Pages

Friday, 22 November 2013

Ujicoba Roket Pertahanan Indonesia di Morotai


 
Pengujian Roket RX-2020 di Pameungpeuk, Garut (26/8/2013)
Pengujian Roket RX-2020 di Pameungpeuk, Garut 26/8/2013. (photo: Kenyot10/Kaskus)
Morotai bukan sekedar pulau bersejarah di Maluku Utara yang menyimpan jejak Pasukan Sekutu di masa Perang Dunia II.  Pulau ini juga ideal sebagai lokasi peluncuran roket yang dibangun Indonesia. Penduduk yang belum padat dan lokasi yang menghadap ke Samudera Pasifik, ideal untuk memenuhi prasyarat sebuah lokasi peluncuran roket.
Pulau Morotai dinilai sebagai alternatif terbaik di antara dua lokasi pilihan lainnya, seperti Pulau Enggano – Bengkulu dan Pulau Biak – Papua, ujar Deputi bidang Teknologi Dirgantara Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Dr. Ing. Soewarto Hardhienata.
“Pada 6 November ini kami mulai mempersiapkan pengiriman perlengkapan peluncuran beserta roketnya melalui kapal ke Morotai, mungkin sekitar 20 hari perjalanan. Diharapkan awal Desember peluncuran roket sudah bisa dimulai, ini sebagai uji coba lokasi,” katanya.
Lapan sejak lama berencana mengembangkan roket pengorbit satelit (RPS) yang didesain dan dibuat mandiri di dalam negeri, untuk mengorbitkan satelit yang juga buatan sendiri. Namun Desember ini, roket-roket yang diluncurkan untuk uji terbang di Morotai, masih roket-roket ukuran kecil yakni: dua unit RX 1210 dan empat unit RX 1220 yang digunakan untuk misi pertahanan, ujar Dr. Ing. Soewarto.
Petugas Lapan pasang stiker roket RX1210 di lapangan Balai Produksi dan Pengujian Roket Pameungpeuk, Garut  (29/8/2013) (photo:kenyot10/kaskus.co.id)
Petugas Lapan pasang stiker roket RX1210 di lapangan Pengujian Roket Pameungpeuk, Garut (29/8/2013) (photo:kenyot10/kaskus.co.id)
RX-1210 adalah roket berdiamter 120mm dengan panjang propelan 1 meter. RX 1210 atau Rhan122 memiliki panjang 1.762 cm dan berat 38 kg, dengan jangkuan 14 km. Dengan ukurannya tidak begitu besar, roket ini bisa dibawa menggunakan mobil truk militer dan digunakan oleh Angkatan Laut serta Angkatan Darat.
Untuk mendapatkan jangkauan  20 km,  RX1210 diperpanjang propelannya dari satu menjadi 2 meter dan disebut RX-1220. Lapan telah mengembangkan roket D230 Type RX 1220 sejak 2010. Spesifikasi bahan bakarnya, propelan dengan panjang 200 cm menggunakan konfigurasi geometri propelan double, yaitu bintang dan hallow.
Roket RX1220 telah digunakan Marinir. Roket tempur dengan berat 169,5 kg dan panjang 3230 mm ini menggunakan sistem sirip lipat yang secara otomatis terbuka vertikal ketika lepas landas dari peluncur.
Lapan juga telah membuat roket D230 Type RX 2020 yang kemampuannya lebih sempurna dari roket RX 1210. Roket dengan panjang 3.230 cm ini menggunakan bahan bakar komposite dengan struktur tabung aluminium sehingga mencapai titik serang semakin sempurna. Roket ini memiliki daya jangkau hingga mencapai 32 km dan telah digunakan TNI untuk latihan militer.
Roket Lapan (photo: Audrey)
Roket Lapan (photo: Audrey)
Roket pengorbit
Lapan juga melakukan  serangkaian uji coba  roket RX 450 dengan daya jangkau mencapai 150 km. Selain untuk pertahanan, RX-420 bisa dimanfaatkan untuk membawa alat pemantau radiasi atau keperluan penelitian lainnya. “Ini menunjukkan bahwa kita mampu membuat roket canggih berteknologi tinggi,” tukas Soewarto.
Roket RX 450 adalah tipe roket balistik, kaliber 450 mm, panjang total 6.110 mm, panjang motor 4.459 mm, berat total 1.500 kg, berat muatan 100 kg, gaya dorong 12895 kg, dan menggunakan bahan bakar propelan komposit.
Selain roket RX 450, Lapan mengembangkan roket RX 550 dengan panjang 8–10 meter dan memiliki daya dorong 25 ton dalam waktu 7 detik. Roket ini ditargetkan mampu terbang sejauh 300 km hingga mencapai titik yang ditentukan. “Selain untuk menunjang kepentingan pertahanan negara, RX-550 bisa digunakan untuk mengorbitkan statelit,” jelasnya. RX-550 dengan jangkauan 300 km yang masih dalam tahap uji statis, sementara RX-420 telah uji terbang pada tahun 2009.
“Roket pengorbit satelit yang berskala besar merupakan rencana jangka panjang Lapan untuk 2025, karena untuk sekarang ini Lapan masih menggunakan roket milik India untuk meluncurkan satelit. Lokasi peluncurannya pun dari negara itu,”  tambahnya.
Pengembangan roket Lapan, ditujukan baik untuk kepentingan ilmiah maupun kepentingan pertahanan, yang dalam jangka panjang juga mengarah pada peluncuran satelit. Untuk misi pertahanan, teknologi roket Lapan sudah diadopsi oleh Konsorsium Roket yang terdiri dari Kemhan, Kemristek, PT Pindad, PT Dahana, dan PT DI.
R Han 220 berdaya jangkau 40 km,  sedang dikembangkan konsorsium untuk kepentingan peningkatan kapasitas personel militer.
morotai-4
Fungsi Pamengpeuk beda dengan Morotai
Menurut Kepala Pusat Teknologi Roket Lapan Dr Rika Andiarti, selama ini Lapan menggunakan Instalasi Peluncuran Roket di Pameungpeuk, Garut untuk melakukan uji terbang roket dengan ketinggian terbatas.
Instalasi di Garut, Jawa Barat dibangun khusus untuk riset penguasaan teknologi dasar roket, terutama pada kinerja motor roket, agar roket dapat meluncur dengan baik. Namun instalasi milik Lapan sudah tidak lagi ideal untuk melakukan uji coba roket berukuran besar berhubung saat ini kawasan di sekitar Pantai Santolo itu sudah semakin padat penduduk.
“Untuk meluncurkan roket yang berukuran besar diperlukan lokasi yang memenuhi zona aman, mengingat faktor resiko yang ditimbulkannya lebih besar, karena itu dicarilah lokasi baru yang memenuhi syarat, sekaligus syarat sebagai bandar antariksa nasional,” katanya.
Dari enam alternatif lokasi yang disurvai di Morotai, Tanjung Sangowo merupakan wilayah yang paling potensial, karena jika ditarik garis lurus, jarak tepi dua desa ini mencapai 6,5 km sehingga jika meletakkan posisi peluncur utama di tengah antara dua desa itu, maka jaraknya lebih dari 3 km dari masing-masing desa, jauh dari kawasan penduduk.
Berbeda dengan Pameungpeuk yang baru mengantisipasi uji terbang roket skala kecil, Morotai ditargetkan menampung uji terbang roket skala besar, bahkan termasuk peluncuran satelit yang jangkauannya minimal 350 km, misalnya untuk keperluan remote sensing, bahkan sampai ketinggian 36 ribu km untuk geostation, kata Rika.

jakarta greater

Anonymous deklarasikan perang dengan Amerika Serikat


Anonymous deklarasikan perang dengan Amerika Serikat
Anonymous: Ketika mayoritas hacker-hacker Indonesia sedang sibuk untuk menyerbu website-website Australia, Anonymous (internasional) juga melakukan hal yang sama namun lebih fokus pada 'induk' permasalahan, bukan anaknya.

Muncul sebuah video terbaru yang dibuat oleh pemilik ID bernama OfficialAnonymousTV1 yang diunggah ke YouTube pada tanggal 19 November 2013 lalu, menayangkan sebuah pernyataan bahwa Anonymous akan mendeklarasikan perang terhadap National Security Agency (NSA) dan Amerika Serikat.

Dalam pernyataannya, Anonymous juga menjelaskan kenapa mereka mendeklarasikan perang terhadap negara adidaya tersebut. Mereka mengatakan bahwa sejak 2009 silam, pemerintah Amerika Serikat telah mendeklarasikan perang terlebih dahulu terhadap kebebasan para jurnalis, aktivis, pelapor sampai masyarakat umum.

Kebebasan seperti terampas dan kebenaran seperti sengaja dibungkam. Oleh karenanya, pihak Anonymous tidak dapat tinggal diam saja dengan kesewenang-wenangan dan tirani tersebut.


Namun, Anonymous tidak mengajak semua pihak untuk ikut berperang bersama. Mereka hanya ingin memberitahukan bahwa Perang Dunia Cyber II akan segera digelar dalam jangka waktu dekat ini.

Anonymous juga tidak ingin orang-orang yang rela mengorbankan dirinya untuk kebenaran harus mati atau juga ditahan oleh pihak pemerintah Amerika Serikat seperti Aaron Swartz, Edward Snowden sampai dengan aktivis cyber Jeremy Hammond.

Bahkan di dalam Pastebin, Anonymous juga akan mendeklarasikan bahwa Internasional Day of Privacy (IDP_2014) akan digelar pada awal tahun 2014 mendatang.

"Hari itu (IDP_2014) adalah hari di mana kita berdiri bersama dan membentengi diri serta melawan pihak yang memata-matai privasi setiap individu," tulis mereka.


 Merdeka

Hacker Indonesia lumpuhkan situs Angkatan Udara Australia



Hanya melakukan penyerangan sekitar 10 menit, hacker Indonesia berhasil melumpuhkan situs Angkatan Udara Australia atau The Royal Australian Air Force (RAAF) yang beralamat di http://airforce.gov.au.

Kepastian tersebut didapat manakala membuka situs status.ws di link http://www.status.ws/sites/airforce.gov.au/6072254492311552. Bila situs airforce dibuka, maka yang tampak hanya tulisan "Page cannot be found".

Meski sudah down, hacker muda Indonesia yang tergabung dalam Indonesia Security Down Team itu masih terus menyerang sampai situs benar-benar mati 100 persen yang dalam bahasa hacker disebut 404 Not Found.

Menurut admin Indonesia Security Down, situs Angkatan Udara Australia bisa saja hidup lagi manakala mereka langsung ganti IP, seperti yang terjadi pada situs Bank Sentral Australia di http://rba.gov.au yang dihajar kemarin malam.

