Personel TNI Angkatan Darat menerbangkan
multirotor saat peluncuran dan uji coba hasil riset dan rancang bangun
di kawasan Ancol, Jakarta, Selasa (29/4)
– BERAGAM produk teknologi maju
dikembangkan TNI Angkatan Darat sejak dua tahun terakhir. Kapal komando
cepat, wahana terbang tanpa awak beraneka bentuk yang dijadikan ”mata”
bagi pasukan di darat, wahana sejenis helikopter dengan rotor vertikal
dan horizontal, gyrocopter, radio komunikasi, satelit mini, hingga
senapan latih dengan sinar laser dikembangkan Badan Litbang TNI AD
bersama mitra kampus dan kelompok hobi, seperti komunitas aeromodelling.
Dalam pameran di Pantai Ancol, Jakarta, pekan lalu, pelbagai produk
riset tersebut dipamerkan dan diperagakan kegunaannya. Pada salah satu
meja terdapat sejumlah senapan varian SS-1 dan beragam jenisnya buatan
PT Pindad Bandung (mengadopsi FNC Herstal-Belgia), yang dikonversi
dengan baterai dan laser sebagai sarana latihan. Sebuah target dipasang
dalam jarak 25 meter dan komputer serta perangkat perekam mendata setiap
tembakan yang dilakukan.
”Untuk entakannya memang belum sekeras entakan asli senapan yang
menggunakan amunisi hidup. Kami sedang siapkan versi yang lebih sempurna
dengan entakan seperti senapan asli,” kata teknisi swasta penjaga stan
tersebut. Secara fisik, bobot senapan tersebut memang sama dengan
senapan asli karena dibuat dengan basis senapan SS-1 yang dimodifikasi.
Stan lain didominasi wahana terbang tanpa awak, mulai dari UAV buatan
Balitbang TNI AD dengan Kampus Surya yang bisa dilengkapi dengan tangki
cadangan untuk menambah jarak jelajah. Pesawat UAV buatan bersama
Kampus Surya dan Balitbang TNI AD tersebut diklaim bisa terbang selama 8
jam dengan tangki tambahan dan bobot beban yang diangkut saat terbang
mencapai 25 kilogram. Ketinggian jelajahnya 5 kilometer dan jangkauan
jelajah 350 kilometer sehingga bisa menjadi ”mata” bagi pasukan
infanteri di darat yang sedang bergerak di daerah operasi.
Ketika pameran statis berlangsung, sebuah wahana terbang multirotor
melayang-layang dan sebuah UAV pada saat bersamaan terbang dan
menampilkan gambar yang didapat kamera pengintai yang terpasang, lalu
ditayangkan di dalam tenda pameran. Selebihnya, sejumlah kapal motor
cepat, rigid inflatable boat, dengan pelapis anti peluru dan hovercraft
berada di dermaga dekat tenda pameran.
Tidak lama kemudian, Fahmi, operator UAV berbahan rangka (mainframe)
sejenis styrofoam dengan power plant motor listrik, menyiapkan wahana
terbang tersebut untuk demonstrasi lebih lanjut.
”Saya berasal dari komunitas aeromodelling di Cibubur yang diajak
bekerja sama dengan TNI. Senang sekali kemampuan kami bisa digunakan
melayani negara dan masyarakat,” ujar dia.
Fahmi mengakui, tenaga baterai untuk motor listrik bisa dimodifikasi
dengan memasang panel surya (solar cell) sehingga saat terbang sumber
listrik terus dipasok dan pesawat tersebut bisa terbang berjam-jam.
Pengunjung juga menyaksikan wahana terbang tanpa awak yang diberi
nama Flappy Bird, yang terbang mengepakkan sayap dan dilengkapi kamera.
Siluet Flappy Bird di kejauhan terlihat persis seperti burung yang
terbang sehingga diharapkan dapat digunakan menyusup ke daerah sasaran
dengan baik. Sementara gyrocopter yang dipamerkan tidak melakukan
penerbangan, tetapi hanya melakukan ground run, digerakkan di permukaan
dengan menjalankan rotor vertikal.
Direktur Dinas Topografi TNI AD Brigadir Jenderal (TNI) Dedi Hadria,
yang ditemui di sela-sela uji coba itu, mengatakan, pihaknya telah
memproduksi wahana terbang multirotor dan sistem GPS Tracking yang dapat
digunakan untuk mengarahkan pergerakan pasukan. Peta yang diambil
dengan UAV buatan dalam negeri itu dipakai untuk memperbarui peta
topografi hingga skala 1:2.000. Hasil pemetaan tersebut tidak saja
digunakan oleh militer, tetapi juga bisa dipakai untuk survei swasta
hingga rencana pembangunan pemerintah.
”Kami sudah gunakan untuk tanggap bencana juga di Gunung Sinabung dan
Gunung Kelud. Kini, para operator wahana tanpa awak disiapkan di
batalyon-batalyon. Kami akan melatih Kostrad,” kata Dedi.
Kepala Staf TNI AD Jenderal TNI Budiman menegaskan, proyek-proyek
tersebut sudah dianggarkan untuk dilanjutkan pada tahun 2015. Proyek
modernisasi TNI itu tidak akan terhenti karena adanya pergantian
kepemimpinan dan sudah masuk dalam perencanaan modernisasi TNI AD hingga
tahun 2019.
KOMPAS