Pages

Saturday, 1 March 2014

TNI AD Operasikan 28 Panser Korea Selatan

 
Panser Tarantula TNI AD (photo : jaka92)


JAKARTA: - TNI Angkatan Darat mengoperasikan 28 panser kanon Ta­rantula buatan Korea Selatan dengan kanon Cockerill Mk III ukuran 90 milimeter. Kepala Staf TNI AD Jenderal (TNI) Budiman, yang ditemui di Jakarta, Kamis (27/2), mengatakan, untuk pertama kalinya TNI AD menggunakan panser buatan Korsel dengan penggerak enam roda tersebut ditempatkan di Jakarta dan Jawa Timur.

“Ada 20 unit ditempatkan di Jakarta dan delapan unit di Jawa Timur di sebuah batalyon kavaleri di Pasuruan,” kata Budiman. Panser tersebut dibuat atas kerja sama pabrikan Korsel dengan PT Pindad di Bandung, Jawa Barat. 


Uji tembak sudah dilakukan dengan beragam munisi 90 milimeter pada Oktober 2013 di Cipatat, Jawa Barat. Panser kanon tersebut memiliki keunggulan, antara lain, tolak balik (recoil atau entakan) saat menembakkan meriam tidak terasa. KSAD mengatakan akan melakukan transfer teknologi semak­simal mungkin dalam proyek Tarantula.

TNI AD

Laut China Selatan : Asia Tenggara vs China


Sengketa laut China Selatan
Sengketa laut China Selatan
MANILA: - Filipina menyerukan kepada Malaysia, Vietnam dan Negara-negara tetangga lain untuk bergabung mengajukan gugatan hukum atas klaim teritorial besar-besaran yang dilakukan China di Laut China Selatan.

Jaksa Agung Filipina, Francis Jardeleza, 27/2/2014 mengatakan bahwa Malaysia, Vietnam dan dua pemerintahan lainnya bisa bergabung dalam gugatan hukum yang telah diajukan Filipina tahun lalu di hadapan pengadilan internasional, atau mendaftarkan gugatan sendiri dalam menyelesaikan konflik terkait klaim teritorial China.

claim-china11.jpg


Jardeleza mengatakan satu-satunya kesempatan bagi negara-negara kecil untuk mempertahankan wilayah mereka melawan superpower Asia itu, hanyalah dengan cara damai melalui pengadilan.
China, Brunei, Malaysia, Filipina dan Taiwan terlibat konflik terkait klaim wilayah di sepanjang Laut China Selatan. Perselisihan itu secara berkala meletus ke dalam konfrontasi berbahaya, dan memicu ketegangan dalam masalah keamanan serta diplomatik.

Tentara Filiphina tancapkan bendera nasional di Kaeang Scarborough, LCS
Tentara Filipina tancapkan bendera nasional di Kaeang Scarborough, LCS
Konflik terbaru
Sementara itu, dua kapal China yang melakukan latihan kurang dari setahun di sekitar kawasan pulau karang James Shoal telah membuat Malaysia terkejut dan menciptakan pergeseran penting dalam cara negara jiran itu menghadapi konflik Laut China Selatan.
Pulau karang itu terbentang di luat wilayah perairan Malaysia tapi berada di dalam wilayah 200 mil laut zona ekonomi ekslusif.

Insiden Januari lalu, khususnya, telah memicu Malaysia untuk diam-diam menjalin kerjasama dengan Filipina dan Vietnam, dua negara tetangganya di Asia Tenggara yang paling keras mengkritik langkah China di wilayah itu, dalam upaya mengikat Beijing untuk menyepakati kode etik di wilayah perairan Laut China Selatan, demikian diungkapkan oleh seorang sumber diplomatik Malaysia.

lcs-china-3

Kesombongan kapal-kapal Beijing juga akan mendorong Kuala Lumpur untuk mendekat ke Amerika Serikat, sekutu terpenting mereka dalam bidang keamanan, sekaligus semakin memperdalam perpecahan antara Asia Tenggara dengan China dalam konflik di perairan yang kaya mineral tersebut.
Malaysia secara tradisional bersikap “tiarap” dalam masalah keamanan ini, karena mereka ingin menjalin hubungan ekonomi yang lebih dekat dengan China, yang merupakan rekan dagang terbesar mereka.

“Itu adalah sebuah ‘panggilan untuk membangunkan‘ bahwa itu bisa terjadi pada kami dan itu terjadi…“ kata Tang Siew Mun, ahli kebijakan luar negeri di Malaysia’s Institute of Strategic and International Studies, sebuah lembaga kajian yang memberi masukan kepada pemerintah dalam urusan luar negeri.

“Untuk beberapa lama kami percaya dengan hubungan khusus ini (antara Malaysia-Cina)… kasus James Shoal telah menunjukkan lagi dan lagi kepada kami bahwa ketika sudah tiba pada urusan mempertahankan kedaulatan dan kepentingan nasionalnya (China), maka itu akan menjadi sebuah permainan yang berbeda.(dw.de).

jkgr

Skadron Udara baru F-16 blok 25 di Pekanbaru operasional Juni

 


Pekanbaru: - TNI AU menargetkan skuadron udara baru berintikan 24 unit F-16 Fighting Falcon blok 25, Skuadron Udara 16, yang berpangkalan di Pangkalan Udara TNI AU Roesmin Nurjadi, Pekanbaru, Riau, beroperasi Juni tahun ini.

Jika ini terwujud, maka Dragon Family (sebutan bagi penempur F-16 Fighting Falcon di kalangan TNI AU) akan bisa mengawasi ruang udara kawasan penting perekonomian Indonesia dan dunia, di Selat Malaka, secara lebih efektif.

Sebagai gambaran, pesawat-pesawat tempur Angkatan Udara Singapura hanya memerlukan waktu kurang dari satu menit untuk bisa berpapasan dengan garis batas wilayah kedaulatan Indonesia di Selat Philips dan Selat Singapura.

Dari Batam, mata telanjang manusia bisa menyaksikan mereka lepas landas dan mendarat, sebagaimana terjadi pada penerbangan sipil di Bandar Udara Internasional Changi, Singapura.


"Sekarang pembangunan fasilitas fisik sudah siap 90 persen, dan diharapkan Juni tahun ini dioperasikan," kata Komandan Pangkalan Udara TNI AU Roesmin Nurjadin, Kolonel Penerbang Andyawan, di Pekanbaru, Rabu.

Ia mengatakan, Panglima Komando Operasi I TNI AU, Marsekal Muda TNI M Syaugi (termasuk generasi pertama penerbang F-16 dengan callsign Wild Geese), pada 25 Februari lalu telah meninjau persiapan skadron udara baru itu di Pekanbaru.

Rencananya, TNI AU bakal menempatkan 24 F-16 Fighting Falcon blok 25 eks Perang Irak, yang direncanakan akan di-upgrade ke blok 52+ hibah dari Amerika Serikat di sana, dengan biaya total sekitar 400 juta dolar Amerika Serikat memakai skema pembayaran foreign military sales.

Selama ini TNI AU "cuma" pernah membeli 12 unit F-16A/B blok 15 OCU dari Amerika Serikat, yang jumlahnya kini menyusut tinggal 10 unit saja, yang tergabung dalam Skuadron Udara 3. Saat itu, Indonesia menjadi negara operator pertama F-16 Fighting Falcon di Asia Tenggara.

Di antara kesiapan fisik di Pekanbaru itu, meliputi hanggar, hanggar perawatan, arena parkir pesawat terbang dan naungannya, gudang amunisi, asrama dan rumah tinggal pilot dan awak darat, perkantoran, dan lain-lain.

Jika berjalan lancar, maka akan ada dua skuadron udara di sana, yaitu Skuadron Udara 12 berintikan Hawk 109 dan Hawk 209 buatan British Aerospace generasi '80-an, dan (nanti) Skuadron Udara 16 --yang kebetulan nomornya pas dengan nomor tipe pesawat tempurnya-- berintikan 24 unit F-16 Fighting Falcon hibah Amerika Serikat.

"Selama ini pasukan pemukul udara F-16 ada di Madiun, Jawa Timur. Nantinya, skuadron baru F-16 ini akan bermarkas di Pekanbaru ini sebagai pasukan pemukul udara Indonesia di bagian barat," katanya.

"Kekuatan kita akan makin mantap di udara untuk melindungi NKRI," katanya. Dengan begitu, kewenangan dan kemampuan TNI AU memaksa mendarat pelanggar kedaulatan wilayah udara nasional semakin mantap pula.

Antara

Pesawat Generasi 5 Blok Barat

f-35 dan f-22
F-22 dan F-35 terbang bersama (photo: airforceworld.com)
WASHINGTON DC: - Pada awalnya, program F-35 Lighting II (F-35 Joint Strike Fighter/F-35 JSF) diproyeksikan sebagai pesawat masa depan generasi lima multi guna dengan biaya terjangkau. Dimunculkan sebagai pegganti F-22 Raptor yang berbiaya tinggi dan tidak bisa dieksport keluar AS. Negara peserta program ini kebanyakan adalah Sekutu dekat AS dan anggota NATO.