Situs Angkatan Udara Australia sendiri memiliki protokol internet 175.107.157.3 di port 80. Bila berhasil melumpuhkan situs Angkatan Udara Australia tersebut, berarti ini adalah situs pemerintah Australia yang ke-6 yang dihajar barisan muda hacker Indonesia setelah http://asis.gov.au, http://asio.gov.au, http://defence.gov.au, http://rba.gov.au, dan http://afp.gov.au.

RAAF adalah tentara elit angkatan udara Angkatan Pertahanan Australia. RAAF dibentuk pada Maret 1921 dan telah mengambil bagian dalam banyak abad ke-20 besar konflik termasuk Perang Dunia II, Perang Korea, Perang Vietnam, dan perang Irak.(mdk/has)


merdeka

Jenderal Italia kunjungi Satgas Indobatt


banon-subLEBANON – Force Commander UNIFIL (United Nations Interim Force In Lebanon) Mayor Jenderal Paolo Serra yang berasal dari negara Italia bersama lima orang stafnya, mengunjungi Satuan Tugas Indonesian Battalion (Satgas Indobatt) Kontingen Garuda XXIII-G/UNIFIL di UN Posn 7-1, Desa Adshid al-Qusayr, Lebanon Selatan, Kamis (21/11/2013).

Kedatangan Jenderal Italia dan rombongan yang menggunakan pesawat heli jenis Bell dan mendarat di Helipad Mako Indobatt tepat pukul 10.00 waktu Lebanon, diterima oleh Komandan Satgas (Dansatgas) Indobatt Letkol Inf Lucky Avianto beserta Wadansatgas Mayor Inf Pio L. Nainggolan dan para Komandan Kompi. Selanjutnya, menerima paparan singkat dari Dansatgas Indobatt tentang sejauhmana keberadaan dan peran Kontingen Garuda XXIII-G/UNIFIL dalam mengemban Misi Perdamaian di Lebanon.


Dalam kesempatan tersebut, Force Commander Mayor Jenderal Paolo Serra menyampaikan bahwa ia selalu mengamati tentang perkembangan Satgas Indobatt yang berada di Sektor Timur UNIFIL dan merasa senang akan keberadaan Prajurit TNI yang tergabung dalam Peacekeepers-UNIFIL. “Satgas Indobatt tidak hanya mampu bertindak sebagai Peacekeepers melainkan juga Kontingen yang handal, hal tersebut terbukti dari beberapa kejuaran yang digelar oleh UNIFIL dan Indobatt lah sebagai juara umumnya”, ujarnya.


Usai menerima paparan, Jenderal Italia dan rombongan menuju Lapangan Sukarno Markas Indobatt, untuk melihat secara langsung Alutsista yang dimiliki Satgas Indobatt. Menurutnya, Indonesia yang bisa memproduksi Ranpur Jenis Anoa dan Senjata melalui PT. Pindad, keberadaannya tentu tidak bisa dilihat sebelah mata. “Saya merasa kagum, apa yang dimiliki Satgas Indobatt sekarang ini sudah merupakan standar dalam melaksanakan Misi Perdamaian”, kata Force Commander.

Diakhir kunjungannya, Force Commander UNIFIL Mayor Jenderal Paolo Serra dan Komandan Satgas Indobatt saling bertukar cinderamata, serta foto bersama.


(pen satgas/sir)
 
POSKOTA

F-16 TNI AU yang Ditarik dari Australia Tiba di Iswahjudi


Penarikan pesawat dan personel dalam latihan bersama dengan,Royal Australian AirForce (RAAF), di Darwin Australia, 5 pesawat tempur F-16 Fighting Falcon, telah kembali ke Home Base, Skadron Udara 3 Lanud Iswahjudi, Jumat, (22/11).

Komandan Wing 3 Lanud Iswahjudi KolonelPnb Minggit Tribowo, S.I.P., yang ikut terbang dengan callsign Falcon flight mengatakan bahwa Kembalinya pesawat tempur F-16 Fighting Falcon beserta personel yang terlibat dalam latihan bersama dengan sandi Elang Ausindo 2013 di Darwin, Australia, pada dasarnya melaksanakan perintah dari komando atas.

Kembalinya Falcon flight dan Dragon Flight, dengan Flight Leader Komandan Skadron Udara 3 Letkol Pnb Setiawan, disambut oleh Kepala Dinas Personel Letkol Pnb Ian Fuady, beserta segenap pejabat Lanud Iswahjudi.

Selanjutnya pesawat tempur F-16 Fighting Falcon, akan menjalani perawatan rutin, dan siap untuk melaksanakan misi-misi berikutnya.
 

Peran Sakura Dalam Prahara 1965


Sejarawan Aiko Kurasawa ungkap peranan Jepang dalam pusaran peristiwa G30S 1965. Membuka kotak pandora.

OLEH: HENDRI F. ISNAENI 
Presiden Sukarno dan Perdana Menteri Jepang Eisaku Sato.
PADA 30 September 1965, Duta Besar Shizuo Saito berada di Cilacap seusai menghadiri peresmian sebuah proyek perusahaan Jepang. Saito diangkat menjadi duta besar pada 1964. Pilihan ini tepat karena dia pernah memiliki kedudukan penting dalam Gunseikanbu Somubu (Departemen Urusan Umum) pada masa pendudukan Jepang, dan sejak itu dekat dengan Sukarno. Dia bisa bertemu Sukarno tanpa protokol.

Tanpa mengetahui apa yang terjadi di Jakarta, rombongan duta besar berangkat menuju Bandung. Setelah check in di Hotel Savoy Homann, seorang warga negara Jepang yang tinggal di Bandung memberitahu Saito bahwa telah terjadi kudeta di Jakarta. Saito segera berangkat ke Jakarta. Tengah malam dia sampai di Jakarta dan baru mendapat informasi lengkap dari stafnya.

Menurut Aiko Kurasawa, profesor emeritus Universitas Keio, Jepang, pada waktu itu, sudah lewat 24 jam setelah peristiwa Gerakan 30 September 1965 (G30S). Cukup mengherankan seorang duta besar tidak mengetahui kejadian yang begitu penting dalam waktu cukup lama. “Tetapi melihat perkembangan yang begitu cepat dan sebelumnya informasi yang beredar simpang siur, maka dapat dimaklumi tindakan sang duta besar,” kata Aiko dalam seminar di Pusat Penelitian Politik LIPI, Jakarta (17/9).

Selama peristiwa itu, walaupun Kedutaan Jepang tanpa duta besar, mereka tetap mengirim telegram ke Departemen Luar Negeri di Tokyo. Dalam telegram 1 Oktober 1965pukul 12.00 siang tanggal disebut bahwa Letnan Kolonel Untung, komandan batalion Tjakrabirawa, mengambil tindakan untuk mencegah rencana kudeta oleh Angkatan Darat. Tetapi, dalam telegram yang dikirim pada jam 20.50, disebutkan bahwa peristiwa ini sebenarnya direncanakan Partai Komunis Indonesia dan penjelasan pihak Dewan Revolusi bahwa mereka mengambil tindakan untuk mencegah kudeta oleh jenderal-jenderal itu hanya dalih belaka. Laporan ini berdasarkan informasi “sumber khusus” kedutaan. Laporan ini juga menambahkan analisis bahwa “tidak mungkin presiden bisa merebut kembali kekuasaan sebelumnya” dan “ada kemungkinan terjadi civil war.”

Sementara itu, Perdana Menteri Jepang Eisaku Sato dalam catatan hariannya tanggal 2 Oktober 1965 menulis: “Sejak kemarin tidak ada lagi informasi tentang kudeta, dan kita tidak bisa menangkap situasinya. Tentu ini adalah clash antara kiri dan kanan, tetapi tidak begitu jelas pihak yang mana yang menyerang dulu.”

Pada masa awal peristiwa G30S, kebanyakan politisi dalam pemerintahan Jepang bersimpati kepada Sukarno dan berharap dia dapat mengendalikan keadaan. Perdana Menteri Sato mengirim pesan kepada Sukarno mengucupkan “rasa syukur atas keselamatan Presiden”, mengikuti pesan yang telah disampaikan sebelumnya oleh Tiongkok, Pakistan, dan Filipina.

Pesan itu langsung disampaikan oleh Duta Besar Saito pada 12 Oktober 1965. Kalimat pesannya: “Di Jepang ada pribahasa ‘sesudah hujan tanah menjadi lebih keras lagi.’ Seperti itu kami mengharapkan agar Bapak Presiden mengatasi kesulitan yang dihadapi sekarang dan basis negara RI akan menjadi lebih kuat lagi.”

“Sementara negara-negara barat tidak ada yang menyampaikan pernyataan demikian,” ujar Aiko.

Pada saat itu, pemerintah Jepang merasa perlu membantu ekonomi Indonesia dan memikirkan kemungkinan memberi bantuan pangan dan sandang senilai 2 miliar yen. Tetapi, tidak jelas bantuan tersebut ditujukan kepada Sukarno atau kepada Angkatan Darat. Bantuan sebesar itu pasti memperkuat salah satu pihak yang terlibat dalam perimbangan kekuatan. Karena sandang dan pangan kebutuhan rakyat dan tidak bersifat politik atau militer, pemerintah Jepang agak naïf dan tidak memikirkan hal itu. “Hal itu sangat berbeda dengan Amerika Serikat yang selalu berhati-hati agar bantuan mereka tidak jatuh ke tangan Sukarno,” kata Aiko.

Duta Besar Saito bertemu Sukarno pada 11 November dan terkejut mendengar ucapan Sukarno yang menghina CIA dengan mengatakan CIA membiayai propaganda pro-Amerika dengan memakai dana Rp 150 juta. “Saito kecewa sikap Sukarno yang tidak mau memahami kenyataan dan memutuskan dia tidak bisa membela Sukarno lagi,” kata Aiko.

Saito menilai Sukarno terlalu dini membuat kesimpulan kepada Amerika Serikat. Cara pandang Sukarno terhadap Amerika Serikat secara tak langsung berpengaruh kepada sikap politik Jepang terhadap Sukarno. Terlebih karena Jepang kongsi Amerika Serikat.

Sejalan dengan keputusan Saito, pemerintah Jepang juga mulai mengambil sikap demikian. Padahal, Perdana Menteri Sato pernah menyatakan kepada Menteri Listrik Setiadi Reksoprodjo ketika bertugas ke Jepang, tentang kemungkinan Jepang memberikan suaka kepada Sukarno.

