Angkatan Udara Rusia telah memperkenalkan tiga jet tempur baru. Bukan
jet tempur siluman Sukhoi T-50 yang ramai dipublikasikan beberapa tahun
belakangan, tapi tiga varian berbeda dari Flanker klasik Sukhoi Su-27.
Ketiga varian jet tempur baru itu masih mengandalkan desain hasil
rancang Biro Desain Sukhoi, hanya saja pembangunannya dilaksanakan oleh
dua produsen jet tempur yang berbeda, yaitu KnAAPO dan Irkut.
Hal ini sebenarnya cukup aneh dan berpotensi pemborosan. Berbeda dengan
Angkatan Udara AS yang hanya fokus membeli satu jenis pesawat tempur
baru, yaitu F-35 Joint Strike Fighter. Angkatan Udara AS menginginkan
sebanyak 1.763 unit F-35A untuk menggantikan sebagian besar jet tempur
yang ada saat ini, yang dalam teorinya untuk meningkatkan efisiensi
persenjataan.
Sebaliknya, Rusia membeli beberapa lusin jet tempur baru yang terdiri
dari Su-30M2, Su-30SM dan Su-35S yang ketiganya masih berdasarkan desain
dari Su-27 yang dikenal oleh NATO sebagai Flanker. Hingga saat ini
Rusia belum menjelaskan maksud pembelian atau pengembangan varian-varian
baru Sukhoi ini, namun analis menilai bahwa pembelian ini salah satunya
dimaksudkan untuk menjaga keberlangsungan produksi kedua pabrik
tersebut ditengah merosotnya ekspor jet tempur Rusia.
Rusia giat mengembangkan varian Sukhoi untuk memenuhi kebutuhan angkatan
udaranya, yang mana saat ini sebagian besar terdiri dari pesawat dari
tahun 1980-an. Namun karena pengembangan sang siluman T-50 selalu
mendominasi berita utama, tanpa disadari pengenalan 3 jet tempur baru
ini tenggelam.
Dari ketiganya, Su-30M2 adalah yang pertama yang bergabung dengan Angkatan Udara Rusia, yaitu pada akhir tahun 2012 untuk menjadi bagian dari Pangkalan Udara 6972 di Krymsk di wilayah selatan Krasnodar.
Tiga Su-30SM pertama tiba di Pangkalan Udara 6982 di Domna pada bulan
November 2013. Pangkalan yang berbasis di Siberia ini memperoleh 10
Su-30SM hingga akhir tahun 2013. Pada tahun ini, 10 unit lagi
dijadwalkan akan diterima untuk melengkapi satu resimen penuh.
Sementara itu, Februari lalu Su-35S operasional pertama mulai bergabung
dengan 23rd Fighter Aviation Regiment di Pangkalan Udara 6883 di Dzemgi,
di wilayah Khabarovsk di timur jauh Rusia.
Su-30M2
Su-30M2 dinilai sebagai yang tercanggih dari seluruh varian Su-30. Jet
ini merupakan turunan dari Su-30MKK multiperan yang dikembangkan untuk
China oleh KnAAPO, yang berbasis di timur jauh Rusia.
Su-30MKK bisa dikatakan merupakan upgrade dari Su-30 interseptor dua
kursi, meskipun tidak lebih canggih dari saingannya Su-30MK buatan
Irkut. Su-30MKK mampu air refueling, avionik memberikannya kemampuan
multiperan, namun tidak memiliki canard foreplanes dan thrust-vectoring
control engines seperti halnya Su-30MK dari Irkut.
Setelah memperoleh banyak pesanan dari China - kemudian ditingkatkan
lagi dengan kemampuan anti kapal - KnAAPO kemudian menjual turunan
Su-30MK2 ke Vietnam, Indonesia, Venezuela, dan Uganda. Pengenal varian
ekspor Su-30MKK/MK2 dan Su-30M2 dengan varian yang digunakan oleh Rusia
terletak pada tailfin kembar datar di atasnya.
Moskow mulai membeli Su-30M2 pada musim panas 2009. Jet ini memiliki
banyak kesamaan dengan Su-27SM3, jet tempur satu kursi buatan KnAAPO
dengan avionik upgrade.
Kementerian Pertahanan Rusia memesan empat Su-30M2 bersama dengan 12
Su-27SM3, dan bisa diasumsikan bahwa sang dua kursi Su-30M2 dimaksudkan
untuk mendukung saudara satu kursi mereka dalam urusan pelatihan tempur
atau mungkin untuk misi yang kompleks. Order Rusia untuk Su-30M2
diketahui sebanyak 20 pesawat.
Su-30SM
Penampilannya juga sangat mirip dengan Su-30M2, Su-30SM adalah produk
dari pabrik saingan KnAAPO yaitu Irkut Corporation, yang berbasis di
Irkutsk di Siberia dan juga merupakan bagian dari United Aircraft
Corporation yang mengkonsolidasikan seluruh pabrik pesawat Rusia.
