Saturday, 16 February 2013
Rusia Mengirim Dua Sukhoi ke Makassar pekan depan
Moskow - Direktur Jendral Perusahaan “Rosoboronexport” Anatoly Isaikin menyatakan, "Kerja sama Indonesia-Rusia dibidang teknik militer berkembang sudah lama dan terus meningkat," kepada koresponden GATRAnews di Moskow, Svet Zakharov, saat jumpa pers di Kementerian Luar Negeri Rusia.
Isaikin menyatakan Indonesia-Rusia telah menandatangani kontrak untuk pasokan enam buah pesawat tempur jenis Sukhoi yaitu SU-30MK2. Pesawat tempur itu akan didatangkan ke Indonesia pada waktunya sesuai dengan kontrak. demikian pernyataan pers yang diterima Sabtu (16/2). Menurut informasi yang diperoleh oleh Gatranews dari Atase partahanan Indonesia di Moskow, Kolonel Andi Kustoro dua buah pesawat tempur Sukhoi akan diberangkatkan tanggal 21 Pebruari mendatang, dari pabrik pembuatannya ke Makasar dengan pesawat raksasa Antonov. "Di sana kemudian pesawat Sukhoinya akan dirakit," tutur Andi.
Lebih lanjut, Isaikin menyebutkan tak hanya Sukhoi, Indonesia-Rusia juga mengadakan kerja sama pasokan persenjataan lainnya. "Dengan Indonesia. seperti dengan negeri-negeri lainnya, kerjasama kita berkembang aktif dewasa ini pada dua jurusan: yaitu layanan setelah penjualan dan transfer teknologi tertentu," kata Isaikin.
Indonesia, lanjut Isaikin, sebagai kebayakan negeri yang ekonominya maju terus, sudah sewajarnya berkepentingan untuk mengembangkan industri sendiri, termasuk industri militer. "Maka saah satu syarat kerja sama kita adalah terjadinya transfer teknologi dibidang teknik militer. Dalam mempertimbangkan kontrak dan usulan dari pihak Indonesia kami pasti memperhitungkan dan mencantumkan dalam kontrak itu pekerjaan bersama dengan perusahaan-perusaaan industri militer Indonesia," tutur Isaikin.
Salah satu program kerja sama yang sekarang sedang digalakkan adalah program ”Rosoboronexort”. "Program ini mengirimkan delegasi-delegasi Rusia ke sejumlah perusahaan industri militer yang leading. Program ini juga termasuk di dalamnya produksi teknik, reparasi teknik angkatan udara, darat dan laut. Saya beranggapan, tegas Anatoly Isaikin, bahwa kerjasama teknik militer kami dengan Indonesia, berada pada tingkat yang sangat baik dan ada prospeknya kerjasama dengan perusahaan kompleks industri militernya adalah cerah.
Selama 2012 lalu, lanjut Isaikin, lewat program ”Rosoboronexport” Rusia telah bekerjasama dengan 60 negeri dan memasok produksi tujuan militer senilai US$ 12,9 milyar, yang melebihi tahun 2011 sebesar 20%. Bagian terbesarnya adalah teknik dirgantara. Sebanyak 43% pasokan militer berada di negara-negara kawasan Asia Pasifik, wilayah Timur (23%), Afrika Utara (23%) dan Amerika Latin (18%). (SZV)
Sumber : Gatra
Indonesia Harus Ambil Alih FIR dari Singapura
Kompas/Dewi Indriastuti
Ilustrasi
Demikian kesimpulan yang didapat dari seminar ”Harapan dan Tantangan Navigasi Penerbangan Indonesia” yang digelar Masyarakat Transportasi Indonesia di Jakarta, Kamis (14/2/2013).
”Wilayah kontrol udara di Indonesia saat ini dikuasai oleh Singapura. Mereka bisa mendapatkan hak untuk mengatur lalu lintas udara karena peralatan mereka lebih modern dan menggunakan satelit. Kini sudah saatnya Indonesia mengambil alih kontrol udara di atas wilayah Indonesia,” kata Marsekal TNI (Purn) Chappy Hakim.
Menurut Chappy, Indonesia mempunyai peluang untuk memegang kendali atas lalu lintas udara tidak hanya di atas Indonesia, tetapi juga untuk kawasan Asia Tenggara.
”Namun, hal itu baru bisa dicapai jika kemampuan dan fasilitas navigasi kita memungkinkan,” kata Chappy.
Direktur Keselamatan dan Standar LPPNPI Wisnu Darjono mengakui, saat ini peralatan radar masih menggunakan radar darat yang jangkauannya tak terlalu luas. ”Kami akan mengganti fasilitas yang lebih modern setelah pengambilalihan ini selesai,” kata Wisnu.
Risman Nurjadin, Ketua Persatuan Ahli Navigasi Penerbangan Indonesia, mengatakan, perlu dibuat rencana cadangan yang andal apabila ada gangguan pada sistem navigasi. ”Rencana ini penting untuk keselamatan,” kata Risman. (ARN)
Sumber : KOMPAS.com
Helikopter Apache Diganti Battlehawk ?
Jika mendengarkan penjelasan KSAD Jenderal Pramono Edhie Wibowo di Mabesad beberapa waktu lalu, penggantian Apache dengan Black Hawk agaknya jauh dari kenyataan, walau bukan mustahil. Menurut KSAD, jika dana tidak mencukupi maka pembelian Apache AH 64 dialihkan ke Super Cobra AH-1W atau Black Hawk UH-60 yang dipersenjatai.
Namun KSAD memberikan catatan, pada intinya TNI AD menginginkan Apache dan akan memperjuangkannya di Komisi 1 DPR. Alasannya adalah military balance di kawasan. Lebih dari itu KSAD juga memegang prinsip, lebih baik memiliki sedikit senjata tapi mematikan daripada banyak namun loyo. TNI AD menginginkan persenjataan terbaik di kelasnya. Hal ini baru rencana di Angkatan Darat. Namun gayung bersambut, Menteri Luar Negeri AS kala itu Hilary Clinton menyampaikan rencana pembelian 8 Apache AH-64D Longbow blok 3 oleh Indonesia ke Kongres AS dan disetujui.
Tiba-tiba Selasa 12 Februari 2013 Juru Bicara Kementerian Pertahanan, Brigadir Jenderal Bambang Hartawan mengatakan, rencana pembelian helikopter Black Hawk menjadi alternatif jika negosiasi harga heli Apache menemui jalan buntu. Yang membingungkan adalah mengapa jika heli serang Apache gagal didapat, alternatifnya jatuh ke heli angkut Black Hawk UH-60 ?.
Kendala Helikopter Serang
Banyak militer di dunia memang menginginkan helikopter serang seperti Apache AH 64, namun harga dan pemeliharaan yang mahal membuat mereka menjadi berpikir ulang. Sementara medan pertempuran tidak selalu masif yang harus menghancurkan ratusan tank dalam waktu bersamaan. Teknologi juga terus berkembang. Akibatnya munculah pertanyaan, apakah helikopter serang ringan atau multirole tidak bisa menangani situasi seperti itu, karena helikopter serang ringan atau multi role memiliki harga dan biaya operasional yang lebih murah.
Ditambah lagi, semua helikopter membutuhkan biaya pemeliharaan yang mahal karena terkait dengan rebuild engine dan rotor secara berkala, maka akan efektif bila membeli satu tipe helikopter. Biasanya, pilihan jatuh ke helikopter serbu ringan atau multi-role.
Metamorfosa Heli Serang Ringan
Selain Apache AH 64, Amerika Serikat juga memiliki heli serang AH-1Z Viper, namun cikal bakalnya berasal dari helikopter angkut pasukan UH-1 Huey. Pada tahun 1967 Angkatan Darat AS mengembangkan helikopter serang ringan dengan mengadopsi turboshaft engine, transmisi dan sistem rotor dari UH-1 Huey. Helikopter serang ringan single engine yang diberinama AH 1G dan banyak terlibat dalam operasi militer di Vietnam.
Marinir AS tertarik dengan AH-1G namun meminta performanya ditingkatkan karena helikopter single engine dianggap berbahaya untuk operasi di laut. Tahun 1968 munculah varian baru dengan twin engine yang diberinama AH 1J Sea Cobra. Senjatanya pun dimodernisasi dengan senjata mesin gatling 3 dan 6 laras (M-61 Vulcan).