Menurut Saito, Adam Malik juga pernah meminta kepadanya agar jangan memberi bantuan sebelum ada perubahan pemerintahan. Karena itu, kemungkinan besar Jepang tidak memberi bantuan apa-apa sebelum Maret 1966.

Pada awal Desember 1965, Adam Malik sendiri menerima dana sebesar Rp50 juta dari Kedutaan Besar Amerika Serikat, melalui Shigetada Nishijima. Pada masa pendudukan Jepang, Nishijima menjadi staf di kantor Angkatan Laut Jepang di bawah pimpinan Laksamana Maeda dan mempunyai hubungan erat dengan para pemuda termasuk Adam Malik. Adam Malik menyerahkan dana tersebut kepada Kesatuan Aksi Pengganyangan Gerakan 30 September (KAP-Gestapu) yang didirikannya bersama Soeharto dan Hamengku Buwono IX. Cerita ini baru dibongkar oleh McAvoy, mantan diplomat Kedutaan Besar Amerika Serikat yang menyerahkan dana tersebut kepada Nishijima. Nishijima sendiri belum pernah mengakuinya, namun dugaan tersebut telah beredar di kalangan komunitas Jepang di Jakarta. KAP-Gestapu diketuai oleh Subchan ZE dan Harry Tjan Silalahi.

Selain dana dari Nishijima, menurut pengakuan Dewi Sukarno kepada Aiko Kurasawa, juga ada uang yang diberikan kepada Sofyan Wanandi (Liem Bian Koen) atas keputusan pribadi Perdana Menteri Sato. Dana ini untuk mendukung Kesatuan Aksi Mahasiswa (KAMI). KAP-Gestapu dan KAMI adalah gerakan anti-komunis yang menuntut pembubaran PKI beserta ormas-ormasnya, perombakan kabinet Dwikora, dan turunkan harga sandang-pangan.

Pada 23 Desember 1965, Duta Besar Saito bertemu dengan Sukarno dan memberikan kredit sebesar $6 juta untuk membeli kain untuk hari raya Idulfitri. Nishijima menyampaikan keberatan kepada duta besar. “Dan Duta Besar mengakui bahwa dia telah merelakan ini karena terbawa perasaan kasihan (simpati) kepada Sukarno yang terkait dengan hubungan pribadi,” kata Aiko.
Pemerintah Jepang, yang semula bersimpati kepada Sukarno, kemudian realistis dan mengharapkan adanya rezim baru yang lebih memihak barat dan berorientasi kepada pembangunan ekonomi dengan menerima modal asing. Begitu kebijakan dasar pembangunan di Indonesia berubah, pemerintah Jepang segera mengambil prakarsa membantu Soeharto membangun Orde Baru dan akhirnya menjadi donatur terbesar rezim Soeharto. Di belakang itu, terdapat keinginan kalangan bisnis Jepang yang dari dulu sudah berminat menanamkan modal di Indonesia. Sejak itu, politik luar negeri Jepang terhadap Indonesia lebih cenderung mengutamakan dagang ketimbang politik.
 


Tidak Cukup ‘Merdeka Atau Mati’: Kepentingan Bersama vs Musuh Bersama


Tidak Cukup ‘Merdeka Atau Mati’: Kepentingan Bersama vs Musuh Bersama Jakarta Tujuh dekade silam, slogan ‘Merdeka atau Mati’ dikumandangkan di seluruh penjuru tanah air. Slogan itu menjadi pemersatu dan pembakar semangat para pejuang kemerdekaan. Saat itu, konsep nasionalisme didefinisikan secara sederhana. Yang melawan kolonial adalah pejuang dan bila gugur, disebut pahlawan. Sebaliknya, bila enggan bergabung dengan pejuang, maka ia pengkhianat. Konsep nasionalisme mudah didefinisikan karena Indonesia memiliki musuh bersama, yaitu penjajah.

Pasca kemerdekaan, meski masih ada ancaman, tapi pejuang Indonesia berhasil mempertahankan kemerdekaandengan slogan yang sama. Selain itu, peristiwa-peristiwa pemberontakan dan separatisme bersenjata juga menjadiujian penting keutuhan NKRI. Tetapi patut disyukuri, semangat persatuan dan kesatuan serta jiwa kepahlawanan, membuat bangsa Indonesia dapat berdiri tegak hingga kini.

Dalam perjalanannya, tidak sedikit yang meyakini bahwa saat ini telah terjadi pergeseran nilai, yang menggerus karakter bangsa Indonesia yang unggul tersebut. Di tengah hiruk pikuknya globalisasi dan meluasnya pengaruh teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dewasa ini, terdapat sebuah tren yang dianggap mengkhawatirkan, yaitu lunturnya nilai-nilai nasionalisme, patriotisme, serta persatuan dan kesatuan bangsa dalam diri generasi muda kita.

Beberapa alasan yang diangkat cukup kuat.

• Pertama, arus globalisasi dan pesatnya kemajuan TIK diyakini sebagai faktor utama yang melatarbelakangi berkurangnya nasionalisme. Generasi muda Indonesia saat inidianggap lebih akrab dengan budaya dan produk asing dibandingkan dengan yang dimiliki oleh bangsanya sendiri. Tidak semua, tapi cukup banyak dari mereka yang menilai bahwa film-film Hollywood lebih menarik dibandingkan sinema lokal; musik K-pop lebih ‘gaul’ dibandingkan dangdut; koleksi busana Paris lebih keren dibandingkan batik atau tenun; pizza dan cheese burger lebih enak dibandingkan nasi Padang dan soto Betawi; bahasa Inggris lebih berkelas dibandingkan bahasa Indonesia; serta voting, yang menekankan menang dan kalah, lebih relevan dibandingkan musyawarah untuk mufakat.

Dunia yang semakin terbuka, sekaligus terintegrasi dan terhubung tentu telah menghadirkan kecenderungan bagi masyarakatnya untuk saling berbagi dan meniru satu sama lain. Sayangnya semakin hari kita semakin sulit untuk menarik garis lurus antara mana yang baik untuk diadopsi dan mana yangtidak sesuai dengan nilai-nilai dan karakter bangsa kita. Sesungguhnya tidak ada yang perlu dirisaukan jika kita dapat mengambil berbagai hal positif dan keunggulan yang dimiliki oleh bangsa-bangsa lain di dunia. Yang harus dihindari adalah sikap yang terlalu mengagungkan segala sesuatu yang berlaku di negara tertentu, kemudian secara membabi buta berupaya mengimpornya dengan keyakinan bahwa hal-hal tersebut pasti benar dan pasti cocok bagi Indonesia. Di samping itu, jangan sampai sikap tersebut menghilangkan kecintaan dan kebanggaan kita terhadap nilai-nilai, khazanah, keunggulan, dan keunikan lokal, yang belum tentu dimiliki oleh bangsa dan negara lain.

• Kedua, tanpa disadari generasi muda kita saat ini telah menjadi generasi ‘instan’. Sebelum ada internet dan smartphone, untuk dapat mempelajarisuatu materi tertentu, seorang mahasiswa paling tidak harus menyiapkan waktu sekitar 4 jam untuk melakukan tiga hal, yaitu: datang ke kampus, mengikuti kelas, dan mencari tiga sampai lima judul buku atau jurnal yang relevan di perpustakaan. Kini, siapapun, kapanpun, dan dimanapun, dalam hitungan detik dapat mencari ratusan bahkan ribuan literatur yang saling berkaitan sebagai referensi dalam studi atau penelitian. Ini hanya salah satu ilustrasi betapa teknologi telah mengubah kehidupan dan perilaku kita sehari-hari. Di satu sisi dapat dikatakan bahwa segala bentuk aktivitas manusia menjadi jauh lebih cepat dan sederhana. Namun di sisi lain, itu semua dapat melahirkan individu-individu yang ingin serba instan, termasuk dalam upaya meraih harta dan kekuasaan.

Mereka juga sangat berpotensi menjadi generasi yang kurang sabar, kurang tangguh dan mudah menyerah dalam menghadapi persoalan. Contoh yang sangat sederhana dalam keseharian kita, ketika dalam situasi tertentu terjadi gangguan terhadap jaringan seluler dan internet, sesaat itu juga kita panik.

Bagi masyarakat yang profesi dan kehidupannya menjadi semakin efektif dan efisien karena ‘dimanjakan’ oleh berbagai fitur TIK, maka sepuluh menit saja tanpa koneksi akan terasa sangat lama. Lebih buruk, seolah-olah mereka tidak dapat mengerjakan apapun sebelum kembali terhubung melalui handphone, email, maupun media sosial. Situasi semacam ini tentu tidak asing, terlebih masyarakat kita termasuk pengguna media sosial paling aktif di dunia. Tren tersebut menarik untuk kita cermati, karena kita berharap bahwa walaupun masyarakat Indonesia semakin modern ke depan, tetapi tetap dapat mengapresiasi pentingnya proses dalam sebuah pencapaian. Dan dalam setiap proses, tidak semuanya ideal dan sesuai ekspektasi, pasti ada jatuh bangunnya. Oleh karena itu, dibutuhkan ketabahan dan ketangguhan, serta nilai-nilai patriotisme lainnya dalam diri kita.

• Ketiga, anatomi masyarakat yang heterogen, ditambah absennya musuh bersama, dianggap menjadi faktor rentannya keutuhan NKRI. Walaupun semangat persatuan dan kesatuan dalam kemajemukan telah menjadi komitmen bangsa sejak Sumpah Pemuda 1928, dua realitas di atas memang telah menghadirkan gesekan-gesekan sosial, bahkan konflik komunal di tengah-tengah kita. Yang menyedihkan adalah, baik gesekan sosial maupun konflik komunal, seringkali diprakarsai oleh generasi muda kita, yang seharusnya bersatu, memusatkan energi dan pikiran-pikiran terbaiknya untuk memajukan Indonesia.

Tentu kita tidak dapat mengubah keberagaman yang ada. Kita juga tidak menginginkan hadirnya musuh bersama yang setiap saat mengancam kedaulatan dan keselamatan bangsa, seperti Korea Utara bagi Korea Selatan, atau Israel bagi Palestina. Memang tidak ada yang lebih efektif dari konsep musuh bersama. Bukti sederhana adalah ketika tim Garuda Muda melawan tim Korea Selatan, juara bertahan sepak bola Asia. Seluruh rakyat Indonesia dimanapun berada, apapun profesi dan afiliasi politiknya, tidak hanya menyaksikan laga tersebut, tapi juga menyatukan energi dalam teriakan dan doa untuk kemenangan bersama. Dapat dibayangkan jika situasi di lapangan hijau tersebut diekstrapolasi ke dalam konteks perang antar negara. Namun sebagai bangsa yang cinta damai, hasrat Indonesia tentu pada upaya menciptakan stabilitas di kawasan, dan bukan sebaliknya, menciptakan musuh di kawasan.

