Rheinmetall sendiri sudah sangat kampiun sebagai pemasok alutsista TNI AD dan TNI AL, mulai dari yang terbaru MBT Leopard 2A4, MBT Leopard 2A4 Revolution, IFV Marder 1A3, sampai kanon Penangkis Serangan Udara Twin Gun 20 mm untuk Arhanud TNI AD juga disabet oleh manufaktur asal Negeri Bavaria ini.
Kembali tentang Wiesel, bila merujuk dari sejarahnya, jelas ini bukan ranpur anyar. Wiesel dirancang sejak tahun 70-an dan mulai memperkuat AD Jerman pada akhir tahun 1980. Dengan bobot pada varian standar 2,7 ton, menjadikan Wiesel masuk kategori light air transportable armoured fighting vehicle, artinya jenis ranpur lapis baja ringan yang dipersiapkan untuk mobilitas taktis lewat udara. Dengan ukuran yang kecil serta berat yang ringan, pesawat angkut berat C-130 Hercules bisa membawa 2 unit Wiesel dalam sekali sortir. Helikopter sekelas SA330 Puma pun dapat menggotong Wiesel lewat kabel sling.
Nah, yang cukup menarik lagi, Wiesel sejatinya sudah lama diperkenalkan untuk Indonesia. Di sekitaran tahun 1989-1990, Wiesel bahkan kerap di iklankan di sebuah majalah Militer era 80-an. Saat itu, Wiesel masih diproduksi oleh Krupp Mak. Dan nyatanya Wiesel pun sudah pernah di uji coba pada kontur medan di Indonesia. Dan di Indo Defence 2014 lalu, Wiesel untuk pertama kalinya dimunculkan ke publik Tanah Air. Bukan lagi Wiesel yang datang tahun 80-an, di Indo Defence 2014 yang ditampilkan adalah Wiesel 2. Wiesel 2 punya ukuran yang lebih panjang, ditandai dengan jumlah roda hingga 5 di setiap sisi, plus mesin yang juga lebih kuat. Yang masih menjadi minor adalah lapisan proteksinya, yang hanya sanggup menahan proyektil kaliber 5,56 mm dan 7,62 mm, maka ketika dihantam proyektil 12,7 mm dan RPG, bisa dipastikan Wiesel bakal berantakan.
Dari konfigurasinya, Wiesel 2 mengusung jenis mesin diesel Volkswagen 1.9 dengan lima silinder turbo direct injection dan intercooler. Kekuatan mesinnya sanggup menghasilkan 109 hp, sementara transmisinya mengadopsi jenis automatic. Di jalan on road, Wiesel 2 mampu dipacu hingga kecepatan 85 Km per jam. Sementara jangkauan operasinya maksimum 200 Km. Bila dibandingkan dengan Wiesel 1, maka Wiesel 2 sudah dilengkapi tambahan lapisan proteksi, sistem pendingin kompartemen, dan proyteksi anti Nubika untuk awaknya.
Unruk dimensi, Wiesel 2 punya panjang 4,78 meter, lebar 1,87 meter, dan tinggi 2,17 meter. Awaknya antara 2 atau 3, bergantung pada varian yang digunakan. Melihat konfigurasinya, Wiesel jelas tidak punya kemampuan amfibi, paling banter Wiesel sanggup berjalan di air dengan kedalaman 0,5 meter dan melalui lebar parit tidak lebih dari 1,2 meter.
Varian Wiesel
Dengan desainnya yang kompak, Wiesel menjadi mudah untuk diadopsi dalam beberapa varian. Seperti di Indo Defence 2014, Rheinmetall mendatangkan varian Lightweight Armoured Mortar 120 mm. Lain dari itu ada varian Air Defence Command Post, ambulans, dan Defence Weapon Carrier dengan peluncur rudal Stinger. Namun identitas Wiesel yang paling populer yakni lewat varian fire support dengan kanon Rheinmetall MK Rh20, kemudian ada pula varian yang membawa rudal anti tank HOT dan TOW. Wiesel juga sempat di adopsi sebagai platform radar mobile, salah satunya mengadopsi RATAC-S besutan Alcatel. Radar untuk peran penyesuaian target sasaran artileri ini dapat beroperasi stand alone dengan jangkauan 40 Km.
Meski usianya sudah cukup lama, Wiesel hingga kini hanya dioperasikan oleh AD Jerman dan AS. AD Jerman pun hanya punya 343 varian Wiesel 1 dan 179 varian Wiesel 2. Sementara AS membeli 7 unit untuk bahan uji coba wahana tempur tanpa awak. Meski kurang laris dipasaran, namun Wiesel sudah kenyang diajak ke medan tempur, sebut saja dalam misi pasukan PBB UNOSOM di Somalia, IFOR, SFOR, termasuk Sang Musang pun ikut diajak memburu Taliban di Afghanistan.
Terkait dengan hadirnya Wiesel 2 di Indo Defence 2014, beberapa asumsi bermunculan, yang jelas pihak pabrikan ingin produknya dapat terjual. Tapi disisi lain, bukan perkara mudah untuk Wiesel bisa melenggang sebagai arsenal TNI, meski diusung Rheinmetall dengan paket Leopard/Marder, toh TNI punya komitmen untuk mendukung dalam pengembangan medium tank yang dilakukan PT Pindad. Tapi kembali lagi, segala sesuatunya bisa berlaku dinamis, boleh jadi tawaran ToT (Transfer of Technology) yang menggiurkan bukan tak mungkin dapat merubah keputusan di hari-hari terakhir. (INDOMILITER.COM)