Impian
TNI-AL, Puspenerbal khususnya memiliki helikopter khusus anti kapal
selam masih terus bergulir. Kabar baiknya, Kementrian Pertahanan telah
mendengar dan meluluskan permintaan tersebut. Lebih jauh, ARC mendapat
info, Kemhan sudah memberikan spesifikasi helikopter yang dibutuhkan
kepada 2 pabrikan besar produsen heli anti kapal selam. Namun dari pihak
pabrikan sendiri belum mengajukan penawaran. Kemhan sendiri berharap,
kontrak bisa dilaksanakan tahun ini juga, sehingga di tahun 2014
diharapkan sudah ada barangnya.
Berbeda dengan kabar sebelumnya, dipastikan kali ini heli Kaman Super
Sea Sprite sudah masuk kotak. Kementrian pertahanan kini melirik heli
AKS yang memang terkenal dan mumpuni. Mereka masing-masing adalah AW-159
Wildcat serta AS-565 Panther. Entah kebetulan atau tidak, kedua heli
ini memiliki nickname berbau kucing.
Helikopter AW-159 Wildcat sendiri merupakan pengembangan paling
mutakhir dari heli Lynx. Heli ini digunakan oleh angkatan bersenjata di
berbagai negara, dan sudah battle proven sejak perang Malvinas tahun
1982. Secara umum, Heli ini mampu dipersenjatai torpedo, rudal Sea Skua,
hingga senapan mesin berat. Bahkan dalam berbagai foto terlihat heli
ini menggotong rudal Hellfire. Lynx sendiri sudah menjadi idaman pilot
Penerbal sejak tahun 90an. Namun minimnya anggaran serta harganya yang
konon sangat mahal, membuat Penerbal terpaksa menunda mimpinya dan harus
cukup puas dengan Bo-105 serta Nbell-412.
Sementara heli AS-565 Panther merupakan pengembangan dari seri
Dauphin yang sangat laris. Di Indonesia sendiri seri Dauphin sudah
digunakan oleh polisi udara. Selain itu eratnya hubungan Eurocopter
dengan PT. DI bisa menjadi nilai tambah. Heli Panther sendiri juga sudah
battle proven saat perang teluk pertama di tahun 1991. Heli ini biasa
terlihat membopong rudal AS-15TT, Torpedo atau roket dan senapan mesin.
Secara umum, spesifikasi kedua heli sebenarnya tidak terpaut jauh.
Yang mana akan dipilih, kita tentu berharap, juga turut dipasang mission
suite yang cocok dan mumpuni. Sehingga, kemampuan TNI-AL dalam
peperangan anti kapal selam semakin meningkat. Oya, ssttt.. kabarnya
salah satu peserta mulai bergerak mundur lantaran spesifikasi yang
diberikan terlalu menjurus
ARC
Friday, 5 July 2013
Transformasi Peran Angkatan Darat Dalam Menghadapi Perubahan
Pendahuluan.
Berangkat dari sejarah, ide
sering berperan sebagai kekuatan pendorong di belakang suatu
transformasi institusi. Demikian juga dengan transformasi Angkatan
Darat. Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat harus berubah menjadi
modern karena fungsi outward-looking menuntut kapasitas ini. Disamping
itu, untuk mendukung perwujudan profesionalisme prajurit Angkatan Darat,
sebagai konsekuensi logis alat pertahanan negara di darat, Angkatan
darat dituntut untuk selalu siap menghadapi tantangan tugas yang akan
datang.
Kedepan Angkatan Darat akan
dihadapkan pada dimensi penugasan yang jauh lebih luas dari juridiksi
profesional militer tradisionalnya. Fenomena ini menjadi tantangan bagi
Angkatan Darat untuk terus membangun kemampuannya, baik untuk menghadapi
tugas-tugas operasi militer untuk perang maupun operasi militer selain
perang. Konsekuensinya, penataan terhadap sistem pendidikan, latihan,
materiil, doktrin, pokok-pokok organisasi dan prosedur, teritorial,
kepemimpinan, personel, pengelolaan anggaran, persenjataan dan bahkan
kebijakan Angkatan Darat perlu dilakukan oleh generasi mendatang.
Penataan merupakan salah satu
hal mendasar yang harus dilakukan dan dikembangkan sesuai dengan
tuntutan perubahan zaman. Penataan yang terarah dan berkesinambungan
merupakan upaya kolektif dalam penyiapan dini perwujudan kekuatan
Angkatan Darat yang handal agar selalu siap dalam merespon dan menyikapi
berbagai bentuk ancaman yang semakin kompleks dan cepat berubah. Untuk
itu TNI Angkatan Darat harus mampu melaksanakan transformasi perannya
dalam menghadapi berbagai perubahan.
Latar belakang.
Saat ini sifat ancaman tidak
lagi didominasi oleh ancaman militer tetapi juga oleh ancaman nonmiliter
atau ancaman nontradisional. Dilihat dari sumber ancaman, semakin besar
keterkaitan antara eksternal dan internal. Dimensi ancaman mudah
berkembang dari satu dimensi ke dimensi lain, termasuk dimensi ideologi,
ekonomi, politik, sosial, budaya, hukum, informasi dan teknologi, serta
keamanan. Spektrum ancaman dapat berubah dengan tiba-tiba dari lokal ke
nasional, demikian juga perkembangan eskalasi keadaan dari tertib
hingga darurat, dan sebaliknya tidak mudah untuk diprediksi.
Mengingat kompleksitas ancaman
yang dihadapi, semua komponen pertahanan negara dan unsur-unsur diluar
bidang pertahanan dituntut untuk saling mendukung dan bersinergi satu
dengan yang lain, dengan senantiasa mengindahkan tataran dan lingkup
kewenangan yang sudah ditentukan oleh peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Diantara ancaman aktual yang menuntut sinergitas yang tinggi
dalam penanganannya dan harus mendapat perhatian yang serius pada saat
ini dan kedepan, adalah ancaman terhadap konflik di wilayah perbatasan
dan keamanan pulau-pulau kecil terluar, ancaman separatisme, terorisme,
bencana alam, konflik horizontal, radikalisme, kelangkaan energi dan
berbagai kegiatan ilegal baik di darat maupun di laut yang membahayakan
kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan bangsa.
Kesiapan pertahanan negara
dalam menghadapi ancaman potensial seperti pencemaran lingkungan,
pandemik, cyber crime, pemanasan global, krisis finansial, agresi
militer, serta berbagai kemungkinan ancaman yang muncul di sepanjang
alur laut kepulauan Indonesia tetap menjadi perhatian pembangunan
pertahanan negara dalam jangka pendek, sedang maupun panjang. Ancaman
aktual ataupun ancaman potensial yang sifatnya militer akan berpengaruh
langsung terhadap pertahanan negara, sedangkan ancaman yang bersifat
nonmiliter secara tidak langsung juga berpengaruh terhadap pertahanan
negara.
Mengingat kebijakan keamanan
nasional akan senantiasa berubah sebagai respon terhadap perubahan
lingkungan operasional, maka Angkatan Darat pun perlu meningkatkan
kemampuan beradaptasinya, baik untuk menghadapi bentuk ancaman yang
berbeda, memenuhi tuntutan pelibatan satuan dengan besaran dan level
yang berbeda, maupun beroperasi bersama dengan institusi yang berbeda
pula.
Pasal 7 Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 34 Tahun 2004, tentang Tentara Nasional Indonesia,
menegaskan tugas pokok TNI dalam operasi militer untuk perang adalah
menghadapi agresi musuh dari luar negeri. Sedangkan tugas pokok TNI
dalam operasi militer selain perang antara lain : (1) mengatasi gerakan
separatis bersenjata, (2) mengatasi pemberontakan bersenjata, (3)
mengatasi aksi terorisme, (4) mengamankan wilayah perbatasan, (5)
mengamankan obyek vital nasional yang bersifat strategis, (6)
melaksanakan tugas perdamaian dunia sesuai dengan kebijakan politik luar
negeri, (7) mengamankan Presiden dan Wakil Presiden beserta
keluarganya, (8) memberdayakan wilayah pertahanan dan kekuatan
pendukungnya secara dini sesuai sistem pertahanan semesta, (9) membantu
tugas pemerintah di daerah, (10) membantu Kepolisian Negara Republik
Indonesia dalam rangka tugas keamanan dan ketertiban masyarakat yang
diatur undang-undang. (11) membantu mengamankan tamu negara setingkat
kepala negara dan perwakilan pemerintah asing yang sedang berada di
Indonesia, (12) membantu menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian,
dan pemberian bantuan kemanusiaan, (13) membantu pencarian dan
pertolongan dalam kecelakaan (search and rescue), serta (14) membantu
pemerintah dalam pengamanan pelayaran dan penerbangan terhadap
pembajakan, perompakan, dan penyelundupan.
Dengan demikian Angkatan Darat
perlu mengantisipasi meluasnya tugas-tugas tersebut serta perlu membuka
diri terhadap kemungkinan bertambahnya tugas-tugas yang saat ini belum
tercantum dalam Undang-Undang RI Nomor 34 Tahun 2004, dan tugas lain
yang berada diluar jurisdiksi profesionalisme militer tradisional.
Mengapa Angkatan Darat perlu melakukan transformasi.
Sekalipun masa depan akan
membawa serta perubahan pada dimensi ancaman dan karakteristik
lingkungan operasional, beberapa kecenderungan dalam konflik akan
bersifat konstan. Fenomena ini menunjukkan bahwa konflik cenderung
membawa serta dinamika dan interaksi yang kemudian memberikannya “ruang”
untuk terus berlanjut dan bahkan bergulir lebih jauh dari tujuan awal
para pihak yang berhadapan. Asumsi tersebut membuahkan konsekuensi
tersendiri bagi Angkatan Darat. Kemampuan Angkatan Darat perlu dibangun
berdasarkan pertimbangan kebutuhan satuan sendiri, lawan, penduduk, dan
variable lain. Selain itu, Angkatan Darat berpotensi dihadapkan pada
operasi yang relatif berkelanjutan, sehingga dituntut memiliki
“adaptabilitas operasional”.
Proses ini dihadapkan dengan
ketiga parameter strategi pertahanan nasional, yaitu menjawab shape,
respond dan prepare for tomorrow. Pertanyaan pertama dan kedua mungkin
mudah, akan tetapi menjawab pertanyaan ketiga inilah yang memerlukan
dukungan dan fokus kepada transformasi rencana pertahanan nasional.
Beberapa negara Asia (Thailand, Korea Selatan, Filipina), Amerika latin
dan Afrika menganggap transformasi yang dilakukan TNI akan sama halnya
dengan apa yang telah mereka lakukan yaitu suatu upaya yang lebih
profesional dengan cara memanfaatkan akuisisi teknologi sebagai langkah
awal transformasi. Langkah awal ini tentunya akan diikuti dengan
modernisasi perangkat lunaknya seperti doktrin, taktik, organisasi dan
infrastrukturnya. Upaya-upaya ini diliput dalam kegiatan yang mereka
kenal dengan definisi revolusi urusan militer atau RMA (Revolution in
Military Affairs), inilah mungkin yang perlu dicermati dan diharapkan.
Mencermati fenomena tersebut
tentu saja keberadaan Angkatan Darat tidak serta merta mengikuti
berbagai pengembangan model RMA yang dilakukan di belahan lain dunia.
TNI Angkatan Darat lebih mengedepankan pada perwujudan SDM berkualitas,
seperti yang saat ini sedang berjalan yaitu proses kaji ulang pembinaan
personel dan perlunya proses kaji ulang kesinambungan pola pembinaan
pendidikan dengan pola pembinaan latihan yang mensinergikan
kecabangan-kecabangan yang ada di Angkatan Darat. Kekuatan utama
Angkatan Darat terletak pada profesionalitas, soliditas dan kualitas
prajurit Angkatan Darat serta kedekatannya dengan rakyat, sehingga peran
sumber daya manusia dalam pembinaan Angkatan Darat bersifat mutlak,
karena bagaimanapun keberhasilan atau kegagalan pembinaan kekuatan dan
kemampuan Angkatan Darat diantaranya sangat ditentukan oleh kualitas
personelnya.
