
Satu unit T-33 tampak sedang parkir di depan hangar Lanud Madiun, Jawa Timur.
Kedatangan pesawat
T-33A ke Indonesia bersamaan dengan kedatangan pesawat
F-86 Avon Sabre
dari Australia di tahun 1973. Dengan demikian fasilitas yang dibangun
di Madiun berupa renovasi sarana bantuan penerbangan juga dipakai buat
pesawat T-33A yaitu overlay landasan, pembangunan pergudangan dan
pembangunan fasilitas pengisian bahan bakar. Konsep awalnya pesawat
T-33A direncanakan untuk mengganti pesawat L-29 Dolphin, sehingga waktu
datang pesawat ini berwarna abu-abu dengan cincin kuning sertafinflash
yang juga kuning layaknya pesawat yang dioperasikan oleh Kodikau.
Awalnya masuk Skadik 017 (
Advance Training) dengan home base
di Lanuma Iswahyudi, Madiun dengan registrasi A-3301. Satu tahun
berikut tepatnya tang-gal 3 Mei 1974 pesawat diserahkan ke Kohanudnas
dengan demikian registrasi menjadi J-3301 lalu menjadi TS-3301 setelah
semua registrasi pesawat militer di Indonesia. Pesawat yang datang dalam
kegiatan bersandi
Peace Modern Project
ini adalah program dari Amerika guna membantu mempertahankan kualitas
pilot tempur Indonesia yang menurun kemampuannya setelah dikandangkannya
pesawat Blok Timur pada tahun 1966. Untuk itu terpilih enam pilot dan
dua perwira teknik yang belajar ke Amerika
(Lachland AFB dan Cloves AFB) guna menangani pesawat T-33A T-Birds. Sedang teknisi dipercayakan kepada Kapten TPT Utih dan Lettu TPT Subagyo Sutomo.

Sejumlah T-33 yang dioperasikan dalam misi tempur sedang dipersiapkan di Lanud, Baucau , Timor Leste.
Mereka para teknisi mendapat pelatihan yang cukup lengkap, setelah sekolah bahasa di
Lackland AFB bersama para pilot langsung dikirim ke
Chanute AFB, Ilinois untuk belajar
Aircraft Maintenance Officer Course (AMOC)
selama enam bulan. Program selanjutnya dua perwira TNI AU tersebut
melanjutkan sekolah di Shepard AFB, Kansas, dalam program yang disebut
Technician Instructional Course dan berakhir di
Cannon MB, New Mexico, selama dua bulan lalu
On the Job Training (OJT)
di pesawat T-33A yang berada di pangkalan Cannon AFB juga. Sedangkan ke
12 teknisi Bintara dan Tamtama setelah belajar bahasa Inggris teknik di
Lack-land langsung bergabung dengan dua perwira di Cannon AFB untuk
melaksanakan OJT. Sedangkan pesawatnya sendiri diambilkan dari
military-stock Amerika di Subic, Filipina.
Kemampuan lebih inilah yang nanti dimanfaatkan oleh TNI AU guna
melaksanakan program yang disebut Modification A/C Structure Program
Reinforcement tahun 1975 yaitu penggantian wing rod spar dilaksanakan di
Depolog-30, Malang.
Terbang dari Filipina
Secara bergelombang pesawat diterbangkan dari Subic langsung ke
Madiun oleh para pilotAU AS dalam empat gelombang pengiriman. Gelombang
pertama tiba di Madiun pada tanggal 17Apri1 (lima pesawat), gelombang
kedua tiba tanggal 1 Juni (lima pesawat), gelombang ketiga tanggal 15
Juni (lima pesawat) dan gelombang terakhir pada tanggal 22 Juni (em-pat
pesawat) semua terjadi pada tahun 1973. Setelah lengkap 19 unit pesawat
T-33 tiba di Madiun, pada tanggal 23 Agustus 1973 diadakan penyerahan
dari pemerintah Amerika kepada pemerintah Indonesia yang diwakili oleh
Jenderal TNI Pangabean yang kala itu menjabat sebagai Menteri Pertahanan
merangkap sebagai Panglima ABRI.

Khusus untuk T-33 yang telah dipersenjatai di cat warna hijau dengan logo ikan hiu di nose-nya.
Selanjutnya dimasukkan ke dalam Skadik 017 dan menempati hanggar eks
Skadron-42 (hangar F-16 saat ini) dengan komandan Mayor Pnb Isbandi
Gondosuwignjo sehingga berhak memakai call sign Thunder-01 meskipun
beliau aslinya adalah Thunder-08. Sehari setelah dilantik sebagai
Komandan Skadik 017 hari berikutnya tanggal 4 Mei 1974 pesawat T-33A
masuk alam jajaran Kohanudnas dan dinamakan Satuan Buru Sergap T-33A
berdampingan dengan Satuan Buru Sergap F-86 di bawah satuan organik
Kohanudnas yaitu Komando Satuan Buru Sergap disingkat Kosatsergap. Mayor
Pnb Isbandi tetap menjadi komandan Satsergap T-33.
Modifikasi Swadaya
Meskipun bernama Peace Modern Project, ternyata pesawat T-33A adalah
pesawat yang betulbetul payah kondisinya. Selain tidak bersenjata,
pesawat ini masih menggunakan radio UHF (model militer Amerika) serta
adanya batasan manuver yang hanya plus 3G, betul-betul pesawat latih jet
yang tidak bisa dibuat manuver sama sekali. Berkat kajian dari Kolog
(Komando Logistik, kini Koharmatau) maka oleh Depolog-30, Malang,
diadakan penguatan pada wing rod spar sehingga pesawat dapat melakukan
full maneuver hingga plus 7g serta radio yang diubah menjadi VHF,
standar komunikasi pesawat di Indonesia. Kegiatan peningkatan kemampuan
ini dilakukan para teknisi yang sekolah di Amerika, dibantu tujuh
personel AU AS yang bertindak sebagai Technician Representative atau
lebih dikenal dengan sebutan Techrep.