Su-30SM tampaknya bisa kita lihat sebagai turunan Su-30MK versi Rusia,
salah satu produk unggulan Irkut di pasar ekspor dengan menjualnya
kepada India, Malaysia dan Aljazair.
Dibandingkan dengan Su-30MKK dari KnAAPO, Su-30MK memiliki proposisi
yang lebih baik, tidak hanya menggabungkan tata letak aerodinamis yang
lebih modern, tetapi juga pilihan untuk menggunakan avionik barat. Para
pembeli bisa memilih avionik dari Rusia, Ukraina, Prancis, India atau
bahkan Israel.
Keunggulan Su-30MK yang juga muncul pada Su-30SM Angkatan Udara Rusia
lainnya adalah dua kursi, canard foreplanes dan thrust-vectoring
engines, dan terkombinasi dengan fly-by-wire flight control system
canggih. Berbeda dengan jet dari KnAAPO, Su-30MK dan Su-30SM yang
dibangun Irkut memiliki tailfin yang khas.
Kementerian Pertahanan Rusia memesan Su-30SM pada Maret 2012. Dan pada
bulan Desember di tahun yang sama menggandakan order menjadi dua kali
lipat dari 30 pesawat. Laporan dari media-media Rusia menyebutkan bahwa
60 jet ini harus segera dikirimkan pada akhir 2015.
Laporan-laporan media pada Februari lalu menyebutkan bahwa Depertemen
Pertahanan Rusia berencana untuk menandatangai kontrak tambahan senilai
USD 2 miliar untuk pengiriman 40 unit Su-30SM lainnya. Menariknya,
sebagian (tidak semua) pesawat-pesawat ini dikabarkan akan bisa
beroperasi dengan Angkatan Laut Rusia, dengan pesawat pertama
kemungkinan akan tiba sebelum akhir 2015.
Dibandingkan dengan Su-30MKI, sang "Rusianisasi" Su-30SM mengganti
avionik India dan Israel dengan avionik Rusia sendiri. Namun, sebagian
besar avionik asli Perancis temasuk head up display dan sistem digital
tidak diganti.
Sementara Su-30M2 menggunakan radar N001V -evolusi dari radar standar
Su-27-, Su-30SM menggunakan radar N011M Bars-R yang lebih canggih dengan
passive electronically scanned array. Satu lagi yang bisa dibandingkan
dengan Su-30MK adalah pada kursi ejeksi. Kursi ejeksi pilot Su-30SM
lebih kuat mengatasi bobot pilot Rusia yang lebih berat.
Su-35S
Su-35 cukup berbeda dari varian Su-30. Ketika Su-30 merupakan keturunan
konseptual dari Su-27 Soviet, tapi Su-35 mulai dikembangkan di awal
2000-an.
Untuk meningkatkan kemampuan tempur Su-35S, KnAAPO membuat airframe
baru, dan meningkatan avionik dan mesin. Su-35 menggunakan mesin
AL-41F1S dengan thrust vectoring, fly-by-wire system canggih, dan
perlengkapan optronik baru, canard foreplanes dihilangkan, dan perbaikan
pada sisi aerodinamis lainnya yang cukup untuk membuatnya menjadi
pesawat super manuver.
Sementara Rusia masih belum memperkenalkan radar active electronically
scanned array (AESA) baru - mungkin menunggu T-50 siap - Su-35S
menggunakan radar N135 Irbis.
Seperti halnya Su-30M2 dan Su-30SM Angkatan Udara Rusia, Su-35S awalnya
juga ditujukan sebagai jet tempur ekspor. Beberapa tahun belakangan,
media terus menghubungkan penjualan Su-35S kepada China, meskipun hingga kini belum ada kesepakatan yang ditandatangani.
Pada tahun 2009, Moskow melangkah sendiri dengan memesan Su-35S untuk
angkatan udaranya. Hingga Februari, Moskow sudah menerima 22 unit Su-35.
Pengiriman batch pertama 48 Su-35S kemungkinan akan rampung pada 2015
dilanjutkan dengan kemungkinan pesanan 48 unit lagi.
Dengan kemampuan dan peralatan yang canggih, mungkin Su-35S yang paling
realistis untuk menjadi tulang punggung kekuatan tempur udara Rusia
hingga Rusia cukup memiliki T-50. Su-35S mampu menggunakan rudal udara
ke udara RVV-BD yang berjangkauan 200 kilometer. Su-35S juga membuktikan
dirinya sebagai pengganti yang layak untuk interseptor MiG-31.
Teka-teki Kekuatan Udara Rusia
Sebenarnya apa alasan Angkatan Udara Rusia menggunakan tiga varian baru
Flanker? Jika dinilai, tentunya akan lebih efisien jika Rusia hanya
fokus pada satu varian. Tapi kenyataan bahwa persaingan produksi tentang
pabrik mana yang seharusnya mendapat order pesawat, mungkin inilah yang
menjadi dilema Rusia. Selama varian Su-30 laris manis di pasar eskpor,
memiliki dua pabrik (KnAAPO dan Irkut) tampaknya memang tidak akan
menjadi masalah. Seperti halnya Su-30M2 yang dinilai sebagai yang paling
berpotensi tumbuh di masa mendatang, selain karena kabar menyebutkan
bahwa Rusia membeli Su-30M2 hanyalah karena airframe yang berlebih
akibat batalnya penjualan kepada China.
