Terkait melitasi sungai, sejatinya MBT Leopard memang dapat melintasi sungai hingga kedalaman empat meter. Karena tak punya kemampuan amfibi, Leopard bisa berenang berkat snorkel. Tapi dalam simulasi gelar pertempuran di Indonesia, penggunaan snorkel dirasa kurang ideal, mengingat persiapan instalasi snorkel yang tidak efisien, plus kondisi arus sungai di Tanah Air yang cenderung berarus deras dan berlumpur. Nah, guna mengantisipasi kondisi diatas, kavaleri TNI AD juga sudah punya pengalaman mengoperasikan AVLB, yakni Stormer AVLB buatan Alvis, Inggris.
Tapi Alvis Stomer yang di Indonesia populasinya ada 2 unit dirancang untuk menghantarkan tank Scorpion dan Stomer APC, yang notabene keduanya masuk kelas ranpur lapis baja ringan. Beda halnya dengan MBT Leopard 2A4 yang punya bobot 60 ton, kemampuan dan spesifikasi AVLB-nya pun harus masuk kelas heavy. Dalam beberapa informasi, ikut dalam paket pembelian armada MBT Leopard adalah tiga unit tank LEGUAN AVLB. Tapi justru replika model BRLPZ-1 Beaver AVLB yang ditampilkan dalam stand Kavaleri di Pameran Alutsista TNI AD 2014 di Lapangan Monas.
Biar tak penasaran, berikut kami bedah sekilas Beaver AVLB, kendaraan taktis kavaleri yang punya citarasa zeni. Dari segi identifikasi, Leopard 1 AVLB dikenal dengan nama resmi Bruckenlegepanzer Biber (Beaver) atau disingkat BRLPZ-1. Beaver yang artinya berang-berang, merupakan binatang yang senang membuat bendungan. Saat diturunkan, jembatan taktis darurat di Beaver AVLB memiliki panjang 22 meter dan dapat menjembatani rintangan selebar 20 meter, dengan dua meter sisanya merupakan panjang landasan yang menepek ke permukaan. Lebar jembatan enam meter, memadai untuk dilintasi MBT Leopard 1.
Jerman jelas bukan pemain baru dalam hal mendesain varian AVLB. Malah faktanya, varian AVLB yang dibangun Jerman dari sasis Leopard 1 terjual laris manis ke Italia, Kanada, Belanda, dan Australia. Varian yang pembuatannya ditangani Krupp MaK Maschinenbau merupakan pemenang dari dua prototipe yang sempat dibuat. Hull, sistem suspense, dan mesin, semuanya mengadopsi milik Leopard 1, tetapi kubahnya digantikan oleh jembatan model gunting berbahan alumunium.
Jembatan gunting yang dibawa Beaver memenuhi standar spesifikasi MLC50, atau menahan beban 50 ton, sesuai spesifikasi dasar Leopard 1. Untuk menstabilkan saat menurunkan jembatan, sebilah dozer dipasang sebagai perlengkapan standar di bagian depan hull. Jembatan diturunkan dengan sistem horizontal. Sistem jembatan sisi bawah digeser maju dengan bantuan hidrolik sampai bagian belakangnya sejajar dengan bagian depan jembatan di sisi atas.
Jembatan di sisi atas kemudian gantian diturunkan, sampai kedua sisi jembatan bertemu dan akhirnya saling mengunci membentuk satu jembatan utuh. Setelah jembatan terbentuk, barulah jembatan diturunkan dan bisa dilintasi. Waktu untuk menggelar jembatan lumayan singkat, secara teori hanya dibutuhkan waktu tiga menit. Dengan pemasangan model horizontal, lebih sukar untuk mendeteksi kehadiran Beaver dibandingkan, katakanlah varian AVLB milik Blok Timur dimana jembatannya dinaikan secara horizontal terlebih dahulu, baru kemudian diturunkan, alhasil kegiatan pemasangan jembatan lebih cepat terdeteksi dari kejauhan.
Jempatan model gunting sejatinya sudah pernah diadopsi oleh militer Indonesia sejak tahun 90-an. Seperti Zeni Korps Marinir TNI AL yang telah mengoperasikan MMB (Military Mobile Bridge) dari jenis MAN KAT1 8×8 LEGUAN MLC70. Sementara AVLB milik TNI AD, yakni Alvis Stormer menggunakan pola jembatan lipat yang dinaikan secara horizontal terlebih dahulu.
Sebagai sarana untuk keluar masuk awak, hanya ada satu kubah kecil saja, lengkap dengan periskopnya untuk komandan. Satu-satunya sistem pertahanan adalah pelontar granat asap sebaganyak 8 buah dari tipe Wegmann 76 mm. Sehingga, untuk urusan pertahanan Leopard AVLB ini mutlak membutuhkan bantuan tembakan kawan. AVLB Beaver diawaki oleh dua orang, yakni pengemudi dan komandan yang merangkap sebagai operator jembatan. Untuk perlindungan pada awak, Beaver AVLB sudah mendukung proteksi pada kontaminasi radiasi nuklir, biologi dan kimia.
Keberhasilan filosofi desan BRLZ-1 Beaver dibuktikan dengan derasnya angka pesanan. AD Jerman (Bundeswehr) membeli 105 unit, Kanada (6 unit), Belanda (16), dan Italia (64 unit) yang dibuat secara lisensi oleh OTO/Finnmecanica. Pada saat Jerman beralih ke Leopard 2 yang masuk kategori MLC70, BRLZ-1 tetap dipertahankan. Belum terdengar rencangan AD Jerman untuk membeli varian baru pengganti Beaver. Memang kemudian ada varuian AVLB lain, yakni Pazerschnellbrucke 2 (PSB-2) yang berbasis Leopard 2. PSB-2 dirancang sedemikian rupa untuk mengungguli BRLZ-1 Beaver. Karena toleransi bobot yang jauh lebih besar dibandingkan Leopard 1, PSB-2 digadang mampu membawa jembatan dengan tonase yang jauh lebih besar, mencapai MLC70, atau setara bobot tempur keluarga Leopard 2.
Faktanya, melihat populasi BRLZ-1 Beaver AVLB yang cukup besar, mendorong Thorntone Hellas untuk menawarkan paket upgrade untuk menggenjot kinerja operasional Beaver AVLB. Dari yang tadinya kapasitas bobot sebatas MLC50, maka di dongkrak menjadi MLC70. Upgrade ini ditekankan pada sokongan teknologi sistem hidrolik. Lewat upgrade ini, usia operasional Beaver bisa diperpanjang hingga 25 tahun. (Margana)
Spesifikasi
- Length : 11820 mm (without bridge: 10590 mm)
- Width : 4000 mm (without bridge: 3250 mm)
- Height : 5600 mm (without bridge 2670 mm)
- Cross vehicle weight : 45,45 ton (with bridge)
- Maximum speed : 62 km/h
- Engine : MTU MB 838 CaM-500
- Range : 450 km
- Climbing ability : 60%
- Water crossing : 1,2 m (with preparation 1,65 m)
- Bridge length : 22 meter
- Bridge width : 4 meter
- Bridge height max : 0,98 meter
- Bridge weigh : 9,94 ton
- Bridge Safe Load : MLC50 (MLC70 upgrade)