Yang harus kita kedepankan dalam rangka menjaga persatuan dan kesatuan bangsa tersebut bukanlah musuh bersama (common enemy), melainkan kepentingan bersama (common interest). NKRI yang berdaulat adalah harga mati. Tapi kini kepentingan bersama kita lebih dari sekedar mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan negara. Kita ingin menjadi bangsa yang memenangkan kompetisi global di abad 21 dan seterusnya, yang dipastikan semakin sengit dan kompleks. Dengan jumlah penduduk dunia yang semakin besar, maka pangan, air, minyak bumi, dan sumber daya alam lain yang tak terbarukan, menjadi sumber kompetisi masa depan. Kegagalan mengelola kompetisi tersebut, dapat berakibat pada konflik, bahkan perang antara negara-negara di dunia. Dan ketika itu semua terjadi, tentu kita tidak ingin berada di pihak yang kalah. Artinya kini slogan ‘Merdeka atau Mati’ saja tidak cukup untuk menjamin kepentingan nasional kita. Kita perlu mencari slogan-slogan baru, dengan semangat yang sama, sebagai pemersatu kita.

Jika generasi penerus bangsa dapat terus bersatu dan menggelorakan semangat pantang menyerah dalam upaya besar menjawab tantangan dan memenangkan kompetisi di abad 21, maka sesungguhnya itu semua merupakan bentuk pertanggungjawaban kita terhadap setiap tetes keringat, darah dan air mata para pendahulu demi tegaknya merah putih. Kurang bijak jika kita hanya menyalahkan generasi muda kita dan mengambinghitamkan globalisasi dan kemajuan teknologi sebagai faktor pelemah nasionalisme bangsa. Bagaimanapun, mereka adalah junior kita, anak-anak kita sendiri. Justru tanggung jawab kita bersama untuk dapat terus menanamkan nilai-nilai nasionalisme, patriotisme, serta persatuan dan kesatuan bangsa melalui cara-cara yang lebih populer. Ketika indoktrinasi secara konvensional tidak lagi efektif, maka kita harus mencari pendekatan lainnya. Dengan means dan ways yang tepat, kita dapat lebih mendekatkan definisi ketiga nilai tersebut kepada generasi muda kita, untuk dapat dimanifestasikan di dalam era yang semakin modern.

Agus Harimurti Yudhoyono, Alumnus Akademi Militer 2000 dan Universitas Harvard

JURNAS

Benda-benda Ini Ketahuan Disamarkan Jadi Alat Sadap di KBRI



Lembaga Sandi Negara (Lemsaneg) juga bertugas melakukan pengecekan dan penyisiran di semua KBRI di dunia.

Hasilnya, banyak alat sadap yang tersembunyi di KBRI. Beberapa di antaranya melalui alat ini.

Hal ini diungkapkan oleh Kepala Lemsaneg Mayjen TNI Djoko Setiadi dalam acara coffee morning bersama pemimpin redaksi dan redaktur media nasional di kantor Lemsaneg, Jalan Harsono RM, Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Jumat (22/11/2013). Djoko enggan mengungkapkan KBRI di negara mana saja, namun lembaganya, termasuk dia sendiri pernah menemukan alat sadap tersamar.

"Kami bersama BIN dan Kemlu memiliki tim terpadu yang bertugas keliling perwakilan kita di seluruh dunia, untuk mengecek apakah ditemukan alat penyadap tadi," jelas Djoko.

"Namun kita tidak bisa memastikan siapa yang menaruhnya," imbuhnya.

Ternyata tim terpadu itu menemukan banyak KBRI dipasangi alat sadap tersamar dan tersembunyi seperti yang dijelaskan Djoko berikut ini:

1. Alarm Kebakaran


"Ada alat untuk alarm kebakaran, ternyata setelah kita cek, ada kabel yang tersambung dengan jaringan line telepon di kediaman Pak Dubes, itu sekitar tahun 2004-2005," kata Djoko.

2. Plafon Ruang Dubes


Saat itu, Djoko sendiri yang hendak memeriksa ruang kerja dubes. Sang dubes sempat mengatakan bahwa negara tempatnya bertugas adalah sahabat Indonesia. "Yakinlah, tidak ada alat-alat itu," kata Djoko menirukan dubes itu.

Kenyataannya, alat sadap itu ditemukan di atas plafon ruangan sang dubes. "Di atas meja Pak Dubes, di atas plafon, kita gergaji ada alat sadap. Lagi-lagi kita tidak tahu, siapa yang memasang," tuturnya.

Di KBRI lain lagi, Lemsaneg bahkan pernah menemukan transmitter atau alat-alat sadap ini dicor langsung di plafon ruang rapat KBRI. "Di plafon ada metal-metal begitu, ternyata setelah kita cek, 100 persen itu transmitter, dicor langsung di ruang rapat," tuturnya.

3. Handle Pintu


Lemsaneg juga pernah menemukan ada alat penyadap di handle pintu dubes.

4. Saklar Listrik


Lemsaneg juga menyebutkan saklar listrik di antara ruangan dubes pernah didapati dipasangi alat penyadap.

5. Serbuk Misterius


Ini bukan alat untuk menyamarkan alat sadap, melainkan dicurigai menjadi modus memasang alat sadap di KBRI. Pernah di satu KBRI, ada serbuk misterius yang dikirimkan. Seluruh personel KBRI disuruh keluar, termasuk Atase Pertahanan. Sebagai gantinya, polisi dan tentara negara di KBRI itu masuk untuk menyisir.

"Kita bukan sok menuduh, tapi mungkin saja ketika itu justru dimanfaatkan mereka untuk memasang alat-alat (sadap) yang mereka inginkan. Dan bubuk ini bisa dikondisikan," kata Djoko.
 

Lembaga Sandi Akui Kedutaan Besar RI di Beberapa Negara Disadap


Alat sadap ditemukan di sejumlah KBRI. Pemerintah telah memprotes.
Salah satu KBRI

  Lembaga Sandi Negara mengakui ada indikasi penyadapan di beberapa kantor Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di luar negeri. Mereka pun selalu melaporkan upaya penyadapan itu kepada tim terpadu dan tim kepresidenan, namun tidak disampaikan ke publik karena persoalan intelijen bersifat rahasia.

“Indikasi penyadapan selalu ada. Hanya kami tidak bisa pastikan siapa yang memasang alat sadap itu,” kata Kepala Lemsaneg Mayor Jenderal TNI Djoko Setiadi di Jakarta, Jumat 22 November 2013. Menurutnya, alat sadap yang ditemukan di sejumlah KBRI itu tidak bermerek sehingga tidak diketahui pihak mana yang membuat produk tersebut.

Itulah yang membuat Lemsaneg sulit mengetahui pihak mana yang bertanggung jawab dalam mencuri informasi di KBRI beberapa negara. “Seratus persen kami tidak tahu siapa yang pasang alat sadap. Setelah kami telusuri tidak ada ciri-ciri khusus pada alat itu,” kata dia.

Untuk diketahui, di ruang kerja Duta Besar RI di Canberra Australia dan di Washington DC Amerika Serikat pernah ditemukan alat sadap. Pemerintah Indonesia bahkan telah melayangkan protes. Namun kedua negara terkait tidak mengakui. Alat yang dipasang di KBRI itu disebut pemerintah masing-masing negara sebagai bagian dari upaya membantu Indonesia aman dari ancaman terorisme.

Saat ini hubungan Australia dan Indonesia memburuk paska terkuaknya penyadapan Badan Intelijen Australia (DSD) terhadap Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono, istri, dan para pejabatnya. Indonesia menghentikan kerjasama militer dan intelijen dengan Australia untuk sementara waktu sampai pemerintah Australia memberikan penjelasan resmi atas aksi spionase itu. (eh)

viva.co.id

Negosiasi Pembelian Kapal Selam Rusia oleh RI Target Penyadapan?

Agustus 2009 ketika SBY disadap, adalah saat krusial dalam negosiasi.

Salah satu kapal selam Rusia.
Salah satu kapal selam Rusia. 
 Ketegangan diplomatik masih menyelimuti Jakarta-Canberra menyusul terungkapnya aksi penyadapan Australia terhadap Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dan sejumlah pejabatnya. Dalam salah satu dokumen yang dibocorkan Edward Snowden, Badan Intelijen Australia (DSD) menyadap SBY pada Agustus 2009.

Apa sebenarnya yang diincar Australia pada periode Agustus 2009 itu? Mantan Duta Besar RI untuk Rusia, Hamid Awaluddin, menduga rencana RI membeli kapal selam Rusia ikut menjadi target penyadapan. Pasalnya, tarik-ulur atau negosiasi seputar jadi-tidaknya Indonesia membeli kapal selam Rusia terjadi pada Agustus 2009.

“Teknologi kapal selam yang saat itu hendak dibeli Indonesia dari Rusia sungguh dahsyat. RI berencana membeli dua kapal selam. Kalau jadi, (Australia) tentu takut sama kita,” kata Hamid kepada VIVAnews, Jumat 22 November 2013.

Sejumlah pejabat RI yang ketika itu disadap oleh Australia, diyakini Hamid ada kaitannya dengan rencana pembelian kapal selam Rusia itu. “Sofyan Djalil saat itu Menteri Negara BUMN, Sri Mulyani Indrawati saat itu Menteri Koordinator Perekonomian. Mereka terkait dengan aspek ekonomi negosiasi itu (kapal selam), yakni pembiayaan. Ada anggarannya atau tidak,” kata Hamid.

Penyadapan terhadap Sofyan Djalil juga terkait dengan dana BUMN untuk membangun dermaga kapal selam tersebut. Sementara Dino Patti Djalal yang juga disadap ketika itu merupakan Juru Bicara Presiden Bidang Luar Negeri. Komunikasi-komunikasi dari pihak asing sangat mungkin masuk melalui Dino.

Pada akhirnya, kata Hamid, Indonesia batal membeli kapal selam Rusia karena alasan keterbatasan biaya. RI akhirnya lebih memilih membeli kapal selam Korea Selatan.

Untuk diketahui, Rusia pada tahun 2012 memiliki 60 kapal selam bertenaga nuklir dengan teknologi canggih. Meskipun pembelian kapal selam dari Rusia batal dilakukan pada tahun 2009 itu, kini Rusia kembali menawarkan 10 unit kapal selamnya kepada Indonesia.

“Ada tawaran kapal selam dari Rusia. Mereka membuka kesempatan karena kedekatan Indonesia dengan Rusia,” kata Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, 17 Agustus 2013.

