Pages

Saturday, 8 February 2014

Menko Polhukam resmikan KN Kuda Laut

Batam : Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Djoko Suyanto meresmikan Kapal Negara (KN) Kuda Laut 4803 milik Badan Koordinator Keamanan Laut (Bakorkamla) di Dermaga Satuan Tugas, Setoko, Batam.

"Kapal patroli memiliki peran penting untuk menunjang tugas Bakorkamla dalam rangka pengamanan wilayah perairan Indonesia," katanya, Sabtu..

KN Kuda Laut 4803 merupakan kapal ukuran 48 meter ketiga milik Bakorkamla. Dua kapal lain Masing-masing KN Bintang Laut 4801 dan KN Singa Laut 4802 sudah terlebih dulu diresmikan.

KN Kuda Laut 4803 bermesin penggerak 3x1.400 HP (marine diesel) dan telah dilakukan uji Hidrodinamik di Laboratorium Hidrodinamik BPPT di kompleks ITS Surabaya pada awal Februari 2013.

Masing-masing kapal tersebut akan ditempatkan di Wilayah Barat (Satgas I Tim Korkamla), Wilayah Tengah (Satgas II Tim Korkamla) dan Wilayah Timur (Satgas III Tim Korkamla).

Ia mengatakan, tuntutan tugas Bakorkamla sangat dinamis, berbagai pelanggaran diperairan Indonesia juga terus terjadi sehingga memebutuhkan kapal-kapal yang tangguh.

"Tugas pengamanan bukan hanya Bakorkamla saja. Instansi lain juga memiliki tugas dan terus menambah armada mereka," kata Djoko.

Djoko mengatakan, pembentukan Bakorkamla beberapa tahun lalu merupakan salah satu jawaban untuk pengamanan perairan Indonesia yang sangat luas dan rawan pelanggaran.

"Setiap satgas-satgas harus diperkuat dengan armada dan personel yang tangguh. Tindakan-tindakan ilegal di depan mata. Semua harus berkoordinasi untuk sama-sama mengamankan wilayah Indonesia di perairan," kata dia.

Kepala Pelaksana Harian Badan Koordinasi Keamanan Laut Laksamana Madya Bambang Suwarto mengatakan proses pembangunan kapal dilaksanakan 250 hari kalender mulai dari 25 April 2013 sampai 31 Desember 2013 di PT Batam Expresindo Shipyard, Tanjunguncang.

"Kapal ini sudah menjalani uji dan memiliki sertifikat teknis. Biaya pembangunanya hampir Rp 58 miliar," ujarnya menambahkan.


Antaranews

Kapal nelayan Merauke dibakar tentara PNG

ilustrasi - kapal Terbakar (ANTARANews/Grafis)
Jayapura : Kapal nelayan yang dioperasikan warga Kabupaten Merauke, Papua, dikabarkan dibakar oleh tentara negara tetangga Papua New Guinea (PNG), Sabtu.

Kabid Humas Polda Papua Kombes Pol Sulistyo Pudjo kepada Antara di Jayapura, Sabtu malam membenarkan hal itu.

"Ada masyarakat RI ditangkap tentara PNG di perbatasan Merauke dan kapalnya dibakar, nelayannya disuruh berenang," katanya.

Ia mengatakan, dari 10 orang nelayan yang berenang, lima di antaranya hilang. "Lima nelayan itu kemungkinan tenggelam," katanya.

Informasi yang dihimpun Antara dari berbagai sumber, para nelayan itu dinyatakan tidak ada kabar sejak Kamis (6/2).

Pada Sabtu siang diperoleh informasi bahwa kapal mereka dibakar oleh oknum tentara negara tetangga, PNG.

Sementara pihak kepolisian masih mencari keterangan lebih lanjut.

Antara

TNI AL Takkan Provokasi Singapura

TNI Angkatan Laut menanggapi santai kebijakan pemerintah Singapura yang melarang masuk KRI Usman Harun ke perairan mereka.

Menurut Kepala Dinas Penerangan TNI AL, Laksamana Untung Surapati, kapal perang Indonesia, termasuk KRI Usman Harun, tidak akan memasuki wilayah perairan Singapura tanpa izin atau untuk melakukan provokasi.

"Sebelum mereka ngomong begitu, kita sebagai orang beradab dapat mengerti. Kalau kami menggangap hal itu positif saja. Kami berupaya menjaga hubungan baik di perairan internasional.

Nah, meski mereka tidak melarang, masa' kami secara sengaja memprovokasi dengan mengirim kapal perang ke wilayah mereka," kata Untung saat dihubungi, Sabtu (9/2/2014).

Menurut Untung, tidak ada permasalah yang substansial dengan adanya kebijakan pelarangan pihak Singapura itu. "Kalau enggak boleh melintas, kami kan melewati perairan internasional. Nah, Selat Malaka kan perairan internasional, siapa saja bisa melintasi wilayah itu," jelasnya.

Pemerintah Singapura mengeluarkan kebijakan pelarangan KRI Usman Harun memasuki perairan mereka.

Kebijakan itu sebagai buntut protes pihak Singapura atas digunakannya nama Usman Harun pada kapal perang baru Indonesia.

Usman Haji Mohamed Ali dan Harun Said merupakan dua prajurit Korps Komando Operasi (KKO) TNI AL, yang tewas setelah dihukum mati oleh pemerintah Singapura pada 17 Oktober 1968.

Keduanya tertangkap di perairan setelah melakukan pengeboman di MacDonald House di Orchard Road, Singapura, pada 10 Maret 1965 yang menewaskan tiga orang dan melukai 33 orang.

Pemerintah Singapura beralasan, penamaan Usman Harun pada KRI itu akan membuka luka lama dari keluarga korban.

Bagi pemerintah Singapura, jika KRI Usman Harun diizinkan melintasi perairannya, maka dikhawatirkan akan mengubah pandangan mengenai kampanye anti-terorisme.

Sementara, pemerintah Indonesia, khususnya TNI AL, menegaskan tetap pada keputusan penggunaan nama Usman Harun pada KRI. Ditegaskan, pihak Singapura tidak bisa mencampuri urusan dan wewenang internal Indonesia.

Sebab, penggunaan nama Usman Harun pada KRI sudah melalui proses dan mekanisme mendalam oleh tim TNI AL.

Selain itu, penggunaan nama Usman Harun pada KRI adalah sebagai bentuk penghormatan bagi para pahlawan nasional atau prajurit TNI AL yang berjasa kepada bangsa dan negara.
 
 

Lelaki Tak Dikenal Menyusup ke Pesawat Presiden


Pesawat kepresidenan batal terbang. Seorang penyusup mengancam keselamatan Presiden Sukarno.

OLEH: BONNIE TRIYANA

Presiden Sukarno bersama Presiden Filipina Diosdado Macapagal saat tiba di Bandara Internasional Manila. Inset: Pesawat kepresidenan Jetstar C-140

SETELAH tujuh kali upaya pembunuhan terhadap Presiden Sukarno, akhirnya pada 6 Juni 1962 pemerintah membentuk Tjakrabirawa. Resimen khusus ini ditugaskan untuk menjaga keselamatan presiden. Tugas berat diemban oleh Tjakrabirawa agar tak kecolongan lagi.

Ancaman pembunuhan Sukarno bukan berarti tak ada sama sekali. Itulah yang membuat Maulwi Saelan, wakil komandan Tjakrabirawa, tak mau lengah sedikit pun. Kalau perlu dia turun tangan untuk mengambil keputusan apapun demi keselamatan Presiden Sukarno.

Misalnya pada saat Presiden Sukarno berkunjung ke Filipina untuk menghadiri konferensi Maphilindo (Malaysia, Philipina, Indonesia), 30 Juli–5 Agustus 1963. Konferensi tersebut membahas penyelesaian pembentukan federasi Malaysia yang bakal membuat Filipina kehilangan sebagian wilayahnya di Sabah.

Delegasi Indonesia menggunakan dua pesawat. Satu pesawat Jetstar C-140 dan rombongan lain, termasuk pengawal presiden Tjakrabirawa, menumpang pesawat Garuda. Seminggu sebelum kedatangan Presiden Sukarno ke Manila, tim advance Tjakrabirawa telah lebih dulu tiba dan memastikan Manila aman untuk Presiden Sukarno.

“Ketika tiba, tak sedikit pun permasalahan keamanan yang ditemui rombongan baik selama di perjalanan maupun setelah di Manila,” ujar Maulwi dalam bukunya Penjaga Terakhir Soekarno.

Masalah baru muncul sesaat sebelum Presiden Sukarno pulang ke Jakarta. Pihak bandara Manila mengabarkan kepada Tjakrabirawa tentang seorang lelaki tak dikenal kepergok memasuki pesawat kepresidenan tanpa izin. Maulwi khawatir dan segera menghubungi Brigjen. Sabur, komandan resimen Tjakrabirawa, untuk meminta izin pemeriksaan langsung ke pesawat.

