Jakarta : TNI Angkatan Darat bersama Universitas Surya tengah
melakukan riset, salah satunya mengembangkan teknologi antisadap,
sehingga dapat mencegah penyadapan yang dilakukan oleh berbagai pihak.
"Dengan teknologi antisadap ini, minimal TNI AD tak bisa lagi
disadap oleh berbagai pihak," kata Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD)
Jenderal TNI Budiman usai membuka acara Seminar Litbanghan dengan tema
Optimalisasi Insan Litbang melalui Penguasaan Iptek guna Pemberdayaan
Litbanghan dalam Mewujudkan Alutsista Modern di Jakarta, Selasa.
Ia mengklaim alat tersebut nantinya dapat mencegah komunikasi para pejabat Indonesia disadap oleh negara lain.
Budiman mengatakan, pengembangan teknologi antisadap tersebut bukan dilatarbelakangi kasus penyadapan
oleh Amerika dan Australia yang belakangan ini berkembang. Pengembangan
teknologi antisadap itu, menurutnya, sudah dicanangkan jauh sebelum isu
penyadapan muncul.
"Kita sudah melakukan riset ini dua bulan sebelumnya," ungkap Budiman.
Ketika ditanya apakah penyebab terjadinya penyadapan di Indonesia
disebabkan masih lemahnya teknologi antisadap yang dimiliki Indonesia,
Budiman enggan berkomentar lantaran hal itu bukanlah kewenangannya.
Selain alat antisadap, kerja sama TNI AD dengan Universitas Surya
juga akan mengembangkan alat-alat lainnya yang terkait dalam hal
pertahanan seperti satelit, bahan peledak, teknologi nano, dan
vaksinasi. Total anggaran untuk pengembangan teknologi tersebut mencapai
Rp35 miliar.
"Perkembangan teknologi yang begitu pesat membuat bidang pertahanan
kita juga harus ikut berkembang mengikuti teknologi. Karena itu, kita
bekerja sama dengan berbagai universitas dan lembaga riset untuk
mewujudkan itu. Ada 12 macam riset yang dilakukan bersama Universitas
Surya," papar KSAD.
Alasan dipilihnya Universitas Surya sebagai rekan riset, menurut
KSAD, universitas itu telah memiliki 200 orang doktor yang mumpuni di
bidang riset, mulai riset yang sederhana hingga riset yang berteknologi
tinggi.
Selain bekerja sama dengan Universitas Surya, TNI AD sebelumnya
juga telah melakukan riset bersama dengan Biofarma untuk mengatasi
penyakit saat di medan pertempuran, PT Cyberworld Network Indonesia
(CNI) untuk membuat radio komunikasi, dan lembaga riset lainnya.
"Dengan PT CNI ini kita akan produksi sebanyak 200 unit radio
komunikasi yang dilengkapi inkripsi dan hopping serta GPS, bahkan radio
ini antijaming, sehingga setelah mencapai 200 unit, akan kita launching.
Radio ini sudah diuji coba dalam Ekspedisi Khatulistiwa dan Ekspedisi
Sulawesi," tutur mantan Sekjen Kemhan ini.
Seperti diberitakan, menurut laporan sejumlah media asing, badan
mata-mata Australia telah berusaha menyadap telepon Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono dan istrinya, Ani Yudhoyono, serta sejumlah menteri.
antara