Friday, 26 June 2015
AL Siagan 3 KRI di Ambalat
“Unsur TNI AL selalu melakukan operasi pengamanan Ambalat. Yang sekarang stand by itu ada tiga KRI,” ujar Ade di Markas Besar TNI AL, Jakarta, Rabu (24/6).
Ade memaparkan, operasi pengamanan Ambalat kali ini langsung dikomandoi Panglima TNI Jenderal Moeldoko. Penggunaan alutsista pada kapal-kapal maupun pesawat TNI Angkatan Udara pada pun bergantung pada perintah langsung Moeldoko.
“Saya sebagai KSAL hanya menyiapkan kebutuhan tersebut. Apabila pada situasi tertentu dibutuhkan tindakan tertentu, itu tergantung Panglima TNI. Saya menyiapkan alutsistanya,” tuturnya.
Lebih lanjut, Ade mengatakan saat ini persoalan Ambalat masih terus dirundingkan kementerian luar negeri kedua negara. Selain dapat mencairkan hubungan diplomatik Indonesia, Ade berharap perundingan itu memperjelas area patroli perbatasan yang dilaksanakan TNI AL.
Presiden Joko Widodo tengah Juni lalu menunjuk Duta Besar Eddy Pratomo menjadi Utusan Khusus Presiden untuk menyelesaikan penetapan batas maritim antara Indonesia dan Malaysia.
Kepada CNN Indonesia, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Arrmanatha Nasir mengatakan perwakilan kedua pemerintah telah bertemu dua kali hingga awal pekan ini.
Penunjukan Eddy Pratomo menjadi utusan khusus presiden merupakan tindak lanjut dari pertemuan Jokowi dengan Perdana Menteri Malaysia Najib Razak di Malaysia, 5 hingga 7 Februari silam.
Sebelum pertemuan kenegaraan itu, pertemuan tingkat menteri antara Indonesia dan Malaysia pada 25-28 Januari menyepakati pembahasan penetapan batas wilayah kedua negara di lima titik, yakni Laut Sulawesi, Laut China Selatan, Selat Singapura bagian timur, Selat Malaka bagian selatan, dan Selat Malaka. (CNN Indonesia)
Si Kilo Akhirnya Nyampe Jakarta
Tanggal 25 Juni 2015 kapal selam Improved Kilo yang berlayar dari Petersburg Rusia akhirnya tiba di Laut sekitar Jakarta. kapal selam “Black Hole in the Ocean” ini diangkut oleh kapal Kargo Rolldock Storm milik Belanda.
Kapal ini adalah kapal selam kelima pesanan Vietnam yang diantar oleh Rusia. Namun sesampainya di laut Jakarta, kapal ini melanjutkan perjalanan menuju Cam Ranh Bay, Vietnam.
“Rolldock Storm” with Vietnamese Kilo sub “Khanh Hoa” continues en route to Cam Ranh Bay (with stop in Singapore).
Belum diketahui, mengapa Rusia mengirim kapal selam Kilo ini ke Vietnam, tepat di depan hidung Indonesia, laut Jakarta.
Padahal Rusia bisa saja mengirimnya lewat Utara untuk mendapatkan lintasan yang lebih dekat. Bahkan untuk lintasan yang ditempuh kapal ini, Improved Kilo itu, bisa saja potong kompas melalui Terusan Suez Mesir, tanpa harus menempuh perjalanan jauh melewati Benua Afrika. Baru baru ini KRI Banjarmasin melakukan muhibah ke Eropa Italia. KRI Banjarmasin pun melalui Terusan Suez, untuk menghemat waktu tempuhnya.
Sebelumnya, kapal selam Kilo Haipong untuk Vietnam, juga dikirim Rusia lewat laut Jakarta.
Heavy-lift ship “Rolldock Star” with Vietnamese Kilo sub “Haiphong” nearing Jakarta; ETA Singapore: 19:00 GMT Jan 24 2015.
Dan inilah Kapal Rolldock Storm yang mengangkut kapal selam Kilo:
Dengan demikian sudah 5 kapal selam Kilo Rusia yang melintasi Laut Jakarta, untuk diantarkan ke Vietnam. Tidak musim panas, tidak musim dingin, semua kapal dilintaskan lewat Jakarta
JKGR
TNI AU Hampir Luluh Lantahakn Pangkalan Ingris Di Singapura
Tahun 1965, Inggris membangun pangkalan utama di Singapura. Pangkalan Udara Militer Tengah Air Force Base menjadi markas jet tempur Inggris.
Saat itu hubungan Indonesia dan Malaysia sedang memburuk. Malaysia meminta bantuan Inggris, Australia dan Selandia Baru. Bantuan langsung datang. Pesawat jet, kapal perang, hingga pasukan elite mereka disiagakan di perbatasan dengan Indonesia.
TNI AU melihat Pangkalan Udara Inggris di Singapura sebagai ancaman. Komando Mandala Siaga (Kolaga) merancang rencana untuk mengebom pangkalan tersebut.
Panglima Komando Operasi Komodor Leo Watimena memimpin briefing di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma.
“Pangkalan Udara Militer Tengah Air Force Base dijaga dengan radar dan misil anti serangan udara. Bukan tugas mudah untuk menyerang dan menghancurkannya,” kata Komodor Leo Watimena.
Dia melihat para komandan skadron di depannya. “Siapa di antara kalian yang siap berjibaku menghancurkan tengah ABF?” tanya Leo.
“Saya siap Panglima!” teriak seorang perwira senior.
Tantangan itu dijawab dengan gagah oleh Komandan Skadron I Pembom Taktis Kolonel (Oedara) Pedet Soedarman. Dia merasa perlu mengobarkan semangat anak buahnya dalam konfrontasi melawan Malaysia dan sekutunya.
Pedet Soedarman pilot berpengalaman. Dia kenyang pengalaman menerbangkan pesawat jenis B-25 Mitchel dan B-26 Invander dalam menumpas berbagai penumpasan pemberontakan yang terjadi di tanah air.
Maka saat merencanakan mengebom Tengah ABF, 2 pesawat itu juga yang akan digunakannya. Demikian dikisahkan Pedet Soedarman dalam buku Pengalaman Heroik Penerbang Bomber tahun 2003.
“Direncanakan 50 persen bom yang dijatuhkan dari pesawat itu akan mampu menghancurkan landasan sekaligus mencegah musuh melakukannya,” kata Pedet.