Jakarta-Moskow tingkatkan kerjasama

Dalam kunjungannya ke parlemen Indonesia Kamis kemarin, 21 November 2013, parlemen Rusia menyepakati peningkatan kerjasama dengan Indonesia, termasuk dalam teknologi sadap dan antisadap.

Selain bertemu pimpinan parlemen Rusia, DPR juga melakukan pertemuan selama hampir 4 jam dengan Duta Besar Rusia untuk RI. “Saya gembira Rusia mendukung Indonesia. Kami sudah berbicara langsung (soal peningkatan kemitraan),” kata Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso.

DPR mengingatkan pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono yang menjadi target penyadapan Australia, untuk tidak terlena dengan kerjasama dengan pemerintah AS. “Indonesia juga harus meningkatkan kerjasama dengan negara lain, termasuk Rusia,” kata Priyo. (umi)

viva.co.id

Kemhan Bangun Pertahanan Cyber Nasional

Bandung, Kementerian Pertahanan saat ini sedang membangun kemampuan pertahanan cyber nasional (national cyber defence) untuk menangkal ancaman dan serangan di dunia cyber yang dapat mengganggu kedaulatan negara dan pertahanan negara. Kemhan terbuka bagi para semua stake holder untuk turut serta dalam pembangunan kemampuan pertahanan cyber.
Demikian dikatakan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro saat menjadi keynote speacker pada acara forum “National Internet Security Day Conference” ke-3, Kamis (21/11) di Bandung. Acara tersebut  membahas ketahanan Indonesia dalam penguatan dan kesiapan capacity building menghadapi keamanan internet 2014.
Acara diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerjasama dengan Kementerian Pertahanan, Indonesia Security Incident Response Team on Internet Infrastructure (ID-SIRTII) dan Federasi Teknologi Informasi Indonesia (FTII). 
Menhan mengatakan bahwa konsep pembangunan nasional cyber defence akan diawaki oleh personel-personel dari TNI AD, AU, dan AL serta terbuka juga untuk sipil yang memenuhi persyaratan. “Ini sebagai garda terdepan dalam menjawab tantangan perang informasi untuk menangkal serangan di dunia cyber”, tambah Menhan.
Lebih lanjut Menhan menambahkan, strategi pembangunan pertahanan cyber nasional tujuannya adalah menjamin ketersediaan informasi benar, akurat dan cepat, selanjutnya meningkatkan ketahanan nasional terhadap serangan cyber space, serta menjamin bahwa implementasi sistem pemerintahan aman dan tahan terhadap serangan cyber space sehingga dapat mengurangi dampaknya.
Menurut Menhan, dalam pembangunan pertahanan cyber nasional ini memerlukan penyiapan dan penguatan regulasi, tata kelola dan kelembagaan, infrastruktur dan Sumber Daya Manusia. “Pengorganisasian seluruh sumber daya dan sinergi berbagai stakeholder itu perlu dilakukan untuk membangun suatu cyber nasional. Terdiri dari individu-individu yang terampil serta ahli dalam cyber warfare”, jelas Menhan.

dmc 

LATIHAN BERSAMA “GARUDA SHAKTI” ANTARA KOSTRAD DAN AD INDIA

Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) dan Indian Army Battalion 9 Madras melaksanakan Latihan Bersama (Latma), dengan nama latihan “Execise Garuda Shakti-II/2013”, yang dibuka oleh Panglima Divisi Infanteri-1 Kostrad Mayjen TNI Daniel Ambat, di Markas Divisi Infanteri 1 Kostrad, Cilodong, Depok, Senin (18/11).  Latma Execise Garuda Shakti-II dilaksanakan dari tanggal 18 sampai tanggal 29 November 2013, dengan  lokasi daerah latihan di Cilodong dan daerah latihan Kostrad Gunung Sanggabuana, Karawang, Jawa Barat. Latihan Bersama India ini merupakan Latihan Bersama antara 2 (dua) negara dan merupakan wujud kerjasama internasional, dilaksanakan setiap tahun secara bergantian, bertujuan untuk menjalin dan meningkatkan hubungan kerjasama antara TNI-AD dengan Army Battalion 9 Madras.

Adapun materi Latma Execise Garuda Shakti-II ini antara lain Latihan silang Cross Training (PJD), Latihan taktis dengan pasukan Infanteri mekanis dalam OLI (FTX), Sedangkan personel yang dilibatkan dalam latihan bersama ini sejumlah personel terdiri dari kostrad  40 personel yang dipimpin Mayor Inf Habib Mahfud Koamandan Batalyon Infanteri 321 Kostrad dan Angkatan Darat India 40 personel dipimpin oleh Mayor Polaki Srinivas.

Pangdivif 1 Kostrad  mengatakan, melalui latihan bersama Execise Garuda Shakti-II, prajurit kedua negara dapat mengembangkan kemampuan taktik yang dimiliki, dihadapkan dengan medan yang sebenarnya, sehingga dapat menunjang pencapaian keberhasilan latihan bersama Execise Garuda Shakti-II 2013.

Pangdivif 1 Kostrad  berharap peserta latihan dapat meningkatkan persahabatan dan kerja sama serta meningkatkan profesionalitas keprajuritan sehingga tujuan latihan dapat tercapai secara optimal. Disamping itu,  Pangdivif 1 kostrad juga berharap seluruh kegiatan Latihan Bersama dapat berjalan sesuai dengan sasaran yang dikehendaki, sehingga manfaatnya dapat dirasakan oleh para Prajurit, satuan dan Angkatan Darat kedua negara.

kostrad

Kemhan dukung alih teknologi fuze dari Bulgaria



 
  
Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin 

Malang : Kementerian Pertahanan mendukung kemungkinan alih teknologi pembuatan fuze atau komponen pemicu bom dari Armaco JSC Bulgaria sebagai upaya menuju kemandirian industri pertahanan dalam negeri.

"Kita memang menuju kepada kemandirian alat utama sistem senjata (Alutsista), tetapi prosesnya bertahap. Pada saat kita belum mampu, kita melakukan kerja sama dengan luar negeri," kata Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin yang juga Ketua High Level Committe (HLC) usai meninjau kesiapan pabrik bom PT Sari Bahari di Malang, Jawa Timur, Jumat.

Menurut dia, kerja sama dengan luar negeri harus ada kesetaraan dan kemitraan untuk mendapatkan satu alih teknologi tentang pengembangan fuze ini.

"Ini dilakukan secara bertahap dengan target suatu saat kita bangun pabrik fuze di Indonesia. Ini dilakukan agar industri pertahanan dalam negeri bisa mandiri tanpa ketergantungan negara asing," tuturya.

Menurut dia, meski Indonesia belum memiliki pabrik pembuat fuze, namun Indonesia memiliki pabrik pembuat bom, PT Sari Bahari, dimana satu-satunya yang ada di Asia Tenggara.

Bom yang telah diproduksi oleh PT Sari Bahari dan PT Dahana selaku tempat pengisian bahan peledaknya, antara lain, bom asap, bom P-100 L yang diperuntukan untuk pesawat tempur Sukhoi TNI AU, roket untuk pesawat Super Tucano dan lainnya.

"Kami koneksikan dengan PT Sari Bahari dengan PT Dahana. Ini menunjukan kemampuan industri pertahanan kita sudah memiliki infrastruktur termasuk amunisi untuk mendukung kemandirian alutsista TNI," kata Sjafrie.

Di tempat yang sama, Presiden Direktur PT Sari Bahari Ricky Egam mengatakan, pihaknya akan berusaha untuk bisa berkembang dengan pesat, meskipun ada beberapa kendala yang dihadapinya.

Kendala itu, kata dia, belum adanya pembuat fuze di Indonesia sehingga mengharuskan pihaknya mengimpor dari Bulgaria.

"Sebenarnya pihak Armaco, Bulgaria setuju untuk menjalin kerja sama untuk PT Sari Bahari untuk alih teknologi pembuatan fuze. Namun, pihak Armaco meminta sebelum ada kesepakatan, PT Sari Bahari harus membeli fuze sebanyak 1.500 pcs. Kami minta pemerintah untuk mendukung masalah ini," katanya.


antara 

Wamenhan : Pabrik Bom Siap Operasional Untuk Mendukung Modernisasi Peralatan Militer

Malang,  Wakil Menteri Pertahanan, mengatakan Pabrik Bom yang ada di Indonesia telah siap beroperasional dalam rangka mendukung modernisasi peralatan TNI baik untuk kebutuhan latihan ataupun tugas-tugas mengamankan kedaulatan.“kita pastikan industri dalam negeri makin bangkit dan kuat khususnya pabrik produksi bom siap operasional untuk mendukung modernisasi peralatan militer,” Ungkap Wamenhan.
Demikian diungkapkan Wamenhan, Sjafrie Sjamsoeddin, Jumat (22/11) saat meninjau secara langsung proses pembuatan bom latih P-100 di kompleks Pabrik milik PT. Sari Bahari, Malang, Jawa Timur.
Saat peninjauan, Wamenhan mengatakan industri bom seperti PT. Sari Bahari dalam proses perkembangan yang mengarah kepada kesiapan operasional mendukung modernisasi peralatan, selain memiliki peluang yang besar, namun juga terdapat tantangan yang harus dihadapi.
Mengenai peluang Wamenhan mengatakan penggunaan bom akan tetap diperlukan selama masih tersedianya senjata. Disamping itu pihak pemerintah juga memberikan peluang seluas-luasnya  secara berkelanjutan pada setiap sistem sesuai rencana strategis (Renstra) setiap lima tahun.
Sehubungan dengan hal tersebut, terdapat beberapa faktor penting yang dapat menopang peluang yang diberikan dari pemerintah, dan perlu diperhatikan dalam menjawab tantangan yang akan dihadapi.
Diantaranya dijelaskan Wamenhan, agar kualitas produksi bisa terus meningkat dan berkembang perlu juga meningkatkan faktor Skill Level dalam wujud kesejahteraan, Selain itu diperlukan atensi terhadap perkembangan infrastruktur pabrik yang akan menunjang target industri strategis.
Wamenhan juga menghimbau dari sisi legitimasi kelayakan produksi sebagai bagian dari pada industri pertahanan juga perlu diawasi. Terkait faktor legitimasi kelayakan produksi industri harus berinteraksi dengan pihak regulator dan pengguna, karena disini memiliki kepentingan untuk mendapatkan otentikasi kelayakan operasional. Sehingga hal itulah yang menjadi pegangan untuk terus meningkat dan menjadi justifikasi apabila ingin masuk kedalam lingkup eksport regional.