Dalam perjalanannya program JSF mengalami berbagai penundaan dan kendala. Pembengkakan biaya 68% lebih besar dari perkiraan awal hingga nyaris melewati $400 milyar USD, menjadikan proyek F-35 JSF adalah program persenjataan konvensional termahal sepanjang sejarah. Saat ini harga satu unit F-35 JSF mencapai $180-200 juta dollar AS. Harga per unit yang terus naik membuat banyak negara peserta menghitung ulang jumlah unit yang akan mereka beli. Bahkan militer AS sendiri juga telah menurunkan jumlah pesanan unit F-35. Pembatalan 409 unit oleh Pentagon turut membuat harga per unit semakin tinggi. Tidak mengherankan kemudian AS gencar menawarkan pesawat ini pada negara-negara lain yang bukan termasuk peserta program JSF ini sebagai upaya menurunkan harga jual per unit.


Selain harga jual yang tinggi, biaya operasional pesawat inipun tidak murah. Estimasi pendahuluan Pentagon untuk kongres menyebutkan angka $1 triliun USD untuk biaya perawatan dan operasional armada F-35 AS selama 2 dekade ke depan. IHS Jane’s memperkirakan biaya operasional F-35 bisa mencapai $21.000-$31.000 USD per jam.

Estimasi biaya operasional per jam
Yang lebih getir dari pesawat tempur yang super mahal adalah jika kualitasnya tidak sesuai dengan harga yang dikeluarkan. Setelah hampir 10 tahun sejak penerbangan pertama, saat ini F-35 masih saja terus menuai kontroversi akibat berbagai kendala teknis.

Pada tahun 2011, team pemeriksa Pentagon masih menemukan 13 area yang perlu diperbaiki. Kendala teknis semacam itu juga masih ditemukan di tahun 2013. Tapi kemudian ada kesan Pentagon yang mengalah dan terpaksa menerima kondisi F-35 apa adanya. Daripada menuntut Lockheed untuk mengejar kemampuan yang disyaratkan, justru akhirnya Pentagon (untuk kesekian kalinya) menurunkan standard persyaratan kemampuan minimal bagi semua varian F-35 JSF. Rencana awal penghematan biaya operasional dan logistik pada satu pesawat multi fungsi pun gagal. Rencana awalnya akan ada 80% kesamaan antara semua type F35 yang ternyata kemudian hanya tercapai 20-40% saja. Artinya tujuan penyederhanaan logistik gagal, dan nyaris sama saja seperti halnya mempunyai 3 pesawat berbeda.
Kemampuan F-35 dalam berakselerasi juga diturunkan. Untuk berakselerasi dari kecepatan 0.8 Mach mencapai kecepatan 1.2 Mach melambat (waktunya bertambah) 8 detik untuk F-35 type A, 16 detik untuk type B dan 43 detik untuk type C. Bahkan dalam beberapa laporan menyatakan bahwa F-35 belum teruji dalam test fight mampu melewati kecepatan 1 Mach dari kecepatan maksimal 1.6 Mach yang direncanakan. Kemampuan lain yang dikurangi adalah kemampuan berbelok. Kemampuan F-35A menahan beban G-force dalam berbelok telah berkurang dari maksimal 5.3 G menjadi hanya 4.6 G. F-35B dari 5 menjadi 4.5 G, sementara G load force F-35 Angkatan Laut berkurang dari 5.1 G menjadi 5 G.

Kemampuan menahan G-force di kisaran 5G adalah level kemampuan pesawat tua sekelas F-4 atau F-5. Seorang pilot AS mengatakan bahwa kondisi penurunan performa airframe akan membuat kemampuan maneuver F-35 jauh berkurang dan inferior terhadap pesawat tempur lain dalam dogfight, bahkan jika dihadapkan dengan pesawat generasi 4 yang ada sekarang. Sebagai perbandingan, “lawan” F-35 di dunia nyata adalah pesawat tempur keluarga Sukhoi yang punya kemampuan hingga 9 G. Kondisi ini juga membuatnya semakin rentan terhadap rudal darat ke udara (SAM) jarak jauh ketika terbang tinggi, dan rentan terhadap SAM jarak pendek atau bahkan artillery anti pesawat ketika terbang rendah.

Isu miring lain datang dari sebuah lembaga non pemerintah yang mengatakan bahwa kemampuan software untuk pesawat F-35 juga masih mengalami berbagai kendala mendasar. Bahkan kemampuan software F-35B dikatakan hanya mencapai 50% dari kemampuan awal yang diharapkan. Singkatnya, semua varian F-35 tidak akan secepat, selincah dan sepintar yang dijanjikan.

Situasi pilihan terbatas ini disebabkan karena keengganan AS untuk berbagi teknologi siluman F-22 Raptor pada pihak lain, walau pada sekutu dekatnya sekalipun. Bukan karena ketidakmampuan Lockheed sendiri atau rekanan industri mereka yang lainnya. Mereka dituntut membuat pesawat dengan kemampuan siluman seperti F-22, tapi tidak boleh menggunakan teknologi siluman yang ada pada F-22 Raptor, jelas bukan perkara mudah dan menimbulkan banyak kendala teknis. Dalam semua aspek utama pesawat tempur generasi lima, F-35 JSF berada dibawah kemampuan F-22 Raptor. Dan menambahkan situasi suram pesawat gen 5 blok barat ini, ternyata bahkan F-22 Raptor sekalipun pun (yang sangat dilindungi teknologinya) bukanlah pesawat yang tak terkalahkan.

Dalam latihan tempur Red Flag di Alaska, pilot pesawat tempur EF Typhoon Angkatan Udara Jerman secara secara terpisah mengklaim mereka berhasil ‘menghajar’ F-22 Raptor USAF, klaim yang tidak bisa dikonfirmasi dan tidak diakui oleh pihak AS. Namun kemudian tersebar berita hangat ketika muncul photo kill marking berupa silhouette F-22 di body pesawat Boeing EA-18 Growler yang juga milik AS. Hal ini tidak sengaja muncul, marking itu menarik perhatian wartawan yang kemudian mendapat penjelasan dari seorang pilot yang menyertainya bahwa pesawat yang sedang terparkir itu adalah pesawat F-18G yang telah berhasil menembak jatuh F-22 Raptor dalam simulasi tempur.

Kill Marking F-22 Raptor pada badan pesawat F-18 Growler
Tersiar kabar juga bahwa F-18 termasuk dalam daftar panjang ‘korban’ EF Typhoon. Kill markings-nya sempat terekam kamera tertempel di badan pesawat EF Typhoon milik AU Italia. Walau ada yang menganggap kill marking yang diperoleh dari simulasi tidaklah ‘sah’, namun sebagian berpendapat bahwa simulasi perang yang hanya menggantikan rudal dengan tembakan simulasi sangat realistis dan layak dijadikan catatan perolehan prestasi suatu jenis pesawat di masa damai.

Kill Markings F-18, F-16 dan Mirage 2000 
pada badan pesawat EF Typhoon Angkatan Udara Italia
Pada tahun 2009, dilakukan latihan bersama ATLC (The Advanced Tactical Leadership Course) yang dilangsungkan di Al Dhafra, Uni Emirat Arab. Latihan ini diikuti pesawat Typhoon Angkatan udara Inggris, Rafale Angkatan udara Perancis dan F-22 Raptor angkatan udara Amerika Serikat. Diantara latihan yang dilangsungkan adalah pertarungan WVR (Within Visual Range) alias dogfight. Setelah acara tersebut selesai pilot Amerika menyatakan bahwa F-22 Raptor mereka tidak terkalahkan selama latihan. Tapi mungkin karena Rafale sendiri sedang dalam upaya pemasaran produk, salah satu rekaman video selama latihan ‘tidak sengaja’ bocor dan diketahui umum.

Video itu pertama muncul dari blog berbahasa Perancis (portail-aviation). Dalam pendahuluannya tertulis “Setelah mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan, dan meyakinkan diri sendiri bahwa saya tidak melanggar rahasia dagang atau rahasia pertahanan, saya hadirkan  video untuk Anda yang saya terima secara anonim”. Dalam video tersebut pesawat Rafale Angkatan Udara Perancis terlihat mampu bertarung dengan F-22 AS, dan setidaknya berhasil menembak 1 diantara 6 pesawat F-22 Raptor.


Tujuan awal pembangunan F-35 adalah penghematan biaya bagi kebutuhan pesawat masa depan dengan kemampuan siluman. Faktor penghematan jelas telah gagal total, sementara mengenai kemampuan siluman F-35 JSF ada di level Low Observable, masih inferior terhadap kemampuan pendahulunya F-22 Raptor yang punya level Very Low Observable.

