Pages

Saturday, 1 November 2014

Misil Sukhoi TNI AU


 
Misl Sukhoi TNI AU (ANTARA/Joko Sulistyo)
Misl Sukhoi TNI AU (ANTARA/Joko Sulistyo)
Batam – Prajurit TNI Angkatan Udara sedang mengoperasikan forklift untuk mengangkat kotak berisi misil R-73 di Bandara Internasional Hang Nadim,  Jumat (31/10).
Misl Sukhoi TNI AU (ANTARA/Joko Sulistyo)
Misl Sukhoi TNI AU (ANTARA/Joko Sulistyo)
Misil buatan Vympel NPO/Tsibilisi Aircraft Manufacturing, Rusia yang memiliki bobot 105 kilogram dan berhulu ledak 7,4 kilogram itu memiliki daya jelajah 40 kilometer dengan kecepatan 2,5 mach dan merupakan senjata udara ke udara jarak pendek yang melengkapi pesawat Sukhoi jenis SU27 maupun SU30 TNI AU.

ANTARA

KRI Fatahillah 361 Laksanakan Mid Life Modernization


f7abac252ae5ed68121b92ba7a669d87_M
Flagship kapal kombatan TNI AL dari era 80-an, KRI Fatahillah 361, belum lama ini masuk dock untuk melaksanakan program MLM (Mid Life Modernization) di PT. Dok dan Perkapalan Surabaya Tanjung Perak, Surabaya. Seperti dikutip dari Dispen Koarmatim (23/10), 2014Panglima Komando Armada RI Kawasan Timur (Pangarmatim) Laksamana Muda TNI Sri Mohamad Darojatim, S.E meninjau KRI Fatahilah-361 yang tengah menjalani MLM. KRI Fatahilah 361 telah melaksanakan MLM selama 7 bulan, dari waktu dua tahun yang direncanakan.
Bagi yang belum familiar dengan MLM, ini adalah program modernisasi kapal perang ketika usia kapal perang yang dioperasikan sudah mencapai hampir batas usia ekonomis. Salah satu metode modernisasi kapal perang adalah melalui mid life modernisation. Dalam MLM, biasanya hampir semua instrumen kapal perang digantikan, baik CMS (Command Management System) maupun sistem pendorong. Sedangkan platform kapal selam menjalani proses penguatan lewat penggantian komponen. Di lingkungan armada TNI AL, beberapa tipe kapal perang lawas sudah menjalani program ini, seperti pada frigat Van Speijk Class yang dibuat pada dekade 60-an dan kapal selam KRI Cakra/KRI Nanggala.
Biasanya dalam program MLM di banyak Angkatan Laut dunia, kapal yang menjalani fase ini akan mendapatkan teknologi CMS yang setara dengan kapal perang yang lebih baru yang juga dioperasikan oleh Angkatan Laut tersebut. Pertimbangannya adalah hal itu lebih menguntungkan dari sisi logistik dalam hal pemeliharaan, juga lebih memudahkan dalam interoperability nantinya.
Van Speijk Class, sebenarnya inilah jenis kapal perang yang murni masuk segmen frigat bagi TNI AL
Van Speijk Class, sebenarnya inilah jenis kapal perang yang murni masuk segmen frigat bagi TNI AL