Rencana dan persiapan terus dilakukan. Moril para anggota TNI AU tinggi untuk melaksanakan tugas itu.
Namun angin berubah cepat. Peristiwa G30S mengubah peta politik Indonesia. Presiden Soekarno jatuh dan penggantinya, Presiden Soeharto memutuskan untuk mengakhiri konflik dengan Malaysia.
Dalam waktu singkat pula TNI AU menderita akibat pemerintah Orde Baru memutus semua kerja sama dengan Rusia dan China. Pesawat-pesawat paling canggih milik TNI AU tak bisa terbang gara-gara kekurangan suku cadang. Berakhirlah era Macan Terbang Asia. Misi mengebom pangkalan jet tempur itu tak pernah digelar. (Merdeka.com)
SU-35 dan Kapal Selam Kilo Dijual Sepaket kah?
TNI AU berencana membeli Sukhoi SU-35 sebagai pengganti pesawat tempur F-5 Tiger. Jika rencana ini terealisasi, Indonesia bakal tercatat sebagai negara pertama di luar Rusia yang menggunakan pesawat Sukhoi SU-35.
Selain Indonesia, yang kini sedang bernafsu untuk membeli Sukhoi adalah China. Mereka merasa perlu menambah kekuatan udaranya terkait ketegangan di Laut China Selatan.
Sementara 2012 lalu, Venezuela sudah hampir menandatangani kontrak. Namun belakangan dikabarkan mereka akhirnya memilih Sukhoi SU-30.
Malaysia juga tengah melirik Sukhoi SU-35 untuk memperkuat Tentara Udara Diraja Malaysia. Sukhoi memang bukan produk asing bagi Malaysia. Mereka sudah memiliki Sukhoi SU-30 MKM.
Saat ini baru Rusia yang mengoperasikan Sukhoi SU-35. Pesawat ini memang tidak murah, satu unitnya dibanderol dengan harga sekitar Rp 844 miliar. Harga yang diklaim Rosoboron sebanding dengan kemampuan tempur dan manuver pesawat yang dijuluki pembunuh di angkasa ini.
Harga itu sebenarnya jauh lebih murah dari F-16 tipe terbaru yang ditawarkan AS sebesar Rp 2 triliun lebih.
Jika Indonesia menjadi negara pertama di luar Rusia yang menggunakan Sukhoi SU-35, maka ini mengingatkan kita pada era 1960. Saat itu banyak alutsista yang dijual eksklusif hanya kepada Indonesia di luar Uni Soviet.
Pesawat bomber TU-16 misalnya. Hanya Indonesia yang diperbolehkan menggunakannya. Pesawat inilah yang bikin takut Blok Barat tahun 1960an.
Begitu juga dengan kapal selam kelas kilo. Cuma Indonesia yang diberi hak istimewa untuk membelinya. Tak tanggung-tanggung Rusia menjual 12 kapal selam sekaligus. Menjadikan Indonesia adalah pemilik kapal selam di bumi bagian selatan ini.
Duta Besar Rusia untuk Indonesia Mikhail Galuzin menjelaskan bila hal tersebut sudah masuk tahap yang lebih serius. Kendati begitu, soal kapan kesepakatan pembelian SU-35 bisa terjalin, dia sedikit menghindari dengan alasan isu tersebut bersifat internal.
“Jika ditanya sejauh mana, hal itu belum bisa diungkap ke publik, namun kerjasama seputar hal tersebut terus menuju ke arah yang positif,” kata Galuzin ketika ditemui di kediamannya, Jakarta, Kamis, (25/6).
“Dalam pameran Aerospace dan Army exhibition yang dibuka 16 Juni lalu di Moskow, TNI AU diketahui turut menghadiri dan terus berkonsultasi seputar hal itu,” lanjutnya.
Kita tunggu saja, akankah si pembunuh di udara ini akan masuk barisan pesawat buru sergap TNI AU. (Merdeka.com)
Dua KRI Mampir Ke Australia
Dua kapal perang TNI Angkatan Laut, KRI Tombak dan KRI Hiu, berlabuh
di Darwin untuk melakukan latihan patroli laut bersama dengan Australia.
Selain itu, sebuah pesawat TNI AL juga akan ambil bagian.
Latihan gabungan bersama bernama Ausindo Corpat (Australia and Indonesia coordinated maritime patrol) tahun ini dilakukan di tengah dinamika hubungan kedua negara yang sedang naik-turun.
Hubungan diplomatik mengalami masalah menyusul terungkapnya penyadapan telepon pejabat Indonesia serta eksekusi dua Bali Nine. Dan yang terbaru adalah tuduhan penyuapan petugas Australia terhadap penyelundup manusia asal Indonesia.
Ausindo Corpat telah dilaksanakan selama beberapa tahun, dan dirancang untuk meningkatkan koordinasi pengamanan laut antara angkatan bersenjata kedua negara di sepanjang garis perbatasan laut masing-masing.
Di masa lalu, operasi gabungan bersama ini menarget para pelaku illegal fishing, namun tujuan besarnya adalah memberantas segala aktivitas ilegal di wilayah maritim kedua negara. Latihan bersama ini biasanya bermula di Kupang, dilanjutkan dengan berbagai macam kegiatan, dan mengakhiri operasi gabungan di Darwin. (Detik.com)
Latihan gabungan bersama bernama Ausindo Corpat (Australia and Indonesia coordinated maritime patrol) tahun ini dilakukan di tengah dinamika hubungan kedua negara yang sedang naik-turun.
Hubungan diplomatik mengalami masalah menyusul terungkapnya penyadapan telepon pejabat Indonesia serta eksekusi dua Bali Nine. Dan yang terbaru adalah tuduhan penyuapan petugas Australia terhadap penyelundup manusia asal Indonesia.
Ausindo Corpat telah dilaksanakan selama beberapa tahun, dan dirancang untuk meningkatkan koordinasi pengamanan laut antara angkatan bersenjata kedua negara di sepanjang garis perbatasan laut masing-masing.
Di masa lalu, operasi gabungan bersama ini menarget para pelaku illegal fishing, namun tujuan besarnya adalah memberantas segala aktivitas ilegal di wilayah maritim kedua negara. Latihan bersama ini biasanya bermula di Kupang, dilanjutkan dengan berbagai macam kegiatan, dan mengakhiri operasi gabungan di Darwin. (Detik.com)
TNI AL Selamatkan Seluruh ABK Kapal KM Bunga Tenaga Bahagia di Selat Malaka
“Setelah mendapat info posisi kapal, Komandan Lanal (Pangkalan Angkatan Laut) Dumai Kolonel Pelaut Avianto Rooswirawan menurunkan Patkamla dan Kapal Angkatan Laut Tedung ke lokasi untuk mengevakuasi,” jelas Kepala Dinas Penerangan Armada Kawasan Barat RI Letkol Pelaut
Ariris Miftachurrahman kepada Liputan6.com, Kamis (25/6/2015).