Helikopter ini terus dikembangkan hingga pada tahun 1980 muncul AH 1T dilengkapi sistem kontrol penembakan rudal AIM-9 Sidewinder dan AGM-114 Hellfire. Heli ini terus dimodifikasi dengan membuat baling baling komposit dengan sistem rotor yang baru dan diberinama AH 1W Super Cobra. Helikopter dengan 4 baling baling komposit ini mampu menekan kebisingan dan tidak cepat rusak.
Angkatan Darat AS juga meningkatkan performa heli angkut pasukan UH 1 Huey tersebut dengan membangun UH 60 Black Hawk Sikorsky dengan spesifikasi: empat baling-baling, twine engine, daya angkut lebih besar dan menjadi helikopter serbaguna.
Sementara di jajaran helikopter Serang, Angkatan Darat AS mengembangkan Apache AH 64.
Pada pertengahan tahun 1990-an, keinginan Marinir untuk mendapatkan helikopter Apache versi marine ditolak oleh pemerintah AS karena disain AH 64 versi Marinir akan sangat mahal dan penggunanya pun hanya Marinir AS. Akibatnya pada tahun 1996 korps Marinir AS memutuskan untuk meningkatkan performa AH-1W Super Cobra menjadi AH-1Z Viper. Helikopter AH-1Z Viper memiliki dua wing stub yang di-redisign menjadi lebih panjang agar dapat mengangkut senjata lebih banyak yakni: rudal AIM-9 Sidewinder. 2 unit Hydra rocket pods 70 mm atau AGM-114 Hellfire quad missile launcher. Radar Longbow pun bisa dipasang di wing tip station.
Angkatan Darat AS juga terus memodernisasi UH 60 Black Hawk sehingga bisa mengangkut roket hydra 70 atau 16 Hellfire II Anti tank serta dilengkapi dengan senjata mesin M240G 7,62. Sistem avionik dan elektroniknya juga ditingkatkan, namun AS tetap saja memberlakukan UH 60 sebagai helikopter taktis pengangkut pasukan. Persenjataan yang dibawa lebih untuk pertahanan diri.
Dari sejarahnya itu maka tidak heran bentuk dasar AH-1Z memiliki kesamaan dengan UH-60 Black Hawk. Lain halnya dengan helikopter Serbu AH 64 Longbow yang lahir merujuk kepada teknologi helikopter LHX RAH 66 Comanche yang sudah digitalisasi tahun 1990-an, sehingga bentuknya pun mengalami perubahan radikal.
Melihat sejarahnya tersebut, AH 1Z Viper dengan segala model upgrade-nya masih di bawah generasi Apache AH 64 D. Apache memiliki airframe yang telah matang (sempurna). Sementara AH 1Z Viper kemungkinan menjadi varian terakhir dari keluarga helikopter Huey setelah 40 tahun mengudara dan masa produksinya akan berakhir tahun 2030. Sementara AH 64 Apache yang muncul di tahun 1990-an masih memiliki masa hidup yang panjang, begitu pula dengan perkembangan sistem elektronik dan senjatanya.
Untuk urusan persenjataan, Super Cobra AH 1Z Viper mampu mengangkat seluruh persenjataan yang dimiliki oleh Apache, namun tetap saja lemah di bidang proteksi. Apache mampu menahan tembakan beruntun dari anti-aircraft guns kaliber 23 mm, sementara AH-1Z Viper tidak bisa. AH 1 Z yang terus dikembangkan juga masih memiliki banyak bugs antara lain terkait: getaran dan handeling karena basic air framenya teknologi tua.
Dari kondisi tersebut tergambar teknologi Apache AH 64 lebih unggul dari AH-1Z Viper. Helikopter AH 1Z Viper atau AH 1 W Super Cobra menjadi alternatif karena biaya operasinya lebih murah. Perawatannya pun tidak sesulit Apache dan bisa ditangani oleh negera pembeli.
Misi Helikopter
Apache biasanya digunakan Amerika Serikat untuk operasi khusus, operasi pembuka serangan serta deep attack. Sementara AH-1Z Viper atau AH 1W Super Cobra untuk operasi pertempuran reguler maupun kawal pasukan di darat. Namun persoalannya helikopter ini akan berhenti berproduksi 17 tahun lagi.
Bagaimana dengan Helikopter Serba Guna UH-60 Black Hawk (S-70 versi eksport) ?. Tentu helikopter ini tidak bisa dibandingkan dengan Apache maupun AH 1Z Viper, karena peruntukanya memang berbeda. Namun teknologi terus berkembang dan para produsen helikopter tidak pernah kehilangan akal. Kini Sikorsky telah melengkapi UH 60 Black Hawk dengan kemampuan reconnaissance maupun serbu dan diberinama S-70 Battlehawk.
S-70 Battlehawk muncul menjembatani keinginan user untuk memiliki helikopter serang namun biaya dan perawatan yang murah dan bisa digunakan untuk berbagai misi.
Persenjataan S-70 Battlehawk:
50 caliber machine guns , 7.62 caliber machine guns , 7/12/ 19 pod 70 mm rocket launchers, Air-to-ground laser missile system provisions, Helmet-mounted sight, Internal Auxiliary Fuel (200/400 gallon capacity), External Gun Mounting System, External Stores Weapon System.
Rencana pembelian Apache AH-64 digantikan dengan S-70 Battlehawk akan sempurna jika gap antara Apache dan Battlehawk, ditutupi dengan pembelian unmanned combat air vehicle (UCAV) di kemudian hari.
Sumber : JKGR.
Mengurai Java Centris
ANALISIS: - Kunjungan
KSAD ke markas Kodam I Bukit Barisan di Medan tanggal 13 Februari 2013 untuk melihat kesiapan
operasional tentara dan alutsistanya disana tentu memberikan spirit bagi
prajurit TNI AD. Spirit itu akan semakin
bertambah lagi jika melihat rencana menempatkan sejumlah alutsista baru di wilayah itu, misalnya
helikopter serang, rudal arhanud jarak pendek dan sedang termasuk panser
Anoa. Kita tentu menyanbut gembira
karena Sumatera meski tidak berbatasan darat langsung dengan jiran sebelah
namun perkuatan alutsista TNI AD perlu disetarakan dan berkemampuan sengat
lebah.
Penempatan100 MBT Leopard di dua batalyon pada dua
divisi Kostrad di Jawa bisa diterima sebagai perkuatan jantung Indonesia. Namun pengadaan MBT tahap berikutnya pada MEF
tahap II periode 2015-2019 diharapkan tidak lagi ditumpuk di jantung Indonesia
itu. Sangat pantas distribusi prioritasnya
ada di bumi Kalimantan karena wilayah
ini berbatasan darat langsung dengan Malaysia.
Kehadiran MBT di Kalimantan diyakini akan memberikan efek gentar bagi
negara sebelah kulon dan lor yang selama ini meremehkan kekuatan militer Indonesia.
Menuju negara maju, militer pun harus setara dengan nilai NKRI dimata dunia |
Sebenarnya
TNI AU sudah duluan menyebar skuadron tempurnya di luar Jawa. 2 skuadron Hawk 100/200 sudah mengambil
tempat di Pekanbaru dan Pontianak lebih dari 1 dekade yang lalu. Demikian juga dengan skuadron Sukhoi, justru
tidak di Jawa melainkan diletakkan pas banget di tengah-tengah Indonesia,
Makassar. TNI AU juga sudah memastikan
jika 24 jet tempur F16 setara blok 52 datang, 16 biji ditempatkan di Pekanbaru
dan sisanya memperkuat skuadron Madiun yang sudah dihuni 10 F16 lawas. Jet blok 15 yang dimiliki TNI AU sejak tahun
1989 ini akan di upgrade juga untuk menyeimbangkan teknologi avioniknya dengan
adik kelasnya yang mau datang.
Pemekaran
armada tempur TNI AL menjadi 3 armada tempur adalah bagian dari upaya mengurai
alutsista java centris. Selama ini
pangkalan armada di Surabaya adalah segala-galanya. Dua pertiga KRI dimarkaskan
disini termasuk pangkalan kapal selam, pusat perbaikan dan pemeliharaan. Dengan
menyerahkan sejumlah KRI untuk dijelajahkan di ruang lautan NKRI sebelah timur yang
luas, dipangkalkan di Sorong sebagai pusat armada Timur, akan memberikan ruang
kendali keamanan laut yang efektif dengan jarak logistik tidak terlalu panjang
di wilayah itu.
