Pages

Monday, 6 January 2014

Pasukan Elit Indonesia DENJAKA Cepat, Diam, Mematikan.

Foto: Pasukan Elit Indonesia DENJAKA Cepat, Diam, Mematikan.

Pengenalan DENJAKA

Detasemen Jala Mangkara 
(disingkat Denjaka) adalah sebuah
detasemen pasukan khusus TNI 
yang menempati Hirarki tertinggi
dalam jajaran Korps Marinir dan 
TNI-AL. Denjaka dibentuk 
berdasarkan instruksi Panglima 
TNI kepada Komandan Korps 
Marinir No Isn.01/P/IV/1984 tanggal 
13 November 1984. Denjaka 
merupakan satuan gabungan 
antara personel Kopaska dan 
Taifib Korps Marinir TNI-AL.
Denjaka terdiri dari :
1. Satuan markas Detasemen
2. Satuan tim markas
3. Satuan tim teknik
4. Tiga tim tempur.

Aktifitas DENJAKA 

Segala aktifitas Denjaka 
bersifat rahasia dan sangat 
jarang dipublikasikan. Sebagai
unsur pelaksana, prajurit 
Denjaka dituntut memiliki 
kesiapan operasional, mobilitas
kecepatan, kerahasiaan, dan 
pendadakan yang tertinggi. 
medan operasi yang berupa 
kapal-kapal, instalasi lepas pantai
dan daerah pantai. Disamping itu 
juga memiliki keterampilan 
mendekati sasaran melalui laut, 
bawah laut dan vertikal dari udara.

Latihan DENJAKA

Mereka dikenal sangat tangguh
di medan operasi sebagaimana 
para “saudara” lainnya, pasukan
khusus di matra darat dan udara
Kemampuan Denjaka tak hanya 
dapat bertempur, tapi juga 
berperan sebagai satuan intelijen 
tempur yang handal. Pendidikan 
hampir 9 bulan dihabiskan untuk 
menciptakan pasukan Intai Amfibi 
yang handal, cepat dan rapih dalam
menyelesaikan suatu misi khusus.

Misi DENJAKA

Tak heran manuver dan gerakan 
personel Denjaka dalam operasi 
klandestein membuat musuh 
kewalahan. Denjaka mampu 
bertempur di darat, laut, udara 
dan bawah permukaaan air. 
Mereka juga memiliki skill yang 
dimiliki pasukan Kopaska dan 
Linud (setingkat Parako) untuk 
menjalankan misinya di TNI. 
Denjaka juga biasa di libatkan 
untuk pengamanan 
Presiden (Paspampres).

Suud Rusli (Gambar 6)

Mantan anggota Marinir yang 
sudah 2x berhasil kabur dari sel 
tahanan POM Lantamal II 
Jakarta merupakan salah seorang
penyandang baret Denjaka. 
Karena itu, untuk meringkus 
Suud yang telah membunuh 
Direktur PT Asaba Boediharto 
Angsono dan pengawalnya Edy 
Siyep (prajurit kopassus) 19 Juli 
2003 Jajaran pimpinan TNI 
Angkatan Laut mengerahkan 
hampir satu peleton tim gabungan.
TNI-AL sadar bahwa Suud adalah
salah seorang prajurit Denjaka yang 
mempunyai kemampuan luar biasa,
dan memiliki keahlian dalam 
menembak jitu. Sebagai anggota 
Denjaka, dia mempunyai pengalaman
dalam berbagai operasi khusus. 
Untuk melukiskan kemampuan 
Denjaka, ada yang menganggap
kemampuan satu pasukan 
Denjaka setara dengan sepuluh 
prajurit TNI biasa.
Para pemburu Suud tak mau 
gegabah, meski sasarannya sudah
diketahui pasti. Kehati hatian tim 
pemburu yang sebagian juga 
anggota Denjaka tersebut berhasil 
menembak mati Suud di Jalan 
Sumbersari, Desa Sumbersari, 
Kota Malang, Tahun 2007 lalu. 
Pada saat penyergapan terjadi, 
Suud berhasil menembak 3 orang
tim pemburu yang tergabung dalam
unsur TNI/POLRI, dan beruntung 
masih bisa tertolong. Namun Suud 
sendiri tewas dengan luka tembak
didada dan paha. Menghadapi Suud 
bukanlah hal yang mudah karena 
dia mantan pasukan khusus yang 
mempunyai kemampuan lebih dari 
pada prajurit Marinir biasa. Itulah 
gambaran bahwa lulusan pendidikan
Denjaka disegani sekaligus ditakuti.
Mereka adalah pasukan inti di 
Kesatuan Marinir yang mempunyai 
kemampuan di atas rata-rata. 
Kemampuan tersebut diraih setelah
ditempah melalui pendidikan yang 
sangat ketat serta melewati ujian
yang sangat berat.

