Pages

Thursday, 8 August 2013

Suasana Menjelang Lebaran di Lebanon


Unifil-n2LEBANON - Bagaimana suasana bulan puasa dan menjelang Lebaran di Lebanon ? Letkol Inf Mohammad Ilyas dari Pasukan Garuda yang saat ini sedang bertugas yang tergabung dalam UNIFIL (United Nations Interim Force in Lebanon) dengan jumlah kurang lebih 1.200 personel menuturkannya kepada Pos Kota, melalui e-mail, sebagaimana dikisahkan sebagai berikut.

Di Lebanon, bulan Ramadhan bertepatan jatuh pada bulan Juli 2013 di tengah musim panas (summer) dimana waktu siang hari lebih panjang dari biasanya - sehingga waktu imsak jatuh pada jam 04.00, menjelang Subuh dan terbenam pada jam 20.00, sudah malam hari.

Total selama 16 jam matahari bersinar dalam sehari di wilayah Lebanon yang dikenal dengan 4 (empat) musim. Demikian pula dengan dengan pelaksanaan ibadah puasa yang selama ini kami laksanakan selama kurang lebih 16 jam setiap hari.

Alhamdulillah semoga ibadah puasa kami senantiasa mendapat berkah dan ridho dari Allah SWT Aamiin Ya Rabbal Aalamiin.


Pelaksanaan ibadah puasa sama sekali tidak mengurangi intensitas kami dalam melaksanaan tugas sehari-hari di Lebanon baik tugas jaga, patroli rutin dan kegiatan lapangan atau kantor lainnya.

Pada saat berbuka kami berkumpul bersama rekan-rekan prajurit menikmati hidangan perpaduan antara khas Lebanon dan Indonesia yang kami masak sendiri secara bersama-sama.

Bagi anggota yang sedang melaksanakan tugas buka puasa menyesuaikan dengan lokasi dan tugas yang dilakukan.

Pada umumnya pelaksanaan tugas bersifat 24 jam sehari dengan sistem “shift” atau pergantian terutama kegiatan jaga dan patroli rutin.

Bagi pasukan Kontingen Garuda, tugas merupakan hal yang paling utama dan tidak dapat ditawar-tawar lagi serta selalu menjadi prioritas kami dengan penuh keyakinan dan niat ikhlas bahwa semua tugas selama Ramadhan juga adalah ibadah yang kami yakini mendapat pahala berlimpah.

Meskipun demikian bagi yang tidak berdinas pada malam hari semua yang beragama muslim melaksanakan ibadah sholat Taraweh bersama dan tadarus Al-Qur’an di dalam tenda besar yang kami “sulap” menjadi masjid/musholla, yang ada di masing beberapa Satgas (Polisi Militer, Indo Batt dan Force Protection Company).


Ada beberapa Satgas (Satuan Penugasan) yang ada di Lebanon saat ini, yaitu : Satgas Force Headquarter Support Unit (FHQSU) dipimpin Kolonel Inf Karmin Suharna, S.IP, MA sekaligus menjabat Komandan Kontingen Garuda Indonesia, Satgas Batalyon Mekanis dipimpin Letkol Inf Lucky Avianto, Satgas Military Police Unit (MPU) dipimpin Letkol Cpm Subiyakto, Satgas Force Protection Company (FPC) dipimpin Letkol Inf Yuri Eliyas Mamahi, Satgas CIMIC TNI dipimpin Mayor Inf Nasrul, Satgas Military Community Outreach Unit (MCOU) dipimpin Letkol Inf Mohammad Ilyas (penulis) dan Satgas Level 2 Hospital dipimpin Letkol Kes dr. Paulus Supriyono.

Setiap Satgas memiliki tugas yang khusus dan penting bagi pemeliharaan perdamaian di wilayah Lebanon saat ini dan satu dengan lain saling berkaitan.

Dalam suasana bulan puasa juga Kontingen Garuda berinteraksi sosial dengan masyarakat Lebanon yang tidak mampu dan membutuhkan bantuan dengan memberikan donasi yang didapat dari hasil pengumpulan secara sukarela komunitas Muslim melalui kencleng masjid sebagai wujud keperdulian sosial Kontingen Garuda kepada masyarakat Lebanon yang tidak mampu.

Sekilas kondisi saat ini di wilayah Lebanon khususnya dan Timur Tengah pada umumnya relatif memanas, krisis berkepanjangan di Syria/Suriah yang merupakan tetangga terdekat Lebanon membawa pengaruh langsung terhadap situasi keamanan di dalam negeri Lebanon.

Demikian pula dengan krisis di Mesir dan perbatasan Israel-Lebanon yang senantiasa di warnai konflik sepanjang masa. Hal terbaru saat ini yang menjadi isu terhangat adalah pernyataan dari Negara-negara Eropa yang menyatakan Hizbullah sebagai organisasi terrorist membawa dampak langsung bagi pasukan Unifil yang saat ini bertugas, mengingat bahwa Hizbullah merupakan Organisasi Islam terkuat di Lebanon yang terlibat langsung dalam perang Lebanon-Israel tahun 2006 lalu dan sebagian besar pasukan perdamaian yang bertugas di UNIFIL Lebanon adalah Negara-negara dari Eropa seperi Prancis, Italia, Spanyol, Irlandia, Austria, Finlandia dan Jerman.


Meski pun situasi masih aman namun hal tersebut menyebabkan situasi perdamaian dan keamanan di wilayah Lebanon menjadi rawan dan sulit di prediksi serta dapat berubah setiap saat.

Oleh karena itu kami memanjatkan doa kepada yang maha kuasa agar senantiasa mendapat lindungannya serta selalu waspada dan tidak lengah dalam setiap pelaksanaan tugas apa pun.

Bagi saudara-saudara kami yang saat ini berada di dalam negeri mungkin saat-saat menjelang lebaran adalah saat yang paling membahagiakan dan ditunggu-tunggu, saat akan berkumpul dengan sanak saudara dan handai tolan sambil menikmati hidangan lebaran khas Indonesia seperti ketupat Lebaran, rendang, sate dan kue-kue khas lainnya, yang tentunya akan dapat meneteskan air liur bagi siapa saja yang membayangkan terutama juga kami yang saat ini berada + 10.000 mile dari Indonesia.

Suasana hiruk-pikuk persiapan mudik ke kampung-kampung di seluruh tanah air sangat terasa dari pemberitaan melalui internet yang kami dapatkan,di kantor /Head Quarter, sehingga melalui browsing beberapa situs media on line di tanah air tampak terlihat kepadatan di Stasiun-stasiun kereta api, Bandara dan Pelabuhan Kapal laut.

Bagi kami yang saat ini sedang bertugas di Lebanon yang dapat kami lakukan adalah tetap melaksanakan tugas dan berkumpul bersama teman-teman prajurit yang tergabung dalam pelaksanaan tugas Perdamaian di wilayah Lebanon, demi membawa nama harum Indonesia dan Merah putih di Dunia Internasional.

Lebaran sudah semakin dekat kami juga mempersiapkan rencana sholat Iedul Fitri di tempat tugas ini teriring salam dari kami yang sedang bertugas, dengan penuh keikhlasan selaku prajurit TNI kami tetap bangga dan semangat dalam melaksanakan tugas, kami disini sebagai Pasukan Perdamaian mengucapkan Selamat Hari Raya IDUL FITRI 1434 H “MINAL AIDZIN WAL FA IDZIN” Mohon Maaf Lahir dan Batin Kepada seluruh Masyarakat Indonesia.

poskotanews

Pertempuran di Gunung Matebian dan jimat sakti fretilin


Marsma Nanok Soeratno (3)

Pertempuran di Gunung Matebian dan jimat sakti fretilinTahun 1978 Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) menggelar operasi militer di Bacau Timor Timur untuk merebut Gunung Matebian. Fretilin menjadikan gunung itu sebagai pusat pertahanannya. Kekuatan mereka cukup besar dan posisi tembak Fretilin pun lebih menguntungkan.

Resimen Team Pertempuran (RTP) 18 mengirimkan unsur tempur dari Kostrad, Marinir, dan Kopasgat. Tak ketinggalan bantuan tembakan udara dari pesawat-pesawat tempur OV-10 dan T-33 milik Angkatan Udara. Nanok mengakui pertempuran di Matebian sebagai salah satu yang terberat dalam operasi militer di Timor Timur.

Cerita itu tertuang dalam buku Kisah Sejati Prajurit Paskhas yang ditulis Beny Adrian dan diterbitkan PT Gramedia.

Koptu Aten dari Komando Pasukan Gerak Tjepat (Kopasgat) Angkatan Udara menceritakan kisah pertempuran di Matebian. Saat itu mereka tiba di puncak Matebian yang berketinggian 1.849 mdpl. Mereka pun menghujani posisi Fretilin dengan AK-47.

Tembakan itu tak ada yang mengenai sasaran. Mungkin karena jaraknya terlampau jauh.

Kopral Aten bisa melihat pasukan Fretilin menertawakan dan menghina pasukan ABRI. Aten pun meminta bantuan pilot T-33 untuk menghajar posisi Fretilin. Berhasil, serangan udara ini membuat kocar-kacir Fretilin. Beberapa akhirnya tertangkap.

Mereka yang tertangkap mengaku sebelumnya tak bisa ditembak oleh senapan biasa karena sudah ditamengi oleh kekuatan gaib dari seorang paranormal.

Nanok Soeratno yang masih berpangkat kapten pun mengalami soal mistis. Ceritanya karena hebatnya gempuran ABRI di Gunung Matebian, kelompok-kelompok Fretilin satu per satu menyerah. Di antaranya kelompok Proferio Mauklau, pejuang Fretilin asal Arab yang sebelumnya bertempur di sektor 7.

Maukau menyerah pada RTP 18. Secara tak sengaja, Nanok yang melintas kemudian bertemu dengannya, keduanya lalu mengobrol.

Nanok terkejut saat Mauklau mengaku sebenarnya bisa membunuh Nanok saat sedang berpatroli beberapa hari lalu. Mauklau bisa memberikan ciri-ciri dan situasi yang benar tentang pasukan Nanok.

"Saya bisa lihat bapak, tapi bapak tak bisa lihat saya," kata Mauklau pada Nanok yang keheranan.

Menurut Mauklau, dia tidak tega menembak Nanok karena wajah perwira Angkatan Udara itu mirip pamannya. Mauklau lalu membuka beberapa jimatnya dan diberikan pada Nanok. Katanya jimat itu bisa membuat orang tak terlihat dan terhindar dari tembakan peluru.

"Bapak simpan saja," kata Mauklau sambil tersenyum.

Tak diceritakan apakah Nanok juga kemudian memanfaatkan jimat sakti tersebut.[ian]

Siapa Penembak Misterius Aiptu Dwiyatna?


Korban ditembak di bagian kepala."

Jenazah Aiptu Dwiyatna menuju rumah duka
Belum ada dua pekan, penembakan terhadap anggota polisi kembali terjadi. Kali ini menimpa seorang anggota satuan Pembinaan Masyarakat Polsek Metro Cilandak, Jakarta Selatan, Rabu 7 Agustus 2013.