Dalam MEF
kedua nanti, diharapkan kekuatan armada KRI bisa mencapai minimal 180-190 KRI
termasuk 5-7 kapal selam. Nah, alokasi
untuk armada Timur yang berpusat di Sorong bisa dibagi dan mendapat jatah KRI
di kisaran 40-50 kapal perang berbagai jenis. Fasilitas perbaikan kapal perang
juga bisa dilimpahkan ke Sorong atau Manokwari yang berdekatan. Manokwari sudah punya Fasharkan TNI AL, tinggal
dikembangkan saja. Area pantau kawasan
timur semakin tergenggam dengan kehadiran armada Timur yang kesiapan
lantamalnya sudah ready for use seperti Kupang, Merauke, Ambon, Jayapura.
Untuk
armada Barat pusat pangkalan belum bisa ditentukan. Tanjung Pinang yang secara de facto sudah
penjadi pangkalan utama armada Barat sangat berdekatan dengan Singapura. Dari aspek hankam ini tidak ideal. Jika nantinya sudah ada lokasi yang sesuai
dengan analisis strategis TNI AL maka alokasi KRI untuk perairan dangkal ini
tinggal menambah sejumlah KRI. Saat ini
armada barat sudah diperkuat dengan 30-40 KRI berbagai jenis termasuk satuan
kapal cepat rudal (KCR). Idealnya dibutuhkan 30 KCR untuk mengawal perairan
Natuna dan selat Malaka, sementara yang baru bisa dipenuhi saat ini 9 KCR.
Dalam
waktu dekat diniscayakan teknologi rudal
surface to surface dan surface to air sudah dikuasai dan dimiliki oleh ilmuwan
militer Indonesia. Maka sudah tentu
sebagian besar gelar peluncur rudal, radar dan operatornya ada di wilayah
perbatasan yang nota bene di luar Jawa.
KSAD sudah mengisyaratkan akan ada penempatan batalyon roket / rudal di
Kodam I Bukit Barisan termasuk gelar Helikpter serang di wilayah itu. Tentu ke
depannya wilayah Kalimantan, Natuna, Riau, Sumut akan menjadi basis penempatan sejumlah
rudal buatan anak negeri ini. Dan ini pasti
akan memberi kesan gahar. Dengan kesan
ini tentu negara-negara jahil tidak lagi meremehkan Indonesia. Kekuatan militer itu diyakini menjadi
kekuatan “iron dome” atau “tembok Cina” payung pelindung NKRI. Dengan itu negara yang merasa “bermuka tembok”
mulai tahu diri dan berkaca diri sehingga makin terlihat berwibawalah,
bermartabatlah, berharkatlah wilayah teritori RI yang luas ini. Bukan mau ngajak perang, tetapi sebagai
benteng penguat teritori dari segala ancaman luar.
Dengan
militer yang kuat negara lain akan berhitung jika hendak mengganggu atau
mengancam negara kita. Dengan kata lain kekuatan
persenjataan militer itu diyakini menjadi “sekat penghalang” untuk terjadinya
perang. Makanya alutsista militer kita
minimal harus setara dengan negara tetangga, dan itu hukumnya wajib. Jika masih
ada orang yang menganggap tidak perlu memperkuat alutsista TNI maka orang
tersebut perlu diajak jalan-jalan melintasi perairan luas di tanah air ini lalu
diinapkan seminggu saja di pulau terluar Indonesia. Dijamin begitu pulang langsung sadar diri
alias insyaf.
Penempatan
alutsista TNI di seluruh Indonesia secara proporsional adalah bagian dari upaya
menghapus jargon masuk dulu baru gebuk.
Secara bertahap kita akan mampu mengumandangkan slogan : mau coba masuk
saya gebuk duluan. Maka pembentukan
Kogabwilhan merupakan upaya strategis yang harus didukung dalam rangka mengamankan
seluruh teritori NKRI. Kogabwilhan juga
merupakan strategi pemerataan alutsista alias mengurai java centris. Kogabwilhan
merupakan komando gabungan darat laut dan udara dari wilayah pertahanan
Indonesia untuk merespons cepat setiap ancaman yang tak bisa diprediksi. Meski begitu jangan dilupakan, Jawa merupakanjantung Indonesia. Jadi memelihara dan
merawat jantung juga sangat penting utamanya menjaga “serangan kolesterol” yang
bisa mengakibatkan stroke. Maka Jawa
harus diperkuat dengan sejumlah rudal anti serangan udara jarak sedang,
sejumlah jet tempur jelajah seperti Sukhoi dan rudal anti kapal berbasis di
pantai selatan Jawa dan selat Sunda.
Siapa tahu serangan kolesterol itu berasal dari pantai selatan dan kita
pasti sudah tahu siapa sih yang ada di selatan kita.
Sumber :analisalutsista
Hercules Hibah Australia Direncanakan Tiba Akhir Mei 2013
JAKARTA: - Indonesia dan Australia melalui masing - masing angkatan udaranya sedang menjajaki kemungkinan kerja sama pendidikan bidang geospasial dan imagery (Geosmery). "Adanya rencana ini yang secara rinci akan dibicarakan lebih lanjut pada kesempatan Airman To Airman Talk tahun 2013," ujar Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU), Marsdya TNI Ida Bagus Putu Dunia di Mabesau, Jakarta, Kamis (14/2).
Penjajakan kerja sama Geosmery terungkap saat KSAU menerima kunjungan kehormatan Atase Pertahanan Udara (Athanud) Australia Group, Captain Sean Unwind dan asistennya Markus Bangley di Mabesau Jakarta.
Dalam pertemuan itu, KSAU didampingi Aspam KSAU Marsda TNI Kuswantoro, Sekretaris Dinas Penerangan TNI AU (Sesdispenau) Kolonel (Sus) M. Akbar Linggaprana dan Korsmin KSAU Kolonel (Pnb) Imran Baidirus.
Rencana kerjasama pendidikan bidang Geosmery diharapkan kedua angkatan udara bisa terwujud. Selama ini, kerjasama TNI AU dengan Angkatan Udara Australia (Royal Australian Air Force/RAAF) sudah terjalin lama dan harmonis dalam bidang pendidikan dan latihan.
Latihan bersama yang pernah digelar TNI AU dan RAAF, diantaranya latihan Albatros Ausindo, Latma Pitch Black dan Latma Rajawali Ausindo yang dilaksanakan setiap tahun dengan melibatkan pesawat - pesawat tempur dari skadron masing - masing angkatan udara.
Sedangkan, Latma Elang Ausindo dilaksanakan setiap dua tahun sekali. "Meski dilakukan dua tahun sekali kita berharap subtansi dan kualitas latihan tersebut tetap terjaga," harap KSAU.
Dalam aspek pertahanan, Unwin yang pernah menjadi perwira siswa Seskoau tahun 2006 tersebut, mengakui pengaruh Indonesia di Asia Tenggara cukup besar. Ia mengharapkan menjalin kerja sama pertahanan dengan Indonesia, maka stabilitas disekitar Australia tetap terpelihara.
Kedua negara menyadari akan adanya manfaat hubungan dan kerjasama TNI AU dan RAAF sehingga sepakat untuk senantiasa meningkatkan kerjasama, baik secara kedinasan maupun personel.
Dalam kesempatan itu, Sean Unwin juga meminta ijin untuk rencana mengunjungi pangkalan udara di Indonesia, khususnya ke skadron udara terkait dengan adanya rencana penyelenggaraan seminar tentang operasi udara, operasi gabungan serta geospasial dan imagery khususnya bagi para penerbang di skadron udara. Sedangkan waktu dan tempat akan ditentukan kemudian.
Terkait rencana hibah dan transfarmasi pesawat jenis angkut Hercules C-130 yang akan dihibahkan pemerintah Australia kepada Indonesia, Sean Unwin menyatakan, kesiapannya untuk memperkuat armada udara TNI AU yang rencananya akan masuk pada akhir Mei 2013.
Secara terpisah, Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas) dan Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (LPPNPI) sepakat melakukan kerjasama pertukaran informasi dan pemanfaatan data operasi penerbangan sipil.
Penandatanganan MoU itu ditandatangani oleh Panglima Kohanudnas, Marsda TNI FHB. Soelistyo dengan Dirut LPPNPI di ruang pertemuan Mulawarman Ditjen Hubud, Jakarta, baru-baru ini.
Sumber: Suara Karya
TNI AD Terus Bersinergi Bangun Batam
BATAM:- Upaya menjaga kondisi Batam yang aman dan kondusif, Kodim 0316/Batam dan Yonif 1334/Tua Sakti terus bersinergi dengan Pemerintah Kota (Pemko) Batam. Sinergi ini terlihat dari bantuan pengamanan hingga tanggap darurat. Salah satunya adalah Komandan Kodim 0316/Batam Letkol Czi Ahmad Rizal Ramdhani dan Danyonif 134/TS Mayor Persada Alam secara rutin melakukan pertemuan dengan sejumlah paguyuban yang ada di Batam.
