Pages

Thursday, 28 May 2015

Latihan Pemeliharaan Raider

Prajurit Batalyon Raider 112 Kodam Iskandar Muda mengikuti latihan pemeliharaan dengan menggunakan helikopter di Ujong Pancu, Kecamatan Peukan Bada, Kabupaten Aceh Besar, Aceh, Kamis (28/5/15). Latihan pemeliharaan Raider yang melibatkan 578 prajurit bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan kemampuan serta keterampilan yang di miliki prajurit agar siap menghadapi berbagai tugas yang bersifat khusus.

Prajurit Batalyon Raider 112 Kodam Iskandar Muda mengikuti latihan pemeliharaan dengan menggunakan helikopter di Ujong Pancu, Kecamatan Peukan Bada, Kabupaten Aceh Besar, Aceh, Kamis (28/5/15). Latihan pemeliharaan Raider yang melibatkan 578 prajurit bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan kemampuan serta keterampilan yang di miliki prajurit agar siap menghadapi berbagai tugas yang bersifat khusus. (Antara)

Koarmabar Laksanakan Patroli Kamla di Perairan Indonesia Barat

Koarmabar Laksanakan Patroli Kamla di Perairan Indonesia Barat
KRI Kobra-867 sedang melaksanakan patroli rutin di kawasan perairan wilayah kerja Koarmabar

Unsur-unsur kapal perang jajaran Komando Armada RI Kawasan Barat (Koarmabar) masing-masing KRI Sutedi Senoputra-378, KRI Wiratno-379, KRI Kobra-867 dan unsur-unsur KAL dan Patkamla Lanal Jajaran Koarmabar melaksanakan patroli rutin sepanjang tahun di kawasan perairan wilayah kerja Koarmabar, selama sepekan ini.
Adapun kehadiran unsur-unsur kapal perang TNI Angkatan Laut dan KAL serta Patkamla di wilayah perairan tersebut, diharapkan dapat menekan tingkat tindak pelanggaran di laut dan memberikan rasa aman bagi para pengguna laut.

Dalam patroli keamanan laut ini, KRI Sutedi Senaputra-378 berhasil memeriksa dua kapal ikan berbendera Indonesia yakni KM Maharani Nusantara pada posisi 04 26 00 U – 106 57 55 T dan KM Maharani Sejati pada posisi 04 02 15 LT – 106 49 15 T. Hasil pemeriksaan kedua kapal tersebut tidak diketemukan adanya pelanggaran, sehingga selanjutnya kapal tersebut dijinkan melanjutkan pelayaran.

Sementara itu, KRI Wiratno-379 pada posisi 05 23 45 U – 097 25 15 T memeriksa KM Putra Silaban-08, jenis kapal ikan berbendera Indonesia. Saat diperiksa, nahkoda kapal menunjukkan dokumen lengkap, selanjutnya kapal diijinkan melanjutkan aktivitas.

Sedangkan KRI Kobra-867 memeriksa dua kapal yakni KM Nakaviota pada posisi 05 49 54 S – 106 24 18 T, jenis kapal penangkap ikan dan berbendera Indonesia serta memeriksa KM Citra Express-02 pada posisi 05 57 42 S – 106 05 18 T. Setelah diperiksa, kedua kapal tersebut diijinkan melanjutkan pelayaran dari Muara Baru ke Fishing Ground karena tidak diketemukan pelanggaran.

Selain itu, unsur KAL dan Patkamla Lanal Palembang juga memeriksa empat kapal antara lain KM Pulau Karimun pada posisi 05 57 42 S – 106 05 18 T, TB Daya-21/TK.DBS-21 jenis Tug Boat/Tongkang pada posisi 02 12 64 LS – 104 55 14 BT, TB Entse Star 20/TK Finincia-36, jenis Tug Boat/Tongkang pada posisi 02 41 21 LS – 104 56 80 BT dan TB Golden Milenium II/TK Milenium Star, jenis Tug Boat/Tongkang pada posisi 02 22 37 S – 104 57 249 T. Kapal-kapal tersebut saat diperiksa KAL 8-3-26/Gombora tidak diketemukan adanya pelanggaran dan selanjutnya diijinkan melanjutkan perjalanan karena surat-surat dan dokumen lengkap.

Sedangkan Lanal Dabo Singkep melalui Patkamla II.4.47 pada posisi 00 12 09 U – 104 15 00 T memeriksa KM Cahaya Kurnia, jenis Cargo, kebangsaan Indonesia. Setelah diperiksa, kapal tersebut dilengkapai dengan surat-surat dan dokumen yang sah. Selanjutnya, kapal diijinkan melanjutkan pelayaran dari Batan tujuan Dabo Singkep. (JMOL)

Bahas Pertahanan Maritim, Pangarmabar Kunjungi Royal Australian Navy

Bahas Pertahanan Maritim, Pangarmabar Kunjungi Royal Australian Navy

Panglima Armada RI Kawasan Barat (Pangarmabar) Laksda TNI A.Taufiqoerrachman melakukan kunjungan ke Royal Australian Navy Sea Power Centre, Canberra, Australia, beberapa hari lalu. Dalam kunjungannya itu, Pangarmabar menjelaskan peran strategis Koarmabar dalam konsep poros maritim dunia.

“Salah satu pilar pembangunan maritim dalam konsep poros maritim dunia ialah adanya pertahanan maritim dimana dalam tugas itu, Armabar turut berperan dalam mengamankan perairan Indonesia bagian barat,” ungkap Pangarmabar.

Selain itu, Pangarmabar juga menyinggung peran universal Angkatan Laut di antaranya constabulary dan diplomasi yang dilakukan oleh Koarmabar dalam meredakan ketegangan di Laut China Selatan dan evakuasi pengungsi Rohingya.

“Dalam constabulary, Armabar turut terlibat dalam upaya pemberantasan illegal fishing dan pelanggaran-pelanggaran hukum yang dilakukan oleh aktor non negara di perairan barat Indonesia. Sedangakan dalam diplomasi, Armabar turut mengerahkan kapal perangnya di perbatasan Laut China Selatan khususnya di daerah Natuna dalam menjaga kedaulatan NKRI,” sambungnya.

Pangarmabar dalam kunjungannya didampingi oleh Komandan Gugus Tempur Armabar (Danguspurlabar) Laksma TNI Choky Hutabarat dan Staf Asrena Kasal Letkol Laut (P) Salim yang sudah 3 bulan berada di Canberra dalam misi melaksanakan penelitian tentang penyusunan konsep dasar Doktrin Maritim dan Strategi Maritim Indonesia bersama Sea Power Centre-Australia
Kunjungan rombongan Pangarmabar itu disambut dengan hangat oleh Director Sea Power Centre Captain Mike Macarthy. Dalam pengakuannya, Direrektur Sea Power Centre sangat merespons dan mendukung upaya Koarmabar dalam menjalankan perannya untuk mendukung visi presiden.

“Kami sangat mendukung langkah-langkah yang dilakukan Armabar dalam menjalankan poros maritim dan menjaga perdamaian kawasan,” ungkapnya.

Pertemuan kedua petinggi Angkatan Laut dari masing-masing negara itu dalam nuansa brotherhood yang sudah menjadi ciri khas Angkatan Laut di dunia. Selanjutnya pertemuan diakhiri dengan ramah tamah dan saling memberi cinderamata dari kedua Angkatan Laut. (JMOL)

TNI AU Akan Gelar Operasi Militer Bersama Tentara Udara Malaysia

TNI AU Akan Gelar Operasi Militer Bersama Tentara Udara Malaysia  
Rapat pembahasan operasi di Lanud Adisutjipto. (Ist) 
 
Yogyakarta - TNI Angkatan Udara dan Tentara Udara Diraja Malaysia (TUDM) akan menggelar operasi militer bersama. Operasi milter udara bersama Indonesia dan Malaysia kali ini menjadi yang ke-31 kalinya.

"Operasi udara kedua negara antara Indonesia dan Mayasia telah terlangsung 30 kali, dan untuk tahun ini rencananya akan menjadi yang ke-31," demikian keterangan tertulis yang diterima detikcom dari Lanud Adisutjipto, Kamis (28/5/2015).

Latihan bersama ini diberi nama Malindo (Malaysia dan Indonesia). Pembahasan mengenai operasi ini berlangsung di Lanud Adisutjipto. Tim perancang operasi udara kedua negara terus mematangkan rencana-rencana operasi bersama ini. Belum disebutkan kapan pastinya operasi militer udara ini akan dilaksanakan.

Rapat pembahasan rencana operasi militer udara bersama ini akan berlangsung dari tanggal 26-29 Mei 2015. Menurut rencana hasil dari pembahasan rapat tersebut akan dilaksanakan sepanjang tahun 2015. Sasaran atau wilayah yang menjadi fokus antara lain Selat Malaka, Kepulauan Ranai, hingga Kuching dan juga daerah Semenanjung Kalimantan bagian utara.

‎"Seperti tahun-tahun sebelumnya kerjasama operasi militer akan difokuskan kepada kerjasama pengamatan dan pengawasan daerah perbatasan. Operasi pemotretan udara daerah terluar dan tukar-menukar informasi berkenaan dengan keamanan wilayah perbatasan," imbuhnya.

Operasi militer ini dilaksanakan di perbatasan wilayah udara Malasia danIndonesia. Pimpinan delegasi Indonesia diwakili oleh Kolonel Pnb Anang Nurhadi Susilo beserta 9 tim dari Sopsau.

Sedangkan dari pihak TUDM dipimpin oleh Mej Jend Dato Hj Abdul Mutalib Bin Datuk Hj AB Wahab dengan jumlah delegasi 9 orang. Dalam pembicaraan, Malaysia berharap untuk memudahkan kerjasama dengan Indonesia salah satunya dengan mengintensifkan komunikasi

Sehingga apabila ada kejadian di daerah pengamatan maka kedua belah pihak langsung bekerjasama.

Perwakilan dari Indonesia juga menyampaikan harapannya atas kerjasama ini.

“Jangan sampai daerah yang menjadi perhatian kita bersama malah dihuni pihak-pihak yang tidak bertangungjawab untuk mengadu domba kita. Kita sudah bersitegang malah orang lain dengan leluasa bergerak,” ujar wakil dari Waasops Kasau Kol Pnb Anang Nurhadi. (Detik)

Respons Bangga Bos Pindad atas Kemenangan TNI dalam Lomba Tembak di Australia

Respons Bangga Bos Pindad atas Kemenangan TNI dalam Lomba Tembak di Australia
Bandung - Tim Indonesia merengkuh kemenangan mutlak dalam lomba tembak internasional di Australia. Patut dibanggakan, Tim TNI AD menggengam senjata buatan PT Pindad sewaktu menjuarai Australian Army Skill at Arms Meeting (AASAM) 2015. Bagaimana respons Direktur Utama PT Pindad Simy Karim?

