI, namun dia tidak bisa menyebutkan kapasitas produksi dari jenis ini karena tidak mengetahui datanya.

Satuan Usaha Defence PT DI saat ini juga mampu membuat torpedo berdiameter 122 milimeter yang mempunyai jangkauan area hingga 40 km di pabrik divisi perusahaan yang berlokasi di Tasikmalaya, Jawa Barat.

"Semua peralatan ini sebagian besar diserap oleh TNI dan sebagian lainnya diekspor ke sejumlah negara. Namun, kami tidak bisa menyebutkan nama negaranya karena terikat perjanjian," tandasnya.


Sumber

99 Karbol Akademi Angkatan Udara Latihan Para Dasar


Foto: 99 Karbol Akademi Angkatan Udara Latihan Para Dasar

{IMI}- Yogyakarta, Seruu.com - Sebanyak 99 karbol berpangkat sersan taruna tingkat II Akademi Angkatan Udara Yogyakarta akan mengikuti latihan para dasar terjun payung di Pangkalan Udara TNI AU Sulaiman, Bandung
"Para dasar terjun payung merupakan latihan kematraan yang wajib diikuti karbol kami," kata Wakil Gubernur Akademi Angkatan Udara, Marsekal Pertama TNI Iman Sudrajat, di Yogyakarta, Kamis.

Karbol sebutan resmi taruna di Akademi Angkatan Udara, diinspirasi kebolehan dan kecerdasan Laksamana Madya Udara (Anumerta) Abdulrahman Saleh, yang dijuluki "karbol" oleh koleganya pada perang kemerdekaan Indonesia.

Pada upacara pemberangkatan kontingen latihan para dasar karbol AAU tingkat II, Sudrajat mengatakan, latihan dilaksanakan selama satu bulan mulai 9 Januari-11 Februari 2014, di Pangkalan Udara TNI AU Sulaiman, Bandung.

Di pangkalan udara ini juga bermarkas Korps Pasukan Khas TNI AU, organ internal TNI AU yang didedikasikan untuk pengendalian pangkalan udara, pertempuran udara, dan SAR udara serta intelijen dan operasi khusus.

"Materi latihan para dasar terjun payung bagi taruna AAU itu meliputi teori praktek darat dan praktek terjun. Latihan para dasar terjun payung itu untuk memperkuat karakter awak dirgantara dan calon perwira TNI AU," katanya.

Hal penting dia tegaskan, agar semua pelaksana latihan terjun payung militer para dasar itu mengutamakan keselamatan dan keamanan latihan.

"Dalam kurikulum pendidikan AAU, selain terbang layang masih ada dua latihan lagi kematraan yang diakhir kegiatan ditandai dengan penyematan brevet yakni latihan para dasar terjun statik dan latihan bertahan di laut dan hutan rimba," katanya

Rae_

{IMI}- Yogyakarta, Seruu.com - Sebanyak 99 karbol berpangkat sersan taruna tingkat II Akademi Angkatan Udara Yogyakarta akan mengikuti latihan para dasar terjun payung di Pangkalan Udara TNI AU Sulaiman, Bandung
"Para dasar terjun payung merupakan latihan kematraan yang wajib diikuti karbol kami," kata Wakil Gubernur Akademi Angkatan Udara, Marsekal Pertama TNI Iman Sudrajat, di Yogyakarta, Kamis.

Karbol sebutan resmi taruna di Akademi Angkatan Udara, diinspirasi kebolehan dan kecerdasan Laksamana Madya Udara (Anumerta) Abdulrahman Saleh, yang dijuluki "karbol" oleh koleganya pada perang kemerdekaan Indonesia.

Pada upacara pemberangkatan kontingen latihan para dasar karbol AAU tingkat II, Sudrajat mengatakan, latihan dilaksanakan selama satu bulan mulai 9 Januari-11 Februari 2014, di Pangkalan Udara TNI AU Sulaiman, Bandung.

Di pangkalan udara ini juga bermarkas Korps Pasukan Khas TNI AU, organ internal TNI AU yang didedikasikan untuk pengendalian pangkalan udara, pertempuran udara, dan SAR udara serta intelijen dan operasi khusus.

"Materi latihan para dasar terjun payung bagi taruna AAU itu meliputi teori praktek darat dan praktek terjun. Latihan para dasar terjun payung itu untuk memperkuat karakter awak dirgantara dan calon perwira TNI AU," katanya.

Hal penting dia tegaskan, agar semua pelaksana latihan terjun payung militer para dasar itu mengutamakan keselamatan dan keamanan latihan.