Jika program F-35 JSF ini mempunyai begitu banyak masalah, lalu mengapa masih saja diteruskan? Program JF-35 ini memang berhasil lolos melewati hearing senat AS pada Juni 2013. Tapi nara sumber yang ikut sesi hearing tersebut memberikan gambaran alasan dan situasinya: “Tidak ada alternatif pengganti F-35″. Program JSF ini telah menghabiskan dana yang begitu besar dan waktu yang begitu lama dalam pengembangannya, hingga tidak mungkin dihentikan di tengah jalan. Terlalu banyak yang sudah dikorbankan, opsi satu-satunya adalah maju terus.

Bagi Indonesia sendiri ada beberapa kondisi terkait dengan rencana produksi F-35 JSF ini. Pertama adalah kedatangan pesawat F-35 di negara tetangga. Kedua adalah kemungkinan F-35 JSF sebagai alternatif pesawat tempur masa depan TNI AU.

Setelah pro dan kontra panjang akhirnya RAAF akan mulai menerima batch pertama F-35 di sekitar bulan Juli -September tahun ini. Australia sendiri adalah  partner awal proyek Joint Strike Fighter. Proyek ini memberikan pekerjaan senilai $6.3 milyar USD bagi industri dalam negeri Australia. Singapura juga adalah peserta program ini. Bergabung pada tahun 2006 sebagai Security Cooperative Participants (SCP) bersama Israel. Tapi belum ada keputusan kapan dan berapa unit RSAF akan mengoperasikan F-35 Lighting II walau sudah menyatakan minat mereka.

Melihat pemotongan anggaran pertahanan Amerika Serikat dan sudah membengkaknya dana program pengembangan F-35, sepertinya para peserta program terpaksa pasrah menerima pesawat ini dengan level dibawah harapan awal. Tapi walau bagaimanapun pesawat Low Observable sekelas F-35 JSF masih bisa sangat strategis dan bisa jadi game changer, terutama jika digunakan untuk menghadapi negara dengan kemampuan radar dan dan payung udara yang minim. Apalagi jika negara yang terancam dengan kehadiran F-35 itu adalah negara kepulauan yang  luas dan karenanya bisa terancam dari berbagai penjuru. (by nowyoudont).
jkgr

Kerjasama Militer Indonesia dengan China

Panglima TNI, Jenderal Moeldoko berada di Beijing selama lima hari.

Pasukan khusus AL China berlatih di atas kapal perang
Pasukan khusus AL China berlatih di atas kapal perang (Reuters/Xinhua/Cha Chunming)
- Wakil Duta Besar China untuk RI, Liu Hongyang, menyampaikan bahwa Panglima TNI, Jenderal Moeldoko, berkunjung ke Beijing pada 24 Februari kemarin. Namun, dia tidak menjelaskan lebih lanjut, soal adanya kerjasama di bidang militer yang akan ditandatangani kedua negar

Soal penjelasan kerjasama militer, kata Hongyang, akan diserahkan kepada kementerian terkait kedua negara.

Hongyang tidak menampik adanya kerjasama yang erat di antara Angkatan Laut kedua negara. Sebagai bukti, mereka akan mengirim perwakilan ke Latihan Bersama Multilateral Komodo (MENK) 2014, yang akan diikuti 17 negara di perairan Natuna, Batam, Kepulauan Riau. 

Latihan tersebut akan dibuka secara langsung oleh Kepala Staf TNI AL, Marsekal Marsetio. Latihan itu rencananya akan dimulai pada 29 Maret hingga April 2014.

"Kami rencananya juga akan mengirimkan perwakilan dan kapal perang ke Indonesia dengan maksud damai," ungkap Hongyang saat ditemui di rumah dinasnya di kawasan Mega Kuningan, Jakarta Selatan.

Rencananya, akan ada 35 kapal perang dari negara peserta yang akan ikut berpartisipasi. Indonesia akan mengirimkan 16 KRI dan enam pesawat udara, yang terdiri dari dua fixed wing dan empat rotary wing. Mereka akan berlatih di tujuh titik yang telah ditentukan.

Sementara itu, mengenai kunjungan Moeldoko ke Beijing, kata Hongyang, tujuannya ingin mengenalkan diri kepada militer China sebagai Panglima TNI yang baru. Moeldoko berada di Beijing selama lima hari.

Moeldoko mengatakan hubungan militer kedua negara terjalin dengan baik dan harmonis.

Kunjungan Moeldoko ini rencananya akan diikuti dengan kunjungan balasan dari Kepala Komis Pusat Militer China, Jenderal Fan Changlong pada pertengahan 2014.
 

Antisipasi Konflik Laut China Selatan, DPR Dukung Basis TNI di Natuna

DPR RI dukung rencana TNI perkuat pertahanan militer di perairan Natuna Kepulauan Riau sebagai langkah antisipasi terkait permasalahan Laut China Selatan
Pameran kekuatan pasukan TNI AD dalam Peringatan HUT TNI ke 67 di Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta, 5 Oktober 2012 (foto: VOA/Andylala).
Pameran kekuatan pasukan TNI AD dalam Peringatan HUT TNI ke 67 di Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta, 5 Oktober 2011
 

Menhan tegaskan pembelian Apache dan F16 tetap berlanjut

Menhan tegaskan pembelian Apache dan F16 tetap berlanjut
Menhan Purnomo Yusgiantoro jumpa pers.
- Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menyatakan, kekurangan Rp 27 triliun tidak membuat proses pembelian alat utama sistem persenjataan (alutsista) terhenti begitu saja. Sebab, dari jumlah itu, pemerintah masih memiliki dana sebesar Rp 123 triliun.

Dana tersebut berasal dari platform yang diajukan Kementerian Pertahanan sebesar Rp 150 triliun. Namun, dari jumlah itu, Rp 27 triliun memang tidak dicairkan.

"Karena yang kita lakukan itu, misalkan F16. Itu budgetnya beli 6, ternyata kita bisa dapat 24. 6 Itu kan budget beli baru, kita dapat sekarang yang second hand, tapi kita upgrade lebih bagus lagi dan itu bisa terbang dan kita tingkatkan menjadi block 52. Nah itu udah nolong," ujar Purnomo usai sidang kabinet paripurna di Kantor Presiden, Jakarta, Kamis (27/2) malam.

Meski tidak dicairkan, Purnomo beranggapan langkah tersebut sebagai upaya efisiensi anggaran yang dilakukan pemerintah. Sehingga, proses pembayaran alutsista yang dibeli hanya dapat menggunakan dana sebesar Rp 123 triliun saja. Dengan demikian, dalam lima tahun dapat dilunasi sebesar Rp 24,6 triliun.

"Dan ternyata dari sisi jumlah tak mengganggu. Malah kita dapat kapal Usman Harun, John Lie dan Bung Tomo segala. Frigat kita yang baru dari Inggris," ungkapnya.
[hhw]
 

Laporan HAM AS Kritik Kasus Cebongan, Operasi Densus, dan Kasus Lain

Menkopolhukam pun merespons: Soal HAM, apakah AS juga siap dievaluasi?


Menlu AS, John Kerry, berbicara kepada para wartawan di Washington DC
Menlu AS, John Kerry, berbicara kepada para wartawan di Washington DC (REUTERS/Gary Cameron)

 - Setiap tahun Amerika Serikat, melalui Departemen Luar Negerinya, rutin menerbitkan laporan soal hak asasi manusia di berbagai negara. Kondisi HAM di Indonesia pun tak luput dari sorotan Deplu AS dalam 12 bulan terakhir.

Dalam laporan yang telah dimuat di laman resmi Deplu AS dan telah diluncurkan Menlu John Kerry, pada paragraf awal Washington memberi penilaian positif atas Indonesia sebagai negara yang menunjung demokrasi multipartai. Contohnya pada Pemilu 2009, yang memilih kembali Susilo Bambang Yudhoyono sebagai presiden RI.

"Para pemantau domestik dan internasional menilai bahwa pemilu parlemen dan presiden pada 2009 lalu merupakan pemilihan yang bebas dan adil. Pihak berwenang pada umumnya telah menerapkan kendali yang efektif atas kekuatan keamanan," demikian laporan itu, yang disusun oleh tim pimpinan pejabat sementara Asisten Menlu AS bidang Demokrasi, HAM, dan Tenaga Kerja, Uzra Zeya.   

Selanjutnya, laporan tersebut memberi beberapa kritik atas kondisi HAM di Indonesia. "Ada beberapa contoh di mana elemen-elemen pasukan keamanan terlibat dalam pelanggaran HAM," lanjut Deplu AS.

Pemerintah Indonesia pun dinilai gagal menerapkan investigasi yang transparan dan kredibel atas beberapa kasus pembunuhan yang melibatkan aparat keamanan.

Washington menyorot kasus penyerbuan Lembaga Pemasyarakat Cebongan di Yogyakarta oleh belasan oknum prajurit Kopassus Grup 2 pada 23 Maret 2013, yang menewaskan empat tahanan yang diduga terlibat pembunuhan atas seorang anggota Kopassus.