"Ini bukti kalau Indonesia unggul. Unggul kemampuan skill penembak, amunisi dan senjatanya," kata Simy di kantor Pindad, Jalan Gatot Subroto, Kota Bandung, Jawa Barat, Kamis (28/5/2015).

Lomba berlangsung pada 20-23 Mei 2015. Indonesia mengungguli sang tuan rumah Australia serta Amerika Serikat. Tim TNI AD sukses meraih 30 medali emas, 16 perak dan 10 perunggu. Angkatan Darat Australia menduduki peringkat kedua dengan raihan 4 medali emas, 9 perak dan 6 perunggu. Posisi ketiga disabet Amerika yang mengantongi 4 medali emas, 1 perak dan 2 perunggu.

Selama perhelatan yang mengharumkan nama Indonesia, tim menggunakan 4 jenis senjata. Yaitu senjata buatan dalam negeri produksi PT Pindad jenis SS-2 V-4 Heavy Barrel dan pistol G-2 (Elite&Combat) dari PT Pindad, senapan SO-Minimi buatan Belgia, senapan GPMG (General Purpose Machine Gun) buatan Belgia, dan senjata sniper AW buatan Inggris.

Simy mengaku bangga senjata produksi Pindad menjadi saksi sejarah prestasi bergengsi di kancah internasional. Sekaligus ajang pembuktian kalau Pindad sebagai produsen senjata berkualitas terbaik yang patut diperhitungkan oleh mata dunia.

"Kita akan terus dengungkan ini untuk kebanggaan bangsa juga," ujar Simy singkat.(Detik)

Anggota Kopassus Ini Jadikan Tentara Brunei Lebih Hebat dari Malaysia dan Singapura



ANDAL: Sertu Pardal. (Ilham Dwi/Jawa Pos)
ANDAL: Sertu Pardal. (Ilham Dwi/Jawa Pos)
Banyak hal yang harus diperbaiki untuk meningkatkan kemampuan tim tersebut. Menu latihan ekstrem akhirnya ditambah. Pardal mengajak Tim Rifle berlatih di kolam renang. Bukan berenang biasa, tetapi menyelam di kedalaman 2,5–3,5 meter selama mungkin. ’’Ini untuk melatih pernapasan,’’ tuturnya.

Anggota Tim Rifle pun mencoba latihan itu. Mereka menyelam bersama tanpa mengeluh. Tetapi, sesaat kemudian, satu per satu mereka menyembul ke permukaan. Setelah 1 menit, Pardal tinggal sendirian di dasar kolam. Barulah 30 detik kemudian, dia naik ke permukaan. ’’Mereka ternyata hanya mampu kurang dari satu menit,’’ katanya.

Lagi-lagi, banyak hal yang harus diperbaiki. Bukannya mengendurkan tensi latihan, Pardal malah terus menaikkannya. Kali ini, tim harus masuk ke kolam ’’neraka’’ untuk lari sprint di dalam air. Pardal memperagakan lebih dahulu lari sprint di dalam air itu. Dia memang bisa berlari di dalam air.
Akhirnya, giliran belasan anggota Tim Rifle yang mencoba. Mereka langsung mengambang ke permukaan setelah tiga langkah lari. Semua menu latihan itu terus dilakukan berulang-ulang. ’’Pokoknya sampai teler,’’ ujar Pardal bercanda.

Namun, menu latihan ala Kopassus tersebut membuat beberapa anggota Tim Rifle mulai tidak tahan. Beberapa di antara mereka menyerah. ’’Mereka sempat cerita ke saya ingin keluar dari tim,’’ ujarnya.
Apalagi ada perbedaan besar di militer Brunei. Anggota Tim Rifle dianggap belum berprestasi sehingga kurang dihargai dan tidak mendapat kompensasi dalam karir. ’’Kalau di Indonesia, masuk tim menembak, karirnya bisa lebih cepat. Tetapi, berbeda di Brunei,’’ tuturnya.

Masalah itu tidak membuat Pardal kehilangan akal. Dia terus berupaya agar anak didiknya tetap bersemangat. ’’Saya yakin, kalau berprestasi, tentu ada imbal baliknya,’’ tegas anggota TNI yang saat ini bertugas di Papua Barat tersebut.

Setelah sepuluh bulan, stamina Tim Rifle mulai naik drastis. Terutama teknik pernapasan yang begitu penting untuk menembak. Pardal menuturkan, pernapasan sangat penting agar penembak tidak goyang saat membidik dan menembak. ’’Semua menu latihan itu dilakukan selama sepuluh bulan,’’ jelasnya.

Akhirnya, tiba giliran untuk menguji hasil latihan tersebut dalam kompetisi internasional AARM 2013 di Myanmar. Sebelum 2013, Brunei selalu berada di papan dasar klasemen tembak di AARM. ’’Sebelumnya selalu di nomor delapan di antara sepuluh negara yang ikut menembak,’’ ujarnya.

Tetapi, kali ini berbeda. Kesiapan setelah berlatih bersama anggota Kopassus membuat tim Brunei sangat percaya diri. Setelah total dalam mengikuti lomba prestisius tersebut, tidak disangka, Tim Rifle Brunei mampu menempati posisi keempat setelah Indonesia, Filipina, dan Thailand. ’’Kali ini, mereka melampaui Malaysia dan Singapura yang biasanya di atas Brunei,’’ tuturnya.

Padahal, target mereka hanya lima besar AARM. ’’Tugas saya melatih menembak dan mendapatkan prestasi bagi Tim Rifle telah selesai,’’ ujar Pardal.

Setelah AARM 2013, tugas Pardal di Brunei juga usai. Saat akan pulang ke Indonesia, dia mendapat ucapan terima kasih dari semua orang. Bukan hanya Tim Rifle, pejabat militer Brunei setingkat KSAD juga memuji dan berterima kasih. ’’Memang, saya harus kembali, tentunya untuk mengabdi ke ibu pertiwi,’’ tegasnya.

Danjen Kopassus Mayjen Doni Manardo menuturkan, pengiriman anggota Kopassus ke luar negeri merupakan bentuk kerja sama antar pemerintah. Biasanya, negara lain meminta dikirimi seorang pelatih. ’’Kopassus yang sering diminta,’’ ungkapnya.

Pengiriman prajurit sebagai tenaga pelatih itu tentu bisa meningkatkan hubungan antara angkatan bersenjata setiap negara. Doni menyatakan, hubungan yang baik diperlukan agar ke depan bisa saling membantu. ’’Ini program yang baik dan perlu dilanjutkan,’’ ujarnya.

Penunjukan Pardal sebagai pelatih militer untuk Brunei bukan tanpa sebab. Lelaki yang telah 18 tahun bergabung dalam Kopassus itu memiliki segudang prestasi. Di Kopassus, dia merupakan salah seorang penembak terbaik. ’’Saya di kesatuan sering juara. Saya juga pernah ikut AARM beberapa tahun lalu dan juara,’’ paparnya.

Lelaki berusia 37 tahun itu mengingat, dalam setiap lomba di kesatuan maupun antarnegara, dirinya selalu mendapat medali. ’’Sering menang, mulai juara pertama hingga ketiga,’’ ungkapnya. (JPNN)

Tenggelamkan Kapal Nelayan, TNI AL Diejek Negara Sebelah

TNI AL menenggelamkan sejumlah kapal asing di perairan Kepri, Rabu (20/5).
TNI AL menenggelamkan sejumlah kapal asing di perairan Kepri, Rabu (20/5).

JAKARTA -- Kebijakan Menteri Perikanan dan Kelautan Susi Pudjiastuti yang menggandeng Mabes TNI AL untuk penenggelaman kapal nelayan asing dinilai kurang tepat. Pasalnya, TNI AL berfungsi sebagai penjaga kedaulatan dan pertahanan NKRI. Sebagai unsur kombatan, TNI AL tidak selayaknya menjadi eksekutor dalam penenggelaman kapal ikan.

"Kami diejek AL negara tetangga, beraninya sama kapal nelayan. Ini menurunkan kredibilitas AL sendiri," kata Kepala Staf Komando Armada Indonesia Kawasan Barat (Koarmabar) Laksamana Pertama Amarulla Octavian dalam diskusi tentang maritim Indonesia yang dihelat Institut Keamanan dan Keselamatan Maritim Indonesia (IK2MI) di Jakarta, Rabu (27/5). Hadir sebagai pemateri lainnya adalah Ketua IK2MI (Purn) Laksamana Madya Didik Heru Purnomo dan Koordinator Front Nelayan Bersatu, Bambang Wicaksana.

Octavian mengakui, bukan menjadi tugas bagi TNI AL dalam penenggelaman kapal nelayan. Kalau pun pemerintah mau menenggelamkan kapal asing yang mencuri ikan di Indonesia, ia menyarankan agar hal itu dilakukan Kementerian KKP atau Badan Keamanan Laut (Bakamla), yang bertugas menegakkan hukum di laut.
Karena mendapat perintah dari presiden sebagai pemimpin tertinggi, ungkap dia, TNI AL siap melaksanakan perintah untuk terlibat penenggelaman kapal. "Kami setuju untuk melepaskan fungsi penegakam hukum di laut. Kami bisa serahkan ke Bakamla, kalau sudah berfungsi sebagai coast guard. AL tak perlu menangkap dan menenggelamkan kapal kategori perikanan," kata alumnus Akademi Angkatan Laut 1988 tersebut.

Selain itu, Octavian juga menyinggung tentang permasalahan Laut Cina Selatan yang diklaim pemerintah Cina. Padahal, langkah Cina itu bisa membuat sebagian Laut Natuna yang masuk Republik Indonesia menjadi bagian wilayah Cina. Dia pun mempertanyakan argumen pemerintah Cina yang mengklaim Laut Cina Selatan berdasarkan pelayaran armada Cheng Ho.
"Soal dinamika Laut Cina Selatan. Cina kalim laut dari jalur pelayaran Cheng Hoo. Mengapa tidak sekalian diklaim saja laut Afrika dan Laut Jawa? Kan Cheng Ho juga pernah ke Semarang?" ujarnya.

Bahkan, menurut informasi yang didapatkannya, beberapa kali kapal milik pemerintah Cina sudah memasuki batas Laut Natuna. Kejadian itu menurutnya tak bisa dibiarkan.
Dia pun menyarankan agar pemerintah segera membangun pangkalan dan sistem deteksi dini guna di pulau terluar guna mengamankan batas wilayah laut yang bersinggungan dengan Laut Cina Selatan. Hal itu juga sebagai langkah untuk mengamankan wilayah RI yang disebut memiliki cadangan minyak besar tersebut.

