Dia mencontohkan Rusia dan Korea Selatan yang sekarang ini mulai menjadi "kiblat" baru pembelian alutsista dari Indonesia.
Menurutnya dua negara ini adalah produsen alutsista yang canggih dan teruji. Selain itu harganya juga cukup murah jika dibandingkan dengan membeli pada Amerika Serikat misalnya.
"Tetapi harus dievaluasi apakah jenis-jenis tertentu cocok atau tidak untuk digunakan di Indonesia. Di negara asal alutsista dan juga di negara-negara lain yang menggunakan alutsista itu mungkin cocok. Tapi belum tentu di Indonesia," ujarnya, Senin (18/11/2013).
Dia mencontohkan tank Leopard yang baru saja dibeli, dinilai kurang cocok kalau dipakai di Indonesia. Selain terlaku berat, juga sistem pengendaliannya tidak terlalu sesuai dengan medan di banyak tempat Indonesia.
"Jadi harus ada evaluasi yang komplit. Bukan hanya sekedar alutsista ini canggih, ini sudah banyak dipakai saja. Tetapi juga dilihat fungsinya cocok tidak dipakai disini. Jangan juga pembelian alutsista karena untuk memenuhi ide salah satu kesatuan saja," jelasnya.
Dia juga mengaku selama ini memang ada kesatuan yang niat untuk membeli alutsista jenis tertentu sangat besar. Hal itu dia nilai sangat merepotkan.
"Kami sudah mengingatkan bila keluar dari kesepakatan sama saja melanggar prosedur. Itu juga bisa melanggar Undang Undang. Karena itu kedepannya evaluasi total harus dilakukan," pungkasnya.(ran/rst)
suara surabaya