Problem MLM
Program mid life modernization (MLM) yang dilaksanakan oleh kekuatan laut Indonesia menghadapi berbagai tantangan, satu di antaranya tentang suku cadang kritis untuk berbagai komponen kapal perang. Tantangan tersebut muncul karena dalam program itu, tidak semua subsistem diganti dengan teknologi yang lebih baru. Akibatnya subsistem kapal perang keluaran program MLM merupakan campuran antara subsistem yang menggunakan teknologi yang lebih baru dengan subsistem yang masih mengandalkan pada teknologi awal yang disandang oleh kapal perang tersebut. Di situlah muncul isu suku cadang kritis bagi subsistem lama yang tidak mengalami penggantian selama program MLM dilaksanakan.
Munculnya isu tersebut karena subsistem itu tidak lagi didukung oleh pabrikannya, dalam bentuk produksi suku cadang. Suku cadang kritis seringkali secara nominal tergolong murah, namun dapat berakibat kerugian besar apabila tidak tersedia. Ketiadaan suku cadang itu atau setidaknya kelangkaan suku cadang tersebut dapat berpengaruh pada kinerja kapal perang secara keseluruhan. Sehingga pada akhirnya berujung pada kerugian dalam mengamankan kepentingan nasional yang terkait dengan domain maritim.
KRI Fatahillah 361
KRI Fatahillah 361
terma
Bertolak dari isu seperti ini, program MLM ke depan perlu disempurnakan pelaksanaannya.
Maksudnya, semua subsistem yang secara teknologi terus berevolusi sebaiknya diganti sekaligus dalam program itu. Jadi bukan sekedar sistem pendorong yang diganti, tetapi juga sewaco dan lain sebagainya. Bila biaya penggantian semua subsistem itu dinilai harganya mendekati harga membeli kapal perang baru, tentu akan lebih bijaksana bila melakukan pengadaan kapal perang baru sekaligus.
Namun sangat disayangkan pendekatan demikian tidak dianut oleh kekuatan laut Indonesia. Sebagai contoh adalah modernisasi pada sistem radar intai di KRI Fatahillah 361. Pada awal Januari 2014, Kementerian Pertahanan (Kemhan) RI telah menandatangani kontrak dengan Ultra Electronis Command and Control Systems senilai US$ 51 juta. Radar pengintai yang dipasangkan di KRI Fatahillah yakni jenis Terma SCANTER 4100. Radar intai ini punya kemampuan untuk mengendus obyek di permukaan dan udara secara simultan. Tapi sayangnya SCANTER 4100 adalah radar 2D, bisa menentukan arah dan jarak sasaran, tetapi tak mampu menentukan ketinggian sasaran. Untuk radar yang bisa menentukan tiga parameter sekaligus yaitu arah, jarak dan ketinggian sasaran adalah radar 3D.
Sebelumnya kapal perang di keluarga Fatahillah Class, yakni KRI Nala 363 telah melakukan program MLM pada tahun 2013. Namun MLM di KRI Nala 363 hanya berfokus pada perbaikan permesinan dan platform, sementara sistem Kendali Senjatanya akan di non aktifkan. Pada tahun 2009 saat akan mengikuti Sail Bunaken, Ruang Mesin KRI Nala terbakar hebat yang mengakibatkan kapal ini lumpuh permesinannya hingga kini. (HANS)

Indo Militer 

Aries-LPI: Radar Intai Kapal Selam Changbogo Class TNI AL


ss-209_k-1 

Bila melihat sosok kapal selam, hampir dipastikan bagian yang paling menarik perhatian adalah bentuk menara (conning tower). Alasannya karena menara adalah struktur kapal selam yang muncul paling dominan saat kapal berlayar di permukaan. Selain menyiratkan identitas jenis dan tipe kapal selam, menara kapal selam punya fungsi yang teramat penting, mulai dari tempat keluar masuk awak saat darurat, hingga berperan strategis sebagai anjungan (navigation bridge) untuk memantau langsung kondisi di permukaan. Lebih dari itu, di menara lah, segudang perangkat elektronik dan sensor kapal selam ditempatkan.
Indonesia sebagai mantan jawara Siluman Bawah Air di Asia Tenggara, dijadwalkan mulai akan kedatangan secara begerlombang kapal selam Changbogo Class dari Korea Selatan pada tahun 2015. Dengan basis rancangan dan desain kapal selam Type 209, adopsi beragam teknologi dan sistem senjata pada Changbogo Class menjadi sesuatu yang tak terlalu suilit bagi awak Korps Hiu Kencana. Kembali ke soal menara kapal selam, pada bagian ini cukup dijejali banyak perangkat. Untuk yang kasat mata, bisa ditebak terdapat navigation light, radio antenna, multipurpose antenna, attack periscope (persikop serang), lubang snorkel, dan radar antenna. Karena banyak mengumpulkan perangkat-perangkat penting, umumnya tepat di bawah menara terdapat ruang kendali operasi dan PIT (Pusat Informasi Tempur). Untuk menunjang mobilitas saat operasi, beragam antena pada menara dapat diturunkan dan disimpan di dalam kubah menara, sehingga suatu waktu menara terlihat bersih dari antena.
Nah, dari sekian banyak perangkat canggih yang nantinya melengkapi Changbogo Class TNI AL, yang sudah bisa kami identifikasi adalah keberadaan radar Aries-LPI (Low Probability of Intercept) buatan Indra, developer radar dari Spanyol. Radar Indra merupakan radar yang dilengkapi dengan teknologi signal detection system dan Low Probability of Intercept radar (LPI). Memiliki sistem resolusi tinggi dan mampu mendeteksi target kecil di permukaan. Sinyal tingkat transmisi yang rendah, pantulan radar ini membuatnya hampir tidak terdeteksi oleh radar musuh, sehingga dapat “melihat tanpa terlihat”.
chang_bogo_class_l1800px-Korean_submarine_Choi_Moosunconning-tower
Sunanan antena tampak dari atas, tiap jenis kapal selam berbeda.
Sunanan antena tampak dari atas, tiap jenis kapal selam berbeda.
changbogo class submarine
Dengan model sistem pertahanan elektronik, memungkinkan kapal selam untuk mendeteksi dan menganalisa setiap sinyal radar yang berada dalam jangkauan radar disekitar kapal selam tersebut, piranti ini dapat mengidentifikasi jenis kapal, kapal selam dan pesawat yang melintas pada ketinggian rendah.
Sistem elektronik ini memiliki teknologi RESM (Radar Electronic Support Measurement), sistem yang didasarkan pada teknologi broadband penerimaan digital. Jenis pengolahan menjamin sensitivitas tinggi untuk sistem, bahkan dalam lingkungan elektromagnetik yang padat, dan kemampuan analisis sangat cepat.Teknologi ini juga telah digunakan oleh Angkatan Laut Spanyol pada kapal selam S-80, dan kapal selam U212A Jerman. Keunggulan lain dari radar ini adalah desainnya yang modular, sehingga memudahkan bila akan dilakukan upgrade dan perbaikan.
Aries-LPI radar
Aries-LPI radar
Platform dan jalur informsasi radar Aries.
Platform dan jalur informsasi radar Aries.