Aiptu Dwiyatna, 50, tewas ditembak orang tak dikenal di Jalan Otista Raya, Ciputat, Tangerang Selatan, pukul 04.30.

Saat ditembak, Aiptu Dwiyatna sedang mengendarai sepeda motor dinasnya, Suzuki Smash bernomor polisi 2643-31 VII. "Korban ditembak di bagian kepala. Penembakan dilakukan dari jarak dekat," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol. Rikwanto di Ciputat.

Saat kejadian, Dwiyatna akan ke Lebak Bulus untuk memberikan ceramah subuh. Namun, di tengah jalan, dia dipepet oleh dua orang yang mengendarai sepeda motor.

"Ada dua orang yang memepet korban dari sebelah kanan. Dia ditembak satu kali," katanya. Oleh pengendara sepada motor lain yang ada di lokasi, Dwiyatna langsung dilarikan ke Rumah Sakit Sari Asih, Ciputat.

Mendengar penembakan ini Kapolri Timur Pradopo langsung meninjau lokasi kejadian. Pradopo yang tanpa pengawalan ketat datang sekitar pukul 07.00. Setengah jam kemudian dia meninggalkan lokasi. Timur juga sempat menengok jenazah di RS Sari Asih, sebelum dibawa ke Rumah Sakit Polri Raden Said Sukanto.

Pradopo menegaskan akan menangkap pelaku penembakan. Ia langsung membentuk tim gabungan dari Mabes Polri, Polda Metro Jaya, dan Polres Jakarta Selatan. "Tim khusus ini untuk mengungkapkan siapa pelakunya," ujar Timur di RS Polri, Kramatjati.

Hingga saat ini polisi belum bisa memastikan apakan aksi ini berkaitan dengan aksi terorisme atau bukan. "Kami masih dalami, belum mengarah ke sana (aksi terorisme)," kata Timur.

Bukan kali ini saja

Kasus yang sama juga terjadi pada 27 Juli. Saat itu anggota polisi lalu lintas Polres Metro Jakarta Pusat, Aipda Patah Saktiyono, 53, juga ditembak orang tak dikenal di Jalan Cirendeu Raya, Ciputat. Peristiwa itu juga terjadi sekitar pukul 04.30.

Ketika itu Patah hendak pergi bekerja dari kediamannya di Bojongsari, Depok. Tiba-tiba, dua orang yang mengendarai sepeda motor mengeluarkan senjata api dan kemudian menembak korban di dada kirinya hingga tembus. Nyawa Patah masih bisa diselamatkan.

Setelah ditembak, Patah masih berusaha mengendarai kendaraannya 200 meter sampai di sebuah masjid. Dia lalu ditolong orang-orang yang berada di sekitar itu.

Kepala Bagian Penerangan Umum Mabes Polri Komisaris Besar Polisi Agus Rianto mencatat, peristiwa kekerasan terhadap anggota polisi bukan hanya itu. "Kemarin anggota kami ditabrak dari belakang di Cirebon saat beliau melaksanakan patroli wilayah Jalur Pantura, pagi ini saya dapat informasi rekan kami ditembak," katanya.

Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Putut Eka Bayuseno menduga pelaku penembakan Dwiyatna sama dengan pelaku penembakan Patah. Dua-duanya ditembak dari jarak dekat dan menggunakan sepeda motor.

"Modus operandinya mirip, dengan sepeda motor dan menembak dari belakang," kata Putut di Polres Jakarta Selatan.

Putut menambahkan, polisi belum bisa memastikan apakah pelaku juga menggunakan senjata yang sama atau tidak.

Penembakan terakhir di pelipis kiri, sedangkan penembakan yang pertama di dada belakang hingga tembus depan. Hingga kini proyektil penembakan terhadap Patah belum ditemukan.(eh)

viva

Uni Soviet Tidak Mendorong Ganyang Malaysia


ALEXEY DRUGOV
Pemerintah Uni Soviet tidak mendukung kampanye ganyang Malaysia pemerintahan Sukarno pada paruh pertama 1960an. Di satu sisi Uni Soviet merasa senang karena yang dilawan Sukarno adalah Inggris yang berada di belakang pembentukan Malaysia. Tetapi di sisi lain, kampanye itu disebutkan tidak terukur dan tidak jelas.

"Bung Karno adalah seorang revolusioner. Tetapi kesalahan beliau adalah pada waktu itu tidah beralih dari revolusi politik dan fisik ke revolusi ekonomi," ujar peneliti Indonesia dari Rusia, Alexey Drugov di sela makan malam di Wisma Indonesia di Moskow, Rusia (Selasa, 14/5).

Bangsa Indonesia menjadi capek dengan retorika politik.

Drugov yang pernah bertugas sebagai penterjemah Kepala Misi Militer Uni Soviet di Indonesia, mengatakan di satu sisi pemerintah Uni Soviet senang karena kampanye itu mengganggu Malaysia. Tetapi di sisi lain, prospeknya tidak ada.

Wakil Perdana Menteri Uni Soviet, Anastas Ivanovich Mikoyan, katanya lagi dalam satu kunjungan ke Indonesia sempat juga bertanya kepada pihak militer Indonesia apa sebetulnya maksud di belakang kampanye ganyak Malaysia. Mikoyan tidak mendapatkan jawaban yang pasti dan memuaskan.

Saat Indonesia melawan Belanda untuk mendapatkan kembali Irian Barat, seluruh dunia, baik kubu Uni Soviet maupun kubu Amerika Serikat memberikan dukungan. Tetapi konfrontasi dengan Malaysia tidak mendapatkan dukungan dari kubu manapun

"Itu (tidak memberikan dukungan) bukan sikap resmi (pemerintah Uni Soviet). Tetapi sekurang-kurangnya, Uni Soviet tidak mendorong kampanye melawan Malaysia karena jelas tidak ada prospek.

Siapa yang diuntungkan oleh kampanye itu?

Menurut Drugov yang paling diuntungkan adalah militer Indonesia. Melalui kampanye ganyang Malaysia ABRI mendapatkan dana yang banyak, dan, yang paling penting, kekuasaan untuk memukul Sukarno. Setelah kelompok militer berkuasa, kampanye ganyang Malaysia pun menguap tak berbekas.

"Begitu ABRI berkuasa, tidak perlu lagi crash dengan Malaysia. Ali Murtopo ke Bangkok untuk berunding dengan Perdana Menteri Tunku Abdul Abddurrahman," demikian Drugov.[guh]

rmol 

Mengembangkan Spirit Bertentara


Latihan Tempur Marinir (Ani Yudhoyono)
Kepantasan pemerintahan SBY selama 5 tahun terakhir ini yang patut dicatat sebagai nilai cum laude adalah memberikan baju pakaian alutsista layak pakai kepada salah satu pilar penyangga NKRI, Tentara Nasional Indonesia. Sebelum itu dan juga pemerintah ORBA sebelumnya, perhatian untuk memakaikan pakaian perang yang layak tempur kepada garda republik memang tetap diberikan. Namun semua itu belum mampu menegakkan kegagahan dan kewibawaan tentara kita karena pakaian itu tidak layak disandingkan dalam setiap “festival” alutsista yang ditandingkan.

Tentara sesungguhnya adalah bagian dari naluri bernegara. Ketika negara ini diproklamirkan 68 tahun yang lalu, tentara rakyat yang kemudian menjelma menjadi tentara nasional adalah kekuatan beton bertulang yang mampu mengawal kibaran merah putih di seluruh tanah air, meskipun persenjataannya minim. Episode perang kemerdekaan sebagai konsekuansi proklamasi 17 Agusttus 1945 berujung pada kelelahan pihak penjajah sampai akhirnya mengakui kedaulatan Republik Indonesia akhir Desember 1949. Bukankah itu hasil perjuangan tentara dan rakyat.

Spirit bertentara sesungguhnya ingin mengajak khalayak untuk mengapresiasi ruang tugas yang diemban tentara kita. Kebanggaan bertentara diletakkan pada nilai kesediaannya untruk kontrak mati, meletakkan jiwa raga pada pengabdian tugas utama menjaga dan mewibawakan kedaulatan NKRI. Oleh karena itu jangan sampai ada pemikiran untuk bersu’uzon pada pengawal republik ini karena dinamika kawasan selama ini tidak memberikan kesempatan untuk terjadinya perang antar negara. Jelasnya karena tidak ada perang tidak ada yang dikerjakan. Justru semua orang di dunia ini tidak menginginkan terjadinya perang karena akhirnya akan menyengsarakan nilai eksistensi dan harkat manusia dan negara.

Tentara adalah bagian dari kebersamaan perjalananan semua komponen bangsa untuk membangun dan mensejahterakan rakyat bangsa. Perjalanan menuju kesejahteraan bangsa ini termasuk bagian dari partisipasi tentara yang selalu mengawal dan menjaganya pada apa yang disebut kedaulatan dan harga diri bangsa. Nilai itu dalam ukuran persepsi dan perspektif keperansertaan menuju kesejahteraan bangsa seakan tidak merupakan bagian dari substansi. Namun banyak yang tidak menyadari bahwa kehadiran peran kesetiaan dan pengawal harga diri kedaulatan yang diemban TNI justru menjadi faktor utama dalam mengiringi tahapan menuju kesejahteraan bangsa.

Natuna dan Ambalat salah satu contohnya. Kehadiran tentara disana berikut sejumlah alutsistanya adalah upaya untuk menegaskan bahwa teritori ini dengan sejuta kekayaan sumber daya alamnya adalah bagian dari tubuh kami. Jangan coba ganggu apalagi ambil kalau tidak ingin bertarung sampai mati. Ini bagian dari simbol menjaga harkat dan martabat sembari tetap melangkah bersama menuju kesejahteraan bangsa. Sepintas seperti tidak memberikan nilai kontribusi pada nilai kesejahteraan tetapi kehadiran tentara dengan alutsista yang setara di border negara tentu memberikan nilai tawar bahkan gentar bagi pihak manapun yang ingin menganggu teritori bangsa ini. Menjaga Natuna dan Ambalat adalah upaya mengawal tingkat kesejahteraan itu. Bukankah di dua kawasan itu tersimpan potensi energi fosil yang berlimpah.

Untuk itu maka perkuatan alutsista TNI bukanlah sesuatu yang mewah dan mengada-ada. Perkuatan alutsista merupakan kebutuhan mutlak bagi tentara dan negara. Perkuatan ini juga bagian dari upaya memoles nilai diri bangsa terutama terkait dengan posisi diplomatik, posisi hubungan bertetangga dan posisi postur diri dalam berinteraksi secara dinamis. Jadi tidak semata-mata untuk perang. Kekuatan tentara dan alutsista sebuah negara bangsa diyakini mampu meredam keinginan untuk berperang bagi negara mana pun karena daya gentar dan gebraknya. Lihat saja kekuatan militer AS, siapa sih yang berani mau ngajak perang sama Paman Sam.
Menyongsong peringatan hari kemerdekaan tahun ini, selayaknya kita merenungkan eksistensi perjalanan bangsa ini yang sudah mencapai usia 68 tahun. Peran serta tentara yang selalu setia menjaga harkat dan martabat bangsa dalam dinamika kawasan maupun ambisi separatis dari sekelompok gerakan bersenjata, sudah dibuktikan dan terbukti. Kesetiaan tentara pada negara ini adalah memastikan langkah dan nilai perjalanan bangsa untuk membangun dan mengembangkan rumah tangga Indonesia menuju cita-cita konstitusi yang telah disepakati.

