Musnadi akhirnya menghembuskan nafas
terakhir di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Sentra
Medika Depok, Rabu siang, 17 Juli 2013. Pemuda 21 tahun itu tewas akibat
luka dalam setelah dipukuli massa.
Musnadi, warga asal Lampung, diringkus sesaat setelah menembak
seorang prajurit TNI AD Divisi I Kostrad Cilodong, Prada Roni Erwavdi
Situmorang, Selasa malam, 16 Juli 2013. Satu timah panas menghentikan
langkahnya saat berupaya melarikan diri ke kebun kosong dekat lapangan
BDB, Cimanggis, Depok.
Kepala Satuan Reserse Kriminal Polresta
Depok Komisaris Ronald Purba, menjelaskan kejadian itu berawal ketika
Prada Roni memergoki Musnadi yang berupaya membawa kabur sepeda motor
miliknya sekitar pukul 19.00 WIB. Saat itu Roni sedang berada di kantor
jasa pengiriman untuk mengirim paket titipan kilat tujuan Sumatera.
Sebelum
masuk, Roni memarkir motornya di depan kantor pengiriman itu. Lokasinya
tak jauh dari minimarket. Belum berapa lama meninggalkan motor, Roni
yang sudah berada di dalam tiba-tiba mendengar teriakan 'motor diambil
rampok'.
Spontan, Prada Roni keluar. Tapi, baru akan membuka
pintu ia sudah ditembak pelaku. Beruntung tembakan pertama berhasil
dihindarinya dan hanya mengenai kaca serta dinding kantor itu.
Mengetahui lawannya membawa senjata api, Roni tak gentar. Ia justru
nekat mengejar pelaku meski dengan tangan kosong hingga menyeberang ke
jalan raya dan melompat ke kali.
Di seberang kali, di kebun
kosong itulah prajurit TNI AD itu berhasil menghentikan langkah pelaku.
Keduanya terlibat duel sampai akhirnya Prada Roni tumbang akibat
ditembak pelaku. Roni tersungkur setelah dua kali tembakan mengenai bahu
samping kanan dan paha sebelah kiri. Tak kuasa menahan sakit, dia
berteriak minta tolong. Pelaku panik, dan langsung kabur.
Mendengar
teriakan Prada Roni, warga langsung melaporkan kejadian itu ke markas
Kostrad, yang berlokasi tak jauh dari tempat kejadian. Bersama polisi,
aparat TNI langsung memburu pelaku yang saat itu lari melintasi kali,
menuju area bersemak di kebun kosong.
Sekitar tiga jam kemudian,
Musnadi berhasil dilumpuhkan. Tak ayal, dia diamuk massa. Aparat yang
mengawalnya kewalahan menghalau warga yang sudah terlanjur beringas
hingga menghajarnya tanpa ampun. Jasad pemuda yang masih berstatus
pelajar/mahasiswa itu langsung dibawa ke Rumah Sakit Polri Kramat Jati,
Jakarta Timur. Sementara, Prada Roni masih menjalani perawatan intensif
di Rumah Sakit Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto, Jakarta Pusat.
Polisi
menduga Musnadi adalah perampok yang kerap beraksi dengan melukai
korbannya dengan timah panas di Depok. Menurut Ronald, saat ini polisi
tengah memburu satu pelaku lain yang diyakini ikut serta dalam
perampokan Selasa malam. Satu pelaku itu kabur saat disergap.
Polisi
juga masih mencari senjata api yang digunakan Musnadi untuk menembak
Roni. "Pencarian di semak-semak. Ada anggota dari Polda juga yang turun
langsung," kata Ronald pada
VIVAnews, Rabu 17 Juli 2103.
Rumah kos hingga apartemenPenembakan
Prada Roni merupakan satu dari sekian banyak kasus kejahatan dengan
senjata api yang terjadi di Jakarta dan sekitarnya. Rabu dini hari,
komplotan bandit berpistol juga menyantroni penghuni kamar kos di Jalan
Permata No.27, RT 06/05, Kebon Pala, Kampung Makasar, Jakarta Timur.
Dua
perampok mengincar motor yang terparkir di halaman kos-kosan itu. Para
garong diduga masuk dengan cara merusak bagian engsel pintu gerbang
rumah kos. Aksi mereka kepergok dua penghuni kamar kos, Santonius
Simanjuntak (47), dan Erwin Gultom (25).
Melihat aksinya
digagalkan, para perampok langsung melepaskan timah panas ke arah dua
orang tersebut. Akibatnya, Santonius mengalami luka tembak di bagian
pelipis. Sedangka Erwin terluka di bagian perut. Keduanya dilarikan ke
Unit Gawat Darurat RS Haji Pondok Gede, Jakarta Timur. "Mereka masih
dirawat secara intensif," kata Jakson, salah satu penghuni kamar kos.