Ketua IK2MI (Purn) Laksamana Madya Didik Heru Purnomo mengingatkan, pemerintah untuk tidak menempuh jalan konfrontatif terkait klaim Laut Cina Selatan. Dia menyarankan agar pemerintah lebih baik terus mengupayakan dialog agar potensi di Laut Cina Selatan bisa memberikan kemakmuran bagi Indonesia dan Cina.
Terkait seringnya kapal Cina masuk perbatasan laut RI, ia menyebut bahwa itu bukan kapal perang yang sengaja ingin melanggar kedaulatan wilayah. Kapal itu berlayar sampai ke ujung perbatasan karena ingin menjaga nelayan Cina yang mencari ikan di Laut Cina selatan.(REPUBLIKA.CO.ID)

Nexter Perancis Bangga Terlibat dalam Modernisasi Alutsisita TNI AD

Jakarta, Merupakan suatu kehormatan dan kebanggaan tersendiri bagi pemerintah Perancis khususnya perusahaan Nexter System Perancis (pembuat meriam artileri 155 mm) jika Menhan RI dapat menyasikan langsung proses penyerahan peralatan howitzer yang akan dilakukan di pabrik Nexter Perancis dalam waktu dekat, sebelum dikirim ke Indonesia.

Demikian disampaikan CEO Nexter System Perancis Mr. Michael Joseph Duckworth saat bertemu dengan Menhan Ryamizard Ryacudu di kantor Kemhan Jakarta, Rabu (27/5). Dalam pertemuan tersebut, perusahaan Nexter System Perancis merasa bangga dan terhormat dapat terlibat langsung dalam modernisasi alutsisita TNI AD.

Lebih lanjut dikatakannya bahwa perkembangan kontrak dan pemberian perangkat howitzer berjalan sesuai rencana dan sesuai waktu yang telah ditentukan. Meskipun Nexter menyediakan seluruh peralatan namun proses pengadaan hingga pengiriman (delivery) tidak terlepas dari bantuan dan dukungan Kemhan serta pihak yang terkait dengan pengadaan howitzer ini.

Fase pertama yang telah dilaksanakan yaitu terkait dengan pelatihan, tahap selanjutnya adalah transfer of technology yang akan dilaksanakan di Bandung dan akan dilakukan dengan partner lokal yaitu PT Pindad. Terkait kontrak howitzer, Ceo Nexter berharap kerjasama ini dapat dilakukan dengan TNI AD khususnya dengan artileri untuk jangka waktu yang panjang.(DMC )

Ketika Ruang Kerjasama Dibuka Luas


Kunjungan Menhan RI Ryamizard Ryacudu ke AS melintasi Lautan Pasifik singgah di Hawaii baru kemudian ke Washington DC tanggal 07 sampai dengan 15 Mei 2015 bukanlah sekedar kunjungan basa basi. Di Hawaii Menhan bertemu dengan dua komandan Pasifik yaitu komandan Armada dan komandan Angkatan Darat, dua komando yang bertanggung jawab terhadap gejolak dan huru hara keamanan di sepertiga cekungan bumi.
Intinya adalah AS tentu harus terus menerus merayu  Indonesia sebagai bumper utama jika terjadi huru hara di Laut Cina Selatan (LCS). Cara AS menghadapi musuh atau saingannya adalah dengan membentuk aliansi pertahanan atau aliansi serang lawan.  Selalu bernuansa keroyokan, begitu gayanya, hampir tak pernah berkelahi sendirian dan tak pernah jua berkelahi di rumah sendiri. Nah Indonesia harus diajak untuk ikut dalam barisan aliansinya.
Armada laut Indonesia, harus selalu siap sedia
Kali ini lawan potensial yang bakal di hadapi di “hari kemudian” adalah Cina,   sosok naga yang makin menunjukkan taring kekuatan ekonomi dan militer yang tak terbendung lagi.  Musuh masa depan AS yang sesungguhnya adalah Cina.  Itu sebabnya mulai tahun kemarin AS secara bertahap memindahkan perangkat dan armada militernya ke kawasan Asia Pasifik sampai mencapai 60% kekuatan yang ada di seluruh dunia.
Indonesia sebagai pemilik teritori kepulauan yang memisahkan Lautan Pasifik dan Lautan India punya peran strategis untuk operasi militer skala besar di LCS jika huru-hara itu benar-benar terjadi.  Oleh sebab itu para pemikir strategis AS tentu harus memperhitungkan posisi Indonesia yang luas itu sebagai penyekat dan benteng untuk menghadapi Cina. Australia juga sangat berkepentingan dengan bumper yang bernama Indonesia itu sehingga dia harus baik-baik dan tahan diri.
Saat ini kerjasama pertahanan dengan AS diperluas.  Ada kerjasama konsultasi manajemen pertempuran modern, ada kerjasama cyber war, ada kerjasama pelatihan personel militer, ada kerjasama antar kesatuan militer. AS juga tak pelit lagi menjual alat tempur modernnya seperti helikopter Apache dengan rudal hellfirenya, jet tempur F16 dengan rudal Air to Air dan Air to Surface.  Kemudian ada Heli Chinook dan tawaran F16 blok 60 dan kapal perang OHP Class.
Pembangunan pangkalan militer Cina di LCS
Skenario jika terjadi huru hara di LCS bagi AS dan Australia adalah memanfaatkan teritori Indonesia sebagai medan lintasan armada laut, lintasan jet-jet tempur dan pembom strategis dari selatan. Lebih penting dari itu khasiatnya adalah jangan sampai Indonesia terhasut dengan Cina, jangan sampai Indonesia dipeluk Cina, jangan sampai Indonesia digendong Cina, jangan sampai Indonesia masuk dalam blok Cina. Posisi netral adalah posisi yang paling minimalis di mata AS.
Oleh sebab itu ruang luas untuk kerjasama militer dibuka AS untuk Indonesia. Silakan mau pilih kerjasama model apa, namanya juga lagi mengambil hati.   Ditawarkan kapal perang OHP Class masih jual mahal gak papa, ditawarkan F16 blok mutakhir masih mikir gak papa, ditawarkan PC3 Orion masih merem melek gak papa.  Yang penting ente ikutlah dengan barisan kami sebagai perisai garis depan, begitu yang ada dalam pikiran Pentagon. AS sudah mewanti-wanti bahwa konflik LCS bukan konflik kelas teri dan konflik itu ada di depan halaman kita.
AS, Australia, Jepang, Korsel sejatinya adalah kekuatan pemukul yang mampu menghancurkan kekuatan militer Cina jika terjadi perang terbuka.  Tetapi dengan kondisi sekarang model yang paling disukai adalah dengan model proxy war, mendorong “pelanduk” untuk tampil ke depan sementara si “gajah” petintang petinting di belakang.  Lalu memperbanyak sekutu sebanyak mungkin agar resiko tidak ditanggung sendiri alias ditanggung rame-rame.  Jadi gak rugi sendiri.
Pemikir-pemikir strategis Indonesia sesungguhnya paham dengan dinamika itu.  Ingin berdiri ditengah serba salah karena arena ring pertempuran terimbas ke wilayahnya. Ingin jadi wasit di tengah ring tinju sengketa belum menunjukkan kemampuan diplomasinya, salah-salah malah bisa menjadi korban dari salah seorang petinju. Tetapi kita meyakini bahwa pada saatnya Jakarta bisa memilih yang terbaik dari posisi netralnya saat ini.
Suhu tinggi di LCS hari-hari belakangan ini sangat terasa.  Pengintaian yang dilakukan oleh pesawat Poseidon AS di LCS disikapi dengan reaksi keras oleh Cina.  Pembangunan pangkalan militer Cina di LCS dipastikan akan menciutkan nyali negara lawan klaimnya.  Hanya AS yang mampu menandingi kekuatan Cina. Maka untuk menjawab kemarahan Cina sehubungan dengan insiden Poseidon beberapa hari yang lalu, Juli nanti akan dilakukan latihan militer gabungan antara AS, Australia dan Jepang di LCS melibatkan puluhan ribu pasukan dan berbagai alutsista teknologi terkini.
Kita berpendapat Jakarta harus cepat mengambil langkah antisipatif terhadap kondisi sekitar Natuna yang demamnya semakin meninggi. Perkuatan militer harus dipercepat. Natuna harus dibenahi segera, apakah itu perluasan pangkalan AL dan AU. Percepat pengiriman alutsista. Kapal-kapal perang sekelas Destroyer atau Fregat diperbanyak. Manfaatkan ruang kerjasama militer dengan AS seluas-luasnya. Jangan sampai telat mikir atau berpikir pola makelar.
Tanpa bermaksud mendramatisir, cuaca LCS itu bisa meledak setiap saat.  Segeralah bertindak, perkuat Natuna, perkuat Riau, perkuat Kalimantan.  Mana tuh Kogabwilhan, statusnya masih terdengar mulu, belum terdaftar apalagi diakui atau disamakan.  Masih jauh kan padahal “Belanda” sudah dekat.  Jangan sampai niat awal yang tulus untuk memperkuat “bangsaku” dalam perjalanan kemudian yang terjadi justru memperkuat “bank saku”. (analisisalutsista)

Bakamla Bangun Tujuh Zona Maritim

Bakamla akan bangun tujuh zona maritim
Laksdya TNI Desi Albert Mamahi
Tujuh zona maritim yang akan dibangun, yakni di Sumatera Utara, Sumatera Barat, Cilacap, Makassar, Balik Papan, Natuna, Sorong, dan Marauke."
Jakarta - Badan Keamanan Laut (Bakamla) akan menambah pangkalan atau zona maritim yang tersebar di wilayah perairan Indonesia dengan membangun tujuh zona maritim guna mendukung sektor keamanan di laut.

Kepala Bakamla, Laksamana Madya Maritim Desi Albert Mamahit kepada wartawan di Kantor Bakamla, Jakarta, Rabu, mengatakan, saat ini Bakamla sudah memiliki tiga zona maritim yang berada di Manado, Batam, dan Ambon, namun pada awal tahun depan akan ditambahkan tujuh zona lagi.

"Tujuh zona maritim yang akan dibangun, yakni di Sumatera Utara, Sumatera Barat, Cilacap, Makassar, Balik Papan, Natuna, Sorong, dan Marauke. Ini masih tentatif kita masih melakukan survei dan lokasi di sejumlah wilayah lagi. Kita masih pertimbangkan lagi untuk lebih pastinya. Di Sabang itu penting juga," katanya.

Namun, menurut dia untuk pengadaan pangkalan maritim pihaknya masih terkendala masalah aset dan infrastruktur. Hal itu hingga saat ini masih akan dipersiapkan dalam waktu dekat.

"Setiap pangkalan akan dipimpin oleh eselon dua atau setara bintang satu," ucapnya.