Hal ini dilakukan guna meminimalisir terjadinya konflik antar suku di Batam. Kegiatan lain yakni melakukan latihan penanganan tanggap bencana. Hal ini sebagai wujud partisipasi TNI AD untuk penanggulangan bencana alam di Batam.
"Latihan ini sebagai bentuk persiapan untuk membantu Pemko jika sewaktu-waktu ada bencana," ujar Ahmad Rizal Ramdhani beberapa waktu lalu.
Selain tanggap darurat, baru-baru ini, TNI AD bersama dinas terkait melakukan latihan pembibitan tanaman buah dan sayur. Latihan ini sebagai wadah pembekalan untuk memberikan ilmu bagaimana melakukan pembibitan menuju Batam yang hijau.
"Yang sudah dapat pelatihan ini, akan terjun mendistribusikan ilmunya ke masyarakat bagaimana melakukan pembibitan," kata Ahmad Rizal ketika membuka pelatihan pembibitan di daerah Jembatan IV Barelang belum lama ini.
Untuk kegiatan pengamanan yang sifatnya insidentil, baik Kodim 0316 Batam dan Yonif 134 TS, setiap saat berupaya membantu polisi setempat ketika terjadi demonstrasi, seperti halnya ketika aksi demonstrasi para buruh terkait UMK.
"Kita sifatnya membantu, seluruh kekuatan kita siap turun membantu mengamankan jika terjadi anarkis," katanya di tengah-tengah meninjau langsung demonstrasi beberapa waktu lalu.
Semua rangkaian kegiatan ini dilakukan kata Dandim ini guna menciptakan kondisi Batam yang kondusif. Sehingga keberadaan Batam sebagai Kota industri dan kota MICE bisa terwujud.
KSAD Kunjungi Kepri
Dalam upaya menjaga kondisi Kepri yang aman dan kondusif, Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo mengunjungi Kepri, khususnya Kabupaten Natuna, Kamis (14/2).
Informasi yang dihimpun, adik kandung Ani Yudhoyono (Isteri Presiden) ini akan mengunjungi langsung sejumlah pulau-pulau terluar di daerah perbatasan yang ada di Natuna dan juga dalam rangka pembentukan Yonif 135 Natuna, sebagai upaya menambah infrastruktur dan SDM pengamanan.
Salah seorang perwira TNI AD mengatakan ada dua hal yang menjadi penekanan dalam kunjungan KSAD ini. Pertama sebagai upaya memberikan perhatian kepada penduduk di pulau terluar. Kedua, upaya untuk membangun kekuatan guna menjaga Natuna dan secara umum Kepri dari berbagai gangguan keamanan luar.
Namun demikian, saat sejumlah awak media hendak menanyakan prihal kunjungan tersebut, Pramono Edhie tak sempat memberikan keterangan lantaran pesawat yang ditumpanginya sudah siap berangkat ke Natuna.
Namun dia berjanji untuk menjelaskan prihal kunjungannya setelah nanti kembali ke Batam dan melanjutkan perjalanan ke Jakarta.
"Maaf, pesawatnya mau berangkat, nanti setelah pulang saya jelaskan tujuan kunjungannya," ujar Pramono Edhie sambil bergegas menuju ke pesawat.
Sebelum bertolak ke Natuna, atau saat transit di ruang VIP Bandara Hang Nadim, Pramono Edhie disambut Danrem 033/WP Brigjen TNI Deny K Irawan, Kapolda Kepri Brigjen Pol Yotje Mende, Danlanal Batam Kolonel Laut (P) Nurhidayat dan Dandim 0316/Batam Letkol Czi Ahmad Rizal Ramdhani.
Sementara dari dijajaran pemerintah sipil, hadir perwakilan Gubernur Kepri, Walikota Batam Ahmad Dahlan, Ketua BP Batam Mustofa Widjaya, Kepala BC Batam Untung Basuki dan sejumlah Kepala Dinas Provinsi Kepri dan Batam.
Dalam kunjungan kali ini, selain didampingi sejumlah petinggi di TNI AD, KSAD juga didampingi langsung istrinya, Candra Kirana Kiki Edhie Wibowo. [mes]
Sumber : INILAH
Koarmatim Ledakkan Ranjau Peninggalan Jepang
Tim Satgas Demolisi terdiri dari personel Satran Koarmatim, satu tim
Satkopaska Koarmatim, satu tim penyelam selaku Pam SAR laut serta
personel dari Labinsen dan Arsenal melaksanakan penghancuran ranjau,
Sabtu (16/2) di Batang, Jawa Tengah.
Ranjau laut yang masih aktif itu memiliki berat 384 kilogram, berat peledak 179 kg, diameter 86 cm dan memiliki tinggi 114 cm tersebut berhasil diledakkan dengan sempurna. Begitu meledak, terdengar suara ledakkan yang menggelegar dan asap hitam pun membumbung tinggi ke langit Batang.
Peledakaan ini disaksikan langsung oleh Pangarmatim Laksamana Muda TNI Agung Pramono, S.H., M. Hum beserta staf, Bupati Batang Yoyok Sudibyo, Komandan Lanal Tegal serta Muspida setempat.
Menurut tim dari Labinsen, diperkirakan ranjau laut ini merupakan sisa peninggalan Jepang pada era Perang Dunia II yang disebarkan di perairan Laut Jawa. Setelah diteliti ranjau ini ternyata masih aktif. Hal ini dikarenakan bahwa semua jenis ranjau yang ada di dunia bahan peledaknya tidak akan pernah rusak walaupun bertahun-tahun di dalam tanah maupun di dalam laut.
Pada kesempatan itu, pengamanan dilakukan di daerah peledakan ranjau secara melingkar 360 derajat dengan pusat tanggul peledakan sejauh 1000 m dari lokasi peledakan. Warga pun dihimbau agar tidak mendekat dengan radius 3000 m.
Berdasarkan siaran pers Dinas Penerangan Koarmatim, informasi mengenai ranjau tersebut bermula pada hari Selasa tanggal 12 Februari 2013 dimana Posal Sigandu, Batang, yang berada dibawah jajaran Pangkalan TNI Angkatan Laut (Lanal) Tegal, Jawa Tengah menerima laporan dari warga desa Petodanan, Kecamatan Batang, Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Warga melaporkan perihal ditemukannya sebuah benda bulat mencurigakan di perairan pantai Secepit, Batang.
Mendapat laporan tersebut, personel Pos Pengamat TNI Angkatan Laut (Posal) Sigandu dibawah pimpinan Pelda Saa Sukadirin, melaksanakan pengecekkan ke lokasi.
Setelah diadakan pengamatan ternyata benda bulat tersebut diduga kuat adalah ranjau laut. Sebelum melapor, warga sempat mengira benda itu hanya barang rongsokan atau besi tua dan sempat berpikiran untuk membelah benda tersebut lalu dijual.
Laporan ini kemudian diteruskan ke Lanal Tegal.Kemudian Komandan Lanal Tegal Letkol Laut (P) Joko Triwanto membentuk tim untuk melaksanakan pengamanan ranjau dan bekerja sama dengan Kodim/0736 Batang, Polres Batang dan Pemerintah Daerah Batang.
Pengamanan dilaksanakan untuk memantau ranjau agar tidak terbawa air laut atau terseret gelombang air laut karena posisi ranjau berada di pinggir bibir pantai. Selain itu tim ini juga melaksanakan penjagaan di sekitar lokasi agar masyarakat sekitar tidak mendekat dengan memasang garis polisi.
Informasi penemuan ranjau laut ini kemudian diteruskan ke Panglima Armada RI Kawasan Timur (Pangarmatim) Laksamana Muda TNI Agung Pramono, S.H., M.Hum dan ditindak lanjuti dengan membentuk Satgas peledakkan ranjau dan selaku Komandan Satgas Peledakan Ranjau adalah Komandan Satuan Kapal Penyapu Ranjau Koarmatim Kolonel Laut (P) Benny S dan Asintel Danguspurlaarmatim Kolonel Laut (P) Yeheskiel Kantiandhago selaku Wadan Satgas sekaligus selaku Katim Eksekutor Ranjau beserta tim dari Arsenal.