Ketika pesawat diperiksa, lelaki misterius itu telah pergi. Belakangan petugas bandara Manila berhasil menangkapnya. Ternyata pria penyusup itu penderita gangguan jiwa.

Cemas ada apa-apa, Maulwi tetap memutuskan untuk memeriksa secara teliti setiap bagian pesawat. “Saya nggak bisa percaya begitu saja. Kita kan nggak tahu apa yang dia taruh, apa yang dia lakukan,” kenang Maulwi.

Dia pun mengambil keputusan agar Presiden Sukarno pulang ke Jakarta menggunakan pesawat Garuda. Sementara itu Maulwi, bersama beberapa anak buahnya, tetap tinggal di Manila. Memastikan pesawat kepresidenan steril dari ancaman apapun.

“Kalau ada apa-apa, kita yang tanggung jawab,” kata lelaki yang masih terlihat bugar di usianya yang menginjak ke-88 tahun itu. Yakin tak ada hal mencurigakan, Maulwi dan pasukannya pulang keesokan harinya ke Jakarta dengan Jetstar C-140.

historia.co.id 

Australia Tak Berperikemanusiaan

Lifeboat dari Australia
Jakarta : Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa menilai tindakan Pemerintah Australia terhadap para pencari suaka sebagai suatu perbuatan rendah yang tak berperikemanusiaan.

Pernyataan itu disampaikan Marty saat dihubungi Kompas melalui telepon, Jumat (7/2), menanggapi terdamparnya kembali 34 pencari suaka asal empat negara di Pantai Pangandaran, Jawa Barat, Rabu (5/2) malam.

Selama ini diketahui kebijakan ”Operasi Kedaulatan Perbatasan” pemerintahan Perdana Menteri Australia Tony Abbott diterapkan dengan cara mendorong balik kapal-kapal para pencari suaka kembali ke wilayah Indonesia.

Dengan bangga Abbott bahkan mengatakan kepada wartawan kalau kebijakan kerasnya tersebut telah mulai berjalan dengan baik dan bahkan bisa dilihat dalam 50 hari terakhir tak ada lagi satu pun kapal pencari suaka sampai ke wilayah Australia.

Marty mengaku yakin organisasi hak asasi manusia dunia dan UNHCR akan menyoroti Australia, apalagi mengingat negara itu menjadi salah satu pihak dalam konvensi PBB tentang penanganan pengungsi.

”Apa bisa kebijakan pemerintahan Abbott seperti itu disebut sebagai kebijakan dari pemerintahan yang peduli pada HAM dan perikemanusiaan? Para pencari suaka itu adalah orang-orang yang memerlukan perlindungan,” ujar Marty.

Dengan begitu, kata Marty, menjadi sangat tak berperikemanusiaan jika orang-orang yang tengah berada dalam kondisi sangat rentan macam itu justru malah dimasukkan kembali ke dalam sekoci dan dilepas begitu saja ke tengah lautan oleh pihak Australia.

Marty lebih jauh memperingatkan Australia bahwa kedatangan para pencari suaka itu bukan keinginan apalagi kebijakan Pemerintah RI.

Baik Indonesia maupun Australia, menurut Marty, sama- sama negara yang terkena imbas kedatangan para pengungsi tersebut lantaran konflik yang terjadi di setiap negara para pencari suaka.

Pemerintah Indonesia selama ini disebutnya bukan tidak melakukan tindakan atau langkah apa pun. Pihak Indonesia telah menjadikan aktivitas penyelundupan manusia sebagai pelanggaran pidana.

Panggil Dubes Australia

Lebih lanjut Marty mengaku tengah mempelajari berbagai laporan dan masukan yang ada dan dalam waktu dekat akan memanggil Duta Besar Australia untuk meminta penjelasan.

Seperti diwartakan, sebanyak 34 imigran asal empat negara kembali terdampar di Pantai Pangandaran pada Rabu malam.

Kali ini mereka oleh otoritas Australia dinaikkan ke dalam sekoci penyelamat berkapasitas 96 orang. Sekoci buatan China tahun 2013 tersebut dilengkapi dengan sabuk pengaman, pelampung, penyejuk ruangan, peralatan navigasi, serta pasokan makanan dan air.

Stasiun televisi Australia, ABC, Jumat, menayangkan rekaman video yang memperlihatkan sekoci penyelamat berisi para pencari suaka tengah didorong kapal Australia.

Sekoci itulah yang diyakini tiba di Pantai Pangandaran pada Rabu malam. Tayangan tersebut muncul setelah media massa Australia memberitakan pembelian sejumlah sekoci penyelamat oleh Pemerintah Australia untuk dipakai mengembalikan para pencari suaka tersebut ke wilayah Indonesia.(BBC/AFP/DWA)

Kompas

Kapolri Minta Polisi-TNI Kerja Sama Berantas Teroris di Poso

 
Kapolri Jenderal Sutarman akan mengevaluasi anggotanya yang bertugas di daerah rawan kontak senjata agar dilengkapi dengan rompi antipeluru. Evaluasi itu mengacu pada tewasnya anggota Brimob Bharatu (anumerta) Putu Satria dalam baku tembak dengan terduga teroris di Poso, Sulawesi Tengah, Kamis (6/2).

"Itu jadi evaluasi kita, setiap anggota yang patroli di tempat rawan itu akan kita lengkapi dengan body protect. Termasuk dengan Papua," kata Sutarman di Mabes Polri, Jl Trunojoyo 3 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (7/2).

Sutarman mengatakan, pihaknya akan bekerja sama dengan TNI untuk memberantas teroris di Poso. "Termasuk kerjasama dengan Panglima TNI setempat, untuk adakan latihan militer di area tersebut, supaya ketahuaan dia (teroris) simpan senjata, bom, supaya bisa terdeteksi, kerjasamanya seperti itu. Militer punya waktu untuk latihan di sana, Kodam Tanjung Pura. Dan sudah dilakukan. Selama ini cukup aman, patroli rutin juga ada," ujarnya.

Sebelumnya diberitakan, terjadi baku tembak antara aparat kepolisian terhadap terduga teroris di Poso, Sulawesi Tengah. Akibat peristiwa itu, seorang anggota Brimob bernama Bharatu (anumerta) I Putu Satria tewas. Selain itu, dua orang dari kelompok teroris itu juga tewas setelah ditembak oleh pasukan operasi tim Brigadir Mobil yang dikomandoi Iptu Jimmy.
 

TNI-TDRM patroli patok perbatasan Indonesia-Malaysia

Dokumen patok perbatasan nomor 30 Indonesia-Malaysia. (pantai.org)
Nunukan : Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) dari Batalyon Infanteri 100/Raider Kodam II Bukit Barisan bersama Tentara Diraja Malaysia (TDRM) segera menggelar kembali patroli gabungan untuk meninjau kondisi patok perbatasan kedua negara.

Komandan Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan Yonif 100/Raider, Letkol Inf Safta Feriansyah di Nunukan, Sabtu, menerangkan patroli gabungan tersebut akan mulai dilaksanakan Februari hingga Maret 2014.

"Masalah waktunya kita masih melihat situasi yang tepat, tetapi yang pastinya akan kita gelar pada Februari atau Maret tahun ini," katanya.

Mengenai rute pelaksanaan patroli patok perbatasan yang akan dilaksanakan bersama dengan TDRM tersebut, ia mengemukakan, belum diketahui rute patroli itu.

Patroli patok perbatasan Indonesia-Malaysia yang menjadi tanggungjawab Satgas Pamtas Yonif 100/Raider yang ditugaskan menjaga wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia di Provinsi Kalimantan Utara telah rutin dilaksanakan selama ini.

"Kita rutin melaksanakan patroli patok perbatasan itu berdasarkan wilayah tanggung jawab yang diberikan oleh negara," ucap Safta Feriansyah.

Patroli patok perbatasan Indonesia-Malaysia dilaksanakan setiap tahun dan mulai diberangkatkan dari pos perbatasan gabungan TNI AD-TDRM yang berada di Kecamatan Seimenggaris Kabupaten Nunukan.(*)

Pos Perbatasan Indonesia-Malaysia yang Kosong Mulai Ditempati

Komandan Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan (Dansatgas Pamtas) Batalion 100/Raider, Letkol Inf Safta Feriansyah mengatakan pos-pos perbatasan Indonesia-Malaysia di Provinsi Kalimantan Utara yang masih kosong selama ini secara bertahap ditempati prajurit.

Safta Feriansyah di Nunukan, Sabtu mengakui terdapat 10 pos perbatasan yang belum ditempati prajurit pamtas yang berada di Kabupaten Nunukan dan Malinau tidak dapat ditempati berhubung kondisi cuaca yang memburuk selama ini.

"Jadi kami mulai tempatkan pasukan pada pos-pos perbatasan yang selama ini masih kosong," katanya.

Ia mengungkapkan, pergeseran pasukan ke beberapa pos perbatasan terutama di wilayah Kecamatan Krayan dan Kabupaten Malinau yang berbatasan langsung dengan Negeri Sarawak harus menggunakan helikopter.