Kapal KM Bunga Tenaga Bahagia dilaporkan karam di bagian utara Pulau Sinaboi, Selat Malaka, Selasa 23 Juni lalu. Kapal karam saat berlayar dari Port Klang, Malaysia, menuju Dumai, Riau.
Penyebabnya, lambung kiri kapal terisi air laut akibat cuaca buruk yang mengombang-ambing kapal.
Pos Angkatan Laut Sinaboi yang menerima pesan tentang kondisi Bunga Tenaga Bahagia dari pantauan radio langsung bergerak ke titik koordinat 2 derajat 36′ 021″ Utara – 101 derajat 20′ 085″ mil laut dari Pulau Sinaboi.
Selain menerjunkan Patkamla dan Kapal Tedung, kapal KD Kasturi dan KM Fajar Lestari juga turut membantu mengevakuasi 15 penumpang kapal muatan tersebut. Setelah dievakuasi, KM Fajar Lestari merapat ke Pelabuhan Dumai dan memberikan pertolongan pertama kepada para korban.
“Ada KM Fajar Lestari yang kebetulan melintas ke arah Dumai. Penumpang KM Bunga Tenaga Bahagia dievakuasi ke sana lalu didata saat KM Fajar merapat di Dumai. Sudah kita data (identitas korban), alhamdulillah tidak ada korban jiwa,” tutup Ariris. (Liputan6.com)
KRI Pulau Rangsang 727 Merapat ke Bangka Selatan
Bangka – Satu Kapal Perang dengan nomor lambung 727 bernama Pulau Rangsang milik pihak TNI-AL asal Jakarta tiba-tiba hampir merapat di ratusan TI Apung di laut Sukadamai Payak Ubi Toboali Kabupaten Bangka Selatan, Kamis (25/6/2015) sore.
Kapal dengan panjang sekitar 100 meter tersebut merupakan jenis kapal satuan penebar ranjau milik pihak Mabes TNI-AL.
“Tadi baru datang, saat ini anggota kita sedang melakukan koordinasi dengan pihak TNI-AL yang berada diatas kapal tersebut,” ungkap Komandan Pos Pantau TNI-AL Toboali, Letda A. Wibowo kepada bangka pos.
Menurut dirinya, pihaknya belum mengetahui rencana kedatangan kapal perang tersebut di wilayah lautan Toboali, apakah untuk menertibkan TI apung yang beroperasi secara ilegal atau ada kepentingan lain.
“Tadi masyarakat malah bilang jangan di bom kami pak, tetap jika memang untuk melakukan penertiban maka kami siap berkoordinasi,” tegasnya. (BANGKAPOS.COM)
TNI AL Butuh Kapal Sapu Ranjau Laut Baru
Hingga saat ini, TNI AL memang memiliki 12 kapal penyapu ranjau. Namun, dari 12 kapal tersebut, rencananya ada dua kapal yang dipensiunkan oleh TNI AL, yaitu KRI Pulau Rengat 711 dan KRI Pulau Rupat 712. Kedua KRI ini memang sudah cukup lama memperkuat jajaran TNI AL, yaitu dioperasikan sejak 1988.
Sementara, Kepala Dinas Penerangan TNI AL (Kadispenal), Laksamana Pertama TNI Manahan Simorangkir, mengungkapkan, kajian soal pengadaan dua kapal penyapu ranjau itu masih terus dilakukan. Kajian itu dilakukan terkait apa yang dibutuhkan dan bagaimana situasi perkembangan terbaru teknologi ranjau. Kajian itu, ujar Manahan, tengah dilakukan oleh Asisten Operasi dan Asisten Perencanaan dan Organisasi (Asrena) KSAL. (Republika.co.id)
Komentar Mikhail Galuzin Soal Pembelian SU-35 TNI AU
Jakarta – Rencana besar TNI AU guna meminang jet tempur Su-35 milik Rusia santer terdengar. Namun dalam kerjasama lanjutan belum ada titik terang mengenai persenjataan alutsista tersebut.
Ketika disinggung mengenai isu tersebut, Duta Besar Rusia untuk Indonesia Mikhail Galuzin menjelaskan bila hal tersebut sudah masuk tahap yang lebih serius. Kendati begitu, soal kapan kesepakatan bisa terjalin, dia sedikit menghindari dengan alasan isu tersebut bersifat internal.
“Jika ditanya sejauh mana, hal itu belum bisa diungkap ke publik, namun kerjasama seputar hal tersebut terus menuju ke arah yang postif,” kata Galuzin ketika ditemui di kediamannya, Jakarta, Kamis, (25/6).
“Dalam pameran Aerospace dan Army exhibition yang dibuka 16 Juni lalu di Moskow, TNI AU diketahui turut menghadiri dan terus berkonsultasi seputar hal itu,” lanjutnya.
Diketahui, kerjasama Rusia dan Indonesia dalam bidang militer memang sudah berlangsung lama.
Dulu tahun 1960an, kekuatan tempur Indonesia menjadi macan Asia. Sejumlah jet tempur paling canggih dari Rusia sudah dimiliki TNI AU. Mulai dari MiG-15, MiG-17, hingga MiG-21. Ada juga pembom strategis Tu-16 dan Tu-16 KS.
Tahun lalu, TNI AU mengumumkan gagasan membeli jet tempur Su-35 untuk menggantikan pesawat F-5 Tiger yang sudah uzur. Maklum pesawat F-5 buatan Northrop Co, Amerika Serikat ini sudah digunakan TNI AU selama 30 tahun lebih.
Satu unit Su-35 bernilai USD 65 juta (setara Rp 844 miliar). Lebih murah dari F-16 buatan AS yang harga jual per unit mencapai USD 165 juta (setara Rp 2,1 triliun). (Merdeka.com)
Malaysia mengapreasiasi bantuan Indonesia pencarian tanker MT Orkim Harmony
Jakarta – Malaysia mengapreasiasi bantuan Indonesia dalam pencarian kapal tanker MT Orkim Harmony yang sempat hilang karena dibajak perompak. Keberhasilan mengungkap perompakan di perairan Malaysia itu disebut tak terlepas atas kerjasama dan dukungan Indonesia, terutama satuan Western Fleet Quick Response (WFQR) atau tim reaksi cepat Koarmabar.