Changbogo Class dibangun oleh galangan Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering, dan rencana sebagian komponen akan dibangun PT PAL di Surabaya. Nilai kontrak pengerjaan untuk ketiga Changbogo Class adalah US$1,07 miliar. Sementara, Indra mendapat kontrak untuk pengadaanPegaso radar signal dan Aries-LPI untuk Changbogo Class dari Daewoo senilai 10 juta Euro. Mungkin karena alasan kerahasiaan, pihak pabrikan tidak menginformasikan detail spesifikasi dan kemampuan jangkauan radar Aries-LPI. (Gilang Perdana)

Indo Militer 

Jelang Indo Defence 2014, SAAB JAS 39 Gripen NG dan Eurofighter Typhoon Bersaing Rebut Perhatian

european_fighters
Ajang pameran militer tahunan yang diselenggarakan Kementerian Pertahanan (Kemhan) RI, Indo Defence, kali ini akan berlangsung lebih menarik. Pasalnya beberapa manufaktur jet tempur dari manca negara akan bertarung untuk memperebutkan kontrak pengadaan jet multirole baru sebagai pengganti armada F-5 E/F Tiger II Skadron 14 yang akan masuk masa purna tugas. Pemerintah memang berketetapan untuk segera memilih jet anyar pengganti F-5 E/F, agar pada Rencana Strategis (Renstra) II 2015-2020 dapat dilakukan pembelian sehingga pesawat yang dimaksud datang tepat pada waktunya.
Seperti telah banyak disinggung, pihak Kemhan dan TNI AU telah menerima beberapa penawaran dari manufaktur, sebut saja Sukhoi Su-35BM dari Rusia, Dassault Rafale dari Perancis, Boeing F/A-18E/F Super Hornet dari AS, SAAB JAS 39 Gripen NG dari Swedia, dan Eurofighter Typhoon yang diproduksi bersama oleh Inggris, Spanyol, Jerman, dan Italia. Nilai kontrak yang diperubutkan memang belum dirilis oleh Kemhan, sebab pemerintah masih menimbang beberapa aspek, mulai dari harga, biaya operasional, skema ToT (Transfer of Technology), dan beragam paket pendukungnya.
Dari beberapa kandidat jet tempur yang disebutkan diatas, yang berpeluang besar dipinang TNI AU adalah Su-35BM, JAS 39 Gripen NG, dan Eurofighter Typhoon. Ketiga manufaktur pengusung jet tersebut pun sudah sejak beberapa lama menjalankan kampanye promo untuk mensosialisasikan produk ke masyarakat. Namun, bila dipertajam lagi ke kebutuhan untuk mendukung ToT, maka pilihan mengerucut ke JAS 39 Gripen N dan Eurofighter Typhoon, sebab Sukhoi di nilai kurang akomodatif untuk ToT.
Su-35 paling di favoritkan oleh masyarakat sebagai pengganti F-5E/F TNI AU.
Su-35 paling di favoritkan oleh masyarakat sebagai pengganti F-5E/F TNI AU.