Maka ketika berbagai jenis alutsista mulai berdatangan untuk sebuah kepantasan bagi pengawal republik, sepantasnya pula kita hendak menyatakan bahwa ini bukan kedatangan pertama dan terakhir. Kita hendak menyampaikan suara mayoritas rakyat yang diyakini bagian dari kecintaan kepada TNI bahwa modernisasi persenjataan TNI harus terus berlanjut meskipun RI-1 berganti figur. Kedatangan berbagai jenis alutsista yang sudah jauh hari dipesan bukanlah merupakan expense yang membebani negara tetapi justru merupakan investasi dan asset yang mutlak diperlukan untuk mengawal eksistensi bernegara.

Dinamika kawasan yang mudah tersulut, sikap paranoid AS terhadap Cina karena hegemoninya tergerus, cara pandang Australia yang mendua terhadap RI merupakan fakta tak terbantahkan. Tentu perjalanan bergelombang ini mengharuskan RI waspada sembari tetap menyebar senyum pertemanan. Salah satu langkah kewaspadaan itu adalah memberikan kekuatan pakaian alutsista pada hulubalangnya. Perkuatan alutsista ini tidak sekedar mengejar ketertinggalan, tetapi lebih dari itu. Dalam dua tahapan MEF berikutnya seiring dengan kekuatan daya beli dan PDB yang semakin meningkat, perkuatan alutsista TNI adalah realisasi yang sudah di depan mata.

Dirgahayu Republik Indonesia
Jayalah Tentaraku
Selamat Idul Fitri 1 Syawal 1434 H
*******
Jagvane / 6 Agustus 2013
 


Aiptu Dwiyatna Dipepet dan Ditembak dari Dekat


Aiptu Dwiyatna Dipepet dan Ditembak dari Dekat
Lokasi penembakan terhadao Aiptu Dwiyatna 

JAKARTA-- Aiptu Dwiyatna anggota Babinkamtibmas Polsek Cilandak yang tewas ditembak di Jalan Otista Raya tidak jauh dari Rumah Sakit Sari Asih Ciputat, Rabu (7/8/2013) sekitar pukul 04.30 WIB diduga ditembak dari jarang dekat.
Demikian diungkapkan Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Rikwanto saat ditemui di Mapolres Jakarta Selatan.
"Kalau melihat dari luka tembakan dan sasaran, tembakan dilakukan dari jarak dekat," kata Rikwanto.
Menurut Rikwanto, pelaku terdiri dari dua orang menggunakan satu sepeda motor dengan mengenakan helm full face membuntuti korban kemudian korban yang mengendari sepeda motor dipepet dari sebelah kanan kemudian pelaku mengeluarkan pistol dan menembak kepala Aiptu Dwiyatna.

"Pelaku menembak dalam posisi dekat, sehingga tembakan mengenai kepala korban tepatnya dibawah telinga bagian kanan dan peluru bersarang di pelipis sebelah kiri. Korban langsung terjatuh di TKP (Tempat Kejadian Perkara)," ungkapnya.
Menurut keterangan seorang saksi bernama Sumarno, saat kejadian saksi sedang ngopi dan merokok di depan Rumah Sakit Sari Asih Ciputat. Kemudian  saksi mendengar suara letusan senjata api satu kali.
Tdak lama kemudian korban yang mengendarai motor dinas suzuki smash bernopol 2643-31 VII jatuh dari motornya. Saksi lalu segera membantu korban dan membawanya ke UGD RS. Sari Asih Ciputat untuk mendapat pertolongan, sayangnya nyawa korban tidak tertolong.

Tribunnews

Menunggu Penampakan KCR60 PAL


https://encrypted-tbn3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQn1Em_8U_ZFKBdic5TRvPbYaSWkId9Sl6iEV3W3Gi93MINmA4Q
Ilustrasi KCR 60 PAL (incoherrent)
PT PAL optimis, kapal pertama KCR-60 bisa diluncurkan tahun 2013 sesuai target waktu yang ditetapkan. Pihak PT PAL belum bersedia menyebut jenis rudal yang akan diinstal pada Kapal Cepat Rudal 60 meter ini. Menurut salah satu pejabat PT PAL, peluru kendali untuk KCR 60, diupayakan produk dari Negara Barat/Eropa. Namun dia belum bisa memastikan.

Wah…terkejut juga mendengar kabar tersebut, karena yang terbayang selama ini, rudal yang dipasang di KCR60 adalah C-705 buatan China, karena Indonesia dan China terlibat kerjasama pengembangan rudal tersebut. Ketika saya tanya lagi, apa jenis rudal dan buatan negara mana, orang tersebut menghindar.”Masih penjajakan”, tuturnya.

Jika benar rudal Eropa yang dipasang di KCR tersebut, tentu Armada tempur TNI AL, akan semakin menakutkan dan gahar. Kapal kecil tapi memiliki rudal yang mematikan.

Pada tahap awal, TNI AL memesan 3 unit KCR-60 yang ditargetkan selesai seluruhnya pada tahun 2014. Harga kapal Rp 500 miliar/unit. Jika produk PT PAL dianggap bagus, TNI AL akan memesan 13 KCR60 tambahan, sehingga jumlah totalnya 16 KCR-60.

Proyeksi KCR-60

Apa sebenarnya proyeksi TNI AL atas kapal cepat rudal 60 meter ini ?. TNI AL menargetkan KCR-60 akan dilengkapi sistem persenjataan anti surface warfare (ASUW), anti air warfare (AAW), electronic warfare (EW), naval gun fire support (NGFS), dan anti submarine warfare (ASW).

Indonesia sangat membutuhkan banyak kapal perang sekelas KCR 60 karena merupakan kapal pemukul reaksi cepat yang dalam pelaksanaan tugasnya mengutamakan unsur pendadakan, mengemban misi menyerang secara cepat, menghancurkan target sekali pukul dan menghindar dari serangan lawan dalam waktu singkat pula. KCR 60 meter ditargetkan mempunyai kemampuan olah gerak yang tinggi, lincah dalam posisi tembak dan mampu melaksanakan penghindaran dari serangan balasan lawan.

KCR-60 Mesir


Kapal Cepat Rudal 60 meter Mesir mengusung RAM Launcher (tampak di belakang kapal) dan 8 rudal RGM-84L Boeing Harpoon SSM Block II.

Melihat proyeksi yang ditujukan kepada KCR-60 tersebut, saya jadi teringat dengan kapal sejenis milik Mesir yang juga memiliki panjang 60 meter, persisnya 63 meter. Fast Missile Craft (FMC) Mesir merupakan kapal perang berukuran kecil yang modern dan mematikan.

Dengan model yang “siluman” FMC Mesir ini memiliki radar cross section yang kecil sehingga bisa menghindari radar lawan. KCR Mesir juga dilengkapi infrared suppression devices atau infrared signature suppression (IRSS) untuk mengurangi kerentanan kapal dari sasaran IR guided anti-ship missiles kapal lawan. Kapal itu juga memiliki radiated noise untuk seluruh frekuensi komunikasinya.

FMC ini memiliki kecepatan 34 knots dan dapat dipacu hingga 41 knots dalam kondisi muatan ringan. Awak kapal 38-4o peronel dan mampu berlayar hingga 15 hari.

Senjata utama FMC ini adalah 8 rudal Harpoon Block II dan dilengkapi Oto Melara Super Rapid gun 76.2 mm sebagai senjata anti kapal permukaan dan pertahanan udara. Untuk mengatasi ancaman jarak jauh ataupun cruise missile, FMC Mesir dilengkapi Rolling Airframe Missiles (RAM) Mk 49 serta CIWS (Close-In Weapon System) Phalanx Block 1B. Senjata lainnya adalah M60 machine guns sebanyak 2 unit.

Rolling Airframe Missile (RAM) Launcher

Rolling Airframe Missile (RAM) merupakan misil supersonic dengan bobot yang ringan bersifat fire and forget dan bereaksi secara cepat untuk menangkis serangan rudal jelajah anti-kapal maupun ancaman asimetris dari udara maupun kapal permukaan, termasuk helikopter serta ancaman udara lainnya dan ancaman kapal permukaan.

Menurut Raytheon RAM ini sudah uji tembak sebanyak 300 kali dengan tingkat kesuksesan 95 persen. Salah satu ujicobanya adalah menangkis dua rudal jelajah yang datang sekaligus. Versi terbaru dari RAm ini adalah RIM 116 yang merupakan kerjasama AS dan Jerman.

Primary Function: Ship Self Defense.
RAM Launcher Specifications
Above-Deck Weight: 11,432 lbs. (5,196 kg)
(Including Rounds)
Below-Deck Weight: 2,069 lbs (940 kg)
Working Circle: 129 in. / 3.28 m
Train: +380?
Elevation: ?25? to +80?
Missile Capacity: 21
Contractor: Raytheon.
Date Deployed: Mid-1993.
Propulsion: Solid-propellant rocket.
Length: 9.3 ft 2.82 m
Diameter: 5 inches (12.70 centimeters)
Wingspan: 17.5 in / 44.5 cm
Weight: 162 lbs. (73.5 kilograms)
Speed: Supersonic
Platforms:
Amphibious Assault Ships (LHA/LHD)
Landing Platform Dock Ships (LPD)
Carriers (CVN)
Dock Landing Ships (LSD)
Littoral Combat Ship (LCS)
Warhead: 7.9 lbs. (explosive weight).

Empat unit fast missile craft (FMC) Mesir dikerjakan oleh Perusahaan VT Halter Marine yang bermarkas di Pascagoule, Mississippi, Amerika Serikat. Perusahaan VT Halter Marine memang telah banyak membuat kapal perang untuk AS, terutama untuk U.S. Coast Guard, US Navy dan American Bureau of Shipping. Kapal kedua dan ketiga diserahkan tahun 2013 ini, sementara kapal keempat pada tahun 2014.

Akankah KCR 60 produk Indonesia setangguh milik Mesir ?. Kita belum tahu. Tapi yang jelas, kapal perang dengan ukuran 60 meter pun, bisa mengusung senjata yang mematikan seperti Harpoon Block II maupun Rolling Airframe Missiles (RAM).

Seperti apa kira-kira spesifikasi dari KCR-60 Indonesia ?.