"Dalam kurikulum pendidikan AAU, selain terbang layang masih ada dua latihan lagi kematraan yang diakhir kegiatan ditandai dengan penyematan brevet yakni latihan para dasar terjun statik dan latihan bertahan di laut dan hutan rimba," katanya.

seruu

10 Kapal Perusak Terbesar di Dunia


Kapal perusak kelas Zumwalt

Dalam terminologi angkatan laut, kapal perusak atau kapal destroyer adalah kapal perang yang mampu bergerak cepat serta lincah bermanuver untuk mengawal kapal-kapal yang lebih besar dalam kelompok armada, konvoi dan memberikan perlindungan dari ancaman mesin perang yang lebih kecil seperti kapal torpedo, kapal selam, maupun pesawat terbang. Namun seiring perkembangan teknologi, kapal perusak saat ini bisa difungsikan untuk berbagai misi.

Ada beberapa jenis kapal perusak yang mengungguli kapal-kapal perang konvensional dalam hal ukuran, persenjataan dan kinerja. Artileri mengurutkan daftar 10 Kapal Perusak Terbesar di Dunia berdasarkan bobot benaman (displacement).

Kapal perusak Tipe 052D Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat China.
 Kapal ini dijadwalkan beroperasi tahun ini (Kredit foto: Global Times)

Tipe 052D (China)

Tipe 052D, versi upgrade dari kelas Luyang-II/Tipe 052C, adalah kapal perusak baru yang dibangun oleh galangan kapal Jiangnan Changxing untuk Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat (PLAN) China. Bobot benaman penuh 7.500 ton menjadikan Tipe 052D sebagai kapal perusak terbesar kesepuluh di dunia. Kapal pertama dari Tipe 052D, Kunming (172) dijadwalkan akan ditugaskan pada tahun ini.

Tipe 052D berdimensi panjang 155 meter, lebar 18 meter dan diawaki oleh 280 personel. Dipersenjatai dengan close-in weapon system (CIWS)*, senjata 130 mm single-barrel, tabung torpedo, dan sistem peluncur vertikal (vertical launch system/VLS) baru yang mirip dengan VLS MK 41 Amerika Serikat.

Tipe 052D dilengkapi dengan fasilitas pendaratan dan hanggar untuk helikopter, dan dilengkapi dengan sistem propulsi kombinasi diesel atau gas (CODOG) dengan dua mesin turbin gas QC-280 dan dua mesin diesel, memberikannya kecepatan maksimum 30 knot (55,56 km/jam).

Kapal perusak kelas Sovremenny Angkatan Laut Rusia 
memiliki bobot benaman penuh lebih dari 7.940 ton

Kelas Sovremenny-Project 956 Sarych (Rusia)

Kelas Sovremenny-Project 956 adalah jenis salah satu kapal perusak terbesar yang dimiliki Angkatan Laut Federasi Rusia. Galangan kapal Severnaya Verf membangun total 21 kapal perusak kelas Sovremenny yang saat ini masih tersisa 9 unit yang 5 unit dimiliki oleh Angkatan Laut Federasi Rusia dan 4 unit lainnya berada di bawah layanan Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat China.

Perusak kelas Sovremenny memiliki bobot benaman standar 6.500 ton sementara bobot benaman penuhnya 7.940 ton. Sovremenny diintegrasikan dengan berbagai senjata seperti rudal jelajah P-270 Moskit anti kapal, rudal Shtil permukaan ke udara (SAM), empat senjata 130 mm, empat senapan Gatling AK-630, dan peluncur roket RBU-1000 anti kapal selam (ASW), dan dua tabung torpedo kembar 533mm.

Sovremenny dilengkapi dengan sistem propulsi turbin uap GTZA-647, dan empat boiler-nya memberikan kecepatan maksimum 32 knot. Dek pendaratan pada Sovremenny bisa mengakomodasi satu helikopter.

Kapal perusak kelas Daring Angkatan Laut Kerajaan Inggris melintasi Teluk Arab. 
(Kredit foto: Mass Communication Specialist Seaman George M. Bell, U.S. Navy.)

Tipe 45/Kelas Daring (Inggris)

Tipe 45, atau juga dikenal sebagai kelas Daring, adalah kapal perusak kelas baru yang dibangun oleh BAE Systems Surface Ships untuk Angkatan Laut Kerajaan Inggris. Tipe 45 menjadi kapal perusak terbesar dan tercanggih yang dimiliki Angkatan Laut Kerajaan Inggris.