Konsep transformasi bagi
Angkatan Darat bukanlah suatu yang baru. Konsep tersebut populer
dikarenakan negara-negara besar beranggapan tuntutan revolusi urusan
militer dan dukungan terhadap revolusi urusan bisnis (termasuk revolusi
urusan industri pertahanan), akan berhasil mencapai sasaran bila mampu
mentransformasikan rencana pertahanan dan proses alokasi sumber daya
pertahanan nasional secara tepat, cepat, efektif dan efisien.
Desain transformasi Angkatan Darat.
Pesatnya kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi, telah membawa berbagai perubahan perkembangan
lingkungan strategis yang semakin dinamis. Pada aspek realitas, hakekat
ancaman militer kedepan akan semakin kompleks, tidak pernah tunggal
melainkan jamak dan bersifat multidimensional serta sulit diprediksi,
sehingga penanganannyapun harus mencerminkan interoperabilitas yang
tinggi. Respon berbagai negara di dunia menyikapi perubahan karateristik
bentuk ancaman di abad ke-21, adalah dengan mengembangkan RMA
(Revolution in Military Affairs) dalam rangka penyesuaian terhadap
perubahan pola peperangan modern (modern warfare) yang sekaligus merubah
karakteristik perang dimasa kini dan mendatang. Walaupun perang bukan
pilihan dalam menyelesaikan berbagai permasalahan antar negara, namun
pembangunan kekuatan militer di dunia tetap menonjol mengingat kekuatan
militer merupakan bagian dari alat diplomasi.
Format modern dalam pembahasan
ini lebih pada pengembangan strategi, taktik dan teknik bertempur
kedepan serta meninggalkan kebiasaan lama dan tidak lagi membenarkan
kebiasaan yang berorientasi pada pola peperangan lama yang sudah
ditinggalkan oleh negara-negara maju di dunia. Mindset kedepan adalah
membiasakan penggunaan strategi, taktik dan teknik yang benar dan sesuai
dengan fenomena kekinian dan sensitifitas lainnya yang perlu
ditinggalkan seperti adanya pemikiran yang masih bersifat linier dan
regular. Pemikiran kedepan harus tidak terbelenggu dengan pola
peperangan masa lalu dan tidak ragu untuk melakukan perubahan sesuai
dengan situasi dan kondisi yang terus berkembang.
Sasaran Transformasi.
Pada masa lalu, hubungan elit
sipil-militer di negeri ini diselesaikan dengan menegasikan dikotomi
sipil-militer. Apakah dengan menegasikan isu ini, akan menyelesaikan
masalah? Dua kubu yang berbeda peran, strategi dan perilakunya tersebut
hampir dipastikan akan tetap menjadi isu utama bila tidak ada upaya
untuk saling bersinergi satu dengan lainnya. Masalah berikutnya yang
juga cukup krusial adalah trauma yang dialami publik tentang masa lalu
TNI. Untuk itu perlu adanya upaya yang dapat menjadi solusi bagi isu-isu
tersebut di atas yang salah satunya harus dilakukan melalui
transformasi peran di lingkungan TNI khususnya TNI AD.
Disamping itu, sasaran
berikutnya adalah agar terwujud sinergitas, adaptabilitas dan
interoperabilitas dari TNI Angkatan Darat dalam melaksanakan misinya
baik dalam rangka operasi militer untuk perang (OMP) maupun operasi
militer selain perang (OMSP) bersama-sama dengan unsur-unsur TNI dan
militer lainnya, masyarakat sipil (politisi, ekonom, sosiawan,
budayawan), tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh adat, Polri, unsur
pemerintah pusat dan daerah serta komponen-komponen bangsa lainnya
termasuk juga dengan negara-negara sahabat.
Konsep transformasi.
Konsep transformasi, pada
dasarnya tidak cukup dengan sekedar menata ulang administrasi dan menata
koordinasi, tetapi lebih kepada konsep kuncinya, yaitu menata
organisasi yang berorientasi serta fokus kepada “perubahan operasional”.
Begitu luar biasanya proses transformasi jika dikembangkan dengan
mencermati dan memerhatikan komponen-komponennya, terutama komponen
“input dan output”.
Ada tiga komponen “input”,
yaitu komponen transformasi teknologi dan persenjataan, komponen
transformasi struktur kekuatan, dan komponen transformasi operasi
penggunaan kekuatan. Komponen transformasi teknologi dan persenjataan
dapat dibagi-bagi dalam sistem informasi dan pemetaan posisi geografi,
teknologi dan subkomponennya, platform baru alat utama persenjataan
(Alutsista) dan “munisi pintar” (smart ammunitions). Komponen
transformasi struktur kekuatan dapat dibagi dalam susunan kekuatan
tempur dan organisasinya, dukungan logistik dan mobilitasnya,
struktur komando dan C4ISR, sistem pangkalan dan kehadiran kekuatannya
di tempat yang jauh dari dukungan pangkalannya. Komponen transformasi
operasi penggunaan kekuatan terbagi dalam jejaring antar kekuatan,
doktrin operasi gabungan, doktrin Angkatan masing-masing, rencana
kampanye dan wilayah atau mandalanya.
Sebagai “output”nya ada
beberapa bagian seperti perbaikan distribusi penembakan, kapasitas
manuvernya, mempertahankan hidup termasuk logistiknya, kapasitas untuk
lebih baik dalam melaksanakan misi dan operasinya serta kapasitas untuk
mendukung spektrum operasi yang lebih luas baik yang bersifat strategis
maupun kontinjensi.
Kapasitas TNI untuk segera
beradaptasi dengan perubahan strategis dan misinya, melalui doktrin
operasi gabungan dalam konsep operasi baru guna membangun dan
menggunakan kekuatan transformasi yang berasumsi dalam jangka panjang,
akan menghadapi ancaman baik simetrik maupun asimetrik dengan derajat
peluang “cukup besar”. Untuk itu diperlukan konsep operasi yang dapat
menjawab tantangan tersebut yaitu, Pertama, konsep operasi untuk
membangun kekuatan transformasi antara lain, Satuan Kekuatan Gabungan
untuk melaksanakan aksi balas segera pada awal-awal pertempuran, jaminan
sistem informasi dan jejaring kerjanya, penyesuaian ulang kehadirannya
di tempat yang jauh (far ground-sea presence) dan mobilitas yang lebih
baik bila sewaktu-waktu terjadi pergeseran kekuatan baik yang sudah
diproyeksikan maupun belum. Kedua, konsep operasi untuk penggunaan
kekuatan transformasi antara lain operasi atau peperangan anti-litoral
dalam rangka proyeksi kekuatan ke darat, berikutnya sasaran stand-off
dan masuk dengan paksaan dalam rangka anti akses atau menolak ancaman,
jaminan pukulan taktis jauh kedalam dari suatu sasaran dalam rangka
penggunaan kekuatan secara efektif dengan kekuatan udara gabungan,
operasi tempur yang mematikan dan manuver jauh kedalam bagi aset
kekuatan daratnya. Operasi yang sangat terencana dan jaminan
kelangsungan operasi tersebut hendaknya mampu berlangsung dalam jangka
panjang.
Selanjutnya membangun
kurikulum operasi gabungan, dimulai dari operasi gabungan urusan sipil
(joint civil affairs operation), operasi gabungan sipil-militer (joint
civil-military operation) dan operasi gabungan militer (joint military
operation), yang dapat diikuti elit sipil di semua tingkatan
termasuk salah satunya dibidang pendidikan (antara lain memberikan
kesempatan kepada generasi muda kandidat elit politik, eksekutif maupun
yudikatif untuk dapat mengikuti pendidikan di lembaga pendidikan
tertinggi Angkatan, TNI maupun Nasional). Kalau di negara lain kebijakan
pendidikan seperti ini sangat efektif, kenapa tidak dicoba di negeri
ini? Sekurang-kurangnya membangun format “knowledge-based” antara elit
sipil dan militer tentang kepentingan nasional, strategi nasional,
strategi keamanan nasional, substrategi DIME (Diplomasi, Informasional,
Militer dan Ekonomi nasional), serta turunannya seperti kebijakan
nasional dan program-program nasionalnya. Pembinaan dan pendidikan
latihan “gabungan” dengan pihak/organisasi sipil dan pembinaan
“think-tank” yang profesional dimaksudkan agar generasi muda sipil yang
akan datang lebih mengerti fenomena yang terjadi dalam tubuh TNI,
demikian juga sebaliknya.
Konsep OBE (Operasi
Berbasiskan Efek) yang melibatkan badan di luar TNI, termasuk NGO/LSM.
Konsep ini lebih banyak pada konsep operasi militer atau perencanaan
pembangunan kekuatan TNI dengan memperbanyak membangun “think-tank”
resmi yang didalamnya terdiri dari pakar-pakar sipil, militer aktif dan
purnawirawan TNI untuk membangun proses transformasi TNI kedepan.
Pembinaan “think-tank” akan lebih memberikan pandangan akademik dan
ilmiah, konstruktif terhadap semua perangkat lunak organisasi, doktrin,
sistem informasi dan lain-lainnya. Konsep seperti ini akan
mendemonstrasikan gabungan antara kearifan intelektual, profesional,
kepemimpinan dan pengalaman komandan di lapangan guna membangun suatu
infrastruktur berikut perangkatnya menjadi lebih kokoh. Konsep yang
ditawarkan di atas tadi, diharapkan dapat mengurangi bahkan mengeliminir
sisa-sisa trauma publik yang ada.
Transformasi peran institusi Angkatan Darat dalam menghadapi perubahan.
Transformasi peran institusi
Angkatan Darat sebagai kekuatan pertahanan perlu didukung oleh berbagai
pihak. Transformasi ini membutuhkan waktu dan komitmen bersama secara
nasional untuk peran yang seharusnya dijalankan. Hubungan antara
pemerintah, politisi sipil, masyarakat luas, serta pimpinan dan seluruh
unsur TNI akan sangat menentukan bagi keberlangsungan transformasi peran
institusi TNI khususnya Angkatan Darat kearah pencapaian tujuan sesuai
dengan yang dikehendaki bersama. Angkatan Darat sebagai subsistem dalam
sistem nasional Indonesia akan sangat terikat dengan pembagian tugas,
struktur hirarkhis, aturan-aturan tingkah laku yang formal dan
sasaran-sasaran masyarakat atau pola-pola hubungan antara struktur
sosial dengan sistem-sistem normatif yang berkaitan dengan struktur
sosial, dimana semua itu merupakan konsekuensi bagi perwujudan negara
demokratis.
Bahwa ada purnawirawan TNI
yang kembali aktif kekancah politik, mestinya itu dianggap sah-sah saja,
serta merupakan sesuatu yang alami dalam pertumbuhan demokrasi.
Berlebihan barangkali jika mencurigai TNI menciptakan strategi untuk
kembali kefungsi gandanya. Akan lebih penting bagi TNI untuk lebih
memfokuskan diri bagaimana membangun dan menggunakan kekuatannya
terhadap ancaman yang lebih rasional, yaitu ancaman asimetrik serta
mempertajam operasi gabungan selain perang maupun operasi gabungan
sipil-militer. Hal itu berbasiskan pada rancang bangun strategi
pertahanan nasional sebagai arahan untuk membangun (Strategic’s Guidance
Planning) dengan substrategi militer nasional tentang kearah mana TNI
akan dimodernisasi agar siap sewaktu-waktu jika digunakan. Rancang
bangun strategis yang tercipta tersebut setidak-tidaknya akan mampu
mengarahkan transformasi TNI termasuk TNI Angkatan Darat.