Ranjau laut yang masih aktif itu memiliki berat 384 kilogram, berat peledak 179 kg, diameter 86 cm dan memiliki tinggi 114 cm tersebut berhasil diledakkan dengan sempurna. Begitu meledak, terdengar suara ledakkan yang menggelegar dan asap hitam pun membumbung tinggi ke langit Batang.
Peledakaan ini disaksikan langsung oleh Pangarmatim Laksamana Muda TNI Agung Pramono, S.H., M. Hum beserta staf, Bupati Batang Yoyok Sudibyo, Komandan Lanal Tegal serta Muspida setempat.
Menurut tim dari Labinsen, diperkirakan ranjau laut ini merupakan sisa peninggalan Jepang pada era Perang Dunia II yang disebarkan di perairan Laut Jawa. Setelah diteliti ranjau ini ternyata masih aktif. Hal ini dikarenakan bahwa semua jenis ranjau yang ada di dunia bahan peledaknya tidak akan pernah rusak walaupun bertahun-tahun di dalam tanah maupun di dalam laut.
Pada kesempatan itu, pengamanan dilakukan di daerah peledakan ranjau secara melingkar 360 derajat dengan pusat tanggul peledakan sejauh 1000 m dari lokasi peledakan. Warga pun dihimbau agar tidak mendekat dengan radius 3000 m.
Berdasarkan siaran pers Dinas Penerangan Koarmatim, informasi mengenai ranjau tersebut bermula pada hari Selasa tanggal 12 Februari 2013 dimana Posal Sigandu, Batang, yang berada dibawah jajaran Pangkalan TNI Angkatan Laut (Lanal) Tegal, Jawa Tengah menerima laporan dari warga desa Petodanan, Kecamatan Batang, Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Warga melaporkan perihal ditemukannya sebuah benda bulat mencurigakan di perairan pantai Secepit, Batang.
Mendapat laporan tersebut, personel Pos Pengamat TNI Angkatan Laut (Posal) Sigandu dibawah pimpinan Pelda Saa Sukadirin, melaksanakan pengecekkan ke lokasi.
Setelah diadakan pengamatan ternyata benda bulat tersebut diduga kuat adalah ranjau laut. Sebelum melapor, warga sempat mengira benda itu hanya barang rongsokan atau besi tua dan sempat berpikiran untuk membelah benda tersebut lalu dijual.
Laporan ini kemudian diteruskan ke Lanal Tegal.Kemudian Komandan Lanal Tegal Letkol Laut (P) Joko Triwanto membentuk tim untuk melaksanakan pengamanan ranjau dan bekerja sama dengan Kodim/0736 Batang, Polres Batang dan Pemerintah Daerah Batang.
Pengamanan dilaksanakan untuk memantau ranjau agar tidak terbawa air laut atau terseret gelombang air laut karena posisi ranjau berada di pinggir bibir pantai. Selain itu tim ini juga melaksanakan penjagaan di sekitar lokasi agar masyarakat sekitar tidak mendekat dengan memasang garis polisi.
Informasi penemuan ranjau laut ini kemudian diteruskan ke Panglima Armada RI Kawasan Timur (Pangarmatim) Laksamana Muda TNI Agung Pramono, S.H., M.Hum dan ditindak lanjuti dengan membentuk Satgas peledakkan ranjau dan selaku Komandan Satgas Peledakan Ranjau adalah Komandan Satuan Kapal Penyapu Ranjau Koarmatim Kolonel Laut (P) Benny S dan Asintel Danguspurlaarmatim Kolonel Laut (P) Yeheskiel Kantiandhago selaku Wadan Satgas sekaligus selaku Katim Eksekutor Ranjau beserta tim dari Arsenal.
Sumber : Jurnal
BBM Kegiatan Operasional TNI Membengkak, Itu Salah Pemerintah
JurnalParlemen/Andri Nurdriansyah
Anggota Komisi I DPR dari Fraksi Partai Golkar Fayakun Adriadi
Kita
dari tahun-tahun kemarin, sudah minta motode kuantum dilaksanakan
sesegera mungkin. Persoalannya kan Kementerian Keuangannya yang tidak
mau pakai cara perhitungan kuantum.
Senayan -
Anggota Komisi I DPR dari Fraksi Partai Golkar Fayakun Adriadi
menyalahkan pemerintah dalam kasus pembengkakan penggunakan BBM bagi
kegiatan operasional TNI. Itu karena Kementerian Keuangan tidak
mendengarkan saran DPR.Menurut Fakayun, alokasi kuota BBM untuk operasional TNI, itu semestinya menggunakan perhitungan kuantum, yaitu alokasi BBM berdasarkan kebutuhan operasional setiap kendaraan atau kapal perang TNI yang ada. Tidak dengan cara seperti yang dipakai saat ini, TNI mendapatkan jatah BBM untuk opersionalnya berdasarkan jumlah nominal saja. Sehingga saat harga minyak dunia harganya naik, itu akan mempengaruhi dan membuat susut jumlah kuota BBM. Karena BBM yang digunakan operasional TNI berdasarkan harga BBM normal.
"Alutsistanya nambah terus. Sementara BBM-nya dipatok berdasarkan Rupiah. Sementara BBM buat kapal perang itu harganya harga market. Jadi kalau harga minyak dunia lagi tinggi, otomatis jatah BBBM untuk TNI jumlah liternya menjadi sedikit karena dipatok rupiah. Jadi nggak bisa begitu dasar perhitungannya," tandas Fayakun Adriadi kepada JurnalParlemen Jumat (15/2).
Fayakun menanggapi laporan pihak TNI saat raker di Komisi I pada Selasa 5 Februari 2013 lalu bahwa telah terjadinya pembengkakan BBM untuk operasional sebesar Rp 7 triliun. Anggota Badan Anggaran ini mengatakan, seharusnya kebutuhan BBM untuk kapal perang itu menggunakan ukuran kuantum, dan Komisi I pun sudah minta agar penggunaan perhitungan BBM untuk TNI ini dengan motode kuantum. Namun hingga kini, Pemerintah dalam hal ini Kemenkeu, tidak juga memperhatikan saran dari Komisi I.
"Kita dari tahun-tahun kemarin, sudah minta itu (motode kuantum) dilaksanakan sesegera mungkin. Persoalannya kan Kementerian Keuangannya yang tidak mau pakai cara perhitungan kuantum. Nilai sebuah kedaulatan negara, apa bisa diukur dengan uang. Ini kan Menteri Keuangan ngukurnya kan untung rugi. Kalau menyangkut kedaulatan negara itu tidak ada istilah untung rugi," tandasnya.
Pada tahun 2012 lalu, pihak TNI pernah melaporkan akan terjadinya pembengkakan BBM untuk operasional sekitar Rp 6 triliun. Namun soal itu, menurut Fayakun, sudah ada pemecahannya. Masalah ini telah dibahas di Banggar dengan Menkeu, dan DPR minta masalah tunggakan BBM ini diselesaiakan di internal Pemerintah.
"Yang tunggakan Rp 6 trilun tahun lalu sudah diselesaikan. Kalau di pemerintah kan ada 'kantong kanan-kantong kiri'. Jadi tidak serta merta dihapuskan. Tetapi dilihat bahwa kebutuhannya itu, rasionalisasinya menjadi berapa. Jadi yang dulu tunggakannya Rp 6 triliun itu sudah diselesaikan. Dan saat ini muncul lagi Rp 7 triliun, sebagaimana yang disampaikan saat Raker dengan Panglima TNI dan 3 Kepala Staf TNI pekan lalu itu," ujarnya.
Sumber : Jurnalparlemen
Lanud Gading Segera Difungsikan
PLAYEN -
Jika tidak ada aral, tahun ini Lanud Gading, Playen digunakan sebagai
pangkalan TNI AU. Pesawat latih dari Jogjakarta akan banyak beterbangan
di sana. Masyarakat diminta menjaga keamanan aset negara tersebut.Kepala
Dinas Operasi Lanud Adi Sucipto Kolonel Penerbangan Minggit Tribowo
mengatakan persiapan operasionalisasi masih terus dilakukan. Sekarang,
pihaknya tengah menunggu perlengkapan navigasi dari dinas perhubungan.
Sebab pembangunan bandara ini hasil kerjasama TNI AU dan pemerintah
daerah.