Kapal perusak pertama dari Tipe 45, HMS Daring (D32), ditugaskan pada bulan Juli 2009, dan kapal keenam sekaligus yang terakhir, HMS Duncan (D37), dilantik ke Angkatan Laut Kerajaan Inggris pada bulan September 2013. HMS Daring memiliki bobot benaman penuh lebih dari 8.500 ton dan diawaki oleh 190 personel.

Tipe 45 dipersenjatai dengan sistem pertahanan udara Sea Viper (PAAMS), sistem peluncur vertikal Sylver A50, rudal Aster, rudal Harpoon anti kapal, senjata Mark 8, dua senjata Oerlikon 30 mm, dua Phalanx CIWS, dan senapan mesin. Sistem propulsi integrated electric (IEP) memberikannya kecepatan tertinggi 27 knot.

RFS Admiral Chabanenko, kapal perusak dari kelas Udaloy II Angkatan Laut Federasi Rusia saat latihan FRUKUS 2011. (Kredit foto: Mass Communication Specialist 1st Class Christopher B. Stoltz, U.S. Navy)

Kelas Udaloy II-Project 1155.1 (Rusia)

Udaloy II-Project 1155.1, adalah kelas kapal perusak terbesar dari Angkatan Laut Federasi Rusia, juga sebagai kapal perusak terbesar ketujuh di dunia. Udaloy II merupakan versi upgrade dari kapal perusak Udaloy I anti kapal selam dan memiliki bobot benaman penuh lebih dari 8.900 ton.

Udaloy II diintegrasikan dengan sistem rudal anti kapal, sistem rudal permukaan ke udara Kinzhal dan rudal Kortic, CIWS, torpedo anti kapal selam, dan peluncur roket anti kapal selam. Kapal perusak ini juga dilengkapi dengan dek dan hanggar untuk dua helikopter. Kombinasi gas turbin yang dipasang pada perusak ini memberikannya kecepatan maksimum hingga 32 knot.

Galangan kapal Yantar (Kaliningrad) awalnya dikontrak untuk membangun tiga kapal kelas Udaloy II namun hanya satu yang dibuat, yaitu Admiral Chabanenko yang ditugaskan pada Januari 1999. Dua perusak lainnya dari kelas ini dibatalkan pembangunannya karena masalah pendanaan.

Kapal perusak kelas Kongo Angkatan Laut Bela Diri Jepang 
di Pangkalan Bersama Pearl Harbor-Hickam. 
(Kredit foto:Mass Communication Specialist 2nd Class Jon, U.S. Navy.)

Kelas Kongo (Jepang)

Kapal perusak kelas Kongo memiliki bobot benaman penuh 9.500 ton, dan menjadi kapal perusak terbesar keenam di dunia. Perusak yang dioperasikan Angkatan Laut Bela Diri Jepang (JMSDF) ini diintegrasikan dengan sistem tempur Aegis canggih.

Perusak pertama dari kelas ini, Kongo (DDG-173) mulai ditugaskan pada Maret 1993 dan kapal keempat dan terakhir, Chokai (DDG-176) ditugaskan pada bulan Maret 1998.

Sistem senjata utama Kongo antara lain sistem peluncur vertikal, rudal anti kapal, dua Phalanx CIWS 20 mm, meriam rapid-fire 127 mm, dan dua triple torpedo tubes. Perusak ini didukung oleh sistem propulsi turbin gas yang memberikannya kecepatan maksimum 30 knot.

Kapal perusak kelas Arleigh Burke Angkatan Laut AS 
dalam perjalanan ke Laut Mediterania. (Kredit Foto: U.S.Navy)

Kelas Arleigh Burke/Flight IIA (Amerika Serikat)

Kapal perusak kelas Arleigh Burke (DDG-51), merupakan kapal perusak terbesar saat ini yang dioperasikan Angkatan Laut Amerika Serikat, dan menjadi kapal perusak terbesar kelima di dunia. Perusak yang mulai dioperasikan Angkatan Laut AS pada tahun 1991 ini dilengkapi dengan sistem tempur Aegis.

Perusak ini dibangun oleh Bath Iron Works dan Huntington Ingalls Industries sebanyak 62 kapal dalam tiga varian, yaitu Flight I (DDG 51-71), Flight II (DDG 72-78), dan Flight IIA (DDG 79-112). Pembangunan perusak kelas Arleigh Burke varian Flight III direncanakan pada tahun 2016. Varian Flight IIA (versi terbaru) memiliki bobot benaman penuh 9.648 ton.