Menurut dia, setiap pangkalan maritim akan terdapat stasiun radar jarak jauh dan satelit untuk menunjang operasi. Selain itu, akan juga dilengkapi peralatan surveillance dan informasi dari satelit, yang bisa memantau siapa saja yang memasuki perairan Indonesia.

Bakamla juga akan melakukan operasi Nusantara V dan Operasi Nusantara VI yang fokus di wilayah Tengah, Timur dan Barat.

"Operasi di wilayah barat, kita akan melakukan patroli di Natuna, wilayah tengah di Laut Sulawesi, dan di wilayah timur di Laut Arafura. Ini dilakukan untuk menjaga keamanan di laut dari aksi-aksi ilegal, seperti pencurian ikan, people smugling, penyelundupan baranf, penyelundupan bahan bakar dan lainnya," kata Albert Mamahit.

Tak hanya itu, Bakamla juga masuk dalam satuan tugas untuk membantu pengungsi Rohingya yang berada di Aceh.

Perkuat Alutsiskamla

Selain penambahan pangkalan maritim, lanjut Mamahit, Bakamla juga bakal menambah sejumlah alat utama sistem keamanan dan keselamatan laut (alutsiskamla) yang saat ini masih minim, yakni hanya memiliki kapal patroli berukuran 48 meter.

"Pada akhir tahun ini, kami akan memesan tiga kapal patroli. Bakamla juga akan dapat hibah dari TNI AL sebanyak 10 kapal. Kita juga dijanjikan didukung dari Kepolisian, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dan Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai (KPLP). Mereka dukung kehadiran bakamla dengan memberikan dua unit kapal patroli. Harapan sampai lima tahun ke depan paling tidak Bakamla memiliki 30-40 kapal patroli," paparnya.

Selain itu, sejak dua bulan lalu Bakamla sedang membangun kapal berukuran 110 meter di Batam, yang berfungsi memantau wilayah laut hingga wilayah Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) dan laut lepas.

"Kita perlukan kapal besar, untuk mendukungoperasional kita bisa sampai ZEE dan laut bebas. Kapal itu bisa didarati helikopter. Sehingga jangkauan pantauan semakin luas. Tentunya juga akan menyiapkan pesawat tanpa awak dan pesawat intai amfibi yang bisa mendarat di laut yang sedang di buat oleh Institut Teknologi Bandung," tutur Mamahit yang baru dilantik sebagai Kepala Bakamla RI.

Selain penguatan alutsista, Bakamla juga akan memperkuat sumber daya manusia, dengan merekrut para ahli teknologi dibidangnya untuk menjaga wilayah perairan.

Untuk peningkatan SDM bakamla juga membangun Akademi Keamanan dan Keselamatan Laut, yang sudah dimulai sejak tahun ini. "Pendaftaran mulai bulan Juli 2015. Kuliah bulan September 2015. Sementara gedung kita pinjam dari Akademi Angkatan Laut di Surabaya. Sambil secara bertahap bangun area pendidikan kita sendiri," ujarnya.

Sehingga diharapkan muncul SDM yang berkualitas untuk menjaga mengawal wilayah laut Nusantara, dimana saat ini Bakamla memiliki 500 personil.

"Dalam waktu lima tahun diharapkan bisa mencapai 2000 personil," tutupnya. (Antara)

Jaga Laut China Selatan, Tiongkok Siagakan Nuklir

Jaga Laut China Selatan, Tiongkok Siagakan Nuklir Tiongkok merilis dokumen pertahanan terbaru, mengungkap peningkatan kekuatan di Laut China Selatan menyusul upaya mata-mata dari beberapa negara, termasuk Amerika Serikat. 
 
Beijing, Pemerintah Beijing akan meningkatkan pertahanan laut mereka, salah satunya dengan menyiagakan nuklir, terutama di wilayah Laut China Selatan yang diperebutkan berbagai negara. Hal ini diungkapkan dalam dokumen pertahanan terbaru Negeri Tirai Bambu.

Diberitakan Reuters, dalam dokumen kebijakan yang dikeluarkan Dewan Negara, kabinet pemerintahan Partai Komunis, Selasa (26/5), China berkomitmen meningkatkan pertahanan laut serta mengkritik "tindakan provokasi" yang dilakukan banyak negara lain di laut sengketa.

Dokumen ini dirilis seiring ketegangan yang terus meningkat antara China dengan negara-negara Asia lain yang juga mengklaim wilayah Laut China Selatan. China, salah satunya, dituduh memperkuat klaimnya di perairan tersebut dengan melakukan reklamasi laut.

Pemerintah Tiongkok mengecam AS setelah pesawat mata-mata Pentagon terlihat terbang di terumbu karang Laut China Selatan pekan lalu. Baik AS dan China saling tuduh memprovokasi dan menyebabkan ketidakstabilan di kawasan.

Akibat peristiwa pekan lalu, Tiongkok dalam dokumen terbarunya fokus pada peningkatan pertahanan udara dengan kekuatan militer yang lebih besar.

Pertahanan nuklir

China juga akan meningkatkan pertahanan nuklir mereka sebagai tameng atau serangan balasan dengan menggunakan roket jarak-menengah dan jauh.  China adalah satu dari lima negara pemilik senjata nuklir yang diatur oleh Traktar Proliferasi Nuklir. Selain China, pemilik nuklir lainnya adalah Amerika Serikat, Inggris, Prancis dan Rusia.

Disebutkan militer juga akan memperkuat keamanan di wilayah-wilayah yang dinilai kritis dan memiliki kepentingan China yang besar. Tidak disebutkan tepatnya dimana wilayah-wilayah tersebut.

Wilayah Laut China Selatan diklaim oleh empat negara lainnya selain China, yaitu Vietnam, Filipina, Malaysia, Taiwan dan Brunei. Wilayah ini diyakini kaya minyak dan gas serta merupakan jalur pelayaran dengan nilai perdagangan senilai US$5 triliun setiap tahunnya.

Menurut Yang Yujun, juru bicara Kementerian Pertahanan China, peningkatan keamanan dilakukan untuk mencegah aksi mata-mata di Laut China Selatan. Selain itu, ujar dia, reklamasi laut adalah hak China di wilayah mereka. Yang menegaskan, ada beberapa negara yang ikut campur masalah di Laut China Selatan dan membesar-besarkan permasalahan. Hal ini termaktub dalam dokumen tersebut.

"Beberapa negara sibuk mencampuri masalah Laut China Selatan, beberapa negara melakukan pengawasan udara dan laut serta memata-matai China," ungkap dokumen itu, diduga kuat merujuk pada Amerika Serikat dan sekutunya.(CNN)

Banyak Tentara Australia tak Siap Mental Hadapi Pertempuran

Banyak tentara Australia tidak memiliki kesiapan mental untuk menghadapi situasi menegangkan seperti pertempuran. Mereka pada umumnya tidak siap menghadapi situasi di bawah tekanan tinggi.
Demikian terungkap dalam survei yang diadakan Southern Cross University dan Griffith University terhadap 100 tentara Australia. Survei dibiayai oleh Army Research Australia.

Survei menemukan sebagian tentara memiliki modal psikologis dan sanggup menghadapi situasi di bawah tekanan tinggi.
Survei menemukan kebanyakan tentara Australia tidak siap mental hadapi pertempuran. (Foto: Defence Force).
Survei menemukan kebanyakan tentara Australia tidak siap mental hadapi pertempuran.

Namun Prof. Yvonne Brunetto dari Southern Cross University kepada ABC menjelaskan, sebagian besar tentara yang disurvei tidak memiliki kesiapan mental tersebut.

Ia mengatakan, Angkatan Bersenjata Australia (ADF) mengirim prajurit ke medan perang tanpa persiapan yang matang.

"Mereka tidak akan mengirim prajurit ke medan perang tanpa persenjataan yang layak," kata Prof. Brunetto.

"Makanya, mereka seharusnya juga tidak mengirim prajurit tanpa kesiapan psikologis yang memadai," tambahnya.

Riset yang dimulai tahun lalu itu menemukan adanya korelasi kuat antara kesiapan mental dan kemampuan menangani situasi di bawah tekanan.

"Banyak tentara kita yang tidak memiliki modal psikologis tersebut," ujar Prof. Brunetto.

Namun demikian, ia mengatakan bahwa kesiapan dan kekuatan mental itu ternyata bisa diajarkan.
Pihak Southern Cross University rencananya akan meniru program yang dijalankan di Amerika Serikat untuk kepentingan itu.

"Kurang dari satu dekade silam kita percaya bahwa kekuatan mental seseorang itu dibawa sejak lahir. Jika anda tidak memilikinya, maka tidak ada cara untuk mendapatkannya," kata Prof. Brunetto.(radioaustralia)

KRI Bung Tomo Tembakkan Rudal Exocet ke Eks KRI Kupang di Laut Jawa 28 Mei

KRI Bung Tomo Tembakkan Rudal Exocet ke Eks KRI Kupang di Laut Jawa 28 Mei
Jakarta - KRI Bung Tomo-357 akan menembakkan rudal Exocet MM-40 Blok II ke eks KRI Kupang di perairan Laut Jawa 28 Mei. Kapal Multi Role Light Frigate (MRLF) KRI Bung Tomo (TOM)-357 dengan Komandan Kapal Kolonel Laut (P) Yayan Sofiyan yang kini masuk jajaran Satuan Kapal Eskorta Koarmatim, merupakan kapal terbaru milik TNI AL.

Kadispenarmatim Letkol (KH) Maman Sulaeman dalam siaran pers menyatakan, KRI Bung Tomo-357 sudah bertolak dari Dermaga Koarmatim Surabaya menuju Laut Jawa pada Rabu (27/5/2015). Selain KRI Bung Tomo-357, bertolak KRI Diponegoro-365 serta KRI Surabaya-591 sebagai kapal markas.

"Di dalam kapal markas tersebut telah onboard Pangarmatim Laksamana Muda TNI Darwanto, Komandan Guspurlatim Laksamana Pertama TNI ING Ariawan selaku Komandan Gugus Tugas Penembakan dan staf pendukung lainnya. Kepala Staf Koarmatim Laksamana Pertama TNI Mintoro Yulianto beserta para Kasatker Koarmatim melepas keberangkatan unsur-unsur tersebut dari Dermaga Koarmatim Ujung," tulis Maman, Rabu (27/5/2015).

Dalam penembakan rudal Exocet tersebut juga melibatkan sembilan kapal perang jajaran Koarmatim. Sembilan kapal yang terlibat dalam latihan penembakan tersebut di antaranya adalah kapal selam KRI Nanggala-402.