Sikap Tegas TNI, Menarik Pulang F-16 TNI AU dari Latma Elang-Ausindo di Darwin

Pesawat Tempur F-16 TNI AU 

Terkait dengan ketidak acuhan fihak Australia dalam menanggapi protes Indonesia tentang ulah penyadapan badan intelijennya, TNI melakukan respon cepat perintah dari pimpinan nasional.  Presiden RI di depan wartawan  pada konferensi pers di Istana Negara, Jakarta, Rabu (20/11/2013), mengatakan, "Saya minta dihentikan dulu kerja sama yang disebut pertukaran informasi dan pertukaran intelijen di antara kedua negara. Saya juga minta dihentikan dulu latihan latihan bersama antara tentara Indonesia-Australia, baik Angkatan Darat, Laut dan Udara, maupun yang sifatnya gabungan,” tegasnya.
Selain itu, Presiden SBY juga menyinggung masalah people smuggling atau penyelundupan manusia yang telah merepotkan pemerintah RI."Saudara tahu menghadapi problem people smuggling yang merepotkan Indonesia dan Australia, kita punya kerja sama militer. Ini saya minta dihentikan dulu sampai semuanya jelas," tegas Presiden.
Menindaklanjuti keputusan Presiden SBY tersebut, terhitung mulai Rabu, 20 November 2013, Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko mengambil langkah-langkah konkrit dan responsif yaitu ; Pertama, menghentikan seluruh kerja sama dalam bidang informasi dan intelijen. Kedua, menghentikan Latihan Bersama antara TNI AD dengan Royal Australian Army, yaitu Latihan Bersama Kartika Bura dan Latihan Bersama Down Komodo. Ketiga, menghentikan Latihan Bersama TNI AL dengan Australian Navy, yaitu Latihan Bersama New Horizon TTX, Latma Initial Planning Conference KAKADU dan Observer Ex Black Carilion.
Keempat, menghentikan Latihan Bersama Elang Ausindo antara TNI AU dengan Royal Australian Air Force (RAAF) yang sedang berlangsung di Darwin, Australia. Pada hari ini Rabu (20/11/2013), TNI menarik pulang 5 (lima) pesawat tempur F-16 berikut seluruh personel pendukungnya yang terlibat dalam latihan tersebut. Termasuk juga penghentian kegiatan Air Man to Air Man Talk. Selain itu, seluruh latihan bilateral yang akan dilaksanakan TNI, baik TNI AD, TNI AL dan TNI AU dengan Angkatan Bersenjata Australia juga dihentikan sampai dengan waktu yang tidak ditentukan.
Sementara kerjasama juga dilakukan antara Polri dan Australia Federal Police (AFP). Dimana alat-alat cyber crime Polri termasuk alat pelacak yang di miliki Densus 88 Polri memang didatangkan dari Australia setelah peristiwa Bom Bali yang menyebabkan banyak Warga Negara Australia menjadi korban. Kapolri Jenderal Polisi Sutarman mengatakan kerjasama tersebut kini masih dilakukan dengan pihak Australia. "Kerjasama yang dilakukan diantaranya Transnasional Crime, Human Trafiking, pelatihan cyber crime dan sebagainya," kata Sutarman di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Rabu (20/11/2013).
Kapolri menyatakan akan patuh terhadap keputusan presiden. Dikatakannya, "Saya belum tahu persis instruksi presiden seperti apa. Kalau memang harus dievaluasi saya kira ini pembicaraan antar negara. Ini antar negara. Kita tunggu keputusan bapak presiden. Apapun kita laksanakan," katanya. Sebenarnya Polri juga sebaiknya mengambil langkah seperti TNI membekukan kerjasama dengan AFP tanpa menunggu penjelasan lebih lanjut dari presiden. Secara umum perintah sudah cukup jelas.
Indonesia tidak main-main dengan keputusannya, dan yang menjadi pokok persoalan adalah direndahkannya kehormatan dan martabat bangsa dan negara. PM Australia dalam posisinya beserta para inner circle-nya dinilai memandang rendah Indonesia, dengan tidak mau memenuhi permintaan maaf dan memberi penjelasan. Nampaknya komplikasi hubungan bilateral kedua negara akan terus memburuk, selama tidak adanya rasa menghargai dari Australia yang selalu mengatakan Indonesia sebagai mitra strategis. Pada kenyataannya dalam penjelasan dimuka parlemen Australia hari ini, PM Tonny Abbott tetap bersikukuh tidak akan meminta maaf karena beranggapan bahwa tindakan penyadapan badan intelijen Australia dalam rangka kepentingan pertahanan dan keamanannya.
Dengan demikian maka Australia yang oleh Indonesia diperlakukan sebagai negara sahabat, tetap memperlakukan Indonesia sebagai musuh. Itulah kesimpulan pemerintah Indonesia yang kemudian diterjemahkan dalam keputusan penghentian beberapa kerjasama bilateral kedua negara. Respon kilat TNI patut diacungi jempol, itulah gambaran disiplin TNI dalam mematuhi perintah pimpinan nasional.
Australia penulis perkirakan akan menjumpai banyak masalah dikemudian hari, terlebih apabila Edward Snowden kembali membocorkan dokumen penyadapan terhadap beberapa negara Asean lainnya kepada media. Yang dipastikan akan marah besar adalah Malaysia, kemungkinan keputusannya akan jauh lebih keras. Sebagai sesama negara yang tergabung dalam  pakta FPDA dengan Australia, Malaysia pasti merasa dikhianati. Kita nantikan pukulan lanjutan atas kegagalan diplomasi Australia dibawah kepemimpinan PM Tonny Abbott, yang jelas merugikan dirinya sendiri dan Australia. Bravo TNI.

Banyak Kapal Tua di AL

Ilustrasi KRI TNI AL
JAKARTA,  Secara strategis, tenggelamnya KRI Teluk Peleng dinilai tidak signifikan karena kapal tersebut bukan kapal kombatan dan usianya yang tua. Namun, kasus itu menjadi cermin bahwa di jajaran TNI Angkatan Laut banyak kapal yang sudah tua, yang kekuatannya tidak dapat dioptimalkan, serta membutuhkan biaya perawatan tinggi.

Kepala Dinas Penerangan TNI AL Laksamana Pertama Untung Suropati, Kamis (21/11/2013), mengatakan, secara alamiah, kapal yang telah berusia tua kekuatan perangnya sudah berkurang. KRI Teluk Peleng, misalnya, sebatas digunakan untuk mengirim logistik. Karena itu, tenggelamnya kapal itu tidak terlalu signifikan dalam konteks kekuatan perang TNI AL.

”Kecuali kalau kapal-kapal ujung tombak seperti kelas Sigma, nah itu masih punya efek gentar,” kata Untung.

Hal senada dikatakan pengamat militer, Al Araf, yang mengutip data di buku Postur Pertahanan di mana ada sekitar 40 persen kapal yang dioperasikan TNI AL saat ini adalah kapal tua. Banyak kapal tua itu sebenarnya tidak layak dijalankan.

KRI Teluk Peleng adalah salah satu dari 39 kapal asal Jerman Timur yang dibeli Indonesia dalam kondisi bekas tahun 1993. Kapal itu dibuat sekitar tahun 1978, yang berarti usianya sudah 35 tahun. ”Mulai usia di atas 10 tahun, combat power kapal perang mengalami degradasi,” kata Untung.

Untung menyoroti, kapal tua membutuhkan biaya perawatan yang berlipat ganda dibandingkan dengan kapal baru. Meski demikian, sesuai kebijakan pemerintah untuk mewujudkan Kekuatan Pokok Minimum pada tahun 2014, kapal tersebut masih dipergunakan dan dalam proses menunggu giliran untuk ditiadakan.

Untung membantah kasus tenggelamnya kapal KRI Teluk Peleng itu menunjukkan buruknya perawatan kapal TNI AL. Ia mengatakan, dalam dunia AL internasional, sebuah kapal yang telah berusia 35 tahun dan masih dipakai adalah bukti bagusnya perawatan. Contoh lain adalah KRI Dewa Ruci yang telah berusia 60 tahun dan masih beroperasi. ”Kapal-kapal layar angkatannya sudah habis di seluruh dunia,” kata Untung.

Namun, banyak kapal tua segera diganti, seperti KRI Teluk Peleng yang tenggelam itu. Sekitar 15 persen dari 150-an KRI yang memperkuat TNI AL dibuat sesudah tahun 2000 dan akan terus diperbanyak.

”KRI Teluk Peleng kekuatan tempurnya tinggal 30 persen. Kalau tidak tenggelam dalam hitungan lima tahun ke depan sudah akan dikeluarkan dari inventory TNI AL,” kata Untung. Kapal terbaru TNI AL itu dibuat di Belanda, Korea Selatan, dan beberapa galangan dalam negeri.

Menurut Al Araf, penting untuk menginvestigasi mendalam untuk mengetahui sebab tenggelamnya KRI Teluk Peleng. Namun, kalau melihat dari segi umurnya, pemerintah seharusnya mengadakan penguatan TNI AL, khususnya kapal perang dengan modernisasi persenjataan.

Menurut pengamat perkapalan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Daniel Rosyid, berbagai sebab bisa mengakibatkan tenggelamnya KRI Teluk Peleng.

”Kapal perang dengan bentuk lambung V kurus untuk bermanuver cepat, biasanya lebih jelek daripada lambung kapal niaga yang berbentuk U yang bergerak lambat. Titik berat kapal perang cenderung tinggi karena berat peralatan tempur ada di geladak. Jika kebocoran terjadi di lambung kapal mestinya tidak sampai tenggelam jika syarat panjang kebocoran dipenuhi,” katanya.

Investigasi menyeluruh

Di Badung, Bali, Panglima TNI Jenderal Moeldoko menegaskan akan mengenakan sanksi terhadap komandan kapal KRI Teluk Peleng jika hasil investigasi menunjukkan kesalahan manusia sebagai penyebab. Moeldoko menyatakan, penyelidikan atas karamnya KRI Teluk Peleng masih berlangsung. ”Kami investigasi menyeluruh,” kata Moeldoko. (EDN/ONG/COK)

kompas

Julia Gillard: Australia Harusnya Janji Tak Sadap RI Lagi


Mantan PM Australia ini memuji respons Barack Obama
Mantan PM Australia Julia Gillard
 
VIVAnews - Mantan Perdana Menteri Australia Julia Gillard angkat suara mengenai skandal penyadapan yang dilakukan negaranya kepada sejumlah pejabat teras Indonesia, termasuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Dalam sebuah wawancara khusus dengan CNN, Julia mengakui, skandal ini membuat posisi Australia sulit. 
 
