Pages

Saturday, 27 December 2014

Pengadaan Alutsista TNI AL

Ilustrasi SIGMA Class PKR 10514.
Ilustrasi SIGMA Class PKR 10514.

Sistem pengadaan alutsista merupakan salah satu isu krusial dalam pembangunan pertahanan. Selama ini, banyak pihak berpendapat bahwa sistem pengadaan alutsista di Indonesia tidak efisien dan efektif, dimana disinyalir banyak terjadi pemborosan biaya dalam proses tersebut. Di sisi lain, anggaran yang disediakan pemerintah untuk kepentingan pertahanan masih jauh dari kebutuhan sebenarnya. Untuk itu, diperlukan efisiensi yang tinggi dalam pengelolaan dan pemanfaatan anggaran tersebut.


Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah berupaya menata sistem pengadaan alutsista dengan mengeluarkan beberapa kebijakan yang pada intinya mengarah pada kebijakan pengadaan satu pintu. Kebijakan dimaksud adalah pengadaan alutsista bagi kepentigan TNI harus dilaksanakan melalui Kementerian Pertahanan (Kemhan) sebagai pemegang otoritas politik dalam kebijakan pertahanan. Kebijakan pengadaan satu pintu mewajibkan pengadaan alutsista TNI harus mengikuti mekanisme yang ditetapkan Kemhan dan TNI tidak dapat melakukan pengadaaan tanpa diketahui oleh Kementerian Pertahanan. Ketentuan lebih lanjut tentang pedoman dan tata cara pengadaan alutsista diatur oleh Menteri Pertahanan melalui konsultasi dengan LKPP (Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah) dengan tetap berpedoman pada tata nilai pengadaan sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden Nomer 54 Tahun 2010 dan perubahannya.

Kebijakan sistem pengadaan alutsista melalui sistem satu pintu merupakan hak yang wajar dana umum di negara-negara yang demokratis. Dalam hal alutsista yang belum dapat dibuat di Dalam Negeri, pengadaan alutsista sedapat mungkin langsung dari pabrikan yang terpercaya dan bekerja sama dengan industri dan/atau lembaga riset di Dalam Negeri. Terkait dengan industri di Dalam Negeri kemudian memunculkan kebutuhan akan ToT (Transfer of Technology) di setiap matra.
KRI Kujang 642 dan KRI Clurit, nampak dengan AK-630 pada haluan.
KRI Kujang 642 dan KRI Clurit, nampak dengan AK-630 pada haluan.

Perkembangan Alutsista di TNI AL
Meski bukan kekuatan laut terkuat di Asia Tenggara, karena posisi angkatan laut terkuat dipegang oleh AL Singapura, tapi hingga kini TNI AL diyakini sebagai angkatan laut dengan armada terbesar di kawasan Asia Tenggara, artinya dalam hal kuantitas kapal dari beragam jenis, TNI AL memang jawara.

Modernisasi Militer Indonesia sejak tahun 2009 sampai dengan 2014 ini sudah membawa penambahan kekuatan militer yang cukup signifikan bagi TNI AL. Modernisasi militer periode 2009-2014 ini disebut dengan Minimum Essential Force (MEF) Renstra I (2009-2014). MEF ini direncakanan akan dilaksanakan dalam 3 tahapan yaitu Renstra I (2009-2014), Renstra II (2015-2019) dan Renstra III (2020-2024). Namun, memasuki MEF Renstra II, Indonesia dihadapkan pada perubahan kepemimpinan dalam pemerintahan. Singkat kata, belum ada jaminan apakah pemerintahan Presiden Joko Widodo akan secara smooth meneruskan apa yang telah dicapai selama Renstra I. Adanya pergantian pemerintahan yang baru tentunya menimbulkan beberapa pertanyaan apakah program modernisasi militer Indonesia ini akan dilanjutkan atau tidak oleh pemerintah baru yang akan datang?
41370724IMG_20140905_140830

TNI AL sebagai matra pengawal kedaulatan Nasional di lautan telah mengalami peningkatan tajam dalam MEF I, beberapa proyek yang melibatkan anggaran cukup besar di lingkup TNI AL seperti pengadaan 3 unit Kapal Selam Changbogo Class dari Korea Selatan. Pengadaan ini menelan dana paling tidak $1.1 Miliar, belum lagi ditambah dana untuk mempersiapkan infrastruktur pembangunan Kapal Selam di Indonesia. Hal ini karena di rencanakan 1 dari 3 unit Kapal Selam tersebut akan di bangun di Indonesia, dan 2 unit lainnya di Korea Selatan. Namun ketiga unit Kapal Selam ini baru akan datang di tahun 2016-2018 mendatang. Itu artinya kontraknya memang ditandatangani di MEF I, tapi kedatangan Kapal Selam itu akan di MEF II (2015-2019). Hal ini dikarenakan pembuatan Kapal Selam yang tentunya membutuhkan waktu yang sangat panjang.

Untuk kapal perang, TNI AL akan mendapatkan 3 unit Perusak Kawal Rudal (PKR) SIGMA-10514 dari Belanda dan 3 unit Kapal Perang MLRF Nakhoda Ragam Class (Bung Tomo Class) dari Inggris. Untuk 2 unit PKR ini dibagi dalam 2 tahapan kontrak dan diperkirakan PKR pertama sudah akan datang di tahun 2016 nanti. Sedangkan untuk MLRF Nakhoda Ragam Class, ketiga unitnya telah tiba di Tanah Air.
Nahkoda Ragam Class
Nakhoda Ragam Class
SONY DSC
Tank BMP-3F
Tank BMP-3F

Belajar dari pengalaman sejarah, di Indonesia sering bila ada pergantian pemerintah membuat beberapa program pemerintah sebelumnya tidak dilanjutkan atau digantikan oleh kebijakan baru yang dibuat pemerintahan yang baru. Program modernisasi militer MEF dengan segala kekurangan dan kelebihannya, sudah membawa perubahan yang cukup berarti bagi Indonesia. Kekuatan Militer Indonesia yang pada tahun 1999 sampai 2005 sangat memprihatinkan, berangsur-angsur sudah mulai menunjukkan perbaikan yang signifikan berkat adanya program MEF ini.

Bukan suatu kejutan bila nantinya program MEF akan diganti dengan program lainnya, namun kita tetap berharap sekali bahwa apapun nama programnya nanti, intinya berharap bahwa modernisasi militer Indonesia tetap harus berjalan. Hal ini seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup baik beberapa tahun terakhir ditambah adanya kemungkinan ancaman konflik yang akan dihadapi Indonesia di sekitar Laut Cina Selatan.
Rudal C-705 pada KRI Kujang 642.
Rudal C-705 pada KRI Kujang 642.
Changbogo class, 3 unit akan memperkuat TNI AL
Changbogo class, 3 unit akan memperkuat TNI AL
 
Di lini armada kapal cepat, TNI AL juga akan menerima beberapa unit KCR-40 dan KCR-60 buatan dalam negeri yang dilengkapi dengan varian rudal C-705 dan C-802 buatan Cina. Juga TNI AL telah mendapatkan beberapa unit Landing Ship Tank (LST) yang bisa digunakan untuk transpotasi bagi armada MBT Leopard. Pusat Penerbangan Angkatan Laut (Puspenerbal) TNI AL juga mendapatkan 3 unit CN-235 MPA produksi Indonesia yang akan menjadi pesawat patroli maritim. Selain itu TNI AL juga akan mendapatkan 11 unit Heli Anti Kapal Selam dari Perancis yaitu AS-565 MB Phanter. Juga diberitakan TNI AL mendapatkan rudal anti kapal generasi terbaru yaitu Exocet MM-40 Block 3 yang kemungkinan akan dipakai di armada kapal perang terbaru TNI AL. Bahkan diberitakan juga TNI AL juga akan mendapatkan rudal pertahanan udara jenis VLS (Vertical Launch System) MICA dari Perancis, MICA digadang sebagai rudal anti pesawat untuk menggantikan keberadaan rudal SAM Sea Wolf di Bung Tomo Class.

Korps Marinir TNI AL juga mendapatkan 37 unit BMP-3F dari Rusia yang ditandatangani di tahun 2011 yang lalu dengan nilai kontrak US$114 juta. Ini adalah pengadaan tahap kedua, dimana sebelumnya juga sudah ada pengadaan 17 unit BMP-3F di tahun 2009. Dengan pengadaan tahap kedua ini, Marinir TNI AL sudah memiliki 54 unit BMP-3F. Beberapa waktu lalu 37 unit BMP-3F ini sudah hadir di Indonesia.

Selain pengadaan alutsista yang sudah dijelaskan diatas, masih ada beberapa pengadaan alutsista lainnya yang tentunya belum disebutkan. Namun hal diatas adalah gambaran besar pengadaan alutsista untuk TNI AL di MEF I (2009-2014).(Indomiliter)

Jagoan-jagoan Tembak di Tapal Batas

 
image
All Photos: Eko Rizqa dan Wigih Bratanata

Kali ini, saya akan menceritakan kemampuan para penduduk perbatasan yang rata-rata jago menembak. Hutan hujan tropis yang mengelilingi desa mereka menyimpan banyak sumber daya hewani yang bisa dimanfaatkan. Lingkungan yang berupa hutan belantara menjadikan masyarakat pandai berburu, susur hutan, dan mencari jejak. Beberapa hewan yang sering diburu diantaranya kancil, payau, kijang, babi hutan dan sebagainya. Kegiatan berburu yang dilakukan tidak lagi mengunakan alat tradisional seperti sumpit atau tombak. Sebagian besar penduduk disini sudah menggunakan senapan penabur untuk berburu. Senjata penabur memiliki satu amunisi dalam satu kali tembak, dan apabila sudah mengenai sasaran, maka amunisi tersebut akan pecah menjadi beberapa pecahan proyektil.

Hewan buruan biasanya dijual di pasar, terkadang juga dimakan sendiri. Hewan buruan itulah yang menjadi sumber protein hewani untuk masyarakat sekitar. 1 ikat daging kijang atau kancil (kurang lebih 1 kg) dihargai 30 ribu. Jauh lebih murah daripada seekor ayam potong yang bisa mencapai 150-200 ribu per ekor. Tapi anehnya, murid-muridku lebih bersemangat memakan ayam potong karena mereka bilang bosan dengan daging hewan buruan. Sedangkan bagi kami, guru SM3T, tentu lebih memilih daging kijang karena tidak bakal ditemui di pasar-pasar di Jawa. Jika siswa kami mendapat buruan, biasanya mereka datang ke rumah dinas kami, dan kami pun dengan suka hati membelinya. Karena saking enaknya daging hewan buruan, sering kami mabuk kekenyangan, hehe.
image
All Photos: Eko Rizqa dan Wigih Bratanata
image
image

image
All Photos: Eko Rizqa dan Wigih Bratanata

image
image
All Photos: Eko Rizqa dan Wigih Bratanata

Jika ada waktu libur sekolah, kami terkadang berkemah bersama siswa. Kami cukup membelikan siswa bumbu-bumbu masak dan peluru penabur. Urusan mencari hewan buruan sampai masak, siswa kamilah ahlinya. Para siswa SMA, sudah tidak perlu lagi diragukan kemampuan mereka hidup di hutan. Alam sudah menyatu dalam diri mereka. Mereka sudah mengetahui dimana para hewan berkumpul, bagaimana membaca tanda dan bagaimana cara berburu yang baik.

Salah satu trik yang digunakan untuk berburu di hutan adalah jangan sampai kita berdiri searah hembusan angin tetapi harus menantang arah angin. Hal ini dimaksudkan agar hewan tersebut tidak mencium kedatangan kita. Trik kedua adalah kegiatan berburu sebaiknya dilakukan malam hari. Hewan lebih jinak dan lebih mudah mendeteksi hewan dengan bantuan senter sorot. Jika ada cahaya pantulan seperti kelereng yang berpijar, maka senter telah menyorot mata hewan buruan. Tetapi harus dipastikan juga itu adalah hewan, karena pernah ada muridku yang menceritakan bahwa yang disorot adalah hantu yang berdiam diri di hutan. Otomatis merekapun lari tunggang langgang, hehe.

Nah, dalam rangka mengakomodasi bakat dan minat masyarakat dalam bidang tembak-menembak maka Bulan Agustus kemarin, dalam rangka HUT RI ke 69, pos PAMTAS 100/RAIDER dan YonZikon 12/KJ Long Ampung, Kayan Selatan, Malinau mengadakan lomba menembak. Sebelum dibuka pendaftaran, animo masyarakat sudah membludak, salah satunya saya sendiri yang mendaftar. Karena keterbataan sumber daya, maka hanya 25 pendaftar saja yang diterima, dipilih secara adil mewakili desa dan instansi pemerintahan. Jika tidak dibatasi, mungkin bisa puluhan atau ratusan orang yang mendaftar. Salah satu faktor membludaknya animo adalah senjata yang digunakan merupakan senjata asli milik tentara yakni pistol dan senapan SS-2.

Saat hari-H perlombaan sayang sekali saya malah batal mengikutinya. Badan sedikit meriang karena sehari sebelumnya kecapekan dan kehujanan dalam mempersiapkan Upacara 17 Agustus. Posisi saya digantikan sesama rekan guru, yakni Wigih Bratanata yang akhirnya menempati peringkat 4. Juara 1 diraih oleh ketua pemuda setempat, juara kedua diraih pegawai kecamatan, sedangkan juara ketiga diraih oleh Guru SMP N 1 Kayan Selatan.