Sedangkan website TNI AL menyebutkan, penembakan senjata tersebut juga dalam rangka penyiapan KRI Bung Tomo-357 yang akan tergabung pada Satgas MTF XXVIII-H UNIFIL di Libanon dalam waktu dekat ini. Penembakan rudal Exocet MM-40 Blok II, selain untuk meningkatkan kemampuan tempur unsur-unsur TNI AL juga diharapkan mampu menimbulkan dampak penangkalan (Deterrence Effect) baik bagi Negara maupun non negara (State Actor and Non State Actor) yang akan mengganggu kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. (Detik)

Dua Anggota TNI Disandera Kelompok Bersenjata di Papua


 Pangdam XVII Cenderawasih Mayjen TNI Fransen Siahaan mengaku dua anggota TNI yang bertugas di Enarotali sejak Selasa (26/5/2015) malam disandera oleh kelompok bersenjata.

"Saya sudah mendapat laporan tentang dua anggota TNI yang disandera kelompok bersenjata di Enarotali," ujarnya kepada Antara di Jayapura, Rabu (27/5/2015).

Saat ini, pihaknya masih melakukan koordinasi dengan Pemda Paniai, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan kepolisian untuk membebaskan kedua anggota yang bertugas di Koramil Kamopa itu. Berdasarkan laporan yang diterima, kejadian itu berawal saat kedua anggota itu bersama warga lainnya berbelanja dengan menggunakan perahu motor (speed boat).

Awalnya ada satu warga sipil yang ikut disandera bersama anggota TNI, yakni Elda Sanadi yang bekerja sebagai guru di SD Inpres Kamopa namun saat ini sudah dibebaskan.

"Informasi dilepasnya guru SD itu dari keluarganya yang mendapat telepon dari kelompok bersenjata," kata Siahaan.

Ia menjelaskan sesaat setelah menerima laporan itu komandan koramil setempat kembali menelepon ke nomor itu yang kemudian dijawab, "Kedua anggota TNI sudah dimasak".

Jenderal bintang dua itu berharap, penyandera segera melepas kedua anggota TNI yang saat insiden tidak membawa senjata api. Kedua anggota TNI yang disandera itu, masing masing Serda Lery, anggota Koramil Komopa dan Prada Sholeh, anggota Kostrad 303/Raider.

Sementara di Distrik Mulia, Kabupaten Puncak Jaya, kelompok bersenjata dilaporkan menembak lima orang warga sipil yang ditembak  di kampung Purleme. Tiga korban hingga kini masih dirawat di RSUD Mulia.

Data yang dihimpun Antara, Rabu pagi mengungkapkan, dua korban lainnya yakni Pengga Enumbi dilaporkan meninggal dan Marthen Tandipayung luka ringan. Ketiga korban yang dirawat intensif masing-masing Yulianus Tandidatu, Alfred Tandipayung, Suryanto Tandipayung.

Penembakan yang terjadi Selasa (26/5/2015) sekitar pukul 23.45 WIT itu diduga dilakukan KKB dengan menembaki rumah warga. Hingga Rabu pagi ini belum ada keterangan resmi dari pihak kepolisian. (Antara)

Satuan Kapal Eskorta Koarmabar Adakan Latihan Komunikasi

Satuan Kapal Eskorta Koarmabar Adakan Latihan Komunikasi
Satuan Kapal Eskorta

Perwira Staf Operasi Satuan Kapal Eskorta Komando Armada RI Kawasan Barat (Pasops Satkor Koarmabar) Mayor Laut (P) Gurtom Fartianto mewakili Komandan Satkor Koarmabar (Dansatkorarmabar) Kolonel Laut (P) Rachmad Jayadi membuka Latihan Komunikasi TW II TA. 2015 di Ruang Serbaguna Satkor Koarmabar, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Senin (25/5) lalu.

Menurut Dansatkorarmabar, pelaksanaan latihan ini mempunyai maksud dan tujuan sebagai sarana untuk meningkatkan kemampuan para pengawak komunikasi dalam melaksanakan tugas sesuai dengan prosedur operasional teknis dan taktis guna mendukung kesiapan operasi Koarmabar dalam menunjang kesiapsiagaan operasi untuk melaksanakan tugas-tugas Koarmabar.

Selanjutnya Dansatkorarmabar mengatakan, kegiatan latihan ini agar dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan berpedoman pada standar operasi prosedur agar tujuan serta sasaran latihan dapat tercapai dengan maksimal. Perhatikan dan utamakan keselamatan personel berikut material yang digunakan sehingga program zero accident dapat tercapai.

Mengakhiri amanatnya, Dasatkorarmabar menekankan setiap peserta latihan agar serius dan semangat dalam semua kegiatan sehingga dapat meningkatkan keterampilan sebagai prajurit matra laut guna tercapainya sasaran latihan ini. Adapun kegiatan latihan antara lain meliputi simaphore, isyarat lampu bidik dan isyarat bendera. Direncana latihan tersebut berlangsung dari tanggal 25 Mei sampai dengan 29 Mei 2015 serta diikuti oleh 50 personel Bintara dan Tamtama Satkor Koarmabar.

Satuan Kapal Eskorta Koarmabar merupakan satuan kapal perang di bawah binaan Koarmabar.

Sesuai dengan jumlah armada, Indonesia memiliki dua Satkor, yakni yang berada di Jakarta dibawah binaan Koarmabar dan di Surabaya di bawah binaan Koarmatim.(JMOL )

Malaysia Kaji Pembelian Jet Tempur Gripen

Kuala Lumpur – Tentera Udara Diraja Malaysia (TUDM) masih menilai tawaran syarikat penerbangan Sweden, SAAB berhubung pembelian 16 buah pesawat pejuang Gripen NG sebagai aset tambahan kepada unit pertahanan udara negara.

Timbalan Presiden SAAB, Thomas Lindén berkata, perkembangan kerjasama masih di peringkat awal dan TUDM sedang menilai tawaran bersama-sama DRB-Hicom, selaku rakan kongsi tempatan.
“Dengan perkembangan semasa Malaysia berhubung pembentangan Rancangan Malaysia Ke-11 (RMK-11), kami berharap urusan jual beli antara SAAB dengan TUDM dapat direalisasikan melalui peruntukan dalam aset ketenteraan bagi Kementerian Pertahanan.

“Pesawat pejuang Gripen NG yang sebelum ini pernah mengambil bahagian dalam Pameran Udara dan Maritim Antarabangsa Langkawi (LIMA) telah menerima maklum balas positif dan mewujudkan minat di semua peringkat,” katanya kepada selepas menghadiri seminar Sistem Pertempuran Udara di sini hari ini.
Gripen
Gripen

Seminar yang berlangsung selama dua jam tersebut disampaikan Ketua Jurutera dan Pengurus Produk SAAB, Knut Övrebö di Dewan Bestari, Universiti Pertahanan Nasional Malaysia (UPNM) itu turut dihadiri Naib Canselor UPNM, Jeneral Tan Sri Zulkifli Zainal Abidin.

Gripen NG dilengkapi sistem pertempuran dan pelancar peluru yang canggih dan boleh ditempah mengikut spesifikasi dikehendaki serta merupakan antara pesawat terawal yang memberi fokus kepada pertempuran di medan udara.

Sementara itu, Duta Sweden ke Malaysia, Bengt Carlsson berkata, syarikat Sweden telah banyak menyumbang kepada pertumbuhan ekonomi Malaysia dan berharap kerjasama dengan negara ini dapat ditingkatkan dalam bidang pertahanan pula pada masa akan datang. (JKGR)

Roket Antitank Rusia Kornet-D


Pembuatan kompleks roket antitank Kornet di Biro Konstruksi Instrumen (BKI) Tula telah dimulai sejak awal era 1990-an. Foto: Alexei Filippov/TASS
Kompleks roket antitank Kornet-D terdiri dari dua peluncur roket otomatis dan sistem kendali. Salah satu keunggulan utama tank pengangkutnya ialah memiliki daya jelajah yang baik dan tingkat pelindungan lapis baja (kelas IV) tertinggi di antara kendaraan sejenis. Pada saat melakukan mobilisasi, roket-roket antitank tersebut disembunyikan dalam korpus (badan) mobil, sehingga sulit membedakan kompleks roket antitank ini dengan mobil jip biasa. Kompleks ini juga mampu beralih ke moda siap tempur dalam waktu tujuh detik.

Sistem pengendali tembakan Kornet-D bekerja secara otomatis. "Operator melacak sasaran tembak secara visual, lalu mengarahkan peluncur roket ke sasaran dan menguncinya. Setelah itu, sistem akan meluncurkan roket menuju sasaran tanpa campur tangan manusia sama sekali," terang pihak Kementerian Pertahanan Rusia.

Generasi 2+
Pembuatan kompleks roket antitank Kornet di Biro Konstruksi Instrumen (BKI) Tula telah dimulai sejak awal era 1990-an. Pada 1994, gelombang pertama pasokan kompleks roket antitank masuk ke dalam perbendaharaan senjata tentara Rusia.

Kornet lebih unggul dibanding kompleks roket antitank generasi ketiga dari segi harga, jarak tembak, dan kompatibilitas. Sementara dibanding senjata generasi kedua, kompleks ini dirancang lebih otomatis dan dinamis.

Kompleks roket antitank generasi sebelumnya dikendalikan menggunakan kabel yang digulung di belakang roket atau menggunakan sistem komando berdasarkan gelombang, sementara Kornet memiliki sistem kendali dengan ketepatan tembak serupa sistem pembidik milik pesawat tempur.
Peluncur roket Kornet pun memiliki sistem pemancar laser yang dapat dibidik ke sasaran.

Kompleks roket antitank Kornet-D produksi BKI Tula ini didemonstrasikan untuk pertama kalinya pada 2011. Senjata ini merupakan modernisasi besar-besaran atas kompleks Kornet. Perangkat roket yang telah dimodernisasi tersebut memiliki jarak tembak yang jauh lebih besar.

Amunisi yang mempersenjatai kompleks Kornet-D hampir 4 kali lebih murah dibanding senjara sejenis produksi negara lain. Tak heran, Kornet-D sangat diminati oleh negara-negara lain. Kompleks rudal antiroket ini telah dimiliki oleh Suriah, Yordania, Algeria, Libya, Turki, dan India.

Saingan berat Kornet ialah Spike buatan perusahaan Israel Rafael. Spike dibanderol jauh lebih murah dibanding rudal-rudal antiroket buatan AS, namun ia memiliki kemampuan taktis dan spesifikasi yang lebih rendah.

