Pages

Thursday, 3 January 2013

Eks Petinggi Militer AS: RI Kian Andalkan Soft Power

Sekjen PBB dan Presiden SBY saat kunjungi Pusat Pelatihan Pasukan Penjaga Perdamaian PBB di Sentul, Jawa Barat, beberapa waktu lalu
Sekjen PBB dan Presiden SBY saat kunjungi Pusat Pelatihan Pasukan Penjaga Perdamaian PBB di Sentul, Jawa Barat, beberapa waktu lalu (ANTARA/Widodo S. Jusuf)

VIVAnews - Indonesia kini dipandang sebagai negara yang memiliki kekuatan lunak (soft power) yang kian berpengaruh, baik di tingkat regional maupun global. Kontribusinya bagi upaya mengatasi konflik dan bantuan kemanusiaan dalam beberapa tahun terakhir telah mendapat sorotan luas dari masyarakat internasional.

Penilaian itu dikemukakan mantan Deputi Panglima Komando Militer AS di Pasifik (PACOM), Letnan Jenderal Daniel Leaf. "Dalam beberapa tahun terakhir, posisi Indonesia kian dipandang masyarakat internasional. Indonesia dilihat sebagai negara yang memiliki soft power yang berpengaruh di kawasan," kata Leaf dalam suatu diskusi oleh Forum Indonesia-Amerika (Usindo) di Jakarta, 11 September 2012.

Diperkenalkan oleh ilmuwan politik Amerika, Joseph Nye, Soft Power merupakan konsep hubungan internasional yang menggambarkan kemampuan persuasi suatu negara dengan mengundang daya tarik dan kesediaan dari pihak lain, ketimbang menggunakan paksaan atau kekuatan riil maupun uang.

Leaf, yang kini menjadi pengamat isu-isu keamanan, mengamati bahwa Indonesia sebelum terjadinya bencana dahsyat tsunami akhir 2004 kurang dipandang banyak kalangan, termasuk di Amerika sendiri. "Namun, tsunami mengubah segalanya, mengubah Indonesia sendiri dan juga pandangan internasional atas Indonesia. Sejak itu perhatian di bidang kemanusiaan menjadi bagian yang penting dari negeri ini," kata Leaf.

Bidang kemanusiaan itulah yang menjadi salah satu dari tiga elemen soft power yang menonjol dari Indonesia. "Kita melihat Indonesia tanggap dalam memberi bantuan kemanusiaan bagi negara-negara yang dilanda bencana di kawasan," kata Leaf, yang sejak Januari 2012 menjadi Direktur Asia-Pacific Center for Security Studies (APCSS), lembaga studi yang berada di bawah naungan Departemen Pertahanan AS (Pentagon)     

Modal lain yang dimiliki Indonesia menurut Leaf adalah ikut berupaya mengatasi konflik. "Belakangan ini Indonesia aktif dalam turut serta mengatasi konflik yang dihadapi negara-negara lain. Ini patut diapresiasi," kata Leaf, yang sejak 2008 pensiun dari Angkatan Udara AS setelah berdinas selama 33 tahun.
Dalam kesempatan terpisah, Duta Besar AS, Scot Marciel, juga memberi apresiasi bagi peningkatan kontribusi Indonesia bagi misi perdamaian dunia. "Ini terbukti dengan dibangunnya Pusat Pelatihan Pasukan Penjaga Perdamaian PBB di Sentul, Jawa Barat. AS mendukung dan menghargai peran Indonesia itu," kata Marciel beberapa waktu lalu.
Selain itu, pengalamannya sebagai negara yang mengalami transisi menuju demokrasi merupakan elemen lain yang menjadi modal Indonesia dalam menunjukkan kekuatan lunak-nya di dunia. "Memang merupakan tahap yang tidak mudah. Namun, ini menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi negara-negara lain," kata Leaf, yang juga mantan pilot jet tempur F-15 dan F-16. 

Bahkan, menurut dia, AS pun bisa memetik pelajaran dari Indonesia. "Walau lebih dulu menerapkan demokrasi, kita bisa belajar satu sama lain dari pengalaman masing-masing," kata Leaf.    (umi)

Sumber : VIVA