|
PUNA Wulung |
JAKARTA:(DM) - Lapan
merupakan lembaga non-kementerian yang fokus ke dunia kedirgantaraan.
Lembaga tersebut kini tengah menciptakan roket, pesawat tanpa awak, dan
satelit untuk keperluan pengawasan (surveillance). Langkah itu sudah
dimulai melalui wahana terbang kecepatan rendah dengan menciptakan pesawat tanpa awak (unmanned aerial vehicle -UAV).
“Radar
penting untuk Angkatan Udara dan Laut.Kami bikin yang (mampu monitor) 8
jam tanpa awak untuk mendeteksi laut,” ujar Ketua LAPAN Bambang
Setiawan Tejasukmana.
Semua
teknologi peralatan terbang itu sudah tercapai sejak pertengahan 2011
hingga 2012, sehingga tak berlebihan jika tahun 2012 ini adalah tahun
kebangkitan teknologi kedirgantaraan.Teknologi apalagi yang sudah
berhasil dirampungkan lembaga tersebut, dan apa yang sedang dalam proses pembuatan?
Simak wawancara Isfari Hikmat dari majalah detik dengan Ketua Lembaga
Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Drs. Bambang Setiawan
Tejasukmana, Dipl.Ing.
Apa makna 2012 bagi perkembangan teknologi kedirgantaraan nasional, dan apa harapannya di tahun mendatang?
Tahun
2012 merupakan tahun kebangkitan teknologi penerbangan. Sejak
pertengahan 2011 hingga sekarang beberapa produk sudah ada roadmap-nya.
Tahun
2013 itu 50 tahunnya Lapan, keantariksaan di Indonesia. Kita siap
melaksanakan satelit, UAV, dan roket. Roket RX 550 diluncurkan di
Morotai, Lapan A2 diluncurkan di India. Kita tunggu India, dia bilang
bulan Juni 2013, sampai sekarang belum ada perubahan dari mereka. India
ini programnya agak susah, kita berharap mereka tidak berubah agar bisa
segera.
Satelit
ini untuk memotret Indonesia setiap hari. Nanti kita bisa melihat
perubahan lahan kita seperti apa, misalnya ada pengurangan lahan
pertanian, macam-macam. Kalau mencatat jalan darat, lama sekali, karena
Indonesia luas sekali. Lapan Surveillance Aircraft atau pesawat tanpa
awak untuk
pengawasan (surveillance), roket untuk banyak hal. Sebelum untuk
luncurkan satelit, kita gunakan dulu untuk mengukur atmosfer.
Teknologi
radar kita masih bergantung sama negara luar, tapi kita mesti siapkan.
Radar penting untuk Angkatan Udara dan Laut. Kami bikin yang (mampu
monitor) 8 jam tanpa awak untuk mendeteksi laut.
Indonesia sudah mampu membuat
drone, pesawat intai yang canggih itu. Apa sebenarnya manfaat
pengembangan teknologi pesawat itu untuk kita?
Misalnya
kalau ada banjir di Bintaro, luasnya daerah yang kena banjir ini
bagaimana? Nah ini bisa menggunakan drone. Sedang disiapkan desainnya.
Misalnya ada longsor di Jawa Barat, daerah longsornya seperti apa itu
bisa menggunakan drone. Kalau Amerika untuk mencari Taliban, kita tidak
begitu. Punya kita belum sampai, cuma untuk memotret saja. Terakhir kita
sedang uji cobakan, jelajahnya bisa membawa muatan 10 kilogram, LSU03
saat ini paling canggih. Itu bikinan kita sendiri, kecuali mesinnya.
Untuk mesin kita belum punya pabriknya, jadi beli mesin yang sudah ada.
Efektif untuk surveillance.
Awal
tahun 2012 kita sudah gunakan di Merapi untuk ambil gambar. Dia pakai
kamera dan GPS, setiap dia memotret, kita bisa tahu posisinya. Dia hanya
mampu menjelajah 3 kilometer, kameranya kecil. Terus dia
diterbangkannya sangat mudah, tidak perlu airport.
Bedanya
dia memotret berdasarkan program. Program itu daerah mana koordinat
berapa dia ambil gambar dalam jarak satu kilometer. Terus dia balik
setor gambar. Lalu gambar itu digabungkan, jadi kita dapatkan gambar
yang luas.