Seleksi DENJAKA 

Tidak heran, di antara ratusan 
prajurit yang mengikuti seleksi 
pendidikan Denjaka, hanya sekitar
 50 an orang yang diterima. 
Mereka akan dilatih keras di 
kawah candradimuka di Situbondo
Tahun-tahun sebelumnya, sering 
hanya belasan prajurit yang 
memenuhi syarat. Mereka yang 
tak lulus dikembalikan ke 
kesatuannya semula. Setelah 
masuk tahap seleksi ke II, Tidak 
semua yang mengikuti pendidikan
tersebut lolos. beberapa di antara
mereka dimungkinkan akan 
dikembalikan ke kesatuannya karena 
tidak mampu mengikuti pendidikan.

Performa DENJAKA

Selain fisik prima, calon Denjaka 
juga dituntut memiliki IQ tinggi. 
Sebab, pasukan elite yang sering 
digunakan untuk penyusupan di 
daerah operasi itu harus mampu 
menghadapi berbagai masalah, 
baik secara individu maupun kelompok

Diklat DENJAKA 

Selama menjalani pendidikan. 
Teori di kelas hanya 20 persen. 
Selebihnya di lapangan, seperti 
hutan, laut, bahkan udara. 
Mereka harus mempunyai
kemampuan terbaik di darat, 
laut, dan udara. Mereka dituntut 
mampu melaksanakan tugas 
rahasia secara sempurna. Untuk 
mencapai semua itu, diperlukan 
pendidikan yang sangat keras 
dan ketat. Mereka harus mampu
menyusup dengan terjun payung
bergerak lincah di laut dengan daya 
tahan tinggi, serta survive di darat
Mereka ditempah di tengah ombak 
ganas di Laut Banyuwangi, yang 
biasanya menghanyutkan perahu 
nelayan. Dengan tangan dan kaki 
diikat, para prajurit tersebut 
dibuang ke laut ganas itu. Mereka 
harus mampu bertahan sekaligus 
menyelamatkan diri.“Latihan mereka
cukup berat. Kaki dan tangan
diikat pun bisa hidup.

Latihan Alam DENJAKA
Kenapa sampai demikian? 
Bila sewaktu-waktu prajurit 
trimedia (menguasai medan 
darat, laut, dan udara) itu 
dibuang ke laut dalam keadaan
tangan dan kaki terikat oleh 
musuh, mereka akan mampu 
menyelamatkan diri. Setelah
 melawan ombak besar di laut, 
mereka juga dituntut bertahan 
hidup di hutan tanpa perbekalan 
sedikit pun. Untuk menguji daya 
tahannya itu, para prajurit terpilih
tersebut dilepas di tengah hutan 
dengan hanya bermodalkan garam.
Air minum pun tidak diperkenankan
dibawa. Selebihnya, cari sendiri
di hutan. Latihan itu dilakukan
di Alas Purwo. Di sana, mereka 
dilepas untuk melatih ketahanan 
fisik dan kemampuan per orangan.