Jalur menuju wilayah itu belum memiliki akses jalan darat maupun laut sehingga untuk mengangkut pasukan menunggu kondisi cuaca membaik, katanya.

Namun pihaknya akan berupaya maksimal menempatkan prajurit pada sejumlah pos yang masih kosong tersebut dalam waktu dekat ini dalam rangka mengoptimalkan penjagaan kawasan perbatasan dengan Malaysia.

Safta Feriansyah mengungkapkan, pesawat helikopter jenis Bell 412 EP dengan nomor flight HA-5166 milik TNI AD yang melakukan pendaratan darurat di Desa Sulit Kecamatan Mentarang Kabupaten Malinau akibat cuaca buruk pada 22 Januari 2014 lalu sebenarnya mengangkut tujuh prajurit Satgas Pamtas Yonif 100/Raider dan logistik sebanyak 600 kilogram.

Prajurit itu, lanjut dia, untuk ditempatkan pada pos perbatasan Indonesia-Malaysia di Long Midang, Kecamatan Krayan, Kabupaten Nunukan namun terpaksa dikembalikan ke Kota Tarakan Kalimantan Utara karena cuaca buruk.

Mengenai keberadaan prajurit yang akan ditempatkan di pos-pos perbatasan itu, Komandan Satgas Pamtas Yonif 100/Raider Kodam II Bukit Barisan ini menyatakan mulai diangkut secara bertahap walaupun belum seluruhnya dapat dilakukan.

"Memang masih ada pos-pos perbatasan yang belum ditempati karena masih menunggu kondisi cuaca lebih baik," katanya.

KRI Banjarmasin 592 Angkut Tujuh Alutsista Buatan Banyuwangi

Banyuwangi : KRI Banjarmasin 592 bersandar di Dermaga Tanjung Wangi, Kecamatan Kalipuro, Kabupaten Banyuwangi.

Kapal kebanggaan produksi dalam negeri itu selama di Banyuwangi adalah untuk mengangkut 4 unit kapal jenis Combat Boat Catamaran dan 3 unit speed boat yang dipesan TNI AL melalui PT Lundin Industry Invest di Banyuwangi.

Tujuh alat utama sistem senjata (alutsista) itu akan didistribusikan ke sejumlah perairan di wilayah barat Indonesia.

Perwira Pelaksana (Palaksa) KRI Banjarmasin 592 Mayor (P) Mohammad Nizarudin saat ditemui detikcom, Jumat (7/2/2014) sore di geladak E (bridge deck) menguraikan, ke 7 alutsista tersebut diantaranya akan dikirim ke Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) Tanjung Balai Asahan di Sumatera Utara, Lanal Ranai di Kepulauan Riau, kepulauan Natuna dan Lanal Tarempa di Batam dan sejumlah perairan di Kepulauan Natuna.

"Untuk didistribusikan ke pulau pulau luar bagian barat, memperkuat keamanan wilayah laut," jelas Nizarudin.

Setelah menyelesaikan tugas mendistribusikan alutsista, sambung Mayor Nizar, KRI Banjarmasin 592 dengan ABK 145 orang itu juga mempunyai misi lain. Yaitu untuk mengikuti Komodo Multilateral Exercise di perairan Kepulauan Riau yang digelar Maret hingga April 2014 mendatang.

"Selepas pendistribusian alutsista selesai, kami mengikuti pelatihan komodo juga," tutupnya.

Sementara itu, Pendiri PT Lundin Industry Invest Lizza Lundin saat dikonfirmasi detikcom menolak memberikan keterangan lebih lanjut perihal pemesanan alutsista TNI AL tersebut. Kepada detikcom, Lizza hanya meninggalkan pesan singkat yang menunjukkan bahwa dirinya sedang berada di luar kota untuk kepentingan bisnisnya.

Detik

TNI AL ikut Cyber Defence Competition 2014

 
Surabaya : TNI Angkatan Laut membentuk dua tim untuk mengikuti Cyber Defence Competition pada 11--27 Februari 2014.

Kepala Dinas Penerangan TNI AL Laksamana Pertama TNI Untung Suropati di Jakarta, Jumat, mengatakan pada kompetisi tahun ini, TNI Angkatan Laut menerjunkan delapan personel yang dibagi menjadi dua tim cyber.

"Delapan personel TNI Angkatan Laut tersebut terdiri dari enam Perwira TNI Angkatan Laut dan dua Bintara TNI Angkatan Laut yang berasal dari berbagai kesatuan antara lain, Markas Besar Angkatan laut (Mabesal) Jakarta, Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim) Surabaya, Komando Pengembangan Pendidikan Angkatan Laut (Kobangdikal), dan Akademi Angkatan Laut (AAL)," katanya.

Cyber Defence Competition diharapkan dapat membina potensi dan melatih keahlian pertahanan cyber serta menyalurkan kreatifitas melalui ajang kompetisi "cyber" yang positif.

Kompetisi yang dibuka untuk umum tersebut dibagi dalam dua kategori, yaitu kategori umum dan kategori pelajar. Pelaksanaan kompetisi akan dibagi dua, secara Online pada 11 sampai dengan 15 Februari 2014, dan babak final yang merupakan kompetisi offline pada 23 hingga 27 Februari 2014 di Akademi Angkatan Laut (AAL), Bumi Moro, Surabaya.

Antara

Friday, 7 February 2014

Alutsista Baru Untuk Pengawal Republik 2014 Kedepan

Alutsista Baru Yang Mulai Berdatangan di Tahun Kuda Kayu 2014
TNI AU

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjOQOxJiAXMLEa-vazoPehE0cA1ntkCDpIuwslHM_qdJL1rQfCgGCckOYJTlEuaIKiFj8zf4u79bwx2VlQ7X3S4IpT8bhhzLWsf1l7mLRwIrkCGMGsEFBd1dGOb0L_BEi3Irocz__3gS9zc/s640/6f532cd3a59e043c7a2fce6a9a9a735b_largesuromenggolo.jpg

· 12 Pesawat coin Super Tucano (pesan 16 unit, 4 sudah datang)
· 16 Jet tempur Golden Eagle (sudah datang semuanya Jan 2014)
· 8 Jet tempur F16 setara blok 52 (jumlah pesanan 30 F16 upgrade)
· 5 Pesawat angkut sedang CN295 (pesan 9 unit, 5 sudah diterima thn 2013)
· 8 Pesawat angkut berat Hercules (pesan 9 unit, 1 sudah diterima thn 2013)
· 6 Helicopter Cougar
· 6 UAV Heron
· 4 Radar Thales
· 1 Simulator Sukhoi

TNI AL

· 37 Tank amfibi BMP3F (sudah datang dan diserahkan resmi Jan 2014)
· 25 Kendaraan amfibi LVTA1 dari Korsel (hibah batch 2)
· 5 Tank amfibi jenis BTR-4 (Pesanan sebanyak 55 unit)
· 10 MLRS RM Grad
· 11 Helikopter anti kapal selam Panther
· 4 Pesawat intai maritim CN235 MPA
· 4 Helicopter angkut Bell 412 Ep
· 3 Kapal perang light fregat “Bung Tomo Class”
· 3 Kapal perang jenis KCR (Kapal Cepat Rudal) 60 m
· 2 Kapal perang jenis KCR 40 m
· 3 Kapal perang jenis LST (Landing Ship Tank)
· 2 Kapal perang jenis BCM (Bantu Cair Minyak)
· 3 Kapal perang jenis patroli cepat
· 1 Kapal perang jenis latih layar
· 2 Kapal selam Kilo
· 2 Kapal hydrografi

  TNI AD
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhYR-9ys222bMXV_VJoDPbCsWNpQNjMVnzmYWGUz_t7lEYw-sn8uUrqyRalqrs4PGXWqOApOG6BGX5lhBG_K18nPjmJkN3emw3zZsWYSb6Si5Q2fLkvH8hLu6Iawf7Rt1bDSpO6PT9uCGGD/s1600/307857DSC_0114.JPG

· 103 MBT Leopard II
· 50 Tank Marder
· 38 Howitzer Digital Caesar Nexter
· 36 MLRS Astross II Mk6
· 900 Truk angkut pasukan
· 800 Rantis
· 80 Panser Anoa
· 5 Battery Rudal Starstreak
· 5 Battery Rudal Mistral
· 180 Rudal Anti Tank Javelin
· 150 Rudal Anti Tank Nlaw
· 20 Helikopter Bell 412Ep (6 sudah diserahkan)
· 16 Helikopter Fennec
· 6 Helikopter Mi17

Yang sedang dibuat dan ditunggu


· 3 kapal selam Changbogo di Korsel
· 2 kapal perang jenis PKR di Belanda (opsi sampai 10 unit)
· 8 Helicopter Apache
· 1 kapal latih layar buatan Spanyol (pengganti Dewaruci)