Arleigh Burke varian Flight IIA dipersenjatai dengan Standard Missile, rudal ASROC (peluncuran vertikal), rudal Tomahawk, rudal Sea Sparrow, torpedo MK-46, CIWS, dan senjata MK 45. Empat turbin gas LM 2500-30 membuat kapal ini mampu berlayar dengan kecepatan maksimum 30 knot.

Kapal perusak kelas Kee Lung milik Angkatan Laut Republik China (Taiwan).
 (Kredit foto: Ministry of National Defence R.O.C.)

Kelas Kee Lung (Taiwan)

Kapal perusak kelas Kee Lung (aslinya kelas KIDD), merupakan kelas dari empat kapal perusak yang dioperasikan Angkatan Laut Republik China (Taiwan) dan menjadi kapal perusak terbesar keempat di dunia. Kapal-kapal perusak kelas ini awalnya dibuat untuk Angkatan Laut Iran namun kontrak batal dan selanjutnya dibeli oleh Taiwan dan dikirimkan antara tahun 2005-2006. Kelas Kee Lung merupakan kapal perang terbesar kedua milik Angkatan Laut Republik China.

Perusak kelas Kee Lung memiliki bobot benaman standar 6.950 ton dan bobot benaman penuh lebih dari 9.574 ton. Kapal diawaki oleh 363 personel dan dilengkapi dengan sistem komunikasi dan tempur canggih untuk misi-misinya.

Senjata utama Kee Lung adalah dua senjata 127 mm, dua CIWS, dua Mark 32 triple tubes, rudal permukaan ke udara, rudal jarak jauh anti kapal. Perusak ini mampu didarati oleh dua helikopter dan memiliki kecepatan penuh 33 knot.

Kapal perusak kelas Sejongdaewang milik Angkatan Laut Republik Korea saat International Fleet Review. (Kredit foto: Mass Communication Specialist 1st Class Bobbie G. Attaway, U.S. Navy)

Kelas Sejongdaewang/DDH III "Sejong the Great" (Korea Selatan)

Perusak kelas Sejongdaewang atau "Sejong the Great", juga dikenal sebagai DDH-III, adalah kelas kapal perusak baru (total tiga kapal) yang dioperasikan oleh Angkatan Laut Republik Korea (ROKN). Kapal perusak kelas DDH-III menjadi kapal terbesar dalam armada Angkatan Laut Republik Korea dan menjadi satu-satunya kapal perusak Korsel yang menggunakan sistem tempur Aegis. Sejongdaewang memiliki bobot benaman penuh lebih dari 10.000 ton dan diawaki oleh 300 personel.

Perusak DDH-III dikembangkan dibawah program Korean Destroyer eXperimental (KDX). Tiga perusak kelas Sejongdaewang dibangun oleh Hyundai Heavy Industries dan Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering yang mulai dioperasikan antara tahun 2008-2012.

Sejong the Great mengusung senjata Mk-45 Mod 4, Goalkeeper CIWS, rudal anti kapal dan anti pesawat, serta roket dan torpedo anti kapal selam. Perusak ini dilengkapi dengan fasilitas pendaratan untuk dua helikopter dan sistem propulsi kombinasi turbin gas yang memberikan kecepatan maksimum 30 knot.

Kapal perusak kelas Atago Angkatan Laut Bela Diri Jepang kembali ke Pangkalan Bersama Pearl Harbor-Hickam setelah berpartisipasi dalam RIMPAC 2010. (Kredit foto: Mass Communication Specialist 2nd Class N. Brett Morton, U.S. Navy)

Kelas Atago (Jepang)

Bobot benaman penuh lebih dari 10.000 ton dan kapasitas kru 300 personel membuat kapal perusak kelas Atago yang dioperasikan oleh Angkatan Laut Bela Diri Jepang (JMSDF) ini menjadi salah satu kapal perusak terbesar di dunia. Kapal perusak kelas Atago merupakan versi upgrade dari kapal perusak kelas Kongo dan memiliki ukuran panjang 165 meter.

Kapal pertama di kelasnya, Atago (DDG-177), ditugaskan pertama kali pada Maret 2007 dan kapal perusak kedua, Ashigara (DDG-178) mulai dioperasikan sejak Maret 2008.

Sistem senjata kapal perusak kelas Atago antara lain sistem tempur Aegis, Mk-41 VLS, dua meriam 20 mm, Mark 45 Mod 4 127mm gun, rudal anti kapal, dan Type 68 triple torpedo tubes. Perusak ini dilengkapi dengan tempat pendaratan dan hanggar untuk satu helikopter. Sistem propulsi turbin gasnya memberikan kecepatan maksimum 30 knot.