Pengadilan militer hanya menghukum 12 serdadu berpangkat rendah yang menjadi pelaksana lapangan. "Namun, kalangan kelompok pembela HAM mencurigai bahwa ada perwira senior Kopassus Grup 2 yang mendesak polisi untuk memindahkan para tahanan ke fasilitas yang kurang aman dan entah itu menyuruh para anak buah untuk bertindak maupun membiarkan adanya serangan itu," lanjut laporan HAM AS.    

Laporan itu juga memaparkan kritik dari para pegiat HAM dan Komnas HAM kepada polisi, termasuk Densus 88, karena menerapkan kekerasan yang berlebihan atas para tersangka kasus terorisme. "Kurangnya investigasi yang transparan atas dugaan tindak kekerasan yang berlebihan itu mempersulit upaya konfirmasi terhadap fakta yang sesungguhnya, dan keterangan polisi sering berlawanan dengan pernyataan para saksi," tulis laporan itu.

Pemerintah AS lantas menyajikan contoh kasus pada 22 Juli 2013 saat aparat Densus 88 menembak mati dua tersangka teroris dan menahan dua lainnya di Tulungagung, Jawa Timur. Menurut laporan polisi, salah satu dari tersangka menembak ke arah polisi. Namun, saksi mata mengabarkan bahwa para tersangka tidak menunjukkan perlawanan dan langsung ditembak tanpa peringatan.

Pemerintah RI, lanjut laporan Deplu AS itu, juga dianggap tidak selalu melindungi hak-hak reliji dan sosial kaum minoritas serta membiarkan kesenjangan para warga secara ekonomi. "Pemerintah juga menerapkan pasal penghianatan dan penghinaan untuk membatasi kebebasan berekspresi atas para pendukung kemerdekaan di Papua dan Papua Barat dan para kelompok minoritas keagamaan," lanjut laporan AS.

Laporan itu juga menyorot korupsi, kesewenang-wenangan atas tahanan di penjara, kondisi di penjara yang memprihatinkan, penyelundupan manusia, pekerja anak, dan kurangnya pemenuhan hak dan standar atas para tenaga kerja di Indonesia.

Tanggapan Indonesia
Bagaimana tanggapan kalangan pejabat dan politisi di Indonesia? Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan, Djoko Suyanto, menyatakan bahwa laporan AS itu bisa diterima sebagai bahan tambahan untuk evaluasi ke dalam. Namun, dia juga memberi beberapa catatan penting atas AS.

"Sebagai negara yang menyebut dirinya negara demokrasi, apakah memang AS juga siap jika dievaluasi mengenai apa yang mereka lakukan? Di Irak? Di Afghanistan? Di penjara Guantanamo?," kata Djoko saat dihubungi VIVAnews hari ini.

Menurut dia, demokrasi itu harus saling menghormati, berimbang. Djoko melihat laporan AS itu berdasarkan penilaian sepihak Pemerintah AS terhadap pelaksanaan penegakan HAM di negara lain.

Mantan Pangliman TNI itu pun menanggapi laporan AS soal kasus Cebongan. Ini harus dilihat latar belakang yang membuat kasus itu terjadi.

"Bagaimana sekelompok orang mengintimidasi warga membabi-buta? Itu juga melanggar HAM. Lalu apa tindakan yang diambil pimpinan TNI setelah kasus itu? Mendorong proses hukum. Dan harap dicatat, bahwa proses hukum dan pengadilan di Indonesia lebih terbuka. Lebih transparan. Dikawal melalui pers yang bebas. Apakah hal seperti ini terjadi di AS? Jika terjadi peradilan terhadap anggota militer?," kata Djoko.

Soal Sampang, lanjut Djoko, yang terjadi bukan pengusiran, seperti yang disebut dalam laporan HAM AS, melainkan melindungi agar warga Syiah tidak jadi korban lagi. "Kok pakai istilah diusir?" kata Djoko.

Sementara itu, wakil ketua Komisi I DPR RI bidang pertahanan dan luar negeri, TB Hasanudin, menilai bahwa laporan HAM AS itu menggambarkan masih ada yang perlu diperbaiki oleh pemerintah RI dan aparat keamanan. 

"Soal kasus Cebongan, saya kira itu produk era Orde Baru. TNI masih belum sepenuhnya reformis, bahkan untuk kasus pembunuhan sekalipun masih berusaha ditutupi," kata Hasanudin.

Begitu pula soal kasus di Papua. Masih maraknya kasus kekerasan di sana karena belum ada penyelesaian yang matang dari pemerintah. "SBY tidak punya konsep yang jelas dalam mencari solusi penyelesaiannya, [akhirnya] jadi liar," kata politisi dari PDIP itu.  (eh)