Latihan Bertahan Hidup DENJAKA

Di tengah hutan, mereka harus 
bertahan berhari-hari. Mereka 
tak jarang hanya makan binatang
buas, seperti ular. Bila mampu 
menangkap monyet, hewan itu 
pulalah yang disantap. Selama tiga 
hari tiga malam, mereka tidur di 
tengah hutan rimba tersebut. 
Kadang-kadang, juga lebih.

Latihan Tempur DENJAKA

Itu semua belum cukup. 
Soal pukul-memukul oleh 
instruktur untuk melatih 
mental bukanlah hal aneh 
di kalangan mereka. Mereka 
benar-benar harus siap mental 
dan fisik. Begitu kerasnya, 
tidaklah heran kalau di awal pendidikan
itu, ada yang mengundurkan diri.

Latihan Udara DENJAKA

Untuk latihan udara, mereka 
bukan lagi dilatih terjun tempur 
seperti prajurit biasa. Kalau terjun
tempur, begitu keluar dari pintu 
pesawat, payung sudah terbuka. 
Tapi, Denjaka dilatih terjun bebas
Yang menarik, terjun bebas itu 
tidak saja dilakukan siang, tapi 
juga tengah malam. Dengan begitu
bila sewaktu-waktu masuk ke sasaran
 musuh, mereka tidak harus lewat 
darat atau laut yang mudah 
dideteksi lawan. Para Denjaka juga 
bisa diturunkan dari pesawat dengan
ketinggian yang sulit terdeteksi musuh

Pasukan Anti-Teror DENJAKA

Untuk menghindari pendeteksian 
musuh, mereka harus piawai 
menyelam. Dengan menggunakan
 kompas, sambil menghitung 
derajat daerah sasaran, para 
Denjaka harus bisa muncul di titik
yang tepat. Itu baru tahap latihan
Bila pelantikan atau dikenal dengan 
pembaretan, mereka harus jalan
kaki siang malam. Itu sering 
dilakukan Banyuwangi-Surabaya. 
Mereka dilepas di Banyuwangi dan
diperintahkan kumpul di Surabaya
dalam waktu yang ditentukan. Bila
naik kendaraan dan ketahuan 
instruktur, hukuman berat bakal 
dirasakan. Baretnya pun bakal 
tak hinggap di kepala.

Rae_

Pengenalan DENJAKA

Detasemen Jala Mangkara   (disingkat Denjaka) adalah sebuah  detasemen pasukan khusus TNI yang menempati Hirarki tertinggi dalam jajaran Korps Marinir dan  TNI-AL. Denjaka dibentuk
berdasarkan instruksi Panglima  TNI kepada Komandan Korps  Marinir No Isn.01/P/IV/1984 tanggal 13 November 1984. Denjaka  merupakan satuan gabungan  antara personel Kopaska dan  Taifib Korps Marinir TNI-AL Denjaka terdiri dari :
1. Satuan markas Detasemen
2. Satuan tim markas
3. Satuan tim teknik
4. Tiga tim tempur.

Aktifitas DENJAKA

Segala aktifitas Denjaka  bersifat rahasia dan sangat  jarang dipublikasikan. Sebagai unsur pelaksana, prajurit  Denjaka dituntut memiliki  kesiapan operasional, mobilitas kecepatan, kerahasiaan, dan  pendadakan yang tertinggi.  medan operasi yang berupa  kapal-kapal, instalasi lepas pantai dan daerah pantai. Disamping itu  juga memiliki keterampilan  mendekati sasaran melalui laut,  bawah laut dan vertikal dari udara.

Latihan DENJAKA

Mereka dikenal sangat tangguh di medan operasi sebagaimana  para “saudara” lainnya, pasukan khusus di matra darat dan udara Kemampuan Denjaka tak hanya  dapat bertempur, tapi juga  berperan sebagai satuan intelijen  tempur yang handal. Pendidikan  hampir 9 bulan dihabiskan untuk  menciptakan pasukan Intai Amfibi  yang handal, cepat dan rapih dalam menyelesaikan suatu misi khusus.