Kapal perusak kelas Zumwalt diluncurkan di galangan kapal General Dynamics Bath Iron Works
 pada bulan Oktober 2013. (Kredit foto: General Dynamics)

Kelas Zumwalt/DDG 1000 (Amerika Serikat)

Kelas Zumwalt adalah kapal perusak multi-misi, saat ini sedang dibangun oleh General Dynamics Bath Iron Works untuk Angkatan Laut Amerika Serikat, menjadi kapal perusak terbesar di dunia yang pernah dibangun dengan bobot benaman penuh 15.656 ton. Pembangunan Zumwalt dimulai pada Februari 2009 dan penyerahan kapal ini ke Angkatan Laut AS dijadwalkan segera pada tahun ini. Kapal pertama di kelasnya, USS Zumwalt (DDG 1000), diluncurkan pada Oktober 2013.

Masing-masing kapal perusak dari kelas Zumwalt akan berdimensi panjang 186 meter, lebar 24 meter, dan diawaki oleh 158 personel -bandingkan jumlah awaknya dengan kapal perusak lain, sangat efisien-. Kapal kombatan permukaan canggih ini dilengkapi dengan fitur siluman dan dapat melakukan operasi di pesisir (litoral) serta melakukan misi perang anti udara, anti kapal selam dan anti permukaan. Perusak ini berlayar dengan kecepatan 30 knot.

Zumwalt dipersenjatai dengan sistem peluncur vertikal 80-cell, dua senjata 155 mm, dan dua Close-In Gun Systems (CIGS) 30 mm. Teknologi kritis seperti all-electric integrated power system dan damage control system juga dilengkapkan pada Zumwalt. Fasilitas penerbangan pada Zumwalt adalah hanggar dan dek penerbangan yang luas.
 
 
 
 
 

Review Pengadaan Kapal Selam Kilo

Kapal Selam Kilo buatan Rusia
Kapal Selam Kilo buatan Rusia
JAKARTA:Indonesia pernah menjadi Negara yang memiliki kekuatan angkatan laut terbesar kedua di Asia. Kekuatannya berintikan Kapal Penjelajah kelas Sverdlov, KRI Irian, yang berbobot 16.640 ton dan berawak 1.270 orang termasuk 60 perwira memiliki 12 meriam raksasa kaliber 6 inci.
Indonesia juga pernah memiliki 12 Kapal Selam (KS) kelas Whiskey, Kapal Tempur kelas Fregat. Sedangkan di udara hadir pembom torpedo Il-28T, heli Mi-4 Anti KS, serta AS 4 Gannet. Namun sayangnya, kondisi Alut Sista saat ini jauh dari kebutuhan untuk menjaga dan mempertahankan Negara.
Kekuatan TNI AL khususnya, kapal perang sebagai inti kekuatan laut saat ini memang menunjukkan jumlah yang cukup besar. Namun, menjadi pertanyaan apakah sudah memenuhi postur pertahanan Negara yang dibutuhkan?

Kapal Republik Indonesia (KRI) berjumlah 132 kapal, KRI, dengan kekuatan utama berupa kekuatan pemukul (Striking Force) terdiri dari 40 KRI yang memiliki persenjataan strategis. Utamanya dua KS jenis Cakra, sejumlah Fregat dan Korvet.


Kapal pemukul TNI AL secara jumlah masih kurang memadai. Apalagi, pada umumnya merupakan kapal hasil refit dan rearm atau diganti mesin penggerak dan persenjataannya, kecuali 4 Korvet kelas SIGMA (Ship Integrated Geometrical Modularity Approach) yang dibeli dalam keadaan baru. Ada juga beberapa Kapal Cepat Roket maupun Kapal Cepat Torpedo produksi dalam negeri yang kecil, dengan kelaikan laut terbatas.

Membangun Kembali Kekuatan TNI-AL
Pembangunan kekuatan pertahanan Negara perlu terus dilakukan untuk menghadapi hakikat ancaman dengan memperhatikan perkembangan lingkungan strategis, kondisi geografis serta tugas pokok. Pada akhirnya mengarah pada penggelaran dan pengerahan kekuatan untuk efek penangkalan serta pada saat diperlukan untuk memenangkan pertempuran dalam mempertahankan keutuhan serta menjaga keamanan Negara RI.