Transformasi peran institusi
Angkatan Darat masih memerlukan berbagai evaluasi sampai dengan
diperoleh format baru sesuai perubahan yang dikehendaki. Kemampuan
institusi Angkatan Darat dalam memodifikasi pola hubungan baik dengan
elit politik sipil maupun masyarakat secara umum menunjukkan adanya
proses adaptasi institusi sesuai dengan perubahan peran yang
dikehendaki. Namun demikian, sebagai suatu proses yang masih terus
berlangsung, perlu mendapatkan dukungan khususnya adanya regulasi yang
mampu mengatur secara jelas dan tegas tentang peran institusi TNI. Pada
akhirnya, sinergi positif antara pemerintah, politisi sipil, masyarakat
luas, serta pimpinan dan seluruh unsur TNI akan sangat mendukung bagi
tercapainya tujuan dalam mewujudkan visi TNI sebagai tentara profesional
dan modern, memiliki kemampuan yang tangguh untuk menegakkan kedaulatan
negara, mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
menjaga keselamatan bangsa dan negara serta kelangsungan pembangunan
nasional.
Kesimpulan.
Kedepan Angkatan Darat akan
dihadapkan pada dimensi penugasan yang jauh lebih luas dari jurisdiksi
profesionalisme militer tradisionalnya. Fenomena ini menjadi tantangan
bagi Angkatan Darat untuk terus membangun kemampuannya, baik untuk
menghadapi tugas-tugas operasi militer untuk perang maupun operasi
militer selain perang. Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,
telah membawa berbagai perubahan perkembangan lingkungan strategis yang
semakin dinamis.
Pada kenyataannya, hakekat
ancaman militer kedepan akan semakin kompleks, tidak lagi bersifat
tunggal melainkan jamak dan multidimensional serta sulit diprediksi,
sehingga penanganannyapun harus mencerminkan interoperabilitas yang
tinggi. Dimensi ancaman mudah berkembang dari satu dimensi kedimensi
lain, termasuk dimensi ideologi, ekonomi, politik, sosial, budaya,
hukum, informasi dan teknologi, serta keamanan. Spektrum ancaman dapat
berubah dengan tiba-tiba dari lokal ke nasional, demikian juga
perkembangan eskalasi keadaan dari tertib hingga darurat dan sebaliknya
serta tidak mudah untuk diprediksi. Penataan yang terarah dan
berkesinambungan merupakan upaya kolektif dalam penyiapan dini kekuatan
Angkatan Darat yang handal untuk selalu siap dalam merespon dan
menyikapi berbagai bentuk ancaman yang semakin kompleks dan cepat
berubah.
Mengingat kebijakan keamanan
nasional akan senantiasa berubah sebagai respon terhadap perubahan
lingkungan operasional, Angkatan Darat pun perlu meningkatkan kemampuan
beradaptasinya, baik untuk menghadapi bentuk ancaman yang berbeda,
memenuhi tuntutan pelibatan satuan dengan besaran dan level yang
berbeda, maupun beroperasi bersama dengan institusi yang berbeda pula.
Untuk itu TNI dalam hal ini Angkatan Darat harus mampu melaksanakan
transformasi perannya dalam menghadapi perubahan-perubahan tersebut agar
dapat mencapai hasil yang optimal dalam melaksanakan tugas pokoknya.
Pangarmatim Pimpin Upacara Alih Bina KRI Hiu–804 dan KRI Layang–805
ARMATIM : Panglima Komando Armada RI Kawasan Timur (Pangarmatim) Laksamana Muda TNI
Agung Pramono, S.H., M.Hum, memimpin upacara peresmian alih bina KRI Hiu-804
dan KRI Layang-805 di Dermaga Madura Koarmatim Ujung Surabaya, Kamis (04/7).
Berdasarkan
keputusan Kasal nomor Kep/513/IV/2013 tanggal 24 April 2013 tentang pengalihan
fungsi pembinaan dan pengalihan nomor lambung KRI Hiu-804 dan KRI Layang-805
dari Satuan Kapal Patroli Koarmatim ke satuan kapal cepat Koarmatim, maka
dilaksanakan upacara peresmian alih bina yang menandai bahwa mulai saat ini
secara resmi KRI Hiu-804 dan KRI Layang-805 telah masuk ke dalam jajaran Satkat
Koarmatim dengan nomor lambung KRI Hiu-634 dan KRI Layang-635.
Dalam amanatnya Pangarmatim mengatakan adanya proses alih bina beberapa
unsur ini, diharapkan akan memperkuat jajaran Koarmatim sebagai Kotama
pembinaan dalam rangka penegakkan kedaulatan dan pengendalian perairan
yurisdiksi nasional di kawasan timur Indonesia.
Pelaksanaan alih bina
ini, juga telah menandai terwujudnya kegiatan peningkatan kemampuan sistem
senjata sesuai dengan perencanaan menuju MEF, dengan meningkatkan kualitas
maupun kuantitas materiil. Dalam hal ini persenjataan yang dimiliki, maka
kemampuan suatu unsur menjadi Satu Tingkat di atasnya. Hal ini tentu saja
disesuaikan dengan perkembangan tantangan maupun ancaman yang akan terjadi,
kata pangarmatim.
Upacara yang berlangsung
dengan suasana hikmat tersebut dihadiri oleh Danguspurlatim Laksamana Pertama
TNI Ari Soedewo, S.E., Danguskamlatim
Laksamana Pertama TNI Wuspo Lukito, S.E., para Asisten Pangarmatim, Kasatker
serta para Komandan unsur KRI.
|
TNI AL Menuju Tataran "World Class Navy"
KCR40 TNI AL (Palindo) |
Hal itu diungkapkan oleh Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut (Kadispenal), Laksamana Pertama Untung Suropati pada acara Olahraga Bersama Wartawan di Markas Besar Angkatan Laut (Mabesal), Cilangkap, Jumat (5/7) di Jakarta.
Menurut Untung, inward looking merupakan peningkatan kemampuan sumber daya manusia (SDM) melalui pendidikan umum dan militer di dalam dan luar negeri serta penugasan melalui tour of duty. Selain itu, melaksanakan pembangunan kekuatan berbasis kemampuan (capability based) yang mampu menangkal dan menindak setiap ancaman militer dari luar maupun dari dalam negeri.
Untung Suropati menjelaskan, 2013 merupakan tahun keempat dari rencana strategis TNI AL periode 2010-2014. Dalam kurun waktu tersebut, TNI AL berhasil laksanakan pengadaan Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista) baru dalam berbagai jenis produksi. Baik itu produksi dalam dan luar negeri yang telah diselesaikan secara bertahap.
Di antaranya 39 kapal perang seperti 2 kapal selam, 2 kapal perusak kawal rudal (PKR), 16 kapal cepat rudal (KCR), dan 8 kapal patroli cepat (PC).
Panser BTR80A Marinir (Kaskus) |
Dijelaskan, upaya TNI AL mendukung pemerintah memberdayakan industri dalam negeri, pembangunan alutsista baik LST, KCR, dan patroli cepat dilaksanakan di Lampung, Batam, Jakarta, Surabaya dan Banyuwangi.
“Pada masa mendatang akan dibangun kapal selam di dalam negeri sebagai bentuk komitmen untuk mendukung terwujudnya kemandirian nasional dalam upaya pemenuhan alutsista pertahanan,” kata Untung.
Ditambahkan, pembangunan alutsista TNI AL yang sedang dilaksanakan berkaitan erat antara strategic objective, defence capabilities dan anggaran pertahanan. Proyeksi penggunaan kekuatan TNI AL berdasarkan perkiraan strategis lima tahun kedepan meliputimasalah perbatasan dan pulau-pulau kecil terluar, separatisme, terorisme, bencana alam, beragam kegiatan ilegal dan keamanan maritim.
Dari sisi outward looking, berkaitan dengan analisis mendalam terhadap perkembangan lingkungan strategis, khususnya di kawasan Asia Pasifik dan langkah-langkah antisipatif untuk menghadapi setiap bentuk ancaman faktual maupun potensial yang diakibatkannya.
Beritasatu
Kasal Resmikan Pembangunan Submarine Training Center (STC) di Koarmatim
TNI AL
STC dapat digunakan untuk pratikum yang relevan bagi ABK kapal selam maupun calon ABK kapal selam tanpa menggunakan jam operasional kapal selam
STC dapat digunakan untuk pratikum yang relevan bagi ABK kapal selam maupun calon ABK kapal selam tanpa menggunakan jam operasional kapal selam
Acara peresmian ditandai dengan peletakan batu pertama oleh Kasal didampingi Pangarmatim Laksamana Muda TNI Agung Pramono, S.H.,M. Hum di area pembangunan gedung STC kompleks Komando dan Latihan Koarmatim, Ujung, Surabaya serta dihadiri pejabat teras TNI AL dan sesepuh brevet hiu kencana.
Gedung STC dibangun sebagai fasilitas simulator untuk mempertahankan dan meningkatkan profesionalisme ABK kapal selam dihadapkan pada pembangunan kekuatan TNI AL sampai dengan tahun 2024 guna mewujudkan TNI AL yang handal, kuat dan disegani.
Selain itu, STC dapat digunakan untuk pratikum yang relevan bagi ABK kapal selam maupun calon ABK kapal selam tanpa menggunakan jam operasional kapal selam, sehingga kondisi teknis kapal dapat dilaksanakan secara maksimal dan efisien.
Negara-negara di kawasan regional seperti Malaysia, India dan Australia telah membangun sistem pelatihan awak kapal selam seiring dengan tahap awal pengadaan kapal selamnya. Oleh karena itu, pembangunan STC ini sangat tepat mengingat Indonesia dalam waktu dekat akan melaksanakan pengadaan tiga kapal selam baru.
Saat jumpa pers usai acara peletakan batu pertama, Kasal menyatakan saat ini Indonesia telah melaksanakan kontrak pembuatan tiga kapal selam dengan Korea Selatan dan direncanakan pada akhir tahun 2016 atau awal 2017 ketiga kapal selam tersebut sudah datang di Indonesia.
Untuk pembuatan dua kapal selam dilaksanakan di Korea Selatan, sedangkan untuk pembuatan kapal selam ketiga, Indonesia telah merekrut para teknisi dari PT PAL dalam rangka Transfer of Technology (TOT) di Korea Selatan sehingga kapal ketiga dapat dibangun di PT PAL seperti halnya pembangunan kapal perang jenis Landing Platform Dock (LPD) tahun lalu. Sehingga pada tahun 2017 Indonesia memiliki lima kapal selam termasuk dua kapal selam yang sudah ada yaitu KRI Cakra-401 dan KRI Nanggala-402.
Menurut Kasal, dengan pembangunan STC ini TNI AL akan mempunyai personel awak kapal selam yang benar-benar profesional, sehingga apabila ada kapal selam yang sedang beroperasi ataupun sedang perbaikan di pangkalan, para personelnya masih dapat berlatih di STC. Enam fasilitas simulator akan melengkapi STC ini yang pembangunannya dilakukan secara bertahap.
“Dengan demikian apabila TNI Angkatan Laut sewaktu-waktu menghadirkan kekuatan kapal selamnya dimanapun di wilayah NKRI, para personelnya sudah benar-benar siap dan terlatih”, tegas Kasal.
Terkait dengan kekuatan kapal selam yang dimiliki TNI AL, Kasal mengatakan bahwa sesuai dengan pembangunan Minimum Essential Force (MEF) TNI AL, untuk mengamankan wilayah NKRI diperlukan minimal 6 kapal selam dan diharapkan hal ini sudah tercapai pada tahun 2024.
Menurut Kasal, pembangungan MEF ini akan terus di up date setiap tahun sesuai dengan anggaran yang dialokasikan ke TNI.