Misi DENJAKA

Tak heran manuver dan gerakan  personel Denjaka dalam operasi  klandestein membuat musuh  kewalahan. Denjaka mampu  bertempur di darat, laut, udara  dan bawah permukaaan air.  Mereka juga memiliki skill yang dimiliki pasukan Kopaska dan  Linud (setingkat Parako) untuk  menjalankan misinya di TNI.
Denjaka juga biasa di libatkan  untuk pengamanan  Presiden (Paspampres).

Suud Rusli (Gambar 6)

Mantan anggota Marinir yang  sudah 2x berhasil kabur dari sel  tahanan POM Lantamal II  Jakarta merupakan salah seorang penyandang baret Denjaka. Karena itu, untuk meringkus  Suud yang telah membunuh  Direktur PT Asaba Boediharto  Angsono dan pengawalnya Edy  Siyep (prajurit kopassus) 19 Juli  2003 Jajaran pimpinan TNI  Angkatan Laut mengerahkan  hampir satu peleton tim gabungan. TNI-AL sadar bahwa Suud adalah salah seorang prajurit Denjaka yang mempunyai kemampuan luar biasa, dan memiliki keahlian dalam  menembak jitu. Sebagai anggota  Denjaka, dia mempunyai pengalaman dalam berbagai operasi khusus.  Untuk melukiskan kemampuan  Denjaka, ada yang menganggap kemampuan satu pasukan  Denjaka setara dengan sepuluh  prajurit TNI biasa. Para pemburu Suud tak mau  gegabah, meski sasarannya sudah diketahui pasti. Kehati hatian tim  pemburu yang sebagian juga  anggota Denjaka tersebut berhasil  menembak mati Suud di Jalan  Sumbersari, Desa Sumbersari,  Kota Malang, Tahun 2007 lalu. Pada saat penyergapan terjadi,  Suud berhasil menembak 3 orang tim pemburu yang tergabung dalam
unsur TNI/POLRI, dan beruntung masih bisa tertolong. Namun Suud  sendiri tewas dengan luka tembak didada dan paha. Menghadapi Suud  bukanlah hal yang mudah karena  dia mantan pasukan khusus yang
mempunyai kemampuan lebih dari pada prajurit Marinir biasa. Itulah gambaran bahwa lulusan pendidika
Denjaka disegani sekaligus ditakuti. Mereka adalah pasukan inti di Kesatuan Marinir yang mempunyai  kemampuan di atas rata-rata. Kemampuan tersebut diraih setelah ditempah melalui pendidikan yang
sangat ketat serta melewati ujian yang sangat berat.

Seleksi DENJAKA

Tidak heran, di antara ratusan  prajurit yang mengikuti seleksi  pendidikan Denjaka, hanya sekitar 50 an orang yang diterima.  Mereka akan dilatih keras di  kawah candradimuka di Situbondo Tahun-tahun sebelumnya, sering  hanya belasan prajurit yang  memenuhi syarat. Mereka yang  tak lulus dikembalikan ke  kesatuannya semula. Setelah  masuk tahap seleksi ke II, Tidak  semua yang mengikuti pendidikan tersebut lolos. beberapa di antara mereka dimungkinkan akan dikembalikan ke kesatuannya karena  tidak mampu mengikuti pendidikan.