Hadiah dari lomba ini, disponsori oleh Komandan Kompi Yon Zikon 12/KJ. Juara I mendapatkan Tropi Danki Pamtas dan uang tunai dari Danki Zikon sebesar Rp. 1.000.000,00. Juara II mendapatkan Tropi Danki Pamtas dan uang tunai dari Danki Zikon Rp. 750.000,00 dan Juara III mendapatkan Tropi Danki Pamtas dan uang tunai dari Danki Zikon Rp. 500.000,00. Ada satu kejadian yang unik. Ada tantangan dari Danki Zikon kepada peserta, jika bisa menembak 2 buah botol menggunakan pistol dengan tepat maka akan dapat uang cash 1 juta. Banyak yang gagal, termasuk Danki Zikon itu sendiri yang cuma berhasil mengenai 1 sasaran. Ternyata yang berhasil menjawab tantangan itu adalah seoarang guru SMP setempat. Semua bertepuk tangan.

Melihat animo masyarakat perbatasan yang begitu besar terhadap lomba ini, diharapkan kegiatan serupa bisa dilaksanakan secara berkelanjutan. Syukur-syukur dari pos PAMTAS atau pihak terkait bisa membentuk sebuah klub ataupun persatuan menembak. Selain sebagai sarana tentara mendekatkan diri dengan masyarakat juga bisa dijadikan wahana mengasah skill penduduk. Jika kemampuan menembak para penduduk perbatasan dipupuk dan diarahkan, mereka bisa dijadikan semacam tentara cadangan jika sewaktu–waktu negeri Sonora berulah. Kemampuan mereka menjelajah hutan dan hidup di hutan, juga dapat dijadikan teman gerilya bagi para tentara yang belum pernah masuk hutan Kalimantan. Saya rasa biaya untuk mengembangkan sumber daya penduduk perbatasan lebih murah dari harga sebuah rudal dengan efek berkali lipat dari sepucuk rudal.

Pembentukan Kodam Papua Barat Tunggu Lahan

 
KSAD TNI Gatot Nurmantyo.
KSAD TNI Gatot Nurmantyo.

Jakarta – Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Gatot Nurmantyo mengatakan, pembentukan Komando Daerah Militer (Kodam) Papua Barat hingga kini belum terjadwal karena masih menunggu bantuan lahan dari pemerintah setempat.

Bila lahan yang dimaksudkan tidak disediakan, ia menyatakan pihaknya belum dapat memastikan kapan Kodam Papua Barat itu akan dibentuk.

Mantan Komandan Komando Distrik Militer (Dandim) di Merauke dan Jayapura pada 1990-an itu mengemukakan, hingga saat ini pihaknya belum memiliki lahan untuk membangun markas sehingga belum dapat dipastikan kapan pembentukan Kodam Papua Barat direalisasikan.

Pulau Papua yang luasnya tiga setengah kali Pulau Jawa itu baru memiliki satu kodam dengan 4 komando resor militer (korem) dan 14 kodim serta 113 komando rayon militer (koramil).

Kodam Cenderawasih melakukan pameran alat utama sistem senjata (alutsista) selama 3 hari di halaman Kantor Gubernur Papua di Dok 2 Jayapura, yang menampilkan berbagai alat tempur milik TNI AD, serta peralatan pertanian yang digunakan TNI AD saat kegiatan TNI Manunggal Membangun Desa.

“Bila lahan sudah tersedia, maka kami siap membangun,” katanya di Jayapura di sela-sela meninjau pameran alat tempur yang digelar Kodam Cendrawasih, Jumat (26/12/2014).

Mantan Panglima Komando Cadangan Strategis TNI Angkatan Darat (Pangkostrad) itu mengatakan, pihaknya baru akan membangun Markas Kodam Papua Barat bila lahan yang disediakan oleh pemerintah daerah letaknya berdekatan dengan kantor gubernuran, bukan sebaliknya yang jauh dari pusat pemerintahan.

KSAD Jenderal TNI Nurmantyo yang berkunjung ke Papua sejak Kamis kemarin dan sempat menghadiri Natal bersama warga di Wamena, Lembah Baliem, Pedalaman Papua. (Liputan6.com)

Gabungan TNI AL Bekuk 4 Perompak di Selat Malaka

 
Ilustrasi : Kapal Perang Republik Indonesia
Ilustrasi : Kapal Perang Republik Indonesia (KRI Sultan Hasanuddin 366)

Batam, – Satuan gabungan Koarmabar TNI AL berhasil membekuk 4 pria perompak di kawasan Selat Malaka. Dari tangan para tersangka juga ditemukan narkoba siap edar.

Demikian disampaikan, Panglima Koarmabar, Laksamana Muda Widodo dalam siaran persnya yang diterima detikcom, Jumat (26/12/2014). Laksda Widodo menjelaskan, kasus percoba perompakan setidaknya terjadi tiga kali pada 24 hingga 25 Desember.

Sasarannya terhadap kapal-kapal Bulk Carrier dan perompakan di Tug Boat UMT 6 yang berbendera asing di perairan Selat Malaka.

“Selanjutnya pada 25 Desember 2014 pukul tepat pukul 03.00 WIB dengan sarana combat boat serta Sea Rider tim langsung mengejar para pelaku yang diketahui berada di Pulau Terung di sekitar Batam, Kepri,” kata Laksda Widodo.

Sesampainya di lokasi, lanjut Laksda Widodo, tim Satgas segera melaksanakan pendekatan dengan tokoh-tokoh atau tetua di Pulau Terung agar mereka menunjukkan lokasi keberadaan para pelaku perompakan.

Melalui proses yang berliku selama lebih kurang lima jam dari pukul 12.00 s.d 17.00 WIB, masih kata Laksda Widodo, tim Satgas akhirnya berhasil menangkap para pelaku yang berjumlah empat orang.

“Selama proses pemeriksaan tim satgas berhasil mendapatkan barang bukti berupa 1/2 gg ganja kering, 104 paket ganja siap edar serta 1 paket sabu-sabu yang siap edar,” kata Laksda Widodo.
Dalam pemeriksaan awal lanjutnya, diketahui bahwa 1 orang bertindak sebagai bandar narkoba merangkap perompak. Sedangkan 2 orang sebagai pemakai dan 1 orang sebagai bandarnya.
” Untuk pemeriksaan lebih lanjut keempat tersangka selanjutnya diamankan diamankan di Lanal Batam,” tutup Laksda Widodo. (detikNews)

Mungkinkah NKRI akan Dikeroyok Amerika dan Kroninya ???

 
image
Setelah membaca artikel dari bung Antonov, saya tertarik dengan ulasan selanjutnya yang katanya … jika terjadi perang kita akan dikeroyok oleh Amerika, Inggris, anggota NATO (mungkin) dan tentunya Australia sebagai proxy war nya. Mari kita lihat poin plus minusnya jika mereka menyerang Indonesia, dibaca dengan santai aja … biar gak spaneng dan mudah dicerna.
Pertama Amerika. Pada saat ini Amerika sedang berusaha menyelesaikan masalahnya di Timur Tengah, mereka ingin meninggalan kesan manis setelah bertahun-tahun menjadi “penyeimbang” di negara gurun tersebut, tapi walaupun sudah mau ditinggal masih saja perang gak kelar-kelar dan ini masih ada ISIS segala, mereka sadar bahwa berperang di sana sudah tidak menguntungkan lagi, nyari minyak? Dah dapet suplaier dari Arab yang gak pernah membangkang sama paman sam. Nyatanya ketika perang, mereka malah hampir bangkrut, pemasukan kas negara hasil kemenangan peperangan juga tidak sepadan, minyak yang di cari? Tak dapat hasil memuaskan.

Amerika Serikat juga ingin menekan Rusia yang mulai bangkit, melalui Ukraina. Terlalu banyak masalah yang ditangani Amerika, mulai dari Timur Tengah, ISIS, Krimea, China dan Rusia. Amerika sudah cukup puyeng dengan masalah yang ada. Jadi jika mereka membantu Australia dalam perang melawan Indonesia, dapat didiagnosa (ciee kayak orang sakit ya,, haha..) kekuatan Amerika berkurang cukup banyak. Itu berarti mereka akan berfikir dua atau tiga kali jika diminta untuk membantu.
image
Dilahat dari ekonomi nilai expor impor dengan Amerika juga tidak terlalu besar, dilihat dari kerja sama militer, tentu ini hal yang patut dicermati, karena jika sampai terjadi embargo, kita akan lemah, tidak dapat dipungkiri bahwa kita pengguna senjata Amerika dalam jumlah besar. Tapi… ada tapinya lho!!! Jika Amerika memusuhi kita, akan menjadi boomerang, karena “keseimbangan” akan bergeser ke timur, dan Indonesia adalah anggota ASEAN yang secara tidak langsung akan berimbas pada analisa dari teman-temannya bahwa Amerika bukan teman yang baik dan tentunya “gosip” yang akan di sebar oleh cewek-cewek NKRI, “jangan sama Amerika, dia jahattt…” hahaha. Amerika lebih banyak ruginya, asetnya di Papua, kilang-kilang di NKRI, belum lagi segala jenis thethek bengek yang tak bisa saya jelaskan. Sementara NKRI akan Syukuran dengan perginya Amerika dari Indonesia, walaupun Rupiah akan jatuh, dan siap-siap dengan bantingan yang bikin patah tulang atau mimisan…

Kedua Inggris. Negara ini pernah menjadi musuh nyata NKRI di masa lampau, negara yang pernah menjajah di bumi pertiwi. Negara Inggris merupakan negara yang paling sukses dengan konsep persemakmuranya. Yuk kita lihat hubungannya dengan Australia, hubungan ini dimulai ketika Negara benua ini menjadi tempat buangan Inggris terhadap orang-orang yang gak bener. Yang pada perjalanannya mampu menyingkirkan Aborigin ke wilayah pnggiran. Dan jenggg… – jenggg…!!! jadilah Australia yang identik dengan Lek Toni Abbot.
image
Ternyata dari berbagai sumber yang saya baca hubungan Australia-Inggris tidak terlalu kentara. Memang logika yang main di otak kita, jika anak kita merengek tentu akan membuat ibunya tidak akan kuasa mendengarnya. Hubungan Austaralia dan Inggris tak semanis yang kita kira, nyatanya nilai export mereka lebih besar ke Jepang dan Amerika, Alutsista mereka juga gak ngiblat ke Inggris, pesawat gak ada tuh typhon di Australia, kapal selam? Gak ada tuh Astute di sana. Malah akhir-akhir ini mereka pesan siriu dari Jepang, bukan astuti, hehehe.. tapi walaupun demikian mama eli “mungkin” akan membantu Australia dengan berbagai konsekuensi, pertama, kehilangan sahabat yang baru yaitu Indonesia, kedua kehilangan sesuatu dari AIRBUS! Ya AIRBUS! Kerjasama terhadap PT. DI akan tersendat, atau bahkan dihentikan. Yang rugi? Indonesia sudah tentu, Inggris so pasti, mereka juga akan kehilangan pembeli potensial eurofighter typhon, dan ketiga, mereka akan kehilangan sumber minyak dari NKRI.

Ketiga adalah NATO. Kita tahu bahwa anggotanya buanyak banget, jadi kita buat sederhana saja, kita ambil yang sering bantu-bantu jika terjadi perang yaitu Perancis dan Jerman. Hubungan Perancis dengan Indonesia lebih hangat dibandingakan dengan hubungan Prancis dengan Australia. Kita tahu, alutsita yang kita beli lumayan banyak dari perancis, meriam nexter, exocet, kapal TNI AL. Selanjutnya swalayan-swalayan yang ada di NKRI juga banyak yang dari Perancis, masih ada lagi yang sering kita lupakan, Anggun C Sasmi dari Perancis lohhh!!! Hehehe.. piss mrs.Anggun. Jadi kemungkinan mereka membantu Australia adalah 49%, yang 51 % kemana … ya ke NKRI lah, hehe,, yang terakhir Jerman, gak mungkin mereka bantu Australia. Dijamin 99%. Khusus dengan Jerman kita punya hubungan khusus, mulai dari ekonomi, pemerintahan, pendidikan bahkan militer sampe ada perjanjian khusus segala di era SBY, apa gak spesial tuh NKRI di mata Jerman???
Dari uneg-uneg di atas, dapat disimpulkan jika Barat dipastikan ngeroyok NKRI ketika perang melawan Australia, adalah hal yang masih dapat terbantahkan! Setuju???(JKGR)

TNI Butuh Senjata dan SDM

TNI Butuh Senjata dan SDM untuk Amankan Perbatasan RI - RDTL
DOK
TNI di perbatasan 
 
KUPANG -- Danrem 161/Wira Sakti, Brigjen TNI Achmad Yuliarto yang ditemui di Lanud El Tari usai mengantar Menhan RI, mengatakan, ada 14 pos perbatasan yang sudah roboh dan segera membutuhkan perbaikan terutama di tiga titik wilayah perbatasan yakni perbatasan dengan Oekusi, Bijaesunan dan Humaniana.