Soal kecanggihan, Su-35 memang dapat diandalkan. Mengusung mesin yang
lebih powerfull, radar superior, dan peralatan pertahanan diri canggih.
Namun di sisi lain, ketimbang Su-35, Su-30SM lebih tersedia untuk pasar,
murah dan memiliki keuntungan dua awak, yang cocok untuk misi tempur
yang kompleks atau juga pelatihan.
Dan sekarang, penjualan jet tempur Rusia ke asing sedang cekak. Pembeli
terbanyak seri Su-30 selama ini adalah India dan China, namun saat ini
mereka sudah mampu membuat sendiri Su-30 dengan lisensi Rusia (tidak
termasuk China yang memproduksi tanpa izin).
Malaysia juga dikabarkan telah memutuskan untuk sementara tidak menambah
armada Su-30MKM guna memenuhi kebutuhan jet tempur multi perannya, juga
sempat dikabarkan bahwa Malaysia lebih memilih opsi sewa pesawat. Yang dinilai cukup mungkin adalah Indonesia, yaitu Su-35 untuk menggantikan F-5.
Moskow memesan tiga jet berbeda lebih mungkin ditujukan untuk menopang
keberlangsungan produksi pabrik KnAAPO dan Irkut. Dan bilamana Angkatan
Udara Rusia mengoperasikan ketiganya tentu akan menarik minat pembeli.
Angkatan Udara Rusia memang sangat membutuhkan jet tempur baru yang
banyak. Sedangkan program T-50 belum kunjung selesai, meskipun
laporan-laporan media Rusia beberapa waktu lalu menyebutkan bahwa
pesawat siluman ini akan siap diproduksi pada tahun 2016.
Berbeda dengan F-35 Amerika, uji coba T-50 tidak dipublikasikan pada
publik. Tapi beberapa waktu sempat bocor kabar (tidak diketahui juga
kebenarannya) bahwa desain T-50 sedang dirombak secara signifikan. Jika
memang kabar itu benar adanya, tentu jadwal operasional T-50 semakin
jauh.
Juga dikabarkan, T-50 awalnya direncanakan untuk diserahkan kepada pusat
uji terbang Angkatan Udara Akhtubinsk untuk evaluasi pada tahun ini,
tapi kemudian tampaknya meleset ke tahun 2016 yang tentu menjadikannya
belum akan siap diproduksi atau dioperasikan oleh Angkatan Udara Rusia
pada akhir tahun 2016.
Skenario terbaik T-50 adalah diproduksi sebanyak 60 untuk dari rentang
tahun 2016 hingga 2020, tapi tampaknya sudah bakal meleset. Jika ini
terjadi, Angkatan Udara Rusia tentu membutuhkan jet tempur baru sembari
menunggu produksi dan kecukupan armada T-50.
Dari ratusan jet tempur garis depan Angkatan Udara Rusia, sebagian besar
sudah berumur. Runtuhnya Uni Soviet dan dilanjutkan dengan krisis
ekonomi telah menurunkan produksi jet-jet tempur Rusia. Baru dalam
beberapa tahun terakhir ini Rusia memiliki sumber daya yang besar untuk
membeli banyak jet tempur baru.
Sementara tiga Flanker baru ini merupakan kemajuan yang cukup besar
dalam hal kemampuan dibandingkan Flanker pendahulu, pesanan Rusia saat
ini masih belum sepenuhnya mencukupi kebutuhan Angkatan Udara Rusia.
Bahkan dengan puluhan Su-30M2, Su-30SM dan Su-35S, armada tempur Rusia
sebagian besar masih terdiri dari pesawat tua.
Jumlah MiG-29 juga semakin berkurang. Soal penjualan, versi terbaru
MiG-29SMT juga ditolak oleh Aljazair. Petempur kelas berat MiG-31
dinilai memang masih sangat bisa diandalkan di garis depan, tapi
mengingat jumlahnya yang sedikit dan upgrade MiG-31BM yang belum
menunjukkan peningkatan kemampuan yang signifikan, tentu Rusia
membutuhkan jet baru.
Dengan menguapnya rencana upgrade MiG-29 dan upgrade MiG-31 juga tampak
tidak akan sesuai harapan (atau mungkin upgrade hanya ditujukan untuk
menarik minat pembeli), mungkin inilah salah satu alasan Rusia
mengoperasikan beberapa varian sukhoi baru untuk membela langit Rusia
untuk jangka panjang.
Apakah Moskow akan terus membeli Su-30M2, Su-30SM, atau Su-35? Kita
tidak tahu. Namun yang pasti, masa depan armada tempur udara Rusia
sangat tergantung dari nasib proyek T-50. (War is Boring).
Altileri