Yang sedang dalam proses pengadaan

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhaqPQAUwuZRarBCctG4vU_5I7MCJ7gCL4XZG20BoaeB0wqeP2YZivT_l6eJg65TUTMFN8iNPu2dqPeCIJ3Uew4OM_LMD3GcWLTH9fraYp92DBFFStM7aqXt1W7lZ00EfA9IGCqVs_nF98/s1600/3467334_20131206105801.jpg

· 16 jet tempur Sukhoi SU35
· 6 kapal selam Kilo
· 12 Helikopter Blackhawk

GAMBARAN MEF 2 (2015 - 2019)

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEikmsn7yW_3ClL7tiBVFJpNQF2txNeJYKqma_ttE4XHwjnl7-g8_57OBUBn89dGY42bzvA0vkc6H-iA67mJt2eRkT3AyTVocz5tRF5-zaEvE8FMCyI4WAeew3hmBxyf-ANG8S0JbmKxEwE/s1600/62083_162651197078480_100000008034354_543638_928315_n.jpg

· Pengadaan satelit militer · Penerapan Kogabwilhan
· Pemenuhan alutsista 3 Divisi Marinir
· Pemenuhan alutsista 3 Divisi Kostrad
· Pengadaan sistem jaringan pertahanan udara strategis
· Pengadaan peluru kendali SAM jarak sedang
· Pengadaan peluru kendali SAM jarak pendek
· Pembelian 2-3 kapal perang jenis Destroyer
· Pembelian 5-6 kapal perang jenis Fregat
· Pengadaan 2 kapal perang jenis LPD atau LHD
· Lanjutan Proyek PKR 10514 dengan 4 opsi kapal perang
· Lanjutan Proyek KCR 60 m dengan opsi 6 kapal perang
· Lanjutan Proyek KCR 40 m dengan opsi 6 kapal perang
· Penyelesaian 3 kapal selam Changbogo
· Kedatangan 6 kapal selam Kilo
· Kedatangan 1 skuadron jet tempur Sukhoi SU35
· Penambahan 1 skuadron jet tempur (Gripen, Rafale, Typhoon)
· Produksi bersama peluru kendali anti kapal C705
· Pengembangan varian peluru kendali C705
· Pengembangan Roket Rhan jarak tembak 100 km
· Pembelian 7 pesawat CN295 batch 2
· Pembelian 3 pesawat AEW
· Pembelian 2 pesawai intai strategis
· Pembelian 200 MBT (Main Battle Tank)
· Produksi 100 Tank medium Pindad
· Pembelian MLRS Astross batch 2
· Pembelian 100 Panser Anoa Canon
· Pembelian 100 Tank amfibi BMP3F

****

Jagvane / Dari berbagai sumber

analisis alutsista

Rakor Pengamanan Pertahanan Udara Ibukota


Operasi tangkis sergap merupakan salah satu tugas Kosekhanudnas I yang dilaksanakan sepanjang tahun di wilayah strategis operasionalnya, salah satunya pengamanan wilayah udara ibukota.

Jakarta : PANGLIMA Kosekhanudnas I Marsekal Pertama TNI Tri Budi Satriyo, S.IP, M.M memimpin rapat koordinasi dalam rangka PAM Hanud Ibukota pada operasi tangkis sergap tahun 2014 di ruang rapat Suma 3, Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Selasa (4/2/2014) kemarin.

Dalam sambutan singkatnya, Pangkosekhanudnas I berharap dengan adanya rapat koordinasi ini segala sesuatu yang menjadi permasalahan agar disampaikan dan dicarikan solusinya. "Optimalkan koordinasi ini sebaik mungkin sehingga dalam pelaksanaan nanti semua unsur mengetahui tugasnya masing-masing," tegasnya.

Disampaikan pula oleh Pangkosekhanudnas I kepada seluruh unsur yang terlibat dalam kegiatan tersebut agar mengutamakan keselamatan (Safety First) dengan tetap berpedoman pada prosedur dan ketetapan.

Operasi tangkis sergap merupakan salah satu tugas Kosekhanudnas I yang dilaksanakan sepanjang tahun di wilayah strategis operasionalnya, salah satunya pengamanan wilayah udara ibukota.

Unsur yang terlibat didalamnya tentunya satuan radar di jajaran Kosekhanudnas I, 1 Flight tempur sergap F-16 Fighting Falcon Skadron Udara 3 dan EC-120B Colibri Skadron Udara 7 sebagai SAR serta personel Paskhas. Selain itu rapat juga melibatkan personel ATC bandara Soekarno-Hatta maupun bandara Halim Perdanakusuma.

pelita online 

TNI AU: Pesawat Tempur Terbang Rendah di Batam Milik Australia

http://1hdwallpapers.com/wallpapers/f_18_hornet.jpg
F18 Hornet USAF (The Walpaper)
Jakarta : Misteri pesawat tempur yang terbang rendah di di wilayah Sekupang, Batam, Provinsi Kepri, Jumat (7/2/2014), sekitar pukul 14.30 WIB, akhirnya terjawab.

Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsekal Pertama Hadi Tjahjanto menyebutkan, bahwa pesawat itu milik Australia.

"Itu pesawat jenis F-18 Super Hornet, milik Ausralia dengan tujuan Singapura yang rencananya akan berpartisipasi dalam air show," kata Hadi saat dihubungi Tribunnews.com, Sabtu (8/2/2014).

Hadi menegaskan, bahwa pesawat buatan Amerika Serikat itu sudah memiliki flight clearance (izin terbang). Dirinya menyebutkan, alasan pesawat itu terbang rendah, lantaran akan mendarat di landasan udara Singapura yang tak jauh kawasan pelabuhan di Batam tersebut.

"Mungkin juga jadwal pesawat yang akan mendarat di Singapura padat, jadi pesawat terbang sambil menunggu landing di atas Batam. Tapi sudah memiliki izin," jelasnya.

Sebelumnya, pesawat berwarna abu-abu kehitaman itu terbang rendah di langit Sekupang menuju Singapura. Saking rendahnya, sisi kanan dan kiri sayap pesawat itupun dapat jelas terlihat.

Selang beberapa detik berikutnya, pesawat serupa menyusul di bagian belakang. Suara beratnya masih sama.

Nyaris memekakkan telinga. Sama seperti pesawat sebelumnya, sisi kanan dan kiri pesawat tampak kosong alias tak membawa peralatan tempur semisal bom.

Danlanud Iswahjudi Lepas Pesawat T-50i Golden Eagle ke Jakarta

Adapun keberangkatan empat pesawat T-50i Golden Eagle tersebut merupakan tahap kedua

Danlanud Iswahjudi Lepas Pesawat T-50i Golden Eagle ke JakartaMadiun : KOMANDAN Lanud Iswahjudi, Marsekal Pertama TNI Yuyu Sutisna, S.E., memimpin langsung keberangkatan pesawat T-50i Golden Eagle ke Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Jumat (7/2/2014).

Keberangkatan pesawat T-50i Golden Eagle tersebut dalam rangka kesiapan penyerahan ke-16 pesawat Golden Eagle ke pemerintah Indonesia dari pihak Korea yang direncanakan tanggal 13 Februari mendatang.

Adapun keberangkatan empat pesawat T-50i Golden Eagle tersebut merupakan tahap kedua dari empat tahap yang direncanakan berturut-turut selama empat hari, dengan tail number T-5005 sampai dengan T-5008.

Sementara Komandan Lanud Iswahjudi, Marsekal Pertama TNI Yuyu Sutisna, S.E., beserta Komandan Skadron Udara 15, Letkol Pnb Wastum menerbangkan Pesawat T-5005 Golden Eagle.

pelita online 

Blunder Diplomatik Singapura

Lee KY di Pemakaman Pahlawan Kalibata
Protes Singapura dengan penamaan KRI striking force Indonesia yang baru, KRI Usman Harun merupakan cermin keangkuhan dari negeri yang tak punya pahlawan dan taman makam pahlawan itu. Ada beberapa hal yang ingin kita garis bawahi dalam penyampaian keberatan itu. Yang pertama pernyataan itu diumumkan lebih dulu ke media, setelah itu Menlu K Shanmugam baru berkunjung ke Jakarta. Lebih jauh dari itu dampaknya membuka luka lama sejarah kedua bangsa. Namun blunder itu justru mempopulerkan kisah heroik pasukan komando angkatan laut (KKO) Indonesia terutama di mata generasi mudanya.

Sekadar mengingatkan pada era Dwikora, Singapura itu belum lahir, artinya perselisihan tentang pembentukan negara Malaysia tidak ada kaitannya dengan “provinsi” Singapura waktu itu. Sehingga sabotase yang dilakukan Usman dan Harun di Orchard tanggal 10 Maret 1965 harus dilihat sebagai bagian dari operasi ganyang Malaysia. Dwikora belum selesai, Singapura melepaskan diri dari persekutuan Tanah Melayu tanggal 9 Agustus 1965. Artinya dia sendiri menelikung nilai perjuangan persekutuan tersebut.