“Harapannya, kalau sudah selesai, tahun ini akan segera kami fungsikan,”
katanya di sela memantau terjun payung Paskhas TNI AU di Lanud, Gading,
Playen (14/2). Pemanfaatan Lanud Gading sebagai pangkalan TNI AU dengan
pertimbangan Lanud Adi Sucipto sudah terlalu padat. Mengenai terjun
payung, Minggit mengatakan pesertanya 52 penerjun Paskhas dan 11 tim
Federasi Aero Sport Indonesia (Fasi) dibawa dengan pesawat Hercules.
Selain menjajal pangkalan udara, terjun payung juga sekaligus
mengenalkan kepada masyarakat bahwa ada fasilitas lapangan udara di
Gading. “Kami berharap masyarakat menjaga kemananan karena ini merupakan
aset yang kami kelola,” pintanya.
Terjun payung melibatkan penerjun statis
dan penerjun freefall. Penerjun statis, begitu terjun dari pesawat
parasutnya langsung mengembang. Teknik ini ditujukan untuk taktik
militer, merebut pangkalan sehingga terjun tidak terlalu tinggi. “Kalau
freefall, mengutaman kesenyapan supaya tidak diketahui musuh,”
terangnya.
Atraksi langka di Gunungkidul itu
menjadi tontonan masyarakat setempat. Tak hanya orang dewasa, nampak
anak-anak antusias menyaksikan pertunjukan dari penerjun TNI AU. Salah
seorang siswa SD Kanisius, Beji, Playen, Andi Agata mengaku senang
dengan tontonan terjun payung. Dia datang dengan puluhan temannya sejak
pukul 07.30.
Bahkan, saking cintanya dengan TNI AU,
sejumlah pelajar SD berebut foto dengan para tentara. Menggunakan kamera
ponsel, calon generasi penerus bangsa dari kota Gaplek asik berpose ala
model. “Nanti akan saya tunjukkan kepada teman saya di rumah,” ucap
pelajar yang lain sambil berlalu. (gun/iwa)
Sumber : Radarjogja
|
RI - Australia Jajaki Kerja Sama Pendidikan Geosmery
JAKARTA (Suara Karya): Indonesia dan Australia melalui masing - masing
angkatan udaranya sedang menjajaki kemungkinan kerja sama pendidikan
bidang geospasial dan imagery (Geosmery). "Adanya rencana ini yang
secara rinci akan dibicarakan lebih lanjut pada kesempatan Airman To
Airman Talk tahun 2013," ujar Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU),
Marsdya TNI Ida Bagus Putu Dunia di Mabesau, Jakarta, Kamis (14/2).
Penjajakan kerja sama Geosmery terungkap saat KSAU menerima kunjungan
kehormatan Atase Pertahanan Udara (Athanud) Australia Group, Captain
Sean Unwind dan asistennya Markus Bangley di Mabesau Jakarta.
Dalam pertemuan itu, KSAU didampingi Aspam KSAU Marsda TNI Kuswantoro,
Sekretaris Dinas Penerangan TNI AU (Sesdispenau) Kolonel (Sus) M. Akbar
Linggaprana dan Korsmin KSAU Kolonel (Pnb) Imran Baidirus.
Rencana kerjasama pendidikan bidang Geosmery diharapkan kedua angkatan
udara bisa terwujud. Selama ini, kerjasama TNI AU dengan Angkatan Udara
Australia (Royal Australian Air Force/RAAF) sudah terjalin lama dan
harmonis dalam bidang pendidikan dan latihan.
Latihan bersama yang pernah digelar TNI AU dan RAAF, diantaranya
latihan Albatros Ausindo, Latma Pitch Black dan Latma Rajawali Ausindo
yang dilaksanakan setiap tahun dengan melibatkan pesawat - pesawat
tempur dari skadron masing - masing angkatan udara.
Sedangkan, Latma Elang Ausindo dilaksanakan setiap dua tahun sekali.
"Meski dilakukan dua tahun sekali kita berharap subtansi dan kualitas
latihan tersebut tetap terjaga," harap KSAU.
Dalam aspek pertahanan, Unwin yang pernah menjadi perwira siswa
Seskoau tahun 2006 tersebut, mengakui pengaruh Indonesia di Asia
Tenggara cukup besar. Ia mengharapkan menjalin kerja sama pertahanan
dengan Indonesia, maka stabilitas disekitar Australia tetap terpelihara.
Kedua negara menyadari akan adanya manfaat hubungan dan kerjasama TNI
AU dan RAAF sehingga sepakat untuk senantiasa meningkatkan kerjasama,
baik secara kedinasan maupun personel.
Dalam kesempatan itu, Sean Unwin juga meminta ijin untuk rencana
mengunjungi pangkalan udara di Indonesia, khususnya ke skadron udara
terkait dengan adanya rencana penyelenggaraan seminar tentang operasi
udara, operasi gabungan serta geospasial dan imagery khususnya bagi para
penerbang di skadron udara. Sedangkan waktu dan tempat akan ditentukan
kemudian.
Terkait rencana hibah dan transfarmasi pesawat jenis angkut Hercules
C-130 yang akan dihibahkan pemerintah Australia kepada Indonesia, Sean
Unwin menyatakan, kesiapannya untuk memperkuat armada udara TNI AU yang
rencananya akan masuk pada akhir Mei 2013.
Secara terpisah, Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas) dan
Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (LPPNPI)
sepakat melakukan kerjasama pertukaran informasi dan pemanfaatan data
operasi penerbangan sipil.
Penandatanganan MoU itu ditandatangani oleh Panglima Kohanudnas, Marsda
TNI FHB. Soelistyo dengan Dirut LPPNPI di ruang pertemuan Mulawarman
Ditjen Hubud, Jakarta, baru-baru ini. (Feber S)
DENGAN SEMANGAT BARA API, SEMPU LAKSANAKAN ESCORT DI ATAS LAUT MEDITERANIA
Blate Marjayoun,
UN Posn 7-3, 09 Pebruari 2013, Satuan tugas POM TNI Kontingen Garuda
XXV-E/UNIFIL ( United Nation Interim Force In Lebanon ) melaksanakan
escort lewat jalur laut. Tim escort di bawah komando Letda Cpm Ibrahim
Rahman beserta lima anggota melaksanakan escort kontingen Tanzania dari
Sector West Military Police Unit di atas kapal “ UN Luciano “ di laut
mediterania Lebanon, Kamis ( 08/02/2013 ).
Setelah duty officer menerima permintaan Sector East UNIFIL untuk
melaksanakan pengawalan atau escort kontingen Tanzania yang melaksanakan
rotasi. SEMPU siap melaksanakan tugas pengawalan, escort yang dimulai
dari proses loading kendaraan dan personil di laksanakan pada starting
point di “ Naqoura Sea port “. OIC traffic Letda Cpm Ibrahim Rahman
menekankan kepada seluruh timnya untuk menjaga keamanan, keselamatan dan
ketertiban selama melaksanakan escort di atas kapal “ LUCIANO “
mengingat penugasan untuk pelaksaan escort lewat laut ini merupakan
pengawalan yang pertama kali.
Walaupun escort
di atas laut yang dimulai dari Naqoura Seaport menuju Beirut Seaport
harus berhadapan dengan kondisi ombak pasang akibat angin kencang yang
bertiup yang berkali kali ombak menghantam lambung kapal, Tim escort
SEMPU yang di pimpin oleh TIM OIC traffic Letda Cpm Ibrahim Rahman tetap
melaksanakan tugas dengan penuh dedikasi dan integritas yang tinggi.
Mr. Pavis dari
MOVCON UNIFIL ( Movement Control United Nation Interim Force In Lebanon )
menilai bahwa personil SEMPU merupakan Polisi Militer yang profesional
dan berdedikasi dalam melaksanakan tugasnya, dan orang nomer satu di
Movcon ini mengangkat topi yang setinggi tingginya atas suksesnya
pengawalan yang berlangsung aman dan tertib selama pelaksanaan escort
dari Naqoura Seaport sampai Beirut seaport.
Tidak hanya itu,
Komandan kontingen Tanzania juga mengucapkan terima kasih dan
apresiasinya kepada seluruh personil SEMPU terhadap kinerja dan
profesionalisme dalam menjaga ketertiban anggota kontingen Tanzania.
Menurut OIC
traffic, pujian dan pengharagaan yang telah diberikan oleh ketua MOVCON
dan Komandan Kontingen Military Police Tanzania tersebut tidak membuat
kita berbangga diri, tapi jadikan apresiasi tersebut sebagai “ bara api “
untuk memacu seluruh personil SEMPU untuk melaksanakan tugas yang
sebaik baiknya dalam melaksanakan tugas pada misi UNIFIL Lebanon.