Tak Hanya Hancurkan Tank
Kornet tak hanya dibutuhkan oleh pasukan angkatan darat. "Saat ini, Kornet dinilai sebagai pelengkap kompleks peluncur rudal Pantsir. Berkat tingkat kejituan tembak, daya ledak, serta kemampuan manuver yang tinggi, Kornet dapat dengan mudah melumpuhkan pesawat tanpa awak atau helikopter musuh. Pantsir bertugas menemukan sasaran, memberikan koordinat lokasi musuh pada Kornet, lalu Kornet akan meluncur menghancurkan sasaran tersebut," terang salah satu tentara Angkatan Udara Rusia yang telah mengenal dengan baik kompleks rudal antiroket terbaru itu.

Sang tentara mengatakan bahwa jarak tembak roket Kornet jauh lebih besar dibanding senjata otomatis pertahanan udara milik Pantsir. "Pesawat tanpa awak merupakan sasaran yang sulit dideteksi dan dilumpuhkan. Pada prinsipnya, pesawat ini dapat dikalahkan oleh rudal antipesawat standar milik Pantsir, namun rudal tersebut jauh lebih mahal dibandingk Kornet," terang narasumber tersebut.

Pengalaman Perang Kornet
Kompleks roket antitank ini sudah pernah mengikuti beberapa peperangan. Dalam Perang Libya kedua pada periode Juli-Agustus 2006 lalu, Kornet digunakan oleh para pejuang Hizbullah untuk melawan tentara pertahanan Israel.

Di Suriah, Kornet digunakan oleh pasukan resmi sekaligus oleh para gerilyawan. Mereka menggunakan Kornet untuk menghancurkan tank dan kendaraan lapis baja milik pemerintah. (RBTH)
Tegang dengan China, AS Ajak Jepang & Australia Latihan Perang
Muhaimin
Selasa, 26 Mei 2015 − 08:40 WIB
Tegang dengan China AS Ajak Jepang Australia Latihan Perang
AS yang tegang dengan China di Laut China Selatan mengajak Australia dan Jepang untuk latihan perang gabungan. | (Reuters)
SYDNEY - Amerika Serikat (AS) mengajak Jepang dan Australia untuk latihan perang gabungan awal Juli nanti. AS mengajak dua sekutunya untuk bermanuver setelah terlibat ketegangan dengan China di Laut China Selatan.

Dalam latihan perang gabungan nanti, Jepang menyiapkan 40 perwira dan tentara. Sedangkan AS dan Australia akan mengerahkan sekitar 30 ribu tentara.

Ahli mengatakan, langkah itu menunjukkan bagaimana Washington ingin mendorong kerjasama dengan para sekutunya di kawasan Asia. Latihan perang yang akan digelar di wilayah Australia meliputi operasi maritim, pendaratan amfibi, adu taktik khusus dari setiap pasukan. (Baca juga: "Perang China dan AS Tak Bisa Dihindari di Laut China Selatan")

”Saya pikir AS sedang mencoba untuk mendorong sekutunya untuk berbuat lebih banyak,” kata Euan Graham, Direktur Program Keamanan Internasional di Lowy Institute di Sydney, Selasa (26/5/2015).

”Ada simetri yang jelas antara Jepang sebagai sekutu Pasifik Barat dan Australia sebagai sekutu selatan,” lanjut Graham, seperti dilansir Reuters.

Ketiga negara itu sudah khawatir bahwa kebebasan bernavigasi di laut dan udara di Laut China Selatan terancam setelah China membangun tujuh pulau buatan di kepulauan Spratly, kawasan Laut China Selatan yang disengketakan banyak negara.

China mengklaim hampir 90 persen kawasan Laut China Selatan. Namun, Filipina, Vietnam, Malaysia, Taiwan dan Brunei juga ikut mengklaim.

Menurut situs Angkatan Pertahanan Australia, menjelang latihan perang gabungan Jepang dan AS akan menempatkan 500 tentaranya di Selandia Baru.

Menteri Pertahanan Jepang, Jenderal Nakatani menolak bahwa latihan perang gabungan tiga negara ini ditujukan terhadap China. Dia menegaskan, latihan perang ini untuk meningkatkan kerjasama militer dengan AS dan Australia.


source: http://international.sindonews.com/read/1005250/40/tegang-dengan-china-as-ajak-jepang-australia-latihan-perang-1432604389

Bukan Perimbangan Kekuatan, Kerjasama dengan Amerika dan Rusia

  

Menteri Pertahanan Jenderal TNI (Purn) Ryamizard Ryacudu menegaskan, kebijakan Indonesia menjalin kerjasama pertahanan dengan Amerika Serikat dan Rusia didasari sikap menjaga perdamaian di dunia. Kedua negara adidaya di bidang pertahanan itupun menyambut baik kerjasama pertahanan dengan Indonesia.

"Tidak ada itu melakukan perimbangan kekuatan. Kita datang melakukan kerjasama dengan Amerika Serikat, kemudian dengan Rusia. Keduanya menyambut baik kerjasama pertahanan dengan Indonesia," kata Ryamizard Riyacudu dalam silahturahmi dengan wartawan media massa di Aula Kemenhan, Jakarta, Selasa (26/5).
Menhan menambahkan, dirinya telah membahas soal keamanan dunia dengan Menhan Amerika dan Rusia. Semua gagasan yang disampaikan disambut baik.

"Tinggal dengan RRC kita akan bertemu, nanti setelah bulan puasa," terangnya.

Menurut Ryamizard ada dua ancaman di bidang pertahanan yang mesti disikapi. Pertama, ancaman perang besar, meski kemungkinan itu kecil terjadi. Apalagi di ASEAN sudah ada kesepakatan jika terjadi masalah diantara bangsa-bangsa di Asia Tenggara, persoalan itu diselesaikan melalui dialog. Demikian pula hubungan yang sudah terjalin baik dengan Australia.

"Tapi, kalau kemerdekaan 17 Agustus 1945 terganggu, kita akan perang mempertahankan negara bukan untuk melakukan agresi," paparnya.

Kedua, adalah ancaman nyata dalam bentuk gangguan teroris, bencana alam, pencurian sumberdaya alam di laut, separatisme ataupun pemberontakan.

"Karena itu, bangsa ini harus bersatu, karena akan pecah kalau tidak dijaga," imbuhnya.

Menhan juga mengungkapkan sejumlah ancaman lainnya, meliputi penyakit Ebola yang telah merengut banyak jiwa penduduk, perang cyber dan penyebaran Narkoba.  Soal Narkoba, kata Ryamizard, data mengungkapkan 50 orang mati setiap hari atau  18 ribu jiwa mati sia-sia. Makanya para pengedar Narkoba itu pantas dihukum mati.

"Mereka itu penjahat, masa mau dibela. Kalau karena gara-gara menghukum mati pengedar narkoba terus hubungan negara menjadi tegang dan perang, itu menyengsarakan rakyat. Makanya, saya sebagai Menhan hubungi Menhan negara-negara yang warganya di hukum mati di Indonesia, kita biasa-biasa saja dan situasi membaik lagi," bebernya.

Dia juga  menegaskan, kesan dirinya digambarkan tentara garis keras yang hanya berkonotasi menyelesaikan masalah dengan perang tidak benar. "Kalau sebagai tentara bisa perang iyalah. Kalau tentara  nggak bisa perang, Hansip namanya. Tapi sekarang, saya tunjukkan untuk menjaga perdamaian dengan sikap-sikap diplomasi," pungkas bekas Kepala Staf  TNI-AD dan Panglima TNI itu.(rmol)

Sebanyak 64 KRI Amankan Perairan Barat Indonesia


KSAL Laksamana Ade Supandi usai meninjau KRI Rigel 933 di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (15/5).
KSAL Laksamana Ade Supandi usai meninjau KRI Rigel 933 di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (15/5).
 
TANJUNGPINANG -- Sebanyak 64 unit KRI mengamankan perairan di wilayah barat Indonesia sehingga nelayan lokal tidak perlu merasa tidak dilindungi dari ancaman nelayan asing. "Perairan Kepri ini salah satu yang diamankan. Selama ini aman-aman saja," kata Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Ade Supandi di gedung Daerah Tanjungpinang, Batam, Senin (25/5).

Ade Supandi yang pernah menjabat komandan Guskamlabar itu menjelaskan, TNI AL memiliki kapal cepat untuk mengamankan perairan di Kepri maupun perairan di wilayah barat Indonesia lainnya. Kapal cepat itu dipergunakan untuk merespons laporan bila ada ancaman atau gangguan dari pihak-pihak tertentu maupun dari pihak asing.

"Jadi kalau ditemukan pelanggaran di perairan, kami langsung dapat merespons segera," ujar mantan kepala staf umum TNI tersebut.

Dia mengimbau nelayan tidak merasa takut dengan adanya gangguan dari nelayan asing. Jika nelayan asing mengganggu nelayan lokal, TNI AL berada di depan untuk mengejar dan menangkap nelayan asing tersebut. "Kalau ada nelayan kita yang diuber-uber pihak asing, kita akan uber kembali mereka, sampai dapat," katanya seusai melakukan pertemuan singkat dengan Gubernur Kepri HM Sani.

Namun, Ade mengingatkan, nelayan untuk tidak memasuki wilayah negara tetangga. Nelayan hanya diperbolehkan menangkap ikan di wilayah Indonesia. Nelayan juga tidak diperbolehkan menggunakan pukat harimau saat menangkap ikan. "Nelayan harus mengantungi izin sebelum menangkap ikan," ujarnya.(REPUBLIKA.CO.ID)

Menyusuri Sejarah Marinir

Menyusuri Sejarah Marinir di Pantai Jalur Daendels
Pantai Pasir Putih merupakan salah satu tujuan wisata di Situbondo, Jawa Timur, 15 Mei 2015. Pantai ini merupakan tempat wisata tertua di tepi Jalan Raya Pos Daendels. 
 
Tegal - Sebuah tank bertipe Plavayushchiy Tank 76 (PT-76) menyambut wisatawan yang hendak mengisi liburan di Pantai Alam Indah (PAI) Kota Tegal. Moncong meriam kendaraan tempur berlapis baja itu tepat mengarah ke gerbang tempat pemungutan retribusi (TPR).

Tidak perlu takut. Tank milik Marinir-TNI Angkatan Laut itu adalah salah satu koleksi Monumen Bahari yang berada di dalam kawasan obyek wisata Pantai Alam Indah (PAI). Dalam prasastinya dijelaskan tank buatan Rusia pada 1961 itu pernah dipakai dalam operasi Tri Komando Rakyat (Trikora), Timor-Timur, Gerakan Operasi Militer Aceh, dan lain-lain.

Monumen Bahari diresmikan Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Tedjo Edhy Purdjiatno, Wali Kota Tegal Adi Winarso, dan Wakil Gubernur Jawa Tengah Rustriningsih pada 20 Desember 2008. Bangunan fisik monumen seluas 5.000 meter persegi itu menyerupai kapal perang haluan menghadap ke selatan.