Lembar sejarah berikutnya, konfrontasi berakhir kemudian ASEAN didirikan di Bangkok tanggal 8 Agustus 1967. Lima negara ASEAN sebagai pendirinya termasuk Singapura sesungguhnya ada dalam nawaitu dan tekad untuk tidak lagi bermusuhan, bersahabat dan bekerjasama. Termasuk Filipina yang tak lagi meributkan Sabah. Perjalanan kemudian membuktikan bahwa persahabatan Indonesia dan Malaysia semakin merapat sementara Singapura masih memendam benci. Terbukti dengan eksekusi hukuman gantung kedua marinir Indonesia itu tanggal 17 Oktober 1968.

Namun meski sakit menyesak dada bagi sebagian besar rakyat bangsa ini pada waktu itu, Presiden Soeharto memperlihatkan sikap tenang untuk tetap melanjutkan niat baik ASEAN tadi. Setelah terjadi kerusuhan rasial di Semenanjung Malaysia tahun 1969, Malaysia merapat ke Indonesia. Bagi pemerintah Malaysia kerusuhan antar etnis ini adalah penelikungan kedua yang dilakukan etnis tertentu setelah Singapura melepaskan diri dari persekutuan. Maka untuk tetap memegang kendali etnis, Malaysia dan Indonesia sepakat pada tahun 1971 melalui operasi rahasia “Soeharto-Tun Razak” memasukkan puluhan sampai ratusan ribu warga Indonesia ke Malaysia. Inilah sejarah awal masuknya tenaga kerja Indonesia. Dan ini juga yang mestinya harus dihormati oleh Malaysia sebagai perjuangan agar etnis tertentu di Malaysia tetap memegang kendali dominasi persentasi jumlah.

Kedekatan hubungan Indonesia-Malaysia membuat Lee Kuan Yew merasa terjepit dan sedikit paranoid. Maka melalui upaya diplomasi yang optimal PM Lee “berhasil” mengunjungi Jakarta tahun 1973 itu pun dengan satu syarat yang diajukan Soeharto yaitu bersedia berziarah ke makam kedua pahlawan nasional itu, Usman dan Harun. PM Lee bersedia menabur bunga kembang pahlawan. Ini adalah kemenangan diplomatik Indonesia yang paling indah dan mengharukan sepanjang dekade 70an. Maka secara logika rasional dan emosional seharusnya tidak ada lagi ganjalan pola pikir dan sesak nafas emosi diri dalam hubungan kedua negara.

Oleh sebab itu maka keberatan pemberian nama KRI Usman Harun merupakan blunder diplomatik bagi Singapura sekaligus memberikan ruang amunisi nasionalis patriotik bagi bangsa ini utamanya generasi mudanya. Puluhan juta generasi muda Indonesia rela membuka kembali halaman sejarah kelam itu lewat berbagai media sosial dan media lain, dan “menikmati” kisah heroik Usman Harun. Singapura sepertinya tak paham dengan sejarah masing-masing bangsa. Dalam perang Iran-Irak tahun 80an ratusan ribu tentara mati. Bagi Iran tentaranya itu syuhada, bagi Irak tentaranya itu juga syuhada. Bagi Iran tentara Irak adalah penjahat perang demikian juga sebaliknya. Singapura harus melihat diri sisi ini. Tetapi lebih penting dari itu jangan selalu mendikte dan superior dalam hubungan bertetangga, biasa-biasa aja lah. Indonesia itu sudah banyak memberikan manfaat eksistensi bagi tetangga sekitarnya utamanya Singapura.

Dari semua dinamika yang terjadi belakangan ini, perlakuan tetangga-tetangga itu memang pada akhirnya harus dijawab dengan perkuatan militer sebagai basis kekuatan diplomasi selera tinggi. Perkuatan militer adalah jawaban tak tertulis yang akan menyadarkan para tetangga untuk bisa menghormati negara kepulauan terbesar di dunia ini. Perkuatan militer Indonesia beriringan dengan kekuatan nyata nilai PDB (Produk Domestik Bruto) yang dimilikinya meski persentasenya masih nol koma sekian persen. Meski jumlahnya tetap konstan saja misalnya 0,8 % dari PDB, jika PDBnya naik terus maka otomatis belanja militernya juga naik kelas. Artinya potensi kekuatan belanja militer Indonesia sesungguhnya lebih dahsyat dari Singapura yang PDBnya hanya sepertiga dari PDB Indonesia.

Singapura mestinya harus membaca prediksi dan perspektif ke depan dalam pola etika bertetangga. Dan harus ngaca diri. Sekuat apapun milter Singapura bukanlah merupakan ancaman bagi Indonesia. Penjelasannya mudah, itu negeri cuma segede Batam, hanya satu titik dalam konteks pertahanan. Sedangkan Indonesia terdiri dari beribu-ribu titik. Dalam strategi militer tentu pertahanan satu titik lebih mudah dihancurkan daripada yang punya beribu titik. Tetapi jangan khawatir karena RI sungguh tak punya niat untuk itu dan justru Singapura harus berterimakasih karena Indonesia sudah menganggap negeri pulau kota itu sebagai daerah tujuan wisata belanja atau “provinsi darmawisata”.

Elok-eloklah kita berjiran, tak perlu merasa superior karena pola hubungan itu saat ini dan seterusnya sudah masuk dalam bingkai saling memberi dan menerima. Bolehlah ente bangga dengan keberhasilan ekonomi mencapai negara kesejahteraan, pusat keuangan no 4 di dunia, pusat wisata belanja dan berbagai penghargaan keberhasilan multi dimensi. Tapi jangan karena predikat kehebatan itu ente lalu berupaya mendikte tetangganya. Indonesia sudah memastikan dirinya ada di 15 besar ekonomi dunia dan akan terus berpacu menuju negara kesejahteraan yang kuat nilai-nilai kebangsaannya. Sejalan dengan itu modernisasi militer RI juga tengah berlangsung termasuk membeli 3 kapal perang light fregat dari Inggris yang salah satunya diberi nama KRI Usman Harun.

Singapura harus mulai memahami mengapa semua komponen bangsa Indonesia mulai dari kalangan pemerintahan, parlemen, dan rakyat bangsa ini serentak menyuarakan ketidaksenangannya terhadap “intervensi”keangkuhan diplomatik negeri itu. Jalan-jalan ke masa depan akan memberikan nilai prediksi itu. Perkembangan ekonomi, kekuatan ekonomi, kekuatan militer, jumlah penduduk dan masa depan Indonesia sesungguhnya lebih terjamin dibanding eksistensi sebuah negara jasa yang mungil tapi arogan. Berhati-hatilah dengan pertanda jaman, kebangkitan ekonomi dan militer Indonesia.
****
Jagvane / 8 Feb 2014

analisis alutsista 

Baku tembak di Poso memakan korban lagi


http://makassar.tribunnews.com/foto/bank/images/polisi-korban-Poso.jpg
Korban Poso (Tribunnews)
Palu : Satu regu Brimob Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah melakukan patroli rutin di Desa Taunca, Kecamatan Poso Pesisir Utara, Kabupaten Poso, Kamis, sekitar pukul 10.00 WITA.

Mereka melakukan patroli di wilayah perkebunan yang berada di perbukitan dengan lokasi terjal dan harus dilalui dengan jalan kaki.

Pada sekitar pukul 10.30 WITA, regu brimob berseragam cokelat itu dikejutkan oleh serangan tembakan yang dilakukan oleh sejumlah orang sipil bersenjata dari balik semak-semak dan rumah gubuk. Putu Satria jatuh tersungkur.

Prajurit brimob berpangkat Bhayangkara Dua (Bharada) itu tertembus peluru di bagian tubuh yang mematikan. Beberapa rekannya menolong, sementara lainnya membalas tembakan ke arah suara letusan lawan.

Putu Satria diangkat rekannya untuk segera mendapat pertolongan pertama. Saat itu kondisi Putu Satria kritis. Tuhan berkendak lain, nyawa Putu Satria tak tertolong saat dievakuasi untuk dibawa ke rumah sakit. Baju seragam Putu memerah kehitaman karena menyerap banyak darah dari tubuhnya.

Beberapa anggota brimob lainnya menyerang dan mengejar kawanan bersenjata, dan terlibat aksi saling tembak di perkebunan.

Seorang anggota kawanan sipil bersenjata tewas ditembak aparat, dan seorang pria berinisial F tertembak di bagian kaki dan segera diamankan. Pengejaran terus dilakukan.

Kepala Polres Poso AKBP Susnadi juga berada di sekitar lokasi penembakan untuk memberikan arahan kepada prajuritnya.

Dalam pengejaran pelaku penembakan yang berlangsung di kaki bukit Padanglembara itu, polisi menemukan senjata api dan beberapa bom rakitan terbungkus pipa yang biasa dikenal dengan istilah bom lontong.

Barang-barang berbahaya itu adalah milik kawanan diduga teroris yang digunakan untuk menyerang patroli polisi.