 
Dikutip dari laman CNN edisi 21 November 2013, ini kali pertama Gillard diwawancarai setelah dipaksa turun dari kursi kekuasaan oleh partainya sendiri, awal tahun ini. Berbicara mengenai skandal penyadapan Australia, Gillard membandingkan reaksi suksesornya, PM Tony Abbott, dengan Presiden Amerika Serikat Barack Obama. Gillard memuji cara Obama mengatasi skandal penyadapan AS terhadap Kanselir Jerman Angela Merkel. 

Dia mengakui, pejabat Australia memang tak selayaknya mengomentari urusan intelijen. Meski demikian, kata dia, Australia tetap bisa memberikan janji kepada Indonesia bahwa penyadapan itu tidak akan terjadi lagi di masa mendatang. "Saya kira, itu adalah respons yang layak dari Australia kepada Indonesia di masa sulit ini," kata dia. 

Saat diminta tanggapannya mengenai kemarahan Jakarta paska terkuaknya skandal penyadapan badan intelijen DSD, Gillard menyarankan Pemerintah Australia meninjau ulang sistem dan prosedur keamanan nasional. "Saya rasa, ini adalah isu yang sulit bagi Pemerintah, khususnya untuk mendapat keseimbangan yang benar. Keputusan sampai di mana batasannya (intelijen), itu sulit," kata dia.  

Lebih jauh, Gillard yang juga Wakil PM Australia di masa Kevin Rudd ini menilai, Pemerintah sulit menyeimbangkan antara pengumpulan informasi dengan privasi, terutama dalam menghadapi serangan teroris. Saat serangan teroris muncul, imbuhnya, rakyat Australia ramai-ramai mempertanyakan Pemerintah. "Mengapa Anda (Pemerintah) tidak tahu? Mengapa Anda tidak mengumpulkan intelijen? Mengapa Anda tidak menghentikannya?" kata Gillard. 

Namun, di sisi lain, masyarakat menginginkan privasi mereka. "Saya mau privasi dan saya tidak mau telepon saya disadap," imbuhnya. Masalahnya, kata Gillard, intelijen dan privasi sangat sulit berjalan secara beriringan.

“Apakah Pemerintah selalu benar? Well, pastinya tidak. Pemerintah dibuat oleh manusia biasa dan eror pasti ada. Tapi, Anda butuh sistem sebuah sistem yang memiliki checks and balances yang cukup."


Regu Tentara Australia Dikeluarkan dari Pusat Pendidikan Kopassus

"Latihan dihentikan sesuai perintah Presiden".
Pasukan Kopassus di Perayaan HUT TNI ke-67. 
 
Hari ini, Kamis 21 November 2013, TNI Angkatan Darat telah mengeluarkan seluruh tentara Australia yang tengah menjalani pendidikan militer di Pusat Pendidikan Kopassus (Pusdikpassus) Batujajar, Bandung, Jawa Barat.

Kepala Penerangan Umum TNI AD, Brigadir Jenderal TNI Rukman Ahmad, menjelaskan bahwa hal ini merupakan bagian dari langkah pemutusan hubungan kerjasama militer Indonesia dengan Australia.

"Pagi tadi, 16 tentara Australia dipindahkan ke hotel Hilton Bandung," ujar Rukman kepada VIVAnews.

Latihan militer gabungan TNI dengan tentara Australia, ia melanjutkan, sudah dihentikan sejak Rabu kemarin, sebagaimana instruksi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk menghentikan sejumlah kerjasama yang selama ini sudah terjalin dengan Negeri Kangguru.
Penghentian kerjasama ini bersifat sementara, sambil menunggu penjelasan resmi dari Pemerintah Australia soal penyadapan yang dilakukan terhadap Presiden SBY, Wakil Presiden Boediono, dan sejumlah pejabat tinggi Indonesia lainnya.

"Latihan dihentikan sesuai perintah Presiden yang ditindaklanjuti dengan perintah Panglima TNI dan Kasad," kata Rukman.

Setelah dipindahkan dari pusat pelatihan Kopassus, Rukman menambahkan, para tentara Australia itu akan segera dipulangkan ke negaranya.

"Mereka akan pulang hari Senin depan," kata Rukman. (ren)

Polri antisipasi penyadapan Densus 88 oleh Australia


Polri antisipasi penyadapan Densus 88 oleh Australia
densus
 
Merdeka.com - Kasus penyadapan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ( SBY ) oleh Australia membuat Polri was-was. Korps Bhayangkara itu pun mengantisipasi penyadapan alat-alat komunikasi Densus 88 Antiteror yang didatangkan dari Australia.

Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Polisi Ronny F Sompie di Gedung Divisi Humas Mabes Polri, Jakarta, mengatakan upaya antisipasi penyadapan sudah dilakukan.

"Namun demikian saya harus tanya kepada Densus 88 dan Bareskrim Polri, apakah ada kemungkinan segala macam data yang ada di Densus 88 tersadap, terekam, dan bisa disalahgunakan untuk kepentingan negara lain, termasuk oleh Australia, itu akan kita evaluasi," kata Ronny F Sompie , Kamis (21/11).

Menurut Ronny, saat ini peralatan teknologi informasi yang digunakan Densus banyak bergantung dari pihak luar. Baik yang bentuknya bantuan hibah maupun yang dibeli secara langsung.

"Kita akan evaluasi kalau ada masukan dari IPW, saya kira Densus 88 saat membangun alat itu masih di bawah Kabareskrim Polri atau membeli atau menerima hibah alat itu, sudah dari awal sudah mengetahui kemungkinan adanya penyadapan," ujar Ronny.

Selain untuk penanganan terorisme, peralatan Polri dari Australia lainnya juga untuk kebutuhan cyber crime. Menurut Ronny, pihak kepolisian akan mengantisipasi itu kalau-kalau Australia menyertakan alat sadap dalam peralatan itu.

"Ada hibah dari Australia yang berkaitan dengan cyber crime. Tapi apakah mereka memasang alat itu dengan alat mereka untuk memudahkan penyadapan, tentunya perlu kita antisipasi," kata Ronny.
[ren]
 

Cerita di balik kedatangan armada Nazi ke Jawa


Tim penyelam dari Pusat Purbakala Nasional menemukan bangkai kapal selam U-boat Nazi Jerman di perairan utara Karimun Jawa. Jika benar itu adalah bangkai U-Boat seri U-168 sesuai pernyataan Ketua Tim Peneliti dari Pusat Purbakala Nasional Bambang Budi Utomo, itu adalah kapal selam yang kandas ditorpedo saat patroli keempatnya.

Dari data situs U-Boat Nazi Jerman, seri U-168 keluar dari galangan pada 15 Maret 1941 di Bremen. Setelah itu, U-Boat tersebut berpatroli di perairan Eropa sebelum dikirim ke Samudera Hindia. Nahas, U-Boat tersebut karam ditorpedo kapal selam Belanda HrMs Zwaardvisch.

Selama berpatroli, U-Boat U-168 total mengandaskan tiga kapal musuh dengan bobot gabungan 8.008 ton dan merusak satu kapal musuh berbobot 9.804 ton. Berikut ini 4 cerita dibalik kedatangan armada Nazi ke Jawa:

1. Mendukung invasi tentara Jepang

Jerman memang bersekutu dengan Jepang dalam perang dunia ke dua. Pada 14 Desember 1941 pasukan Jepang mendarat di Borneo, kemudian pada Februari 1942 mereka kembali mendarat di Sumatra Barat. Jepang membebaskan orang-orang Jerman yang menjadi tahanan Belanda di Indonesia, dan balik menahan orang Belanda di Sumatera dan Jawa.

Sebelum perang dunia kedua, tepatnya selepas perang dunia pertama, orang-orang Jerman memang banyak yang tinggal di Sumatera dan Jawa. Namun pada perang dunia kedua, tentara Belanda di Indonesia menangkapi orang-orang Jerman karena posisi dua negara saling berhadapan.

Kondisi orang-orang Jerman itu membaik ketika Jepang berhasil mengusir Belanda dari Indonesia. Masa pendudukan Jepang terjadi pada 1942-1945. Selama itu, armada Nazi Jerman juga ikut mendukung kekuatan tempur Jepang, termasuk armada kapal selam.

Pada waktu itu, ada kapal selam Jerman lolos dari blokade sekutu. Kapal selam itu berlabuh di Pelabuhan Tanjung Priok Surabaya, hendak memasok barang-barang kebutuhan kepada tentaranya.

2. Mengimpor barang kebutuhan tentara Jepang

Pada bulan Mei 1943, Angkatan Laut Jerman mendapat persetujuan dari Angkatan Laut Jepang di Penang, Singapura, Jakarta, dan Surabaya untuk mengimpor bahan baku menggunakan kapal-kapal selam, yaitu; impor karet, timah, molybdan, wolfram, lemak, kinine, dan madat.

Bahan-bahan kebutuhan lain adalah: yodium, agar-agar, dan bahan penting untuk warna cat penerbangan. Bahan-bahan seberat 150 ton diangkut menggunakan kapal selam dalam sekali pelayaran hingga membuat kapal menjadi sempit.

3. Perang melawan Inggris dan Belanda 

Patroli kedua kapal U-Boat seri U-168 menuju wilayah Samudera Hindia mampu mengandaskan kapal Inggris SS Haiching sekitar 130 km barat daya Mumbai (India) pada 2 Oktober 1943. Patroli kedua berakhir di Penang, Malaysia pada 11 November.

Di tahun yang sama, 1943 dan 1944 sebanyak 42 kapal selam Jerman telah dikirim ke Asia Tenggara, di antaranya kapal selam U-168. Hanya 13 kapal yang tidak dikirim. Tapi dari seluruh kapal selam yang dikirim itu, hanya 11 yang sampai ke Jakarta, sementara 5 kapal selam lagi karam.

Pada 5 Oktober 1944, U-168 di bawah Kapten Letnan Pich berlayar dari Jakarta ke Surabaya, tapi dalam perjalanannya, kapal selam itu ditorpedo oleh kapal selam Belanda "ZWAARDFIS"

4. Memutus jalur logistik sekutu dari Asia Tenggara

Arkeolog dan penyelam yang menemukan bangkai U-Boat, Shinatria Adhityatama (25), mengatakan U-Boat bertugas untuk menghancurkan garis suplai sekutu dari Asia Tenggara. Termasuk jalur logistik Inggris dari India.

"Mereka juga bekerja sama dengan Jepang sebagai sekutu. Jerman membantu mengamankan perairan Pasifik yang dikuasai Jepang," ujarnya.

Selain Jerman dan Jepang juga berbagi teknologi militer. Mereka juga diduga berbagi pangkalan kapal selam. Saat Perang Dunia, diketahui ada pangkalan U-Boat di Pulau Penang, Batavia dan Surabaya.