Layaknya kapal tempur sungguhan, bangunan haluan Monumen Bahari itu juga dilengkapi jangkar besar dan rantai. Tinggi jangkarnya mencapai dua meter. Jangkar dan rantai buatan Amerika pada 1957 itu pernah dipasang pada kapal perang (KRI) Jayawijaya yang juga buatan Amerika.

Di belakang bangunan haluan Momunen Bahari terdapat dua senjata pertahanan udara. Pertama, senjata anti-serangan udara jenis Mounting Sea Cat buatan Belanda pada 1963, lengkap dengan empat peluru kendali (rudal). Kedua, meriam kaliber 85 milimeter versi darat buatan Rusia pada 1963.

Adapun bangunan dua lantai di tengah monumen, yang bentuknya mirip ruang kemudi kapal tempur, belum bisa diakses wisatawan. “Masih kosong soalnya,” kata salah satu petugas TPR PAI, Giarto, pada Jumat, 14 Mei 2015. Kendati demikian, wisatawan masih bisa meneruskan perjalanan menyusuri “geladak” monumen bagian belakang.

Selain senjata anti-serangan udara Mounting Sea Cat lengkap dengan empat rudal, belakang Monumen Bahari juga terpasang lima torpedo (senjata bawah air yang diluncurkan kapal selam), dan dua ranjau tanduk buatan Rusia pada 1962. Di anjungan museum, terdapat sebuah pesawat Nomad dan kendaraan tempur Pintam BRDM.

Dalam prasastinya, pesawat Nomad buatan Australia pada 1974 itu pernah dipakai Marinir sebagai pesawat intai. Adapun kendaraan tempur Pintam BRDM yang mirip tank namun beroda empat ban utama dan empat ban samping itu buatan Rusia pada 1960.

Untuk menyusuri Monumen Bahari, wisatawan tidak dipungut retribusi lagi. “Gratis. Cukup membayar tiket masuk PAI saja,” kata Giarto. Di hari biasa, tiket masuk PAI hanya Rp 500 untuk anak-anak dan Rp 1.000 untuk orang dewasa. Di hari libur, tiket masuk untuk anak-anak Rp 1.000 dan Rp 1.500 untuk orang dewasa.

Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pemuda, Olahraga, Seni Budaya, dan Pariwisata Kota Tegal, Sony Sontany, mengatakan murahnya tiket masuk PAI itu sudah termasuk premi asuransi Rp 300 per orang. “PAI itu obyek wisata termurah di Pantura karena perda (tentang retribusi) belum direvisi,” kata Sony pada Sabtu, 15 Mei 2015.

Setelah puas berfoto di Monumen Bahari yang memajang sejumlah alat utama sistem persenjataan (alutsista) bekas sumbangan TNI AL, wisatawan bisa menyeberang jalan menuju wahana Water Boom. Di hari biasa, tiket masuknya Rp 4.000 untuk anak-anak dan Rp 6.000 untuk orang dewasa. Khusus pada hari libur, tiketnya naik Rp 2.000.

Sayangnya, wahana dengan dua perosotan itu tidak dibuka setiap saat. “Biasanya baru buka pada sore,” kata Sony. Rencananya, kolam ikan di selatan wahana Water Boom akan dimanfaatkan untuk wahana sepeda air. “Realisasinya akhir tahun ini,” kata Sony.

Sony menambahkan, Pemerintah Kota Tegal bekerjasama dengan Pangkalan TNI AL Tegal untuk “menghidupkan” gedung Monumen Bahari dengan sejumlah koleksi baru pada akhir 2015. Koleksi baru itu seperti foto-foto lawas yang menggambarkan cikal bakal pembentukan TNI AL di Tegal, buku-buku sejarah, hingga miniatur kapal-kapal perang.

Setelah menyusuri Monumen Bahari atau bermain air di Water Boom, wisatawan bisa menikmati angin laut di kursi-kursi taman pada pantai sepanjang 600 meter yang teduh oleh rimbunnya pohon cemara. Warung-warung makan berderet rapi, menyajikan beraneka ragam menu dengan harga murah.

Obyek wisata Pantai Alam Indah sangat mudah diakses karena gerbangnya tepat berada di pinggir Jalur Pantura Jalan Yos Sudarso, Kota Tegal, atau sekitar 500 meter di timur Pelabuhan Tegal. Jarak gerbang itu dengan pos TPR PAI hanya sekitar 500 meter. ( TEMPO.CO)

Bawa RI juara umum lomba tembak

Bawa RI juara umum lomba tembak, Mayor Warto diminta latih Jepang

Mayor Warto. 
 

Mayor TNI Warto pelatih tembak TNI AD dalam perlombaan Australian Army Skill at Arms Meeting (AASAM) yang berhasil membawa 30 medali emas, 16 perak dan 10 perunggu. Setelah berhasil mengharumkan nama Indonesia, Warto mendapatkan tawaran untuk melatih tentara Jepang dan Malaysia.

"Ada tawaran dari Malaysia dan Jepang. Mereka ketemu langsung minta dilatih sama saya. Tapi saya cuma prajurit biasa kalau pimpinan tak mengizinkan, tak mau, karena saya pegang sumpah sapta marga," ujar Warto di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Senin (25/5).

Dalam menyeleksi prajurit TNI untuk mengikuti perlombaan itu, Warto meminta anak didiknya harus mempunyai kedisplinan dan mental yang kuat. Bahkan ia harus juga mengetahui psikis masing-masing prajurit TNI.

"Saya harus masuk ke dalam jiwa mereka secara psikologis, tidak bsa saya suruh mereka masuk psikologis saya, itu salah besar karena karakter orang berbeda-beda antara si A dan si B punya tabiat berbeda," ujarnya.

Dia mengatakan, saat latihan tak mempunyai waktu untuk istirahat. Sebab, dia tak mempunyai waktu lama untuk mengikuti pelaksanaan perlombaan itu.

"Persiapan relatif pendek, hari Sabtu dan hari besar tak pernah libur karena misi kami membawa nama angkatan darat dan nama bangsa kita pertaruhkan negara maju," katanya.

Meski Indonesia dikenal negara tak maju, Warto meminta anak didiknya untuk tak pantang menyerah. Karena sejak tahun 2008 sudah memenangi tiga kali berturut-turut.

"Ya itu lah kita orangnya kecil kemampuan lebih besar dari mereka itu yang membanggakan kita, merah putih yang harus kita angkat, mungkin mereka menganggap kita tidak punya apa-apa Indonesia kecil di mata mereka," tambahnya.

Lanjut dia, kejuaraan yang berlangsung sejak 20-23 Mei di Puckapunyal, Victoria, Australia ini diikuti 17 tim dari 15 negara memperebutkan 50 medali emas. Hasilnya, kontingen Indonesia berhasil menyabet 30 medali emas, 16 perak dan 10 perunggu.

Dia juga mengharapkan prajurit TNI bisa meraih juara umum pada tahun depan. Serta ia mempunyai keinginan untuk memajukan industri senjata buatan PT Pindad lantaran masih adanya kekurangan dalam perlombaan itu.

"Saya ingin majukan senjata buatan Pindad yang harus diperbaiki, karena kemarin sniper hitungan jarak hitungan angin 200 knot susah diperhitungkan. Uji coba di Sukabumi tidak tepat atau masih kurang latihan. Sementara tingkat kesulitan masih relatif, dinamika bisa kita temukan karena tidak boleh menyerah," tukasnya. (Merdek)

Intelijen dan Kedaulatan Maritim Indonesia

Intelijen dan Kedaulatan Maritim Indonesia

Keberadaan intelijen maritim di Indonesia meskipun telah dirancang dalam beberapa tahun terakhir namun wujudnya tak kunjung tampak hingga saat ini. Walaupun banyak lembaga yang berkecimpung di maritim telah mengklaim memilki satuan yang tugasnya menyerupai intelijen maritim tetapi keterpaduan, fungsi, dan wadahnya masih terlihat samar-samar.

Sehingga dari keberadaannya yang terpisah dan secara parsial, keberadaan intelijen maritim yang diklaim oleh setiap lembaga itu semakin membuat ego sektoral semakin tinggi. Padahal apapun lembaga di NKRI harus didasarkan kepada kepentingan nasional bukan kepentingan untuk memupuk kekayaan dari para anggota lembaga-lembaga tersebut.

Padahal, secara nasional kita telah dihadapkan pada permasalahan yang cukup gawat menyangkut kepentingan , keamanan, kedaulatan serta kewibawaan kita di laut. Bukan justru mementingkan kepentingan masing-masing kelompok apalagi individu.

Menyorot permasalahan tersebut, ada beberapa fenomena terkini yang terjadi di peraiaran Indonesia yang menyangkut pentingnya peran intelijen maritim dalam menghimpun data, meminimalisir ancaman, serta menjaga kewibawaan negara di laut dalam menyelesaikan permasalahan maritim.
Sebut saja fenomena manusia perahu yang merupakan pengungsi Rohingya. Operasi yang dilakukan oleh Indonesia untuk menghalau manusia perahu itu tidak meniru langkah yang ditempuh oleh Australia. Dalam operasi penghalauan manusia perahu tersebut, Australia mengerahkan semua sumberdaya yang dimilikinya.

Semua sarana dan prasarana intelijen, termasuk perangkat-perangkat berbasis teknologi tinggi didayagunakan oleh negeri Kangguru tersebut. Operasi itu merupakan suatu operasi terpadu, sehingga tak ada kapal perang maupun kapal BPC Australia yang melakukan setrika laut.
Hal demikian yang tidak ditiru oleh Indonesia. Alasannya sederhana, Indonesia tak mempunyai sarana dan prasarana intelijen yang memadai. Intelijen Indonesia masih mengandalkan pada HUMINT dan terus beranggapan bahwa di laut tak ada manusia yang tinggal di sana..

Di lain sisi, fenomena itu bercorak pula kasus kemanusiaan. Artinya, dengan prinsip Pembukaan UUD 45, Indonesia harus mampu melindungi pengungsi yang terkatung-katung di laut terutama yang berada di perairan Indonesia. Jika pemerintah khawatir akan masuknya ancaman terorisme dengan menganggap bahwa paham tersebut dibawa oleh beberapa pengungsi, maka intelijen maritim yang akan mendeteksi bahaya dan meminimalisir ancaman tersebut. Yang pasti dalam sisi kemanusiaan kita wajib menolong terlepas apapun paham yang dianut oleh para pengungsi.

Selain masalah itu, terdapat juga fenomena Keamanan maritim di Selat Malaka yang selalu menjadi perhatian negara-negara berkepentingan, baik negara pantai maupun bukan negara pantai. Salah satu negara yang berkepentingan dengan Selat Malaka adalah Singapura, walaupun negeri mungil itu bukan negara pantai Selat Malaka. Satu di antara upaya negeri yang dulunya disebut Tumasik itu untuk mengamankan lalu lintas navigasi di Selat Malaka adalah dengan membangun pusat informasi keamanan maritim di Changi yang dikenal sebagai Information Fusion Center (IFC).