Kepala Kepolisian Daerah (Polda) Sulawesi Tengah Brigjen Pol Ari Dono Sukmanto menduga kuat komplotan sipil bersenjata itu adalah anak buah Santoso yang merupakan buronan paling dicari saat ini.

Saat ini ada 21 buronan kasus kekerasan Poso yang besembunyi di hutan.

Pada akhir Desember 2013, Densus 88 Antiteror menangkap terduga teroris berinisial AM di Kabupaten Poso. AM diduga adalah panglima teroris yang mengendalikan pergerakan di wilayah Kota Poso. AM adalah lelaki yang berada di sebelah kanan Santoso seperti pada tayangan yang terlihat di "Youtube" beberapa waktu lalu. Bisa jadi, Santoso dendam karena anggota andalannya diringkus polisi.

Meski telah terjadi aksi baku tembak, Ari Dono menyatakan saat ini belum ada rencana penambahan aparat di Kabupaten Poso menyusul insiden kontak senjata mematikan itu. "Jumlah pasukan di sana masih cukup," kata Ari Dono saat ditemui wartawan di Mapolda Sulawesi Tengah di Kota Palu.

Saat ini aparat Brimob Polda Sulawesi Tengah dan aparat Polres Poso masih mengejar para kelompok sipil bersenjata itu yang lari di wilayah hutan pegunungan di perbatasan Kabupaten Poso dan Kabupaten Parigi Moutong.

Medan Sulit

Sebelumnya, Kepala Polres Poso AKBP Susnadi mengatakan aparat keamanan kesulitan menangkap gerombolan sipil bersenjata yang bersembunyi di pegunungan yang membentang hingga ke daerah Sulawesi Selatan.

Banyak warga sipil menyangka aparat bisa dengan mudah menyergap kawanan diduga teroris yang bersembunyi di hutan karena lokasi pelatihannya sudah diketahui.

"Tidak semudah itu, pegunungannya berkelak-kelok dengan medan yang belum dikenali," katanya.

Jika dilihat dari udara, kawasan pegunungan itu terdapat banyak jalan setapak yang mungkin telah dihafal oleh kelompok sipil bersenjata.

Beberapa waktu lalu, aparat gabungan mencari teroris di Gunung Biru. Petugas tidak menemukan teroris namun menemukan ribuan peluru dan sejumlah bahan pembuat bom.

Di kawasan hutan tersebut juga ditemukan jebakan berupa lubang sedalam dua meter yang di bawahnya ditanam belasan kayu runcing menghadap ke atas.

"Sementara kita mencari dengan penuh hati-hati, para teroris sudah lari jauh," kata Susnadi.

Polisi tewas di Kabupaten Poso tidak hanya terjadi pada awal Februari 2014.

Pada 20 Desember 2012, empat dari sembilan prajurit tewas diberondong kelompok sipil bersenjata saat berpatroli di antara Desa Tambarana dan Desa Kalora, Kabupaten Poso.

Keempat korban tewas itu adalah Briptu Ruslan, Briptu Winarto, Briptu Eko Wijaya Sumarno serta Briptu I Wayan Putu Aryawan.

Sebagian besar korban terkena tembakan di daerah vital, yakni kepala, dada dan perut.

Sementara itu lima dari sembilan anggota Brimob yang selamat saat terjadi baku tembak juga mengalami luka serius di tubuhnya.

Sebelumnya pada 16 Oktober 2012 ditemukan jasad dua anggota Polres Poso bernama Brigadir Sudirman dan Briptu Andi Sapa di Dusun Tamanjeka. Mereka dibunuh oleh kelompok teroris karena ketahuan akan menyelidiki lokasi latihan bertempur Santoso dan kawan-kawan.

Kedua polisi itu dikubur dalam satu lobang sedalam kurang dari satu meter. Keduanya tewas mengenaskan dengan mengalami luka sayatan benda tajam di leher dan di beberapa bagian tubuhnya.

Pada awal Juni 2013, Markas Polres Poso juga diguncang bom bunuh diri yang menewaskan pelakunya sendiri dan tidak melukai polisi.

Sampai kapan teror kepada polisi akan terjadi? Kapan kelompok radikal di Kabupaten Poso dapat ditumpas? Pertanyaan tersebut hingga saat ini belum bisa terjawab.

Menurut Kapolres Susnadi, persoalan kesejahteraan ekonomi jika bisa dibenahi bisa menekan ancaman gerakan radikalisme secara perlahan.

Polisi juga gencar merangkul masyarakat dan kalangan pelajar untuk mencegah paham-paham sesat dan menyesatkan.(R026/Z002)
 

Pesawat Tempur Singapura Terbang Rendah di Langit Batam

Pesawat Tempur Singapura Terbang Rendah  di Langit Batam
Ilustrasi Pesawat F 16 milik angkatan udara Singapura 
BATAM,  - Suara berat lintasan pesawat tiba-tiba saja terdengar di langit Batam, Jumat (7/2/2014) sekitar pukul 14.30 WIB. Beberapa pewarta yang saat itu berada tak jauh dari Mapolsek Sekupang, Batam, seketika keluar mencari tahu asal suara. Hal serupa juga dilakukan seorang polisi di Mapolsek Sekupang.

Dari langit Batam, sebuah pesawat tempur Singapura yang diperkirakan jenis F-16 melintas dengan kecepatan sedang. Pesawat berwarna abu-abu kehitaman itu terbang rendah di langit Sekupang menuju Singapura. Saking rendahnya, sisi kanan dan kiri sayap pesawat itupun dapat jelas terlihat.

Selang beberapa detik berikutnya, pesawat serupa menyusul di bagian belakang. Suara beratnya masih sama. Nyaris memekakkan telinga. Sama seperti pesawat sebelumnya, sisi kanan dan kiri pesawat tampak kosong alias tak membawa peralatan tempur semisal bom.
"Sakit kali telinga dengar suaranya tadi. Waktu aku lihat ke atas sudah nggak ada lagi pesawatnya, tapi suaranya masih ada," ucap Aya, seorang warga Sekupang.
"Seperti itu aja suaranya udah buat takut orang. Bagaimana kalau benar-benar perang tadi," ucap warga lainnya menimpali.

Belum diketahui pasti apa tujuan pesawat perang asing itu melintas di langit Batam. Namun kehadiran pesawat perang ini sempat menjadi perbincangan di tengah hangatnya kemunculan kapal perang Indonesia yang diberi nama Usman Harun.

Usman merupakan nama seorang marinir asal Indonesia yang beberapa waktu lalu melakukan pengeboman di Singapura. Iapun mendapat hukuman mati atas tindakannya itu. Sementara di Indonesia, nama Usman diabadikan menjadi nama sebuah kapal perang Indonesia.
"Apa karena kapal perang Indonesia terbaru namanya Usman Harun, makanya Singapura mau menunjukkan kekuatannya ke kita, nggak tahu jugalah," ucap Adi, warga lainnya.

Tribun

Kisah Aksi Usman-Harun Sebagai Pahlawan Dwikora


Penyambutan Jenasah Pahlawan Dwikora
TNI AL berniat menamai kapal perangnya dengan nama KRI Usman Harun. Dua prajurit Korps Komando Angkatan Laut (kini Marinir TNI AL), yang mengebom Singapura saat operasi Dwikora tahun 1965.

Namun pemerintah Singapura mengajukan keprihatinan mereka. Mereka tak setuju orang yang melakukan serangan di wilayah Singapura malah dijadikan nama kapal perang.

Menanggapi ini TNI AL menyatakan penamaan kapal perang Usman Harun sudah melalui prosedur tetap. Nama KRI diberikan sebagai penghormatan bagi para pahlawan nasional atau prajurit TNI AL yang berjasa luar biasa untuk bangsa dan negara.

"Proses penamaan sudah melalui prosedur dan dilakukan oleh anggota tim yang ditunjuk. Kami memilih nama KRI Usman Harun karena mereka adalah pahlawan nasional yang berjasa kepada bangsa ini," kata Kadispen TNI AL Laksamana Untung Surapati, Selasa (6/2).

Pengabdian Sersan Usman dan Kopral Harun tak akan dilupakan TNI AL dan seluruh bangsa Indonesia. Dua prajurit KKO ini digantung pemerintah Singapura saat konfrontasi Dwikora tahun 1968.

Periode 1960an, pemerintahan Soekarno memang gerah dengan pembentukan Negara Malaysia. Singapura yang anggota persemakmuran Inggris ini juga dianggap pangkalan Blok Barat yang dapat mengancam Republik Indonesia.

Soekarno mengirim ribuan sukarelawan untuk bertempur di perbatasan Kalimantan dan Serawak. Berbagai operasi intelijen juga digelar di Selat Malaka dan Singapura. Tujuannya untuk mengganggu stabilitas keamanan di Singapura.