Spesifikasi KCR-60:
60 Meter Fast Missile Craft KCR-60M):
- Length Overall (LOA): 59.80 M
- Length waterline (LWL): 54.82 M
- Width: 8:10 M
- Height: 4.85 M
- Draft at full charge: 2.60 M
- Displacement: 460 Ton

Speed at Beaufort Scale Sea State 2 and 1:
- Maximum speed 28 knots
- Cruising Speed 20 knots
- Economical Speed 15 knots

Armament systems
1 X 57 mm cannon Home
2 X 20 mm guns
2 X 2 surface anti-ship missile launchers (SSM)
2 X Decoy Launcher

Navigation
Have the resilience to navigate in all weather up to Sea State 6
Endurance at sea: 9 days
Cruising range: 2,400 nm at a speed of 20 knots
Accommodation: 43 people

KCR 60m is designed by considering the eligibility criteria of the sea as follows:
Patrol duties until the sea state 3
Operation of the weapon up to sea state 4

Penampakan KCR-60 tahun 2013

Kita berharap KCR-60 milik TNI AL nanti merupakan kapal yang benar-benar siap tempur karena kapal itu diciptakan untuk bertempur. Jika perlu jumlah kapal dikurangi, namun dilengkapi senjata mematikan seperti “KCR 60″ Mesir.

jakartagreater 

KRI Sultan Hasanuddin-366 Kibarkan Merah Putih Di Suar Karang Unarang


Dalam kegiatan Operasi Tameng Hiu 2013 wilayah perbatasan di perairan Kalimantan Utara, KRI Sultan Hasanuddin-366 mendekat dan memeriksa keadaan Suar Karang Unarang, Senin (5/8/2013). Suar Karang Unarang adalah suar yang sangat vital keberadaannya karena sebagai tanda batas laut antara Indonesia dengan perairan Malaysia. Saat itu KRI Sultan Hasanuddin-366 berada pada radius 1000 yard dari suar.

Dari kejauhan, Suar Karang Unarang terlihat berdiri kokoh dengan benderanya yang berkibar. Mendekat ke suar, terlihat jelas bahwa kondisi bendera di puncak Suar Karang Unarang tidak lagi utuh, kencangnya hembusan angin dan cuaca laut yang ekstrim telah merobek bagian warna putih dan menyisakan bagian merahnya saja.

Kehadiran KRI Sultan Hasanuddin-366 menjadi momen tepat untuk mengibarkan kembali bendera merah putih di puncak Suar Karang Unarang. Melihat keadaan bendera merah putih seperti itu, Komandan KRI Sultan Hasanuddin-366, Letkol Laut (P) Haris Bima Bayuseto, melaporkan kondisi ini kepada Asintel Guspurla Armatim, Kolonel Laut (P) Yeheskiel Katindiago yang onboard di KRI Sultan Hasanuddin-366 yang saat itu sebagai kapal markas Guspurlatim. Kemudian Asintel Guspurla Armatim memerintahkan untuk menerjunkan satu tim prajurit dengan menggunakan sekoci untuk melaksanakan penggantian bendera merah putih di suar.

Didahului dengan penghormatan, bendera lama digantikan dengan bendera yang baru, Merah Putih kembali berkibar di puncak Suar Karang Unarang. Menyongsong peringatan Proklamasi Kemerdekaan RI ke-68 pada 17 Agustus 2013 mendatang, di puncak Suar Karang Unarang terus berkibar Bendera Merah Putih dengan pengawalan KRI Sultan Hasanuddin-366.

TNI AL

Mengembangkan Industri Pertahanan ?

https://encrypted-tbn2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTpcRc2-HxtJmTpi_ERyCyEGHNoQ13ofkDqfzCIpGz6WStE7Gnc
CN235 MPA TNI AL
Dalam kesempatan kunjungan resmi ke Korea Selatan sebagai kepala staf Angkatan Udara Republik Indonesia, salah satu acara formal adalah mengunjungi lokasi strategis Angkatan Udara Korea di luar Kota Seoul. Perjalanan ke tempat tersebut dilakukan menggunakan pesawat helikopter yang berbasis di salah satu pangkalan udara yang berdampingan dengan US Air Force Base, unit dari Angkatan Udara Amerika Serikat. Selesai acara resmi, rombongan kami saat itu tertunda lebih kurang satu jam dalam jadwal perjalanan kembali ke Seoul karena cuaca yang berubah buruk. Seorang kolonel menghadap saya menjelaskan bahwa perjalanan kembali ke Seoul tidak dapat dilaksanakan menggunakan helikopter atau pesawat rotary wing yang tadi. Disebutkan alasannya adalah pesawat tersebut tidak bisa terbang tinggi berhubung dengan perkembangan keadaan cuaca yang memburuk. Markas Besar di Seoul memerintahkan untuk mengirim sebuah pesawat fixed wing VIP menjemput saya dan rombongan.

Setelah pesawat siap, kami pun segera bergegas menuju tempat parkir pesawat. Agak sedikit kaget karena ternyata pesawat fixed wing VIP yang disiapkan tersebut ternyata dari jenis CN-235. Selesai melaksanakan penghormatan berjajar sesuai dengan prosedur pemberangkatan VIP,sang Captain Pilot dengan tersenyum lebar mendekat ke saya dengan mengutarakan penuh bangga bahwa saya akan diantar kembali ke Seoul dengan pesawat fixed wing terbaik yang tersedia di Korea Selatan dan itu adalah pesawat terbang “asli” buatan negara anda! Terharu dalam hati, saya tersenyum sejenak dan mulai meneliti interior CN-235 yang sama sekali belum pernah saya saksikan sebelumnya. Tidak bisa saya sembunyikan kekaguman terhadap disain interior CN-235 VIP Angkatan Udara Korea Selatan ini. Baru belakangan setelah itu, saya memperoleh informasi bahwa disain dan perlengkapan VIP interior CN-235 tersebut adalah produk dari pesanan khusus Pemerintah Korea Selatan kepada pihak PTDI. Terus terang, sangat mewah untuk ukuran Indonesia dan yang istimewa adalah sangat bersih,termasuk lantainya. Yang lebih mengharukan saya adalah melihat bagaimana para awak pesawat bertugas di pesawat itu dengan penuh kebanggaan. Kebanggaan dalam bertugas menerbangkan VIP dengan pesawat khusus VIP buatan Bandung!

Di pertengahan masa jabatan saya lainnya, Panglima Tentara Udara Diraja Malaysia (TUDM) berkunjung tidak resmi ke Surabaya dengan transit semalam di Jakarta. Saya datang menemuinya di salah satu hotel di Jakarta Pusat. Ada rasa ingin tahu,apa gerangan yang menjadi acara penting Panglima ke Surabaya. Ternyata,Panglima TUDM beserta satu set kru lainnya hendak berlatih simulator CN-235 di Surabaya. Saya bertanya kepada Panglima, Jenderal Dato’ Suleiman, jam berapa tiba dan menggunakan apa? Surprise sekali saya memperoleh jawaban ternyata Panglima mengemudikan sendiri pesawat CN-235 TUDM VIP dengan menyertakan dua co-pilot yang akan berlatih simulator di Surabaya. Jenderal Dato’ Suleiman menceritakan kepada saya betapa dia sangat menikmati terbang dengan CN-235. Saya tidak punya rating/ kemampuan menerbangkan CN-235 karena sebagian besar perjalanan terbang saya adalah menerbangkan C-130 Hercules. Secara kebetulan, Jenderal Dato’ Suleiman juga mempunyai rating pesawat Hercules. Dengan demikian saya dapat mendiskusikannya agak lebih teknis apa yang dimaksudkan “nikmat” menerbangkan CN-235 dan membandingkannya dengan Hercules. Diskusi berakhir dengan pernyataan Panglima TUDM yang sangat saya percaya jauh dari basa-basi bahwa secara teknis, menerbangkan CN-235 tidaklah kalah menyenangkan dari menerbangkan Hercules. Dia menutup pembicaraan yang penuh persahabatan itu dengan hal yang sangat mengharukan sekaligus membuat bangga saya bahwa seluruh warga TUDM sangat bersenang hati memiliki dan mengoperasikan pesawat CN-235 produksi dari bangsa serumpun!

Belakangan ini pada salah satu kesempatan, saya berjumpa Ex Penerbang Garuda yang telah lama terbang di Korean Air. Dia khusus ingin menceritakan tentang satu hal yang cukup “penting” untuk disampaikan lansung kepada saya. Dia bercerita, bahwa dalam perjalanan panjang pengalamannya terbang sebagai Captain Pilot di Korea, beberapa kali pernah terbang dengan Co-Pilot Korea yang berasal tadinya dari Pilot Angkatan Udara Korea Selatan. Kebetulan, sang Pilot berkebangsaan Korea itu pernah menerbangkan pesawat Angkatan Udara Korea dari Jenis CN-235 versi VVIP. Dia bercerita kepada sahabat saya betapa dia sangat bangga dan merasa senang memiliki cukup banyak jam terbang di pesawat CN-235 buatan Indonesia tersebut. Bangga terhadap produk pesawat terbang Indonesia, satu Negara sesama bangsa Asia. Yang “mengenaskan” adalah, betapa sahabat saya itu secara jujur mengakui dalam hati bahwa dirinya sendiri pun tidak atau belum mengetahui ada satu produk pesawat terbang Indonesia yang “secanggih” itu untuk menjadi bahan obrolan ringan di dalam kokpit sebuah pesawat “Jumbo-moderen” produk Negara maju yang tengah mereka terbangkan berdua.

Dari tiga uraian ilustrasi tadi, kiranya telah lebih dari cukup untuk mewakili refleksi dari beberapa negara lainnya di kawasan Asia Pasifik yang juga menggunakan pesawat buatan anak bangsa CN-235. Sekedar untuk diketahui saja, CN-235 sudah sangat luas digunakan dibanyak negara di muka bumi ini. Beberapa diantaranya adalah : Brunei, Kamboja, Chile, Colombia, Ekuador, Perancis, Jordania, Malaysia, Mexiko, Pakistan, Papua Nugini, Korea Selatan, Saudi Arabia, Thailand, Turki, Amerika Serikat dan lainnya. CN-235, sebenarnya telah berhasi dengan baik tampil sebagai satu “produk unggulan” dari IPTN (saya lebih suka menggunakan kata IPTN yang merefleksikan spirit kepahlawanan Nurtanio, dibanding PTDI, yang bisa saja keliru dan mengingatkan kita kepada gerombolan pemberontak dimasa lalu DI-TII).

Demikianlah seyogyanya, seperti banyak pabrik pesawat terbang terkenal dan sukses di dunia yang memang hanya bisa maju melalui salah satu produk unggulannya terlebih dahulu, baru kemudian ber-kreasi pada produk-produk jenis pesawat lainnya. Industri Strategis pasti memerlukan “Political Will” dari Pemerintah untuk dapat bergulir dengan “subsidi” yang tidak kecil dalam proses mengawali produk satu pesawat terbang yang diunggulkan untuk dapat masuk ke “pasar”. CN-235, sudah dibuat dalam versi Sipil dan MIliter. Diawal kelahirannya, satu skadron CN-235 masuk dalam jajaran Angkatan Udara, sementara diwaktu yang relatif bersamaan, sejumlah CN-235 di-operasikan oleh PT Merpati Nusantara Airllines, Maskapai Penerbangan Perintis dalam melayani penerbangan di pelosok terpencil Nusantara ini. Penggunaan di lapangan dalam jumlah yang cukup banyak dan mencakup sektor perhubungan udara sipil serta bidang operasional Angkatan Udara dari satu Negara Kepulauan yang luas seperti Indonesia telah menjadikan CN-235 dilirik banyak Negara untuk dikembangkan. Thailand menggunakan pertamakali untuk keperluan eksperimen hujan buatan, Malaysia dan Korea Selatan, konon bahkan menggunakan CN-235 sebagai pesawat VIP Kepala Negara. Sementara beberapa perusahaan avionic (aviation electronic) terkemuka di Eropa mendorong pengembangan CN-235 sebagai Variant dari pesawat “patroli-maritim” untuk Angkatan Udara.