viva.co.id

AS Kembali ke Diplomasi Tradisional, Kekuatan Militer akan Dikurangi

obama 
Setelah Perang Dunia ke-2, Amerika Serikat terlibat dalam tiga medan perang yang berat dan memakan korban cukup banyak bagi pasukannya. Mandala tempur yang menggiriskan adalah Perang Vietnam, Perang di Irak dan yang juga belum selesai adalah operasi tempurnya di Afghanistan. Melawan tikus tanah Vietnam, seorang letnan baru pasukan AS dikabarkan hanya mempunyai kesempatan hidup tujuh menit begitu diterjunkan ke medan tempur. Teknologi perang AS harus menghadapi kegigihan dan jumlah demikian banyak Vietcong yang siap mati.
Tercatat korban dari pasukan sekutu (AS tewas: 58.209, terluka: 153.303, Korea Selatan, tewas:  5.000, terluka: 11.000,   Australia tewas: 520. Akhirnya setelah terlibat dari tahun 1957-30 April 1975, AS harus mengalah dan pull out dari Vietnam. Apa yang didapat dari Perang Vietnam? Hanya nama, bahwa AS adalah negara besar, mampu menjaga efek domino penyebaran pengaruh komunis di Asia Tenggara.
Invasi pasukan AS ke Irak merupakan perang kelam tersendiri bagi rakyat AS. Dalam perang yang berlangsung antara 18 Maret 2003 - 15 Desember 2011, pasukan  koalisi yang tewas berjumlah 3.817 orang  (terdiri dari  pasukan AS 2,923, 126 UK, 121 lainnya, dan 647 orang kontraktor). Koalisi terluka berjumlah 26.886 orang, terdiri dari 22.032 dari AS, 891 dari Inggris, 3.963  kontaktor.
Dalam operasi tempur di Afghanistan, yang berlangsung dari tanggal 7 Oktober 2001 hingga kini, tercatat korban pasukan koalisi yang terbunuh 1908 (Amerika Serikat: 1162, Inggris: 313, Lainnya: 433). Koalisi yang terluka berjumlah 15.000 (Amerika Serikat: 6773, Inggris: 3,954, Kanada,1,500, Lainnya, 2.500). Korban dari kontraktor sipil AS: 338 terbunuh, 7224 luka.
Dari dua perang terakhir dimana tercatat puluhan ribu pasukan AS dan koalisi yang terlibat, pemerintah AS lebih fokus mengarah kepada ancaman teroris setelah peristiwa serangan WTC 11 September 2001. Afghanistan kemudian diserbu, di duduki, pemerintahan Taliban dijatuhkan karena dianggap melindungi Osama bin Laden dengan Al Qaeda. Ternyata Osama tokoh teroris musuh utamanya AS berhasil dibunuh di Pakistan dan bukan di Afghanistan. Demikian juga pemerintahan George Bush, memutuskan menyerbu Irak, karena mendapat informasi intelijen adanya ancaman SPM (Senjata  Pemusnah Massal) di bawah kendali Saddam Husein.
Kebijakan Kepemimpinan Presiden Barack Obama
Presiden Obama berhasil menyelesaikan sebagian pekerjaan rumah pemerintahan sebelumnya dengan menyergap Osama bin Laden di wilayah Pakistan. Selain itu banyak pimpinan puncak Al Qaeda, Taliban dan Haqqani yang tewas dengan penyerangan teknologi peluru kendali dari pesawat tanpa awak (drone). Peran tempur di Irak telah selesai. Pekerjaan rumah berat lainnya adalah bagaimana kembali pull out dengan cantik dari Afghanistan.
Pada hari Rabu (1/2/2012), Menteri Pertahanan Amerika Serikat Leon Panetta (saat itu) mengatakan bahwa penarikan pasukan AS di Afghanistan akan lebih dipercepat setahun lebih awal pada tahun 2013. Menurutnya, Presiden Obama akan segera melakukan penghentian perang yang diwarisinya dari pemerintahan Presiden George Bush Pernyataan Menhan Panetta merupakan kelanjutan dari pernyataan Presiden Obama yang mengatakan pada tanggal 22 Juni 2011, bahwa negara yang menjadi basis serangan ke daratan AS pada peristiwa 11 September 2001, kini  sudah bukan merupakan ancaman teror terhadap AS. "Gelombang perang telah surut, dan kini sudah saatnya AS membangun negara," tegas Obama.
Pejabat berwenang AS mengatakan bahwa penggantian operasi tempur digantikan dan lebih difokuskan pada operasi kontraterorisme rahasia, seperti yang dilakukan saat melakukan penyergapan terhadap pimpinan Al-Qaeda, Osama bin Laden. Kasus tersebut dijadikan sebagai sebuah kebijakan cerdas Presiden Obama terkait kebijakan pengurangan substansial pasukan Amerika tersebut.
Obama mengakui dan mengatakan bahwa bahwa kampanye intens serangan drone dan operasi rahasia lainnya di Pakistan telah melumpuhkan jaringan Al-Qaeda di kawasan itu. Para pimpinan Al-Qaeda tersebut telah berhasil ditembaki dan dibunuh diantara perbatasan Pakistan dan Afghanistan dengan operasi rahasia. Dari 30 pemimpin Al-Qaeda tingkat atas yang di identifikasikan oleh intelijen Amerika, 20 orang telah tewas dalam waktu satu tahun, setengahnya karena serangan drone. Presiden Obama menegaskan, "Ketika terancam, kita harus merespon dengan kekuatan," katanya. “But when that force can be targeted, we need not deploy large armies overseas,” jelasnya.
Kini, diantara pembantu presiden AS, yang paling pusing dan sibuk  adalah Menteri Luar Negeri dan Menteri Pertahanan. Dua menteri utama itu, Menlu John Kerry dan Menhan Chuck Hagel harus berjuang keras, memadukan keterbatasan anggaran dengan peran AS di dunia internasional seperti yang diinginkan Presiden Barack Obama. Pada hari Selasa (25/2/2014), Menhan Chuck Hagel mengatakan, bahwa Presiden Obama telah memerintahkan Pentagon untuk mulai secara resmi mempersiapkan penarikan lengkap pasukan AS dari Afghanistan pada akhir tahun ini.
Pernyataan muncul setelah Obama memutuskan bahwa tidak mungkin  Presiden Afghanistan Hamid Karzai akan menandatangani perjanjian keamanan bilateral (Bilateral Security Agreement) yang lama tertunda , yang akan memberikan perlindungan dan otoritas kritis setelah 2014.  AS tidak harus menempatkan pasukannya di Afghanistan setelah tahun 2014. Hingga kini AS merasakan kesulitan dalam menghadapi sikap Karzai, dan Washington belum memutuskan berapa jumlah pasukannya yang tetap akan ditinggalkan di Afghanistan.
Washington Post menuliskan, dalam sebuah pertemuan antara Kerry dan Hagel di Munich Sabtu lalu, Menhan Hagel menegaskan bahwa bahwa ia telah mengambil kebijakan yang low profile,  lebih rendah di arena kebijakan luar negeri dibandingkan para pendahulunya . Setelah 12 tahun terlibat dalam perang di Irak dan Afghanistan di mana Pentagon mengambil peran utama dalam kebijakan luar negeri , ia mengatakan bahwa pemerintahan Obama telah memutuskan, sudah waktunya untuk mengambil posisi,  yang lebih menekankan kepada diplomasi tradisional.
Tujuan-tujuan dasar kebijakan luar negeri AS selama ini adalah; AS menekan persaingan keamanan di Eropa dan Asia, mencegah munculnya negara-negara besar yang bermusuhan, mendorong ekonomi dunia yang lebih terbuka, melarang penyebaran senjata pemusnah massal (SPM), dan menyebar luaskan demokrasi dan menghormati hak azasi manusia (Stephen M. Walt).
Dikatakan selanjutnya oleh Hagel, "Selama tahun lalu , John dan saya berdua  bekerja untuk mengembalikan keseimbangan hubungan antara pertahanan Amerika dan diplomasi, kemitraan transatlantik yang berhasil karena penerapan kebijakan antara diplomasi dan pertahanan." AS menginginkan sekutunya di Eropa mengambil peran yang lebih besar dalam mengatasi beberapa konflik di beberapa hot spot, seperti di  Iran, Suriah dan Afghanistan. Hegel menekankan perlunya ‘transatlantic renaissance’ (masa peralihan antara abad pertengahan ke abad modern yang ditandai dengan lahirnya berbagai kreasi baru Eropa dikawasan transatlantik), dimana Washington akan banyak bergantung kepada sekutunya di  Eropa dalam menghadapi krisis politik dan keamanan.
AS masa kini akan lebih low profile dalam dan menghindari melibatkan kekuatan pasukan di bagian dunia, kemelut di Suriah dan Ukraina misalnya, sikap AS jauh lebih lembut dibandingkan keputusan peran polisi dunianya pada masa lalu. Para elit di Washington justru bertanya-tanya, apakah pemerintahan Obama telah mundur dari yang disebut kepemimpinan tradisional AS yang menyangkut masalah keamanan.
Rencana Pengurangan Kekuatan
Dalam menata kebijakan yang lebih luwes antara diplomasi dan pertahanan, pemerintah AS kini merencanakan akan memangkas kekuatan baik personil maupun alutsistanya. Perampingan kekuatan terutama berupa pengurangan jumlah anggota militernya, lebih dari seperdelapannya. Menhan Chuck Hagel pada hari Senin (24/2/2014) menyatakan, dengan kemajuan teknologinya, AS akan menjadi lebih cepat tanggap dan tidak mudah diprediksi. Pengurangan pasukan regular akan diimbangi dengan penambahan pasukan elit dari 66.000 menjadi 69.000 personil, dan juga memanfaatkan teknologi canggih.
Pada tahun 2017, AS akan mengurangi jumlah pasukan regulernya sebanyak 13 persen, disamping akan mengandangkan pesawat-pesawat tua dan melakukan reformasi tunjangan bagi militer. Rencana pemerintah tersebut nampaknya akan mendapat hambatan dari anggota kongres yang khawatir akan membahayakan kesiagaan militer AS. Menganggap kebijakan Hagel hanya upaya melakukan penghematan belaka,
Menhan Hagel justru meyakinkan bahwa militer AS telah beradaptasi terhadap ancaman masa depan. Dia meyakinkan bahwa strategi besar Pentagon memastikan bahwa angkatan bersenjata AS akan menang apabila terlibat dalam dua perang dalam waktu yang bersamaan.
Sebenarnya apa latar belakang semua kebijakan AS tersebut. Sejak tahun 2007, pemerintah AS telah mengembangkan upaya pengumpulan informasi intelijen dengan menggelontorkan anggaran dalam jumlah yang sangat besar. Snowden membocorkan pada tahun fiskal 2013 saja black budget lima badan intelijen AS (termasuk NSA dan CIA) mendapat kucuran sebesar US$52,6 milyar. Intelijen AS dengan empat mitranya, 5-eyes (Inggris, Australia, Canada dan NZ) kemudian melakukan operasi penyadapan ke negara-negara yang dinilai sebagai target penting. Dengan demikian maka pemerintah AS dengan kemajuan teknologinya mampu mengidentifikasi lawan atau calon lawannya. Situasi dan kondisi di negara manapun mereka fahami dengan baik, tidak ada satupun yang lolos, terbukti Jerman,negara sekutunya termasuk pemimpinnya juga disadap.
Dengan demikian maka kebijakan yang diputuskan Presiden Obama dan dilaksanakan oleh Kerry dan Hagel jelas valid dan realistis. Karena itu AS masa kini berbeda dengan AS masa lalu, mereka tahu apa yang ada di benak pada Mullah di Iran, faham dengan yang ada di otak Karzai dan juga faham dengan yang terjadi di Suriah dan yang kini terjadi di Ukraina. AS tidak gegabah langsung terlibat, menggempur dan melakukan langkah preemtif seperti masa lalu. Semua diukur dan diputuskan mana yang penting dan mana yang bukan domain mereka. Kasus berat Iran dan Suriah akan diselesaikan dengan pendekatan diplomatis bukan pertahanan lagi, dan justru Rusia kini mereka jadikan kartu yang efektif untuk menyelesaikan kemelut itu.
Kesimpulannya, pada masa mendatang, perang akan diawali,  dilakukan jauh dari garis belakang, cukup dengan memonitor layar komputer. Yang terpenting, apa yang ada di benak para pemimpin dan elit sebuah negara. Intelijen merupakan pemain utama dalam memenangkan perang, sementara pasukan dan peralatan militer adalah pelengkap untuk mengeksekusi apabila sudah diperlukan. Prinsip efektif dan efisien kini diterapkan dengan teknologi canggih. AS meyakini bahwa gabungan antara kemajuan teknologi,  pasukan elit, alutsista modern yang  akan memenangkan perang. Itulah Amerika Serikat masa kini.