SAAB JAS 39 Gripen NG vs Eurofighter Typhoon
Menjelang berlangsung Indo Defence 2014 pada 5 -8 November mendatang, ada yang unik dilakukan dua principal jet tempur asal Eropa Barat ini. Contohnya Eurofighter Typhoon akan menggelar konfrensi pers dan media briefing pada 3 November 2014. Eurofighter cukup gencar merangkul media dan mitra blogger, bahkan lewat kampanye “Indonesia Lepas Landas,” Eurofighter mengadakan aneka lomba foto/video hingga car free day eksklusif di Jakarta pada 2 November 2014. Sementara kubu SAAB yang menyodorkan JAS 39 Gripen NG mengundang mitra media dan blogger untuk melihat secara langsung cockpit demonstrator Gripen yang akan dipajang di Indo Defence 2014. Tak mau ketinggalan, Eurofighter pun akan menampilkan cockpit demonstrator Typhoon di acara yang sama.
Perbandingan dimensi Gripen dan Typhoon.
Perbandingan dimensi Gripen dan Typhoon.
Gripen menganut sistem STOL, ideal untuk dioperasikan dari landasan yang pendek.
Gripen menganut sistem STOL, ideal untuk dioperasikan dari landasan yang pendek.
Ragam senjata pada Gripen NG
Ragam senjata pada Gripen NG
Baik JAS 39 Gripen NG dan Eurofighter Typhoon punya kemampuan multirole fighter. Keduanya punya spesifikasi teknis yang berbeda, dilihat dari jumlah mesin, Gripen NG hanya dibekali satu mesin, sementara Typhoon dijejali dua mesin jet. Dari segi dimensi, bobot dan harga produksi, Eurofighter Typhoon pun lebih mahal. Gripen NG per unitnya dipatok US$60 juta, dan Typhoon per unitnya mencapai US$125 juta.
JAS 39 Gripen NG dan Eurofighter Typhoon punya kans untuk memenangkan kontrak, dari aspek ToT keduanya siap memberi penawaran ‘terbaik.’ Usul pembelian Thyphoon diajukan oleh PT Dirgantara Indonesia (DI). PT DI beralasan para produsen Thyphoon lebih mau berbagi ilmu atau transfer teknologi. Bahkan, sangat mungkin PT DI diberi lisensi memproduksi beberapa suku cadang. Sebaliknya pihak SAAB memberi opsi ToT hingga 100% jika Indonesia membeli sistem pertahanan buatan mereka. SAAB menegaskan transfer teknologi itu diperlukan agar Indonesia mandiri di masa depan. Demikian ditegaskan Wakil Presiden SAAB Group dan Kepala SAAB Indonesia Peter Carlqvist pada Singapore Air Show, di Singapura, Carlqvist menegaskan, transfer teknologi selalu ditawarkan SAAB dalam negosiasi dengan pihak mana pun. Dari segi rekam jejak di Asia Tenggara, Gripen NG sudah dipakai oleh AU Thailand plus dengan program ToT yang ditawarkan. Dalam paket pengadaan alutsista, SAAB juga menawarkan radar Giraffe AMB dan rudal MANPADS RBS-70NG kepada TNI AD.
Eurofighter Tyhphoon RAF
Eurofighter Tyhphoon RAF
Eurofighter Typhoon dengan bekal senjata lengkap.
Eurofighter Typhoon dengan bekal senjata lengkap.