Bila belakangan ini banyak pertanyaan tentang bagaimana nasib IPTN, maka jawabannya adalah “fenomena” CN-235 patut untuk menjadi pertimbangan serius dalam upaya untuk bisa bangkit kembali. Sekali lagi Political Will Pemerintah, beriringan dengan subsidi, lebih mudah merangsang pengembangan satu produk unggulan untuk menembus pasar. Produk yang banyak digunakan setelah berhasil masuk pasar akan lebih mudah berkembang lagi sebagai hasil dari proses penyempurnaan (research and development) dari kualitas satu jenis produksi. Agak terhenti lajunya “snow-ball” dari jalur produksi pesawat CN-235, yang sebenarnya bisa berperan sebagai “produk-unggulan” IPTN, pasti sangat disayangkan. Sayang , bila para pengguna dari CN-235 yang sudah begitu luas di panggung Global akan berhadapan dengan kondisi “layaknya seperti anak ayam yang kehilangan induknya”.

Ayo…. Maju lagi !
 

Mudik Aman Diantar Kapal Perang


JAKARTA - Ini mungkin cara mudik paling aman. Mudik diantar kapal perang! Asyiknya, sepeda motor tetap bisa diajak mudik. Nah, siapa yang berani menyerempetnya. Dijamin bebas macet pula. Gratis lagi.

Kapal Republik Indonesia (KRI) Banda Aceh 593 perlahan meninggalkan Dermaga Penumpang Nusantara Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Minggu (4/8) pukul 10.35. Kapal TNI Angkatan Laut ini memulai perjalanannya menuju Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, Jawa Tengah. Bukan bersiap mengikuti latihan gabungan, apalagi bersiap perang. Kapal angkut personel dan peralatan militer ini mengangkut pemudik dan sepeda motornya.

KRI Banda Aceh 593 dikerahkan pemerintah untuk mendukung angkutan gratis Lebaran tahun 2013. Kapal perang ini turut dilibatkan mengangkut pemudik untuk mengurangi kepadatan di jalan raya sekaligus menekan kecelakaan lalu lintas. Tercatat ada 1.464 penumpang dan 673 sepeda motor yang diangkut dalam perjalanan mudik tahap pertama ke Semarang.

Menurut rencana, seperti dirilis situs resmi TNI AL (www.tnial.mil.id), jadwal mudik gratis dengan kapal perang TNI AL berikutnya adalah Selasa (6/8) ini. Sepekan kemudian, kapal perang itu akan mengangkut pemudik dalam arus balik dari Semarang ke Jakarta.

Sebelum bertolak dari Tanjung Priok, pemudik ditemui Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di atas KRI Banda Aceh, yang dikomandani Letnan Kolonel (P) Yana Hariyana.

Di bagian geladak helikopter, ratusan pemudik duduk beralaskan terpal plastik biru. Mereka memilih duduk berimpitan untuk menghindari terik panas surya di bagian belakang geladak yang beratapkan langit biru.

Bapak-bapak, ibu-ibu, anak-anak, muda-mudi campur jadi satu. Tak mau duduk berimpitan, beberapa penumpang lainnya nekat duduk berpanas-panas di geladak bagian belakang sambil menutup kepalanya dengan jaket.

Ratusan penumpang lain tersebar di lorong-lorong dek, di dekat perahu pendaratan personel, hingga di tangga-tangga. Sebagian ibu dan anak balita mendapat tempat khusus di kamar-kamar personel yang berkapasitas 220 orang. Hanya ibu dan anak balita yang boleh menempati kamar berkasur empuk ini. Bisa bercanda ria

Kapal melaju dengan tenang berkecepatan 12 knot (sekitar 22,22 kilometer per jam). Di salah satu sudut di Dek H (ruang anggota KRI), Rania Wulan Santika (2) bercanda ria dengan sepupunya. Sesekali ia berlarian kecil. Eko Riyanto (28) dan Rosidah (30), ayah dan ibunya, mengawasinya sambil duduk di bangku panjang dari kayu.

”Kalau mudik naik motor, apalagi bus, repot. Anak ini pasti rewel. Enggak bisa jalan-jalan. Kalau naik kapal, dia bisa main-main,” ujar Eko, pemudik asal Grobogan, Jawa Tengah.

Ini yang kedua Eko dan istrinya mudik gratis menumpang kapal dengan panjang 125 meter dan lebar 22 meter itu. Mudik menumpang KRI Banda Aceh, menurut dia, jauh lebih aman daripada menggunakan sepeda motor. ”Tidak kena macet dan tidak capek di jalan. Ini nanti tiba di Semarang terus ke Juwangi, Grobogan, naik motor dua jam sudah sampai,” katanya.

Eko bercerita, sebelum punya anak dan belum tahu ada mudik gratis, ia selalu mudik bersepeda motor. Perjalanan 18 jam ditempuh dari Jakarta. Biasanya, mulai berangkat setelah sahur sekitar pukul 03.00. Enam jam sampai di wilayah Cirebon, Jawa Barat, kondisi badan sudah kecapekan dan mengantuk.

Perjalanan pun harus diselingi istirahat beberapa kali, termasuk untuk makan siang. Eko tidak mau mengulanginya lagi setelah punya anak. Si kecil menghampiri Eko. ”Ayo bobok Pak, ngantuk,” ujar Rania, yang lalu digendong Eko ke kamar.

Pemudik asal Gondang, Klaten, Jawa Tengah, Suroto (43), mengaku ikut mudik gratis untuk menghemat biaya. Baru kali ini, ia bersama istri dan dua anaknya mudik naik kapal perang. Selama ini, Suroto selalu mudik naik sepeda motor, sedangkan istri dan anaknya naik bus umum. Harga tiket bus yang melambung hingga Rp 300.000 per kursi membuatnya melirik mudik bareng KRI Banda Aceh.

Perjalanan kapal sekitar 20 jam mungkin cukup membosankan bagi sebagian orang. Hambara (22), pemudik asal Madiun, Jawa Timur, dan temannya, Masyudi (23) dari Purwantoro, Wonogiri, Jawa Tengah, mengusir kebosanan dengan berjalan-jalan melihat-lihat isi KRI Banda Aceh. Sesekali memainkan game di telepon selulernya.

Mereka juga berkenalan dengan sesama pemudik, atau berjalan-jalan di geladak helikopter yang terbuka dan luas. ”Belum pernah naik kapal. Ini saya anggap wisata,” ujar Hambara, yang rutin mudik bersepeda motor.

Penumpang yang kecapekan memilih tidur. Mereka yang tak kebagian kasur terpaksa harus tidur malam di atas geladak dibelai dinginnya angin laut. Buka dan sahur

Dalam perjalanan, pemudik tak lantas lalai menunaikan kewajiban shalat. Ratusan orang mengikuti shalat Tarawih di mushala dan di geladak. Serka Tohari, staf operasi Komando Armada RI Kawasan Barat memimpin shalat Tarawih di geladak.

KRI Banda Aceh juga menyediakan makanan untuk berbuka puasa dan sahur. Menunya cukup menggoda: ayam goreng tepung, tempe goreng bersambal, dan sayur asam. Untuk memasak makanan ini, juru masak bekerja full team 8 orang dibantu 15 orang mengepak makanan di kotak-kotak styrofoam.

Di KRI Banda Aceh, total 145 personel TNI AL bertugas. KRI Banda Aceh yang memiliki kecepatan jelajah maksimal 14 knot (sekitar 26 km/jam) mulai dibuat tahun 2007 dan dirampungkan tahun 2010 oleh PT PAL, Surabaya. Kapal ini dipersenjatai dua meriam kaliber 22 mm. Sebanyak 5 helikoper jenis Bell 412 dan 30 tank amfibi dapat diangkut kapal dengan bobot mati 10.500 ton ini.

Senin (5/8), sekitar pukul 07.30, KRI Banda Aceh merapat dengan mulus di Dermaga Penumpang Pelabuhan Tanjung Emas. Total sekitar 20 jam waktu tempuhnya. Cukup lama, tetapi aman dan nyaman.

Mudik aman dan nyaman masih menjadi angan-angan jutaan pemudik di negeri ini. Kemacetan selalu mendera, terutama di Jawa, ketika 9,7 juta orang bergerak bersamaan dari Jakarta ke daerah-daerah lain.

Ke depan, mungkin perlu dipertimbangkan moda angkutan kapal laut untuk mudik dari Jakarta ke Jawa Tengah dan Jawa Timur. Siapa tahu mudik dengan kapal laut bisa jadi solusi kemacetan saat mudik Lebaran.(ERWIN EDHI PRASETYA)

Kompas

Gara-gara ongkos becak, Taruna TNI AU berantem dengan anak UGM


Marsma Nanok Soeratno (2) 

Gara-gara ongkos becak, Taruna TNI AU berantem dengan anak UGMMasih cerita serba-serbi kehidupan karbol alias Taruna TNI AU yang diceritakan Marsekal Pertama Nanok Soeratno dalam buku Kisah Sejati Prajurit Paskhas yang ditulis Beny Adrian dan diterbitkan PT Gramedia.

Walau dididik dengan disiplin tinggi, kadang ada saja Taruna yang melanggar peraturan. Namanya anak muda, cepat naik darah kalau ada yang mengejek.

Ceritanya sekitar tahun 1969, saat itu Nanok sudah menjadi taruna tingkat IV, angkatan paling senior di Akademi Angkatan Udara (AAU). Saat itu dua orang Sersan Mayor Udara Karbol Senior (SMUKS) Agus Armanto dan Tukiran Toyib sedang jalan-jalan naik becak bersama pasangan wanita mereka untuk melihat pameran bunga di Gedung Seni Sono, Jl Malioboro, Yogyakarta.

Dua wanita ini menolak dibayari ongkos becak. Mereka merasa merekalah yang mengundang dua taruna ini jalan-jalan sehingga merasa harus mentraktir. Tentu saja dua taruna ini juga menolak dibayari. Malu dong kencan kok dibayari sama cewek.

Saat itulah ada dua pemuda melintas. Keduanya iseng nyeletuk melihat adegan itu.

"Ah pura-pura itu, karbol (Taruna AAU) kan biasanya memang enggak punya duit," kata mereka.

Karbol Agus dan Toyib panas mendengar ucapan itu. Namun mereka tak berbuat apa-apa. Baru ketika pulang dari pameran bunga mereka mencari dua pemuda tersebut dan menanyainya. Agus tambah kesal saat pemuda itu sombong dan omongannya ngelantur.