Sementara untuk pengamanan perbatasan di wilayah laut, Danlantamal VII Kupang, Laksma Teddy Muhibah Pribadi yang ditemui di tempat yang sama, mengatakan, pada intinya untuk pengamanan wilayah laut, yang dibutuhkan adalah masalah SDM personil TNI AL dan kelengkapan peralatan.
Apalagi saat ini perhatian terhadap masalah maritim menjadi perhatian presiden RI, Joko Widodo sehingga kelengkapan peralatan persenjataan menjadi sangat penting.

"Masih dibutuhkan sarana prasarana seperti alat komunikasi, alat deteksi serta persenjataan. Juga kondisi kapal yang baik dan jumlah personil. Intinya hampir sama dengan TNI AD," kata Teddy.
Danlanud El Tari, Kol Pnb Andi Wijaya yang ditemui di tempat yang sama juga menambahkan hal yang sama. Kelengkapan peralatan dan persenjataan serta SDM yang baik dari personil TNI menjadi hal penting dalam mendukung pengamanan wilayah perbatasan.

Pos pemantau perbatasan di Pulau Batek juga membutuhkan perhatian selain masalah persenjataan untuk pengamanan wilayah perbatasan dan kekuatan personil.(POS KUPANG.COM)

MENHAN RI KUNJUNGI KODAM IX/UDAYANA


Pendam IX/Udayana
26 Desember 2014
Editor Kapten Inf I Nyoaman Budiarta

Menteri Pertahanan Jenderal TNI (Pur) Ryamizard Ryacudu,didampingi oleh Dirjen Strahan, Mayor Jenederal TNI Yoedi Swastanto, SA Keamanan Mayor Jenderal TNI Wijaksono, Dirrenbanghan,Marsma TNI M Safii, Karo TU, Brigjen TNI Ida Bagus Purwa Laksana dan rombongan lainnya, mengunjungi Kodam IX/Udayana untuk memberikan pengarahan kepada para Perwira TNI Garnizun Denpasar pada (26/12) bertempat di Aula Makodam IX/Udayana.

Pada kesempatan tersebut Menhan tiba di Makodam IX/Udayana pada pukul 09.00 Wita diawali dengan penerimaan hormat berjajar dari Regu Jaga Makodam IX/Udayana yang pada intinya Komandan Regu Jaga melaporkan situasi Markas Kodam IX/Udayana Dalam keadaan aman, Menhan disambut oleh Pangdam IX/Udayana Mayor Jenderal TNI, Torry Djohar Banguntoro, didampingi oleh para pejabat utama Kopdam IX/Udayana antara lain, Kasdam IX/Udayana, Brigjen TNI Ruslian Hariadi, Irdam IX/Udayana, Danrem 163/wira Satya, Danridam IX/Udayana, Dan Lanal Denpasar, Danlanud Ngurah Rai, Para Asisten dan para Kabalak Kodam IX/Udayana. Menhan diarahkan menuju Ruang Tamu Pangdam IX/Udayana untuk melaksanakan transit sebelum memberikan pengarahan kepada para Perwira TNI garnizun Denpasar yang terdiri dari Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara.

Selanjutnya Menhan mengawali pengarahannya dengan mengucapkan selamat tahun baru 2015 dengan harapan di tahun 2015 akan menjadi lebih baik lagi. Menhan juga menyampaikan tujuan tatap muka seperti ini adalah bertujuan untuk memperkuat dan memperkokoh kebersamaan dan semangat pengabdian sebagai komponen utama pertahanan Negara, Indonesia cinta damai namun lebih cinta kemerdekaan. Selanjutnya Menhan juga memaparkan tentang dinamika perkembangan global yang pada intinya terdapat dua tantangan, yaitu tantangan nyata antara lain terorisme, Wabah penyakit, Bencana Alam, Prompakan, Pencurian SDB, Pelanggaran Perbatasan, Perang Siber dan Intelijen serta penyalahgunaan Narkotika, sedangkan yang bersifat tidak nyata adalah Konplik Terbuka dan Perang Konvensional.Kemudian penekanan Menhan antara lain, Peralihan pemerintahan berlangsung aman dan damai, Loyalitas harus tegak lurus, tidak ada loyalitas ganda, Silaturahmi harus tetap terjalin dengan para pimpinan, Jangan lupa jasa-jasa pemimpin terdahulu, Tingkatkan terus kesadaran bela Negara, Jaga kekompakan antara sesama prajurit, sesama matra dan dengan instansi pemerintahan, Sebagai Komandan harus mampu memotivasi para bawahannya guna meningkatkan kinerja, Tingkatkan terus pemberdayaan wilayah pertahanan daerah, Galakkan upaya bela Negara,  Pelihara dan hormati kearifan lokal dan hindari pernyataan yang kontra produktif yang dapat meresahkan masyarakat.

Selanjutnya Menhan menuju lantai tiga Aula Makodam IX/Udayana untuk memberikan pengarahan yang diawali dengan laporan Pangdam IX/Udayana. Pada kesempatan tersebut Pangdam IX/Udayana mengawali laporannya dengan mengucapkan selamat hari raya Galungan dan Kuningan kepada umat Hindu yang merayakannya, ucapan selamat hari Natal kepada umat Kristiani dan ucapan selamat datang kepada Menhan beserta rombongan di Kodam IX/Udayana.Pangdam melaporkan jumlah Perwira TNI ( Darat, Laut dan Udara ) yang mengikuti pengarahan  Menhan pada hari ini berjumlah 516 orang dari satuan TNI yang berada di Garnizun Denpasar, selanjutnya Pangdam juga melaporkan tentang pembentukan satuan Yonif Mekanis 741 dan Batalyon Zipur 18 yang ada di wilayah Kodam IX/Udayana, hambatan yang ada antara lain, tidak adanya mobil Escape, Mobil Ambulance dan terbatasnya perlengkapan Matan, untuk itu permohonan Pangdam adalah percepatan pembangunan Pangkalan Yonif mekanis 741 dan dukungan peralatan pengamatan dan penyelamatan ( Matan).

Demikian pengarahan Menhan dapat berjalan dengan lancar dan dilanjutkan dengan ramah tamah, Sholat Jumat di Mushola Kodam IX/Udayana. Selanjutnya Menhan sempat mengadakan foto bersama dengan para Pejabat Kodam IX/Udayana dan meninggalkan Makodam IX/Udayana.
Demikmian Pendam IX/Udayana.(http://kodam-udayana.mil.id)

Mayjen Daniel Tjen, Jenderal Tionghoa Penting di Mabes TNI

SIAPA bilang warga Tionghoa tidak bisa menjadi jenderal? Itulah yang dibuktikan Daniel Tjen, kepala Pusat Kesehatan Mabes TNI. Dua bintang kini tersemat di pundaknya sebagai prajurit TNI-AD.

Mayjen TNI Daniel Tjen di ruang kerjanya, Pusat Kesehatan Mabes TNI. (Dian Wahyudi/Jawa Pos)
Mayjen TNI Daniel Tjen di ruang kerjanya, Pusat Kesehatan Mabes TNI. 

EMPAT pos pemeriksaan dan penjagaan terlebih dulu harus dilalui sebelum sampai di kantor Mayjen TNI Daniel Tjen di lantai 6 Gedung B-3, Markas Besar (Mabes) TNI, Cilangkap, Jakarta. Bagi orang luar, tentu tidak cukup hanya dengan pasang wajah manis setiap melintas di masing-masing pos tersebut.

Setiap tamu memang harus menyebutkan tujuan dan keperluan secara jelas mengapa akan menemui Daniel. Tanpa itu, sulit rasanya bisa menemui satu-satunya perwira tinggi TNI berdarah Tionghoa yang masih aktif tersebut.

Sesampai di depan ruangan sang jenderal, dua prajurit TNI kembali akan ’’menginterogasi’’ orang yang akan bertemu komandannya. Setelah memastikan tujuan dan maksud kedatangan tamu, salah seorang prajurit masuk ke ruang dan menyampaikan kepada atasannya tersebut.
’’Mohon izin, Jenderal,’’ ujar prajurit tersebut tegas, Jumat siang (19/12).

Membaca namanya, Daniel Tjen, orang yang belum pernah bertemu mungkin bisa menebak bahwa sang jenderal berdarah Tionghoa. Benar saja, kesan itu mendapat penegasan ketika berhadapan langsung dengan prajurit TNI kelahiran Pulau Bangka, Provinsi Bangka Belitung, 24 Juni 1957, tersebut.

Ya, jenderal bertinggi badan 168 cm itu memang terlahir dari orang tua berketurunan Tionghoa. Mendiang ayahnya, Tjen D. Tjoeng, adalah salah seorang karyawan di pabrik timah di Pulau Bangka.
Di antara enam bersaudara, Daniel adalah satu-satunya yang memilih jalan hidup yang ’’out of the box’’. Yakni, menjadi tentara. Lima saudaranya, sebagaimana umumnya warga Tionghoa, menjadi pedagang atau pekerja di perusahaan swasta.

’’Masa kecil saya sama dengan anak-anak lain yang lahir di kampung. Kami tidak berpikir untuk menjadi tentara,’’ kenang Daniel.

Hingga SMA, bapak dua anak itu masih tinggal di pulau yang berada di pesisir timur Sumatera Selatan tersebut. Baru ketika kuliah, dia melanjutkan pendidikan dokter di sebuah universitas di ibu kota.

’’Waktu kuliah itu pun masih belum terpikir (mau jadi tentara). Yang ada bagaimana saya bisa menjadi dokter,’’ tambahnya.

Namun, seiring perjalanan waktu, dunia militer justru menarik perhatian Daniel. Tepatnya sesaat setelah dia lulus pendidikan dokter pada 1984. Ketika itu, Daniel melihat sejumlah seniornya sukses masuk menjadi tentara melalui jalur wamil (wajib militer).

’’Pada tahun-tahun itu, sistem di TNI sudah berjalan baik, tidak ada sekat suku atau agama. Mereka yang terbaik yang akan dipromosikan,’’ tuturnya.

Daniel pun ikut mendaftar tentara lewat jalur wamil pada 1984. Setahun kemudian, dia lulus sekolah calon perwira (secapa) dan mendapat tugas pertama di Kodam IX/Udayana. Tepatnya di Batalyon 745 yang bermarkas di Lospalos, Timor Timur (sekarang Timor Leste). Dia langsung bertugas dalam operasi militer.

Daniel bertugas selama 2,5 tahun di kota berpenduduk sekitar 28 ribu jiwa itu. Selanjutnya, dia pindah tugas ke ibu kota Timor Leste, Dili. Selama sekitar 3,5 tahun dia bertugas di wilayah yang kemudian lepas dari RI pada 1999 tersebut.

’’Enam tahun penugasan di daerah operasi militer itu banyak menempa saya,’’ ungkapnya.
Keluar masuk hutan dengan hanya berjalan kaki sudah biasa bagi dia waktu itu. Sebagai dokter militer, Daniel tidak berbeda dengan prajurit pada umumnya.

’’Makan hanya dengan nasi putih dan sedikit sambal, nikmatnya sudah luar biasa. Makanan di hotel bintang lima nggak ada apa-apanya,’’ ucapnya lantas tersenyum.

Daniel merasa pengalamannya di daerah operasi militer itu sangat berkesan. Sebab, tidak semua dokter militer pernah bertugas di daerah operasi.

Meski juga menguasai penggunaan senjata, sebagai tenaga medis, Daniel memang lebih banyak memainkan peran soft power saat bertugas. Tidak hanya mengurusi kesehatan prajurit TNI dan keluarganya, dia juga melayani masyarakat umum.

Misalnya, saat bertugas di Lospalos, Daniel tiba-tiba dibangunkan pada tengah malam oleh penduduk setempat. Mereka meminta tolong kepada Daniel untuk membantu persalinan seorang warga. Rumah pasien itu berlokasi di seberang hutan yang cukup jauh dari tempat tinggal Daniel.

Tanpa pikir panjang, sebagai satu-satunya dokter di rumah sakit kabupaten, Daniel pun berangkat. Padahal, lokasi desa tempat si ibu yang akan melahirkan dikenal sebagai salah satu sarang Fretilin, kelompok pemberontak.

’’Saat itu, saya berpikir mau membantu karena niat baik saja, tidak melihat apakah warga yang meminta bantuan itu GPK (gerombolan pengacau keamanan) atau bukan,’’ ujarnya.
Daniel bersama dua penduduk yang meminta bantuan itu langsung meluncur ke lokasi. Mereka menembus hutan dengan mengendarai ambulans yang lampu depannya sudah mati.
’’Jadi, yasatu tangan pegang setir, satu lagi pegang senter. Tapi, bersyukur, semua berjalan baik saat itu,’’ ungkapnya lantas tertawa.

Selepas dari Timor Leste, Daniel menjalani tour of duty jabatan dan penugasan. Dia sempat bertugas di Komando Strategi Angkatan Darat (Kostrad), di Kodam III/Siliwangi, hingga akhirnya di Direktorat Kesehatan Mabes TNI-AD. Dengan cepat, dia menjabat wakil direktur kesehatan AD, lalu promosi menjadi wakil kepala pusat kesehatan (Wakapuskes) TNI.

Di jabatan itulah pangkat kemiliteran Daniel naik menjadi bintang satu alias brigadir jenderal (brigjen). Mulai November lalu, dia pun resmi menjabat Kapuskes TNI.

