Pages

Thursday, 21 November 2013

Melihat Aktivitas TNI di Perbatasan RI – Malaysia

Sempat Ajari Warga Setempat Membuat Tempe
Ket Photo: BUAT TEMPE: Prajurit TNI pengaman perbatasan RI-Malaysia di Pos Jasa Ketungau Hulu Sintang sedang membuat tempe. Upaya semakin dekat dengan rakyat.SATUMI/PONTIANAKPOST
Di desa Jasa Ketungau Hulu Sintang berdiri pos Kompi D Yonif 403/Wirasada Paratista Diponegoro, sebagai satuan pengamanan perbatasan. Tentara yang bertugas disana tidak sebatas hadir menjadi prajurit TNI, namun ikut memperkenalkan pembuatan tempe

DESA Jasa kecamatan Ketungau Hulu menjadi wilayah Sintang yang berbatasan langsung dengan Malaysia. Disana berdiri sebuah pos pamtas TNI. Bercat hijau dengan ornamen loreng membuat bangunannya mudah dikenali.
Melihat sekilas Pos Pamtas ini tak ada perbedaan dengan markas tentara. Namun nuansa langsung terasa begitu masuk ke ruang pos yang tidak terlalu besar itu. Dimana ruang tamu hanya disekat dinding langsung berhadapan dengan dapur.
 Kemudian banyak bungkusan tempe disana. Lalu didapur terlihat bekas pengolahannya. Dandang besar berdiri di atas tungku plus tumpukan kayu api bakar.  Tak terkecuali, karung berisi kedelai dan ragi.
Puluhan bungkus tempe yang tersusun dengan rapi itu adalah buatan personil Pamtas. Berbekal keahlian dari kampung, membuat tempe menjadi aktifitas tambahan para prajurit Pos Jasa selepas patroli rutin perbatasan. Pencetus pembuatan tempe ini adalah wakil komandan (Wadan) Pos, Sersan satu (Sertu) Khusna L.
Tentara berusia 27 tahun asal Purworejo itu sudah menguasai ilmu pembuatan tempe sebelum menjadi anggota TNI. Kemampuannya tersebut kemudian disampaikan kepada seluruh anggota Pos Jasa untuk dikembangkan. Ternyata respon tinggi diperoleh. Bahkan semua anggota di pos Jasa siap mengeluarkan iuran sebagai modal awal pembuatan tempe.
Dari  biaya yang terkumpul langsung dibelanjakan kedelai dan ragi serta peralatan pendukung untuk membuat tempe. Semua bahan baku itu didatangkan dari Balai Karangan Sanggau.
Modal kekompakan menjadikan produksi tempe Pos Jasa berlanjut hingga kini. Setiap hari paling sedikit menghabiskan enam kilogram kedelai. Kedelai sebanyak itu mampu menghasilkan 80 bungkus tempe. Hasilnya selain di konsumsi sendiri juga dijajakan kepada masyarakat setempat.
Cara kerja prajurit Pos Jasa dalam memproduksi tempe saling berbagi peran.  Mulai perebusan hingga pembungkusan,  setidaknya delapan orang terlibat. Produksi tempe mulai dikerjakan selepas maghrib, dan pada paginya langsung siap edar.
Tempe buatan Pos Jasa sangat dikenali masyarakat setempat. Dengan dihargai Rp 3000 per bungkus, tempenya selalu laris, dengan konsumennya adalah masyarakat Jasa. Kepiawan tentara membuat tempe ini mengundang ketertarikan masyarakat untuk belajar. “Ada lima orang yang datang ke pos langsung untuk melihat kami membuat tempe,” kata Sertu Khusna.
Ia pun merasa ada kebanggaan tersendiri karena bisa mengajarkan cara membuat tempe kepada masyarakat desa Jasa. Harapannya, ilmu tersebut tetap membekas sepulang Prajurit Yonif 403/Wirasada Paratista Diponegoro sebagai Satgas Pamtas RI-Malaysia di Kalimantan Barat. Sertu Khusna bertugas di Jasa sudah menginjak bulan kelima, dari rencana enam bulan tugas.
Respon positif masyarakat membuat arti sendiri bagi prajurit  di Pos Jasa. Dimana hubungan emosional antara TNI dan masyarakat terbangun. Dimana saat menjajakan tempe, anggota pos masuk dari rumah ke rumah. Kondisi itu dengan sendirinya menciptakan komunikasi tentara dengan masyarakat.
Maka tidak mengherankan dukungan dari komandan Kompi D yang membawahi pos Jasa dengan berkedudukan di Senaning, Kapten Inf Edhi, sangat mendukung langkah kreatif anggotanya. Upaya tersebut dinilai menjadi bagian efektif dalam membangun komunikasi teritorial. Karena itu, dirinya sangat mendukung insiatif Pos Jasa untuk memproduksi tempe.

Menurut Edhi pembuatan tempe itu juga dilakukan secara bergiliran. Anggota Pos Jasa sebanyak 21 orang. Yang berada di Pos hanya delapan orang, karena selebihnya berada di Pos Jaga berjarak agak jauh dari Pos Jasa. Yakni untuk menempuhnya harus berjalan kaki sekitar 3 jam. “Pos Jasa merupakan pos perwakilan. Bergiliran. Gantian regu untuk berada di pos perwakilan. Selebihnya berada di pos jaga,” kata Kapten Edhi. “Kalau lagi berada di Pos Jasa, berarti prajurit akan membuat tempe. Menjalankan tugas operasi saat berada di Pos Jaga,” tambah dia.
Edhi mengatakan, membuat tempe hanya salah satu kegiatan kegiatan prajurit di Pos Jasa. Membaur kepada masyarakat juga dilakukan melalui kegiatan olahraga. Kemudian memberikan sarana prasarana belajar kepada anak-anak setempat dengan membuka rumah pintar. (**) 

pontianak post