Fasilitas gedung Submarine Training Center (STC) yang akan dibangun ini terdiri dari enam macam simulator dan dibangun terintegrasi dalam satu lokasi sehingga proses pelatihan menjadi lebih efektif. Keenam fasilitas tersebut yaitu : pertama, Submarine control simulator (SCS) yaitu simulator pelatihan awak kapal selam yang bertugas di ruang kontrol teknis dan digunakan untuk melatih personel dalam olah gerak teknis dan taktis kapal selam.
Kedua, Submarine command and team trainer (SCTT) yaitu sebuah platform yang digunakan sebagai sarana pelatihan tim Pusat Informasi Tempur (PIT) kapal selam dan merupakan sebuah mock-up situasi PIT yang sesungguhnya. Ketiga, Sonar laboratory (SL) yaitu ruang laboratorium yang memiliki fasilitas simulator sonar yang ditujukan untuk meningkatkan kemampuan operator dalam melaksanakan analisa gelombang akustik.
Keempat, Machinery and propulsion control simulator (MPCS) yaitu fasilitas latihan pengoperasian peralatan utama bagian permesinan dan sistem pendorong bagi awak kapal selam. Kelima, Fire and damage control simulator (FDCS) adalah sarana latihan penanggulangan kedaruratan pada kapal selam yaitu bahaya kebakaran dan kebocoran.
Terakhir yaitu Submarine escape training tank (SETT) yaitu fasilitas yang digunakan sebagai sarana latihan bagi awak kapal selam untuk melaksanakan penyelamatan diri dalam kondisi darurat.
jurnas
Pindad Garap 82 Mobil Tempur Pesanan TNI Senilai Rp 800 Miliar
"Pesanan 82 unit panser Anoa itu berasal dari permintaan dalam negeri, khususnya TNI pada 2013," ungkap Direktur Utama Pindad, Adik Avianto Sudarsono saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, seperti ditulis Jumat (5/7/2013).
Dia menjelaskan, panser Anoa yang dipesan oleh TNI tidak berbeda jauh dengan oleh permintaan negara lain. Namun pesanan mobil tempur tetap disesuaikan dengan strategi pertempuran yang diterapkan oleh TNI.
"Tapi kalau panser yang dijual untuk negara lain, harus izin dulu dengan Kementerian Pertahanan Indonesia. Karena kami kan tidak tahu apa kepentingan mereka beli panser produk Indonesia, khawatir itu musuh atau justru mau menyerang negara ini," papar Adik.
Dia mengaku, satu mobil tempur (panser) jenis Anoa dibanderol dengan harga sekitar Rp 8 miliar kepada TNI. Adik menghitung, total kebutuhan dana yang mesti disiapkan perseroan untuk mengerjakan puluhan unit panser hingga Rp 800 miliar.
"Pesanan ini kan proyek bertahap, tapi kami sudah mulai bekerja lembur mengerjakan produksi panser. Total kontrak dengan TNI untuk produksi 82 unit panser sekitar Rp 600 miliar-Rp 800 miliar dan kami sudah dapatkan komitmen dari tiga bank BUMN (BRI, Mandiri dan BNI)," tukasnya.
Dalam setahun, Adik mengatakan, pabrik manufaktur milik perseroan yang berlokasi di Bandung, Jawa Barat tersebut memiliki kapasitas produksi 60 unit-80 unit panser.(Fik/Nur)
Senegal tertarik tambah pesawat CN 235
Pesawat CN-235 MPA/Korean Coast Guard pesanan Korea Selatan
" Kami menggunakan pesawat itu untuk berbagai keperluan dan saya puas dengan kemampuannya."
"Kami menggunakan pesawat itu untuk berbagai keperluan dan saya puas dengan kemampuannya," kata Augustine seusai pertemuan dengan Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin di Dakar, Senegal, Kamis.
Angkatan Bersenjata Senegal memiliki satu unit pesawat angkut militer CN 235 yang dibeli secara kredit dari penjamin di Belgia. Tingkat penggunaan pesawat tersebut sangat tinggi.
"Besok saya akan naik pesawat itu ke daerah. Kadang digunakan untuk ke negara tetangga seperti Mali atau Benin," kata Augustine.
Sjafrie yang didampingi Dirjen Strategi Pertahanan Sonny Prasetyo dan Direktur Pemasaran PT DI Budiman Saleh menawarkan tambahan pesawat CN 235 dan generasi terbarunya CN 295 yang lebih canggih.
"Saya berharap bisa tambah satu yang generasi baru, adakah diberikan fasilitas kreditnya?" tanya Augustine.
Sjafrie menjawab bahwa kemungkinan fasilitas kredit itu bisa diberikan, namun akan tanya dulu kepada Menteri Keuangan.
"Soal kredit bukan wewenang saya, tapi Menteri Keuangan," katanya.
Wamenhan mengundang Augustine datang ke Indonesia untuk melihat sendiri produk industri pertahanan Indonesia.
"Saya ingin datang namun saya harus minta izin dulu ke Perdana Menteri," katanya seraya mengatakan Senegal juga membutuhkan peralatan militer seperti senapan dan amunisinya.
Sebelumnya, Sjafrie mengatakan kunjungan ke Afrika untuk meningkatkan kerja sama militer dan menjajaki peluang kerja sama produk industri pertahanan.
Indonesia, katanya, ikut ambil bagian dalam pasukan penjaga perdamaian di Afrika.
"Terimakasih Senegal sudah menggunakan CN 235, kami tawarkan produk lain seperti senjata dan nonsenjata," kata Sjafrie yang memberikan contoh produk dari mulai helm, rompi, dan makanan prajurit.
Menhan Senegal setuju memperkuat kerja sama dengan Indonesia. Senegal juga ikut pasukan penjaga perdamaian PBB.
Senegal juga sepakat untuk kerja sama melawan terorisme.
Sjafrie menyatakan setuju dengan kerja sama membasmi terorisme yang menjadi kejahatan internasional. (A017/R007)
Antaranews
Laksanakan Operasi Tameng Hiu, KRI Malahayati-362 Sebagai Kapal Markas
ARMATIM -
Mengawali pelaksanaan Operasi Tameng Hiu-13 KRI Malahayati-362
melaksanakan loading chaff sebanyak 5 roket di dermaga Arsenal Batuporon
Madura, Kamis (4/7).
Selanjutnya KRI Malahayati-362 akan melaksanakan penembakan chaff di laut Jawa selama pelaksanaan lintas laut menuju daerah operasi di perairan Karang Unarang.
Komandan KRI Malahayati, Letkol laut (P) Moch. Irchamni dalam pesannya menyampaikan bahwa penembakan chaffyang dilaksanakan oleh KRI Malahayati-362 merupakan bentuk profesionalisme prajurit Koarmatim, khususnya satuan kapal Eskorta. Hal ini, merupakan bukti bahwa para prajurit selain berhasil menjaga kesiapan material juga selalu siap dalam menghadapi tugas operasi.
Selanjutnya KRI Malahayati-362 akan melaksanakan penembakan chaff di laut Jawa selama pelaksanaan lintas laut menuju daerah operasi di perairan Karang Unarang.
Komandan KRI Malahayati, Letkol laut (P) Moch. Irchamni dalam pesannya menyampaikan bahwa penembakan chaffyang dilaksanakan oleh KRI Malahayati-362 merupakan bentuk profesionalisme prajurit Koarmatim, khususnya satuan kapal Eskorta. Hal ini, merupakan bukti bahwa para prajurit selain berhasil menjaga kesiapan material juga selalu siap dalam menghadapi tugas operasi.
Sesuai rencana, KRI Malahayati akan melaksanakan Operasi bersandi Tameng Hiu-13 dan dijadikan sebagai kapal markas di bawah kendali Komandan Gugus Tempur Laut Armatim selama 2 (dua) bulan. Puasa dan Lebaran bukan menjadi penghalang bagi seluruh prajurit KRI Malahayati-362 untuk melaksanakan tugas mulia, menjadi garda bangsa di daerah perbatasan.
Wamenhan minta dubes aktif promosi CN 235
Dakar : Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin meminta Dubes RI di Dakar Andradjati untuk aktif mempromosikan produk industri pertahanan nasional, termasuk pesawat CN 235 dan CN 295.
"Dubes itu harus jadi `salesman`. Menjual produk industri pertahanan bukan berbisnis, tapi membantu BUMN strategis dalam promosi," katanya dalam pertemuan dengan staf KBRI Dakar, Kamis.
Dubes RI di Dakar Andradjati merangkap delapan negara lain di Afrika seperti Kongo, Gambia, Mali, Sierra Leone, Guinea Bissau, Pantai Gading, Gabon.
Dubes mengatakan sejak ditugaskan di Dakar ia telah berusaha membantu memasarkan pesawat buatan PT Dirgantaa Indonesia itu.
"Saya sudah membuat brosur dan majalah yang mempromosikan keunggulan CN 235," ucapnya.
Senegal yang belum membuka perwakilannya di Jakarta sudah membeli dua pesawat CN 235 lewat penjamin dari Belgia. Pesawat itu akan ditinjau Sjafrie dalam kunjungan dua harinya ke Afrika Barat itu.
"Senegal juga berminat tambah alusista, namun kemampuan ekonomi belum cukup. Perlu pihak lain sebagai penjamin seperti Belgia untuk pembelian CN 235," ujar Dubes.
Wamenhan menjelaskan kunjungannya di Afrika untuk akselerasi kerja sama pertahanan internasional.
"Tahun 2014 seluruh benua di dunia sudah tersentuh kerja sama pertahanan dengan Indonesia," tuturnya.
Indonesia juga sudah terlibat "peacekeeping forces" di Kongo. Sjafrie meminta Dubes menemui Kontingen Garuda di Kongo pada HUT TNI 5 Oktober mendatang.
"Mereka sudah berprestasi dan selama 10 tahun membuat jalan sampai puluhan dan ratusan km," katanya.
Antaranews
Kerjasama Pembangunan Kapal Selam ke 3 RI - Korsel Semakin Meningkat
Asisten Kerjasama Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) sekaligus komisaris PT PAL, Silmy Karim, Selasa (2/7) di Kantor Kemhan mengatakan kepada wartawan, bahwa rencana pembangunan kapal selam ke tiga di galangan PT PAL sudah sesuai dengan rencana dan terdapat kemajuan dalam proses persetujuannya.
Kemajuan rencana menjadi salah satu pembahasan pada forum pertemuan Defence Industry Coorporation Commiittee (DICC) RI - Korea ke 2 yang diselenggarakan belum lama ini di Korea Selatan. Delegasi Indonesia yang dipimpin oleh Sekjen Kemhan RI Letjen TNI Budiman menghadiri pertemuan tersebut guna membahas perkembangan kerjasama pertahanan RI – Korea Selatan khususnya pengadaan Alutsista.
Terkait beberapa kemajuan rencana produksi kapal selam ke 3 RI – Korea, Silmy Karim menjelaskan saat ini kedua negara sedang dalam tahap penyiapan design, pengiriman personel ahli Indonesia ke Korea dan penyediaan fasilitas pembangunan kapal selam di galangan PT PAL Surabaya.
Ditambahkan Silmy Karim, guna melaksanakan langkah awal proyek pembangunan Kapal Selam ke 3 dari Korea Selatan, Pemerintah Indonesia mengirimkan sekitar 190 personel yang terdiri dari user (Pengguna), TNI AL, perwakilan SDM Riset dan Teknologi (Ristek), Tim Akademisi, serta pihak industri pertahanan dalam negeri yang terkait.
“ Dengan pengiriman 190 personel tersebut, menandakan Korea Selatan lebih membuka diri kepada Indonesia dalam hal Transfer of Technology (ToT),” Ujar Silmy Karim.
Selama personel Indonesia berada di Korsel akan mendapatkan Alih Teknologi (ToT) kapal selam yang tergolong kompleks dan rumit, serta harus dapat dipelajari baik melalui metode Learning by Seeing, maupun Learning by Doing sesuai dengan kesepakatan negara maupun peraturan-peraturan yang di berlakukan oleh Pemerintah Korsel.