Performa DENJAKA

Selain fisik prima, calon Denjaka  juga dituntut memiliki IQ tinggi.  Sebab, pasukan elite yang sering  digunakan untuk penyusupan di  daerah operasi itu harus mampu  menghadapi berbagai masalah,  baik secara individu maupun kelompok

Diklat DENJAKA

Selama menjalani pendidikan.  Teori di kelas hanya 20 persen.  Selebihnya di lapangan, seperti  hutan, laut, bahkan udara.  Mereka harus mempunyai kemampuan terbaik di darat,  laut, dan udara. Mereka dituntut mampu melaksanakan tugas  rahasia secara sempurna. Untuk  mencapai semua itu, diperlukan  pendidikan yang sangat keras  dan ketat. Mereka harus mampu menyusup dengan terjun payung bergerak lincah di laut dengan daya  tahan tinggi, serta survive di darat Mereka ditempah di tengah ombak  ganas di Laut Banyuwangi, yang  biasanya menghanyutkan perahu  nelayan. Dengan tangan dan kaki  diikat, para prajurit tersebut  dibuang ke laut ganas itu. Mereka  harus mampu bertahan sekaligus menyelamatkan diri.“Latihan mereka cukup berat. Kaki dan tangan diikat pun bisa hidup.

Latihan Alam DENJAKA

Kenapa sampai demikian?  Bila sewaktu-waktu prajurit  trimedia (menguasai medan  darat, laut, dan udara) itu  dibuang ke laut dalam keadaan tangan dan kaki terikat oleh  musuh, mereka akan mampu  menyelamatkan diri. Setelah melawan ombak besar di laut, mereka juga dituntut bertahan  hidup di hutan tanpa perbekalan sedikit pun. Untuk menguji daya  tahannya itu, para prajurit terpilih tersebut dilepas di tengah hutan  dengan hanya bermodalkan garam. Air minum pun tidak diperkenankan dibawa. Selebihnya, cari sendiri di hutan. Latihan itu dilakukan di Alas Purwo. Di sana, mereka dilepas untuk melatih ketahanan
fisik dan kemampuan per orangan.

Latihan Bertahan Hidup DENJAKA

Di tengah hutan, mereka harus  bertahan berhari-hari. Mereka  tak jarang hanya makan binatang buas, seperti ular. Bila mampu  menangkap monyet, hewan itu  pulalah yang disantap. Selama tiga  hari tiga malam, mereka tidur di tengah hutan rimba tersebut.  Kadang-kadang, juga lebih.

Latihan Tempur DENJAKA

Itu semua belum cukup.  Soal pukul-memukul oleh  instruktur untuk melatih  mental bukanlah hal aneh
di kalangan mereka. Mereka  benar-benar harus siap mental  dan fisik. Begitu kerasnya,  tidaklah heran kalau di awal pendidikan itu, ada yang mengundurkan diri.

Latihan Udara DENJAKA

Untuk latihan udara, mereka  bukan lagi dilatih terjun tempur  seperti prajurit biasa. Kalau terjun tempur, begitu keluar dari pintu  pesawat, payung sudah terbuka.  Tapi, Denjaka dilatih terjun bebas Yang menarik, terjun bebas itu  tidak saja dilakukan siang, tapi  juga tengah malam. Dengan begitu bila sewaktu-waktu masuk ke sasaran musuh, mereka tidak harus lewat  darat atau laut yang mudah  dideteksi lawan. Para Denjaka juga bisa diturunkan dari pesawat dengan ketinggian yang sulit terdeteksi musuh

Pasukan Anti-Teror DENJAKA

Untuk menghindari pendeteksian  musuh, mereka harus piawai  menyelam. Dengan menggunakan kompas, sambil menghitung  derajat daerah sasaran, para  Denjaka harus bisa muncul di titik yang tepat. Itu baru tahap latihan Bila pelantikan atau dikenal dengan  pembaretan, mereka harus jalan kaki siang malam. Itu sering  dilakukan Banyuwangi-Surabaya. Mereka dilepas di Banyuwangi dan diperintahkan kumpul di Surabaya dalam waktu yang ditentukan. Bila naik kendaraan dan ketahuan  instruktur, hukuman berat bakal
dirasakan. Baretnya pun bakal tak hinggap di kepala.