Adalah Usman dan Harun, dua anggota satuan elite KKO yang ditugaskan untuk mengebom pusat keramaian di Jl Orchard, Singapura. Mereka berhasil menyusup ke Mac Donald House dan meledakkan bom waktu di pusat perkantoran yang digunakan Hongkong and Shanghai Bank itu.

Ledakan dahsyat itu menghancurkan gedung tersebut dan gedung-gedung sekitarnya. Tiga orang tewas sementara 33 orang terluka parah. Beberapa mobil di Jl Orchard hancur berantakan. Peristiwa itu terjadi 10 Maret 1965.

Setelah menyelesaikan misinya, Usman dan Harun berusaha keluar Singapura. Mereka berusaha menumpang kapal-kapal dagang yang hendak meninggalkan Singapura namun tidak berhasil. Pemerintah Singapura telah mengerahkan seluruh armadanya untuk memblokir Selat Malaka. Hampir tidak ada kesempatan untuk kabur.

Usman dan Harun kemudian mengambil alih sebuah kapal motor. Malang, di tengah laut kapal ini mogok. Mereka pun tidak bisa lari dan ditangkap patroli Singapura.

Keduanya dijebloskan ke penjara. Hakim mengganjar mereka dengan hukuman gantung atas kasus pembunuhan, penggunaan bahan peledak dan melakukan tindakan terorisme. Pemerintah Indonesia mencoba banding dan mengupayakan semua bantuan hukum dan diplomasi. Gagal, semuanya ditolak Singapura.

Suatu pagi, selepas subuh tanggal 17 Oktober 1968, keduanya dikeluarkan dari sel mereka. Dengan tangan terborgol dua prajurit ini dibawa ke tiang gantungan. Tepat pukul 06.00 waktu setempat, keduanya tewas di tiang gantungan.

Presiden Soeharto langsung memberikan gelar pahlawan nasional untuk keduanya. Sebuah Hercules diterbangkan untuk menjemput jenazah keduanya. Pangkat mereka dinaikkan satu tingkat secara anumerta. Mereka juga mendapat bintang sakti, penghargaan paling tinggi di republik ini.

Setelah tiba di Jakarta, hampir satu juta orang mengiringi jenazah mereka dari Kemayoran, Markas Hankam hingga Taman Makam Pahlawan Kalibata. Semuanya menangisi nasib dua prajurit ini dan mengutuk Malaysia. Apalagi Korps KKO yang merasa paling kehilangan.

"Jika diperintahkan KKO siap merebut Singapura," ujar Komandan KKO, Mayjen Mukiyat geram di depan jenazah anak buahnya.

Pemerintah menghormati jasa kedua prajurit tersebut. Berdasarkan SK Presiden RI No.050/TK/Tahun 1968, tanggal 17 Oktober 1968. Keduanya dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta.


Ketika Indonesia bela mati-matian vonis mati Usman dan Harun


Lee Kuan Yew di Pemakaman Usman - Harun
Di balik tragedi Usman dan Harun, dua anggota marinir Indonesia yang divonis hukuman mati oleh pengadilan Singapura pada pemerintahan Orde Lama. Mereka dituduh melakukan infiltrasi oleh Singapura terkait operasi konfrontasi dengan Malaysia.

Atas kejadian itu, Presiden RI Soeharto menunjuk Letnan Kolonel Angkatan Darat Abdul Rachman Ramly untuk menyelesaikan masalah tersebut. Melalui hubungan diplomatik, Ramly menyatakan kepada Singapura bahwa Usman dan Harun agar tidak dihukum mati. Namun, Singapura berkukuh menghukum mati Usman dan Harun.

Singapura termasuk negara persemakmuran sehingga keputusan hukum tertinggi ada di London, Inggris. Dibantu pengacara Singapura, pemerintah RI mengajukan banding ke London. Hasil banding pun tidak diterima.

"Tentu saja saya kecewa dan mengajukan permohonan untuk menunda hukuman itu. Saya mengatakan bahwa saya akan melapor dulu ke pemerintah pusat Jakarta, juga mengabarkan perihal pelaksanaan hukum gantung itu kepada keluarga Usman dan Harun," ujar Ramly dalam buku Pak Harto 'The Untold Stories'.

Kendati demikian, Ramly ingin melapor kepada Pak Harto di Jakarta. Namun, beberapa orang dari Departemen Luar Negeri RI yang menyarankan agar tidak melaporkan perkembangan kasus tersebut kepada Soeharto karena tidak ada gunanya.

"Bagi kami, masalah anak buah harus kami tuntaskan. Bagi saya pribadi, saya juga tidak bisa membiarkan warga Indonesia mendapat masalah di luar negeri. Saya tetap melapor kepada Pak Harto," ujarnya.

Ketika melapor ke Soeharto, Ramly berterus terang mengenai kondisi yang dihadapi. Berikut perbincangan Ramly dengan Soeharto.

Soeharto bertanya kepada Ramly, "Mengapa Singapura ingin sekali menggantung mereka?"

"Kesimpulan umum kami, Pak, Singapura itu kan negara kecil. Sebagai negara kecil, mereka ingin eksis. Maka mereka menggunakan alasan rule of law yang harus ditegakkan. Hukum yang diterapkan di Singapura adalah hukuman mati," jawab Ramly.

Soeharto kembali menimpali, "Bagaimanapun kita tetap harus berusaha keras agar Usman dan Harun tidak digantung."

Mendengar itu, Ramly, kemudian meminta Soeharto menulis surat kepada pemerintah Singapura, isinya minta agar Usman dan Harun tidak dihukum mati. Lalu penguasa Orde Baru itu memenuhi saran Ramly. Dengan berbekal surat tersebut, Ramly menemui Presiden Singapura Yusuf Ishak, yang didampingi Wakil Perdana Menteri.

Waktu itu, Presiden Singapura menyatakan, urusan pemerintahan berada di tangan Perdana Menteri Lee Kuan Yew. Sedangkan dirinya hanya lambang negara tanpa kewenangan pemerintahan.

Pada peristiwa itu sempat membuat ketegangan hubungan Indonesia dengan Singapura. Sehingga menjelang hukuman gantung, seluruh staf kedutaan Indonesia di Singapura dipulangkan serta kapal-kapal milik Indonesia pun pulang membawa warga negara Indonesia.

"Di lapangan terbang Halim Perdanakusuma, masyarakat menyemut menyambut jenazah Harun dan Usman," ujar Ramly.

Setelah kematian Usman dan Harun, dua tahun kemudian Lee Kuan Yew ingin berkunjung ke Indonesia. Soeharto, menyilakan tapi dengan syarat, Lee harus meletakkan karangan bunga langsung di makam Usman dan Harun di Taman Makam Pahlawan, Kalibata, Jakarta.

"Syarat itu sungguh tidak lazim, namun entah dengan pertimbangan apa PM Lee setuju meletakkan karangan bunga di makam Usman dan Harun. Baru setelah itu hubungan Jakarta-Singapura membaik," ujar Ramly.(mdk/mtf)

Merdeka 

Kapolri Ingatkan Brimob Lebih Waspada Hadapi Teroris

Kapolri Evaluasi Penggunaan Pelindung Badan saat Patroli
Brimob di Poso
JAKARTA : Kapolri Jenderal Polisi Sutarman memberikan perhatian khusus dalam menghadapi ancaman teror. Khususnya anggota Brimob yang melakukan penegakan hukum terhadap para pelaku teror.

Sutarman mengatakan, sel-sel terorisme yang hidup di berbagai daerah, merupakan tantangan khusus bagi Polri untuk mencegah sekaligus menegakkan hukum terhadap pelaku-pelakunya.

"Anggota kita telah banyak yang gugur untuk menghadapi terorisme di beberapa tempat, sehingga perlu perhatian khusus yang dilakukan personel-personel kita, khususnya personel Brimob dalam menghadapi kejahatan dan kekerasan yang berdampak terhadap keamanan dan ketertiban masyarakat," kata Sutarman saat melantik pejabat tinggi Polri di Rupatama Mabes Polri, Jakarta Selatan, Jumat (7/2/2014).

Selain teroris, kejahatan trans nasional lainnya yang harus menjadi perhatian Polri adalah kejahatan cyber. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi menyebabkan perkembangan kejahatan cyber di Indonesia sangat pesat. Hal tersebut mengakibatkan berbagai kerusakan situs-situs milik pemerintah maupun swasta yang berakibat terganggunya komunikasi dan dinamikan hubungan antarserver ataupun antarinstitusi.

"Oleh karena itu diperlukan kemampuan untuk melacak sekaligus untuk menegakan hukum terhadap cyber crime," katanya.

Kejahatan narkotika pun menjadi perhatian Kapolri. Narkoba bisa masuk melalui pelabuhan-pelabuhan resmi maupun ilegal. Tingginya angka kejahatan narkotika berdampak terhadap generasi bangsa Indonesia, bukan hanya generasi muda tetapi generasi Indonesia secara keseluruhan.