Cina vs Asia Tenggara

Filipina menyerukan kepada Malaysia, Vietnam dan Negara-negara tetangga lain untuk bergabung mengajukan gugatan hukum atas klaim teritorial besar-besaran yang dilakukan Cina di Laut Cina Selatan.
Jaksa Agung Filipina, Francis Jardeleza, hari Kamis (27/2) mengatakan bahwa Malaysia, Vietnam dan dua pemerintahan lainnya bisa bergabung dalam gugatan hukum yang telah diajukan Filipina tahun lalu di hadapan pengadilan internasional, atau mendaftarkan gugatan sendiri dalam menyelesaikan konflik terkait klaim teritorial Cina.
Jardeleza mengatakan satu-satunya kesempatan bagi negara-negara kecil untuk mempertahankan wilayah mereka melawan superpower Asia itu, hanyalah dengan cara damai melalui pengadilan.
Cina, Brunei, Malaysia, Filipina dan Taiwan terlibat konflik terkait klaim wilayah di sepanjang Laut Cina Selatan. Perselisihan itu secara berkala meletus ke dalam konfrontasi berbahaya, dan memicu ketegangan dalam masalah keamanan serta diplomatik.

Konflik terbaru
Sementara itu, dua kapal Cina yang melakukan latihan kurang dari setahun di sekitar kawasan pulau karang James Shoal telah membuat Malaysia terkejut dan menciptakan pergeseran penting dalam cara negara jiran itu menghadapi konflik Laut Cina Selatan.
Pulau karang itu terbentang di luat wilayah perairan Malaysia tapi berada di dalam wilayah 200 mil laut zona ekonomi ekslusif
Insiden Januari lalu, khususnya, telah memicu Malaysia untuk diam-diam menjalin kerjasama dengan Filipina dan Vietnam, dua negara tetangganya di Asia Tenggara yang paling keras mengkritik langkah Cina di wilayah itu, dalam upaya mengikat Beijing untuk menyepakati kode etik di wilayah perairan Laut Cina Selatan, demikian diungkapkan oleh seorang sumber diplomatik Malaysia.
Kesombongan kapal-kapal Beijing juga akan mendorong Kuala Lumpur untuk mendekat ke Amerika Serikat, sekutu terpenting mereka dalam bidang keamanan, sekaligus semakin memperdalam perpecahan antara Asia Tenggara dengan Cina dalam konflik di perairan yang kaya mineral tersebut.
Malaysia secara tradisional bersikap “tiarap” dalam masalah keamanan ini, karena mereka ingin menjalin hubungan ekonomi yang lebih dekat dengan Cina, yang merupakan rekan dagang terbesar mereka.
“Itu adalah sebuah ‘panggilan untuk membangunkan‘ bahwa itu bisa terjadi pada kami dan itu terjadi…“ kata Tang Siew Mun, ahli kebijakan luar negeri di Malaysia's Institute of Strategic and International Studies, sebuah lembaga kajian yang memberi masukan kepada pemerintah dalam urusan luar negeri.
“Untuk beberapa lama kami percaya dengan hubungan khusus ini (antara Malaysia-Cina)… kasus James Shoal telah menunjukkan lagi dan lagi kepada kami bahwa ketika sudah tiba pada urusan mempertahankan kedaulatan dan kepentingan nasionalnya (Cina), maka itu akan menjadi sebuah permainan yang berbeda.“

DW

8 Perwira Berdarah Tionghoa di Masa Indonesia Modern


Jakarta - Selama Orde Baru, ada dua profesi yang konon tak boleh disentuh oleh mereka yang beretnis Tionghoa. Menjadi pegawai negeri sipil atau tentara. Itulah sebabnya, mereka umumnya memilih menjadi pedagang sebagai profesi. Tapi cerita itu tak sepenuhnya benar.

Nyatanya, ada sejumlah warga keturunan Tionghoa yang dengan cara dan tekadnya sendiri sengaja mendarmabaktikan diri menjadi tentara. Bahkan beberapa di antaranya mencapai jenjang kepangkatan hingga jenderal. Berikut beberapa perwira Tionghoa yang mencapai jenjang kepangkatan tinggi seperti dihimpun Majalah Detik dari www.kodam-tanjungpura.mil.id dan sumber-sumber lain:

1. Brigadir Jenderal TNI Teguh Santosa (Tan Tiong Hiem)

Alumnus Akademi Militer Nasional 1963, Korps Peralatan. Jabatan terakhir adalah Wakil Asisten Perencanaan Kepala Staf Angkatan Darat (1993-1995).

2. Mayor Jenderal TNI Iskandar Kamil (Liem Key Ho)



(Foto: mahkamahagung.go.id
Alumnus Akmil 1964, kini menjadi hakim agung. Dia pernah menjadi Kepala Badan Pembinaan Hukum TNI. Pada Agustus 2006, Iskandar menghukum mati enam dari delapan terdakwa kasus penyelundupan heroin seberat 8,2 kilogram dari Bali ke Australia, yang dikenal dengan sebutan Bali Nine. Juga menghukum mati Hengky Gunawan pemilik pabrik narkotik di Surabaya.

3. Brigadir Jenderal TNI Teddy Yusuf (Him Tek Ji)



(Foto: Wikipedia)

Lulusan Akmil 1965 ini pernah menjadi Wakil Komandan Batalion Infanteri 507 Kodam V Brawijaya, Komandan Detasemen Tempur RTP 16 di Timtim, Komandan Kodim 0503 Jakarta Barat, Asisten Perencanaan Kodam IV Diponegoro, Komandan Korem 131 Santiago, Manado. Terakhir, anggota Fraksi ABRI di Dewan Perwakilan Rakyat (1995-1999). Kini dia aktif di Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia.

4. Marsekal Pertama TNI Ir Billy Tunas, MSc


Lulusan Sekolah Komando Kesatuan Angkatan Udara ke-30 dan Naval Post Graduate School 1978. Jabatan terakhirnya adalah Kepala Pusat Data dan Informasi Departemen Pertahanan (1992-1993).

5. Brigadir Jenderal TNI Paulus Prananto

Alumnus Akmil 1970 ini pernah melanjutkan studi di US Naval Post Graduate School dan lulus pada 1990. Jabatan terakhirnya adalah Kepala Pusat Data dan Informasi Departemen Pertahanan (1999-2002).

6. Laksamana Pertama TNI FX Indarto Iskandar (Siong Ing)

Alumnus Akademi Angkatan Laut 1971, seangkatan dengan mantan Menteri Perhubungan Laksamana Madya Freddy Numberi. Pernah bersekolah di US Naval Post Graduate School, Monterey, California, 1996. Pernah menjadi Kepala Biro Perencanaan Sekretariat Jenderal Departemen Pertahanan.

7. Mayjen TNI dr Daniel Tjen, SpS

(Foto: Dokumen Puspen Kodam Tanjungpura)

Kini menjabat Kepala Pusat Kesehatan TNI. Menjadi anggota TNI melalui Sekolah Perwira Militer Wajib ABRI, 1984. Daniel pernah bertugas di Timor Timur selama enam tahun. Lalu masuk ke Kostrad, dan bertugas di lingkungan Kodam III Siliwangi.

8. Kolonel Surya Margono alias Chen Ke Cheng (Tjhin Kho Syin)



(Foto: China.org)

Lelaki kelahiran Mempawah, Kalimantan Barat, 5 Desember 1962, ini merupakan lulusan Akabri Udara pada 1987. Dia terlahir dari pasangan Bong Chiukhiun (ibu) dan Tjhin Bitjung (ayah). Sebelum menjadi Atase Pertahanan di KBRI Beijing, Cina, sejak 10 September 2009, kariernya banyak dihabiskan di Angkatan Udara dan Bais (Badan Intelijen Strategis) ABRI.