Saat Daniel menjadi direktur kesehatan TNI-AD, prestasi membanggakan berhasil diraih Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta. RS milik TNI-AD itu menjadi rumah sakit pertama di dunia yang terakreditasi secara internasional.

Akreditasi dilakukan Join Commission International (JCI). Di Indonesia, rumah sakit pemerintah yang berstandar internasional adalah Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), RS Sanglah Bali, RS Fatmawati Jakarta, dan RSUP Sardjito Jogjakarta.

Menurut Daniel, akreditasi itu penting karena menjadi jalan bagi RS Gatot Soebroto sebagai rumah sakit berkelas internasional. Dia kemudian mengungkapkan keprihatinannya atas fakta bahwa 2 persen GDP (gross domestic product) Singapura berasal dari sektor kesehatan yang disumbang orang-orang Indonesia.

”Saya bersyukur memiliki teman-teman yang merupakan orang-orang hebat hingga Indonesia bisa diakui secara internasional seperti sekarang,” tandas Daniel.

Karir militer Daniel tidak hanya cemerlang di lingkungan TNI. Di dunia internasional, dia juga mendapat pengakuan. Saat ini dia dipercaya duduk sebagai co-chairman di International Committee of Military Medicine (ICMM).

Organisasi di bawah PBB yang berkantor pusat di Brussel, Belgia, itu menaungi satuan kesehatan militer dari 114 negara. Dia terpilih saat kongres terakhir di Riyadh, Arab Saudi.
”Tahun depan, jika tidak ada halangan, saya akan menjadi chairman-nya,” kata Daniel.

Kepercayaan itu bakal diberikan seiring penunjukan Mabes TNI sebagai tuan rumah kongres ICMM.  Kepercayaan tersebut tidak didapat begitu saja. Indonesia harus lebih dahulu menjalani open bidding (seleksi terbuka) dengan sejumlah negara. Saingan terberat saat itu adalah Tiongkok dan Singapura.
”Dua negara yang militernya relatif lebih hebat dari kita itu ternyata kalah oleh kita,” katanya dengan bangga.

Menjadi chairman ICMM, bagi Daniel, bukan sekadar penghargaan atas sebuah jabatan berkelas internasional. Namun, dia memandang jabatan tersebut bisa menjadi peluang Indonesia untuk semakin memajukan peran militer di kancah internasional. Khususnya di lingkup kesehatan militer.
”Ini strategis. Jangan dibayangkan perang era sekarang tembak-tembakan dan senjata. Sesuai perkembangan, kini ada perang asimterik, ada perang proxy, di mana bidang kesehatan menjadi salah satu bagian penting,” ungkapnya.

Selain Daniel, beberapa warga keturunan Tionghoa pernah meniti karir di bidang kemiliteran hingga berpangkat jenderal. Namun, mereka sudah memasuki masa pensiun. Di antaranya, Brigjen TNI (pur) Tedy Jusuf, Laksamana Pertama TNI (pur) Dr dr Harmin Sarana, dan Laksamana Muda TNI (pur) Jahja Daniel Dharma atau yang lebih dikenal sebagai John Lie.

”Saya tidak pernah merasa dibeda-bedakan selama bertugas di milter. Yang saya alami dan rasakan di militer selama ini hanya dua, yakni enak dan enak banget. Tidak ada yang lain,” tegas Daniel, lalu kembali tersenyum.

Tentara Jepang yang 30 Tahun Sembunyi di Hutan

Kisah Tentara Jepang 30 Tahun Sembunyi di Hutan
Nakamura saat ditangkap tentara TNI AU (foto:Istimewa)
CERITA perang selalu bicara tentang penderitaan dan kepahlawanan. Cerita Teruo Nakamura, tentara Jepang yang bertugas di Kepulauan Morotai, Kepulauan Maluku Utara, Indonesia, mungkin masuk dalam keduanya.

Bagaimana kisah tentara Jepang itu? Cerita Pagi akan mengulasnya. Kisah kepahlawanan itu dimulai saat masa pendudukan Jepang di Indonesia, yang disusul dengan menyerahnya Pemerintah Kolonial Hindia Belanda kepada Jepang, pada 8 Maret 1942.

Nakamaru yang lahir di Taiwan (saat itu Taiwan merupakan wilayah jajahan Jepang), pada 8 Oktober 1919, terkena wajib militer dan menjadi bagian dari Unit Sukarela Takasago Angkatan Darat Kekaisaran Jepang tahun 1943.

Dia ditempatkan di Pulau Morotai, Indonesia, tahun 1944. Pada tahun itu, tepatnya bulan September 1944, pasukan sekutu yang terdiri dari tentara Amerika Serikat dan Australia menyerang Morotai, pada tahun 1945.

Serangan sekutu itu menghancurkan kekuatan Jepang di Pulau Morotai. Dalam serangan itu, Nakamaru dinyatakan tewas oleh Kekaisaran Jepang. Kabar kematiannya diumumkan pada bulan Maret 1945, karena jejaknya tak pernah ditemukan.

Bahkan setelah beberapa tentara dari kelompoknya ditemukan di hutan tahun 1950, Nakamaru masih tetap tidak diketahui rimbanya. Keberadaannya baru terungkap setelah seorang warga Morotai yang sedang berburu babi melihatnya di hutan.

Melalui warga itu jugalah diketahui bagai mana kehidupan Nakamaru selama di hutan. Dia dikabarkan tinggal di dalam gubuk seluas 2×2 meter yang terbuat dari kayu, dan beratap rumbia. Di gubuk itu ditemukan tumpukan kayu yang sudah melengkung.

Kayu itu melengkung karena dijadikan tempat tidur, dan rencananya akan digunakan membakar dirinya sendiri, jika suatu saat dia sudah tidak bisa berbuat apa-apa di dalam hutan. Di langit-langit gubuknya, ditemukan satu buah senjata bekas perang.

Senjata itu sangat terawat, dan masih bisa digunakan. Di lantai gubuknya, dia menyimpan 14 peluru aktif. Di dalam gubuk itu juga ditemukan satu botol besar yang berisi minyak babi untuk merawat senjata, dan bumbu makanan.

Sedangkan di kompleks gubuk itu, Nakamura menanam berbagai macam tanaman umbi-umbian, seperti ubi dan singkong. Dia juga membangun pagar kayu untuk melindungi gubug dan pekarangannya dari binatang buas, dan pendatang dari luar.

Nakamura berhasil dibujuk keluar setelah tim gabungan yang terdiri dari tentara Indonesia, dan pihak Kedutaan Jepang menyanyikan lagu kebangsaan Jepang, Kimigayo, pada 18 Desember 1974. Saat mendengar itu, Nakamaru berdiri tegap hormat.

Pada saat itulah, Nakamura disergap tim dan ditodongkan senjata. Tanpa perlawanan, tentara Jepang terakhir di Indonesia itu menyerah. Dia lalu digiring ke Rumah Sakit (RS) Pelni, Jakarta, untuk menjalani perawatan.

Setelah dinyatakan sehat, Nakamura kembali ke Taiwan, tanpa singgah terlebih dahulu ke Jepang. Dia meninggal karena menderita kanker paru-paru lima tahun kemudian, di Taiwan, 15 Juni 1979.

3 Kopassus & Chris John kibarkan bendera di Monas

3 Kopassus & Chris John kibarkan bendera raksasa di Monas

bendera merah putih raksasa di monas.

Bendera Merah Putih raksasa berkibar dengan gagahnya di Tugu Monumen Nasional, Jakarta. Bendera ini memiliki panjang 58 meter, lebar 38 meter dan luas 2.250 meter persegi akan menyambut seluruh pengunjung monas.

Pemerintah Jokowi menobatkan hari ini sebagai Hari Bela Negara.

"Ini menjadi informasi penting kepada pemerintah dan rakyat, untuk mensosialisasikan bela negara. Bahwa, bela negara bukan cuma perang," ujar Direktur Bela Negara Mabes TNI, Laksamana Pertama M Faisal di Silang Monas, Jakarta, Jumat (19/12).

Bendera raksasa tersebut dipasang menghadap ke selatan. Pemasangan bendera itu sempat menjadi pusat perhatian para pengunjung monas, dan menyempatkan diri melihat seluruh atraksi yang ditampilkan pasukan TNI dan pramuka.

Pengibaran bendera tersebut dipimpin oleh petinju kelas dunia, Johannes Christian John atau akrab disapa Chris John. Bendera mulai dikibarkan dengan aksi terjun dengan seutas tali dari puncak monas oleh tiga anggota Kopassus, yakni Letda (inf) Jatmiko, Serda Marpaung dan Serda Joko.

Pemasangan bendera ini dihadiri oleh Menko Polhukam Tedjo Edy Purdjiatno, Menhan Ryamizard Ryacudu, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. Mereka turut menaikkan bendera tersebut dengan seutas tali yang disiapkan bersama-sama dengan menteri kabinet kerja serta pasukan TNI.(Merdeka.com )

Friday, 26 December 2014

Menhan: Soal Loyalitas Tegak Lurus TNI ke Presiden

Jakarta - Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menekankan kepada jajarannya bahwa loyalitas TNI harus tegak lurus ke Presiden dan tidak boleh ada loyalitas ganda. Hal itu dikatakan Menhan dalam kunjungannya ke Mako Brigif 21/Komodo, Kupang, Nusa Tenggara Timur dan Kodam IX Udayana, Bali.

‎Menhan Ryamizard menjelaskan, dengan adanya loyalitas tegak lurus, maka tidak ada perintah lain selain dari Presiden sebagai Panglima tertinggi.

"Loyalitas tegak lurus, kalau perintah dari atas ke bawah itu ya satu itu, tidak ada perintah selain dari itu," ujarnya.

"Di sini hanya satu (sambil nunjuk kepala sisi kanan). Makanya berulang-ulang saya sampaikan, nanti di Kalimantan, Papua, Sulawesi, itu yang saya sampaikan, satu," sambungnya.

Saat disinggung apakah ada loyalitas parsial sehingga Menhan mengulang-ulang penekanan loyalitas tegak lurus, Ryamizard menjawab.

"Oh iya, yang namanya rantai komando seperti itu, jadi jangan sampai Presiden ngomong apa, nanti ikut-ikut yang lain, nngak bisa dengerin," tuturnya.

"Nantinya akan ke seluruh Kodam-kodam dalam rangka memberikan pengarahan kepada seluruh prajurit agar di benaknya satu tugas pokoknya, satu yang akan dilaksanakan," kata Menhan di Kodam IX Udayana, Bali, Jumat (26/12/2014).(Detik)

Durasi 4 menit, Abu Jandal Al Indonesi Anggota ISIS Tantang Panglima TNI

Jakarta - Jagad dunia maya dihebohkan oleh tayangan seorang pria yang menantang Panglima TNI untuk turun ke medan peperangan di Irak dan Suriah memerangi ISIS. Video tersebut berdurasi 4 menit 01 detik.

Jenderal Moeldoko mengatakan kepada The Washington Times bahwa secara personal dirinya meminta Kepala Kerjasama Militer AS Jenderal Martin E Dempsey untuk mengizinkan pejabat tinggi TNI ikut berpartisipasi sebagai peninjau dalam Gugus Tugas anti ISIS di Washington.

"Pesan ini saya tunjukan kepada Moeldoko Panglima TNI, Polri, dan Banser. Kami menunggu kedatangan kalian. Kami telah mendengar bahwa kalian menginginkan untuk membantu pasukan koalisi untuk melenyapkan daulah khilafah," pernyataan pembuka Abu Jandal, dalam video yang dirilis Rabu (24/12/2014) tersebut.

Dalam pernyataanya tersebut, dia menunggu kedatangan pihak militer Indonesia di negeri yang tengah dirundung konflik, Suriah dan Irak.

"Karena sungguh, apabila kalian tidak mendatangi kami maka kami lah yang akan mendatangi kalian," tantang pria berperawakan kurus tersebut.

Belum diketahui lokasi pengambilan video tersebut. Namun, dari penelusuran detikcom, terdapat beberapa video Abu Jundal yang mengucapkan selamat Idul Fitri. Ucapan tersebut diliput salah satu stasiun tivi Al Hayat dengan latar sebuah taman yang penuh kerumunan anak kecil dan remaja dengan muka khas Timur Tengah.

Dalam pernyataan tersebut dia juga mengajak para WNI untuk bergabung dalam kelompok ISIS. Sementara itu, belum ada tanggapan dari pihak TNI terkait dengan penanyangan video tersebut. Kepala Pusat Penerangan TNI Mayjen Fuad Basya belum membalas pesan yang dikirim detikcom.

Sebuah laman berita jihad menyebutkan bahwa pria berkupluk hitam dengan berbalut jaket loreng adalah Abu Jandal Al Yamani Al Indonesi. Abu Jandal, dalam pernyataanya tersebut menanggapi keinginan Jenderal Moeldoko untuk membangun kerjasama dengan Washington dalam menghadapi kelompok ISIS di kawasan Asia Tenggara.(Detik)

Cerita dramatis & lucu Kopassus sergap musuh di Hutan Jabar




Kisah dramatis & lucu Kopassus sergap musuh di belantara Jabar
Supardi dan para veteran. 