Indonesia yang diwakili oleh Komandan Gugus Keamanan Laut Komando Armada RI Kawasan Barat (Danguskamlaarmabar) Laksamana Pertama TNI Abdul Rasyid turut hadir dalam undangan konferensi pers Agen Penguatkuasan Maritim Malaysia (APMM). Wakil Ketua APMM Bidang Operasi Laksamana Madya Maritim Dato’ Ahmad Puzi bin AB Kahar menyebut keberhasilan operasi pencarian MT Orkim Harmony berkat bantuan dari WFQR di bawah kendal Pangarmabar Laksda Taufiq R.
Keberhasilan pencarian Kapal Orkim Harmony juga disebut berkat terjalinnya pertukaran informasi intelijen yang ditindaklanjuti dengan operasi di laut yang sangat membantu dan membuat semua operasi berjalan dengan lancar.
“Kerjasama antara APMM dan WFQR berawal dari pembentukan sebuah organisasi khusus di mana dalam organisasi ini kedua pihak bergandengan tangan dalam menangani kasus-kasus perompakan khususnya yang melibatkan sindikat pencurian minyak. Keberhasilan mendapatkan informasi terkait lokasi MT Orkim Harmony adalah salah satu wujud kerjasama dan hasil dari organisasi ini,” ungkap Puzi seperti tertulis dalam keterangan Dispenarmabar yang diterima detikcom, Rabu (24/6/2015).
Jaringan kerjasama seperti yang dilakukan APMM dan WFQR, kata Puzi, perlu dilakukan antar-negara, khususnya di Asia Tenggara. Kerjasama yang kuat antara Indonesia dan Malaysia seperti itu, disebut Puzi menjadi pelopor dalam usaha APMM untuk mengembangkan jaringan komunikasi dengan negara lain di Asean.
“APMM sangat mengharapkan jalinan kerjasama ini dapat dikembangkan dengan negara negara Asean yang lain pada masa depan demi membasmi kejahatan perompakan khususnya yangg melibatkan sindikat pencurian minyak,” jelas Puzi.
Menurut Kadispenarmabar, Letkol Ariris Miftachurrahman, dalam mencari Kapal Orkim Harmony, ada 4 KRI yang dikerahkan Guskamla (gugus keamanan laut) Koarmabar. Yakni di antaranya adalah KRI Imam Bonjol, KRI Alamang, KRI Teuku Umar, dan KRI Parang. Selain itu, TNI AL juga mengerahkan pesawat patroli intai maritim U-816 untuk mencari kapal yang membawa bahan bakar minyak itu.
“Peran kita kerjasama, tukar menukar informasi, intelijen, dalam melaksanakan pencarian di wilayah masing-masing. Itu kejadian tanggal 11 Juni, kita sudah aktif dari tanggal 12 juni. Kita sudah bantu mencari,” tutur Ariris dalam keterangan yang sama.
“Mereka minta untuk saling menjaga, mengantisipasi supaya nggak terjadi hal seperti itu (pembajakan kapal) lagi,” pungkasnya. (Detik.com)
Malaysia Siap Nyoto TNI AL Buat Satgas Anti Perompakan
TNI AL di bawah jajaran komando armada kawasan barat (Koarmabar) memiliki satuan tugas bernama Western Fleet Quick Response (WFQR) atau tim reaksi cepat. Satgas ini dikhususkan untuk menekan aksi perompakan atau bajak laut di sepanjang perairan Selat Malaka hingga Laut Cina Selatan.
WFQR dinilai cukup berhasil, terbukti hingga saat ini belum ada laporan perompakan di wilayah perairan kedaulatan Indonesia. Malaysia pun disebut ingin mengadopsi langkah yang diambil Indonesia menyusul kerap munculnya bajak laut yang melakukan kejahatan terhadap kapal-kapal kargo Malaysia di wilayah perairan mereka.
“Malaysia juga dari laporan Pangarmabar juga akan mengaktifkan satuan seperti itu,” ungkap KSAL Laksamana Ade Supandi di Mabes TNI AL, Cilangkap, Jaktim, Rabu (24/6/2015).
Negara Jiran tersebut memang meminta agar kerjasama dengan Indonesia terus ditingkatkan, khususnya untuk menjaga jalur perdagangan di Selat Malaka. Namun pekerjaan pun dilakukan di wilayah masing-masing.
“Nggak (satu regu). Untuk sementara kita yang establish. Karena kalau kita ada laporan-laporan kemudian kita terlambat menindaklanjuti itu juga nanti banyak laporan dan tidak ada follow up,” kata Ade.
“Akan lebih cepat kalau ada laporan, laporan itu misal ada kapal lewat tetapi ada nelayan lagi mancing terus dianggap itu pembajakan mau ada upaya merampok. Itu perlu kita cek. Kalau malam itu kan kapal menangkap ikan dianggap mau merampok,” sambungnya.
Kerjasama semacam itu, kata KSAL, akan sangat efektif dengan saling tersalurnya informasi di bidang pelayaran. Terutama jika ada kasus besar yang terjadi.
“Itu sudah kita bicarakan di kesepakatan tahun lalu. Itu yang dinamakan perbuatan patroli di wilayah masing-masing. Karena kita tidak mungkin kan misalnya coordinate patrol kita nggak mungkin nyebrang nyebrang,” jelas Ade.
“Tapi ada yang mungkin mengefektifkan yaitu komunikasi, dan juga penguatan infrastruktur untuk patroli seperti surveillance, intelijen dll,” tutup mantan Kasum TNI itu.(Detik.com)
Konsep Pertahanan Semesta Indonesia
Panglima TNI Jenderal Moeldoko mengaku pihaknya tengah mempersiapkan pembentukan organisasi baru, yakni Asisten Teritorial (Aster) TNI Angkatan Udara dan Aster TNI Angkatan Laut.
“Ke depan, internal TNI tidak hanya ada aster dari Angkatan Darat, tetapi Aster AU dan AL akan segera dibentuk. Ini untuk meningkatkan kinerja TNI dalam menjaga pertahanan negara,” kata Panglima TNI usai Penyerahan Bantuan Keramik kepada Perwira Menengah dan PNS gol III di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Kamis (25/6/2015).