"Jadi mereka melakukan operasi gabungan di Indonesia. Di perairan inilah satu-satunya ada operasi gabungan angkatan laut Jerman dan Jepang," tutur Shinatria.

merdeka 

KRI Malahayati-362 Siaga Di Perbatasan Selatan Indonesia


http://farm4.static.flickr.com/3187/2972055101_b3ca23a730.jpg?v=0Memanasnya isu penyadapan yang dilakukan Australia terhadap pejabat negara Indonesia, sampai saat ini belum berdampak besar terhadap pelaksanaan tugas pokok KRI Malahayati-362. Sempat jauh dari pemberitaan, KRI Malahayati-362 kembali terlihat saat melaksanakan bekal ulang di salah satu kota di Nusa Tenggara Timur. Keberadaannya kali ini dalam rangka operasi Taring Hiu-13 di bawah komando Gugus Keamanan Laut Koarmatim.

Dalam pelaksanaan patroli laut nya di wilayah-wilayah paling selatan Indonesia sepanjang Samudera Hindia yang berbatasan langsung dengan negara Australia, KRI Malahayati-362 senantiasa siaga dengan segala bentuk ancaman maupun pelanggaran yang akan terjadi. Selain pelanggaran pidana pelayaran, illegal logging dan illegal fishing yang rawan terjadi, KRI Malahayati-362 terus mengawasi beberapa tempat yang ditengarai sebagai hotspot para pencari suaka domestik.

“Sampai saat ini belum ada perintah langsung dari komando atas untuk meningkatkan derajat kesiagaan tempur, kita masih konsisten melaksanakan patroli laut di sektor operasi. Namun jika sewaktu-waktu diperlukan seluruh prajurit KRI Malahayati-362 selalu siap menjadi martir di garda terdepan”. Kata Komandan KRI Malahayati Letkol Laut (P) Moch. Irchamni.

KRI Malahayati-362 (corvette class), kapal perang dengan kemampuan anti udara, anti permukaan dan anti kapal selam dengan tingkat endurance tinggi sepanjang tahun 2013, termonitor teguh menjaga kedaulatan NKRI. Setelah mengikuti pelaksanaan Latgab TNI 2013 dan menjaga perbatasan utara NKRI di perairan Karang Unarang dalam operasi Tameng Hiu-13, akhir tahun 2013 ditutup dengan setia menjaga perbatasan selatan wilayah laut NKRI.

koarmatim

Thursday, 21 November 2013

Alouette III: Kiprah Heli Serbaguna Penerbad TNI AD Era 70-an

p1305894922-3
Dilihat dari desainnya, helikopter ini terlihat culun dibandingkan desain heli modern saat ini. Bila dilihat sekilas, bentuk heli ini bahkan mirip dengan helicak (heli becak), kendaraan umum warga DKI Jakarta pada era 70-an. Tapi jangan salah, heli yang menyandang nama Alouette III SA-316 ini punya andil sejarah yang cukup besar dalam dunia dirgantara di Tanah Air, khususnya melengkapi armada Penerbad TNI AD sejak tahun 1969.
Dirunut dari sejarahnya, Alouette III hadir di Indonesia sebagai pelipur lara, pasca Penerbad harus kehilangan armada heli Mil Mi-4 akibat di grounded karena embargo suku cadang militer dari Uni Soviet. Di tahun 1969, melalui Hankam, Penerbad kebagian jatah tujuh unit heli Aerospatiale Aloutte III buatan Perancis. Dalam memperkuat operasi Seroja, pada tahun 1975 sebuah heli sejenis kembali diterima. Bahkan, di tahun 1985, Penerbad mendapatkan dua heli Alouette II bekas pakai Pelita Air Service. Di era yang sama, Penerbad juga tengah mengoperasikan heli NBO-105 dan Bell 205 A-1.
Bila NBO-105 dan Bell 205 A-1 digunakan untuk misi serbaguna, plus bantuan tembakan ke permukaan. Maka peran Alouette III sebatas untuk misi angkut personel, logistik, dan evakuasi medis, karena memang Aloutte III yang dibeli Indonesia tidak dilengkapi dengan paket sistem senjata. Kiprah Aloutte III dalam operasi militer dimulai pada 1969, tatkala heli ini dilibatkan dalam operasi Sapu Bersih menumpas gerakan PGRS/Paraku di Kalimantan.
Alouette II milik Penerbal TNI AL, Penerbad TNI AD pun juga punya jenis heli ini.
Alouette II milik Penerbal TNI AL, Penerbad TNI AD pun juga punya jenis heli ini.
Alouette III Penerbad TNI AD
Alouette III Penerbad TNI AD
Alouette III di halaman Akademi Militer, Magelang.
Alouette III di halaman Akademi Militer, Magelang.
Salah satu Alouette III TNI AD yang masih  beroperasi, nampak di latar belakang heli angkut berat Mi-17.
Salah satu Alouette III TNI AD yang masih beroperasi, nampak di latar belakang heli angkut berat Mi-17.
Di tahun 1974, Alouette III dikerahkan untuk misi pengejaran Tapol G-30S/PKI yang mencoba melarikan diri dari tahanan di Pulau Buru. Kemudian di tahun 1975, Alouette III dilibatkan dalam operasi Flamboyan, sebelum operasi Seroja di Timor-Timur. Tercatat ada tiga heli Alouette III serta sembilan heli NBO-105 dikerahkan. Kiprah lain Alouette III juga ikut dalam operasi pemberantasan GPK pimpinan Hasan Tiro di Aceh. Boleh dibilang Alouette III sudah lumayan kenyang dilibatkan dalam operasi militer dan non militer. Berbeda dengan NBO-105 dan Bell 205 A-1 yang kini masih eksis digunakan, Alouette III saat ini sudah tak lagi dioperasikan secara penuh oleh Penerbad. Sebagian dari armada Alouette III ada yang menjadi monumen di halaman Akademi Militer, Magelang – Jawa Tengah.
Alouette III SA-316
Di antara deretan keluara Alouette, Alouette III adalah seri yang paling sukses. Menyandang predikat sebagai heli ringan serbaguna, Alouette III bisa ditemukan di banyak negara dan digunakan secara luas, baik di kalangan sipil dan militer. Salah satu keunggulan heli ini adalah kemampuannya untuk terbang tinggi, hingga 5.000 meter. Salah satu Alouette III pertama mendarat dan lepas landas Juli 1960 dengan tujuh orang diatasnya dan mampu mencapai ketinggian 4.810 meter di pegunungan Alpen Perancis, dekat Mont Blanc.
Masih soal ketinggian terbang, pada November 1960, Alouette III mencapai keberhasilan lebih lagi. Dan, hingga saat itu belum ada yang berhasil mencapainya, dimana heli ini dapat mencapai ketinggian 6.004 meter di Himalaya dengan mengangkut dua orang dan muatan 250 kg. Keberhasilan ini sontak mendapat perhatian luas dari seluruh dunia.
Tampilan 3D Alouette III
Tampilan 3D Alouette III
Mesin dibiarkan terbuka, mirip dengan desain di heli Westland Wasp.
Mesin dibiarkan terbuka, mirip dengan desain di heli Westland Wasp.
Prototipe Alouette III SA-316 mengudara pada 28 Februari 1959. Awalnya heli menggunakan mesin turbin gas Turbomeca Artouste 3 yang tingkatnya lebih rendah, menjadikan heli ini dapat beroperasi dengan baik di bawah 880 hp. Tampilan kompartemen mesinnya mirip dengan heli Westland Wasp TNI AL, dibiarkan terbuka tanpa pelindung. Pra seri edisi pertama SA-316 A lepas landas untuk pertama kalinya di Juli 1960.Setelah dua prototipe dan heli pra seri, produksi dimulai pada tahun 1961.
Heli ini  diawaki oleh seorang pilot dan mampu membawa enam penumpang. Untuk kapasitas medis, dua tandu, seorang cedera, dan seorang petugas medis dapat diangkut. Sebagai heli angkut serbaguna, kargo 740 kg di kabin dan 750 kg di luar muatan bisa dibawanya. Peran lain heli ini juga kerap digunakan untuk pemantauan saat kebakaran hutan, dan fotografi udara.
Tampilan pada kokpit.
Tampilan pada kokpit.
Alouette III dapat pula dipasangi door gun, tidak tanggung-tanggung menggunakan kanon kaliber 20mm.
Alouette III dapat pula dipasangi door gun, tidak tanggung-tanggung menggunakan kanon kaliber 20mm.
Alouette versi AKS, lengkap dengan radar Doppler dan torpedo MK46
Alouette versi AKS, lengkap dengan radar Doppler dan torpedo MK46
Alouette III tengah melepaskan rudal AS.11
Alouette III tengah melepaskan rudal AS.11
Lebih tajam perannya sebagai heli militer, Alouette III terbilang galak, bahkan heli ini dapat ditambahkan dengan perangkat radar. Dengan label seri SA-319, heli dapat dibekali radar ORB-31, dan senjata mautnya adalah rudal AS.11 buatan Aerospatiale. AS.11 adalah rudal udara ke permukaan yang dapat melesat hingga kecepatan 580 km/jam. Alouette III dapat membawa 4 rudal AS.11. Selain laris digunakan AD, heli ini juga cukup banyak digunakan oleh AL. Berangkat dari atas geladak kapal perang, heli ini bahkan sanggup membawa dua torpedo MK-46. Ini artinya Alouette III sanggup berperan dalam memperkuat elemen AKS (anti kapal selam). Khusus untuk misi di lautan, selain membawa dua torpedo, Alouette III dapat dilengkapi radar Doppler, auto pilot dan komputer navigasi.
Produksi Alouette III berakhir pada Mei 1985, sekitar 1.473 unit telah dibuat dan beroperasi di 90 negara. Jumlah ini masih harus ditambah lagi sekitar 500 unit yang dibuat dibawah lisensi di India dan Rumania. Selain Indonesia, di Asia Tenggara, Alouette III juga digunakan oleh militer Malaysia dan Singapura. (Bayu Pamungkas)

Spesifikasi Alouette III
Panjang : 10,03 meter
Diamater rotor utama : 11,02 meter
Tinggi : 3 meter
Main rotor area: 95.38 m2
Empty weight : 1,143 kg
Gross weight : 2,200 kg
Mesin : 1 × Turbomeca Artouste IIIB turboshaft, 649 kW (870 shp) derated to 425 kW (570 hp)
Kecepatan max : 210 km/jam
Kecepatan jelajah : 185 km/jam
Jarak jelajah : 540 km
Ketinggian terbang normal : 3,200 meter
Kecepatan menanjak : 4,3 meter/detik

indomiliter