Authentikasi : Bapen Satuan Tugas POM TNI Kontingen Garuda XXV-E/UNIFIL Serma Bah Eko Miratno.
Sumber : Pkc-indonesia
Prediksi Pengadaan alutsista MEF Tahap II (Sisa target 62% Tahun 2015 sd Tahun 2019) Asumsi anggaran untuk 5 tahun sebesar US$ 20 milyar
Program modernisasi
persenjataan TNI untuk memantapkan postur tentara modern sedang berlangsung
menuju penyelesaian babak pertama.
Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro baru-baru ini mengatakan sampai
dengan akhir tahun 2014 program yang dikenal dengan sebutan MEF (Minimum
Essential Force) akan mencapai 38% dari nilai target MEF. Itu artinya pada babak kedua nanti yang
berlangsung selama 5 tahun berikutnya akan dikejar penyelesaian target 62% MEF
yang digadang-gadang itu.
Pemerhati pertahanan UI Andi
Widjajanto memprediksi bahwa anggaran militer untuk MEF kedua tahun 2015-2019
akan mencapai US$20 Milyar. Kalau kita
membandingkan dengan anggaran MEF tahap
I tahun 2010-2014 yang mencapai US$ 15 milyar dengan pencapaian 38%, maka angka
20 milyar dollar AS itu sebanding dengan target sisa 62% yang ingin dicapai. Titik kritis dari perjalanan mencapai target
100% pada “babak kedua” nanti ada pada pengambil kebijakan yang nota bene
pemerintahan baru pasca 2014. Jika
pemerintahan baru nanti “senafas” dengan yang sekarang meski figur beda atau
punya ide yang sama untuk menyelesaikan target MEF TNI, diniscayakan perjalanan
MEF akan sesuai dengan harapan kita semua.
Proyeksi Anggaran Pertahanan RI menurut Andi Widjajanto |
Berdasarkan itu maka prediksi
perkuatan alutsista dan postur TNI pada tahapan kedua nanti boleh jadi akan
bergambar seperti ini :
Ø
Pengadaan 1 Skuadron Sukhoi Family, peluang pada SU35 BM
Ø
Pengadaan 2 Skuadron dari jenis Typhoon atau Rafale
Ø
Pengadaan 1 skuadron F16 blok 52 tawaran hibah batch 2
Ø
Pengadaan 3 CN295 AEW
Ø
Pengadaan 3 pesawat angkut A400M
Ø
Pengadaan 4 pesawat angkut Hercules type J
Ø
Pengadaan 5 radar militer
Ø
Pengadaan 1 skuadron UAV batch 2
Ø
Pengadaan 4 pesawat intai taktis maritim CN235 MPA
Ø
Pengadaan 3 pesawat intai strategis maritim
Ø
Pengadaan rudal SAM jarak menengah untuk 10 hanud area
Ø
Pengadaan rudal anti kapal produksi bersama Cina –RI
untuk KCR
Ø
Pengadaan rudal surface to surface Lapan-Pindad jarak 300
km
Ø
Pengisian penuh alutsista marinir di Batam dan P Brandan
Ø
Penyelesaian final pangkalan utama armada timur di Sorong
Ø
Pengisian bertahap satuan marinir setingkat divisi di
Sorong
Ø
Pengisian 180 KRI untuk alokasi 3 armada tempur laut
Ø
Pengisian penuh satuan kapal cepat rudal armada barat
Ø
Alokasi KRI untuk hotspot Belawan, Natuna, Tarakan,
Kupang
Ø
Pengisian 1 skuadron tempur di Biak
Ø
Pengisian 1 skuadron tempur di Kupang
Ø
Pengisian 1 skuadron tempur di Gorontalo
Ø
Pengisian 1 flight tempur di Banda Aceh
Ø
Pengisian 1 flight tempur di Natuna
Ø
Pengisian 1 skuadron angkut berat Hercules di Makassar
Ø
Pengisian 1 skuadron helikopter Penerbad di Kalimantan
Ø
Pengisian 1 skuadron helikopter Penerbad di Papua
Ø
Pengisian 1 skuadron helikopter Penerbad di Sumatera
Ø
Pengadaan 3 Kapal Selam selain Changbogo
Ø
Pengadaan 5 Kapal Perusak Kawal Rudal
Ø
Pengadaan 6 Kapal Cepat Rudal 40 m
Ø
Pengadaan 6 Kapal Cepat Rudal 60 m
Ø
Pengadaan 3 Kapal LPD
Ø
Pengadaan 3 Kapal LST
Ø
Pengadaan Tank Amfibi BMP-3F batch 3 untuk 4 batalyon
marinir
Ø
Pengadaan Panser Amfibi BTR-80A batch 2 untuk 2 batalyon
marinir
Ø
Pengadaan howitzer 155m untuk 4 batalyon marinir
Ø
Pengadaan MLRS R-han 50 km untuk 6 batalyon marinir
Ø
Penambahan 2 batalyon rudal/roket TNI AD di Kalimantan
Ø
Penambahan 2 batalyon rudal /roket TNI AD di Sumatera
Ø
Penambahan 3 batalyon infantri TNI AD di Papua
Ø
Penambahan 1 batalyon kavaleri TNI AD di Kupang
Ø
Pengadaan Panser Anoa batch 4 untuk 10 batalyon TNI AD
Ø
Pengadaan MBT batch 2 untuk 2 batalyon TNI AD
Ø
Pengadaan Tank Medium batch 2 untuk 3 batalyon TNI AD
Ø
Pengadaan MLRS
Astross II batch 2 untuk 2 batalyon TNI AD
Ø
Pengadaan meriam 155m Caesar batch 2 untuk 4 batalyon TNI
AD
Ø
Pengadaan MLRS Rhan 50 km untuk 10 batalyon TNI AD
Ø
Pengadaan rudal SAM jarak pendek 30 obyek vital dan pangkalan
*****
(Jagvane 14 Feb
2013 / Dari berbagai sumber)
Sumber : Analis
Menjaga Kedaulatan Rupiah di Kepulauan
KOMPAS/ENY PRIHTIYANI
Masyarakat Kabupaten Supiori, Papua, antusias menukarkan uang
lusuh mereka dengan uang rupiah baru di layanan kas Bank Indonesia,
Sabtu (9/2/2013).
Jakarta : Hari Kamis (7/2/2013) tepat pukul 10.00, rombongan juru kasir Bank Indonesia berangkat dari Jayapura menuju ke Pulau Supiori di kawasan Biak, Papua. Dengan kawalan TNI Angkatan Laut, mereka berangkat menggunakan KRI Sultan Nuku. Rombongan ini membawa uang senilai Rp 7 miliar untuk menggantikan uang rupiah yang sudah tidak layak di kawasan pulau-pulau terkecil.
Untuk mencapai Pulau Supiori, dibutuhkan waktu tempuh selama sekitar 40 jam. Perjalanan yang cukup lama dan melelahkan. Apalagi berada di dalam kapal patroli TNI AL dengan gelombang air laut yang cukup tinggi. Guncangan kapal cukup keras sehingga beberapa anggota rombongan muntah- muntah.
Meski banyak tantangan yang harus dihadapi, rupiah harus tiba di Pulau Supiori. Saat melepas rombongan, Komandan Lantamal X Laksamana Pertama I Gusti Putu Wijamahadi mengatakan, kehadiran rupiah di pulau-pulau terluar Indonesia menjadi simbol penting bagi kedaulatan negara. ”Kita punya 17.499 pulau dan perbatasan langsung dengan 11 negara tetangga. Karena itu, kedaulatan negara harus dijaga betul,” katanya.
Dia menjelaskan, saat menghadapi sengketa perbatasan Sipadan-Ligitan dengan Malaysia, salah satu pertimbangan wilayah itu menjadi milik Malaysia karena mata uang yang digunakan adalah ringgit. ”Masyarakat di situ lebih suka menggunakan ringgit daripada rupiah. Jangan sampai itu terulang kembali. Ini menjadi tugas Bank Indonesia,” ujarnya.
Perjalanan ini menggunakan KRI Sultan Nuku dengan kecepatan jelajah 15 knot, dibantu 84 anak buah kapal. Kapal bernomor lambung 373 itu dibuat di galangan VEB Penne Werft GmbH Wplgast, Jerman Timur, tahun 1982. Saat itu, kapal diluncurkan dengan nama Waren-224. Setelah dibeli Pemerintah Indonesia, dibuat beberapa perubahan, hingga kemudian berganti nama menjadi KRI Sultan Nuku dan berada di jajaran satuan kapal ekskorta Armada RI Kawasan Timur.
