Sempat Ajari Warga Setempat Membuat Tempe
Ket
Photo: BUAT TEMPE: Prajurit TNI pengaman perbatasan RI-Malaysia di Pos
Jasa Ketungau Hulu Sintang sedang membuat tempe. Upaya semakin dekat
dengan rakyat.SATUMI/PONTIANAKPOST
Di
desa Jasa Ketungau Hulu Sintang berdiri pos Kompi D Yonif 403/Wirasada
Paratista Diponegoro, sebagai satuan pengamanan perbatasan. Tentara
yang bertugas disana tidak sebatas hadir menjadi prajurit TNI, namun
ikut memperkenalkan pembuatan tempe
DESA Jasa kecamatan Ketungau Hulu menjadi
wilayah Sintang yang berbatasan langsung dengan Malaysia. Disana berdiri
sebuah pos pamtas TNI. Bercat hijau dengan ornamen loreng membuat
bangunannya mudah dikenali.
Melihat sekilas Pos Pamtas ini tak ada
perbedaan dengan markas tentara. Namun nuansa langsung terasa begitu
masuk ke ruang pos yang tidak terlalu besar itu. Dimana ruang tamu hanya
disekat dinding langsung berhadapan dengan dapur.
Kemudian
banyak bungkusan tempe disana. Lalu didapur terlihat bekas
pengolahannya. Dandang besar berdiri di atas tungku plus tumpukan kayu
api bakar. Tak terkecuali, karung berisi kedelai dan ragi.
Puluhan bungkus tempe yang tersusun dengan
rapi itu adalah buatan personil Pamtas. Berbekal keahlian dari kampung,
membuat tempe menjadi aktifitas tambahan para prajurit Pos Jasa selepas
patroli rutin perbatasan. Pencetus pembuatan tempe ini adalah wakil
komandan (Wadan) Pos, Sersan satu (Sertu) Khusna L.
Tentara berusia 27 tahun asal Purworejo itu
sudah menguasai ilmu pembuatan tempe sebelum menjadi anggota TNI.
Kemampuannya tersebut kemudian disampaikan kepada seluruh anggota Pos
Jasa untuk dikembangkan. Ternyata respon tinggi diperoleh. Bahkan semua
anggota di pos Jasa siap mengeluarkan iuran sebagai modal awal pembuatan
tempe.
Dari biaya
yang terkumpul langsung dibelanjakan kedelai dan ragi serta peralatan
pendukung untuk membuat tempe. Semua bahan baku itu didatangkan dari
Balai Karangan Sanggau.
Modal kekompakan menjadikan produksi tempe
Pos Jasa berlanjut hingga kini. Setiap hari paling sedikit menghabiskan
enam kilogram kedelai. Kedelai sebanyak itu mampu menghasilkan 80
bungkus tempe. Hasilnya selain di konsumsi sendiri juga dijajakan kepada
masyarakat setempat.
Cara kerja prajurit Pos Jasa dalam memproduksi tempe saling berbagi peran. Mulai perebusan hingga pembungkusan, setidaknya delapan orang terlibat. Produksi tempe mulai dikerjakan selepas maghrib, dan pada paginya langsung siap edar.
Tempe buatan Pos Jasa sangat dikenali
masyarakat setempat. Dengan dihargai Rp 3000 per bungkus, tempenya
selalu laris, dengan konsumennya adalah masyarakat Jasa. Kepiawan
tentara membuat tempe ini mengundang ketertarikan masyarakat untuk
belajar. “Ada lima orang yang datang ke pos langsung untuk melihat kami
membuat tempe,” kata Sertu Khusna.
Ia pun merasa ada kebanggaan tersendiri
karena bisa mengajarkan cara membuat tempe kepada masyarakat desa Jasa.
Harapannya, ilmu tersebut tetap membekas sepulang Prajurit Yonif
403/Wirasada Paratista Diponegoro sebagai Satgas Pamtas RI-Malaysia di
Kalimantan Barat. Sertu Khusna bertugas di Jasa sudah menginjak bulan
kelima, dari rencana enam bulan tugas.
Respon positif masyarakat membuat arti sendiri bagi prajurit di
Pos Jasa. Dimana hubungan emosional antara TNI dan masyarakat
terbangun. Dimana saat menjajakan tempe, anggota pos masuk dari rumah ke
rumah. Kondisi itu dengan sendirinya menciptakan komunikasi tentara
dengan masyarakat.
Maka tidak mengherankan dukungan dari
komandan Kompi D yang membawahi pos Jasa dengan berkedudukan di
Senaning, Kapten Inf Edhi, sangat mendukung langkah kreatif anggotanya.
Upaya tersebut dinilai menjadi bagian efektif dalam membangun komunikasi
teritorial. Karena itu, dirinya sangat mendukung insiatif Pos Jasa
untuk memproduksi tempe.
Menurut Edhi pembuatan tempe itu juga
dilakukan secara bergiliran. Anggota Pos Jasa sebanyak 21 orang. Yang
berada di Pos hanya delapan orang, karena selebihnya berada di Pos Jaga
berjarak agak jauh dari Pos Jasa. Yakni untuk menempuhnya harus berjalan
kaki sekitar 3 jam. “Pos Jasa merupakan pos perwakilan. Bergiliran.
Gantian regu untuk berada di pos perwakilan. Selebihnya berada di pos
jaga,” kata Kapten Edhi. “Kalau lagi berada di Pos Jasa, berarti
prajurit akan membuat tempe. Menjalankan tugas operasi saat berada di
Pos Jaga,” tambah dia.
Edhi mengatakan, membuat tempe hanya salah
satu kegiatan kegiatan prajurit di Pos Jasa. Membaur kepada masyarakat
juga dilakukan melalui kegiatan olahraga. Kemudian memberikan sarana
prasarana belajar kepada anak-anak setempat dengan membuka rumah pintar.
(**) pontianak post