"Saya Letkol, bukan letnan kolonel tapi letnan kolot," canda Supardi saat berbincang dengan merdeka.com, di sela-sela kegiatan Bogor Membara: 1945! yang digelar Bogor Historical Community di Museum Perdjoangan Bogor, Kamis (25/12).

Letnan kolot dalam bahasa Sunda artinya letnan tapi tua. Sebutan untuk mereka yang pensiun dengan pangkat letnan.
 

Usianya sudah 85 tahun, namun tubuhnya masih tegap. Di dada kiri seragam hijaunya, masih tersemat wing terjun dan brevet komando. Pria itu bernama Supardi. Seorang pensiunan letnan TNI yang kenyang dengan bau mesiu di medan tempur.

Supardi dulu masuk generasi awal pasukan khusus TNI AD. Dulu namanya masih Korps Komando Angkatan Darat (KKAD). Kini pasukan inilah yang dikenal sebagai Kopassus.

KKAD dibentuk atas prakarsa Panglima Teritorium Siliwangi Kolonel Alex Kawilarang. Tahun 1953 pasukan TNI di Jawa Barat kesulitan menghadapi perlawanan gerilya Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII).

Gerilyawan DI/TII sangat ahli bergerak di belantara hutan Jawa Barat. Pasukan reguler TNI kesulitan mengejar mereka. Karena itu Kawilarang menilai perlu ada pasukan khusus yang mampu bergerak dalam unit-unit kecil. Bisa menusuk jauh ke daerah pertahanan lawan dan bertempur dengan efektif terus menerus.

Latihan KKAD digelar di Batujajar dan Situ Lembang, Bandung Utara. begitu lulus komando, pasukan baru ini diterjunkan memburu DI/TII di Garut dan Tasikmalaya. Namanya pasukan khusus, penyergapan pun lain dengan pasukan reguler.

"Dulu pasukan bergerak pelan-pelan dalam hutan. Ranting atau daun yang diinjak dirapikan kembali, sehingga tak ada bekas pernah dilalui. Pengintaian pun dilakukan dari jarak dekat," kenang Supardi.

Dalam sebuah penyergapan, pasukan baret merah ini pernah bersembunyi dekat sekali dengan musuh. Hebatnya, kehadiran mereka sama sekali tak dirasakan patroli DI/TII.

"Jaraknya paling hanya lima meter. Saking dekatnya kita bisa rasakan sepatu-sepatu musuh itu seolah hampir menginjak kita yang tiarap. Kita tunggu seluruh patroli musuh melintas, baru disergap dari belakang," jelasnya.

Ada cerita unik dari misi penyergapan lain. Saat itu para anggota DI/TII sedang menggelar acara kenduri di markas yang terletak di tepi hutan. Mereka menyembelih kerbau dan membuat sate. Pasukan KKAD yang mengintai dari jarak dekat menunggu sampai sate matang. Setelah tercium aroma sate dan melihat musuh tak siap, mereka langsung merangsek maju.

"Langsung kita maju, kita todong. Angkat tangan semua! Mereka menyerah tanpa perlawanan. Kita makan satenya. Pasukan DI/TII yang ditahan melihat kita dengan pandangan kesal karena satenya dimakan. Kita balas pelototi, apa lihat-lihat, " kata Supardi.

Selain operasi militer, pendekatan teritorial pun dilakukan TNI. Mereka mengimbau agar sisa-sisa pasukan DI/TII yang masih bertahan segera menyerah. Kunci menghadapi gerilyawan adalah mengambil hati rakyat.(Merdeka.com)

Gelar Jembatan Taktis Darurat Untuk MBT Leopard 2A4 TNI AD

IMG_20141215_131049
Selain keberadaan ARV (Armoured Recovery Vehicle) dan AEV (Armoured Engineer Vehicle), kedatangan armada Leopard 2A4 dan Leopard 2A4 Revolution dari Jerman juga bakal diperkuat komponen AVLB (Armoured Vehicle Launched Bridge). Dengan kontur geografis serta kondisi alam Indonesia, adanya AVLB untuk Leopard TNI AD multak diperlukan, dimana medan di Tanah Air banyak memiliki anak-anak sungai yang punya bentang 15 – 20 meter.


Terkait melitasi sungai, sejatinya MBT Leopard memang dapat melintasi sungai hingga kedalaman empat meter. Karena tak punya kemampuan amfibi, Leopard bisa berenang berkat snorkel. Tapi dalam simulasi gelar pertempuran di Indonesia, penggunaan snorkel dirasa kurang ideal, mengingat persiapan instalasi snorkel yang tidak efisien, plus kondisi arus sungai di Tanah Air yang cenderung berarus deras dan berlumpur. Nah, guna mengantisipasi kondisi diatas, kavaleri TNI AD juga sudah punya pengalaman mengoperasikan AVLB, yakni Stormer AVLB buatan Alvis, Inggris.

Tapi Alvis Stomer yang di Indonesia populasinya ada 2 unit dirancang untuk menghantarkan tank Scorpion dan Stomer APC, yang notabene keduanya masuk kelas ranpur lapis baja ringan. Beda halnya dengan MBT Leopard 2A4 yang punya bobot 60 ton, kemampuan dan spesifikasi AVLB-nya pun harus masuk kelas heavy. Dalam beberapa informasi, ikut dalam paket pembelian armada MBT Leopard adalah tiga unit tank LEGUAN AVLB. Tapi justru replika model BRLPZ-1 Beaver AVLB yang ditampilkan dalam stand Kavaleri di Pameran Alutsista TNI AD 2014 di Lapangan Monas.


Panzerschnellbruecke_Biber_auf_Brueckenlegerbeaver


Biar tak penasaran, berikut kami bedah sekilas Beaver AVLB, kendaraan taktis kavaleri yang punya citarasa zeni. Dari segi identifikasi, Leopard 1 AVLB dikenal dengan nama resmi Bruckenlegepanzer Biber (Beaver) atau disingkat BRLPZ-1. Beaver yang artinya berang-berang, merupakan binatang yang senang membuat bendungan. Saat diturunkan, jembatan taktis darurat di Beaver AVLB memiliki panjang 22 meter dan dapat menjembatani rintangan selebar 20 meter, dengan dua meter sisanya merupakan panjang landasan yang menepek ke permukaan. Lebar jembatan enam meter, memadai untuk dilintasi MBT Leopard 1.

Jerman jelas bukan pemain baru dalam hal mendesain varian AVLB. Malah faktanya, varian AVLB yang dibangun Jerman dari sasis Leopard 1 terjual laris manis ke Italia, Kanada, Belanda, dan Australia. Varian yang pembuatannya ditangani Krupp MaK Maschinenbau merupakan pemenang dari dua prototipe yang sempat dibuat. Hull, sistem suspense, dan mesin, semuanya mengadopsi milik Leopard 1, tetapi kubahnya digantikan oleh jembatan model gunting berbahan alumunium.
Bridge_Beaver_02avlb07Ex RESOLUTE WARRIORBridge_Beaver_012665
Jembatan gunting yang dibawa Beaver memenuhi standar spesifikasi MLC50, atau menahan beban 50 ton, sesuai spesifikasi dasar Leopard 1. Untuk menstabilkan saat menurunkan jembatan, sebilah dozer dipasang sebagai perlengkapan standar di bagian depan hull. Jembatan diturunkan dengan sistem horizontal. Sistem jembatan sisi bawah digeser maju dengan bantuan hidrolik sampai bagian belakangnya sejajar dengan bagian depan jembatan di sisi atas.

Jembatan di sisi atas kemudian gantian diturunkan, sampai kedua sisi jembatan bertemu dan akhirnya saling mengunci membentuk satu jembatan utuh. Setelah jembatan terbentuk, barulah jembatan diturunkan dan bisa dilintasi. Waktu untuk menggelar jembatan lumayan singkat, secara teori hanya dibutuhkan waktu tiga menit. Dengan pemasangan model horizontal, lebih sukar untuk mendeteksi kehadiran Beaver dibandingkan, katakanlah varian AVLB milik Blok Timur dimana jembatannya dinaikan secara horizontal terlebih dahulu, baru kemudian diturunkan, alhasil kegiatan pemasangan jembatan lebih cepat terdeteksi dari kejauhan.
Tapak jembatan Beaver AVLB.
Tapak jembatan Beaver AVLB.
Simpul pengunci antar dua bagian jembatan.
Simpul pengunci antar dua bagian jembatan.

Jempatan model gunting sejatinya sudah pernah diadopsi oleh militer Indonesia sejak tahun 90-an. Seperti Zeni Korps Marinir TNI AL yang telah mengoperasikan MMB (Military Mobile Bridge) dari jenis MAN KAT1 8×8 LEGUAN MLC70. Sementara AVLB milik TNI AD, yakni Alvis Stormer menggunakan pola jembatan lipat yang dinaikan secara horizontal terlebih dahulu.

Sebagai sarana untuk keluar masuk awak, hanya ada satu kubah kecil saja, lengkap dengan periskopnya untuk komandan. Satu-satunya sistem pertahanan adalah pelontar granat asap sebaganyak 8 buah dari tipe Wegmann 76 mm. Sehingga, untuk urusan pertahanan Leopard AVLB ini mutlak membutuhkan bantuan tembakan kawan. AVLB Beaver diawaki oleh dua orang, yakni pengemudi dan komandan yang merangkap sebagai operator jembatan. Untuk perlindungan pada awak, Beaver AVLB sudah mendukung proteksi pada kontaminasi radiasi nuklir, biologi dan kimia.

Keberhasilan filosofi desan BRLZ-1 Beaver dibuktikan dengan derasnya angka pesanan. AD Jerman (Bundeswehr) membeli 105 unit, Kanada (6 unit), Belanda (16), dan Italia (64 unit) yang dibuat secara lisensi oleh OTO/Finnmecanica. Pada saat Jerman beralih ke Leopard 2 yang masuk kategori MLC70, BRLZ-1 tetap dipertahankan. Belum terdengar rencangan AD Jerman untuk membeli varian baru pengganti Beaver. Memang kemudian ada varuian AVLB lain, yakni Pazerschnellbrucke 2 (PSB-2) yang berbasis Leopard 2. PSB-2 dirancang sedemikian rupa untuk mengungguli BRLZ-1 Beaver. Karena toleransi bobot yang jauh lebih besar dibandingkan Leopard 1, PSB-2 digadang mampu membawa jembatan dengan tonase yang jauh lebih besar, mencapai MLC70, atau setara bobot tempur keluarga Leopard 2.

Faktanya, melihat populasi BRLZ-1 Beaver AVLB yang cukup besar, mendorong Thorntone Hellas untuk menawarkan paket upgrade untuk menggenjot kinerja operasional Beaver AVLB. Dari yang tadinya kapasitas bobot sebatas MLC50, maka di dongkrak menjadi MLC70. Upgrade ini ditekankan pada sokongan teknologi sistem hidrolik. Lewat upgrade ini, usia operasional Beaver bisa diperpanjang hingga 25 tahun. (Margana)

Spesifikasi
  • Length : 11820 mm (without bridge: 10590 mm)
  • Width : 4000 mm (without bridge: 3250 mm)
  • Height : 5600 mm (without bridge 2670 mm)
  • Cross vehicle weight : 45,45 ton (with bridge)
  • Maximum speed : 62 km/h
  • Engine : MTU MB 838 CaM-500
  • Range : 450 km
  • Climbing ability : 60%
  • Water crossing : 1,2 m (with preparation 1,65 m)
  • Bridge length : 22 meter
  • Bridge width : 4 meter
  • Bridge height max : 0,98 meter
  • Bridge weigh : 9,94 ton
  • Bridge Safe Load : MLC50 (MLC70 upgrade)
(Indomiliter)

Thursday, 25 December 2014

KRI Frans Kaisiepo tiba, setelah emban misi perdamaian


KRI Frans Kaisiepo tiba dari Lebanon setelah emban misi perdamaian
Sejumlah keluarga melambaikan tangan mengiringi keberangkatan Satgas Maritim TNI Kontingen Garuda XXVIII-F/UNIFIL menggunakan kapal perang KRI Frans Kaisiepo-368 menuju Lebanon di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakut, Jumat (28/2). 
 
Surabaya - KRI Frans Kaisiepo-368 yang mengemban tugas PBB untuk misi perdamaian di Lebanon selama 10 bulan, tiba kembali ke pangkalannya di Markas Komando Armada RI Kawasan Timur di Surabaya, Jawa Timur.

Kapal yang dikomandani Letkol Laut (P) Ade Nanno Suwardi itu mengemban misi dalam Satgas Maritim TNI Kontingen Garuda (Konga) XXVIII-F/UNIFIL (United Nation Interim Force in Lebanon) tahun 2014.

Menurut Kadispen Koarmatim, KRI Frans Kaisiepo yang bertolak dari Koarmatim, 21 Februari 2014, itu bergabung dengan kapal perang angkatan laut negara lainnya dalam Gugus Tugas Maritim (Maritime Task Force/MTF) di wilayah perairan Lebanon.

"Misi ini adalah untuk kedua kalinya yang diemban oleh KRI FKO-368 setelah sukses menjalankan misi yang sama pada tahun sebelumnya," katanya.

Kepala Dinas Penerangan (Kadispen) Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim) Letkol Laut (KH) Maman Sulaeman di Surabaya, Kamis, menjelaskan kedatangan kapal perang itu disambut oleh Kepala Staf Koarmatim Laksma TNI Aan Kurnia mewakili Pangarmatim Laksda TNI Arie Henrycus Sembiring Meliala, Rabu (24/12).