Dengan
kemampuan ini maka para pilot T-33 mulai melakukan latihan air-to-air
maneuver sebagai dasar manuver pesawat Kohanudnas dan mengantar pesawat
ini dilibatkan pada Latma (Latihan Bersama) bersandi Elang Malindo 1
yang diadakan di Butterworth, Malaysia. Meskipun pesawat F-86 dari
satuan Satsergap F-86 juga ikut Latma Elang Malindo 1 namun pesawat ini
hanya sampai Medan. Dengan demikian pesawat T-33 adalah pesawat ternpur
pertama milik TNI AU yang terbang dan berlatih hingga ke luar negeri.
Beberapa tahun yang lalu juga ada saat pesawat latih jet L-29 terbang
navigasi hingga Butterworth, mengingat ada siswa Malaysia ikut menjadi
siswa sekolah terbang di Indonesia.

Selepas
Elang Malindo 1, T-Birds juga dilibatkan dalam latihan bersandi Tutukal
pada akhir 1975 disusul operasi bersandi Cakar Garuda medio 1976. Untuk
mendukung operasi ini beberapa pesawat T-33A dimodifikasi oleh tim
Dislitbangau dan dilengkapi dengan gun-sight tipe KB-13 (eks Ilyusin-28)
serta dua laras senjata kaliber 12,7 mm dan dua buah bomb rack eks
B-25. Dengan demikian pesawat T-33A menjadi pesawat tempur bersenjata
tipe TA-33A. Untuk membedakan antara pesawat yang bersenjata (TA-33A)
dengan pesawat tanpa senjata (T-33A) maka diadakan perubahan warna
pesawat. Untuk TA-33A diberi warna hijau- abuabu dengan gigi hiu di
bagian depan sedangkan T-33A tetap berwarna abu-abu. Kegiatan
mempersenjatai diri ini dilakukan tanpa bantuan pihak asing dan eloknya
peralatan bidik (gun-sight) mempergunakan produk Timur yaitu gun sight
bekas pesawat Ilyusin-28.

Sejumlah
T-33 yang masih dengan warna asli putih dan baru saja dikirim dari
Pangkalan Udara Subic, Filipina. Sebanyak 19 unit T-33 diterbangkan dari
Subic menuju Lanud Iswahyudi oleh pilot-pilot USAF.
Setelah diadakan modifikasi persenjataan pesawat TA-33A mampu membawa
amunisi sebanyak 250 x 2 butir peluru 12,7 mm dan dua tabung rocket
launcher jenis LAU (Launcher Airborne Rocket) – 68 yang dapat diisi
tujuh rocket jenis FFAR 2,75 inci (Folding Fin Airborne Rocket) atau
born hingga berat 50 kg setiap sayapnya. Selanjutnya pesawat T-Birds
dilibatkan lagi pada Latma Elang Malindo 2 dengan Malaysia yang diadakan
di Madiun pada tahun 1977.
Suasana
apel kesiagaan para pilot dan awak darat T-33 di Lanud Iswahyudi.
Khusus pesawat untuk latihan, T-33 tetap menggunakan warna putih.
Dalam latihan bersama ini T-Birds adu kekuatan dengan pesawat latih
Malaysia jenis CL-41G Tebuan dan diadakan exchange crew antara dua
negara. Bermakna selama latihan antara pilot TNI AU dengan pilot TUDM
berada dalam satu kokpit. Bulan Oktober 1979 Satsergap T-33 dilebur
menjadi Skadron T-33, sedangkan Satsergap F-86 menjadi Skadron F-86.
Keduanya berada di bawah Wing Tempur 300 Kohanudnas. Setahun berikutnya
nama itu diubah lagi menjadi Skadron Operasional T-33. Pesawat T-Birds
dinyatakan non operasional pasca jatuhnya pesawat registrasi TS-33xx di
kota Blitar pada 20 Juni 1980 bertepatan dengan diadakannya latma Elang
Indopura 1 di Madiun. Selama dioperasikan TNI AU selama tujuh tahun
(1973 – 1980) telah gugur enam pilot dalam tiga kecelakaan yang
terpisah.
Salah satu kecelakaan yang menyebabkan dua penerbang T-33 gugur
adalah kecelakaan yang terjadi pada tanggal 18 Februari 1976. Saat itu
pesawat T-33 dengan nomor regristasi J-3327 jatuh di kaki Gunung Lawu
yang mengakibatkan gugurnya dua penerbang Mayor PNB Sukirwan dan Lettu
PNB Sutadi. Sedangkan pilot T-33 yang meninggal karena sakit adalah
Letty PNB Kukky.
sejarah perang