Salah satu isu yang mengemuka saat ini adalah tentang pembelian KS untuk memperkuat kemampuan tempur laut TNI. Pilihan terhadap penambahan KS cukup masuk akal. Ini mengingat kemampuannya sebagai senjata strategis yang memiliki daya tangkal yang memang sangat dibutuhkan di tengah sikap arogan Negara-negara sekitar kita saat ini.

KS merupakan alutsista yang memiliki kerahasiaan tinggi, khususnya terhadap misi yang dijalankan, komposisi, disposisi, serta dalam aspektaktis, kesulitan lawan dalam menentukan posisi tepat KS untuk melakukan tindakan peperangan anti KS.

Ada beberapa tugas yang dapat dikerjakan oleh KS. Antara lain: pengendalian laut, anti KS dan kapalatas air, pengintaian, pendaratan pasukan khusus di pantai lawan, Search and Rescue, intelligence, surveillance, and reconnaissance, dukungan terhadap gugus tempur laut, peperangan ranjau, angkutan barang dan orang yang sangat berharga serta serangan terhadap sasaran di pantai lawan dengan menggunakan peluru kendali.
Beberapa pilihan silih berganti muncul kepermukaan. Beberapa diantaranya adalah jenis Scorpen buatan Prancis, Kilo buatan Rusia, U-209/ 1400 buatan Jerman dan Changbogodari Korea Selatan. Bahkan, tiga KS jenis Changbogodari Korea Selatan akan tiba mulai tahun 2014 atau 2015.

Menjadi pertanyaan, apa jenis dan berapa jumlah KS yang masih kita butuhkan untuk menambah kekuatan yang telah ada saat ini?

Dilihat dari kondisi hidrografi, Indonesia bagian barat berupa perairan dangkal, sedangkan wilayah timur merupakan perairan dalam. Dengan demikian, KS yang dibutuhkan adalah jenis sedang, yang mampu beroperasi di perairan pantai. Di saat sama, juga mampu beroperasi di laut dalam pada wilayah yang cukup jauh dari pangkalan, sekitar 200 mil sampai Zona Ekonomi Eksklusif.

Terdapat 51 negara di dunia yang memiliki KS. Di Asia Tenggara sendiri ada Singapura (Challenger dan Archer), Malaysia (Scorpen), dan untuk kawasan Asia lainnya ada RRC, Jepang, India (Foxtrot, U-209, Kilo, Scorpen, Akula, dan sedang mengembangkan Arihant yang merupakan KS berpeluru kendali dengan tenaga pendorong nuklir).

Kini, ada juga tawaran hibah dari Rusia, yakni dua buah KS jenis Kilo, yang merupakan KS disel listrik. Rencananya, angkatan laut Federasi Rusia akan menggantikan KS kelas Kilo dengan KS Kelas Lada, namun proyek ini ditunda karena ditemukan banyak kelemahan. Menurut buku “Jane’s Fighting Ships 2011-2012”, sebanyak 18 KS Kelas Kilo masuk dalam jajaran kekuatan angkatan laut Federasi Rusia, mulai tahun 1981 sampai 1994.

Artinya, KS kelas Kilo yang paling baru pun sudah dipakai selama sekitar 20 tahun. Dan, kita tidak pernah tahu bagaimana kondisinya saat ini mengingat KS sangat dirahasiakan keadaan dan keberadaannya.
Masih menurut publikasi tersebut, desain badan kapal kelas Kilo walaupun sudah lebih baik dibandingkan kelas Tango yang sudah tidak dipakai lagi oleh Rusia sejak tahun 2010, namun masih ketinggalan (fairly basic) dibandingkan dengan KS desain Barat. Selain itu, diingatkan juga dalam publikasi di atas mengenai baterai kelas Kilo yang telah menjadi sumber masalah dalam operasi di perairan hangat seperti di Negara-negara Asia. Ekspor terbanyak KS kelas Kilo adalah ke India yaitu, sebanyak 10 buah.

Senjata yang Diawaki
Sistem senjata angkatan laut memiliki keunikan, yaitu bukan manusia yang dipersenjatai, melainkan senjata yang diawaki. Dengan demikian, pendidikan awak kapal baik untuk operator maupun mekanik selalu panjang, bertahap, berjenjang dan berlanjut untuk memperkuat kemampuan individu dan terutama mengasah kerjasama tim. Pendidikan calon awak kapal selam lebih lama dibandingkan kapal atas air mengingat faktor kesulitan pengoperasian dan pemeliharaannya.