KRI Frans Kaisiepo-368 bertugas selama 10 bulan yakni dua bulan untuk pelayaran berangkat dan pulang serta delapan bulan berada di area operasi di Lebanon.

KRI Frans Kaisiepo dalam tugasnya membawa satu helikopter BO-105 dari Pusat Penerbangan Angkatan Laut (Puspenerbal) Juanda.

Satuan tugas terdiri atas 100 prajurit, yakni 88 prajurit awak kapal perang, pilot dan kru heli tujuh orang, perwira kesehatan (dokter), Kopaska, penyelam, perwira intelijen dan perwira penerangan masing-masing satu orang.

Selama pelaksanaan tugas di Lebanon, KRI Frans Kaisiepo berhasil mendapatkan beberapa penghargaan dari PBB, juga Satya Lencana Shanty Darma dari Presiden Republik Indonesia.(ANTARA News)

Bakamla

Badan Keamanan Laut, Transformasi dari Bakorkamla.
Badan Keamanan Laut, Transformasi dari Bakorkamla.

Bertepatan dengan peringatan Hari Nusantara 2014 yang digelar di Kotabaru, Kalimantan Selatan (Kalsel), Senin (15/12), Presiden Joko Widodo (Jokowi) akhirnya secara resmi mengumumkan pembentukan Badan Keamanan Laut atau disingkat Bakamla.
​Sekretaris Kabinet (Seskab) Andi Wijayanto yang sedang mendampingi Presiden Jokowi menghadiri peringatan Hari Nusantara 2014 di Kotabaru mengatakan, Bakamla dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 178 Tahun 2014 tentang Bakamla.

Ia menyebutkan, Bakamla memiliki tugas pokok melakukan patroli keamanan dan keselamatan di wilayah perairan dan yurisdiksi Indonesia. “Pembentukan Bakamla menandakan era baru sinergitas operasi keamanan laut yang didukung oleh Sistem Peringatan Dini dan Unit Penindakan Hukum yang terpadu,” kata Andi seperti dilansir setkab.go.id.

Tugas menjaga keamanan dan kegiatan operasi keamanan di laut semula dikerjakan oleh Badan Koordinasi Keamanan Laut (Bakorkamla) yang dibentuk berdasarkan Keputusan Bersama Menteri Pertahanan dan Keamanan/ Panglima Angkatan Bersenjata, Menteri Perhubungan, Menteri keuangan, Menteri Kehakiman, dan Jaksa Agung Nomor : KEP/B/45/XII/1972; SK/901/M/1972; KEP.779/MK/III/12/1972; J.S.8/72/1;KEP-085/J.A/12/1972 tentang Pembentukan Badan Koordinasi Keamanan di Laut dan Komando Pelaksana Operasi Bersama Keamanan di Laut.

Guna meningkatkan koordinasi antarberbagai instansi pemerintah di bidang keamanan laut, pada tahun 2003 melalui Keputusan Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan, Nomor Kep.05/Menko/Polkam/2/2003 maka dibentuk kelompok Kerja Perencanaan Pembangunan Keamanan dan Penegakan Hukum di Laut.
​Selanjutnya melalui serangkaian seminar dan rapat koordinasi lintas sektoral, pada 29 Desember 2005, maka ditetapkan Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2005 tentang Badan Koordinasi Keamanan Laut yang menjadi dasar hukum dari Bakorkamla.

Kini, dengan terbitnya berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 178 Tahun 2014, maka Bakorkamla telah berubah nama menjadi Bakamla dengan kekuasaan yang lebih besar dalam mengamankan laut di seluruh Tanah Air.

Konvensi Hukum Laut Internasional (UNCLOS) 1982, telah menetapkan tiga Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) sebagai alur pelayaran dan penerbangan oleh kapal atau pesawat udara internasional. Ketiga ALKI tersebut dilalui 45% dari total nilai perdagangan dunia atau mencapai sekitar US$1.500 triliun. Sayangnya, posisi geografis yang penting itu belum dimanfaatkan dengan baik. Terbukti, kita belum punya pelabuhan-pelabuhan transit bagi kapal niaga internasional yang berlalu-lalang di tiga ALKI tadi.

Mengingat posisi strategis serta potensi maritim luar biasa maka selayaknya Indonesia bisa sebagai Poros Maritim Dunia. Sudah tentu akan semakin banyaknya aktivitas maritim di perairan dan pesisir Indonesia sehingga tidak menutup kemungkinan akan banyak terjadi tindakan pelanggaran hukum baik secara hukum internasional maupun peraturan perundang-undangan Indonesia.
​Presiden Jokowi secara gamblang di Kotabaru menyatakan pembentukan sea coast guard (Bakamla) adalah suatu keharusan untuk menjaga kedaulatan perairan NKRI. Indonesia sudah sangat dirugikan triliunan rupiah setiap tahun dengan berbagai kejahatan di laut seperti illegal fishing , illegal logging, dan penyelundupan.

Indonesia telah memiliki instansi yang mengawal mengenai tentang pertahanan dan kedaulatan Indonesia seperti TNI AL. Namun saat ini masih belum memiliki satu instansi atau badan yang memiliki konsentrasi untuk menjaga keamanan dan keselamatan laut. Karena itu, dengan demikian sudah semestinya Indonesia memiliki satu badan yang memiliki komando untuk menjaga keamanan dan keselamatan laut di dalam wilayah yuridiksi Indonesia.

“Sekarang ini banyak instansi yang berwenang dalam penegakan hukum untuk keamanan di laut. Tapi itu bukan menjadikan rasa aman kepada pelaku kemaritiman malahan jadi semakin tidak nyaman, ” ungkap pakar hukum laut Universitas Indonesia Candra Motik Yusuf.

Sinergi Lembaga

Menkopolhukam Tedjo Edhy Purdijatno, saat wawancara khusus dengan Jurnal Maritim di kantornya, beberapa waktu lalu mengungkapkan pembentukan Bakamla sudah disetujui oleh semua pemangku kepentingan yang terkait keamanan dan penegakan hukum di laut.

Setidaknya, rapat-rapat Rapat pembahasan Peraturan Pemerintah tentang Bakamla diikuti pejabat dari Bakorkamla, Kementerian Koordinator Politik Hukum dan Keamanan, Kementerian Hukum dan HAM, Kementerian Perhubungan, Kementerian Sekretaris Negara, Kementerian Pendayagunaan dan Aparatur Negara, Kejaksaan Agung, Bea Cukai, dan Polairud.

Pembentukan Bakamla adalah amanat dari Undang-Undang No 32 Tahun 2014 tentang Kelautan bahwa harus dibentuk satu badan yang memiliki tugas, pokok, dan fungsi sebagai penjaga keamanan dan keselamatan di laut. Beleid ini untuk menjawab keresahan kalangan pelayaran maupun pengguna jasa kelautan karena selama ini mengaku bingung dengan banyaknya instansi pemerintah di laut.

Sinergitas antarlembaga dalam menjaga keamanan laut dibuktikan ketika Menteri Perhubungan Ignasius Jonan dan Staf Khusus Menteri Bidang Hubungan Antar-Lembaga Mirza Keumala menerima kunjungan kehormatan (courtessy call) Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) Badan Koordinasi Keamanan Laut (Bakorkamla), Laksdya Maritim Desi Albert Mamahit, di ruang kerjanya, di Gedung Karsa, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat. Rabu (19/11/2014).​​ “Dikarenakan perlu adanya sinergitas dalam pengamanan wilayah perairan Indonesia, guna mendukung program pemerintah yang memusatkan pembangunan di bidang maritim,” jelas Menhub.(http://jurnalmaritim.com)

pembelaan TNI, dikritik pedas ketua KPK & Menteri Susi



Ini pembelaan TNI usai dikritik pedas ketua KPK & Menteri Susi
kapal asing ditenggelamkan.

Ketua KPK Abraham Samad mengkritik pedas TNI dalam menindak pencurian ikan di Indonesia. Kritikan pedas Samad setelah Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti curhat kepada ketua KPK itu.

Fuad menambahkan, saat ini yang penting TNI minta payung hukum untuk penenggelaman kapal. Dia meminta harus ada undang-undang yang memperbolehkan militer tenggelamkan kapal sipil.

"Undang-undang harus dijabarkan apakah TNI boleh tenggelamkan kapal sipil. Kalau ada peraturan itu kan bagus juga. Kan hobi kita tenggelamkan kapal," katanya.

Menurutnya, pihak pengadilan yang lama memberi putusan juga menjadi kendala. Dia menyebut, pengadilan memberikan putusan bisa bertahun-tahun lamanya.

Menanggapi kritikan pedas tersebut, TNI melakukan pembelaan. Menurut Kapuspen Mabes TNI Mayjen Fuad Basya, pemerintah harusnya sudah tahu kapal laut yang dimiliki oleh TNI AL.

"Pemerintah tahu kapal laut kita seberapa dan berapa yang kita cover," kata Fuad di Jakarta, Kamis (25/12).

"Yang jelas TNI sudah menjalankan tugas dan apa yang kita lakukan untuk negara," ucapnya.

Seperti diketahui, Ketua KPK Abraham Samad dan Menteri Susi mendesak agar luwes dan gesit basmi pencurian ikan. Menurut dia, tidak ada alasan bagi aparat keamanan dan penegak hukum sengaja menunda-nunda penindakan terhadap pencuri ikan.

"Untuk eksekusi kapal-kapan ilegal fishing, kita imbau TNI dan pihak-pihak terkait melakukan dukungan yang kuat. Harus dijauhi hal-hal yang bersifat birokratis dan rumit," kata Samad dalam jumpa pers.

Samad lantas mengingatkan, KPK bersama TNI dan Polri sudah pernah mengikat perjanjian menjaga sumber daya alam Indonesia. Salah satunya adalah soal menjaga potensi laut.

"Lembaga-lembaga terkait supaya segera merealisasikan. TNI dan Polisi supaya memberikan dukungan yang kuat kepada Kementerian Kelautan dan Perikanan dalam menyelamatkan laut dan perikanan kita," ujar Samad.(Merdeka.com)

KRI Todak-631

KRI Todak-631 (Foto: Firmanto Hanggoro/JM)
KRI Todak-631

Difungsikan sebagai kapak penyerang cepat serbaguna serta anti kapal permukaan dan patrol cepat.
Kapal perang ini memiliki kecanggihan alutsista yang dapat diandalkan antara lain Meriam 57 mm MK2 Bofor SAK 57/70 B, Meriam 40 mm SAK 40/70A dan Meriam 20 mm MK 20 RH 202, ditambah personil-personil pilihan membuat alat tempur dan pertahanan ini akan menjadi “monster” di lautan.

Menyandang nama “Todak” dari seekor ikan laut yang banyak terdapat diperairan wilayah Nusantara, bersifat ganas dengan bentuk tubuh yang sedemikian rupa sehingga dapat bergerak cepat dan lincah dalam mencengkram mangsanya dan lihai pula menghindari pemangsanya, memiliki sisik licin yang dapat menambah kerahasiaan geraknya sulit dikenali maka KRI Todak 631 memang dirancang untuk memenuhi tantangan tertinggi akan kapal yang dapat beroperasi dilaut territorial dan ZEEI. 

Keangkeran penampakannya berbanding terbalik dengan situasi dan suasana di dalam kabin-kabinnya. Suasana guyub, solid hingga religious bisa dirasa dan terlihat langsung dalam keseharian para personilnya dalam melakukan tugas beroperasi mejaga perbatasan Indonesia raya.

Prestasi terbaru yang disandang KRI Todak 631 ini antara lain berhasil menggagalkan penyelundupan pakaian dari Malaysia diperairan Selat Malaka medio Agustus 2014 serta menggagalkan pembajakan Kapal Laut berbendera Panama MV New Emerald diperairan Selat Philips melalui operasi Cakra

Arnawa dan Operasi Pengamanan Perbatasan Indonesia- Singapura , November 2014 lalu. Sepanjang masa nya, KRI Todak 631 akan selalu mejadi ujung tombak dalam menjaga keamanan dan kekuatan pertahanan Republik Indonesia.

Empat Hari Tersesat di Pedalaman Rimba Perbatasan Indonesia-Malaysia

Pedalaman Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara. Gambar diambil pada 6 Desember 2014

MALINAU,Pagi yang cerah, 17 November 2014, Pratu TNI Agus Yulianto dan tiga prajurit lain pergi mencari air bersih di tengah rimba pedalaman Malinau, Kalimantan Utara.

Dua jam kaki mereka melangkah, air bersih tak kunjung didapat. Pagi itu, menjadi awal mereka tersesat selama empat hari di tengah rimba belantara.

"Jujur, kami takut sekali tersesat di hutan yang tidak kami kenal sebelumnya," kenang Agus saat Kompas.com jumpai pada awal Desember 2014.

Agus adalah salah satu prajurit yang bertugas di Pos Pengamanan Perbatasan (Pospamtas) Desa Apau Ping, Kecamatan Bahau Hulu, Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara, yang dipindahkan ke Pospamtas Long Bulan bersama dua rekannya per 9 November 2014.