Detik

Friday, 28 February 2014

Truk Kamaz Rusia Masuk Indonesia


 
Tornado CV 9A52-4_MRLS yang diangkut Truk Kamaz 6350
Tornado CV 9A52-4_MRLS yang diangkut Truk Kamaz 6350
Perusahaan truk terbesar Rusia, OJSC Kamaz masuk Indonesia dan memasarkan produk mereka di tanah air, dengan menggandeng PT Pindad dan Tehnika INA. Truk buatan Kamaz Rusia yang banyak digunakan untuk mengangkut alutsista akan dirakit di Indonesia.
Variasi dari truk Kamaz mencapai ratusan dan transportasi seperti truk Kamaz sedang diperlukan oleh industri strategis di Indonesia.
Kamaz 6350
Kamaz 6350
Presiden Direktur PT Tehnika INA, Panca Tazakka menyatakan, alasan membawa truk tersebut ke Tanah Air, karena truk produksi Kamaz merupakan alat transportasi terbaik di dunia.
KAMAZ_4326_Dakar
KAMAZ 4326 di Rally Paris Dakkar
“Hal itu sudah dibuktikan dengan memenangkan Rally Paris Dakkar sebanyak 10 kali. Bahkan, pada 2014, mereka berhasil meraih juara pertama. Truk jenis all wheel drive-nya merupakan salah satu truk terbaik di dunia,” ujarnya.
Kamaz 43501
Kamaz 43501
Pada tahun ini, Tehnika INA dan Kamaz akan membuat empat tipe, yakni dua tipe all wheel drive dan dua tipe lainnya prime mover, yakni tipe 6520 (6X4) -dump truck, tipe 6460 (6X4) -tractor head, tipe 4326 (4X4) -cargo/passenger, dan tipe 43118 (6X6) -cargo/passenger.
Kamaz  6350
Kamaz 6350
Tidak tertutup untuk membuat tipe lainnya. “Proses perakitan telah dimulai pada September 2013 untuk jenis 6X6 dan 4X4,” ujar Panca.
Truck ini juga bisa dibentuk menjadi bus wagon yang dapat menunjang transportasi perintis untuk di lokasi yang jalannya tidak terlalu bagus dan sulit dilewati.
KAMAZ 63969  4WD 6x6 Armored Vehicle
KAMAZ 63969 4WD 6×6 Armored Vehicle
Setelah ada kesepakatan dengan distributor, keempat jenis truk siap dipasarkan pada Mei 2014. “Sudah ada beberapa truk yang dikirim langsung dari St. Petersburg,” imbuh dia.
Perusahaan tambang yang berada di Indonesia timur dinilai sebagai salah satu pembeli potensial. Tetapi, tidak menutup kemungkinan untuk pembeli di kawasan Jawa, mengingat citra truk buatan Rusia di Indonesia cukup baik.
Kamaz Truck
Kamaz Truck
Sementara itu, Presiden Direktur OJSC Kamaz, Rafail V. Gafeev, siap memasarkan produknya ke Indonesia, karena melihat pangsa pasar yang besar yakni lebih dari 250 juta orang.
Di Rusia, ungkap Rafail, konsumen terbesar truk itu adalah Kementerian Pertahanan. Tetapi, dia menyebut varian truk Kamaz juga tersedia untuk kepentingan masyarakat sipil.

jkgr

Pentingnya Optimalisasi Pamtas Laut

 
SURABAYA: Optimalisasi Pengamanan Terbatas (Opspamtas) laut menjadi suatu bahasan yang cukup menarik dalam forum Komandan (KRI) Kapal Perang Republik Indonesia yang diselenggarakan oleh Koarmatim. Rabu (26/2) di gedung Candrasa, Koarmatim,Ujung, Surabaya.

Forum Komandan KRI merupakan salah satu program yang dikembangkan oleh Koarmatim dalam bentuk diskusi dan tanya jawab seputar permasalahan yang dihadapi oleh para Komandan KRI yang bertugas dan terlibat langsung dalam setiap tugas dan operasi yang dilaksanakan oleh Koarmatim, forum ini diharapkan dapat menjawab setiap persoalan yang timbul dan sedang dihadapi dimedan tugas.

Komandan KRI atau Komandan unsur memiliki peran yang penting dan signifikan sebagai bagian dari problem solver kawasan perbatasan. Program bulanan kali ini dipimpin langsung oleh Komandan Satuan Kapal Cepat (Dansatkat Koarmatim) Kolonel Laut (P) Aria Cakra Wibawa yang bertindak sebagai Moderator.

Optimalisasi Pengamanan Terbatas Laut sebagai bahasan dalam forum ini, merupakan pemikiran dari Kolonel Laut (P) Andi Abdul Aziz yang sehari-hari menjabat sebagai Asisten Operasi (Asops) Gugus Keamanan Laut Armada RI Kawasan Timur (Guskamlatim) sebagai narasumber, sedangkan Letkol Laut (P) Endra Hartono Komandan KRI Keris -624 sebagai pemapar.

Kegiatan yang diawali dengan paparan yang dilanjut dengan tanya jawab, usul dan saran itu diikuti oleh para Komandan KRI dilingkungan Koarmatim yang berada di pangkalan Surabaya. Dalam forum ini terlihat masih ada beberapa persoalan yang masih perlu dibenahi antara lain masalah pangkalan, penanganan masalah perbatasan yang perlu dioptimalkan serta masalah dukungan logistik.

Tujuan yang terkandung dalam bahasan diforum ini adalah mencegah dan meniadakan ancaman yang mungkin timbul di wilayah perbatasan, dilakasanakan sesuai dengan rencana operasi TNI dalam bentuk deteksi dini, cegah dini, penangkalan maupun penindakan serta melaksanakan survey dan pemetaan seluruh wilayah perbatasan Indonesia, dilakukan dengan gelar kekuatan dan patroli terus menerus.

Koarmatim

10 Kendaraan Tempur Infanteri (IFV) Terbaik di Dunia

IFV TERBAIK: Keberadaan kendaraan tempur infanteri atau infantry fighting vehicle (IFV) menjadi jembatan kesenjangan antara kendaraan lapis baja angkut personel (APC) dan tank tempur utama (MBT).

Negara-negara pengembang IFV di dunia saat ini terus mengembangkan IFV guna meningkatkan peran dan keefektifannya di medan perang. Berdasarkan senjata, tingkat perlindungan dan mobilitas, Artileri menghadirkan profil 10 IFV terbaik di dunia.

VBM Freccia

VBM Freccia yang didesain dan diproduksi oleh konsorsium Iveco Fiat-Oto Melara adalah IFV digital pertama yang dioperasikan Angkatan Darat Italia. Pengembangannya berdasarkan kendaraan lapis baja beroda Centauro.
VBM Freccia
VBM Freccia di Roma, Italia. Gambar: Kaminski/Wiki.
VBM Freccia merupakan kendaraan beroda 8x8 yang mampu membawa 11 personel lengkap. Menaranya (turet) dipasangi dengan meriam otomatis Oerlikon KBA 25 mm, senapan mesin koaksial 7,62 mm, dan dua peluncur opsional untuk rudal anti tank Spike ML/LR.

Lapisan lambung yang kesemuanya dari lasan baja memberikan perlindungan dari senjata ringan, artileri ringan, pecahan peluru, ranjau anti tank, dan improvised explosive devices (IED). Mesin diesel IVECOY yang terpasang pada VBM Freccia memberikannya kecepatan maksimum hingga 105 km/jam dengan jangkauan 800 km sampai 1.000 km.
BobotPanjangLebarTinggi
28 ton7,6 m2,9 m3 m

VBCI

VBCI (Véhicule Blindé de Combat d'Infanterie) IFV dikembangkan oleh Giat Industries (sekarang Nexter Group) dan Renault VI (sekarang Renault Trucks) untuk Angkatan Darat Perancis. Kombinasi dinamis tingkat perlindungan, kinerja dan daya angkutnya menjadikan VBCI sebagai salah satu IFV terbaik di dunia.
VBCI
VBCI di medan off-road. Gambar: snafu-solomon.blogspot.com.
Angkatan Darat Perancis memesan 630 unit VBCI, yang 500 unit telah disampaikan pada Juli 2013. VBCI dibekali dengan meriam otomatis dual feed 25 mm standar NATO, dan senapan mesin koaksial 7,62 mm yang dioperasikan dari stasiun penembak.

Paduan aluminium alloy pada lambung dan dilengkapi dengan modul armor tambahan, memberikan perlindungan 11 kru di dalamnya dari granat roket, explosively forged projectiles (EFP), ranjau, dan IED. VBCI juga dilengkapi dengan sistem proteksi dari bahan kimia, biologi, radiologi dan nuklir. Dengan mesin Renault Diesel berkekuatan 550 hp, VBCI mampu melaju dengan kecepatan maksimum 100 km/jam dan jangkauan 750 km.


Bobot Panjang Lebar Tinggi
25,6 ton 7,6 m 2,98 m 3 m

Piranha V


Piranha V adalah IFV dari keluarga kendaraan lapis baja beroda multiperan Piranha, yang dikembangkan General Dynamics European Land Systems-Mowag, Swiss. Kendaraan ini disebut-sebut sebagai salah satu IFV terbaik yang tersedia di pasar saat ini.
Piranha V
Piranha V ditampilkan pertama kali saat pameran Eurosatory 2010. Gambar: General Dynamics European Land Systems.
Piranha V diresmikan pertama kali saat pameran Eurosatory pada bulan Juni 2010. Kendaraan ini dilengkapi dengan stasiun senjata yang dikendalikan secara remot dan menara berat sebagai tempat bercokol senjata 12,7 mm, 25 mm, 30 mm hingga meriam 105 mm low recoil.