Di sisi lain, sudah sejak tahun 1970 TNI AL tidak lagi menggunakan KS kelas Whiskey dari Rusia. Dan, sejak tahun 1981 mulai menggunakan KS kelas U 209/ 1300 buatan Jerman. Sistem pendidikan awak KS merupakan faktor utama dalam kesiagaan sistem senjata, dan sudah sejak tahun 1980-an didesain untuk mengawaki KS Negara Barat.

Hibah dua buah KS kelas Kilo rasanya tidak akan menjadikannya sebagai tulang punggung kekuatan kapal selam TNI AL sehingga pendidikan awaknya pun akan mengalami kesulitan. Belum lagi kendala bahasa bagi para awak kapal yang lebih terbiasa dengan bahasa Inggris.

Kemampuan awak kapal merupakan ukuran kesiapan atau readiness, selain tentunya kesiapan teknis. Ditambah dengan kemampuan taktik dan kemampuan alat deteksi dan tingkat modernisasi persenjataan akan merupakan ukuran efektifitas, bahkan efisiensi kekuatan laut. Dengan demikian, selain masalah pelatihan, kesiapan teknis KS Kilo nantinya akan menjadi pertanyaan besar mengingat usia kapal yang rata-rata sudah di atas 20 tahun.

Kita perlu memperhitungkan kesediaan suku cadang yang diperkirakan akan langka dalam hitungan beberapa tahun serta bengkel dan teknis pemeliharaan kapal yang tentunya membutuhkan peralatan dan keahlian tersendiri serta kemungkinan modernisasi mesin pendorong, alat deteksi dan persenjataan, yang walaupun masih memungkinkan secara teknologi diperkirakan akan lebih mahal daripada membeli baru.
Dengan pemikiran di atas, kiranya pemerintah perlu mempertimbangkan kembali pengadaan KS kelas Kilo, yang walaupun merupakan hibah tentunya untuk perbaikan dan modernisasi sensor dan persenjataannya akan menggunakan APBN.

Mungkin program U-209/ 1400 buatan Jerman atau Changbogo Class dari Korea Selatan lebih feasible dalam jangka panjang, terutama bila mesin penggerak dan pendorongnya dikembangkan untuk menggunakan air-independent propulsion(AIP) serta dengan mengupayakan adanya transfer teknologi dalam pemberdayaan indutri kapal nasional.

Dengan pengadaan 12 KS yang relatif sejenis, maka masalah logistik akan menjadi lebih mudah dan murah, serta menjadi kekuatan penangkal yang diperhitungkan.

Rosihan Arsyad * Penulis adalah Laksamana Muda TNI (Purn), Gubernur Sumsel 1998-2013, President United in Diversity Forum, anggota Institute for Maritime Studies danAdvisory Board Member Conservation International Indonesia. (shnews.co /Sinar Harapan)

JKGR

3 Pesawat Baru CN 295 Perkuat Lanud Halim

Untuk itu, Komandan Skadron Udara 2 berharap kepada segenap crew dan personel Skadron Udara 2 agar dapat mengoperasionalkan dan merawat dengan baik

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEioVk4oZWkbtAH5vvOUS9ORtnKoJCq11hyNDHWBWBXmmCTxzxffsxxgahphTWcwIcm9oMGBZOyxLjaz2SUK_HoVBBk0ESOBQHGQgLtEP0P4CQoa1pwYA8cUi6FF6bj0a05570ISsYsXsgo/s1600/C-295M_AM+Zaragueta.jpg 
Jakarta TIGA pesawat angkut sedang jenis CN 295 buatan PT Dirgantara Indonesia (PT DI) diserahkan ke Skadron Udara 2 Lanud Halim Perdanakusuma, untuk memperkuat armada udara setelah selesai dalam pembuatannya, Kamis (9/1/2014) kemarin di halaman Hanggar Skadron Udara 2.

Pesawat baru bernomor ekor A-2903, 2904 dan 2905 tersebut merupakan rangkaian pesanan pemerintah dari total 9 pesawat CN 295 pada PT DI untuk menggantikan Pesawat Fokker 27.

Dua pesanan pertama Pesawat CN 295 telah diserahkan ke Skadron Udara 2 sejak Oktober 2012 lalu.

Dalam sambutannya Komandan Skadron Udara 2 Letkol Pnb Destianto Nugroho Utomo menyampaikan kedatangan tiga pesawat baru CN 295 tersebut akan didayagunakan sebaik-baiknya untuk pelaksaan tugas-tugas Skadron Udara 2 dalam hal angkutan personel dan logistik, penerjunan pasukan dan logistik, evakuasi medis udara, patroli udara terbatas, maupun misi kemanusiaan lainnya.