Rencananya, Pospamtas Apau Ping hendak ditiadakan lantaran terlalu jauh dengan patok batas perbatasan Indonesia-Malaysia.

Situasi Pospamtas Long Bulan berbeda dengan Pospamtas Apau Ping. Long Bulan berada di tengah hutan rimba, butuh waktu berhari-hari berjalan dari pos itu ke pedesaan terdekat. Logistik pun harus dikirim memakai helikopter setiap satu bulan sekali.

Pada pagi di pertengahan November itu, para prajurit di Pospamtas Long Bulan kehabisan cadangan air bersih. Hujan yang merupakan sumber air satu-satunya bagi pos ini, tak kunjung turun.

Air tanah di lokasi pos tak bisa diandalkan sebagai sumber air bersih, karena warnanya kemerahan dan berbau tak enak.

"Pagi itu saya sama tiga adik llifting (angkatan TNI) inisiatif mencari air bersih di hutan," ujar Agus.

Pesan kepala adat

Lelah, lapar, dan dahaga, merusak konsentrasi keempat prajurit ini. Hari pun merembang petang. Sebagai prajurit tertua, Agus berupaya mengingat dan menyusun strategi dengan tenaga yang tersisa.

Pelahan Agus lalu teringat perkataan kepala adat Dayak di Desa Apau Ping saat pertama kali bertugas di sana. "Kepala adat bilang sama saya, kalau tersesat di hutan adat ini jangan takut. Ikuti saja awal matahari terbit, pasti akan menemui sungai Bahau," kenang Agus.

Sungai Bahau memiliki hulu di salah satu bukit yang merupakan perbatasan Indonesia-Malaysia. Jika mengikuti aliran sungai itu ke hilir, ujar Agus menirukan pesan kepala adat itu, dipastikan akan bertemu desa.


KOMPAS.com/Fabian Januarius Kuwado Di atas ketinting, dalam perjalanan rombongan safari Natal 2014 Bupati Malinau Yansen Tipa Padan menuju Desa Pujungan, Malinau, Kalimantan Utara, Senin (8/12/2014).
 
Perkataan kepala adat tersebut terus terngiang selama keempat prajurit ini melangkah. Sembari berjalan ke arah matahari terbit, mereka mengumpulkan buah-buahan hutan dan daun yang sekiranya bisa dimakan untuk mengganjal perut yang lapar.

Untuk menghapus dahaga, mereka memeras air dari tumpukan lumut yang menempel dari batang pohon. Meski membawa senjata, Agus mengaku tidak berani menembak binatang hutan yang sering mereka temui.

Agus mengaku dia dan teman-temannya khawatir ketika membunuh binatang di hutan adat secara sembarangan malah akan berakibat celaka bagi mereka.

Tanpa bekal

Pagi itu, mereka sama sekali tak berpikir bakal tersesat berhari-hari di tengah hutan. Mereka tak membekali diri dengan makanan maupun minuman.

Agus hanya berkaos loreng dan bercelana training, begitu juga dua prajurit lain. Satu prajurit lagi bahkan hanya berkaos loreng dan memakai celana selutut.

"Saya hanya bawa senjata laras panjang satu," lanjut cerita Agus. Setiap langkah mereka ayun masih dengan pikiran sumber air tak akan terlalu jauh dari pos.

Di sepanjang perjalanan, hanya ada pepohonan besar--berukuran sepelukan hingga enam pelukan lelaki dewasa--di sekitar mereka. Pemandangan lain hanya semak belukar.

"Kami mengikuti jalan setapak keluar pos. Kami sempat bertemu jalan sama dua kali. Tapi kok ke arah pos lagi, ke pos lagi? Kami merasa aneh kan, akhirnya kami ambil jalur beda," ujar Agus.

Dua jam pun berlalu. Agus memutuskan kembali saja ke pos karena air tak kunjung ditemukan. Namun, kali ini justru jalan pulang menuju pos "menghilang".

Saat menatap berkeliling, pemandangan terasa asing. "Sadarlah kami telah tersesat," ujar Agus. Seharian itu mereka masih berupaya terus berjalan mencari jalan pulang tetapi tak juga bisa. 

 
Malam pertama

Seharian berjalan, "pasukan" ini pun memutuskan mencari tempat beristirahat pada pukul 17.00 Wita. Mereka juga bersepakat akan tidur bergantian hingga fajar menyingsing.

Tidur beralas tanah, mereka masih harus menahan pedihnya gigitan agas--serangga kecil semacam nyamuk yang juga mengisap darah--selain kekhawatiran didatangi binatang buas. "Sudah enggak tahu malam itu rasanya kayak apa. Semuanya campur-aduk jadi satu," ujar Agus.

Mental mereka pada malam itu sempat jatuh karena mimpi salah satu prajurit. Pada saat giliran tidur, prajurit itu bermimpi minum kopi bersama prajurit TNI yang tewas karena helikopternya jatuh di tengah proses pembangunan Pospamtas Long Bulan pada November 2013.

Hanya lantunan doa yang membuat mereka saling menguatkan diri dan menjaga pikiran tetap jernih pada saat itu. "Meski sangat sulit," aku Agus.

Jawaban alam

Agus mengatakan dua hari pertama mereka jalani dengan kalut. Makan dan minum tak cukup, lelah karena terus berjalan kaki mulai terasa mendera, ditambah efek mimpi salah satu dari mereka itu.

Pada titik terendah kondisi mereka, tutur Agus, alam menunjukkan kekuatannya. Pada saat itulah mereka akhirnya menemukan sungai, meskipun baru sungai kecil dan bukan Sungai Bahau.

Meski demikian, keempat prajurit ini memutuskan untuk mengikuti alur sungai kecil tersebut. "Untungnya lagi, hari ketiga dan keempat hujan. Jadi meski lapar kami tidak kehausan," lanjut Agus.

Terasa sangat lama, kata Agus, sudah empat hari mereka berempat menyusuri kelebatan hutan Malinau ini. Namun, pada petang hari keempat itu, mereka akhirnya menemukan Sungai Bahau.

Semangat keempat prajurit pun timbul kembali. Benar saja, tak berselang lama mereka berpapasan dengan rombongan ketinting kepala desa yang memang sedang mencari mereka.

"Kami akhirnya ditemukan. Saya tidak ingat lagi bagaimana kami ditemukan. Katanya, baju kami sudah compang-camping, badan penuh pacet. Pas di kampung, saya timbang, berat badan saya turun 15 kilogram," tutur Agus.

Petang itu adalah 21 November 2014. Setelah dirawat beberapa hari di desa terdekat, Agus kembali bertugas di Pospamtas Apau Ping, sementara tiga prajurit lain dikembalikan ke batalyonnya di Tarakan.

Agus mengaku tidak kapok bertugas di perbatasan sekalipun mengalami peristiwa ini. Dia mengaku, peristiwa itu menguji kemampuan keprajuritan mereka, dan jelas tak terlupakan.

"Tidak kapok. Asalkan tidak tersesat sampai ke Malaysia saja..." ujar Agus, kali ini sembari tertawa mengingat kisah sengsaranya itu.(
KOMPAS.com)

Calon Kepala BIN dari TNI AU?


(Istimewa)
JAKARTA - Setelah memilih jaksa agung, Presiden Joko Widodo masih punya satu pekerjaan rumah, yakni memilih Kepala BIN (Badan Intelijen Negara). Ada tiga nama yang mengemuka, siapa saja?

Terdapat tiga nama yang digadang-gadang menjadi KaBIN, menggantikan Letjen Pur Marciano Norman yang memasuki masa pensiun .

Ketiganya adalah mantan Wakil Menteri Pertahanan Letjen Syafri Syamsudin, mantan wakil ketua BIN As'sad Said Ali dan mantan Kepala Bais TNI Marsekal Madya Ian Santoso. Sedangkan mantan Gubernur DKI Sutiyoso yang sempat disebut-sebut, mulai tereliminasi.

Nah, dari ketiga nama yang tengah ditimang Presiden Jokowi itu, terdapat satu yang mengemuka. Dia adalah Ian Santoso, lulusan Akabri Udara 1970 yang juga putera pahlawan nasional Halim Perdana Kusuma.sosok Ian tidaklah asing. Pada Pilpres, Ian masuk dewan pakar tim sukses Jokowi-JK. Artinya, Ian adalah tokoh yang ikut 'berkeringat' dalam menghantarkan Jokowi-JK ke istana.

Di dunia intelijen, Ian cukup punya kemampuan. Saat Gus Dur dan Megawati berkuasa, dirinya ditunjuk sebagai Kepala Badan Intelijen Strategis (KaBais) TNI.

Yang paling penting, Jokowi adalah pemimpin yang selalu menjaga harmoni. Saat ini, sudah ada dua jenderal dari AD dan AL yang masuk kabinet. Bisa jadi, Jenderal dari TNI-AU yang dipilih menjadi KaBIN. Kita tunggu saja.

TNI AL Evaluasi Program 2014

TNI AL Evaluasi Program 2014
Armada TNI AL (Dok. Sindonews/ilustrasi)
JAKARTA - TNI Angkatan Laut (AL) menggelar rapim TNI AL tahun 2015 di Gedung Yos Sudarso, Mabes Angkatan Laut (AL), Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu (24/12/2014).

"Sebagai tindak lanjut dari penyelenggaraan rapat pimpinan (Rapim) TNI tahun 2015, TNI AL menggelar Rapim hari ini," kata Marsetio di Mabesal, Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu (24/12/2014).


Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Marsetio mengatakan rapim diikuti oleh 251 peserta terdiri atas dua pemimpin TNI AL, 80 pejabat Mabes AL, 81 pejabat nonstruktural, 18 pejabat Kotama dan Lemdik TNI AL, dan 11 pembicara.

Dia mengatakan rapim yang dilaksanakan pada akhir tahun anggaran ini bertujuan untuk mengevaluasi program kegiatan TNI AL selama tahun 2014.

Dalam rapim ini juga dibahas arah pembangunan pertahanan negara yang akan diimplementasikan oleh jajaran TNI AL.

"Terkait anggaran, perlu adanya kesinambungan pembangunan minimum essential forces (MEF) TNI AL sebagai kelanjutan dari pembangunan MEF tahap I tahun 2010-2014. Hal ini sejalan dengan visi misi Presiden yang ingin agar Indonesia menjadi poros maritim dunia," tutur Marsetio.

Menanti Datangnya K9 Dari Korea Selatan

Jika Amerika Serikat memiliki artileri howitzer swagerak 155mm andalan M109 Paladin, Korea Selatan punya K9, kendaraan artileri swagerak yang tak kalah bagusnya. Pada K9 lah korps Artileri TNI AD melirik dan mempersiapkan akuisisinya. Masa-masa realisasi pembangunan kekuatan TNI yang mengacu kepada MEF (Minimum Essential Force) Renstra I memang sudah hampir paripurna, dengan sebagian besar alutsista yang dipesan sudah mulai berdatangan. Korps Artileri TNI AD sendiri kebagian 37 unit howitzer berbasis truk CAESAR dari Perancis senilai USD 141 juta dan 36 unit sistem artileri roket ASTROS senilai USD 405 juta dari Brasil. Ini berarti Korps Artileri TNI AD bisa memodernisasi dan membentuk 4 batalyon artileri swagerak, diluar sejumlah meriam tarik 105mm Kh-178 dan 155mm Kh-179 yang dibelinya dari Korea Selatan.


Di luar perkiraan, di tengah masa transisi pemerintahan hasil Pemilu 2014, TNI ternyata tak lantas berhenti dan mengambil napas. MEF Renstra 2 yang sudah di ambang pintu perlahan-lahan mulai mengemuka. Alutsista pilihan dan berkualitas kembali disasar untuk menjaga kedaulatan dan meningkatkan wibawa di antara Negara kawasan. Satu yang dilirik untuk semakin memperkuat Korps Artileri TNI AD adalah sistem artileri swagerak berpenggerak roda rantai (tracked). Sistem semacam ini hanya dimiliki oleh sedikit Negara. Yang paling mendominasi, tentu saja adalah M109 Paladin yang begitu laku dan dipergunakan hampir sebagian besar Negara NATO. Inggris memiliki AS90, dan Jerman Barat menggunakan Panzer Haubitze (PzH) 2000.

Korps Artileri TNI AD memang sangat butuh penyegaran untuk urusan artileri swagerak berbasis roda rantai. Pasalnya, AMX-13 AUF1 105mm yang dimiliki sudah amat terlalu uzur, pabriknya sudah bangkrut, dan suku cadangnya sudah tak lagi tersedia di pasaran. Untuk mendukung manuver gabungan dengan Kavaleri yang sudah dilengkapi MBT Leopard 2A4 dan Infantri mekanis yang sudah menggunakan Marder 1A3 dan Anoa sudah pasti kepayahan. Apalagi jarak jangkau meriamnya semakin terbatas.

Namun begitu, pemilihan kandidat sistem artileri swagerak harus dilakukan dengan sejumlah pertimbangan yang benar-benar matang. Soal pertama, apalagi kalau bukan hantu embargo di medio 1990an dan awal millennium baru. Jangan sampai alutsista berharga mahal harus mangkrak karena kelangkaan suku cadang, atau tidak bisa digunakan karena larangan Negara produsennya. Kedua, sistem yang dibeli tentu saja harus kompatibel dengan segala jenis munisi yang dipergunakan Korps Artileri TNI AD sendiri, mengingat TNI AD menggunakan amunisi yang berbeda-beda Negara produsennya walaupun kalibernya sama.

