
Kru KRI Banjarmasin saat melintasi Terusan Suez, Mesir
Pelayaran pulang KRI Banjarmasin ke Indonesia seusai
acara puncak di World Expo Milan (WEM) 2015 melewati jalur bersejarah.
Salah satunya adalah Terusan Suez, trek legendaris yang membuka jalur
pelayaran baru. KRI buatan Indonesia itu melewati Terusan Suez selama
lebih dari sepuluh jam.
PULUHAN anak buah kapal (ABK) di buritan KRI Banjarmasin bergemuruh
Rabu sore itu (17/6), sesaat setelah terasa kapal tidak lagi melaju di
Laut Mediterania. Jangkar sebesar rumah juga dilego. Mereka saling
berbisik. Ternyata, KRI Banjarmasin terpaksa harus menunggu antrean
untuk memasuki terusan yang masuk wilayah Mesir tersebut.
Salah seorang ABK berceletuk bahwa mungkin KRI Banjarmasin harus
menunggu hingga pukul 24.00. Ratusan ABK menunggu detik demi detik.
Namun ternyata hingga tengah malam, kapal yang diproduksi pada 2009 itu
tidak juga beranjak pergi. ’’Mungkin antrean begitu panjang, bisa jadi
besok pagi (Kamis, 18/6) baru bisa masuk Terusan Suez,” ujar salah
seorang ABK.
Dari kejauhan tampak lampu-lampu terang dari sebuah kapal yang juga
lego jangkar. Bila diamati dengan cermat, ternyata ada puluhan kapal
yang juga lego jangkar. Mereka sepertinya senasib dengan KRI
Banjarmasin.
Waktu terus merambat; matahari mulai menyongsong. Mesin KRI yang
dikomandani Letkol Laut (P) Rakhmat Arief Bintoro itu mulai meraung.
Pelan-pelan mesin kian garang. Kapal yang memiliki berat ratusan ton
tersebut bergerak masuk Terusan Suez. Tampak pelampung dari besi
menyambut. Itu merupakan gerbang masuk terusan yang awalnya diinisiatori
Prancis tersebut.
Beberapa ratus meter di depan KRI Banjarmasin tampak sebuah kapal
besar yang memuat kargo. Di belakang KRI itu juga tampak kapal kargo
yang kian mendekat. Ternyata, memang antrean masuk Terusan Suez begitu
panjang.
Dari kejauhan terlihat sebuah kapal kecil berukuran 10 meter persegi.
Kapal berwarna putih tersebut sudah terlihat usang. Di haluan kapal
kecil itu seorang lelaki berperawakan tinggi dengan muka khas Arab
melambai-lambaikan tangan. Ternyata, dia adalah pandu untuk KRI
Banjarmasin.
Pandu merupakan orang yang memiliki tugas memandu sebuah kapal untuk
bisa melewati Terusan Suez. Tidak hanya mengawasi KRI Banjarmasin, pandu
itu juga mengatur kecepatan laju kapal milik TNI-AL tersebut. Sangat
mungkin pengaturan kecepatan itu dimaksudkan untuk mencegah menabrak
kapal di depan atau malah ditabrak kapal dari belakang.
Di belakang pandu tersebut tampak serombongan orang yang membawa tas
besar. Begitu pandu masuk ke anjungan, sekelompok orang itu berhenti di
buritan. Entah mengapa mereka menggelar tikar kecil. Tiba-tiba mereka
mengeluarkan sesuatu. Brakkk, ternyata mereka membawa dagangan khas
Mesir. Mulai gantungan kunci hingga patung-patung tokoh kerajaan Mesir.
“Dulu waktu berangkat, pandu ini juga membawa pedagang,” ujar salah
seorang ABK.
Namun, tentu barang-barang yang dibawa itu harga laut. Harganya jauh
lebih mahal daripada barang setipe di daratan. Namun, ABK KRI
Banjarmasin dengan berbagai cara berusaha mendapatkan barang dengan
harga yang lebih miring. Alhasil, tawar-menawar dengan harga yang
jomplang terjadi. Namun, beberapa kali ABK dengan pedagang laut itu
mencapai kata sepakat.

Pasukan khusus TNI-AL tampak berjaga di lambung kanan dan kiri KRI
Banjarmasin. Sepertinya komandan KRI tidak ingin mengendurkan penjagaan
saat melewati terusan yang menghubungkan Laut Merah dengan Laut
Mediterania tersebut.
Selain pandu di anjungan, dari kejauhan terlihat sebuah mobil militer
berjalan pelan. Mobil itu berjarak kurang dari 100 meter dari KRI
Banjarmasin. Memang mobil tersebut mengawasi KRI Banjarmasin. “Dulu
waktu masuk kali pertama, saat berangkat menuju Italia juga seperti
ini,” ujar Komandan KRI Banjarmasin Letkol Laut (P) Rakhmat Arief
Bintoro.