Menurut Moeldoko, dalam pembentukan Aster AU dan Aster AL perlu ada penyesuaian-penyesuaian capacity building karena hal itu merupakan hal yang baru.
“Contohnya, kita sudah menyiapkan Aster dari AU dan AL. Kita jadikan sekarang Wakil Aster Panglima TNI. Nanti kita proyeksikan jadi Aster di AL dan AU. Jadi semua sudah kita siapkan dari awal,” kata dia.
Panglima TNI menjelaskan, pembentukan aster berangkat dari doktrin sistem pertahanan Indonesia, yakni sistem pertahanan rakyat semesta. Maknanya, sistem pertahanan negara itu dibangun dengan pengerahan seluruh sumber daya nasional untuk kepentingan pertahanan.
“Seluruh sumber daya nasional itu dikerahkan, sumber daya manusia, sumber daya buatan, sumber daya alam dan sumber aset lain sarana prasarana dikerahkan untuk kepentingan pertahanan,” ujar Moeldoko.
Sistem itu disusun atas dasar komponen pertahanan, komponen cadangan, dan komponen pendukung, komponen utama TNI. Komponen cadangan adalah seluruh SDM yang disiapkan dan sudah terinventarisir.
Misalnya, kata Moeldoko, berapa banyak warung makan yang akan digunakan untuk dapur umum dan lainnya. Maka seluruh sarana prasarana untuk pertahanan perlu dikelola.
“Tidak boleh tidak bisa. Kalau di darat seluruh data dikelola di Kodim, Korem, di mana semua itu dimobilisasi untuk pertahanan,” ujarnya.
Begitu juga dari matra laut dan udara, akan mendata berapa perahu yang dimiliki nelayan di Indonesia, berapa pesawat sipil yang ada saat ini untuk digunakan pertahanan negara saat terjadi perang. Oleh karena itu, diperlukan asisten teritorial.
“Ini juga pemikiran baru kami, bahwa diperlukan asisten teritorial AL dan AU. Fungsinya mirip dengan aster di Angkatan Darat. Saat ini, kita belum punya UU komponen cadangan dan komponen pendukung serta UU mobilisasi dan demobilisasi. Kita serahkan nanti,” tutur Moeldoko. (Kompas.com)
Peremajaan Fregat Van Speijk Class Mendesak
Jakarta – TNI AL memiliki enam kapal fregat kelas Van Speijk bekas pakai Angkatan Laut Kerajaan Belanda yang berasal dari dasawarsa ’70-an. “Sudah terlalu tua dan perlu diremajakan dan kami juga fokus pada hal ini,” kata Kepala Staf TNI AL, Laksamana TNI Ade Supandi, di Markas Besar TNI AL, Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu malam.
Dia menyatakan itu menanggapi wacana dari sebagian anggota Komisi I DPR tentang perkuatan TNI AL dan TNI AU. Pemerintah seharusnya lebih menguatkan kedua matra TNI ini ketimbang TNI AD mengingat fokus pembangunan yang bervisi kemaritiman.
Jika fokus ini konsisten dilakukan, menurut sebagian anggota Komisi I DPR dalam satu diskusi, Selasa (23/6), maka anggaran pertahanan perlu ditambah dan alokasi anggaran kepada TNI AL dan TNI AU harus ditambah.
TNI AL, menurut Supandi, berpatokan pada peta jalan Kekuatan Efektif Minimum (MEF) yang telah ditetapkan sejak pemerintahan Presiden Susilo Yudhoyono.
Salah satu peta jalan perkuatan arsenal TNI AL itu adalah melanjutkan pembangunan dua kapal patroli berpeluru kendali buatan PT PAL dan koleganya di Korea Selatan, pengganti kapal latih tiang tinggi KRI Dewaruci —juga akan dinamakan KRI Dewaruci— yang sedang dibangun di Spanyol, dan pengadaan dua kapal hidrografi canggih dari Prancis (satu sudah datang, KRI Rigel).
Ditanya apakah TNI AL menyiapkan “rencana cadangan” jika ada penambahan anggaran negara untuk perkuatan arsenalnya, Supandi menjawab, “Ada, percepatan fregat itu. Kami evaluasi kapal yang dari Belanda itu, kami punya enam fregat kelas Van Speijk itu dan evaluasi sedang dilakukan di PT PAL.”
KRI Karel Sasuit Tubun-356 dari kelas Van Speijk itu juga sudah banyak jasanya bagi negara, di antaranya menjadi “benteng” terapung TNI AL saat konflik Ambalat pertama mengemuka.
Sejak KRI Karel Sasuit Tubun-356 hadir di perairan itu, kapal-kapal perang Tentera Laut Diraja Malaysia menjaga jarak secara signifikan dari Karang Unarang dan perairan di Ambalat.
Dalam doktrin perang di laut, keberadaan kapal perang kelas fregat ini sangat menentukan. Fregat tidak didedikasikan untuk pasukan pendarat dan berada di atas kelas korvet serta di bawah kelas destroyer.
Dengan ukurannya yang menengah dari sisi dimensi dan tonase, dia mampu menjadi pangkalan udara terapung, pijakan peluncuran peluru kendali permukaan dan bawah laut, penginderaan, intelijen (peluncuran tim pasukan khusus), dan pengamatan, hingga “jangkar” eksistnsi angkatan laut di perairan. (AntaraNews.com)
Indonesia – Rusia Bahas Pertukaran Pakar dan Pengadaan Alat Militer
Berdasarkan rilis yang diterima detikcom dari KBRI Moskow, Rabu (24/5/2015), penandatangan kerjasama Memorandum of Understanding on Bilateral Consultation on Security Matters Indonesia–Rusia itu dilakukan di kantor Dewan Keamanan Federasi Rusia di Moskow, pada Senin (22/6).
Indonesia diwakili Menkopolhukam Tedjo Edhy dan pihak Rusia diwakili Sekretaris Dewan Keamanan Federasi Rusia (DKFR) Nikolai Patrushev. Turut hadir dalam acara tersebut Dubes RI Djauhari Oratmangun, Deputi Menko Polhukam Agus Sriyono, pejabat Kemenpolhukam dan KBRI Moskow.
Dalam pertemuan itu, Menko Tedjo dan Sekretaris DKFR berdiskusi selama sekitar 2 jam membahas sejumlah topik bahasan terkait politik, hukum dan keamanan yang menjadi perhatian bersama. Patrushev mengapresiasi politik luar negeri bebas aktif Indonesia yang mengedepankan kemandirian dan kepentingan nasional.
