Tepuk tangan para CEO jangan hanya diartikan sebagai tepuk tangan penghormatan saja.
Bisa jadi itu adalah tepuk tangan kematian bagi para pengusaha lokal,
para petani lokal, para pengembang lokal, para engineering lokal yang
sedang berusaha mandiri.Bagi negara-negara maju, memilih pemimpin yang berjiwa pedagang adalah sebuah keharusan. Pemimpin yang bisa bernegosiasi ke berbagai Negara untuk semata mata menjual produk dalam negeri adalah misi yang dinomorsatukan.
Kepergian pemimpin ke berbagai negara setidaknya harus mengetahui apa yang akan dijual dari negerinya, agar negara lain bisa mengambil manfaat dari negeri pemimpin itu berada.
Contoh saja antara Putin dan Obama, di belakang mereka berbaris para CEO CEO produsen senjata yang siap menyambut bola hasil pertemuan pemimpin mereka dengan negara mana pemimpin mereka bertemu.
Misi dagang dalam kancah internasional adalah misi sesugguhnya. Opini-opini baru akan bermunculan namun yang penting dagangan mereka laku keras, rakyat dan buruh dapat jam kerja, pemerintah mendapat devisa.
Lalu …
Apa kira kira yang bisa dijual oleh Indonesia ?
Yang pasti mayoritas produk yang banyak dijualbelikan di Indonesia mayoritas made in China, kedua made in Jepang, ketiga made in Korea, selanjutnya made in Indonesia.
Dalam pencaturan Internasional justru Indonesia lah yang dibidik oleh berbagai Negara untuk dijadikan ajang menjual barangnya, berbagai cara mereka lobi petinggi negara kita agar barang mereka bisa masuk.
Bukan hanya barang barang consumer good yang mempunyai kue besar di negeri ini.
Kebutuhan konstruksi, kebutuhan energi, jauh melebihi barang barang konsumsi di negeri ini, tentu para pemimpin yang punya bisnis di bidang konstruksi, energi ini menjadi peluang besar.
Tepuk tangan para CEO jangan hanya diartikan sebagai tepuk tangan penghormatan saja.
Bisa jadi itu adalah tepuk tangan kematian bagi para pengusaha lokal, para petani lokal, para pengembang lokal, para engineering lokal yang sedang berusaha mandiri,
Lalu CEO apa yang berada di belakang pemimpin kita?
Bisa jadi mayoritas para importir barang jadi, atau para eksportir bahan tambang.
Teringat sewaktu Pak Dahlan pergi ke Vietnam atau ke Aljazair. Pak Dahlan membawa Direksi BUMN untuk siap melancarkan misi dagangnya ke luar negeri.
Viatnam, Arab Saudi, Aljazair, bahkan Amerika Serikat …
Sekarang ???. Saya hanya mengelus dada.
Hanya waktu yang akan membuktikan, saya hanya rakyat biasa yang harus sami’na wa atho’na terhadap pemimpin negeri.
Terserah negara mau dijual kepada siapa, karena pemimpin seharusnya sudah lebih mengerti tentang rakyat yang dipimpinnya. (JKGR)