Lewat IFC, para pengguna Selat Malaka, Selat Singapura dan Laut China Selatan, yaitu baik kapal niaga maupun jenis kapal lainnya disarankan untuk melapor apabila ada ancaman insiden perompakan dan pembajakan yang menimpa mereka. Guna melegitimasi IFC, Singapura mengundang sejumlah Angkatan Laut Asia Pasifik untuk mengawaki atau menjadi pengamat pada fasilitas pelaporan itu.

Indonesia sebagai negara pantai Selat Malaka sejak lama telah mengembangkan fasilitas seperti IFC di Batam. Tentu saja fasilitas itu tak bisa dibandingkan dengan IFC, karena komitmen politik yang diterima IFC bagaikan bumi dan langit dibandingkan yang diterima oleh fasilitas serupa di Batam. Fasilitas itu juga mengimbau kepada pengguna untuk melapor apabila ada ancaman atau insiden keamanan maritim bila kasusnya terjadi di perairan yurisdiksi Indonesia.

Namun imbauan itu nampaknya tak bersambut. Meskipun pengguna mengalami ancaman insiden atau keamanan di perairan yurisdiksi Indonesia, namun mereka tetap melaporkannya kepada IFC. Fasilitas Indonesia di Batam menerima laporan kejadian itu setelah diinformasikan oleh IFC. Pertanyaannya adalah mengapa imbauan dari Indonesia diabaikan ? Tidak lain karena kurangnya teknologi dan peran intelijen maritim dalam konteks tersebut.

Untuk menjawab permasalahan itu, pengamat intelijen, Robert Mangindaan dalam artikelnya (QD:2013) mengingatkan bahwa dalam menyelesaikan permasalahan maritim dan keberadaan intelijen maritim kita perlu menjawab pertanyaan siapa itu NKRI terlebih dahulu ?

Kemudian dijelaskan olehnya bahwa NKRI merupakan bangsa yang terdiri dari 1072 etnik kini berjumlah 240 juta jiwa (sensus penduduk 2013), ialah potensi pasar yang sangat besar bagi produk negara maju dan obyek globalisasi. Selain itu, bangsa yang mendiami gugusan pulau 17.449 yang terbentang kurang lebih 5000 mil dari timur ke barat, dan 1700 mil dari utara ke selatan, yang secara alamiah memiliki domestic life lines terpanjang di dunia, Serta memiliki kekayaan alam di darat (30%) dan di laut (70%) yang belum terinventarisasi secara baik, lagi pula data base nasional belum terpadu, dan masih berantakan.

Tak ayal pemikiran itu berangkat dari gagasan ‘Kenali dirimu, kenali musuhmu, maka engkau tidak akan celaka. Diktum yang terkenal itu sudah dipesan oleh Sun Tzu sejak empat abad sebelum Masehi, ditulis dalam buku Seni Perang, dan (nampaknya) masih perlu diperhatikan sampai sekarang ini.

Mantan anggota BAIS ini juga meninjau NKRI secara falsafah, yakni Pancasila dan Pembukaan UUD 45 serta konsensus lainnnya yang sudah mengandung kepentingan nasional kita. Dan bukannya tidak sadar akan hal itu, terbukti dengan adanya salah satu dari empat konsensus nasional yaitu Bhinneka Tunggal Ika, yang menganggap keanekaan adalah suatu Rahmat Illahi, Indonesia telah memilki potensi atau kekuatan yang besar di dunia.

Akan tetapi, konsensus tersebut tidak akan bertahan hidup (sustainable) secara alamiah, tidak bisa pula dianggap gratis, atau taken for granted !! Harus ada upaya yang konsisten dan cerdas untuk memelihara (to maintain) konsensus nasional tersebut. Denagan kata lain ketika konsensus itu dirusak selama lebih dari satu dasawarsa terakhir, pada kemana perangkat intelijen nasional kita dan TNI/Polri kita ? atau justru menjadi bagian dari agenda pengrusakan itu ?

Oleh karena itu, keberadaan intelijen maritim nanti selain untuk menjaga dan memanfaatkan sebesar-besar potensi tadi (penduduk, geografi, dan SDA) serta falsafahnya, sudah pasti akan mewujudkan kedaulatan maritim yang saat ini dicita-citakan oleh presiden dalam bingkai visi poros maritim dunia.

Dapat juga disebutkan, poros maritim dunia akan terwujud bilamana 4 konsensus itu terpelihara dengan baik serta dilaksanakan secara murni dan konsekuen. Bukan juga konsensus semu yang telah dijalankan selama lebih dari satu dasawarsa terakhir.

Terlepas dari kedua fenomena pengungsi Rohingya dan IFC di awal tulisan, sejatinya dalam pertemuan antar kepentingan nasional, atau strategi raya (grand strategy), atau national security strategy, sudah menjadi pemahaman universal, bahwa pihak yang memiliki keunggulan informasi yang akan berjaya. Indonesia ketika memiliki keunggulan itu bukan tidak mungkin poros maritim Asia bahkan dunia akan tercapai. Dan bukan hanya Singapura yang tergeser peranannya, bahkan AS dan Tiongkok pun dapat tergeser. Semoga !!(jurnalmaritim)

Monday, 25 May 2015

LAPAN dan BNPT Jajaki Kerja sama untuk Memberantas Terosisme


Demo pesawat tanpa awak LAPAN di BNPT
LAPAN berkunjung dan melakukan demo terbang pesawat tanpa awak di Markas Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) di Sentul, Bogor, Senin (18/5). Demo terbang tersebut dalam rangka penjajakan kerja sama kedua instansi untuk memberantas terorisme.

Sebelum melakukan demo terbang pesawat tanpa awak dan quadcopter milik LAPAN, Kepala Pusat Teknologi Penerbangan (Kapustekbang) LAPAN, Gunawan S. Prabowo, memberikan pemaparan mengenai pesawat tanpa awak buatan LAPAN di ruang rapat BNPT. Paparannya tersebut menggambarkan mengenai teknologi yang dimiliki pesawat tanpa awak, mulai dari Lapan Surveillance UAV (LSU) 01 hingga LSU 05.

Dalam paparannya, Gunawan menjelaskan bahwa saat ini, LAPAN memiliki empat pesawat tanpa awak buatan sendiri. Teknologi yang disematkan di pesawat tanpa awak milik LAPAN antara lain mampu mengambil foto dan video udara sehingga dapat melakukan penginderaan di daerah yang sulit dijangkau. Hingga kini, pesawat tanpa awak LAPAN telah digunakan untuk berbagai kepentingan seperti mitigasi bencana, pemotretan lahan, dan membantu latihan perang TNI. Di masa depan, pesawat tanpa awak LAPAN diharapkan dapat menjadi transmitter untuk komunikasi pasukan di lapangan.

Selain Kapustekbang, dalam kunjungan tersebut, LAPAN mengirimkan Kepala Biro Kerjasama dan Hubungan Masyarakat, Agus Hidayat, dan Kepala Bidang Avionik Ari Sugeng, dan tim Unmanned Aerial Vehicle (UAV). Tim LAPAN disambut oleh Deputi Penindakan dan Pembinaan Kemampuan BNPT, Irjen Pol Arief Dharmawan beserta jajarannya. (Lapan)

2 Teroris Tewas Tertembak

Densus 88 dan BNPT Diminta Serius

Oleh : Fadly Zikri | Senin, 25 Mei 2015 | 09:41 WIB
Ancaman OPM, Densus 88 dan BNPT Diminta Serius
Anggota Komisi III DPR Aboebakar Alhabsyi - (Foto: inilahcom)
INILAHCOM, Jakarta - Anggota Komisi III DPR Aboebakar Alhabsyi mengaku prihatin dengan aparat keamanan dan Detasemen Khusus 88 terhadap ancaman teror dari kelompok separatis Organisasi Papua Merdeka (OPM) pimpinan Puron Wenda dan Enden Wanimbo.

"Menurut berita yang ada mereka secara terbuka telah menebarkan ancaman melancarkan perang terbuka terhadap TNI, Polri dan masyarakat non-Papua. Ini adalah bentuk teror yang nyata dan secara terbuka telah disampaikan ke publik. Hal ini seharusnya ditanggapi secara serius oleh Kepala Densus 88 dan Kepala BNPT," ungkap Aboebakar, Senin (25/5/2015).

Menurut Politikus PKS ini, sikap Densus 88 bertolak belakang ketika menangkap dan memberantas teroris yang mengatasnamakan islam.

"Masyarakat banyak yang menanyakan kepada kita selaku mitra kerja, kenapa Densus 88 hanya diam saja dengan teror yang terang benerang seperti itu. Akhirnya, beberapa kalangan membandingkan persoalan ini dengan penembakan yang dilakukan Densus terhadap Nurdin pada September tahun yang lalu," beber Aboebakar.

"Nurdin ditembak saat shalat Ashar karena diduga sebagai teroris, namun orang-orang ini yang sudah melancarkan ancaman teror secara terbuka hanya diam saja. Akhirnya sebagian orang menyimpulkan bahwa aparat memiliki standar ganda dalam mengkategorisasikan teroris," pungkasnya.
- See more at: http://nasional.inilah.com/read/detail/2207462/ancaman-opm-densus-88-dan-bnpt-diminta-serius#sthash.nrGiFKju.dpuf
Hasil gambar untuk tembak mati
Jakarta - Upaya tim Satgas Anti-Teror dan Densus 88 Polri menyergap kelompok teroris di Poso mendapatkan perlawanan. Dua orang anggota kelompok teroris dikabarkan tewas dalam peristiwa ini.

Informasi yang dihimpun detikcom dari sumber kepolisian menyebutkan baku tembak terjadi di wilayah Gayatri, Poso sekitar pukul 19.00 WITA, Minggu (25/5/2015). Petugas menyergap sebuah tempat yang diduga kuat menjadi persembunyian mereka.

Kelompok ini tewas dalam operasi camar Maleo II yang dilakukan tim gabungan Polda Sulteng, Brimob Mabes dan Densus 88 serta Satgas Anti Teror.

"Kontak senjatanya terjadi di sebuah perkebunan," kata seorang perwira kepada detikcom, Minggu (25/5/2015).

Perwira tersebut mengatakan, dari hasil penyisiran sementara, ada dua orang anggota teroris yang tewas dalam baku tembak ini. Namun belum diketahui pasti siapa anggota teroris tersebut.

Hingga berita ini diturunkan, belum ada keterangan resmi dari pihak kepolisian. Detik