Turut dibahas upaya peningkatan kerjasama kedua negara termasuk pertukaran pakar militer maupun dalam pengadaan alat-alat militer. Dibicarakan juga kerjasama peningkatan pengawasan terhadap pelaku kriminal lintas negara, terorisme dan pencucian uang.
Khusus masalah pemberantasan narkoba, disepakati perlunya mempercepat penandatanganan MoU kerjasama pemberantasan narkoba kedua negara maupun prakarsa latihan gabungan pemberantasan penyelundupan narkoba melalui jalur laut.
Selain dalam rangka penandatanganan MOU, kunjungan Menko Polhukam RI ke Rusia juga dalam rangka memenuhi undangan pemerintah Rusia untuk berpartisipasi dalam International Meeting of High Rangking Officials Responsible for Security Matters di Ulan Ude, Rusia, 24-25 Juni 2015. (Detik.com)
Thursday, 25 June 2015
Proyeksi Militer Indonesia 2009 sampai 2023
BERITA JADUL dari Aviation Week
Dikutip dari komentar di grup FB TDA dari Nora Bella Khairunisa kutipan dari artikel dari Aviationweek tertanggal 3 Februari 2014 Judul artikel: “Indonesia Ramping Up Military Investments Through Coming Decade”Kutipan salah satu paragrafnya :
“The leading platform for Indonesian military spending during the analysis period is the KAI KF-X fighter, which is anticipated to cost at least $5.5 billion by fiscal 2023, the analysis indicates. After that comes the $4.4 billion slated to be spent for Type 209 diesel-electric submarine, and the $1.8 billion slated for Milgem-class corvettes. Indonesia also plans to spend about $1.6 billion for future anti-submarine helicopters during that time, and another $1.5 billion for Sukhoi Su-30 Flankers.”
Tabel dan gambar kapal Milgem di bawah ini diambil dari grup FB TDA
Mohon angka USD di atas ditambahkan tiga angka nol lagi.
Komentar Saya :
G-120 Grob 24 unit sudah diterima semua – menurut Majalah Angkasa 9 Juni 2015
F-16 C/D 24 unit (second) sudah ada beritanya
Coba lihat yang belum kelihatan nyata :
Pembelian KS Type 209 di atas (Changbogo ?) dianggarkan 15 KS diberitakan 12 KS saja
Milgem harga USD 250 juta jadi USD 1800 juta dibagi 250 juta = 7 Milgem , belum terdengar beritanya.
ASW Helicopter dianggarkan 32 unit diberitakan 11 unit AS565 Panther
SU 30 Flanker 6 unit + anggaran 28 unit lagi = 34 unit, diberitakan cuma 16 unit itu pun sudah termasuk Su 27 varian
Super Tucano 20 unit diberitakan 16 unit
BMP-3 series 94 unit – di berita berapa ya, saya lupa ?
Tiger Class Corvette 4 unit – tidak diberitakan
Destroyer 3 unit– tidak muncul di berita
Yang Aneh :
KFX menurut berita kita dapat 20% jadi mungkin 50 pespur tetapi kok anggaran USD 5,5 Milyar ? Apa mungkin dapatnya lebih dari 50 unit ?
KCR 60 M kok biayanya USD 210 juta untuk 3 kapal ? Bukankah untuk satu kapal harga sekitar USD 10.5 juta ? Jadi dapatnya 20 unit.
New Type Patrol Boat ada 4 unit + anggaran 26 unit lagi. Apakah ini adalah dari kelas Klewang yang 30 biji itu (sumber Klewang 30 unit dari Patga)
Jumlah anggaran total di atas adalah USD 21,4 milyar dan ini tidak termasuk anggaran untuk Su 35, Typhoon, Rafale, MBT Leopard, T50i Golden Eagle, MLRS Astros, Nexter dan lain-lain.
Monggo yang hoek-hoek silakan,…hehehe.
Edisi : Bikin bingung
Dari : Tukang Ngitung, PhD.
(JKGR)
Kunjungan KASAL ke Korvet Visby Class Swedia
Kepala Staf Angkatan Laut Indonesia, Laksamana Ade Supandi, baru-baru
ini mengunjungi basis Angkatan Laut Swedia di Karlskrona, di bagian
selatan Swedia, 8-9 Juni 2015. Ia disambut oleh Kepala Angkatan Laut
Kerajaan Swedia, Laksamana Madya Jan Thörnqvist. Mereka menghabiskan
waktu satu setengah hari di pangkalan Angkatan Laut untuk belajar lebih
banyak tentang Kapal Komposit yang saat ini dioperasikan oleh Royal
Swedish Navy.
Kunjungan ini juga termasuk tur ke Korvet Visby Class dan kapal penyapu ranjau. Selain itu, kedua Kepala Angkatan Laut juga mengunjungi Naval Warfare Centre yang baru yang dilengkapi dengan simulator dan peralatan pelatihan.
Kepala Saab Indonesia, Peter Carlqvist bersama-sama dengan Direktur
Senior, Kepala Sistem Tempur Angkatan Laut di Saab, Stefan Hedenstedt,
berkesempatan mempresentasikan portofolio Alutsista Laut milik Saab,
termasuk Kemampuan penyapu ranjau laut Kockums, serta teknologi Komposit
dan Stealth. Mereka juga memaparkan kehadiran Saab dalam kegiatan dan
kerja sama dengan Indonesia untuk kapal serang cepat Siluman (Trimaran)
sebagai solusi maritim ke Laksamana Supandi.
Laksamana Supandi didampingi oleh delegasi pejabat tinggi TNI AL, termasuk Kepala Penganggaran, Laksamana Madya Agung Pramono dan Kepala Operasi, Laksamana Madya Arie Henrycus Sembiring. Duta Besar Indonesia untuk Swedia, Mr. Dewa Made Juniarta Sastrawa dan Duta Besar Swedia untuk Indonesia, Ibu Johanna Brismar Skoog, juga berpartisipasi dalam kunjungan ini. (JKGR)
Kunjungan ini juga termasuk tur ke Korvet Visby Class dan kapal penyapu ranjau. Selain itu, kedua Kepala Angkatan Laut juga mengunjungi Naval Warfare Centre yang baru yang dilengkapi dengan simulator dan peralatan pelatihan.