Nah, mana diantara keduanya yang akan dipilih Kemhan dan TNI AU, jawabannya mungkin akan kita ketahui saat Indo Defence 2014 nanti. Tidak menutup kemungkinan kubu Sukhoi dengan Su-35BM mampu menyundul di kesempatan terakhir. Berikut spesifikasi dasar dari JAS 39 Gripen NG dan Eurofighter Typhoon, dibangun dari platform jet tempur NATO, maka dari sisi perlengkapan senjata, banyak diantaranya yang saling kompatibel. (HANS)
2345

Mengintip Perakitan Kapal Selam KILO

 
Mari kita lihat di mana mereka merancang , membangun dan mereparasi kapal selam . Zvezdochka adalah galangan kapal besar yang berbasis di Severodvinsk Tampak di foto kapal selam diesel electric Project 877 Kaluga.
Mari kita lihat di mana mereka merancang, membangun dan mereparasi kapal selam.
Zvezdochka adalah galangan kapal besar yang berbasis di Severodvinsk. Tampak di foto kapal selam diesel electric Project 877 Kaluga.
• Bobot :2.300-2.350 ton ketika mengapung. 3.000-3040 ton ketika menyelam.
• Dimensi :Panjang : 70-74 meter, Beam: 9.9 meter, Draft: 6.2-6.5 meter.
• Kecepatan maksimum 10-12 knot ketika mengapung, 17-25 knot ketika menyelam.
• Kedalaman maksimum : 300 meter (operasional : 240-250 meter).
• Ketahanan 45 hari di laut.
• Persenjataan 18 torpedo di rak dan enam buah dalam tabung torpedo 533mm. atau 24 ranjau,
image003
image005
image007
image009
image011
image013
image015
image017
image019
image021
image023
image025
image027
Kapal selam diesel elektrik Caucasus sedang mendapatkan perbaikan. Kapal selam ini bergabung ke Angkatan laut Rusia tahun 1990 dan sering disebut “black hole” si lubang hitam, karena kemampuannya yang tidak terdeteksi. Kapal selam KILO ini adalah kapal selam diesel elektrik yang paling rendah tingkat kebisingannya.

JKGR

Friday, 31 October 2014

Produksi Pesawat Pembom Tempur SU 34


 
Perakitan SU-34 Fighter Bomber
Perakitan SU-34 Fighter Bomber
Runtuhnya industri senjata Rusia pada 1990-an menghentikan pengembangan SU-34, tapi kini telah pulih kembali. Sebuah pengembangan yang dimulai dengan penerbangan perdana pesawat pada tahun 1990 sebagai T10V / SU-27IB, berakhir pada tahun 2010 dengan kontrak produksi dan pengiriman pesanan selama 5 tahun.
Menurut laporan RIA Novosti, pesawat Su-34 memiliki kemampuan membawa beban persenjataan cukup besar untuk menghancurkan target secara akurat dan mampu menghindar dari serangan pesawat musuh. Laporan lainnya menyatakan lebih jauh bahwa Pesawat ini juga dimaksudkan untuk dapat menghadapi pesawat musuh dalam pertempuran udara. Karakteristik dasar pesawat ini adalah pesawat SU 27 yang mumpuni untuk menghadapi pesawat tempur modern buatan Amerika dan Eropa,
image003
Su-34 memiliki 57.000 item yang harus dirakit dalam urutan yang benar. Beberapa komponen, seperti mesin, diproduksi di area lain, di mana mereka diuji dan kemudian dikirim ke pabrik perakitan untuk memasang mesin mesin tersebut ke badan pesawat.
image005
image007
Tampak seorang pekerja melubangi kulit pesawat dengan bor
Di sini Air intake pesawat dirakit
Di sini Air intake pesawat dirakit
image011
image013
image015
image017
image019
image021
Tahap ketiga adalah tahap perakitan.  Yang paling menarik, di sini, pesawat dicek dari kebocoran dengan memasukkan ke kotak besar yang akan berisi air
image023
image025
Crane untuk mengangkat badan pesawat dan suku cadang yang berat
image027
Pandangan dari atas bengkel produksi
Beberapa pesawat diproduksi pada saat yang bersamaan
Beberapa pesawat diproduksi pada saat yang bersamaan
image031
image033
image035
image037
Ekor pesawat siap dipasang
image039
Sistem saluran bahan bakar
Sistem saluran bahan bakar
image043
Pemeriksaan hasil pekerjaan
Pemeriksaan hasil pekerjaan
Sayap pesawat siap untuk dipasang
Sayap pesawat siap untuk dipasang
image049
image051
Pesawat siap diuji
Pesawat siap diuji
image055
image057
image059
image061
image063
image065
image067
image069
Pesawat sukses terbang


JKGR