Menurut Silmy Karim, fasilitas galangan dijadwalkan akan selesai dbangun pada Desember 2014, dan Januari 2015 pembangunan kapal selam "steel cutting" tersebut dapat dilaksanakan. Pembangunan kapal selam ini membutuhkan waktu sekitar 40 bulan atau tiga tahun maka di perkirakan kapal selam ke 3 dari hasil produksi Indonesia akan selesai pada tahun 2018.
Kemhan
Thursday, 4 July 2013
Skadron Udara 5 "Netaskan" Gatottkaca Muda
Pada hari ini, mereka dinobatkan sebagai gatotkaca muda Skadron Udara 5 yang ditandai dengan upacara tradisi captaincy yang dipimpin oleh Komandan Lanud Sultan Hasanuddin, Marsekal Pertama TNI Barhim.
Upacara tradisi captaincy tersebut dihadiri oleh jajaran pejabat Lanud Sultan Hassanuddin, para Instruktur penerbang, seluruh warga camar dan para pengurus PIA AG Ranting 01-08/II.
Pada momentum yang sangat spesial bagi gatotkaca muda camar ini, Kapten Pnb I Kadek Wiliantara dan Kapten Pnb Hendro Sukamdani, Komandan Lanud Sultan Hasanuddin, Marsekal Pertama TNI Barhim mengucapkan selamat atas keberhasilan dalam menyelesaikan pendidikan captaincy dengan baik, aman dan lancar.
Selain itu, beliau juga menekankan pembinaan dalam penyiapan regenerasi di masa yang akan datang harus berbobot dan terarah dengan harapan terlahirnya kembali gatotkaca-gatotkaca Skadron Udara 5 yang tangguh dan mampu melaksanakan tugasnya.
Setelah upacara selesai, dilanjutkan acara tambahan yaitu penyiraman air kembang, pemecahan telor dan penempelan kapas kepada Kapten Pnb I Kadek Wiliantara dan Kapten Pnb Hendro Sukamdani sebagai tanda telah lahir dengan suci dan harum ksatria muda yang siap berbakti menjaga kedaulatan NKRI oleh Komandan Lanud Sultan Hasanuddin, Marsekal Pertama TNI Barhim, diikuti oleh para pejabat Lanud Sultan Hasanuddin, instruktur penerbang dan Istri tercinta dari setiap peserta tradisi captaincy.
Dengan lahirnya Gatotkaca Camar Muda ini akan menambah kekuatan Pilot Pesawat Boeing 737-200 SIP Skadron Udara 5 untuk melaksanakan Pengamatan dan Pengintaian Udara Strategis di wilayah kedaulatan NKRI yang merupakan Tugas TNI AU.(pentak sultan hasanuddin)
Majalah potret indonesia
Kisah heroik para polisi tameng peluru Soekarno
Salah satu kisah heroik para polisi ini adalah saat Detasemen Kawal pribadi (DKP) berkali-kali menyelamatkan Presiden Soekarno dari percobaan pembunuhan.
Ajun Komisaris Besar Polisi Mangil Martowidjojo mengisahkan peristiwa tanggal 14 Mei 1962 itu dalam buku Gerakan 30 September, Pelaku, Pahlawan & Petualang yang ditulis wartawan Senior Julius Pour, terbitan Kompas.
Komandan Detasemen Kawal Pribadi (DKP) ini baru menerima kabar dari Kapten (CPM) Dahlan. Laporan itu menyebutkan Kelompok Darul Islam merencanakan untuk membunuh Presiden Soekarno.
Saat itu Mangil memeriksa jadwal Presiden Soekarno satu minggu ke depan. Mangil yakin, para pemberontak itu pasti akan menyerang Soekarno saat Salat Idul Adha. Saat itu Istana menggelar Salat Id. Penjagaan relatif longgar dan semua pintu istana terbuka.
Maka Mangil bersiaga saat Idul Adha. Dia sengaja tidak ikut Salat Id.
"Saya duduk enam langkah di depan bapak. Di samping saya duduk Inspektur Polisi Soedio. Kami berdua menghadap ke arah umat. Sedangkan tiga anak buah, Amon Soedrajat, Abdul Karim dan Susilo pakai pakaian sipil dan berpistol duduk di sekeliling bapak," cerita Mangil.
Tiba-tiba saat rukuk, seorang pria bertakbir keras. Dia mengeluarkan pistol dan menembak ke arah Soekarno.
Refleks, semua pengawal berlarian menubruk Soekarno. Amoen melindungi Soekarno dengan tubuhnya.
Dor! Sebutir peluru menembus dadanya. Amoen terjatuh berlumuran darah.
Dor! Pistol menyalak lagi. Kali ini mengenai menyerempet kepala Susilo. Tapi tanpa menghiraukan luka-lukanya, Susilo menerjang penembak gelap itu. Dua anggota DKP membantu Susilo menyergap penambak yang belakangan diketahui bernama Bachrum. Pistol milik Bachrum akhirnya bisa direbut DKP.
Soekarno berhasil diselamatkan. Begitu juga dengan dua polisi pengawalnya. Untungnya walau terluka parah, Amoen dan Susilo selamat.
Soekarno juga menceritakan serangan ini dalam biografinya yang ditulis Cindy Adams. Dia menyebut berkali-kali Darul Islam mencoba membunuhnya. Mulai dari serangan pesawat udara, granat Cikini dan akhirnya menyerang saat Salat Idul Adha. Soekarno menilai mereka adalah orang terpelajar yang ultrafanatik pada ideologi tertentu.
Orang-orang yang mencoba membunuh Soekarno ini diadili dan dihukum mati. Namun belakangan Soekarno memberikan amnesti dan membatalkan hukuman mati tersebut.
"Aku tidak sampai hati memerintahkan dia dieksekusi," kata Soekarno.[ian]
Helikopter Produksi PT DI
Sejumlah pekerja menyelesaikan bagian dalam saat pembuatan helikopter Super Puma NAS 332 untuk TNI AU di hanggar PT Dirgantara Indonesia, Bandung, Selasa (2/7).
PT Dirgantara Indonesia sampai tahun 2015 akan menyelesaikan seluruh pesawat dan heli pesanan TNI untuk melengkapi Alutsista negara dengan produk buatan dalam negeri.
Kehabisan Speed, Pesawat Latih TNI AU Jatuh Saat Belok ke Landasan
"Hasil pengamatan sementara, pesawat jatuh saat belok menuju landasan," kata Kadispen TNI AU Marsma Supriyadi, saat dikonfirmasi detikcom, Kamis (4/7/2013).
"Kemungkinan kehabisan speed," sambungnya.
Kecelakaan terjadi sekitar pukul 08.45 WIB Kampung Krajan RT 08, Tenggulun Timur, Subang. Sang Pilot adalah siswa penerbangan Kalijati di Lanud Suryadarma, Subang.
Menurut Supriyadi, cuaca kala itu cukup cerah. Untuk penyebab pasti kecelakaan, tim TNI AU akan melakukan penyelidikan.
"Sementara ini kita belum ada kesimpulan apa-apa," terangnya.
detik
Kolinlamil Akan Ganti Alutsista
Upaya yang sudah dilakukan, antara lain memodernisasi alutsista Kolinlamil melalui pengadaan, revitalisasi, rematerialisasi, baik dari pinjaman dalam negeri maupun peningkatan kemampuan dengan APBN.
"Kami akan memprioritaskan penggantian alutsista yang kondisinya tak layak pakai. Saya berharap Kolinlamil semakin baik dalam membina kemampuan peralatan dan perbekalan yang bersifat administrasi taktis maupun strategis," kata Kasal dalam sambutan tertulisnya pada peringatan hari ulang tahun ke-52 Kolinlamil yang dibacakan Panglima Kolinlamil, Laksda TNI SM Darojatim, di Markas Komando Kolinlamil, Jakarta, Rabu (3/7).
Penggantian alutsista juga dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pelaksanaan tugas-tugas mendesak. Saat ini alutsista yang ada di Kolinlamil dibagi ke dalam dua binaan, yakni Satuan Lintas Laut Militer (Satlinmil) Surabaya dan Satlinmil Jakarta.
Alutsista di Satlinmil Surabaya meliputi KRI Teluk Ratai-509, KRI Teluk Bone-511, KRI Teluk Parigi- 539, KRI Teluk Lampung-540, KRI Tanjung Fatagar-974, dan KRI Banjarmasin-592.
koran jakarta
Pesawat latih milik AU jatuh di Subang
Sebuah pesawat latih jatuh milik Angkatan Udara (AU) di Desa Tanggulun Timur, Kecamatan Kalijati, Subang. Pesawat itu jatuh di kawasan perkebunan sekitar pukul 08.45 WIB.
"Betul, pesawat latih yang jatuh di Kalijati. Pesawat itu diketahui jatuh pukul 08.45 WIB," ujar Brigadir Yayat, petugas Polsek Kalijati kepada merdeka.com, Kamis (4/7).
Yayat mengatakan, pesawat sedang proses evakuasi oleh petugas Lanud Suryadarma Kalijati.
"Muspida (Musyawarah Pimpinan Daerah) sudah datang ke lokasi dan sedang proses evakuasi oleh petugas lanud," kata Yayat.
merdeka
Terbukti Kuat Ditimpa Helikopter, TNI Pesan Land Rover Defender
Kendaraan 4X4 asal Inggris itu tentu akan banyak membantu para tentara di Indonesia.
"TNI pesan Defender. Saya tidak bisa sebutkan berapa unit. Jadi Defender ini memang untuk off road super berat," kata Chief Operating Officer PT Grandauto Dinamika, Darwin Maspolim di Sukabumi, Jawa Barat.
Menurut Darwin, Defender sangat kuat mulai dari mesin, kaki-kaki hingga menggunakan bodi alumunium. Spesifikasi yang disediakan pada kendaraan tersebut diklaim mumpuni untuk melintasi medan berat seperti lumpur, tanah kering, kerikil dan jenis medan berat lainnya di Indonesia.
Darwin menjelaskan, keunggulan Defender tidak sampai disini. Kendaraan yang didatangkan dari Inggris ini menggunakan rangka yang kuat bahkan tertimpa helikopter sekalipun mobil dua alam ini masih bisa berjalan.
"Pakai helikopter lalu dibanting (tertimpa) jalan sendiri itu mobil," yakin Darwin.
Di Indonesia, Defender dibanderol di kisaran Rp 800 juta. Harga yang diklaim relatif terjangkau ini diyakini akan sangat digemari, bahkan spesifikasinya akan mendongkrak penjualan Land Rover di Indonesia.
"Defender Rp 800 juta. Ini menurut kita, ini akan sukses," pungkas Darwin.
Prinsipal sendiri seperti yang dikatakan Darwin tidak akan sembarangan mengeluarkan generasi terbaru dari Defender, ditakutkan tidak akan memukau konsumen.
"Model mirip-mirip saja dari sebelumnya. Mereka super hati-hati, jangan sampai kelurain baru tapi enggak dicintai konsumen. Modelnya yang baru tak jauh berbeda dengan yang lama. Dan karakteristik itu yang akan dipertahankan. Ini akan booming," tutupnya.
Land Rover Defender disokong mesin 2.200 cc tenaga 122 Ps pada 3.500 rpm dan torsi 360 Nm pada 2.000 rpm. Mobil dua alam ini memiliki 12 varian dengan daya jelajah 11,7 liter per 100 km untuk kapasitas tangki 60 liter dan 13,6 liter per 100 km untuk kapasitas tangki 75 liter.
Land Rover Defender bisa berakselerasi dari 0-100 km/jam dalam hitungan waktu 15,8 detik dengan kecepatan maksimal 145 km/jam.
detik
Galangan Kapal Selam Indonesia Diharapkan Siap Tahun 2015
"Kami sudah ke Barata, mereka bisa menekuk baja yang tebal. Selain itu juga ada perusahaan baterai yang kami jajaki," kata Silmy Karim, juru bicara Komite Kebijakan Industri Pertahanan, Selasa (2/7).