Laksamana Supandi didampingi oleh delegasi pejabat tinggi TNI AL, termasuk Kepala Penganggaran, Laksamana Madya Agung Pramono dan Kepala Operasi, Laksamana Madya Arie Henrycus Sembiring. Duta Besar Indonesia untuk Swedia, Mr. Dewa Made Juniarta Sastrawa dan Duta Besar Swedia untuk Indonesia, Ibu Johanna Brismar Skoog, juga berpartisipasi dalam kunjungan ini. (JKGR)
Pesawat F-16 Alami Masalah Ban di Lanud Iswahyudi
“Cuma kerusakan kecil, ban nya bermasalah,” ujar seorang petugas di Lanud Iswahyudi saat dikonfirmasi, Rabu (24/6/2015).
Saat dikonfirmasi Kadispen AU Marsma Dwi Badarmanto mengatakan belum mengetahui pasti.
“Saya konfirmasi dulu ya,” ujarnya. (Detik.com)
TNI raih juara umum di Lebanon
Tim dari Indonesia Force Protection Company
(Indo FPC) meraih juara umum dalam Lomba Renang UNIFIL (United Nations
Interim Force in Lebanon) UNIFIL 2015 di Kolam Renang UNIFIL, Naoura,
Lebanon, 15-19 Juni lalu.
Dari seluruh kontingen, pasukan Indonesia mengirimkan dua tim yakni Indo FPC dan Indobatt (Indonesian Battalion).
“Kontingen Indo FPC yang diasuh pelatih Serma Marinir Dhody Adi Chandra itu meraih hasil yang membanggakan sebagai juara umum dengan mendapatkan enam emas dan dua perak,” katanya.
Enam medali emas itu diraih Serma Marinir Dhody Adi Candra (40 meter gaya kupu-kupu/perorangan putra), dan Pratu Aprelian Noer Perdana (100 meter gaya dada/perorangan putra).
Selain itu, Serda Kowad Susi Susanti (40 meter gaya punggung/ perorangan putri), dan Serda Kowad Susi Susanti (40 meter gaya kupu-kupu/perorangan putri).
Berikutnya, Lettu Marinir Heri Supriyadi, Serma Marinir Dhody Adi Chandra, Praka Abdul Husein, dan Pratu Aprelian Noer Perdana (estafet gaya bebas 40 meter x 4 orang/putra).
Tim lain yakni Serma Marinir Dhody Adi Chandra, Serka Heni, Praka Abdul Husein, dan Pratu Aprelian (estafet gaya ganti 40 meter x 4 orang/putra).
Untuk dua medali perak diraih oleh Serma Marinir Dhody Adi Chandra (80 meter gaya ganti/putra), dan Pratu Aprelian Noer Perdana (40 meter gaya dada/putra).
Sementara itu, tim Indobatt yang diasuh pelatih Kapten Inf Seto Purnomo menyabet sepuluh medali yakni sebuah medali emas, empat medali perak, dan lima medali perunggu.
Sebuah medali emas itu diraih oleh Praka Catur (40 meter gaya dada/perorangan putra).
Untuk empat medali perak diraih oleh Praka Marinir Putu Arsana (80 meter gaya kupu-kupu/perorangan putra), dan Serma Ery, Praka Marinir Putu Arsana, Serda Hardi, Pratu jainudin (gaya bebas 40 m x 4 orang gaya bebas/putra).
Selain itu, Serda Keu Mega Kayadu (40 meter gaya kupu-kupu/ perorangan putri), dan Serda Kowad Ria (40 meter gaya punggung/ perorangan putri).
Untuk lima peraih medali perunggu adalah Praka Marinir Putu Arsana (80 meter gaya bebas/perorangan putra), dan Serma Ery (40 meter gaya bebas/perorangan putra).
Selain itu, Serma Ery, Serda Sambas, Praka Marinir Putu Arsana, Praka Catur (80 meter gaya ganti 40 m x 4 orang/putra).
Selanjutnya, Serda Kowad Syabila (80 meter gaya bebas perorangan/putri), Serda Kowad Erin Destriyana (40 meter gaya dada/perorangan putri). (antaranews.com)
KRI Banjarmasin Melewati Terusan Suez
Pelayaran pulang KRI Banjarmasin ke Indonesia seusai
acara puncak di World Expo Milan (WEM) 2015 melewati jalur bersejarah.
Salah satunya adalah Terusan Suez, trek legendaris yang membuka jalur
pelayaran baru. KRI buatan Indonesia itu melewati Terusan Suez selama
lebih dari sepuluh jam.
PULUHAN anak buah kapal (ABK) di buritan KRI Banjarmasin bergemuruh Rabu sore itu (17/6), sesaat setelah terasa kapal tidak lagi melaju di Laut Mediterania. Jangkar sebesar rumah juga dilego. Mereka saling berbisik. Ternyata, KRI Banjarmasin terpaksa harus menunggu antrean untuk memasuki terusan yang masuk wilayah Mesir tersebut.
Salah seorang ABK berceletuk bahwa mungkin KRI Banjarmasin harus menunggu hingga pukul 24.00. Ratusan ABK menunggu detik demi detik. Namun ternyata hingga tengah malam, kapal yang diproduksi pada 2009 itu tidak juga beranjak pergi. ’’Mungkin antrean begitu panjang, bisa jadi besok pagi (Kamis, 18/6) baru bisa masuk Terusan Suez,” ujar salah seorang ABK.
Dari kejauhan tampak lampu-lampu terang dari sebuah kapal yang juga lego jangkar. Bila diamati dengan cermat, ternyata ada puluhan kapal yang juga lego jangkar. Mereka sepertinya senasib dengan KRI Banjarmasin.
Waktu terus merambat; matahari mulai menyongsong. Mesin KRI yang dikomandani Letkol Laut (P) Rakhmat Arief Bintoro itu mulai meraung. Pelan-pelan mesin kian garang. Kapal yang memiliki berat ratusan ton tersebut bergerak masuk Terusan Suez. Tampak pelampung dari besi menyambut. Itu merupakan gerbang masuk terusan yang awalnya diinisiatori Prancis tersebut.
Beberapa ratus meter di depan KRI Banjarmasin tampak sebuah kapal besar yang memuat kargo. Di belakang KRI itu juga tampak kapal kargo yang kian mendekat. Ternyata, memang antrean masuk Terusan Suez begitu panjang.
Dari kejauhan terlihat sebuah kapal kecil berukuran 10 meter persegi. Kapal berwarna putih tersebut sudah terlihat usang. Di haluan kapal kecil itu seorang lelaki berperawakan tinggi dengan muka khas Arab melambai-lambaikan tangan. Ternyata, dia adalah pandu untuk KRI Banjarmasin.