"Semuanya hampir tercemar oleh narkotika ini, semuanya harus menjadi tanggungjawab Polri untuk mencegah masuknya barang-barang ilegal, masuknya narkoba ke Indonesia dan sekaligus melakukan penegakan hukum selain kejahatan-kejahatan lintas negara lain yang akan berdampak terhadap Kamtibmas yang perlu penanganan secara khusus," ungkapnya.

Kapolri Evaluasi Penggunaan Pelindung Badan saat Patroli 

Polri berduka atas gugurnya anggota Brimob Bharada, Putu Satria Wibawa dalam peristiwa baku tembak dengan kelompok teroris di Poso, Sulawesi Tengah, Kamis (6/2/2014).

Kapolri Jenderal Polisi Sutarman mengatakan, Polri akan mengevaluasi peralatan anggotanya yang bertugas di wilayah-wilayah rawan untuk senantiasa menggunakan pelindung badan.

"Ini menjadi evaluasi bagi kita, jadi setiap anggota yang berpatroli di tempat rawan kita akan lengkapi dengan body protector termasuk di Papua sehingga tidak sia-sia menjadi korban," kata Sutarman di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Jumat (7/2/2014).

Menyikapi keberadaan teroris, Sutarman mengatakan bahwa sel teroris akan tetap hidup dengan merencanakan target-target tertentu diantaranya anggota kepolisian.

Tetapi dalam peristiwa di Poso yang menyebabkan gugurnya anggota brimob, sebetulnya kelompok teroris tidak menargetkan anggota Pori, tetapi memang bagian dari operasi Polri dalam upaya memberantas terorisme di Poso.

Dalam rangka mempersempit gerak teroris di Poso, kepolisian pun sudah bekerjasama dengan pihak TNI untuk menjadikan lokasi-lokasi yang disinyalir menjadi tempat pelatihan teror di Poso sebagai tempat latihan militer TNI. Dengan hal tersebut dikatakan Kapolri pihaknya bisa mengetahui posisi-posisi kelompok bersenjata tersebut.

"Sehingga menyimpan senjata menyimpan bom di sana bisa terdeteksi, jadi bisa dilakukan kerjasamanya seperti itu. Militer sudah yang sudah latihan di sana diantaranya Kodam Tanjungpura dan selama ini sudah cukup aman sehingga patroli tetap kita lakukan," katanya.

Kronologi Baku Tembak Brimob dengan Terduga Teroris di Poso

Kronologi Baku Tembak Brimob dengan Terduga Teroris di Poso
Foto paska Kejadian di Poso
Aksi baku tembak antara kelompok terduga teroris dengan Satuan Brimob Daerah Polda Sulawesi Tengah terjadi di Desa Taunca, Kecamatan Poso Pesisir, Kabupaten Poso.

Akibat kejadian tersebut satu orang anggota brimob dan satu orang terduga teroris tewas dalam peristiwa yang terjadi sekitar pukul 09.30 WITA tersebut.

"Satu anggota Brimob tertembak dan meninggal dunia, satu tersangka kasus teror tertembak dan meninggal dunia, satu lagi tertembak dan mengalami luka di kakinya," kata Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Ronny Franky Sompie lewat pesan singkatnya, Kamis (6/2/2014).

Kejadian berawal saat pasukan gabungan Satuan Brimob Daerah Polda Sulawesi Tengah mengendus adanya tempat yang digunakan untuk latihan teror di Poso.

Kemudian tim gabungan Brimob pun melakukan penyisiran di wilayah tersebut sampai akhirnya mendapati sebuah pondok yang diduga dijadikan tempat untuk latihan kelompok tersebut di daerah dusun Impo Padang Lembara perbatasan Desa Taunca Kecamanatan Poso Pesisir Kabupaten Poso.

Tiba-tiba, pasukan Brimob yang akan melakukan penyisiran di lokasi langsung diberondong tembakan oleh kelompok tidak dikenal. Kemudian pasukan Brimob pun langsung membalas tembakan dan terjadilah baku tembak selama beberapa waktu.

Dari lokasi tersebut ditemukan berbagai alat bukti diantaranya satu pucuk senjata api rakitan laras panjang, satu buah casing bom lontong, 13 butir selongsong peluru caliber 5.56 milimeter, 34 buah potongan besi cor, satu pasang sepatu, dua celana pendek, satu buah lakban coklat, satu buah terpal warna biru, karung warna putih, dan plastik hitam pembungkus pot besi, cassing bom,selongsong peluru dan lakban.

Kabid Humas Polda Sulawasi Tengah AKBP Soemarno saat dihubungi wartawan membenarkan adanya penemuan barang bukti tersebut. "Kita temukan barang bukti senjata api dan bom lontong," katanya.

Tiga Jam Baku Tembak Polisi dengan Teroris di Poso

Tiga Jam Baku Tembak Polisi dengan Teroris di Poso
Foto Almarhum Anggota Brimob Bharada Putu Satria Wibawa
Baku tembak terjadi antara kelompok teroris dengan Tim Bravo Brimob Polda Sulawesi Tengah di Poso berkaitan dengan Operasi Aman Maleo dengan target operasi terorisme.

"Dalam hal ini, tim gabungan Polda Sulawesi Tengah bersama Densus 88 Antiteror Polri melakukan pendeteksian kembali di kawasan Lereng Gunung Biru yang dulu kita temukan tempat latihan dari pelaku teror, dan ini di wilayah Poso Pesisir," ungkap Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Pol Boy Rafli Amar di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Jumat (8/2/2014).

Dikatakan Boy peristiwa baku tembak antara pihak kepolisian dengan teroris pun pecah sekitar pukul 10.30 - 14.30 WITA setelah kepolisian memasuki sebuah tempat dan menemukan ada tanda-tanda aktivitas kegiatan teror.

Terendusnya tempat latihan kelompok teroris tersebut setelah petugas menemukan ada bahan material yang diduga kuat digunakan sebagai bahan peledak, termasuk senjata rakitan. Kepolisian pun mengintensifkan operasi di wilayah tersebut dengan memantau gerak-gerik orang-orang yang terkait dengan kelompok tersebut.

"Kemudian terjadi penembakan terhadap petugas dan akhirnya terjadi tembak-menembak kurang lebih 2 sampai 3 jam," kata Boy.

Akibat serangan dari kelompok teroris tersebut Bharada Putu Satria Wibawa terkena tembakan yang dilepaskan kelompok teroris sampai akhirnya meninggal dunia. Gugur dalam tugas Bharada Putu Satria pun dinaikan pangkatnya satu tingkat lebih tinggi menjadi Bharatu Anumerta.

"Hari ini jenazahnya dibawa ke Bali untuk dikembalikan kepada keluarga. Ini adalah anggota Brimob di Polda Sulawesi Tengah," katanya.

Dalam baku tembak tersebut dua terduga teroris tewas diterjang peluru petugas. Satu atas nama Fandi yang sempat mendapat perawatan, sementara satu orang lagi masih dalam proses identifikasi.

"Nanti kita akan cari tahu petunjuk, identitas yang ada untuk tahu jati dirinya. Kita libatkan tim DVI untuk diketahui datanya, baik anti mortem dan post mortemnya. Termasuk kalau ketahui pihak keluarga juga akan kita ambil contoh DNA-nya juga untuk menentukan jati diri yang sungguhnya," katanya.

Polri Akui Kelompok Teroris Santoso Lebih Menguasai Medan di Poso

Kapolri Jenderal Polisi Sutarman memastikan bahwa kelompok bersenjata yang terlibat baku tembak dengan Tim Bravo Brimob Polda Sulawesi Tengah merupakan kelompok teroris pimpinan Santoso.

Kelompok teroris Santoso ini merupakan kelompok yang aktif merekrut orang dan melatihnya di pegunungan-pegunungan yang ada di wilayah Poso.

"Mereka menguasai medan di sana begitu lihat berpakaian dinas langsung diserang duluan, nembak duluan membidiknya kan gampang," kata Sutarman di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Jumat (7/2/2014).

Dikatakannya, memang daerah Poso Pesisir menjadi wilayah yang menjadi target operasi Polri dalam mengamankan dari kelompok-kelompok teror. Dalam kejadian baku tembak yang menewaskan Bharada Putu Satria, memang anggota brimob menggunakan seragam dalam rangka memberikan ketenangan kepada masyarakat atas patroli yang dilakukan polisi.

"Patroli kan memang terbuka, preventif tujuannya biar masyarakat tenang tidak rahasia," katanya.

Dalam mengantisipasi supaya wilayah-wilayah pegunungan di Poso tidak dijadikan lokasi pelatihan teror, polisi pun sudah mengajak TNI untuk melakukan pelatihan militer di wilayah tersebut sehingga makin mempersempi ruang gerak kelompok yang disebut-sebut pimpinan Santoso tersebut.

"Kala ada latihan militer di area itu sehingga bisa mengetahui posisi-posisi mereka sehingga menyimpan senjata menyimpan bom di sana bisa terdeteksi bisa dilakukan kerja samanya seperti itu," katanya.

Tribun