Galangan kapal selam yang dibangun PT PAL itu membutuhkan anggaran sekitar Rp 1,5 triliun. Galangan tersebut diharapkan bisa selesai akhir 2014 sehingga tahun 2015 bisa digunakan untuk membuat kapal selam jenis 209. Selain itu sedang dijajaki juga penanaman modal dalam negeri.
Rencana pembangunan kapal selam oleh industri pertahanan Indonesia tersebut adalah bagian dari transfer teknologi pembelian tiga kapal selam dari Korea Selatan. Dua kapal selam akan dibangun di Korsel, sementara kapal selam ketiga diharapkan bisa dibangun di Indonesia.
Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementrian Pertahanan Sisriadi mengatakan, sampai saat ini kontrak untuk ketiga kapal selam itu sudah ditandatangani. Namun, keinginan Indonesia untuk secara utuh membuat kapal selam di Indonesia masih dalam proses.
"Di antaranya, Korsel ingin memastikan dulu fasilitas pembangunan di sini, makanya kita buat galangannya,"ujarnya.
Sisriadi mengatakan, pembangunan kapal selam itu tidak bisa ditangani sendiri oleh PT PAL. Oleh karena itu, Kementerian Pertahanan ingin menggandeng pihak-pihak lain. Dengan demikian, bisa diharapkan memperkuat industri-industri dan BUMN terkait. Yang penting, prinsip kemandirian dalam pembangunan kekuatan pertahanan, baik jangka menengah maupun panjang bisa dilakukan.
"Kalau galangan sudah jadi, kita kan bisa bikin kapal selam lagi. Soalnya, kita butuh 12 kapal selam. Yang ada sekarang itu dibikin tahun 1980," kata Silmy.
Menurut dia, selain persiapan fisik, Indonesia juga telah mengirimkan orang-orang untuk belajar di Korsel yang tengah membangun kapal selam untuk Indonesia. Total ada 200 teknisi dan akademisi serta pengguna dari TNI Angkatan Laut yang telah disetujui untuk dikirim. "Yang penting, kita bisa bersiap untuk membangun kapal selam sendiri yang selesai tahun 2018," katanya.
Silmy mengakui, prosesnya memang tidak serta merta mulus. Namun, dia optimistis, Korsel terbuka untuk berbagai pengaturan lebih lanjut dalam kerja sama ini. Kerja sama Indonesia dan Korsel sangat luas, tidak hanya di bidang kapal selam, tetapi juga di bidang militer dan perdagangan.
Kompas
Perkembangan Teknologi Intelijen dan Permasalahan Keamanan Maritim
Dalam konferensi tersebut dibahas masalah ancaman keamanan regional terutama dalam sektor maritim yang meliputi Operasi udara Kontra Bajak laut, Pengawasan Udara pada ZEE, Operasi Udara Pengamanan perbatasan, Pelindungan Udara Perikanan lepas Pantai, Perlindungan dari perampokan di perairan, Search & rescue, pengintaian Udara pada Human Trafficking, Proyek multi fungsi pengamatan maritim, Operasi gabungan keamanan maritim serta operasi udara untuk antisipasi dan penanggulangan bencana. serta perkembangan teknologi penerbangan yang menunjang keberhasilan pengamanan maritim.
Konferensi Internasional yang telah dibuka Kalahar Bakorkamla Laksamana Madya Bambang Suwarto, Senin (1/7) dihadiri perwakilan dari Angkatan Bersenjata negara-negara luar dan para stakeholder dalam negeri dari Kemhan, Mabes TNI, TNI AU, TNI AD, TNI AL, Kepolisian, Bakorkamla, Basarnas, BNPT, para diplomat, pakar kedirgantaraan dan militer, kalangan intelijen dan dari media nasional.
Tampil sebagai Pembicara pertama adalah Air Station Commander Malaysian Maritime Enforcement Agency (MMEA) Malaysia Captain Maritime Norhaizad bin Ismail dengan bahasan ”Coastal Fisheries Protection” dengan inti pembahasan cara memberikan perlindungan bagi para pelaku perikanan lepas pantai sehingga aman dari tindakan kejahatan di lautan.
Pembahasan yang sangat menarik dibawakan oleh Captain (Rt) U.S Navy Kenneth C.Klothe dengan tema ”Special Mission Aircraft & the Differing Levels of Airborne Intelligence Gathetring ”. Yaitu membahas perkembangan teknologi penerbangan guna menunjang kegiatan intelijen seperti mengumpulkan data dari signal yang di pantulkan ke permukaan sehingga diperoleh data penting tentang keberadaan insurjen/musuh bahkan dapat mendekteksi bom yang tertanam didaerah tersebut. Dicontohkan bagaimana keberhasilan intelijen USA di Iraq, Afganistan dll dalam mendeteksi keberadaan tentara lawan dengan menggunakan peralatan penginderaan yang tepat.
Pembicara dalam konferensi hari ketiga berasal dari Malaysia, Seychelles, United Kingdom, USA, dan negara Uni Eropa lainnya. Selama Konferensi, peserta menerima materi paparan tentang sistem pengawasan wilayah terutama dalam sektor maritim dan alutsista berbasiskan tehnologi modern yang digunakan dalam operasi udara khusus. Pihak penyelenggara juga mengadakan Ekshibisi Teknologi atau pameran teknologi kedirgantaraan dan maritim terbaru oleh beberapa industri Uni Eropa.
Dengan pelaksanaan konferensi ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan dan jaringan kerjasama yang menguntungkan bagi pengembangan kekuatan dan kemajuan kedirgantaraan militer Indonesia.
majalah potre tindonesia
Radio RT-314KE/C Satgas FPC TNI unjuk kemampuan di Lebanon
Latihan bersama ini bertujuan untuk melatih dan meningkatkan kemampuan satuan-satuan penugasan kontingen UNIFIL seperti Sector East, Sector West, Maritime Task Forces (MTF), Force Commander Reserve (FCR) dari Perancis serta unit-unit yang berada langsung dibawah Force Commander, diantaranya Satgas FPC (Force Protection Company) TNI Kontingen Garuda XXVI-E2/UNIFIL yang diberi kepercayaan oleh pihak UNIFIL untuk menampilkan salah satu alat komunikasi yang di miliki dalam penugasan.
Menyikapi hal tersebut, seksi komunikasi Satgas FPC TNI yang dipimpin Serka Muhammad Nazar menampilkan Radio RT-314KE/C. Radio ini merupakan salah satu alat komunikasi yang dimiliki oleh Satgas FPC TNI Konga XXVI-E2/UNIFIL dan merupakan pengganti dari PRC 77 yang sudah populer dikalangan pasukan Indonesia.
Radio buatan China berlisensi Amerika ini tidak kalah dengan radio yang dimiliki oleh negara-negara besar Eropa, yang turut serta juga dalam pagelaran dimana salah satu kelebihannya dapat disambungkan dengan antena Global Positioning System (GPS) dan tetap dapat berkomunikasi walaupun di jammer.
Latihan yang dihadiri oleh Force Commander Mayjen Paolo Serra ini berlangsung selama satu hari. Dalam sambutannya Jenderal asal Italia menyampaikan rasa bangga dan ucapan terima kasih atas partisipasinya dalam kegiatan ini. “Semua satuan yang berada dibawahnya untuk memanfaatkan latihan ini dengan maksimal agar dapat memelihara serta meningkatkan kemampuan kerja sama antar setiap unit”, ujarnya. Sementara itu, Dansatgas FPC TNI Konga XXVI-E2/UNIFIL Letkol Inf Yuri Elias Mamahi melalui sambungan jarak jauh mengucapkan banyak terimakasih kepada Serka Muhammad Nazar yang telah dapat mengikuti latihan bersama sistem komunikasi dan informasi antara kontingen UNIFIL dan LAF dengan baik, sehingga RT-314KE/C mendapat apresiasi dari kontingen lainnya.
lensa indonesia
Publik Berhak Tahu Operasi Militer
Padahal, kalau publik mengetahui atau diberi tahu tentang informasi tersebut malah dapat membantu dengan memberikan informasi yang dibutuhkan.
"Contohnya dalam operasi keamanan di Poso, pemerintah menganggap dirinya sebagai pihak yang paling tahu sehingga timbul gap atau kesenjangan antara Densus dan masyarakat," kata Direktur Institute for Defence, Security and Peace Studies (IDSPS), Mufti Makaarim, dalam diskusi "Peluncuran Tsawane Principle: Arti Penting bagi Keamanan Nasional dan Akses Informasi di Indonesia", di Jakarta, Rabu (3/7).
Menurut Mufti, bila informasi yang dimiliki Densus dengan yang dimiliki masyarakat di-match-kan akan menuju ke arah yang lebih baik. Untuk itu, buku panduan yang memuat informasi apa saja yang dapat diketahui dan yang dapat dikecualikan oleh publik harus segera dibuat pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pertahanan.
Dengan adanya buku panduan tersebut, tambah Mufti, dapat mempermudah pemerintah dan pencari informasi dalam mengklasifi kasi mana data yang boleh dan tidak boleh diketahui masyarakat.
koran jakarta
Wednesday, 3 July 2013
Perkuat TNI Guna Jaga Perbatasan
(Strategimiliter) |
"Tujuan modernisasi alutsista semata-mata untuk menegakkan kedaulatan dan keutuhan wilayah Indonesia. Benar Indonesia cinta damai, tapi kedaulatan tidak akan pernah bisa ditawar,"kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada upacara Prasetya Perwira TNI-Polri 2013 di Markas Komando Akademi Angkatan Laut, Bumimoro, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (2/7).
Pernyataan tersebut diucapkan Presiden Yudhoyono terkait dengan pentingnya modernisasi alutsista yang dilakukan pemerintah untuk mengemban tugas-tugas negara demi tegaknya kedaulatan dan keutuhan wilayah Indonesia. Pada kurun waktu lima tahun ini, Indonesia melaksanakan pembangunan kekuatan dan modernisasi alutsista secara sangat signifi kan.
"Dengan kemampuan yang makin tinggi, pemerintah dapat mengalokasikan porsi anggaran nasional yang lebih besar untuk kepentingan pertahanan dan keamanan,"kata Presiden seraya mengatakan alokasi anggaran besar untuk moderninasi alutsista dikarenakan perekonomian Indonesia semakin membaik hingga berada di peringkat 16.
Seiring dengan modernisasi alutsista yang sedang dilaksanakan, utamanya di jajaran TNI saat ini, lanjut Kepala Negara, tentu diperlukan perwira- perwira muda yang andal untuk mengawaki berbagai alutsista modern yang telah dan akan segera kita miliki.
"Persiapkan diri kalian baik-baik, dan asahlah terus pengetahuan dan kemampuan kalian agar bisa mengemban tugas-tugas yang penting ini,"ujar Presiden.
Kepada perwira Polri yang baru dilantik, Presiden Yudhoyono meminta mereka memiliki kemampuan dan profesionalisme untuk menangani berbagai bentuk kejahatan dan pelanggaran hukum. "Para perwira memiliki tugas yang amat penting, yaitu memberantas tindak kejahatan, memelihara keamanan dan ketertiban publik, serta memberikan perlindungan, pelayanan, dan pengayoman kepada masyarakat dengan baik,"Presiden mengingatkan.
Harus Dituntaskan
Di era global saat ini, tambah Presiden Yudhoyono, kejahatan yang harus dituntaskan bukan hanya kejahatan tradisional dan yang terjadi di dalam negeri, tetapi juga kejahatan yang menggunakan teknologi dan transnasional. Bentuk perilaku dan alat kejahatan semakin beragam dan canggih. Karena itu, Polri harus mengungguli kemampuan para pelaku kejahatan dan mampu menaklukkan kecanggihan peralatannya.