Yang terakhir, TNI AD tentu mengutamakan keseimbangan. Walaupun pemerintahan lalu percaya pada jargon kosong diplomasi zero enemy thousand friends, kenyataannya situasi geopolitik seringkali memaksa keberpihakan karena keadaan. Apabila kemudian keberpihakan tersebut dapat menimbulkan implikasi negatif bagi postur pertahanan Indonesia, TNI harus siap. Pengadaan alutsista dari multi Negara dianggap mampu menjadi solusi, walaupun berdampak kepada logistik dan suku cadang yang harus disiapkan untuk mendukung penggelaran alutsista.

Nah, dari sejumlah kandidat yang dievaluasi, K9 Thunder buatan Korea Selatan kemudian menyeruak sebagai kandidat yang memiliki kans terbesar untuk dieksekusi pembeliannya. Sistem artileri swagerak terbaru ini menawarkan keganasan meriam 155mm dalam sasis yang sepenuhnya dibuat oleh perusahaan Korea Selatan, Samsung Techwin. Dengan sejarah mesra dimana meriam howitzer TNI AD sebagian besar memang diakuisisi dari Korea Selatan, K9 bak melengkapi kebahagiaan. Apalagi K9 Thunder sudah pula menyandang predikat battle proven. Korps Artileri sendiri menargetkan akuisisi 2 yon tambahan sistem artileri berpenggerak rantai untuk memperkuat batalyon artileri medan TNI AD.

In Action: Battle Proven!

Walaupun Korea Selatan dan Utara secara resmi berada dalam status gencatan senjata, bukan berarti K9 Thunder hanya duduk diam dan digunakan pada saat latihan saja. Pada 23 November 2010, Korea Utara melakukan provokasi dengan menembakkan ratusan proyektil artileri berupa roket dan Howitzer ke pulau Yeonpyeong yang ada di Yurisdiksi Korea Selatan. Korea Selatan, yang saat itu sedang melaksanakan latihan bersandi Hoguk di pulau Yeonpyeong dan Baengnyeong dianggap memprovokasi Korea Utara dan menantang perang. Puluhan munisi hidup berdaya ledak tinggi terbang melintasi lautan, memotong garis demarkasi Northern Limit Line dan menuju Yeonpyeong.
Kegilaan Korea Utara berujung pada kehancuran berbagai sarana sipil dan juga korban jiwa. Dua orang sipil dan dua prajurit tewas, puluhan lainnya terluka. Dalam dua gelombang serangan yang dilancarkan dari propinsi Hwanghae, proyektil artileri dan roket 122mm dari Kaemori berjatuhan di kamp militer Korea Selatan, dan lebih banyak lagi menghantam pemukiman, pertokoan, dan kantor pemerintah, menimbulkan kepanikan dan kebakaran hebat.

Korea Selatan sendiri secara organik menggelar satu batalion K9 yang terdiri dari tiga baterai, masing-masing berkekuatan 6 unit K9. Yeonpyeong dijaga oleh satu kompi yang berkekuatan satu baterai K9. Serangan dadakan dan bertubi-tubi dari Korea Utara yang begitu masif berhasil melumpuhkan dua unit K9. Empat yang tersisa dengan segera diperintahkan menembak balik, tetapi satu dengan segera menghadapi kendala karena satu proyektil macet dan berhenti di tengah laras, menyebabkannya tidak mampu beraksi.

Dengan hanya tiga K9, tembakan balasan dilancarkan ke area Mudo, tempat posisi meriam, barak dan markas pasukan Korea Utara berada. Setelah menembakkan puluhan proyektil, sasaran bergeser ke Kaemori, lokasi baterai roket 122mm Korea Utara melancarkan serangannya. Secara total, Korea Selatan menembakkan 80 butir munisi 155mm, dalam adu artileri terhebat dan paling dahsyat setelah gencatan senjata yang menandai berakhirnya Perang Korea pada 1953. Sayangnya, karena sukar melakukan BDA (Battle Damage Assesment), sulit bagi Korea Selatan untuk mengetahui kehancuran yang diderita oleh Korea Utara. Begitupun, Korea Selatan mengklaim 5-10 prajurit Korea Utara tewas dan 30 lainnya terluka, berdasarkan informasi pembelot Korea Utara yang merupakan mantan prajurit artileri di Kaemori.

Yang jelas, pasca balas-membalas artileri di Yeonpyeong tersebut, para kru K9 benar-benar disiagakan untuk menghadapi pertempuran berikutnya. Setiap prajurit artileri dibagi dalam tiga kali giliran jaga di dalam kabin K9 mereka, walaupun barak sebenarnya hanya 100-200 meter jauhnya. Pokoknya begitu proyektil pertama Korut mendarat, K9 sudah harus bisa membalas tembakan. Satu instalasi radar ARTHUR (Artillery Hunting Radar) juga dipasang, untuk mendeteksi sumber dan azimuth datangnya serangan. Sampai serangan berikutnya datang, gelegar K9 akan siap sedia melindungi Yeonpyeong dan seluruh Korea Selatan dari ancaman Korea Utara.

K9 Thunder, sang primadona baru
Korea Selatan sendiri sejak lama merupakan pengguna setia M109 Paladin. Tidak mau membeli mentah-mentah, Korea Selatan melisensi M109A2 sebagai K55 dan K55A1. Namun semakin berkembangnya teknologi, Korea Selatan semakin merasa ketinggalan. M109 Paladin sudah mencapai iterasi A6 dengan jarak jangkauan yang semakin jauh, sementara K55A1 sudah jelas kalah jarak. Rival beratnya Korea Utara sudah diketahui memiliki sistem artileri swagerak berbasis sasis tank Type-59 berkode M-1978 Koksan dengan meriam kaliber 170mm.

Untuk mempersempit selisih tersebut, Korea Selatan menugaskan Samsung Techwin (sebelumnya bernama Samsung Defense Aerospace) untuk mengembangkan sistem artileri swagerak sebagai komplemen, dan kelak pengganti, K55 pada 1989. Purwarupa pertama sudah ditampilkan pada 1994, dan pengujian lanjutan dilakukan sampai akhirnya dapat diterima oleh AD Korea Selatan pada 1998. Dengan kendaraan serial pertama masuk dinas aktif pada 2000an, boleh dikatakan usia K9 masihlah cukup muda.

K9 Thunder sendiri memiliki bobot nyaris dua kali lipat dibandingkan dengan K55. Namun soal mobilitas, boleh saja diadu. Dengan penambahan bobot tersebut, K9 dijanjikan memiliki keunggulan yang tidak dimiliki oleh K55. K9 diawaki oleh lima orang kru: komandan, pengemudi, penembak, dan dua pengisi. Tugas pengisi dimudahkan dengan keberadaan sistem pengisi otomatis (autoloader) yang cukup kompleks. Diluar pengemudi yang memiliki palka tersendiri, keempat awak lainnya bisa keluar dari palka di atas kubah. Kalau ini dianggap terlalu tinggi, masih ada pintu rampa belakang, yang dibuka ke arah kanan dengan engsel.

K9 sendiri didesain untuk mampu membawa 48 butir peluru howitzer 155mm dan propelannya. Apabila kendaraan sudah kehabisan peluru, sudah menjadi tugas kendaraan K10 ARV untuk mengisinya. Berbeda dengan K9, K10 tidak dilengkapi dengan laras meriam. Sebagai gantinya, ada ‘belalai’ yang bertugas mengantarkan peluru yang akan diisi ke K9. K10 tinggal melakukan aksi docking dengan lubang pengisian yang ada di belakang kubah K9, dan peluru dihantarkan dari dalam kubah K10 ke dalam kompartemen peluru K9. Saat menerima proyektil isian dari K10, sistem rel pengisian otomatis akan membawa dan menyusun proyektil-proyektil tersebut ke tempatnya.

Soal wahana pengusung, K9 menggunakan sasis dengan penggerak roda rantai, dengan mesin diletakkan di sebelah kanan depan. Kombinasi ini memungkinkan kompartemen tempur sepenuhnya dapat dihuni oleh kubah dengan sistem pengisian amunisinya yang kompleks. K9 menggunakan mesin MTU 881 buatan Jerman, yang dipadukan dengan sistem transmisi otomatis Allison ATDX 1100-5A3 dengan empat gigi maju dan dua gigi mundur. Paduan mesin dan transmisi pada K9 tersebut mampu menyemburkan daya 1.000hp (735kW), yang diterjemahkan menjadi kecepatan 67km/ jam di jalanan mulus. Dengan rasio daya berbanding beban mencapai 21,7 hp/ ton, K9 boleh dikata cukup lincah dalam bergerak melintas medan, tidak kalah dengan Main Battle Tank modern yang harus diikutinya. Sekali isi tangki penuh, K9 dapat menempuh jarak sampai 480km.
Untuk mendukung penggelarannya, K9 dilengkapi dengan suspensi torsion bar dan kombinasi hidropneumatik pada keenam roda lincirnya, sehingga awaknya tidak akan cepat lelah saat bergerak dari satu titik ke titik lainnya. Keunggulan lainnya, ketinggian kendaraan juga dapat diatur berkat penggunaan suspensi hidropneumatik tersebut, sehingga dapat disesuaikan untuk karakteristik medan yang dilewati. Apabila diperlukan, K9 juga dapat melakukan operasi mengarung (fording) sampai kedalaman 1,5 meter tanpa persiapan khusus.

Meriam howitzer 155mm pada K9 sendiri diletakkan pada struktur kubah tertutup, yang tentu saja merupakan satu keunggulan tersendiri dan tuntutan pada situasi pertempuran yang dinamis. Dibandingkan dengan aset seperti meriam howitzer 155mm CAESAR yang sudah dibeli TNI AD, K9 lebih unggul karena seluruh sekuensial penembakannya dapat dilakukan dari dalam kendaraan, terlindung kubah baja yang mampu menahan impak fragmen artileri model airburst dan hantaman peluru 12,7mm. Meriamnya sendiri dapat didongakkan mulai dari -2,5o sampai 70o, yang diatur secara sistem, dan dapat dibawa berputar 360o bersama kubahnya. Meriam 155m L52 pada K9 dilengkapi dengan muzzle brake tipe slot untuk disipasi asap dan hentakan penembakan.
Satu keunggulan yang ditawarkan K9 soal amunisi adalah kesesuaian dengan standar NATO, karena Samsung Techwin menjamin bahwa meriam K9 sudah disesuaikan dengan JBMOU (Joint Ballistic Memorandum of Understanding). JBMOU merupakan kesepakatan antar Negara NATO yang menjamin kesamaan meriam, propelan, amunisi, dan sumbu munisi artileri yang digunakan sesame Negara NATO. Kompatibel dengan berbagai munisi 155mm buatan pabrikan Negara NATO maupun bukan, K9 mampu melontarkan tembakan sampai jarak 40km dengan munisi base bleed, yang diset propelannya pada setelan enam. Untuk munisi RAP (Rocket Assisted Projectile) dengan setelan propelan lima, jarak tembaknya bisa mencapai jarak 30km. Untuk munisi HE (High Explosive) standar NATO M107, jarak tembaknya adalah 17km Pemilihan amunisi tinggal dilakukan melalui layar LCD oleh penembak, sehingga hanya charges atau propelannya yang masih perlu diatur secara manual oleh pengisi.

Penembak sendiri dimudahkan tugasnya berkat keberadaan sistem kendali penembakan otomatis dan sistem navigasi bernama MAPS (Modular Azimuth Position System), yang berisi peta digital yang dapat menerima pasokan data melalui datalink. Berbagai sensor seperti angin dan suhu udara yang dapat mempengaruhi trayektori juga diperhitungkan. Dengan dukungan komputasi otomatis tersebut, K9 sudah siap digelar dan siap menembak hanya dalam 30 detik setelah kendaraan dalam posisi berhenti, atau 60 detik dihitung dari perintah diberikan saat K9 masih berjalan. Meriam howitzer 155mm pada K9 memiliki kecepatan tembak 3-5 butir peluru setiap jeda 15 detik, atau 5-6 peluru/ menit selama tiga menit terus menerus.

Dengan kemampuannya yang setara atau melebihi M109A6 Paladin, tidak mengherankan apabila K9 banyak dilirik oleh Negara lain. Turki bahkan sudah bergerak cepat, melisensi K9 sebagai T-155 Firtina (Badai). Turki membeli 300an T-155, dengan membuat sendiri sistem kendali penembakan, modifikasi kubah, dan sistem navigasi yang dibuat sendiri oleh perusahaan lokal seperti Aselsan dan Havelsan. Sebanyak 300 unit dari pesanan T-155 tersebut akan dibuat oleh 1st Army Maintenance Center Command di Adazapari, Turki.

SPEK K9 THUNDER
Awak            : 5
Bobot            : 47 ton
Panjang        : 12 meter
Lebar            : 3,4 meter
Tinggi            : 2,73 meter
Kecepatan tembak    : 3 butir dalam 15 detik, 6-8 peluru/ menit (sustainable)
Mesin            : Diesel MTU MT 881 Ka-500 8 silinder berpendingin air, berdaya 1.000hp
Kecepatan maksimal    : 67 km/ jam

(ARC)