Setelah pulang, Agus lapor teman-temannya di AAU. Mereka pun sepakat untuk buat perhitungan. SMUKS Hanafie Asnan (kelak Marsekal dan Kasau) serta Nanok ada di antara mereka yang sudah terbakar emosinya.

Malam itu juga Nanok mendatangi sopir bus karbol dan meminta mengantar mereka ke kota untuk membuat perhitungan. Diakui Nanok tindakan ini jelas salah besar dan melanggar disiplin. Tapi namanya anak muda yang sudah dikuasai emosi, aturan pun ditabrak.

Tak sulit menemukan dua pemuda ini, para taruna segera membawanya ke pemancar TVRI. Di sana para taruna menginterograsi mereka. Dua pemuda ini tak mengaku sudah menghina taruna soal becak siang tadi. Karena kesal, ada taruna yang menghadiahi bogem mentah.

Salah seorang taruna lalu menantang dua pemuda duel satu lawan satu agar tak disebut mengeroyok. Tantangan ini ditolak dua pemuda tersebut. Karena tak ada titik temu, dua pemuda itu dipulangkan ke tempat semula.

Masalah tersebut rupanya bergulir bak bola salju. Dua hari kemudian sejumlah mahasiswa UGM menggelar unjuk rasa memprotes aksi koboi para taruna. Kota Yogyakarta pun geger. Rupanya dua mahasiswa tadi mahasiswa UGM.

Berita soal pemukulan ini cepat didengar Gubernur AAU Komodor Rusman yang kaget dan marah. Rusman menganggap aksi para karbol ini bukanlah sikap seorang prajurit dan calon perwira. Semua karbol yang terlibat aksi itu dipanggil. Agar masalah tak membesar, Rusman mengirim Taruna ke Bandung dan Jakarta untuk mengikuti kuliah kerja. Di sana mereka pun diawasi dengan ketat.

Komodor Rusman segera menelepon Rektor UGM Suroso untuk meminta maaf. Dia juga memfasilitasi perdamaian antar kedua pihak. Akhirnya SMUKS Rudi Basri dan SMUKS Agus Armanto dipertemukan dengan kedua pemuda tadi di UGM. Keduanya pun berdamai dan janji tak akan mengulangi perbuatan tercela itu.

Nanok dan kawan-kawan pun sangat bersyukur Komodor Rusman tak memecat mereka. Rusman hanya menasihati para taruna senior yang sebenarnya akan segera dilantik itu agar jangan pernah melakukan tindakan serupa. Rusman juga meminta para taruna dengan kesatria mengakui kesalahan.

"Padahal bisa saja kami diberhentikan dengan tidak hormat karena indisipliner, dan memerintahkan pengemudi tanpa ada surat perintah," kenang Nonok.

Nanok mengakui ribut dengan pemuda Yogyakarta ini merupakan kasus kedua. Sebelumnya saat mereka masih tingkat II, mereka sempat juga berkelahi dengan pemuda yang buat ulah. Saat itu senior AAU main band di Hotel Ambarukmo Yogyakarta, drumnya, disobek oleh seorang pemuda sehingga menimbulkan keributan.[ian]


Tuesday, 6 August 2013

Dahlan: IDB akan fasilitasi ekspor pesawat PT DI


Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara, Dahlan Iskan. (ANTARA/Audy Alwi)
Jakarta : Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan meminta dukungan Islamic Development Bank (IDB) untuk membantu ekspor pesawat-pesawat produksi PT Dirgantara Indonesia (PT DI) Bandung melalui fasilitas kredit ekspor.

"IDB tertarik untuk memberikan fasilitas kredit ekspor bagi sejumlah negara yang ingin membeli pesawat PT DI," kata Dahlan melalui layanan pesan singkat kepada ANTARA di Jakarta, Senin malam.

Ia mengatakan, penggunaan kredit ekspor akan memperlancar penjualan pesawat PT DI karena selama ini negara yang ingin membeli pesawat PT DI biasanya sekaligus meminta skema pembiayaannya.

Dahlan, yang sedang berada di Arab Saudi untuk umroh, bertemu dengan Presiden IDB Dr Ahmed Mohammed Ali di Clock Tower, Masjidil Haram, Makkah, yang didampingi pimpinan IDB Divisi Asia Selatan dan Tenggara, Dr Ahmed Saleh Hariri.

Pada pembicaraan itu, Dahlan menjelaskan penawaran pesawat PT DI ke Bangladesh dan beberapa negara Afrika.

"IDB tertarik untuk memberikan fasilitas kredit ekspor bagi Bangladesh. Saya juga ditanya negara mana saja yang sudah menyatakan minatnya tapi terhalang masalah pembiayaan," ujar Dahlan serta menambahkan, dia menyebutkan negara-negara yang berminat membeli pesawat PT DI seperti Filipina.

Pada kesempatan itu, menurut Dahlan, Dr Ahmed menyatakan telah mengenal baik industri pesawat Indonesia karena pernah diajak Prof BJ Habibie ke Bandung pada awal 1990-an dan berharap bisa menjalin kerja sama dengan BUMN untuk mengembangkan ekonomi Indonesia.

Selama tiga tahun ke depan IDB menyediakan fasilitas pendanaan sampai Rp30 triliun atau setara dengan 3,3 miliar dolar AS.


Antaranews

Hari Ini di 1324 Blitar Didirikan di Bawah Kekuasaan Majapahit


Istana Gebang di kota Blitar, Provinsi Jawa Timur.
Istana Gebang di kota Blitar, Provinsi Jawa Timur.

Kabupaten Blitar memiliki 22 kecamatan yang dibagi lagi menjadi 220 desa dan 28 kelurahan dengan luas wilayah 1.588,79 km².

Nama Blitar dipercaya berasal dari frase bali dadi latar (kembali jadi halaman). Kata tersebut diteriakkan oleh Prabu Mahesa Sura saat meregang nyawa di sumur yang dibuatnya sendiri sebagai mahar untuk Dewi Kilaswara.

Tiga daerah subur, yaitu Malang, Kediri dan Mojokerto, seakan-akan "diciptakan" oleh Sungai Brantas sebagai pusat kedudukan suatu pemerintahan, sesuai dengan teori natural seats of power yang dicetuskan oleh pakar geopolitik, Sir Halford Mackinder, pada tahun 1919. Teori tersebut memang benar adanya karena kerajaan-kerajaan besar yang didirikan di Jawa Timur, seperti Kerajaan Kediri, Kerajaan Singosari dan Kerajaan Majapahit, semuanya beribukota di dekat daerah aliran Sungai Brantas.

Pada zaman dulu daerah Blitar merupakan daerah lintasan antara Dhoho (Kediri) dengan Tumapel (Malang) yang paling cepat dan mudah. Di sinilah peranan penting yang dimiliki Blitar, yaitu daerah yang menguasai jalur transportasi antara dua daerah yang saling bersaing (Panjalu dan Jenggala serta Dhoho dan Singosari). Banyaknya prasasti yang ditemukan di daerah ini (kira-kira 21 prasasti) bisa dikaitkan dengan alasan tersebut.

Salah satu sumber sejarah yang paling penting adalah prasasti karena merupakan dokumen tertulis yang asli dan terjamin kebenarannya. Prasasti dapat diartikan sebagai tulisan dalam bentuk puisi yang berupa pujian.

Pada 1316 dan 1317 Kerajaan Majapahit karut marut karena terjadi pemberontakan yang dipimpin oleh Kuti dan Sengkuni. Kondisi itu memaksa Raja Jayanegara untuk menyelamatkan diri ke desa Bedander dengan pengawalan pasukan Bhayangkara dibawah pimpinan Gajah Mada. Berkat siasat Gajah Mada, Jayanegara berhasil kembali naik tahta dengan selamat.
Adapun Kuti dan Sengkuni berhasil diringkus dan kemudian dihukum mati. Oleh karena sambutan hangat dan perlindungan ketat yang diberikan penduduk Desa Bedander, maka Jayanegara pun memberikan hadiah berupa prasasti kepada para penduduk desa tersebut. Tidak diragukan lagi bahwa pemberian prasasti ini merupakan peristiwa penting karena menjadikan Blitar sebagai daerah swatantra di bawah naungan Kerajaan Majapahit. Peristiwa bersejarah tersebut terjadi pada hari Ahad Pahing bulan Srawana tahun Saka 1246 atau 5 Agustus 1324 Masehi, sesuai dengan tanggal yang tercantum pada prasasti. Tanggal itulah yang akhirnya diperingati sebagai hari jadi Kabupaten Blitar setiap tahunnya.

Republika

Pembom Vihara 'kelompok Abu Roban'


operasi densus
Serangkaian penangkapan terhadap tersangka pelaku teror terus dilakukan.
Badan Nasional Penanggulan Teror, BNBPT menduga pelakukan peledakan bom di Vihara Ekayana, Tanjung Duren Jakarta Barat terkait dengan kelompok teror jaringan Abu Roban.
Abu Roban alias Bambang Nangka alias Untung sebelumnya telah tewas saat baku tembak dengan Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri di Batang, Kendal, Jawa Tengah pada bulan Mei lalu.
Kepala BNPT, Ansyaad Mbai mengatakan meski Roban tewas dalam aksi penangkapan Densus 88, namun sejumlah anggotanya diduga masih tersebar di sejumlah wilayah.
Ansyaad mengatakan salah satu bom yang terbuat dari paralon dan diletakan di Vihara Ekayana Minggu (04/08) malam mirip dengan bom buatan sejumlah kelompok yang telah ditangkap polisi di kawasan Bendungan Hilir, Jakarta juga bom di Marga Asih, Bandung serta di Kebumen, Jawa Tengah.
Sementara satu bom lain yang penutupnya berbentuk panci tekan menyerupai bom yang dilemparkan di kantor Mapolsek Raja Polah, Tasikmalaya.
"Kemungkinan besar terkait dengan kelompok Abu Roban jika dilihat dari teknis pembuatan bomnya, saya kira paling obyektif indikasinya bisa dilihat dari situ," kata Ansyaad Mbai kepada Wartawan BBC Indonesia, Andreas Nugroho.
"Mulai dari Benhil, Marga Asih dan Kebumen itukan kelompoknya Abu Roban yang sudah tewas itu."
Dalam kasus penangkapan di Bendungan Hilir, polisi mengatakan pelaku berencana untuk meledakkan kantor Kedutaan Myanmar di Jakarta.
Analisa pihak keamanan mengatakan target serangan bom ke Kedubes Myanmar tidak terlepas dari konflik antar etnis dan agama yang terjadi saat ini di negara itu.
Meski demikian Ansyaad mengaku belum mau menduga apakah pelaku peledakan di Vihara Ekayana terkait motif yang sama.

bbc

Kisah Taruna TNI AU kurang gizi gara-gara makanan dikorupsi


Kisah Taruna TNI AU kurang gizi gara-gara makanan dikorupsi


Mantan Komandan Korp Pasukan Khas TNI AU Marsekal Pertama Nanok Soeratno meluncurkan biografi berjudul Kisah Sejati Prajurit Paskhas. Banyak kisah menarik yang disampaikan Nanok dalam buku yang ditulis Beny Adrian dan diterbitkan PT Gramedia ini.