"Semua itu menuntut sumber daya Polri yang andal, cerdas, dan bermental kuat serta menguasai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,"SBY menandaskan. Pada kesempatan tersebut, Presiden Yudhoyono mengatakan sebagai seorang perwira di jajaran TNI dan Polri, ke depannya dituntut untuk memahami perkembangan lingkungan yang strategis, baik global, regional, maupun nasional.
"Kini kita menghadapi lingkungan strategis baru yang unik. Tidak ada negara yang kita anggap sebagai musuh, dan sebaliknya, tidak ada satu pun negara di dunia ini yang memusuhi negara kita,"kata Presiden lagi. Presiden Yudhoyono menjelaskan lingkungan strategis baru yang khas tersebut juga memberikan peluang yang sangat besar bagi Indonesia untuk lebih berperan di dunia internasional.
"Saat ini kita dapat dengan leluasa menjalankan ‘politik luar negeri ke segala arah’ (all directions foreign policy), di mana negara kita dapat menjalin hubungan persahabatan dengan pihak mana pun,"jelas Presiden. Negara Indonesia, tambah Presiden Yudhoyono, juga dapat bebas berkiprah untuk menjalankan diplomasi ‘sejuta kawan, tanpa musuh’ (a million friends, zero enemy). Tentu saja semua itu harus dijalankan atas dasar kemandirian, kedaulatan, kesetaraan, dan prinsip saling menguntungkan.
koran-jakarta.com
Uganda tertarik produk industri militer Indonesia
Keandalan senjata personel SS-1 buatan PT Pindad
Kampala, Uganda,: Menteri Pertahanan Uganda Kiyonga Cripus menyatakan tertarik dengan produk industri militer Indonesia termasuk pesawat angkut militer CN 295.
"Industri militer Indonesia sudah maju. Saya tertarik dengan apa yang dipamerkan tadi," kata Kiyonga seusai pertemuan dengan Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin di Kampala, Uganda, Selasa.
Setelah pertemuan, dilakukan pameran kecil tentang produk-produk industri pertahanan Indonesia seperti rompi anti peluru, helm prajurit, makanan tentara, senapan serbu SS1, dan model pesawat CN 235 dan CN 295 produksi PT Dirgantara Indonesia.
Kiyonga yang didampingi Panglima Angkatan Bersenjata Uganda Katumba Wamala tampak antusias memeriksa barang-barang yang dipamerkan.
"Saya akan datang ke Indonesia untuk melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana barang-barang militer itu diproduksi," kata Kiyonga.
Ia bersama timnya juga akan melihat bagaimana pusat pelatihan pasukan penjaga perdamaian dan kontra terorisme.
"Pasukan penjaga perdamaian Indonesia sangat dikenal di Afrika," katanya merujuk pada peran Kontingen Garuda di Kongo yang dinilainya melegenda.
Sjafrie didampingi Dirjen Industri Pertahanan Mayjen Sonny Prasetyo, Direktur Pemasaran PT DI Budiman Saleh, Direktur Afrika Kemlu Lasro Simbolon serta Dubes RI di Kenya dan Uganda Sunu Sumarno.
Kiyonga juga memuji Indonesia yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang bagus.
Wamenhan Sjafrie Sjamsoeddin mengatakan tujuan ke Uganda adalah untuk melanjutkan hubungan sejarah Indonesia dan Uganda sebagai negara NonBlok. "Tujuan utama kami untuk meningkatkan hubungan kerjasama pertahanan," kata Sjafrie.
"Kita proaktif komunikasi dengan negara-negara termasuk yang jauh seperti Uganda. Kita bisa buka pintu untuk kerjasama," katanya.
Sjafrie juga mengundang mitranya untuk datang ke Indonesia. "Kita punya Universitas Pertahanan ditawarkan untuk belajar para perwira. Mengundang tim untuk melihat produksi industri pertahanan Indonesia," demikian Sjafrie Sjamsoeddin.
Antaranews.com
Kisah Polisi muda gagalkan pembajakan pesawat pertama di Indonesia
Pembajakan Merpati 1972 |
Ada satu kisah heroik seorang perwira muda polisi mengakhiri drama pembajakan pesawat pertama di Indonesia. Peristiwa itu terjadi 5 April 1972, jauh sebelum Kopassus membebaskan sandera di pesawat Garuda di Woyla.
Saat itu seorang desertir KKO TNI AL, Hermawan, membajak Pesawat Merpati dengan jurusan Surabaya-Jakarta. Bersenjatakan dua buah granat, dia memaksa Kapten Pilot Hindiarto Sugondo memutar balik pesawat dan mendarat di Bandara Adisutjipto, Yogyakarta.
Beberapa perwira reserse Kepolisian Yogyakarta meluncur ke Bandara. Mereka dipimpin AKBP Suyono. Turut serta dalam jip tua itu seorang Inspektur Polisi Tingkat II Bambang Widodo Umar. Perwira muda ini baru lima bulan lulus Akademi Kepolisian. Usianya baru 24 tahun.
"Saat kami sampai, di Bandara sudah ramai. Ada TNI AU berjaga di sekeliling pesawat," kata Bambang Widodo Umar saat berbincang dengan merdeka.com pekan lalu.
Hermawan meminta uang tebusan Rp 20 juta. Jumlah yang sangat besar di tahun 1972. Hingga sore hari, uang yang ada di Bank seluruh Yogya tidak sampai sebanyak itu.
Karena baru sekali ada pembajakan, otoritas terkesan bingung menyelesaikan masalah itu. Waktu terus bergulir tanpa ada kejelasan akan seperti apa penyelesaian pembajakan pesawat jenis Vickers Viscount MZ-171 tersebut.
"Saya terus lihat ke pesawat. Saya perhatikan, kaca pilot itu kok membuka dan menutup terus. Saya ambil kesimpulan, pilot mencoba memberi tanda. Kalau kaca membuka, pembajak ada di belakang. Kalau kaca menutup, pembajak ada di kokpit," jelas Bambang yang kini menjadi pengamat kepolisian ini.
Bambang tiba-tiba maju mendekat ke pesawat. Naluri polisinya berkata dia harus mengambil tindakan. Jika kaca menutup, pertanda ada pembajak, Bambang mencoba merunduk agar tak ketahuan.
"Jarak antara apron dan pesawat itu kira-kira 200 meter. Saya maju pelan-pelan. Banyak orang di bandara memperhatikan saya, Tapi waktu itu saya benar-benar terfokus pada pesawat itu," jelasnya.
Setelah dekat Bambang mencabut pistol revolver miliknya. Dia meminta tangga dan mencoba naik ke kokpit pesawat. Sayangnya, tangga itu kurang tinggi. Bambang tak bisa melihat situasi dengan jelas, pandangannya terhalang.
"Saya bicara dengan pilot. Dia bilang kalau tidak bisa menembak, serahkan saja pistolnya pada saya (pilot). Saya bisa menembak. Pilotnya itu anggota TNI AU yang dikaryakan," kata Bambang menirukan ucapan Kapten Pilot Hindiarto.
"Saat itu saya refleks memberikan pistol saya padanya. Saya takut juga kalau ketahuan pembajak malah nanti pistolnya diambil, tapi saat itu saya yakin saya harus memberikan pistol itu."
Tiba-tiba Hermawan berbicara, pembajak ini kesal karena permintaannya tak dipenuhi. Dia memutuskan untuk meledakkan pesawat dan seluruh penumpangnya. Suasana tegang, semua orang di Bandara menahan napas meyaksikan detik-detik menegangkan itu.
Tiba-tiba terdengar tembakan pistol tiga kali. 'Dor..dor..dor! Pilot Hindiarto berhasil menembak mati Hermawan.
Drama pembajakan berakhir. Kapten Pilot Hindiarto mengembalikan pistol milik Bambang sambil memeluk dan mengucapkan terimakasih.
Inspektur Bambang dipuji Presiden Soeharto. Untuk pertama kalinya perwira muda itu terbang naik pesawat. Di Jakarta, Soeharto secara pribadi memberikan selamat untuk Bambang.
Sayangnya Bambang batal naik pangkat luar biasa. Dia dipanggil ke Mabes Polri dan ditanyai macam-macam, mereka menilai tindakan Bambang memberikan pistol pada pilot sangat berbahaya. Inspektur Bambang pun adu argumen, Mabes Polri akhirnya bisa menerima penjelasan perwira muda yang berani ini.
Merdeka.com
Fairey AS.4 Gannet TNI AL
Si Gembul Pemburu Kapal Selam
Seperti halnya TNI AU, Angkatan Laut pernah merasakan satu dasawarsa memiliki alutsista yang disegani di kawasan Selatan pada awal hingga pengujung 1960-an. Di air asin TNI AL diperkuat kapal penjelajah kelas Sverdlov dan kapal selam kelas Whisky. Sedangkan di udara hadir pembom torpedo Il-28T, heli Mi-4 ASW, serta AS.4 Gannet.
Embrio kekuatan udara TNI AL terbentuk ketika diresmikannya Staf Penerbangan di bawah Staf Operasi Mabesal pada 4 Februari 1950 yang kemudian disempurnakan menjadi Dinas Penerbangan ALRI pada 17 Juni 1956. Menyadari tanggung jawab menjaga wilayah laut RI yang luas, Penerbal mulai memikirkan untuk memiliki kekuatan udara yang dapat mengawasi dan menjaga wilayah laut dari gangguan kapal permukaan maupun kapal selam asing. Pertengahan tahun 1950-an Indonesia melakukan negosiasi dengan AS untuk mendapatkan pesawat terbang intai maritim Grumman S-2F Tracker. Namun sayang keinginan tersebut ditolak karena pada saat itu sedang terjadi masalah politik internal di dalam negeri AS.
Gagal mendapatkan Tracker, Penerbal mengincar pesawat Gannet buatan Fairey. Gayung bersambut, Pemerintah Inggris memberikan lampu hijau sehingga pada 1957 kontrak pembelian Gannet ditandatangani. Tahun 1959 TNI AL segera mengirim para kadetnya untuk belajar menerbangkan Gannet langsung di pabrik Fairey di White Waltham. Mereka yang dikirim di antaranya Eddy Tumengkol, Subadi, Kunto Wibisono, dan Budiarto. Kadet TNI AL lainnya belajar menerbangkan jet latih Vampire milik RAF di Oakington, di antaranya Lmd Cokrodirejo dan Hamami. Kelak mereka diperbantukan kepada AURI untuk menerbangkan pesawat Vampire, melatih pilot baru, dan memelihara kemampuan terbang mereka.
Berbasis kapal induk
Sejatinya Gannet adalah pesawat yang dioperasikan dari kapal induk dengan sayap utama yang bisa dilipat (dua tekukan) serta memiliki kail pengait di bawah ekor untuk pendaratan. Namun Indonesia tidak memperoleh jenis ini karena Gannet untuk TNI AL adalah versi AS.1 & T.2 bekas pakai Fleet Air Arm, Royal Navy yang telah dimodifikasi dan di-upgrade menjadi varian setara tipe AS.4 & T.5 menggunakan mesin lebih powerfull namun sayap utama telah diubah menjadi model tetap alias tidak bisa dilipat. Lain halnya dengan Gannet milik Angkatan Laut Jerman dan Australia. Mereka memperolehnya dari jalur produksi baru yakni varian AS.4 dan T.5 yang telah mengadopsi mesin baru.
Dari ke-18 Gannet yang dimiliki TNI AL, dua unit merupakan versi latih yakni model T.5 dan sisanya versi ASW. Tipe AS.4 yang perannya sebagai pemburu kapal selam dilengkapi dengan torpedo yang tersimpan dalam bomb bay di perutnya yang gendut. Pesawat ini juga dipersenjatai roket tanpa kendali yang menggantung di sayap utama serta rumah radar pencari yang bisa ditarik ke dalam perut pada bagian bawah belakang pesawat. AS.4 diawaki tiga orang. Yakni pilot dan navigator merangkap observer yang berada dalam satu ruang, serta operator radio-radar di kokpit dengan posisi duduk terpisah menghadap ke belakang ekor pesawat.