Sultan Nuku adalah sultan dari Tidore yang terkenal dengan taktik perang dwimantra. Taktik tersebut berupa penggabungan perang gerilya di laut dan darat. Sultan Nuku juga dikenal sebagai diplomat piawai.
Sabtu (9/2/2013) pukul 07.00, rombongan mendarat di Pelabuhan Biak. Untuk bisa sampai ke Kabupaten Supiori, masih harus melakukan perjalanan darat selama sekitar 2,5 jam. Setiba di Supiori, para juru kasir segera menyiapkan uang yang ditaruh di dalam brankas. Dengan mengambil tempat teras Bank BRI setempat, mulailah juru kasir menawarkan jasa penukaran uang.
Tak lama kemudian, masyarakat pun berdatangan. Awalnya mereka masih bingung karena sebelumnya tidak pernah ada layanan penukaran uang. Begitu mengetahui, mereka pun berbondong-bondong membawa uang lusuh dan uang pecahan besar. ”Saya mau tukar uang Rp 1 juta pecahan Rp 100.000 dengan pecahan Rp 1.000, Rp 2.000, dan Rp 5.000,” kata Mochtar (52), pemilik warung makan.
Layanan teratur
Dia sengaja menukarkan uang pecahan besar karena selama ini kesulitan mencari uang pecahan kecil. Padahal, sebagai pemilik warung, dia harus selalu menyediakan uang pecahan kecil untuk kembalian. ”Memang bisa tukar di Bank BRI, tetapi pasokannya sering kali terbatas sehingga saya tidak bisa menukarnya. Saya penginnya ada layanan seperti ini secara teratur,” ujarnya.
Lain lagi dengan Hajas yang datang dengan tumpukan uang lusuh Rp 1.000 dan Rp 2.000. Menurut dia, uangnya itu adalah hasil penjualan toko kelontongnya. Namun, karena pembeli tidak mau menerima kembalian uang lusuh, ia menyimpannya di laci toko. ”Orang sini enggak mau dikasih uang yang jelek. Apalagi dikasih recehan,” katanya.
Tak hanya uang lusuh, uang edisi lama pun ditukar oleh masyarakat Supiori. Mariyam, misalnya, datang dengan membawa uang pecahan Rp 50.000 bergambar WR Supratman. Oleh juru kasir, uang itu langsung diganti dengan pecahan Rp 50.000 edisi terbaru. Ada juga yang salah persepsi. Seorang bapak datang membawa uang pecahan Rp 25 dan Rp 10 sen. Ia mengira uang itu bisa ditukarkan dengan nilai yang lebih banyak. ”Kami melayani penukaran sesuai nominalnya, Pak, tidak seperti pemburu barang antik,” kata juru kasir.
Selesai kegiatan di Supiori, rombongan bertolak ke Pulau Bras pada Sabtu sekitar pukul 17.00 dan tiba di pulau itu hari Minggu (10/2/2013) pukul 15.00. Kondisi pulau dengan pantai berpasir itu membuat kapal tidak bisa menepi. Di wilayah tersebut rombongan tidak turun. Hanya beberapa anggota pasukan TNI AL yang turun dari kapal. Mereka menggunakan sekoci untuk sampai di Pulau Bras. Mereka adalah prajurit jaga rutin di kawasan perbatasan. Biasanya mereka berjaga selama tiga bulan, setelah itu barulah ganti personel.
Wilayah Pulau Bras hanya dihuni sekitar 50 keluarga. Pulau Bras adalah pulau terluar Indonesia yang terletak di Samudra Pasifik dan berbatasan dengan negara Palau.
Dari Pulau Bras, rombongan melanjutkan perjalanan ke Sorong. Para wartawan yang turut dalam rombongan hanya mengikuti perjalanan sampai Sorong. Setelah Sorong, tim masih harus melanjutkan perjalanan ke Pulau Waigeo, Gebe, Jorongan, dan berakhir di Ternate. Sebelum menempuh perjalanan laut, tim BI juga meninjau kawasan perbatasan darat antara Indonesia dan Papua Niugini, yang terletak di Distrik Muara Tami, Skouw. Di kawasan tersebut, rupiah menjadi mata uang, baik di wilayah Indonesia maupun Papua Niugini, di sekitar perbatasan.
Menurut Kepala Departemen Pengedaran Uang BI Lambok Antonius Siahaan, menjaga ketersediaan rupiah dalam kondisi layak menjadi tugas penting BI. ”Uang yang kondisinya sudah tidak layak harus dikembalikan ke BI, termasuk dari daerah-daerah terpencil,” katanya.
Beberapa indikator uang tak layak edar yang digunakan BI adalah lusuh, berlubang, dan sobek tiga bagian. Uang tersebut dimusnahkan dan diganti dengan uang baru. ”Semakin banyak uang yang tidak layak, produksi uang baru juga bertambah, dan itu membuat biaya produksi naik. Karena itu kami berupaya agar biaya pencetakan uang bisa ditekan dengan meningkatkan kesadaran masyarakat dalam memperlakukan uang,” katanya.
Untuk menarik uang yang tidak layak edar, BI menggunakan jaringan perbankan dan kasir toko. Sayangnya, untuk daerah- daerah terpencil, keberadaan perbankan masih minim sehingga peredaran uang yang tidak layak sulit terpantau.
”Di wilayah Papua, misalnya, baru ada 9 bank umum dan 8 bank perkreditan rakyat dengan total 350 kantor cabang. Ini masih sangat kurang karena di sini ada 40 kabupaten, 29 kabupaten di Papua dan 11 kabupaten di Papua Barat,” kata Kepala Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat Hasiholan Siahaan.
Kas keliling untuk menarik uang yang tidak layak dan sosialisasi keaslian rupiah di daerah terpencil dilakukan BI sejak tahun 2011. Lokasi pertama di perbatasan antara Indonesia dan Filipina (Pulau Marore, Miangas, Melonguane, dan Pulau Lirung).(ENY PRIHTIYANI)
Sumber : Kompas
TNI AU Minimalkan Pelanggaran Wilayah Udara
Tarakan : PRAJURIT TNI AU melaksanakan rangkaian kegiatan latihan dalam Operasi Tameng Petir dan Latihan Cakra di Pangkalan Udara Tarakan, Jumat (15/2).
Dalam latihan diskenariokan pelaksanaan force Down oleh satu flight Hawk 109/209 terhadap pesawat asing yang melintas di wilayah udara NKRI yang disimulasikan pesawat Boeing 737 dari Skadron 5 Lanud Sultan Hasanuddin, Makassar. Radar 225 Mamburungan mendeteksi adanya pesawat asing melintas tanpa ijin masuk wilayah Indonesia.
Pesawat asing itu kemudian dilaporkan kepada Komando atas. Tidak berselang lama Komando atas memerintahkan untuk mengidentifikasi jenis pesawat dan tujuan memasuki wilayah Indonesia. Dengan sigap pilot pesawat tempur Hawk melaksanakan take off menuju sasaran. Sempat melakukan komunikasi dengan crew pesawat asing agar segera keluar (pengusiran) meninggalkan wilayah Indonesia.
Namun crew pesawat tanpa ijin ini tidak mengindahkan peringatan yang di berikan. Dengan terpaksa pesawat asing diminta untuk mendarat di Pangkalan TNI AU Tarakan. Setelah mendarat, pasukan yang telah bersiap di appron langsung melakukan pemeriksaan dan pengamanan terhadap crew untuk diinterogasi.
“Latihan simulasi force down ini untuk menjaga kesiapan TNI AU khususnya Lanud Tarakan dalam menghadapi force down yang sesunggunhnya. Pelaksanaan force down seperti ini tidak mustahil terjadi di Tarakan. Semoga dengan latihan seperti dapat meminimalisir pelanggaran wilayah udara khususnya di daerah perbatasan,” kata Komandan Lanud Tarakan, Letkol Pnb Bambang Juniar D di sela-sela latihan seperti dilansir dalam siaran pers Dinas Penerangan TNI Angkatan Udara (Dispenau) yang diterima Jurnal Nasional, Jumat (15/2).
Selama kurang lebih seminggu ini, langit kota Tarakan diwarnai dengan atraksi pesawat tempur Hawk 109/209 dari Skadron 1 Pontianak dalam rangka Operasi Tameng Petir dan Latihan Cakra. Pemandangan ini menjadi hiburan tersendiri bagi masyarakat Kota Tarakan.
Sumber : jurnas