Salah satunya soal kondisi Taruna Angkatan Udara tahun 1966. Saat itu Nanok baru masuk ke Akademi Angkatan Udara di Yogyakarta. Sebagai taruna baru, Nanok dan kawan- kawannya harus mengikuti sejumlah latihan yang sangat berat. Termasuk digojlok para senior.

Namun rupanya para karbol, sebutan bagi taruna AAU, tak dapat makanan yang layak. Nanok melukiskan kala itu mereka hanya diberi makan nasi dan sepotong tempe rebus.

Tentu saja makanan seperti ini tak bisa mencukupi kebutuhan gizi para Taruna. Hampir semua Taruna mengalami kekurangan gizi dan sakit beri-beri.

Kasus ini terungkap tak sengaja. Saat akan menggelar ground parade, salah seorang taruna
senior bernama Afendi melihat junior-juniornya kok sempoyongan. Berdirinya saja tidak gagah. Lalu para senior menyuruh juniornya membuka sepatu. Benar saja, hampir semua taruna junior kena beri-beri.

Penyakit tersebut muncul karena kekurangan vitamin B1. Vitamin ini sangat penting untuk jantung, fungsi otot dan sistem saraf. Sumber vitamin B1 adalah daging sapi, kacang hijau, kacang merah, gandum utuh dan beras merah. Para taruna yang cuma diberi makan nasi dan tempe rebus tentu tak dapat asupan gizi cukup.

Kaget dengan temuan ini, Resimen Karbol segera melaporkan hal ini pada Gubernur AAU. Kapten (Kes) dr Raman R Saman yang baru pulang pendidikan dokter penerbangan di Yugoslavia diperintahkan untuk memperbaiki hal ini. Raman bersama sembilan dokter Angkatan Udara juga mengawasi pembelian makanan bagi para Taruna.

"Saya ditugasi gubernur AAU untuk mengawasi langsung. Obatnya ya kasih protein yang banyak dan kegiatan fisiknya dikurangi dulu," kata dokter Raman yang pensiun dengan pangkat marsekal bintang satu ini mengenang kisah itu. (hal 53).

Dapur rupanya menjadi sumber korupsi dengan terjadinya permainan dalam pembelian bahan makanan. Kualitas dan kuantitas makanan dipermainkan dengan mengorbankan jumlah asupan gizi yang mestinya diterima karbol. Kurangnya memakan daging membuat karbol mengalami kondisi buruk. Bagian pemeliharaan personel yang dituding melakukan kecurangan.

Setelah peristiwa itu, makanan Taruna sedikit lebih membaik. Minimal terlihat ada telur dalam menu makanannya.

Selain kasus makanan, banyak cerita di AAU. Nonok Soeratno sendiri dikenal moncer di kalangan Taruna. Kegemarannya bermain musik mengantarkanya menjadi penata rama drum band AAU. Posisi yang cukup mentereng di Korps Taruna.

"Dia senangnya memang jadi komandan," kenang Marsma (purn) Soeprijatmo, rekan seangkatan Nano di Korps Taruna.

Nanok lulus tahun 1969 dari AAU, maka dia disebut angkatan 1969. Dia masuk korps persenjataan dan dilantik menjadi Letnan Dua tanggal 6 Desember 1969.

merdeka

Modus Baru Teroris: Mengebom Wihara


Ledakan bom di Wihara Ekayana Jakarta  
   Rangkaian bom meledak di Wihara Ekayana di Jalan Mangga II, Kelurahan Duri Kepa, Jakarta Barat, Minggu malam, 4 Agustus 2013. Tidak ada korban jiwa dalam ledakan itu. Hanya ada tiga jemaat yang mengalami luka ringan.

Ada tiga bom yang diletakkan di dalam Wihara Ekayana. Bom pertama meledak pada pukul 19.01 WIB, di bagian belakang patung Buddha Maitreya yang terletak di dalam wihara.
Bom kedua terjadi beberapa menit kemudian. Letaknya di pintu masuk wihara di atas rak sepatu dekat patung Buddha Sakyamuni dan dan Patung Waitho Pusha. Bom meledak dan melukai tangan salah satu umat.

Sementara bom ketiga berada dekat bom kedua. Tapi, bom itu tidak meledak dan hanya mengeluarkan asap. Bom kemudian disiram air oleh jemaat, kemudian diledakkan Tim Gegana Polri.

Dari penyelidikan awal polisi, pelaku peledakan adalah dua orang pria yang datang mengendarai sepeda motor. Mereka membawa bungkusan plastik berwarna hijau serta kuning, yang masing-masing disimpan di dalam dan luar wihara.

Namun, dari rekaman CCTV terlihat hanya satu pelaku yang masuk untuk meletakkan bom. Lelaki itu berusia sekitar 30 tahun dan masuk wihara sekitar pukul 18.53 WIB sambil membawa bungkusan plastik itu.

Pria itu memakai kaca mata, bajunya berwarna putih, dan tas selempang. Perawakannya kurus dan kulitnya agak putih. Selama beberapa menit, dia terlihat sibuk membenahi bungkusannya di dekat rak sepatu. Saat itu, banyak jemaat keluar masuk wihara dan menaruh sepatu. Baik umat maupun pengurus wihara tak ada yang curiga, karena pelaku bertingkah layaknya jemaat.

"Dia cukup sopan," ujar Kepala Wihara Ekayana Buddhist Center, Bikkhu Arya Maitri Mahatera.

Menurutnya, setiap ada umat mendekatinya, pelaku menghentikan aktivitasnya dan berpura-pura membenahi bungkusan. Setelah agak sepi, barulah ia mulai mengutak-atik lagi bungkusannya yang diperkirakan beratnya mencapai tiga kilogram.

Tak lama kemudian, dia terlihat masuk ke ruangan kebaktian dan menaruh bungkusan lain di depan pintu. Hanya beberapa menit di dalam, pemuda itu keluar. Berselang empat menit kemudian, atau sekitar pukul 19.01, bom meledak di belakang patung Buddha Maitreya, yang terletak di dalam wihara.

Bom kedua terjadi beberapa menit kemudian. Kali ini ledakannya lumayan besar. Ada telepon genggam, serpihan besi gotri, kabel dan batre persegi. Ledakan bom itu melukai seorang umat. Semula, jemaat menganggap ledakan berdaya ledak rendah itu hanya petasan biasa.

Tapi karena ada kepulan asap tebal, tiga umat kemudian menyingkirkan plastik hijau berisi rangkaian bom dan buru-buru menceburkannya ke dalam ember berisi air. Saat bom meledak, pelaku diperkirakan tidak langsung pergi, melainkan tetap berada di sekitar wihara untuk mengecek dampak aksi terornya.

Polri menyimpulkan peristiwa ini adalah aksi teroris. Pelaku peledakan masih diburu. Sampai kemarin siang, sudah ada delapan saksi diperiksa. Belum diketahui motif pelaku. 

Menurut Pembina Yayasan Wihara Ekayana, Ponijan Liauw, pelaku peledakan diduga bukan orang asing. Sebab, dia sama sekali tidak dicurigai saat masuk dan membaur dengan umat yang akan beribadah. Pelaku diduga sempat memberi salam pada sesama umat dan bhiksu.

Ponijan menyebutkan hal itu terlihat dari rekaman CCTV yang langsung disita Densus 88 Anti Teror. Menurutnya, pelaku masih sangat muda dan kelihatannya bukan orang asing untuk kalangan jemaat wihara.

Dia juga tampak mengetahui betul jadwal kebaktian di Wihara Ekayana, yakni tiga kali sehari setiap hari Minggu. Kebaktian malam dimulai pukul lima sore dan berakhir pukul tujuh malam, tepat saat bom itu meledak.

Namun, masih kata Ponijan, pelaku rupanya salah perhitungan. Sebab, kebaktian malam itu berlangsung cukup lama lantaran ada acara persembahan dana untuk bhiksu. Karena itu, tampak di rekaman CCTV, pelaku sempat gelisah.

Pesan teror
Polisi masih mendalami dan memeriksa seluruh barang bukti, termasuk rekaman CCTV di Wihara Ekayana. Motif dan dugaan awal peledakan, belum bersedia diungkapkan. 

Saat ini, situasi di wihara berangsur normal. Polisi sudah membuka garis polisi di sekitar lokasi kejadian. Namun untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan, areal itu masih dijaga ketat.

"Selama ini kan ada gereja, ada masjid, kemudian hari ini wihara. Ya kita tunggu nanti pemeriksaan saksi-saksi kemudian olah TKP," kata Kapolri Jenderal Polisi Timur Pradopo

Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Marciano Norman ikut mengutuk pelaku peledakan. Menurutnya, pelaku sengaja meledakkan bom di tempat ibadah untuk mengacaukan keamanan. Apalagi, ini saat umat muslim tengah menjalankan ibadah puasa.

"Targetnya membuat kekacauan saja," kata Marciano saat mendampingi Presiden SBY di Stasiun Pasar Senen, Jakarta.

Marciano mengatakan peristiwa ini telah ditindaklanjuti kepolisian. Ia juga mengimbau kepada warga masyarakat untuk membantu kerja kepolisian dalam mengusut kasus tersebut.

Masyarakat diminta untuk selalu waspada dan jangan segan melaporkan kejadian yang mencurigakan di sekitarnya kepada pihak kepolisian. Sebab, dia mengingatkan potensi ancaman akan selalu ada, apalagi saat ini menjelang Hari Raya Idul Fitri. 

Motif teror bom di Wihara Ekayana sendiri tampaknya terkait dengan pesan di secarik kertas yang dikirimkan ke pengurus wihara. Bunyinya: "Kami Menjawab Jeritan Rohingya."

"Atas nama apapun, termasuk agama, tidak bisa dibenarkan. Ini mencoreng, menodai kesucian bulan Ramadan," kata Menteri Agama Suryadharma Ali saat mengunjungi Wihara Ekayana.

Menurut Suryadharma, teror ini merupakan upaya adu domba antar umat beragama. Karena itu, umat Islam maupun umat Buddha diminta tidak terpancing. 

Mengenai konflik muslim Rohingya yang terjadi di Myanmar, kata Suryadharma, pemerintah Indonesia sudah bertindak sesuai porsinya. Presiden SBY sudah mendesak pemerintah Myanmar untuk menyudahi konflik. Suryadharma hakulyakin umat Buddha di Indonesia juga tak setuju dengan penindasan etnis Rohingya.

Rohingya memang bak anak tiri di Myanmar. Etnis minoritas ini dianggap pendatang ilegal walaupun telah ratusan tahun tinggal di Myanmar. Mereka disebut sebagai "Bengali", karena nenek moyangnya dari Bangladesh. Namun, pemerintah Bangladesh menolak mengakui mereka.

Puluhan warga Rohingya dibantai di Arakan pada tahun 2012 lampau dan di Meikhtila, April lalu. Sedikitnya 192 orang tewas tahun lalu dalam kekerasan antara umat Buddha dan Rohingya di Rakhine. Sebanyak 140 ribu warga Rohingya kehilangan tempat tinggal. Banyak dari mereka yang akhirnya mengungsi ke negara orang.