Gannet didukung oleh mesin turboprop Double Mamba (populer dengan sebutan Twin Pac) buatan Armstrong-Siddeley. Mesin ini menggerakkan bilah baling-baling model tumpuk yang berputar berlawanan arah (contra rotating). Kelebihan mesin ini adalah salah satu mesin dapat dimatikan untuk penerbangan jelajah ekonomis, atau jika salah satu mesin gagal bekerja maka pesawat tidak akan mengalami masalah dalam penanganan terbang terkait dengan penggunaan mesin contra rotary tersebut.
Gannet milik TNI AL telah mengadopsi mesin tipe baru Double Mamba Mark 101 berdaya 3.035 SHP lebih besar dibanding Double Mamba Mark 100 yang dipakai pada versi AS.1 berdaya 2.950 SHP.
Langsung menuju palagan
Dua pesawat dari pengiriman pertama tiba di Surabaya tahun 1960. Berangsur-angsur disusul pesawat berikutnya hingga total genap menjadi 18 unit masuk Skwadron Udara 100 antikapal selam bermarkas di Morokrembangan, Surabaya. Belum genap dua tahun berdinas AS.4 Gannet dilibatkan dalam Operasi Trikora, dikirim ke wilayah timur untuk mengawasi dan meng-cover laut sekitar Sulawesi hingga laut Banda yang berpangkalan di Liang, Ambon.
Selepas Trikora, Gannet ditarik ke sarangnya. Malang tak dapat ditolak, sebuah Gannet mengalami kecelakaan disekitar Ambon waktu menjalani penerbangan malam dari Mapanget, Manado ke Liang, Ambon. Pesawat baru ditemukan secara tak sengaja setahun kemudian di Gunung Salahatu.
Tak sempat beristirahat lama, Gannet kembali memenuhi panggilan tugas. Kali ini dalam Operasi Dwikora dari 1964-1966 untuk mengawasi perairan di sepanajang perbatasan Singapura hingga selat Karimata dan berbasis di Tanjung Pinang, Riau. Gannet juga terbang dari Denpasar, Bali guna memantau pergerakkan kapal lawan di wilayah selatan Samudra Hindia. Bak senjata makan tuan, Inggris harus menghadapi senjata buatannya sendiri. Dengan digunakananya Gannet oleh TNI AL makin membuat Inggris berang, hingga memutuskan pasokan suku cadangnya. Dalam konflik ini Inggris juga menggunakan Gannet AEW.3 yakni versi Airborne Early Warning yang dioperasikan oleh Fleet Air Arm No.849 Squadron.
Sebagai tambahan informasi, sebelum konflik Dwikora mencapai ujungnya, sayap Penerbal bertambah kuat dengan datangnya sembilan helikopter Mi-4 versi ASW yang dimasukkan ke dalam Skwadron Udara 400. Taring Penerbal bahkan makin meruncing dengan diterimanya 12 Il-28 second hand dari Uni Soviet, 10 di antaranya versi pembom torpedo Il-28T lengkap dengan torpedo RAT-52 sebanyak 59 unit yang hadir pada kuartal pertama tahun 1965 dan menghuni Skwadron Udara 500 di Juanda, Surabaya. Di tahun yang sama AL mendapat limpahan pula 14 unit Il-28 dari TNI AU.
Dengan pecahnya pemberontakan PKI September 1965 dan berujung bergantinya kekuasaan Pemerintahan RI, konflik bersaudara dengan Malaysia berakhir damai di atas meja perundingan. Meski hubungan diplomatik dengan Inggris kembali normal, tapi suku cadang pesawat Gannet TNI AL tak mendapatkan gantinya.
Lambat laun kinerja pesawat mulai menurun. Dengan terpaksa Penerbal pun akhirnya melakukan kanibalisasi agar pesawat tetap bisa operasional. Awal tahun 1970-an diputuskan seluruh Gannet tersisa harus beristirahat panjang. Walau dalam dua operasi militer yang dijalani Gannet tak pernah melepaskan senjatanya, namun Si Gembul memasuki masa purna bakti dengan terhormat sebagai veteran perang sejati.(Rangga Baswara Sawiyya)
Seperti halnya TNI AU, Angkatan Laut pernah merasakan satu dasawarsa memiliki alutsista yang disegani di kawasan Selatan pada awal hingga pengujung 1960-an. Di air asin TNI AL diperkuat kapal penjelajah kelas Sverdlov dan kapal selam kelas Whisky. Sedangkan di udara hadir pembom torpedo Il-28T, heli Mi-4 ASW, serta AS.4 Gannet.
Embrio kekuatan udara TNI AL terbentuk ketika diresmikannya Staf Penerbangan di bawah Staf Operasi Mabesal pada 4 Februari 1950 yang kemudian disempurnakan menjadi Dinas Penerbangan ALRI pada 17 Juni 1956. Menyadari tanggung jawab menjaga wilayah laut RI yang luas, Penerbal mulai memikirkan untuk memiliki kekuatan udara yang dapat mengawasi dan menjaga wilayah laut dari gangguan kapal permukaan maupun kapal selam asing. Pertengahan tahun 1950-an Indonesia melakukan negosiasi dengan AS untuk mendapatkan pesawat terbang intai maritim Grumman S-2F Tracker. Namun sayang keinginan tersebut ditolak karena pada saat itu sedang terjadi masalah politik internal di dalam negeri AS.
Gagal mendapatkan Tracker, Penerbal mengincar pesawat Gannet buatan Fairey. Gayung bersambut, Pemerintah Inggris memberikan lampu hijau sehingga pada 1957 kontrak pembelian Gannet ditandatangani. Tahun 1959 TNI AL segera mengirim para kadetnya untuk belajar menerbangkan Gannet langsung di pabrik Fairey di White Waltham. Mereka yang dikirim di antaranya Eddy Tumengkol, Subadi, Kunto Wibisono, dan Budiarto. Kadet TNI AL lainnya belajar menerbangkan jet latih Vampire milik RAF di Oakington, di antaranya Lmd Cokrodirejo dan Hamami. Kelak mereka diperbantukan kepada AURI untuk menerbangkan pesawat Vampire, melatih pilot baru, dan memelihara kemampuan terbang mereka.
Berbasis kapal induk
Sejatinya Gannet adalah pesawat yang dioperasikan dari kapal induk dengan sayap utama yang bisa dilipat (dua tekukan) serta memiliki kail pengait di bawah ekor untuk pendaratan. Namun Indonesia tidak memperoleh jenis ini karena Gannet untuk TNI AL adalah versi AS.1 & T.2 bekas pakai Fleet Air Arm, Royal Navy yang telah dimodifikasi dan di-upgrade menjadi varian setara tipe AS.4 & T.5 menggunakan mesin lebih powerfull namun sayap utama telah diubah menjadi model tetap alias tidak bisa dilipat. Lain halnya dengan Gannet milik Angkatan Laut Jerman dan Australia. Mereka memperolehnya dari jalur produksi baru yakni varian AS.4 dan T.5 yang telah mengadopsi mesin baru.
Dari ke-18 Gannet yang dimiliki TNI AL, dua unit merupakan versi latih yakni model T.5 dan sisanya versi ASW. Tipe AS.4 yang perannya sebagai pemburu kapal selam dilengkapi dengan torpedo yang tersimpan dalam bomb bay di perutnya yang gendut. Pesawat ini juga dipersenjatai roket tanpa kendali yang menggantung di sayap utama serta rumah radar pencari yang bisa ditarik ke dalam perut pada bagian bawah belakang pesawat. AS.4 diawaki tiga orang. Yakni pilot dan navigator merangkap observer yang berada dalam satu ruang, serta operator radio-radar di kokpit dengan posisi duduk terpisah menghadap ke belakang ekor pesawat.
Gannet didukung oleh mesin turboprop Double Mamba (populer dengan sebutan Twin Pac) buatan Armstrong-Siddeley. Mesin ini menggerakkan bilah baling-baling model tumpuk yang berputar berlawanan arah (contra rotating). Kelebihan mesin ini adalah salah satu mesin dapat dimatikan untuk penerbangan jelajah ekonomis, atau jika salah satu mesin gagal bekerja maka pesawat tidak akan mengalami masalah dalam penanganan terbang terkait dengan penggunaan mesin contra rotary tersebut.
Gannet milik TNI AL telah mengadopsi mesin tipe baru Double Mamba Mark 101 berdaya 3.035 SHP lebih besar dibanding Double Mamba Mark 100 yang dipakai pada versi AS.1 berdaya 2.950 SHP.
Langsung menuju palagan
Dua pesawat dari pengiriman pertama tiba di Surabaya tahun 1960. Berangsur-angsur disusul pesawat berikutnya hingga total genap menjadi 18 unit masuk Skwadron Udara 100 antikapal selam bermarkas di Morokrembangan, Surabaya. Belum genap dua tahun berdinas AS.4 Gannet dilibatkan dalam Operasi Trikora, dikirim ke wilayah timur untuk mengawasi dan meng-cover laut sekitar Sulawesi hingga laut Banda yang berpangkalan di Liang, Ambon.
Selepas Trikora, Gannet ditarik ke sarangnya. Malang tak dapat ditolak, sebuah Gannet mengalami kecelakaan disekitar Ambon waktu menjalani penerbangan malam dari Mapanget, Manado ke Liang, Ambon. Pesawat baru ditemukan secara tak sengaja setahun kemudian di Gunung Salahatu.
Tak sempat beristirahat lama, Gannet kembali memenuhi panggilan tugas. Kali ini dalam Operasi Dwikora dari 1964-1966 untuk mengawasi perairan di sepanajang perbatasan Singapura hingga selat Karimata dan berbasis di Tanjung Pinang, Riau. Gannet juga terbang dari Denpasar, Bali guna memantau pergerakkan kapal lawan di wilayah selatan Samudra Hindia. Bak senjata makan tuan, Inggris harus menghadapi senjata buatannya sendiri. Dengan digunakananya Gannet oleh TNI AL makin membuat Inggris berang, hingga memutuskan pasokan suku cadangnya. Dalam konflik ini Inggris juga menggunakan Gannet AEW.3 yakni versi Airborne Early Warning yang dioperasikan oleh Fleet Air Arm No.849 Squadron.
Sebagai tambahan informasi, sebelum konflik Dwikora mencapai ujungnya, sayap Penerbal bertambah kuat dengan datangnya sembilan helikopter Mi-4 versi ASW yang dimasukkan ke dalam Skwadron Udara 400. Taring Penerbal bahkan makin meruncing dengan diterimanya 12 Il-28 second hand dari Uni Soviet, 10 di antaranya versi pembom torpedo Il-28T lengkap dengan torpedo RAT-52 sebanyak 59 unit yang hadir pada kuartal pertama tahun 1965 dan menghuni Skwadron Udara 500 di Juanda, Surabaya. Di tahun yang sama AL mendapat limpahan pula 14 unit Il-28 dari TNI AU.
Dengan pecahnya pemberontakan PKI September 1965 dan berujung bergantinya kekuasaan Pemerintahan RI, konflik bersaudara dengan Malaysia berakhir damai di atas meja perundingan. Meski hubungan diplomatik dengan Inggris kembali normal, tapi suku cadang pesawat Gannet TNI AL tak mendapatkan gantinya.
Lambat laun kinerja pesawat mulai menurun. Dengan terpaksa Penerbal pun akhirnya melakukan kanibalisasi agar pesawat tetap bisa operasional. Awal tahun 1970-an diputuskan seluruh Gannet tersisa harus beristirahat panjang. Walau dalam dua operasi militer yang dijalani Gannet tak pernah melepaskan senjatanya, namun Si Gembul memasuki masa purna bakti dengan terhormat sebagai veteran perang sejati.(Rangga Baswara Sawiyya)