Untuk itu, Komandan Skadron Udara 2 berharaf kepada segenap crew dan personel Skadron Udara 2 agar dapat mengoperasionalkan dan merawat dengan baik, paparnya.

Rangkaian acara penyerahan pesawat meliputi penyambutan kedatangan pesawat yang sudah diawaki crew Skadron Udara 2, sambutan Komandan Skadron Udara 2, pembacaan doa, pemotongan nasi tumpeng kuning oleh Komandan Skadron, penyerahan pemotongan nasi tumpeng kepada crew Skadron Udara 2 dan ramah tamah.

Hadir dalam kegiatan tersebut pejabat Lanud Halim Perdanakusuma, Komandan satuan di Lanud Halim Perdanakusuma juga teknisi dari PT DI.


Latma Manyar Indopura XIII/2014


Latihan Bersama antara TNI AU dengan Republic Singapore Air Force (RSAF) dengan sandi Manyar Indopura XIII/2014 mulai digelar di Lanud Roesmin Nurjadin, belum lama ini.

Telah datang juga dua pesawat Helikopter Colibry dan satu pesawat Cinook yang mendarat di Lanud Rusmin Nurjadin.

Pada Latihan ini, TNI AU akan melibatkan satu Helikopter Colibry dari Skadron Udara 7 Lanud Suryadharma, Kalijati, dan satu pesawat Helikopter Super Puma dari Skadron Udara 6 Lanud Atang Sanjaya. RSAF sendiri akan melibatkan dua pesawat Helikopter Colibri dari Skadron 124, Sembawang Air Force Base.

Latihan Manyar Indopura merupakan latihan Search And Rescue yang akan berlangsung hingga tanggal 17 Januari 2014 mendatang. Pada pelaksanaannya selain melibatkan Helikopter Colibry dalam upaya evakuasi udara dan Escort udara, Latihan ini juga melibatkan pasukan Batalyon 462 Paskhas dan personil Rumkit Lanud Roesmin Nurjadin.

tni.mil.id

Indobatt “Libas” 5 Trofi dan Medali Emas Bergengsi Biathlon FCR


Indobatt “Libas” 5 Trofi dan Medali Emas Bergengsi Biathlon FCR
PUSPEN TNI (10/1),-  "Semangat juang dan kemampuan prajurit TNI saat mengikuti kejuaraan Biathlon Winter Military Sport yang kami selenggarakan pada 23 Desember 2013 lalu sangat mengagumkan," tutur Force Commander Reserve (FCR), Colonel Loic Mizon, Kamis pagi (9/1) saat menyerahkan Tropi Kejuaraan dan Medali kepada Tim Menembak Indobatt. 
Kelima atlet menembak Pistol Indobatt yang berhasil mengharumkan nama Indonesia yaitu Kapten Inf Yudhison R. Tarigan, Lettu Paskhas Mansyur M. Lettu Inf Bagus Prabowo, Praka Marinir Ngadimin dan Pratu Jufri Trianto.  
Mereka berhasil mempersembahkan satu Tropi dan Medali Emas untuk kategori menembak Pistol beregu serta satu Tropi dan Medali Emas untuk kategori menembak Pistol perorangan yang diraih oleh Praka Marinir Ngadimin. 
Sedangkan kelima atlet menembak Senapan Indobatt yang juga berhasil mengibarkan bendera Merah Putih di Markas FCR UN Posn 9-1, yaitu Serda Agus Darwanto, Praka Ronal Mardian, Praka Joko Harsanto, Praka Alan Lawae, dan Pratu Sumadi. 
Tim Menembak Senapan berhasil mempersembahkan satu Tropi dan Medali Emas untuk ketegori menembak Senapan beregu serta satu Tropi dan Medali Emas untuk kategori menembak senapan perorangan yang diraih oleh Serda Agus Darwanto. 
Komandan Satgas Indobatt XXIII-H/UNIFIL Letkol Inf M. Asmi yang sedang berada di UNIFIL HQ Naqoura, menunjuk Kasi MIO (Military Information Officer) Mayor Marinir Jan Risa untuk mewakili Beliau saat penyerahan Tropi dan Medali mengucapkan rasa bangga atas jerih payah dan perjuangan yang telah ditunjukkan oleh para atlet menembak Indobatt sehingga berhasil mengangkat martabat Indonesia di dunia Internasional.