Dari atas langit terdengar deru mesin helikopter. Kendaraan militer
Mesir itu juga bergerak lambat, seakan mengawasi KRI Banjarmasin.
“Pengawasan KRI ini saat melewati Terusan Suez memang sangat ketat.
Namun, ini bagian dari servis otoritas Terusan Suez. Mereka menjaga
dengan aman setiap kapal yang melintas” jelasnya.
Sementara itu, samping kiri dan kanan Terusan Suez tampak begitu
gersang. Terkadang terdapat permukiman warga, namun hanya beberapa.
Setengah perjalanan, tampak sebuah jembatan yang bisa terbuka saat
sebuah kapal melewatinya.
Melewati Terusan Suez seperti melewati padang pasir yang dijaga
ketat. Namun, siapa sangka melewati Terusan Suez membutuhkan biaya yang
begitu besar. Informasinya, hanya untuk melewatinya, dibutuhkan uang
miliaran rupiah. “Memang melewati Terusan Suez ini mahal, tapi ekonomis
dibanding harus memutari Benua Afrika,” ujar Rakhmat.
Kecepatan KRI Banjarmasin hanya 8 hingga 10 knot. Panjang Terusan
Suez itu sekitar 104 nautical mile. Karena itulah, dibutuhkan waktu
sekitar sepuluh jam untuk bisa melewati terusan tersebut. Beberapa kali
terlihat kapal yang mengeruk pasir dari dasar terusan.
Tidak jauh dari kapal pengeruk pasir itu juga terlihat pipa-pipa
besar yang masuk ke dasar terusan. Di ujung pipa-pipa itu tampak air
mancur, seperti hasil sedotan dari Terusan Suez. Sepertinya kedalaman
Terusan Suez terus dijaga agar bisa dilewati kapal jenis apa pun.
Meski begitu, melewati Terusan Suez bukan hal mudah. Ibaratnya, kapal
melewati alur sempit, ditambah harus masuk dengan cara konvoi. Di depan
KRI Banjarmasin ada sebelas kapal yang melewati terusan tersebut dan di
belakang ada beberapa kapal yang juga menyusul.
KRI Banjarmasin harus menjaga ritme dan tetap waspada, terutama
adanya kemungkinan kapal di depan memperlambat laju. Kalau tidak
waspada, risikonya adalah tubrukan atau malah ditubruk kapal dari
belakang. “Kami harus menjaga jarak, itulah kesulitannya,” ungkap dia.
Apalagi, terusan yang lebarnya tidak lebih dari 50 meter itu membuat
kapal tidak mungkin menyalip kapal di depannya. “Namun akhirnya bisa
dengan lancar melewati terusan tersebut,” ujarnya Jumat siang (19/6).
Rakhmat menambahkan, sebenarnya bukan KRI Banjarmasin yang menunggu.
Namun, memang strateginya harus tiba sehari sebelumnya. Waktu satu hari
itu digunakan untuk berkoordinasi dengan otoritas Terusan Suez. “Ya,
menunggu jadwal masuknya. Memang semua jadwal diatur otoritas tersebut.
Kami yang harus menyesuaikannya,” jelas dia.
Belum lagi, ada banyak denda yang diterapkan otoritas tersebut. Salah
satunya denda untuk kapal yang membuang sampah. Bila diketahui ada yang
membuang sampah, dendanya bisa mencapai ribuan dolar Amerika. “Memang
ada banyak denda yang diterapkan. Tapi, KRI Banjarmasin aman melaju
tanpa ada denda tersebut,” paparnya.
Rakhmat menuturkan, sebenarnya Indonesia bisa banyak belajar dari
Terusan Suez itu. Bila ada tempat yang bisa dikelola seperti Terusan
Suez tersebut, negara akan mendapat tambahan penghasilan. ’’Untuk saat
ini kita harus belajar banyak dari keberadaan Terusan Suez,” tuturnya.
Pada Sabtu (20/6), KRI Banjarmasin telah sampai Pelabuhan Jeddah,
Arab. Rencananya, KRI Banjarmasin mengisi logistik sekaligus ABK
melakukan umrah di Makkah. Umrah tersebut akan dilakukan selama dua
hari. Satu hari ada satu gelombang ABK yang menjalankan ibadah tersebut.
’’Memang biasanya (kru) sebuah KRI yang melewati Jeddah akan sekaligus
menjalankan ibadah umrah,” ucap Rakhmat. (
Radarlampung.co.id)