Mendengar
suara tembakan, semua penghuni kamar kos itu langsung ke luar. Para
bandit pun panik. Mereka mengarahkan senjata api kepada para penghuni
sambil mengancam. "Kami disuruh diam. Tidak ada yang berani, semua
menunduk di balik tembok," kata Jackson. Lantas, kedua bandit itu balik
kanan tanpa membawa satupun hasil rampokan.
Insiden penembakan
juga terjadi di apartemen di Ibu Kota. Dua warga negara asing jadi
korban penembakan di Apartemen Mediterania, Tanjung Duren, Jakarta
Barat.
Penembakan di lorong Tower E Edelwis Lantai 15 Apartemen
Mediterania 2 itu terjadi pada Sabtu 13 Juli 2013. Berdasarkan hasil
pemeriksaan rekaman CCTV, pelaku berjumlah tujuh orang. Diduga mereka
memakai senjata api jenis pistol. Itu dilihat dari selongsong peluru
yang tertinggal di lokasi.
Adelusi Oludare, warga negara Sierra
Leone ditembak di bagian dada sebelah kanan, ketiak kiri, dan paha
kanan. Sedangkan Beh Muhammed, warga negara Nigeria mengalami luka
tembak di siku kanan dan lengan kanan. Korban masih dirawat di RS Royal
Taruma, Grogol, Jakarta Barat.
Polisi menduga kedua pihak yang
terlibat menjalin hubungan bisnis ilegal. "Mereka ingin menyelesaikan
dengan cara sendiri," ujar Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya,
Komisaris Besar Rikwanto. Bila dilihat dari cara pelaku menembak korban,
pelaku diduga sudah mengenalnya.
Penyidik sudah mengantongi
identitas para pelaku. "Di CCTV mereka sudah terekam, identitas sudah
didapat," kata Rikwanto. Berbekal identitas yang didapat, polisi
melakukan pengejaran.
Adik kandung John Kei, Fransiscus Refra
alias Tito Refra Kei, juga tak luput dari terjangan timah panas. Tito
tewas ditembak oleh orang tak dikenal di rumahnya, Jalan Raya Titian
Indah, Kalibaru, Medan Satria, Bekasi, Jumat 31 Mei 2013. Insiden itu
terjadi sekitar pukul 20.00 WIB. Hingga kini polisi belum berhasil
mengungkap kasus itu.
Direktur Reserse Kriminal Umum polda Metro
Jaya, Komisaris Besar Slamet Riyanto menjelaskan, sejumlah saksi sudah
diperiksa untuk mengungkap kasus ini. Termasuk mengidentifikasi pelaku
yang diduga memiliki keahlian dalam menembak.
Keluarga Tito, kata
Slamet juga belum bisa diminta keterangan terkait kasus yang tengah
ditangani oleh Tito yang juga berprofesi sebagai pengacara.
Slamet
menjelaskan, penyidik telah mendapatkan hasil uji balistik proyektil
dan selongsong yang ditemukan di lokasi kejadian. Hasilnya, terdapat
kesamaan antara barang bukti yang ditemukan. Artinya, amunisi itu
berasal dari satu senjata.
Sebelumnya ada dugaan, jika selongsong
sengaja dibuang oleh pelaku untuk mengecohkan petugas. "Senjata yang
digunakan diduga senjata pabrikan, jenisnya bisa FN dan Walther. Kaliber
peluru berukuran 9 milimeter. Anak pelurunya
full metal bukan timah," kata Slamet.
Menurut
polisi, pelaku penembakan adik kandung John Kei ini memilik keberanian
besar, ahli menembak, dan telah mensurvei lokasi sebelumnya. Ratim,
pemilik warung kopi juga menjadi korban salah sasaran penembakan pria
misterius ini. Pelaku selain mengincar Tito Kei, sebetulnya juga ingin
membidik teman Tito, Gery.
Senjata ilegal beredarMaraknya
kejahatan dengan senjata api tak lepas dari peredaran senjata api
ilegal di masyarakat. Polda Metro Jaya mengaku sudah melakukan razia
secara rutin lewat operasi senjata api dan bahan peledak (Sendak).
Menurut
Rikwanto, senjata yang beredar biasanya berasal dari lokasi eks konflik
seperti Aceh, Poso dan Ambon. Kemudian milik para teroris, dan
selundupan dari luar negeri. Ada juga senjata rakitan.
Pemetaan
terhadap peredaran senjata api yang digunakan para penjahat, dilakukan
dari barang bukti senjata api yang disita dari para pelaku.
Pemetaan
dilakukan terhadap sejumlah kelompok besar dan beberapa pelaku dari
lembaga pemasyarakatan (Lapas) yang telah bebas dan bergabung dengan
komplotan penjahat.
Tidak hanya itu, polisi juga kesulitan dalam
mengungkap jaringan di balik peredaran senjata-senjata ilegal itu.
Sebab, mereka sangat rapi dalam beroperasi. (eh)