Human Right Watch menuduh rezim militer Myanmar ikut membantai dan memperkosa banyak warga Rohingya. Laporan saksi mata yang mereka himpun menyatakan aksi-aksi kekerasan terjadi di depan mata tentara Myanmar, tapi mereka bergeming.

Bom Borobudur
Bukan kali pertama ini tempat suci ibadah umat Buddha jadi sasaran teroris. Ledakan dahsyat untuk meneror umat Buddha pernah terjadi pada 15 Januari 1985 silam. Sasarannya adalah kompleks Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah. Akibatnya, tujuh stupa pada candi peninggalan Dinasti Syailendra itu hancur.

Adalah Ibrahim alias Mohammad Jawad yang disebut-polisi sebagai aktor di balik pengeboman itu. Tapi, sampai sekarang, sosoknya tetap misterius. Dua mubaligh bernama Abdulkadir Ali Alhabsyi dan Husein Ali Alhabsy, kemudian ditangkap polisi setelah bom meledak di Borobudur.
Abdulkadir divonis Pengadilan Negeri Malang dengan hukuman penjara 20 tahun. Dia mengaku bersama ketiga temannya hanya diajak Ibrahim untuk berekreasi.

Adapun Husein dihukum seumur hidup dan belakangan mendapat grasi Presiden. Husein menolak tuduhan atas keterlibatannya dalam peledakan Borobudur dan menuding Mohammad Jawad, sebagai dalangnya.

Jaksa menuduh bahwa tindakan pengeboman yang dilakukan keduanya didasari aksi balas dendam terkait peristiwa berdarah Tanjung Priok pada 1983--satu hal yang diiyakan Albdulkadir. (kd)

Rutan Baturaja Dihujani Peluru

Ilustrasi--REUTERS/Hamid Khatib
 
Palembang: Rumah Tahanan (Rutan) Kelas II B, Baturaja, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), Sumatra Selatan (Sumsel) sekitar pukul 01.00 dini hari secara tiba-tiba dihujani sebelas kali tembakan misterius.

Tembakan yang diduga menggunakan senjata api mesin tersebut mengenai tembok dan pintu masuk Rutan, tak ayal langsung membuat heboh penghuni rutan.

Kepala Rutan Baturaja Chairul Amri menjelaskan, hujan peluru yang menyerang rutan secara tiba-tiba tersebut terjadi saat menjelang sahur. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian itu pun dengan saksi mata. 

"Tidak ada saksi mata yang melihat kejadian itu karena saat itu semua dalam Rutan untuk persiapan sahur," jelasnya saat dihubungi, Senin (5/8).

Dijelaskan lebih lanjut, Chairul belum bisa menyimpulkan motif dari tembakan tersebut. Tetapi ia menduga senjata yang digunakan adalah senjata api (senapan) mesin. 

"Kami belum tahu solongsong peluru itu dari mana.  Kami serahkan semua ke tim Polres OKU semua masih dalam penyelidikan. Tembakan itu menggunakan senapan mesin," tambahnya.

Disinggung dengan kaitan kejadian pengeroyokan sipir rutan Baturaja terhadap seorang anggota Sabara empat hari lalu di rutan tersebut, Chairul tidak membantahkanya. 

"Kami belum tahu ada kaitannya dengan kejadian pemukulan sipir terhadap anggota polisi. Memang ada adu mulut saat itu saja dan saya tidak menduga sampai sejauh itu. Tidak ada kecurigaan apapun termasuk dengan tahanan," ungkapnya.

Sementara itu, Kabid Humas Polda Sumsel Kombes Djarot Padakova membenarkan kejadian tersebut. "Di tempat kejadian ditemukan 11 tembakan, serpihan proyektil maupun selongsong peluru  yang mengenai tembok serta pintu rutan," jelasnya.

Atas kejadian tersebut Kapolda Sumsel Irjen Saut Usman Nasution langsung turun ke lokasi kejadian dengan didampingi oleh tim dari Laboratorium Forensik Polda Sumsel serta Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Sumsel.

"Untuk saat ini pihak Polres OKU sudah lakukan olah TKP dan Polda langsung turun bersamaa tim Labfor dan Unit Krimum untuk melakukan penyelidikan kasus ini termasuk jenis senjata kami belum mengetahui karena masih dalm penyelidikan," terang Djarot.

Pascainsiden tersebut, jadwal kunjungan pun dihentikan dan pengamanan rutan diperketat dengan dibantu oleh pihak kepolisian Polres OKU. "Kami harapakan besok sudah aktifitas rutas sudah normal kembali," kata Chairul. (MI/Ami)

metrotvnews

Sunday, 4 August 2013

Hawk 109/209 Little But Lethal

Setiap pesawat tempur tentu punya kisah dan latar belakang sendiri sehinnga mengapa bisa memperkuat AU sebuah negara.Tak terkecuali jet tempur ringan Hawk 109/209 yang memperkuat TNI AU sejak 1996. Tak pernah ada keterangan resmi dari pemerintah, mengapa memilih Hawk 109/209 untuk memperkuat armada penempur taktis TNI AU. Namun jika disimak dari masa atau perioda kedatangannya, yakni pesawat dasawarsa 1990-an, pesawat-pesawat itu sepertinya dibeli untuk mengantisipasi dua masalah krusial yang tengah dihadapi TNI AU.
Masalah pertama, menurunnya jumlah dan kesiapan pesawat tempur TNI AU dan kedua, munculnya sejumlah potensi gangguan keamanan akibat beberapa perkembangan di Tanah Air.Salah satunya yang diwaspadai adanya pemberlakukan 3 alur laut yang memungkinkan semua pihak, baik yang beritikad baik maupun tidak, lebih mudah masuk ke Indonesia.
Hawk 109/209 adalah solusi dari kebutuhan akan jet tempur latih yang simple dan praktis dan pesawat tempur taktis yang jumlahnya terus menurun akibat faktor usia. TNI AU tinggal memiliki beberapa Hawk Mk.53 dari 2 unit yang dibeli pada 1978, 1981 dan 1982.
Ketika jumlahnya makin memadai, pesawat latih lanjut yang dikenal mudah dikemudikan ini ditempatkan di skadron pendidikan 103.Skadik 103 disiapkan khusus untuk mendidik calon penerbang tempur lulusan Sekbang TNI AU serta mereka menuntaskan pendidikan latih mula dengan AS 202 Barvo dan latih dasar dengan T-34C Turbo Mentor.
Hawk Mk.53 juga dipasang kanon 30-mm Aden Mk 4 sehingga juga bisa dikerahkan sebagai pesawat tempur taktis.Itu sebab, TNI AU juga menempatkan pesawat-pesawat ini di skadron udara 15.Jenis pesawat ini dijadikan kekuatan tempur operasional karena kelak komposisi dan jumlahpesawat tempur yang ada tidak proporsional lagi dengan luas wilayah yang harus dilindungi.
Di penghujung 1990-an, TNI AU hanya memiliki OV-10F Bronco, A-4 Skyhawk dan F-5E/F Tiger II dalam jumlah yang sudah tidak memadai serta F-16 Fighting Falcon dalam jumlah yang relatif masih memadai.
Di penghujung dasawarsa tahun 1990-an itu Departemen Pertahanan sesungguhnya sudah membahas rencana pembelian pesawat tempur untuk memodernisasi kekuatan udara. Hawk 109/209, turunan Hawk Mk.53, amat santer disebut.Pesawat itu sudah mendapat “green lamp” Menristik dan Dirit IPTN (kini Dirgantara Indonesia), Prof.Dr.BJ.Habibie, satu-satunya pembantu Presiden yang mempunyai kekuatan untuk menentukan pembelian pesawat tempur di Indonesia.
Mk.53 yang dipercanggih
Kelak, pada kenyataannya, RI hanya membeli 40 unit.Dari jumlah itu, 8 unit berasal dari versi latih, yakni Hawk 109.Selebihnya 32 unit dari versi tunggal, Hawk 209. Pesawat-pesawat itu datang bertahap antara tahun 1996 sampai tahun 1999. 20 unit (4 Hawk 109 dan 16 Hawk 209) ditempatkan di Skadron 12 Lanud Pekanbaru, Riau, Sumatera.Sementara 20 lainnya ditempatkan di Skadron Udara 1 lanud Supadio, Pontianak, Kalimantan Barat.
Pengalaman yang impresi  yang mendalam atas Hawk Mk.53 bagaimanapun akan ikut menentukan respon pasar, Itu sebabnya BAE tak mau mengubah banyak tampang pesawat tempur latih ini, hingga sepintas masih ada kemiripan diantara keduanya..
Hawk 109/209 dilengkapi dengan Radar Warning Receiver pada sirip tegaknya dan radar AN/APG-66 pada hidungnya serupa dengan yang bab dalam hal digunakan F-16 A/B.Sebab edalam hal persenjataan, Hawk 109/209 menjadi lebih mematikan karena mampu menggotong dua rudal AIM-9-L/P-4-Sidewinder di bawah sayap dan dua rudal lagi di ujung sayapnya.

sejarah perang

Angkut 2.000 orang, KRI Banda Aceh dilengkapi sejumlah fasilitas


 




Sekitar 2.000 pemudik motor telah meninggalkan Terminal Nusantara Pura 2, Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Ribuan pemudik tersebut beruntung bisa mudik gratis dengan tujuan Semarang, Jawa Tengah menggunakan Kapal Republik Indonesia (KRI) Banda Aceh.

Tidak hanya itu, keberangkatan para pemudik pun dilepas oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Usai mengecek kesiapan awak kapal di dalam dan juga sejumlah pemudik, Presiden keluar dari Kapal menuju mobil sedan mewahnya nopol B 1909 RFS, tak lupa Presiden melambaikan tangannya kepada para pemudik sebagai tanda ucapan selamat jalan.

"Alhamdulilah mereka senang, mudah-mudahan tidak mengantuk dan capai saat bawa sepeda motor," ujar Presiden kepada awak media sebelum menaiki mobil, di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Minggu (4/8).

Panglima Kolinlamil Laksamana Muda TNI Darojatim mengatakan kapal dilengkapi beberapa fasilitas guna menunjang kenyaman pemudik saat di perjalanan.

"Di ruangan ada yang satu keluarga bawa dua atau tiga anak. Kapal ini baru sehingga dilengkapi pendingin ruangan, selain gratis ada juga makanan gratis selama perjalanan, ada tim dokter untuk kesehatan mereka," terang Darojatim.

Dikatakan Darojatim penumpang kapal perang buatan dalam negeri tersebut mengaku nyaman dan senang lantaran tidak harus melewati rutinitas tahunan tersebut dengan kemacetan pantura.

Darojatim pun berharap agar para pemudik motor lainnya melirik moda transportasi laut sebagai alternatif pulang kampung.

"Sehingga mereka nyaman dan masyarakat lebih memilih moda angkutan kapal ini," pungkas Darojatim.

merdeka