Pandu merupakan orang yang memiliki tugas memandu sebuah kapal untuk bisa melewati Terusan Suez. Tidak hanya mengawasi KRI Banjarmasin, pandu itu juga mengatur kecepatan laju kapal milik TNI-AL tersebut. Sangat mungkin pengaturan kecepatan itu dimaksudkan untuk mencegah menabrak kapal di depan atau malah ditabrak kapal dari belakang.
Di belakang pandu tersebut tampak serombongan orang yang membawa tas besar. Begitu pandu masuk ke anjungan, sekelompok orang itu berhenti di buritan. Entah mengapa mereka menggelar tikar kecil. Tiba-tiba mereka mengeluarkan sesuatu. Brakkk, ternyata mereka membawa dagangan khas Mesir. Mulai gantungan kunci hingga patung-patung tokoh kerajaan Mesir. “Dulu waktu berangkat, pandu ini juga membawa pedagang,” ujar salah seorang ABK.
Namun, tentu barang-barang yang dibawa itu harga laut. Harganya jauh lebih mahal daripada barang setipe di daratan. Namun, ABK KRI Banjarmasin dengan berbagai cara berusaha mendapatkan barang dengan harga yang lebih miring. Alhasil, tawar-menawar dengan harga yang jomplang terjadi. Namun, beberapa kali ABK dengan pedagang laut itu mencapai kata sepakat.
Pasukan khusus TNI-AL tampak berjaga di lambung kanan dan kiri KRI Banjarmasin. Sepertinya komandan KRI tidak ingin mengendurkan penjagaan saat melewati terusan yang menghubungkan Laut Merah dengan Laut Mediterania tersebut.
Selain pandu di anjungan, dari kejauhan terlihat sebuah mobil militer berjalan pelan. Mobil itu berjarak kurang dari 100 meter dari KRI Banjarmasin. Memang mobil tersebut mengawasi KRI Banjarmasin. “Dulu waktu masuk kali pertama, saat berangkat menuju Italia juga seperti ini,” ujar Komandan KRI Banjarmasin Letkol Laut (P) Rakhmat Arief Bintoro.
Dari atas langit terdengar deru mesin helikopter. Kendaraan militer Mesir itu juga bergerak lambat, seakan mengawasi KRI Banjarmasin. “Pengawasan KRI ini saat melewati Terusan Suez memang sangat ketat. Namun, ini bagian dari servis otoritas Terusan Suez. Mereka menjaga dengan aman setiap kapal yang melintas” jelasnya.
Sementara itu, samping kiri dan kanan Terusan Suez tampak begitu gersang. Terkadang terdapat permukiman warga, namun hanya beberapa. Setengah perjalanan, tampak sebuah jembatan yang bisa terbuka saat sebuah kapal melewatinya.
Melewati Terusan Suez seperti melewati padang pasir yang dijaga ketat. Namun, siapa sangka melewati Terusan Suez membutuhkan biaya yang begitu besar. Informasinya, hanya untuk melewatinya, dibutuhkan uang miliaran rupiah. “Memang melewati Terusan Suez ini mahal, tapi ekonomis dibanding harus memutari Benua Afrika,” ujar Rakhmat.
Kecepatan KRI Banjarmasin hanya 8 hingga 10 knot. Panjang Terusan Suez itu sekitar 104 nautical mile. Karena itulah, dibutuhkan waktu sekitar sepuluh jam untuk bisa melewati terusan tersebut. Beberapa kali terlihat kapal yang mengeruk pasir dari dasar terusan.
Tidak jauh dari kapal pengeruk pasir itu juga terlihat pipa-pipa besar yang masuk ke dasar terusan. Di ujung pipa-pipa itu tampak air mancur, seperti hasil sedotan dari Terusan Suez. Sepertinya kedalaman Terusan Suez terus dijaga agar bisa dilewati kapal jenis apa pun.
Meski begitu, melewati Terusan Suez bukan hal mudah. Ibaratnya, kapal melewati alur sempit, ditambah harus masuk dengan cara konvoi. Di depan KRI Banjarmasin ada sebelas kapal yang melewati terusan tersebut dan di belakang ada beberapa kapal yang juga menyusul.
KRI Banjarmasin harus menjaga ritme dan tetap waspada, terutama adanya kemungkinan kapal di depan memperlambat laju. Kalau tidak waspada, risikonya adalah tubrukan atau malah ditubruk kapal dari belakang. “Kami harus menjaga jarak, itulah kesulitannya,” ungkap dia.
Apalagi, terusan yang lebarnya tidak lebih dari 50 meter itu membuat kapal tidak mungkin menyalip kapal di depannya. “Namun akhirnya bisa dengan lancar melewati terusan tersebut,” ujarnya Jumat siang (19/6).
Rakhmat menambahkan, sebenarnya bukan KRI Banjarmasin yang menunggu. Namun, memang strateginya harus tiba sehari sebelumnya. Waktu satu hari itu digunakan untuk berkoordinasi dengan otoritas Terusan Suez. “Ya, menunggu jadwal masuknya. Memang semua jadwal diatur otoritas tersebut. Kami yang harus menyesuaikannya,” jelas dia.
Belum lagi, ada banyak denda yang diterapkan otoritas tersebut. Salah satunya denda untuk kapal yang membuang sampah. Bila diketahui ada yang membuang sampah, dendanya bisa mencapai ribuan dolar Amerika. “Memang ada banyak denda yang diterapkan. Tapi, KRI Banjarmasin aman melaju tanpa ada denda tersebut,” paparnya.
Rakhmat menuturkan, sebenarnya Indonesia bisa banyak belajar dari Terusan Suez itu. Bila ada tempat yang bisa dikelola seperti Terusan Suez tersebut, negara akan mendapat tambahan penghasilan. ’’Untuk saat ini kita harus belajar banyak dari keberadaan Terusan Suez,” tuturnya.
Pada Sabtu (20/6), KRI Banjarmasin telah sampai Pelabuhan Jeddah, Arab. Rencananya, KRI Banjarmasin mengisi logistik sekaligus ABK melakukan umrah di Makkah. Umrah tersebut akan dilakukan selama dua hari. Satu hari ada satu gelombang ABK yang menjalankan ibadah tersebut. ’’Memang biasanya (kru) sebuah KRI yang melewati Jeddah akan sekaligus menjalankan ibadah umrah,” ucap Rakhmat. (Radarlampung.co.id)