Desain lapis bajanya memberikan tingkat perlindungan yang baik untuk 13 personel di dalamnya dari ranjau dan IED. Perlindungan dapat ditingkatkan dengan memasang kit tambahan untuk perlindungan dari EFP, dan armor tambahan dengan level perlindungan berbeda untuk memberikan cakupan perlindungan lebih dari 95 persen. Mesin diesel MTU dan Fuel Efficient Drivetrain System (FEDS) memberikannya kecepatan maksimum 100 km/jam dan jangkauan 550 km.
Bobot Panjang Lebar Tinggi
30 ton 8 m 2,99 m 2,34

ASCOD


ASCOD yang dikembangkan oleh Steyr dan Santa Bárbara Sistemas (sekarang bagian dari General Dynamics) saat ini dioperasikan oleh Angkatan Darat Spanyol dan Austria. Prototipe pertama ASCOD diluncurkan pertama kali pada tahun 1992 dan sejak itu 356 kendaraan sudah dikirim ke Angkatan Darat Spanyol dan 112 unit untuk Angkatan Darat Austria. Versi ASCOD Spanyol disebut sebagai Pizarro, sedangkan versi Austria dikenal sebagai Ulan.
ASCOD
Ulan (ASCOD IFV Austria). Gambar: MatthiasKabel/wiki
ASCOD berlambung monocoque lengkap dengan pelat baja yang menawarkan tingkat perlindungan balistik STANAG 4569 level 4/5, perlindungan dari ranjau, dan perlindungan dari bahan nuklir, kimia dan biologi bagi 11 kru di dalamnya. Perlindungan dapat ditingkatkan lagi dengan memasang kit armor reaktif (ERA) atau pasif .

Kendaraan ini dibekali dengan meriam otomatis RWM MK30-2 30 mm dual feed, senapan mesin koaksial MG-3 7,62 mm, dan peluncur granat asap 76 mm. Mesin MTU 8V memastikan kendaraan ini mencapai kecepatan maksimum 70 km/jam dan jangkauan 500 km.
Bobot Panjang Lebar Tinggi
28 ton 6,83 m 3,64 m 2,43 m

Bradley A3


Bradley A3 dibangun oleh BAE Systems dan merupakan model terbaru dari kendaraan tempur Bradley dan mulai digunakan Angkatan Darat Amerika Serikat pada tahun 2000. IFV ini sudah menggunakan perangkat elektronik digital dan mampu membawa hingga sepuluh personel.
Bradley A3
Bradley A3. Gambar: Seth Model, US Army.
Bradley A3 saat ini digunakan oleh Armoured Brigade Combat Team (ABCT) dari Angkatan Darat Amerika Serikat. Dibekali dengan meriam Bushmaster 25 mm, senapan mesin koaksial 7,62 mm dan rudal TOW, memberikan kekuatan tempur yang unggul di dalam berbagai situasi pertempuran.

Peningkatan sistem perlindungan A3 dibanding Bradley sebelumnya salah satunya adalah tambahan perlindungan pada bagian atas, ventilasi dan lapisan baja dari beberapa jenis amunisi. Bradley Urban Survivability Kit (BUSK) dapat dipasang untuk meningkatkan tingkat perlindungan dalam situasi perang kota. Bradley A3 memiliki kecepatan maksimum 61 km/jam dan daya jelajah 402 km.
Bobot Panjang Lebar Tinggi
27,6 ton 6,55 m 3,6 m 2,98 m

Tulpar


Tulpar merupakan IFV baru beroda trek yang dikembangkan oleh perusahaan Turki Otokar. Kendaraan ini muncul pertama kali di hadapan publik saat pameran International Defence Industry Fair (IDEF) ke 11 pada Mei 2013. Tulpar dimaksudkan untuk bertempur bersama dengan MBT Altay (juga buatan Turki) di medan perang.
Tulpar
Tulpar ditampilkan saat IDEF 2013. Gambar: trdefence.com.
Tulpar mampu mengangkut 11 personel ke garis depan zona perang. Diintegrasikan dengan menara remot kontrol Mizrak-30 dengan meriam otomatis 30 mm dual feed dan senapan mesin koaksial 7,62 mm. Menara ini juga dapat dipasangi rudal anti tank jarak jauh L-UMTAS.

Tulpar mampu bertahan dari serangan kaliber 14,5 mm dan dapat dipasangi kit tambahan untuk menghasilkan perlindungan terhadap kaliber yang lebih besar. Tulpar didesain untuk tetap "hidup" dari ledakan di bawah lambungnya  yang berkekuatan 10 kg TNT. Kecepatan dan jangkauan maksimum Tulpar adalah 70 km/jam dan 600 km.
Bobot Panjang Lebar Tinggi
32 ton 7,23 m 3,4 m 2,67 m

CV90


Combat Vehicle 90 (CV90) awalnya dikembangkan untuk Angkatan Darat Swedia oleh FMV, Hägglunds and Bofors, dan saat ini sudah diproduksi oleh BAE Systems. CV90 dan varian-variannya digunakan Angkatan Darat Denmark, Finlandia, Norwegia, Belanda, Swedia dan Swiss.
CV-90
Sebuah CV90 Angkatan Darat Norwegia berjalan melalui salju.
CV90 diintegrasikan dengan meriam otomatis Bofors 40 mm atau Bushmaster 30 mm atau Bushmaster 35 mm/50 sebagai senjata utama. Stasiun senjata dikendalikan secara remot dan dipasangi senapan mesin 7,62 mm dan peluncur granat otomatis 40 mm.

CV90 melindungi 10 orang krunya dari IED, ranjau anti tank dan granat roket. Daya tahan dapat ditingkatkan lagi dengan pemasangan Defensive Aid Suite (DAS) dan sistem pengurangan deteksi radar dan inframerah. Didukung oleh mesin diesel Scania V8, CV90 mampu melaju 70 km/jam dan jangkauan 900 km.
Bobot Panjang Lebar Tinggi
23-35 ton 6,55 m 3,1 m 2,7 m

BMP-3M/BMP-3U (Upgrade)


BMP-3M/BMP-3U adalah upgrade dari IFV BMP-3 yang dioperasikan sejumlah negara di dunia. Fitur daya tembak, mobilitas dan tingkat perlindungannya mengesankan, menjadikan BMP-3U sebagai salah satu IFV terbaik di dunia.
BMP-3M
Demonstrasi BMP-3M saat Pameran Russian Arms Expo 2013. Gambar: deagel.com.
Chassis BMP-3U dibuat oleh Kurganmashzavod, sementara bagian menara disuplai oleh Biro Desain Instrumen KBP Rusia. BMP-3U menggabungkan modul tempur Bakhcha-U, yang terdiri dari meriam 2A70 100 mm, senjata otomatis 2A72 30 mm dan senapan mesin 7,62 mm.

Bagian lambungnya dapat diisi sepuluh orang personel dan dilengkapi dengan perisai armor tambahan dan ERA yang cocok untuk perlindungan dari senjata presisi tinggi. Sistem perlindungan Shtora-1 dan kit tambahan ERA mampu melindungi BMP-3U dari rudal anti tank. BMP-3U memiliki kecepatan maksimum 70 km/jam dan daya jelajah 600 km.
Bobot Panjang Lebar Tinggi
18,7 ton 7,20 m 3,15 3,57 m

K21


K21 adalah IFV generasi baru yang dikembangkan dan diproduksi oleh Doosan DST untuk Angkatan Darat Republik Korea (Korea Selatan).
K21
K21. Gambar: forte.jor.br.
K21 didesain untuk melakukan misi tempur bersama MBT dan memiliki bobot 20% lebih ringan dibandingkan IFV yang berstruktur serupa di kelasnya. Mampu membawa 12 personel yang tediri dari 3 kru dan 7 tentara. Dilengkapi modul armor tambahan dan komposit untuk perlindungan dari amunisi APDS 30 mm, senjata AP 14,5 mm dan artileri shell fragment. Kru juga terlindung dari ranjau dan IED.

Dua orang pada menara K21 yang terpasang meriam 40 mm, senapan mesin koaksial 7,62 mm, dan sistem rudal anti tank generasi ketiga. Mesin diesel Doosan D2840LXE menghasilkan 750 hp. Memiliki daya jelajah 450 km dan kecepatan maksimum 70 km/jam.

Bobot Panjang Lebar Tinggi
25 ton 6,9 m 3,4 m 2,6 m

Puma

Puma adalah salah satu IFV terbaik di dunia, menawarkan mobilitas tinggi, perlindungan maksimal dan daya tembak yang optimal. Puma dikembangkan oleh  PSM Projekt System & Management, perusahaan gabungan antara Krauss-Maffei Wegmann (KMW) dan Rheinmetall Land Systems, dan saat ini digunakan oleh Angkatan Darat Jerman (Bundeswehr).
Puma
Puma saat uji coba di kondisi suhu panas di Uni Emirat Arab. Gambar Ralph Zwilling.
Konsep perlindungan dua level memberikan perlindungan tingkat tinggi untuk sembilan krunya dari senjata kaliber menengah, senjata anti tank, amunisi energi kinetik, ledakan ranjau, dan perlindungan dari bahan nuklir, biologi dan kimia.

Teknologi MUltifunctional Self protection System (MUSS) pada Puma meningkatkan daya tahannya terhadap rudal. Dibekali dengan meriam MK30-2ABM 30 mm, dan senapan mesin ringan koaksial MG4 5,56 mm dan sistem rudal SPIKE LR (EuroSpike). Puma didukung oleh mesin 800 kw sepuluh silinder yang memberikannya kecepatan maksimum 70 km/jam dan jangkauan sekitar 600 km.

Bobot Panjang Lebar Tinggi
31,5 ton 7,4 m 3,7 m 3,6 m

artileri