Bisa dijelaskan program LAPAN untuk prototipe pesawat N219?
|
Cutaway N219 (Weapons technology) |
Untuk
(prototipe pesawat) N219 kita sudah disediakan dananya. Harapannya 2013
sudah muncul desainnya agar di Papua Barat yang tinggi-tinggi itu bisa terjangkau,
kasihan selama ini. Lapan bikin prototipenya, research and
development-nya. Kita bikin uji mesin untuk sertifikasinya, sehingga
saat pesawat itu sudah jadi, pesawat itu diuji, digetar-getar guna
mendapatkan sertifikasi
dari Dirjen Kementerian Udara, Kemenhub.
Setelah dapat sertifikasi,
langsung produksi 2014. Anggarannya Rp 302 miliar untuk bikin prototipe
dan line
produksinya, bikin cetakannya, itu dibiayai APBN.
Prototipe itu pesawat
sudah terbang. Struktur PTDI. Target 40% kandungan lokal. Kita tidak
bangun fasilitas baru, tapi menggunakan yang sudah ada. N219 itu mirip
twin otter, karena twin otter sudah berusia 20-30 tahun, sudah setop
produksi dari dulu. Inilah pesawat barunya, teknologinya juga baru. Twin
otter kan teknologi 20 tahun lalu.
Apakah sudah ada pasarnya, karena itu juga menjadi bagian yang sangat penting?
Captive market kita belum punya, kita mesti bersaing bebas. Kalau sudah jadi,
baru koordinasi. Komitmen awal, prototipe dari pemerintah, PTDI kan
tidak ada investasi
anggaran. Pesawat sejenis juga sedang diproduksi negara lain, Kanada,
masuknya 2015. Jadi kalau 2014 akhir kita bisa masuk, kita bisa langsung
merebut pasar dalam negeri.
Kalau kita terlambat setahun-dua tahun,
mereka pasti akan masuk. Syaratnya barangnya jadi dulu, baru maskapai
penerbangan swasta. Yang buat kami semangat, mereka pasti serbu itu 2015. Makanya 2014 akhir kita harus masuk duluan.
Bagaimana dengan keseriusan pemerintah mengembangkan pesawat nasional ini?
Kita
optimistis Kemenhub akan membantu. N250 akan dimodifikasi mulai pada
2017 nanti kemungkinan pemerintah akan mengembangkan kembali, karena
market-nya sudah ada. Dibandingkan twin otter, N219 mampu mengangkat
lebih berat dengan teknologi sayap terbaru. Teknologi avionic-nya juga
jauh lebih baru. Jarak tempuhnya seribuan kilo, dia mampu mendarat di
landasan pendek. Tanpa diisi bahan bakar dia langsung balik lagi.
Biasanya pesawat harus isi bahan bakar dulu, ini dia tanpa
refueling. Setelah itu direncanakan N245, lebih murah lagi biaya bikin
prototipenya karena modifikasi dari CN235. Modifikasi pesawat militer
jadi pesawat penumpang, menambah
seat. Lapan yang membikinnya, yang menguji BPPT, terus Menristek yang
mengoordinasi ke semuanya.
Anggarannya kecil saja, tidak banyak juga
untuk N219. Sekarang baru tahapan desain prototipe, belum sampai
produksi. Tapi lumayanlah. N219 itu kecil, kapasitasnya cuma 9.
Jadi
khusus untuk melayani daerah-daerah yang tinggi, medan yang berat. Untuk daerah
yang susah dijangkau, kayak Papua. Untuk barang bisa juga, tapi tidak
terlalu banyak, supaya harga murah. Biasanya manusia dulu tapi sambil
barang. Jadi yang utama manusia. Mudah-mudahan Harteknas tahun depan,
bisa saya angkat.
Kemudian roket, satelit. Apalagi UU Kedirgantaraan
sedang digarap, tambah mantap kita. Satelit itu untuk motret Indonesia
setiap jam. Penting itu. Roket itu untuk menaruh satelitnya. Bisa untuk
menembak musuh juga, kalau ditaruh peluru kalau mau. Satunya lagi, pesawat tanpa awak. Rencana tahun depan.
Bagaimana nasib RUU Kedirgantaraan? Seberapa urgensinya?
Kemarin
saya sudah menyerahkan ke DPR. DPR sekarang sudah membahas, termasuk
dia belajar ke Brasil dan Amerika untuk memperdalam tentang kedirgantaraan.
Selama ini kita punya ruang udara, masa orang pakai seenaknya. Misalnya
ada kerusakan, atau negara orang ada nuklirnya kita kena, mau nggak
begitu? Kalau kita mengatur, aman kita.
Termasuk kalau dia menerbangkan
sesuatu, jatuh, gimana ganti rugi atau macam-macamnya kalau tidak
diatur? Makanya kita perlu mengatur ruang yang kita miliki, jangan seenaknya, rugi kita kalau tidak bikin itu.
Sumber : Majalah Detik